Makalah Blok 13 Ora. Isi

26
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Hidrosefalus merupakan suatu kelainan yang biasanya terjadi pada bayi dan anak-anak, yang ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Kondisi tersebut adalah akumulasi cairan serebrospinalis (CSS) yang berlebihan dalam otak sehingga melebarnya kepala menciptakan tekanan yang berpotensi membahayakan jaringan-jaringan otak. Keseimbangan antara produksi dan penyerapan dari CSS adalah sangat penting. Karena CSS dibuat secara terus menerus, kondisi-kondisi medis yang menghalangi aliran atau penyerapannya yang normal akan berakibat pada akumulasi yang berlebihan dari CSS. Tekanan cairan yang berakibat terhadap jaringan otak adalah apa yang menyebabkan hidrosefalus. TUJUAN Adapun tujuan pembuatan makalah ini, bertujuan untuk membuat mahasiswa/i dapat mengerti mengenai apa itu hidrosefalus, agar pembelajaran dalam pembuatan makalah ini dapat menjadi faktor pendukung yang menunjang proses pembelajaran mahasiwa/i. RUANG LINGKUP MATERI Pada ruang lingkup materi kali ini, akan membahas mengenai etiologi, epidemiologi, patofisiologis, manifestasi 1

description

hidroalusef

Transcript of Makalah Blok 13 Ora. Isi

BAB I PENDAHULUANLATAR BELAKANGHidrosefalus merupakan suatu kelainan yang biasanya terjadi pada bayi dan anak-anak, yang ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Kondisi tersebut adalah akumulasi cairan serebrospinalis (CSS) yang berlebihan dalam otak sehingga melebarnya kepala menciptakan tekanan yang berpotensi membahayakan jaringan-jaringan otak. Keseimbangan antara produksi dan penyerapan dari CSS adalah sangat penting. Karena CSS dibuat secara terus menerus, kondisi-kondisi medis yang menghalangi aliran atau penyerapannya yang normal akan berakibat pada akumulasi yang berlebihan dari CSS. Tekanan cairan yang berakibat terhadap jaringan otak adalah apa yang menyebabkan hidrosefalus.TUJUANAdapun tujuan pembuatan makalah ini, bertujuan untuk membuat mahasiswa/i dapat mengerti mengenai apa itu hidrosefalus, agar pembelajaran dalam pembuatan makalah ini dapat menjadi faktor pendukung yang menunjang proses pembelajaran mahasiwa/i.RUANG LINGKUP MATERIPada ruang lingkup materi kali ini, akan membahas mengenai etiologi, epidemiologi, patofisiologis, manifestasi klinis, pemeriksaan, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, terapi, prognosis, dan preventif.

BAB IIPEMBAHASANPenyakit hidrosefalus ini semakin populer. Semenjak ada berita seorang anak yang menderita kelainan otak ini tak jarang menghias di berbagai media di Tanah Air. Kondisi fisik penderita memang sangat memprihatinkan dan menyentuh hati nurani, terlebih penyakit ini banyak diderita oleh orang yang berasal dari keluarga yang tidak mampu. Akibatnya, penanganan penderita sering terlambat dan tidak memungkinkan lagi dilakukan tindakan bedahSecara anatomi, di dalam ruang tengkorak, selain terdapat jaringan otak, juga terdapat struktur pembuluh darah dan cairan otak. Cairan otak terletak di dalam ruang khusus yang disebut sebagai ventrikel dan diproduksi oleh sel-sel dalam ventrikel yang dikenal sebagai pleksus koroideus. Jumlah produksi cairan tersebut pada manusia adalah 0,35 mililiter (ml) setiap menit atau 500 ml sehari. Cairan itu secara teratur diproduksi dan mengalir dari ventrikel satu ke yang lain, ke luar di sekitar otak, rongga sumsum tulang belakang kemudian di serap ke pembuluh darah balik. Melalui proses pembentukkan, sirkulasi, dan reabsorpsi yang terus menerus, seluruh volume CSS yang berkisar 125 ml sampai 150 ml digantikan lebih dari tiga kali sehari. Pembentukkan, sirkulasi, dan reabsorpsi cairan otak pertama kali diteliti oleh Cotugno pada tahun 1764Fungsi utama dari CSS adalah sebagai cairan peredam getaran (shock-absorbing atau bantalan) untuk mencegah otak membentur bagian dalam tengkorak sewaktu kepala mendapat benturan atau gerakan yang mendadak dan menggetarkan. Selain itu, fungsi CSS dapat juga sebagai buoyancy yang membuat otak terapung sehingga dapat mengurangi beban otak dari 1.400 gram menjadi 50 gram. Hal itu penting untuk mengurangi penekanan atau geseran dasar otak dengan permukaan dasar ruang tengkorak yang tidak rata. Berikutnya, cairan otak berfungsi seperti air kencing, yakni membuang produk sisa, termasuk obat-obatan yang berbahaya. Terakhir, cairan otak pula menjadi media transportasi hormon-hormon dan nutrisi yang diperlukan oleh sel-sel otak. Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebrospinal). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.1

