Isi Modul Lkk Blok 21 - 2013

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang (FK UMP) menggunakan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam sistem KBK, mahasiswa kedokteran akan dilatih melakukan berbagai keterampilan dalam bentuk Latihan Keterampilan Klinik yang akan menunjang pembelajaran mereka untuk menjadi dokter yang unggul, bermutu, dan islami. Salah satu blok yang akan didalami oleh mahasiswa di FK UMP adalah blok XXI mengenai kedokteran keluarga ditinjau dari berbagai aspek. Latihan Keterampilan Klinik di blok XXI ini ditujukan untuk melatih mahasiswa FK UMP melakukan beberapa keterampilan yang akan sering ditemui di lapangan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan, yaitu: 1. Konseling Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia disebutkan bahwa kemampuan melakukan komunikasi antara dokter dengan pasien diharapkan mencapai tingkat 4 yaitu mampu melakukan secara mandiri. Dalam pelayanan dokter keluarga, kemampuan berkomunikasi amatlah penting terutama dalam memberikan konseling kepada pasien. Oleh karena itu, materi ini diberikan dalam latihan keterampilan klinik demi tercapainya kompetensi tersebut. 2. Pengisian Rekam Medik Pelayanan Dokter Keluarga Dokter memerlukan kemampuan Communication and recording dalam berhadapan dengan pasien. Kemampuan ini harus mencapai level kompetensi tingkat 4 yaitu mampu melakukan mandiri. Adapun kompetensi yang diharapkan yaitu mampu memformulasikan secara oral dan tulisan, membuat perencanaan penatalaksanaan, konsultasi terapeutik, 1

description

Isi Modul Lkk Blok 21 - 2013

Transcript of Isi Modul Lkk Blok 21 - 2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang (FK UMP) menggunakan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam sistem KBK, mahasiswa kedokteran akan dilatih melakukan berbagai keterampilan dalam bentuk Latihan Keterampilan Klinik yang akan menunjang pembelajaran mereka untuk menjadi dokter yang unggul, bermutu, dan islami.

Salah satu blok yang akan didalami oleh mahasiswa di FK UMP adalah blok XXI mengenai kedokteran keluarga ditinjau dari berbagai aspek. Latihan Keterampilan Klinik di blok XXI ini ditujukan untuk melatih mahasiswa FK UMP melakukan beberapa keterampilan yang akan sering ditemui di lapangan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan, yaitu:

1. KonselingDalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia disebutkan bahwa kemampuan melakukan komunikasi antara dokter dengan pasien diharapkan mencapai tingkat 4 yaitu mampu melakukan secara mandiri. Dalam pelayanan dokter keluarga, kemampuan berkomunikasi amatlah penting terutama dalam memberikan konseling kepada pasien. Oleh karena itu, materi ini diberikan dalam latihan keterampilan klinik demi tercapainya kompetensi tersebut.

2. Pengisian Rekam Medik Pelayanan Dokter Keluarga

Dokter memerlukan kemampuan Communication and recording dalam berhadapan dengan pasien. Kemampuan ini harus mencapai level kompetensi tingkat 4 yaitu mampu melakukan mandiri. Adapun kompetensi yang diharapkan yaitu mampu memformulasikan secara oral dan tulisan, membuat perencanaan penatalaksanaan, konsultasi terapeutik, membuat resep obat, serta mampu melaporkan dan membuat catatan.

3. Perhitungan kapitasi dalam praktek dokter keluargaPelayanan dokter keluarga yang maksimal tentunya memerlukan pembiayaan dan manajemen yang tertata dengan baik. Seorang dokter sebaiknya memiliki kemampuan untuk memperhitungkan biaya per kepala yang diperlukan untuk pencapaian hasil pelayanan yang maksimal.4. Membuat resep

Dokter umum diharapkan mencapai tingkat kompetensi 4 (mampu melakukan secara mandiri) dalam hal meresepkan obat. Hal ini tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia mengenai Communication and Reading: Drug Prescription. Oleh karena itu cara meresepkan obat dipilih sebagai materi latihan keterampilan klinik di Blok Kedokteran Keluarga.1.2 TUJUAN UMUM

Tujuan umum dari latihan keterampilan klinik yang akan dilaksanakan di Blok XXI ini adalah:1. Apabila dihadapkan pada pasien simulasi, mahasiswa diharapkan mampu melakukan konseling yang efektif dalam pelayanan dokter keluarga.

2. Mahasiswa mampu membuat rekam medik pelayanan dokter keluarga secara lengkap dan benar.3. Mahasiswa mampu menghitung kapitasi dalam praktik dokter keluarga.

4. Apabila dihadapkan pada skenario kasus penyakit, mahasiswa mampu menulis resep obat dengan benar.

1.3 METODE INSTRUKSIONAL

Metode instruksional yang dipakai dalam pelaksanaan latihan keterampilan klinik di blok XXI ini adalah:

1. Mahasiswa mendapat kuliah singkat mengenai topik LKK.2. Mahasiswa dibagi menjadi 10 orang per kelompok dan dibimbing oleh satu orang instruktur.