1. PEMERIKSAANA. AnamnesisPada pemeriksaan, penting untuk kita sebagai dokter untuk menganamnesa pasien. Dari kasus hidrosefalus kali ini, adalah seorang anak laki-laki berusia 6 bulan. Keluhan utama : Kepala sang anak semakin membesar dibandingkan waktu lahir Keluhan tambahan : Anak jarang minum ASI (Air Susu Ibu) dan sering kali muntah dan kejang yang tidak disertai demam.Keluhan dari pasien ini menurut sang ibu telah berlngsung selama 4 bulan belakangan ini.B. FisikSelanjutnya, pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan pendukung untuk anamnesis dari seorang dokter selain itu dapat juga ditindak lanjuti dengan pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan Fisik antara lain adalah : Melihat keadaan umum atau keadaan fisik dari pasien Memperhatikan tanda vital Lalu melakukan tindakan :a. Inspeksi: pemeriksaan inspeksi adalah mengukur lingkar kepala sang anak lalu membandingkan ukuran kepala tersebut dengan ukuran normal. Pada penderita hidrosefalus, ukuran lingkar kepala anak biasanya abnormal. Adanya Sutura-sutura melebar ,fontanela mayor dan minor melebar dan menonjol atau tegang, bentuk kepala brakhisefalik (akibat penonjolan lobus frontalis), Setting Sun Appearance / Sign, yaitu adanya retraksi dari kelopak mata dan sklera menonjol keluar karena adanya penekanan ke depan bawah dari isi ruang orbita, gangguan gerak bola mata ke atas, sehingga bola mata nampak seperti matahari terbenam, kulit kepala tampak tipis dan dijumpai adanya pelebaran vena-vena subkutan. b. Palpasi c. Perkusi: Pada perkusi kepala anak akan terdengar suara cracked pot, berupa seperti suara kaca retakd. Auskultasi

c. Pemeriksaan neurologi: Tubuh anak menjadi fleksi pada lengan dan fleksi atau ekstensi pada tungkai. Gerakan anak menjadi lemah, dan kadang-kadang lengan jadi gemetar.d. Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan darah : Pada pemeriksaan ini sering kali tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus Pemeriksaan cairan serebrospinal : Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa Pemeriksaan radiologi : X-foto kepala : Tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar USG kepala : Dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup CT Scan kepala : Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.2

2. DIAGNOSISProsedur dari diagnosis suatu penyakit didasarkan atas suatu anamnesa yang cermat, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Secara pemeriksaan fisik, pemeriksaan meliputi inspeksi yang cermat, palpasi, dan auskultasi kepala dan sfina. Lingkaran kepala oksifitofrontal di catat dan dibandingkan dengan pengukuran sebelumnyaGejala hidrosefalus sebelum menunjukan manifestasi klinis adalah sangat bervariasi sehingga anamnesis memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup luas dalam praktek, tetapi hal tersebut tidak selalu mudah dicapai. Dilain pihak, pemberi informasi (penderita dan atau keluarganya) juga sangat berperan dalam proses anamnesis. Apabila informasi tidak jelas atau tidak lengkap maka diagnosis akan sulit ditegakkan. Kekeliruan atau kesalahan dalam menegakkan diagnosis dapat terjadi di seluruh disiplin kedokteran, baik preklinik, paraklinik, maupun klinik. Kesalahan diagnosis secara umum dapat disebabkan oleh karena :a) kurangnya pengetahuan dan atau pengertian tentang penyakitb) kurangnya pengalaman menangani kasus penyakitc) keterbatasan informasi dari penderita atau keluarganya d) belum berfungsinya sistem rujukan secara optimal sehingga belum menunjukan interaksi yang baik antara puskesmas atau rumah sakit umum kabupaten atau dokter praktek swasta (dokter umum) dengan RSU rujukan atau dokter spesialis.Upaya penegakan diagnosis suatu kelainan dalam hal ini hidrosefalus dapat dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu dengan melakukan skrining atau deteksi dini gangguan tumbuh kembang anak. Skrining terdiri dari penemuan faktor resiko dan deteksi adanya kelainan. Faktor resiko adalah faktor-faktor atau keadaan yang mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status kesehatan tertentu. Istilah mempengaruhi mengandung pengertian menimbulkan resiko lebih besar pada individu atau masyarakat untuk terjadinya status kesehatan atau kelainan tertentu. Faktor resiko ini mungkin baru dalam tahap kecurigaan, perkiraan atau memang sudah terbuktikan kebenarannya. Disamping dari pemeriksaan fisik, gambaran klinik yang samar-samar maupun yang khas seperti yang telah diterangkan di atas, maka kepastian diagnosis hidrosefalus dapat ditegakkan dengan menggunakan alat-alat radiologik yang canggih. USG adalah pemeriksaan penunjang yang mempunyai peranan penting dalam mendeteksi adanya hidrosefalus pada periode prenatal dan pascanatal selama fontanelnya tidak menutup. Pada neonatus, USG dapat cukup bermanfaat, untuk anak yang lebih besar, umumnya diperlukan CT scanning. CT scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat memastikan diagnosis hidrosefalus dalam waktu yang relatif singkat. Pemeriksaan dengan CT scan ini dapat memperlihatkan susunan ventrikel yang membesar secara simetris. Dengan CT scan ini sistem ventrikel dan seluruh isi intrakranial dapat tampak lebih terperinci, serta dalam memperkirakan prognosa kasus tersebut di masa depan. CT scan merupakan cara yang aman dan dapat diandalkan untuk membedakan hidrosefalus dari penyakit lain yang juga menyebabkan pembesaran kepala abnormal, serta untuk identifikasi tempat obstruksi aliran CSS. MRI sebenarnya juga merupakan pemeriksaan diagnostik terpilih untuk kasus-kasus yang efektif. Namun, mengingat waktu pemeriksaannya yang cukup lama sehingga pada bayi perlu dilakukan pembiusan. Untuk menentukan apakah seorang bayi dalam kandungan adalah hidrosefal atau tidak, adalah suatu tugas yang tidak mudah, namun pemeriksaan dengan USG sudah sangat dapat membantu.2,3