3. Mahasiswa secara berkelompok diminta untuk melakukan keterampilan klinik sesuai dengan langkah kerja yang terdapat di dalam penuntun LKK.4. Mahasiswa menerima umpan balik dari instruktur tentang teknik LKK.5. Diskusi antara mahasiswa dan instruktur.BAB II

PENUNTUN LATIHAN KETERAMPILAN KLINIK2.1 KONSELINGA. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:

1. Memulai sesi konseling.2. Mengumpulkan informasi.3. Membangun struktur konseling.4. Membangun hubungan dan memfasilitasi keterlibatan pasien.5. Melakukan penjelasan dan perencanaan.6. Menutup sesi konseling.B. PELAKSANAAN

1. PANDUAN BELAJAR KONSELING 1.1 Landasan Teori Komunikasi adalah penyampaian pesan yang sukses dari satu orang ke orang lain. Elemen utama dalam proses komunikasi adalah pengiriman pesan dengan pemahaman atau pengertian seimbang. Tujuan komunikasi yaitu untuk memberikan informasi, mempengaruhi orang, dan mengekspresikan perasaan. Salah satu bentuk penerapan dari komunikasi ini terdalam dalam konseling. Dalam konseling, yang diperlukan adalah jenis komunikasi yang disebut sebagai komunikasi terapeutik. Dalam konteks pelayanan kesehatan, komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terjalin dengan baik, komunikatif, dan menyembuhkan atau paling tidak melegakan serta membuat pasien serta keluarganya merasa nyaman dan akhirnya puas. Elemen dasar komunikasi terapeutik adalah:a. Pembukaan diri

Hal ini memiliki beberapa keuntungan, yakni:

1. Keadaan diri

2. Mengenal diri

3. Membuat hubungan

4. Meningkatkan keintiman

b. Mendengar

Tiga langkah dalam mendengarkan aktif adalah:

1. Refleksi isi

Yaitu mengatakan kembali ucapan pasien dengan menggunakan kata-kata lain, memberi masukan kepada pasien tentang inti dan ucapan yang baru dikatakan pasien dengan cara meringkas dan memperjelas ucapan pasien.

2. Refleksi perasaan

Yaitu mengungkapkan perasaan pasien yang teramati oleh dokter dari intonasi suara, raut wajah, dan bahasa tubuh pasien dan hal-hal yang tersirat dari kata-kata verbal.

3. Merangkum

Merangkum mirip dengan refleksi isi namun dilakukan setelah beberapa waktu yang lama dan mencakup beberapa informasi yang disampaikan pasien. Hal ini bertujuan untuk transisi antartopik atau untuk memberikan penjelasan panjang mengenai isu pasien yang rumit.

c. Bertanya

Dalam komunikasi terapeutik keterampilan bertanya mutlak diperlukan. Agar mendapat informasi yang akurat seorang dokter harus belajar bertanya secara benar dan efektif, sehingga betul-betul mendapatkan data yang akurat. Fungsi dari bertanya adalah: memunculkan ide, pandangan atau perasaan.

membantu orang lain untuk mencapai pengertian terhadap pandangan, opini, dan perasaannya.

memperlihatkan minat pada orang lain

memberikan kesempatan kepada orang lain

d. Penguasaan bahasa nonverbal

Fungsi bahasa nonverbal: Memberikan kualitas, sikap, dan identitas

Mendukung dan membantu bahasa verbal Membantu hubungan interpersonal

1.2 Media Pembelajaran

1. Panduan LKK 1 Blok XXI FK UMP2. Ruang pemeriksaan dokter/ruang konseling1.3 Langkah Kerja

Memulai Sesi Konseling

A. Membangun rapport awal

1. Menyapa pasien dan menanyakan nama pasien.2. Memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan sesi, menanyakan persetujuan pasien bila diperlukan.3. Menunjukkan rasa hormat, minat, memenuhi kebutuhan pasien.B. Mengidentifikasi alasan berkonsultasi

4. Mengidentifikasi masalah pasien atau hal yang ingin dibicarakan pasien menggunakan pertanyaan pembuka yang sesuai (misal: mengapa datang kesini atau apa yang ingin dibicarakan hari ini? atau pertanyaan apa yang ingin terjawab hari ini?).5. Mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap pernyataan pasien tanpa menginterupsi atau mengarahkan jawaban pasien.

6. Mengkonfirmasi kembali permasalahan dan menanyakan adakah masalah lainnya (misal: jadi ada panas dan rasa lelah ? atau ada lagi yang lain?).7. Menyusun prioritas dalam konseling dengan memperhatikan pandangan pasien dan dokter.