3. DIAGNOSIS BANDING Higroma subdural : Penimbunan cairan dalam subdural akibat pencairan hematom subdural. Efusi subdural : adalah pengumpulan cairan di dalam ruangan subdural yang jumlahnya melebihi 2 ml dengan kadar protein paling sedikit 40mg% ( lebuh banyak dari cairan kadar protein css) dan jumlah eritrosit tidak lebih dari 1 juta/ml. Tetapi eflusi subdural di sertai kejang dan dtsertai demam yang lama. Tumor Otak Kepala besar Megaloensefali : Jaringan otak bertambah Makrosefali : gangguan tulang Dalam proses diagnostik, diagnosis banding penting bagi pakar neuro (saraf) dan bedah neuro untuk menentukan prognosis dan terapetik.64. PATOFISIOLOGI DAN ETILOGIHidrosefalus biasanya karena sumbatan cairan cerebrospinal (CSS) keluar dalam ventrikel atau diruang subarachnoid atas otak. Seseorng tanpa hidrosefalus, CSS terus bersirkulasi melalui otak, ventrikel dan pada sumsum tulang belakang dan terus terkuras habis ke dalam sistem peredaran darah. Kondisi hidrosefalus dapat diakibatkan dari kelebihan produksi dari cairan CSS, dari malformasi kongenital menghalangi drainase cairan normal, atau akibat komplikasi cedera kepala atau infeksi. Kompresi otak oleh fluida terakumulasi pada akhirnya dapat menyebabkan kejang-kejang dan keterbelakangan mental. Tanda medis pada bayi, merupakan karakteristik tatapan tetap ke bawah dengan putih mata menunjukkan di atas iris, seolah-olah bayi mencoba untuk menurunkan kelopak mata nya sendiriTekanan intrakranial tinggi dapat menyebabkan kompresi otak, menyebabkan kerusakan otak dan komplikasi lain. Kondisi antara individu yang terkena sangat bervariasi. Anak-anak yang memiliki hidrosefalus mungkin memiliki ventrikel sangat kecil, dan disajikan sebagai "kasus normal". Jika foramina dari ventrikel keempat atau serebral saluran air tersumbat, CSS dapat menumpuk dalam ventrikel. Kondisi ini disebut hidrosefalus internal dan hasilnya tekanan CSS meningkat. Produksi CSS berlanjut, bahkan ketika hal yang biasanya memungkinkan untuk keluar dari otak terhambat. Akibatnya, cairan di dalam makin membesar menyebabkan tekanan otak yang membuat jaringan saraf dan dilatasi ventrikel. Kompresi jaringan saraf biasanya menghasilkan kerusakan otak ireversibel. Jika tengkorak tulang tidak sepenuhnya menutup ketika hidrosefalus terjadi, tekanan juga bisa sangat memperbesar kepala.Hidrosefalus internal dapat diatasi dengan menempatkan tabung drainase (shunt) antara ventrikel otak dan rongga perut untuk menghilangkan tekanan internal yang tinggi. Namun dapat terjadi beberapa risiko infeksi ke otak melalui shunts. Tersumbatnya saluran subaraknoid sehingga menghalangi produksi CSS untuk bersirkulasi, CSS dapat beakumulasi dalam ruang subaraknoid, kondisi ini disebut hidrosefalus eksternal.4Pembagian : Hidrosefalus memberikan gejala bila disertai tekanan CSS yang meninggi. Terdapat 2 macam, yaitu : 1. Hidrosefalus obstruktif, yaitu dimana tekanan CSS yang tinggi disebabkan obstruksi pada salah satu tempat antara pembentukkan CSS oleh pleksus koroideus dan keluarnya dari ventrikel IV melalui foramen Lusckha dan Magandie. 2. Komunikans, yaitu bila tekanan CSS yang meninggi tanpa penyumbatan sistem ventrikel. Pembagian lain adalah : 1. Bawaan (kongenital) dan 2. Didapat.2Hidrosefalus obstruktif atau tidak berkomunikasi berkembang paling lazim pada karena kelainan akuaduktus atau lesi pada ventrikel IV. Stenosis akuaduktus akibat penyempitan akuadukrus Sylvius secara abnormal yang sering kali disertai dengan pencabangan. Pada sebagian kecil kasus, stenosis akuaduktus diwariskan sebagai ciri resesif terkait seks. Penderita ini kadang-kadang mengalami defek penutupan tuba neuralis minor, termasuk spina bifida okulta. Kadang-kadang stenosis akuaduktus disertai dengan neurofibromatosis. Gliosis akuaduktus mungkin juga menimbulkan hidrosefalus. Sebagai akibat dari meningitis neonatus atau perdarahan subaraknoid pada bayi prematur, lapisan akuaduktus ependima terganggu dan respon glia yang cepat mengakibatkan obstruksi total. Infeksi virus intrauterin dapat juga menimbulkan stenosis akuaduktus yang kemudian diikuti dengan hidrosefalus, dan pada anak meningoensefalitis, parotitis epedimika telah dilaporkan sebagai penyebab. Malformasi vena Galen dapat berkembang hingga besar ukurannya dan karena posisi di garis tengah, menyumbat aliran CSS. Lesi atau malformasi fossa posterior merupakan penyebab utama hidrosefalus, termasuk tumor fossa posterior otak, malformasi Chiari, dan syndrom Dandy-Walker.Hidrosefalus non-obstruktif atau berkomunikasi paling lazim mengikuti pendarahan subaraknoid, yang biasanya merupakan akibat pendarahan intraventrikular pada bayi prematur. Darah dalam ruang subaraknoid dapat menyebabkan obliterasi sisterna atau villi araknoid, dan obstruksi aliran CSS. Meningitis tuberkolosa dan pneomokokus mempunyai kecendrungan menghasilkan eksudat tang tebal dan lekat yang akan menyumbat sisterna basalis, dan infeksi intrauterin dapat juga menghancurkan jalur CSS. Akhirnya infiltrat leukimia dapat menyebar ke ruang subaraknoid dan menimbulkan hidrosefalus komunikasi.5Hidrosefalus juga dapat terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruangan subaraknoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya. Tempat yang sering tersumbat dan terdapat dalam klinik ialah foramen Monroi, foramen Lusckha dan Magendie,sisterna magna dan sisterna basalis. Teoritis pembentukkan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi yang normal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi, misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus koroidalis. Berkurang absorpsi CSS pernah dilaporkan dalam kepustakaan pada obstruksi kronis aliran vena otak trombosis sinus longitudinalis. Contoh lain ialah terjadinya hidrosefalus setelah operasi koreksi daripada sfina bifida dengan meningokel akibat berkurangnnya permukaan untuk absorpsi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah : 1. Kelainan bawaan (kongenital). 2. Infeksi. 3. Neoplasma. 4. Perdarahan.21. Kelainan bawaana. Stenosis akuaduktus syviiMerupakan penyebab yang terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60-90%). Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu sama sekali atau abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama lahir.b. Sfina bifida dan kranium bifidaHidrosefalus pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.

c. Sindrom Dandy-WalkerMerupakan atresia kongenital foramen Lusckha dan Magendie dengan akibat atresia hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar didaerah fosa posterior.d. Krista araknoidDapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.e. Anomali pembuluh darahDalam kepustakaan dilaporkan terjadinya hidrosefalus akibat aneurisisma arterio-vena yang mengenai arteria serebralis poeterior dengan vena Galeni atau sinus transversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.2. InfeksiAkibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subaraknoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila cairan CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus sylvii atau sisterna basalis. Lebih banyak hidrosefalus terdapat pasca-meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkolosa, perlekatan meningen terutama terdapat didaerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokalisasinya lebih tersebar.3. NeoplasmaHidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi disetiap tempat aliran CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak mungkin dioperasi, maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.

4. PerdarahanTelah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri. 5. MANIFESTASI KLINISGambaran klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang disusul oleh gangguan neurologik akibat tekanan likuor yang meningkat menyebebakan hipotrofi otak. Namun dalam beberapa kasus, tanda klinis hidrosefalus adalah bervariasi dan tergantung pada banyak faktor, termasuk usia mulainya, sifat lesi yang menyebabkan obstruksi, dan lama serta kecepatan munculnya tekanan intrakranium. Hidosefalus pada bayi (sutura masih terbuka pada umur kurang dari 1 tahun) didapatkan gambaran : Kepala membesar Sutura melebar Fontanella kepala prominen Mata kearah bawah (sunset phenomena) Nistagmus horizontal Perkusi kepala : craked pot sign atau seperti semangka masa.Ukuran rata-rata lingkar kepala :Lahir35 cm