Mengumpulkan Informasi

A. Mengeksplorasi Masalah Pasien

8. Mendorong pasien menceritakan perjalanan penyakitnya mulai awal sampai saat ini dengan menggunakan kata-kata sendiri (klarifikasi apa yang menyebabkan kedatangannya hari ini).9. Menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup dengan tepat, mulai dengan pertanyaan terbuka dilanjutkan pertanyaan tertutup.10. Mendengarkan pasien dengan penuh perhatian, membiarkan pasien menyelesaikan perkataannya tanpa interupsi, memberikan waktu bagi pasien untuk berpikir sebelum menjawab, meneruskan sesi setelah jeda.11. Memfasilitasi respon pasien baik verbal maupun non-verbal (misal: mendorong pasien bicara, diam, mengulang, paraphrasing).12. Memperhatikan komunikasi verbal dan non-verbal pasien (misal: bahasa tubuh, perkataan ekspresi wajah), memastikan dan menyatakan bila tepat.13. Mengklarifikasi pernyataan pasien bila kurang jelas atau membutuhkan jawaban lebih lanjut (misal: bisa jelaskan apa yang dimaksud dengan kepala terasa melayang?).14. Pada waktu yang tepat merangkum untuk memastikan bahwa pengertian dokter sama dengan yang dimaksud pasien, meminta pasien membenarkan bila ada interpretasi yang kurang tepat atau meminta penjelasan lebih lanjut.15. Menggunakan pertanyaan dan kalimat yang mudah dimengerti dan ringkas, menghindari atau menjelaskan secukupnya istilah medis yang dipakai.16. Menuliskan tanggal dan urutan sesi.B. Keterampilan tambahan untuk meningkatkan pengertian terhadap perspektif pasien

17. Secara aktif menentukan dan secara tepat mengeksplorasi

Pendapat pasien (pendapat tentang penyebab)

Apa yang dipikirkan pasien (kekhawatiran) tentang setiap masalah

Harapan pasien (tujuan, membantu pasien mengemukakan harapan untuk setiap masalah)

Dampak terhadap pasien: bagaimana setiap masalah mempengaruhi kehidupan pasien

18. Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya

Membangun Struktur Konseling

A. Membangun Organisasi Terbuka

19. Merangkum pada akhir satu bagian tertentu memastikan bahwa pengertian sama sebelum pindah ke bagian berikutnya.20. Berpindah dari satu bagian ke bagian lain menggunakan signposting, kalimat transisional, mencakup rasional untuk bagian selanjutnya.B. Memperhatikan Alur Pembicaraan

21. Mengatur pembicaraan dalam sekuens yang logis.22. Memperhatikan waktu dan menjaga wawancara sesuai tujuan.

Membangun Hubungan memfasilitasi keterlibatan pasien

A. Menggunakan Komunikasi Non-Verbal yang sesuai

23. Memperlihatkan komunikasi non-verbal yang sesuai. Kontak mata, ekspresi wajah

Sikap tubuh, posisi tubuh, gestures dan gerakan lainnya

Vokal (kecepatan, volume, intonasi)

24. Jika membaca, menulis catatan atau menggunakan komputer, tidak mengganggu jalannya sesi.25. Memperlihatkan rasa percaya diri yang sesuai.B. Membina Rapport26. Menerima pendapat dan perasaan pasien, tidak menghakimi.27. Menggunakan empati untuk menyampaikan pengertian dan apresiasi terhadap perasaan atau situasi yang dihadapi pasien, secara terbuka menghormati pendapat dan perasaan pasien.28. Menyampaikan dukungan, memperlihatkan perhatian, pengertian, dan keinginan membantu, menawarkan kesetaraan.29. Memberikan perhatian khusus terhadap hal-hal sensitif yang dapat memperlakukan atau menyakitkan pasien, termasuk pemeriksaan fisik.C. Melibatkan Pasien

30. Membagi pemikiran dengan pasien untuk melibatkan (misal: yang terpikir oleh saya adalah . ).31. Menjelaskan alasan pertanyaan atau pemeriksaan fisik yang mungkin dirasa tidak nyaman.32. Saat melakukan pemeriksaan fisik menjelaskan prosesnya dan meminta izin.

Penjelasan dan Perencanaan

A. Memberiksan informasi yang cukup dan benar

Tujuan:

Memberikan informasi yang tepat dan komprehensif. Menilai kebutuhan informasi setiap individu pasien. Agar tidak kurang atau berlebihan dalam memberikan informasi.33. Jumlah tepat dan cek: berikan informasi dalam potongan-potongan yang dapat dimengerti, cek pengertian pasien, gunakan respon pasien sebagai panduan bagaimana harus berlanjut.34. Nilai pengetahuan awal pasien: tanyakan pengetahuan pasien sebelumnya pada awal pemberian informasi, tentukan sampai seberapa jauh pasien menginginkan informasi.35. Tanyakan pasien informasi lain apa yang mungkin berguna, misal: etiologi, prognosis.36. Berikan penjelasan pada waktu yang tepat: hindari pemberian saran, informasi, dan jaminan secara prematur.B. Membantu pemahaman dan ingatan yang akurat. Tujuan: membuat informasi lebih mudah diingat dan dipahami pasien.37. Mengatur penjelasan: bagi menjadi bagian-bagian kecil, buat urutan yang logis.38. Gunakan pembagian dan signposting yang jelas (misal: ada tiga hal penting yang akan saya bicarakan. Pertama . nah mari kita lanjut ke bagian berikutnya).39. Menggunakan pengulangan dan rangkuman untuk memperkuat informasi.40. Menggunakan pertanya dan kalimat yang mudah dimengerti dan ringkas, menghindari atau menjelaskan istilah medis.41. Menggunakan metode visual untuk menyampaikan informasi, diagram, model, informasi dan instruksi tertulis.42. Cek pemahaman pasien terhadap informasi (atau perencanaan) yang diberikan, misal: dengan meminta pasien mengulangi dengan kata-katanya sendiri, mengklarifikasi bila perlu.C. Mencapai pemahaman bersama, memasukkan perspektif pasien

Tujuan:

Menghasilkan penjelasan dan perencanaan yang berhubungan dengan perspektif pasien. Mengetahui pikiran dan perasaan pasien tentang informasi yang diberikan. Mendorong terciptanya interaksi dan bukannya komunikasi satu arah.43. Menghubungkan penjelasan dengan perspektif pasien: untuk menemukan pemikiran, harapan serta kekhawatiran.44. Memberikan kesempatan dan mendorong pasien untuk berkontribusi: minta pasien mengajukan pertanyaan, mengklarifikasi serta menyatakan keraguannya, berikan respon dengan tepat.45. Perhatikan komunikasi verbal dan non-verbal pasien, mis: pasien perlu menyampaikan informasi atau mengajukan pertanyaan, informasi atau mengajukan pertanyaan, informasi terlalu banyak, stress.46. Gali nilai, reaksi dan perasaan pasien tentang informasi yang diberikan, istilah yang digunakan. Berikan respon bila diperlukan.D. Perencanaan: Keputusan bersama

Tujuan:

Mengajak pasien memahami proses pengambilan keputusan. Untuk melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan sampai tingkat yang diinginkan pasien. Meningkatkan komitmen pasien terhadap rencana.47. Berbagi apa yang ada di benak kita: pemikiran, proses berpikir, dilema.48. Libatkan pasien: Berikan saran dan bukan instruksi. Dorong pasien agar menyumbangkan ide dan saran mereka.49. Gali pilihan penatalaksanaan.50. Pastikan tingkat keterlibatan yang diinginkan pasien dalam membuat keputusan.51. Negosiasikan rencana yang dapat disepakati kedua belah pihak:

Informasikan preferensi tentang pilihan yang tersedia. Tentukan pilihan pasien.52. Cek apakah pasien:

Menerima rencana. Kekhawatiran telah teratasi.

Menutup Sesi Konsultasi

A. Perencanaan ke depan

53. Mengikat kontrak dengan pasien tentang langkah selanjutnya terhadap pasien dan dokter.54. Antisipasi: jelaskan hal-hal tak terduga yang mungkin terjadi, apa yang harus dilakukan jika rencana tidak berjalan, kapan dan bagaimana mencari bantuan.B. Memastikan kata penutup yang tepat

55. Merangkum sesi secara singkat dan klarifikasi rencana penatalaksanaan.56. Cek terakhir kali bahwa pasien setuju dan merasa nyaman dengan rencana, tanyakan apakah ada koreksi, pertanyaan, atau hal-hal lain yang masih perlu didiskusikan (misal: ada pertanyaan lagi atau masih ada hal yang ingin didiskusikan?).

Skenario kasus dapat dilihat pada lampiran.2.2 PENGISIAN REKAM MEDIK PELAYANAN DOKTER KELUARGAA. SASARAN PEMBELAJARAN

Setelah kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu:

1. Mampu mengisi status umum pasien dengan lengkap dan benar.2. Mampu mengisi status khusus pasien dengan lengkap dan benar.B. PELAKSANAAN

1. PANDUAN BELAJAR

1.1 Landasan Teori

Rekam medik adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala penyakit, dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. Menurut Undang-Undang Praktik Kedokteran, rekam medik adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Sedangkan menurut Permenkes No.749a/Menkes/Per/XII/1989, rekam medik adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.

Bentuk rekam medik pelayanan dokter keluarga yaitu:

1. Berkas Keluarga (Family Folder/FF), merupakan kumpulan RM dari masing-masing anggota keluarga, yang disimpan menurut nomor urut atau huruf pertama nama kepala keluarga (KK).2. Buku Kesehatan Keluarga, merupakan suatu RM berbentuk buku, dipakai bersama oleh semua anggota keluarga.Isi rekam medik pelayaan dokter keluarga terbagi menjadi dua, yaitu:1. Keterangan tentang Data Dasar Keluarga(Data Base/ Family Profile)

a. Data demografi setiap anggota keluargab. Riwayat kesehatan setiap anggota keluargac. Data biologis setiap anggota keluargad. Keterangan tentang tindakan pencegahanpenyakit setiap anggota keluargae. Data tentang pelbagai faktor resiko setiapanggota keluargaf. Data kesehatan lingkungan rumahg. Struktur keluargah. Fungsi keluarga & pelaksanaannya

2. Keterangan tentang Data Klinik(Clinical Data), terdiri dari:a. Tanggal kedatanganb. Keluhan dari masalah kesehatan yang dihadapic. Jenis dan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukand. Jenis dan hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukane. Masalah kesehatan yang ditemukan (diagnosis)f. Rencana pengobatan dan tindakan medik yang dilakukang. Kemajuan dari pengobatan dan tindakan medik yang dilakukan tersebut1.2 Media Pembelajaran

1. Penuntun LKK 2 Blok XXI FK UMP

2. Formulir Rekam Medik dokter keluarga

3. Skenario kasus

4. ICD-X (daftar diagnosis penyakit)

1.3 LangkahKerja1. Mahasiswa diminta membaca dan memahami skenario yang telah dibagikan.

2. Mahasiswa diminta mengisi formulir rekam medik berdasarkan informasi dari skenario.

3. Mahasiswa diminta membuat laporan kelompok mengenai hasil pengisian rekam medik.

2.3 PERHITUNGAN KAPITASI UNTUK PRAKTIK DOKTER KELUARGAA. SASARAN PEMBELAJARANSetelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:

1. Mahasiswa mampu menghitung utilisasi.2. Mahasiswa mampu menghitung unit cost.3. Mahasiswa mampu menghitung kapitasi parsial untuk praktik dokter keluarga.4. Mahasiswa mampu menghitung kapitasi penuh untuk untuk praktik dokter keluarga.

5. Mahasiswa mampu menghitung premi untuk digunakan dalam negosiasi dengan BPJPK/perusahaan asuransi.

B. PELAKSANAAN

1. PANDUAN BELAJAR 1.1 Landasan Teori A. Utilisasi

a. Tingkat pemanfaatan fasilitas pelayanan, dinyatakan dalam persen.b. Memberikan gambaran kualitas pelayanan.c. Utilisasi tinggi menunjukkan: kualitas pelayanan buruk atau derajat kesehatan peserta buruk.d. Provider hanya dapat menghitung utilisasi per populasi bila jumlah total populasi itu dimiliki oleh provider.e. Penting untuk menghitung kapitasi.f. Nilai utilisasi dihitung berdasarkan beban kerja ideal (normatif), setelah 1 tahun berjalan maka dilakukan utilitazion review.

B. Satuan Biaya (Unit Cost)

Untuk menghitung unit cost, dokter keluarga harus mempunyai:

a. Data biaya investasi (tempat praktik, alat medis dan non medis).b. Data biaya operasional (jasa dokter dan asisten, bahan habis pakai, listrik, telepon, air, dll.).c. Data pemeliharaan (pemeliharaan tempat praktik, CPD, asuransi jiwa).C. Perhitungan Kapitasi

Untuk menghitung kapitasi dokter keluarga harus mempunyai

a. Rekam medik yang baik dan lengkap, yang berisi: Data kunjungan (jumlah, pola usia, jenis kelamin, dll).

Pola Penyakit.b. Manajemen keuangan Daftar tarif dan laporan keuangan yang rinci.c. Jenis layanan yang mampu dilakukan di praktik dokter keluarga

d. SOP pelayanan medik, misalnya:

- Standar pengobatan - Standar pelayanan KIA - Standar pelayanan KB

1.2 Media Pembelajaran

1. Penuntun LKK 3 Blok XXI FK UMP 2. Komputer3. Kertas Jawaban1.3 Langkah Kerja

Cara perhitungan kapitasi:a. Kapitasi adalah perkalian utilisasi dan unit cost (Utilisasi x Unit cost)b. Utilisasi adalah jumlah kunjungan dibagi jumlah populasi lalu dikalikan 100 % (didapat dari data kunjungan).c. Unit Cost (biaya rata-rata per jenis layanan) adalah jumlah pemasukan untuk suatu layanan dibagi jumlah kunjungan untuk layanan dimaksud (diperoleh dari data keuangan)Langkah perhitungan

a) Tentukan jenis layanan yang mampu dilakukan oleh dokter keluarga.b) Hitung utilisasi untuk tiap jenis layanan.c) Hitung unit cost untuk tiap jenis layanan.d) Kalikan setiap utilisasi dengan unit cost-nya.e) Jumlahkan nilai kapitasi per jenis layanan.Contoh:Sebuah klinik/praktik DK yang buka 6 hari seminggu, mampu melakukan:

a) Konsultasi

b) Pemberian obat-obatan

c) Tindakan medis sederhana

d) Laboratorium sederhana

e) Promotif

Jumlah kunjungan untuk tiap layanan:

a) Konsultasi: 20 pasien/hari

b) Pemberian obat-obatan: 15 pasien/hari

c) Tindakan medis sederhana: 1 dalam 2 hari

d) Laboratorium sederhana: 1 pasien/hari

e) Promotif 2 kali sebulan

Utilisasi untuk tiap layanan:

a. Konsultasi: (20 x 25 hari/2500) x 100%= 20 %

b. Pemberian obat-obatan: (15 x 25/2500) x 100%= 15 %

c. Tindakan medis sederhana: (0,5 x 25/2500) x 100%= 0,5%

d. Laboratorium sederhana: (1x25/2500) x 100%= 1%

Unit cost untuk tiap layanan:

a. Konsultasi: rata-rata Rp. 25.000/kunjungan

b. Pemberian obat-obatan: Rp. 30.000/ resep

c. Tindakan medis sederhana: Rp. 75.000/tindakan

d. Laboratorium sederhana: Rp. 5.000/pemeriksaan

Cara menghitung kapitasi parsial:

10%x 25.000 = 2.500

7,5 %x 30.000 = 2.250

0,25x75.000 = 1.875

Lab sederhana 0,5 %x Rp 5.000,00 = Rp 25,00Promotif Semua nilai di atas dijumlahkan hingga diperoleh nilai kapitasi parsial sebesar Rp. 6.650,00/kepala.

2.4 MEMBUAT RESEPA. SASARAN PEMBELAJARANSetelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:

1. Menghitung dosis obat dalam penulisan resep obat berdasarkan personal drug.2. Menentukan bentuk sediaan obat dalam penulisan resep obat berdasarkan personal drug.