Umur 3 bulan41 cm

Umur 6 bulan44 cm

Umur 9 bulan46 cm

Umur 12 bulan47 cm

Umur 18 bulan48,5 cm

Gejala pada anak dewasa : Sakit kepala Kesadaran menurun mual, muntah Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak Gangguan perkembangan fisik dan mental Papil edema ; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II. Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah menutup, nyeri kepala terutama pada daerah bifrontal dan bioksipital. Aktifitas fisik dan mental secara bertahap akan menurun dengan gangguan mental yang sering dijumpai seperti : respon terhadap terhadap lingkungan lambat, kurang perhatian tidak mampu merencanakan aktifitasnya.46. TERAPI Terapi MedikamentosaDitujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya. Dapat dicoba pada pasien yang tidak gawat, terutama pada pusat-pusat kesehatan dimana sarana bedah saraf tidak ada. Obat yang sering digunakan adalah: A s e t a s o l a m i d Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat ditingkatkan sampai maksimal 1.200 mg/hari F u r o s e m i d Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6 mg/kgBB/hari Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk operasi. Lumbal Pungsi berulang (serial lumbal puncture)Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan terjadi penurunan tekanan CSS secara intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih mudah. Indikasi : umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama pada hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid, periventrikular-intraventrikular dan meningitis TBC.Diindikasikan juga pada hidrosefalus komunikan dimana shunt tidak bisa dikerjakan atau kemungkinan akan terjadi herniasi (impending herniation)Cara:a. LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada interspace L2-3 atau L3-4 dan CSS dibiarkan mengalir di bawah pengaruh gaya gravitasi.b. LP dihentikan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang memakai cara setiap LP CSS dikeluarkan 3-5 ml.c. Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar kurang dari 5 ml, LP diperjarang (2-3 hari). d. Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT scan kepala setiap minggu.e. LP dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan CT scan 3 minggu berturut-turut.

f. Tindakan ini dianggap gagal jika : Dilatasi ventrikel menetap. Cortical mantel makin tipis. Pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks. Dilatasi ventrikel yang progresif

Terapi OperasiOperasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per infus 0,5-2 g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.1. Third Ventrikulostomi/Ventrikel IIILewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum, dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar.2. Operasi pintas/Shunting.Ada 2 macam: a. Eksternal.CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.b. Internal.CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain. Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen). Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan. Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior . Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus. Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.Lumbo Peritoneal Shunt CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.

7. KOMPLIKASI Komplikasi LP: herniasi transtentorial atau tonsiler, infeksi, hipoproteinemia dan gangguan elektrolit. Komplikasi Shunting: Sistim-sistim shunt bukanlah alat-alat yang sempurna. Komplikasi-komplikasi mungkin termasuk kegagalan mekanik, infeksi-infeksi, rintangan-rintangan, dan keperluan untuk memperpanjang atau menggantikan kateter. Umumnya, sistim-sistim shunt memerlukan pengamatan dan followup medis secara teratur. Ketika komplikasi-komplikasi terjadi, sistim shunt biasanya memerlukan beberapa tipe-tipe dari revisi (perbaikan). Beberapa komplikasi-komplikasi dapat menjurus pada persoalan-persoalan lain seperti overdraining (pengaliran yang berlebihan) atau underdraining (pengaliran yang kekurangan). Overdraining terjadi ketika shunt mengizinkan CSS untuk mengalir dari ventricles lebih cepat daripada ia dihasilkan. Overdraining dapat menyebabkan ventricles untuk gagal, merobek pembuluh-pembuluh darah dan menyebabkan sakit kepala, hemorrhage (subdural hematoma), atau ventricles seperti celah (slit ventricle syndrome). Underdraining terjadi ketika CSS tidak dikeluarkan cukup cepat dan gejala-gejala dari hydrocephalus dapat terulang. Sebagai tambahan pada gejala-gejala umum dari hydrocephalus, infeksi dari shunt mungkin juga menghasilkan gejala-gejala seperti demam derajat rendah, rasa sakit-rasa sakit dari leher atau otot-otot pundak, dan kemerahan atau kepekaan bersama saluran shunt. Yang utam adalah infeksi bakteri, biasanya karena staphylococcus epidermidis. Ketika ada sebab untuk mencurigai bahwa sistim shunt tidak berfungsi dengan benar (contohnya, jika gejala-gejala dari hydrocephalus kembali), perhatian medis harus dicari segera.