3. Menentukan cara pemberian obat dalam penulisan resep obat berdasarkan personal drug.4. Menentukan lama pemberian obat dalam penulisan resep obat berdasarkan personal drug.B. PELAKSANAAN

1. PANDUAN BELAJAR MEMBUAT RESEP1.1 Landasan Teori

Resep adalah permintaan tertulis dokter kepada apoteker apotek untuk : membuat, menyediakan dan menyerahkan obat seperti yang tertulis, kepada pasien. Resep merupakan kesimpulan dari apa yang telah diamati, diperiksa, didiagnosis dan menetapkan terapi pada saat itu, dari seorang penderita (pasien) yang dituangkan pada kertas resep dalam bentuk obat. Resep yang baik adalah resep yang:

a. Sesuai dengan kebutuhan pasien.b. Efektif dan aman dalam hal pemilihan obat dan dosis sesuai dengan karakteristik pasien.c. Efektif dalam soal harga.1.2 Media Pembelajaran 1. Penuntun LKK 4 Blok XXI FK UMP2. Ruang periksa dokter

3. Kertas resep4. MIMS atau ISO terbaru5. DOEN1.3 Langkah Kerja1. Mahasiswa diberikan pengarahan mengenai penulisan resep.

2. Mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok di ruangan yang berbeda.

3. Setiap kelompok dipandu oleh 1 pembimbing.4. Mahasiswa akan diberikan 2 kasus yang berbeda.

Contoh :

Seorang anak laki-laki, umur 10 bulan dengan BB 8 kg dibawa ke RS dengan keluhan panas badan, batuk berdahak dan sesak napas. Dokter mendiagnosis pasien tersebut dengan Bronkopneumonia akut ringan yang disebabkan oleh bakteri.

Dokter tersebut akan memberikan obat sebagai berikut: panas : antipiretik sesak napas: bronkodilator, dekongestan batuk berdahak: mukolitik faringitis bakterial: antibiotik 5. Mahasiswa akan menentukan obat yang tepat untuk diresepkan.

Pilihan obat-obatan (drugs of choice) untuk kasus di atas:a. Antibiotik

: Amoksisilin b. Antipiretik

: Asetaminofenc. Mukolitik : Gliseril guaiakolat d. Antihistamin

: Klorfeniramin maleat (CTM)e. Nasal dekongestan: Fenilefrin 6. Mahasiswa menghitung dosis yang tepat untuk tiap-tiap obat yang sesuai dengan kasus. Ada dua cara perhitungan dosis, yaitu:a. Infant body weight tableb. Proper equation (dihitung berdasarkan dosis obat/kg BB)Contoh: Amoksisilin : Usia : 10 bulan + 8 kg Dosis Amoksisilin 25 - 75 mg/kg BB/hari (dibagi dalam 3 dosis) Dosis Amoksisilin : (8 X 50 mg) / 3 = 133 mgCatatan: untuk sediaan sirup perhatikan kandungan obat per ml.Contoh: Amoksilin drops mengandung 100 mg amoksisilin/1 ml sehingga untuk kasus ini diperlukan sekitar 1,3 ml. AcetaminofenFreid ( n (bulan) / 150 x dosis dewasa = (10 / 150) x 500 mg = 33,3 mg/kali

Clarck ( BB (kg) / 68 x dosis dewasa = ( 8 / 68 ) x 500 mg = 58,8 mg/kali

Catatan: untuk sediaan serbuk terbagi perhatikan kandungan obat per tablet yang digunakan untuk dosis dewasa

Contoh: 1 tablet Acetaminofen 500 mg, dosis yang diperlukan untuk anak dalam kasus ini adalah 50 mg/kali sehingga 1 tablet Acetaminofen dapat dibagi menjadi 10 serbuk terbagi (pulveres).

7. Mahasiswa menentukan rute pemberian obat yang sesuai.Pada kasus ini obat akan diberikan melalui oral.8. Mahasiswa menentukan bentuk sediaan obat yang sesuai.Untuk anak usia 10 bulan bentuk sediaan obat oral yang dipilih adalah sediaan sirup atau serbuk terbagi.9. Mahasiwa menentukan lamanya waktu pemberian obat.Untuk obat-obatan kausatif (antibiotik) pengobatan diberikan selama 5-7 hari.

Untuk obat-obatan simptomatik dapat diberikan selama 3 hari.Contoh Penulisan Resep Jadi:

R/ Amoksisilin drop flc no.I

S 3 dd 1,3ml

R/ Acetaminofen tab 500 mg no.IatauR/ Acetaminofen 50 mg

m.f.pulv no.X

m.f.pulv.dtd no.X

S 3 dd pulv 1

S 3 dd pulv 1

1.4 KesimpulanDibahas bersama pembimbing latihan keterampilan klinik.BAB III

EVALUASI

Mahasiswa akan dievaluasi pada saat pelaksanaan latihan keterampilan klinik dalam bentuk formatif dan akan dievaluasi pada akhir blok dalam bentuk sumatif.

3.1 EVALUASI FORMATIF3.1.1 Metode Evaluasi

Evaluasi formatif dilakukan dengan mengobservasi kegiatan yang dilakukan mahasiswa selama proses keterampilan klinik oleh instruktur.

3.1.2 Indikator Pencapaian

Indikator pencapaian berupa pencapaian tujuan pembelajaran yang diperoleh mahasiswa pada setiap kegiatan latihan keterampilan klinik.3.1.3 Umpan Balik

Umpan balik dilakukan oleh instruktur berupa masukan terhadap hasil kegiatan latihan keterampilan klinik setiap mahasiswa.3.2 EVALUASI SUMATIF

Evaluasi keterampilan akan dilaksanakan secara komprehensif pada ujian LKK menggunakan daftar penilaian (checklist). Evaluasi dilakukan dalam bentuk station dimana satu station akan menguji satu keterampilan klinik. Satu ujian LKK akan menguji 2-4 station, sesuai dengan banyaknya LKK yang telah dilakukan dalam blok tersebut.

BAB IV

PENUTUP

Demikianlah Modul Latihan Keterampilan Klinik Blok XXI ini disusun sedemikian rupa agar dapat membantu mahasiswa dan instruktur memahami maksud dan tujuan LKK sehingga dapat dilaksanakan dengan tepat dan terarah. Lampiran daftar tilik (checklist) dalam modul LKK ini diharapkan dapat membantu mahasiswa mengarahkan keterampilan mereka dan sebagai panduan persiapan mengikuti evaluasi sumatif dalam bentuk ujian LKK.DAFTAR REFERENSI

1. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Kompetensi Dokter. Jakarta.

2. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Pendidikan Profesi Dokter. Jakarta.

3. Wiyono, A., Supriyatiningsih, Kusbaryanto, Puspitosari, W.A., Sukirman, I. 2009. Buku Panduan Kepaniteraan Program Pendidikan Profesi. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

4. Trisna D.V. 2006. Standar Pelayanan Dokter Keluarga dalam Laporan Pengembangan Dokter Keluarga Proyek HWS. Sekretariat HWS-IDI. Jakarta. 5. Ali, MM dan Sidi, IPS. 209. Manual Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta: Lembaga Konsultan Peraturan Bisnis Indonesia.

6. Daldiyono. 2006. Bagaimana Dokter Berpikir dan Bekerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

7. Azwar, Al. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta : Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia. 8. Azwar, Al, Gan, GL, Wonodirekso, S. 2004. A Primer on Family Medicine Practice. Singapore : Singapore International Foundation.9. Kementerian Kesehatan. 2007. Pedoman Penatalaksanaan TB Nasional. Jakarta.

10. Kementerian Kesehatan. 2004. Permenkes 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Puskesmas. Jakarta.11. Wiyono, A., Supriyatiningsih, Kusbaryanto, Puspitosari, W.A., Sukirman, I. 2009. Buku Panduan Kepaniteraan Program Pendidikan Profesi. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

12. Du Bois,G.C. 1990. The Bussiness of Medical Practice : A Canadian handbook. Ontario : Copp Clark Pitman. 13. Frohlich N, et al. 2006. Profiling Primary Care Physician Practice in Manitoba. Manitoba Center for Health Policy, Winnipeg. 14. Henry J, Lynan K.B. 2000. Managed care issues, dalam Financial Management for Medical Groups : A Resource for New and Experienced Managers, Second edition. MGMA Center for Research, Englewood. 15. Medical Economics. 1985. Ideal Physician-population Ratio dalam Encyclopedia of Practice and Financial Management. Alexandria. 16. Hardman, JG. and Limbird, LE, editor. 2007. Goodman & Gilman: Dasar Farmakologi Terapi. Vol. 2. Jakarta: EGC. 17. Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.

18. Constable, S., Winstanley, P., Walley, T. 2007. Master Medicine: Medical Pharmacology 3rd ed. Elsevier.

19. Brown, D. 1976. Prescription for Primary Health Care : Community Guidebook. The Primary Care Development Project. Cornell University, Ithaca : New York. LAMPIRAN 1Instrumen Evaluasi KONSELINGNoASPEK YANG DINILAIMelakukan

IMahasiswa mampu memulai sesi konsultasi.

Langkah No. 1-7

IIMahasiswa mampu mengumpulkan informasi.

Langkah No. 8-18

IIIMahasiswa mampu membangun struktur konsultasi.

Langkah No. 19-22

IVMahasiswa mampu membangun hubungan-memfasilitasi keterlibatan pasien.

Langkah No. 23-32

VMahasiswa mampu melakukan penjelasan dan perencanaan.

Langkah No. 33-52

VIMahasiswa mampu menutup sesi konsultasi.

Langkah No. 54-56

TOTAL SKOR

LAMPIRAN 2

Instrumen Evaluasi Penulisan Rekam MedikNoASPEK YANG DINILAIMelakukan dengan benar

1Melakukan pengisian data pasien.

2Menuliskan hasil anamnesis secara lengkap pada lembar rekam medik.

3Menuliskan hasil pemeriksaan fisik secara lengkap pada lembar rekam medik.

4Menuliskan diagnosis dan diagnosis banding secara lengkap pada lembar rekam medik.

5Menuliskan rencana penatalaksanaan pasien meliputi obat yang diberikan, tindakan medis yang dilakukan, dan pemeriksaan penunjang.

6Menuliskan saran terhadap pasien.

7Menuliskan tindakan follow up/tindak lanjut terhadap pasien.

8Menuliskan tindakan promotif dan preventif terhadap pasien.

9Menuliskan data rujukan pasien.

10Menuliskan well check up dan informasi umum kesehatan individu.