8. PROGNOSISPrognosis hidrosefalus dipengaruhi oleh tindakan pencegahan yang diupayakan, faktor resiko, komplikasi, progresifitas dan tindakan operatif yang dikerjakan. Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal. Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan.5Prognosis ini juga tergantung pada penyebab dilatasi ventrikel dan bukan pada ukuran mantel korteks pada saat dilakukan operasi. Anak dengan hidrosefalus meningkat resikonya untuk berbagai ketidakmampuan perkembangan. Rata-rata quosien intelegensi berkurang dibandingkan dengan populasi umum, terutama untuk kemampuan tugas sebagai kebalikan dari kemampuan verbal. Kebanyakan anak menderita kelainan dalam fungsi memori. Masalah visual adalah lazim, termasuk strabismus, kelainan visuospasial, defek lapangan penglihatan, dan atrofi optik dengan pengurangan ketajaman akibat kenaikan tekanan intrakranial.Bangkitan visual yang kemungkinan tersembunyi tertunda dan memerlukan beberapa waktu untuk sembuh pasca koreksi hidrosefalus. Meskipun sebagian anak hidrosefalus menyenangkan dan bersikap tenang, ada anak yang mememperlihatkan perilaku agresif dan melanggar.Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok multidisipliner.29. PREVENTIF 7Informasi, edukasi yang harus diberikan : Diberikan pengarahan dan edukasi tentang pelaksanaan apa yang dapat dilakukan pada anak dan pilihan apa sahaja yang dapat dipilih oleh orang tua. Rawatan susulan kepada anak setelah menjalankan terapi operatif untuk mencegah berlaku komplikasi.Contohnya seperti infeksi. Gejala kejang hendaklah ditangani dengan secepatnya agar anak tidak mengalami kecederaan neurologis yang parah. Obat- obatan yang perlu diambil dan efek samping yang terdapat pada obat tersebut diedukasikan kepada orang tua. Hindari trauma: Katup dan sistem tubing yang terletak dangkal di bawah kulit dan dapat dengan mudah rusak oleh trauma. Pasien hidrosefalus yang menggunakan shunt harus melakukan pertimbangan untuk penggantian shunt, jika ada kerusakan atau infeksi dicurigai. Pada anak-anak, revisi shunt dijadwalkan sesuai dengan laju pertumbuhan.Pentalaksaan gizi Pasien diberi asupan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein karena pasien masih lagi sedang bertumbuh kembang pada kadar yang cepat.

10. EPIDEMIOLOGIInsiden hidrosefalus antara 0,2- 4 persen setiap 1000 kelahiran. Insiden hidrosefalus konginetal adalah 0,5- 1,8 persen pada setiap 1000 kelahiran dan 11 43 persen disebabkan oleh stenosis akuaduktus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insiden untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebakan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil : 46 % adalah abnormalitas perkembangan otak 50 % karena perdarahan subarakhnoid dan meningitisApabila2 dicermati, terlihat bahwa dari tahun ke tahun, insiden (kasus baru) maupun prevalensi antara kasus lama dan kasus baru relatif tidak bertambah.5

BAB IIIPENUTUPKESIMPULANHidrosefalus merupakan suatu kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi dari CSS. Akibat hal tersebut, dapat mengakibatkan penumpukan yang terjadi pada otak yang dapat memberikan banyak dampak negatif pada si penderita. Hidrosefalus juga dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi atau tempat obstruksi CSS, etiologinya, dan usia penderitanya. Diagnosa hidrosefalus selain berdasarkan gejala klinis juga diperlukan pemeriksaan khusus untuk mendukung diagnosis agar dapat memberikan penangan yang cermat,cepat dan tepat. Penentuan terapi hidrosefalus dapat diberikan berdasarkan ada tidaknya fasilitas tergantung dari bagaimana latar belakang keadaan pasien atau tempat dimana pasien itu sendiri berobat.

DAFTAR PUSTAKA1. Sherwood L. Fisiologi Kedokteran : Dari Sel Ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2001.2. Latief A, et al. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jilid II. Ed 5. Cetakan ke-4. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI; h.874.3. Nelson. Ilmu kesehatan anak. Vol 3. Ed 15. Jakarta: ECG, 2009.4. Mengenal hidrosefalus. Diunduh dari: http://totalkesahatan.com/hidrosefalus : 15 Januari 2011.5. Hidrosefalus. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/artcle/231135-overview : 15 Januari 2011.6. Pedoman manifestasi klinis, diagnosis dan terapi. Ilmu bedah. Jilid II. Ed 2. Cetakan ke-2. ECG, 2000.7. Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk pendidikan Bidan. Buku kedokteran EGC, Jakarta.

14