LAMPIRAN 3

Instrumen Evaluasi Perhitungan Kapitasi

No

Aspek yang dinilaiMelakukan dengan benar

IMenghitung utilisasi.

IIMenghitung unit cost.

IIIMenghitung kapitasi parsial untuk bahan negosiasi dengan Badan Penyelenggara JPK.

IVMenghitung kapitasi penuh untuk bahan negosiasi dengan Badan Penyelenggara JPK

TOTAL SKOR

LAMPIRAN 4Instrumen Evaluasi Membuat Resep

NoAktivitasMelakukan dengan benar

Mempersiapkan Perintah Peresepan

1Menentukan P-Drug

2Menghitung dosis

3Menentukan bentuk sediaan obat

4Menentukan rute pemberian obat

5Menentukan lama pengobatan

Menulis Resep

6Menulis identitas dokter (nama, alamat praktek, SIP)

7Menulis tanggal peresepan

8Menulis superscription

9Menulis inscription

10 Menulis subscription

11Menulis signature

12Menulis identitas pasien

LAMPIRAN 5Skenario LKK 1 Konseling

IBU TUTI DATANG KE PDKM BERTEMU DENGAN DOKTER NUNING

Suatu hari di PDKM Sehat Selalu..

Hari sudah menunjukkan jam 9.00 pagi. Ibu Tuti bersiap-siap untuk berangkat ke PDKM Sehat Selalu. Sebelum berangkat Ibu Tuti harus menitipkan anaknya yang berumur 6 tahun kepada tetangganya, karena sedang tidak enak badan. Ibu Tuti harus berjalan sejauh 1 kilometer untuk mencapai PDKM Sehat Selalu. Tidak ada transportasi umum di desa itu. Hujan turun rintik-rintik. Bu Tuti merasa cemas takut hujan turun lebih deras.

Sesampainya di PDKM Sehat Selalu, ternyata PDKM Sehat Selalu masih sepi belum terlihat kegiatan apa-apa. Beberapa ibu beserta bayi dan anaknya sudah banyak menunggu. Jumlah kursi yang tersedia tidak cukup, Ibu Ani harus berdiri sambil menggendong bayinya. Jam 10.00 dua orang petugas datang, melihat suasana seperti itu salah seorang di antaranya merasa kesal dan minta kepada temannya untuk memanggil petugas yang lainnya.

Karena menunggu petugas lainnya dan dokter, PDKM baru bisa mulai jam 11.30. Bayi Ibu Tuti sudah mulai menangis pada saat giliran Bu Tuti tiba. Dokter Nuning sedang mewawancarai seorang ibu.

Ketika merasa ada seorang ibu datang, dokter Nuning menengok ke arah pintu sekilas, lalu meneruskan pekerjaannya. Dokter tidak mempersilakan Ibu Tuti duduk. Berikut dialog mereka:

Dr. Nuning: Bu, tunggu dulu ya, ngantre.. ini juga belum selesai

Bu Tuti agak terkejut mendengar teguran tersebut. Dia merasa kecewa, karena dia datang atas himbauan Ibu Santi, tetangganya yang bilang bahwa PDKM ini manjur.

Dr. Nuning: Ibu kan yang baru pindah dari Jawa Tengah? Kok baru sekarang ke sini? Kan sudah beberapa kali dikunjungi oleh Bu Santi?

Ibu Tuti:

Betul ibu...Saya baru bisa ke sini sekarang soalnya.

Dr. Nuning: Pasti alasannya repot kan? Iya.. kalau belum perlu ya nggak datang Mestinya begitu pindah ke mari ibu harus sudah memanfaatkan PDKM ini. Kami kan ada di sini untuk membantu. Ada apa bu? Sakit ya anaknya? Kelihatannya kok kurus.

Ibu Tuti:

Saya ingin ........ saya..

Dr. Nuning:Cepetan bu, lihat tuh di luar banyak yang masih ngantre, ada apa sih?

Ibu Tuti :

Ini bu . saya ingin anak saya diimunisasi.. tapi saya. Gimana ya bu...

Dr. Nuning: Terus( berbicara dengan tidak sabar)

Ibu Tuti :

Anak saya baru satu kali diimunisasi, waktu itu saya masih di Jawa Tengah. Setahu saya umur tiga bulan harus diimunisasi lagi. Apakah sekarang belum terlambat ya bu?

Dr. Nuning: Berapa umur anak ibu?

Ibu Tuti :

Hampir empat bulan dok

Dr. Nuning: Nah kan, coba ibu begitu pindah langsung datang ke sini Anaknya pernah diimunisasi enggak?

Ibu Tuti :

Anak saya pernah diimunisasi oleh Bu Bidan yang menolong saya melahirkan. Apakah sudah terlambat untuk imunisasi berikutnya?

Dr. Nuning:Itulah.ibu kurang memperhatikan anak ibu.

Nanti bu bidan yang akan menentukan apakah bayi ibu bisa diimunisasi.

Coba lihat, berat badan anak ibu cuma 4,6 kilo.

Ibu Tuti :

Apakah normal bu?

Dr. Nuning:Ya enggak dong, coba lihat ini. Berat badan Koko sudah di bawah garis normal..... Dikasih makan apa saja sih? Nggak disusui ya bu?

Ibu Tuti : ............................8