LKK Blok 14 Lengkap

download LKK Blok 14 Lengkap

of 32

description

lkk

Transcript of LKK Blok 14 Lengkap

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang (FK UMP) menggunakan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam sistem KBK, mahasiswa kedokteran akan dilatih melakukan berbagai keterampilan dalam bentuk Latihan Keterampilan Klinik yang akan menunjang pembelajaran mereka untuk menjadi dokter yang unggul, bermutu, dan islami.

Salah satu blok yang akan didalami oleh mahasiswa di FK UMP adalah blok XIV mengenai sistem perkemihan manusia dan genitalia laki-laki dan perempuan yang ditinjau dari berbagai aspek. Latihan Keterampilan Klinik di blok XIV ini ditujukan untuk melatih mahasiswa FK UMP melakukan beberapa keterampilan yang akan sering ditemui di lapangan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan, yaitu:

1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik nefrourologi pada anak dan dewasaBerdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, seorang dokter umum diharapkan mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara mandiri (tingkat kemampuan 4).

2. Pemasangan kateter urin.Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, seorang dokter umum diharapkan pernah melakukan pemasangan kateter urin di bawah supervisi ahli (tingkat kemampuan 3). 3. Pemeriksaan prostat.

Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, seorang dokter umum diharapkan mampu melakukan pemeriksaan prostat dengan cara rectal toucher secara mandiri (tingkat kemampuan 4).4. Sirkumsisi.Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, seorang dokter umum diharapkan mampu melakukan sirkumsisi secara mandiri (tingkat kemampuan 4)1.2 Tujuan Umum

Tujuan umum dari keterampilan klinik yang akan dilaksanakan di Blok XIV ini adalah:

a. Apabila dihadapkan pada pasien simulasi, mahasiswa diharapkan mampu melakukan anamnesis penyakit-penyakit nefrologi dan urologi secara runtut dan benar. b. Apabila dihadapkan pada manikin, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan fisik nefrologi dan urologi.c. Apabila dihadapkan pada manikin, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemasangan kateter urin dengan benar.d. Apabila dihadapkan pada manikin, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan prostat pada pria.1.3 Metode Instruksional

Metode instruksional yang dipakai dalam pelaksanaan latihan keterampilan klinik di blok XIV ini adalah:

1. Mahasiswa mendapat kuliah singkat mengenai topik LKK.2. Mahasiswa dibagi menjadi 10 orang per kelompok dan dibimbing oleh satu orang instruktur.

3. Mahasiswa secara berkelompok diminta untuk melakukan keterampilan klinik sesuai dengan langkah kerja yang terdapat di dalam penuntun LKK.4. Mahasiswa menerima umpan balik dari instruktur tentang teknik LKK.5. Diskusi antara mahasiswa dan instruktur.BAB II

PENUNTUN LATIHAN KETERAMPILAN KLINIK2.1 ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK KELAINAN NEFROLOGI DAN UROLOGI PADA ANAKA. Sasaran Pembelajaran Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:

1. melakukan tahapan anamnesis kelainan nefrologi dan urologi dengan menanyakan:a. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin,orangtua, alamat, agama)

b. Riwayat penyakit (keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit)c. Riwayat penyakit yang pernah diderita

d. Riwayat kehamilan dan kelahiran

e. Riwayat makanan

f. Riwayat imunisasi

g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

h. Riwayat keluarga 2. Melakukan pemeriksaan fisik nefrourologi dan genitalia pada anaka. Pemeriksaan edema palpebrab. Pemeriksaan nyeri ketok pada sudut kostovertebral (CVA)

c. Palpasi ginjal untuk menentukan perbesaran ginjal

d. Pemeriksaan edema genitalia pada laki-laki dan perempuan

B. Pelaksanaan

1. ANAMNESIS KELAINAN NEFROUROLOGI PADA ANAK

1.1 Media Pembelajaran

1. Penuntun LKK 1 Blok XIV FK UMP2. Pasien simulasi

3. Ruang periksa dokter

1.2 Langkah Kerja

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien dan orang tua pasien.

2. Menanyakan identitas pasien.

3. Menjelaskan tujuan anamnesis dan meminta izin kepada pasien atau orang tua pasien.

4. Menanyakan keluhan utama dan onset keluhan utama.5. Menanyakan keluhan tambahan.6. Menanyakan riwayat penyakit sebelumnya.7. Menanyakan riwayat pengobatan (bila ada).8. Menanyakan riwayat penyakit lain dan riwayat penyakit keluarga.CONTOH KELUHAN UTAMA:

a. Warna urin gelapb. Urin sedikitc. Gejala kelainan urin lainnya (kelainan pasase urin, mengompol, edema, bau urin yang menyengat, tampak batu/pasir pada urin)d. Perawakan pendek atau pucat (pada kasus kronise. Pada bayi biasanya tidak spesifik : rewel, muntah, sakit perut, kesulitan memberikan makananf. Sindroma Nefrotik Keluhan utama bengkak seluruh tubuh.

Keluhan tambahan BAK berbusa warna keruh, jumlah urine berkurang.

Bengkak mulai dari kelopak mata kemudian wajah sampai ke kaki, jika siang hari bengkak berkurang sejak 2 bulan.

Mual muntah tidak ada, nafsu makan biasa.

Riwayat penyakit dahulu BAK warna merah Penyakit yang pernah diderita sebelumnya DM

2. PEMERIKSAAN FISIK NEFROLOGI DAN UROLOGI PADA ANAK2.1 Media Pembelajaran1. Penuntun LKK 1 Blok XIV FK UMP

2. Ruang periksa dokter

3. Pasien simulasi

4. Manikin anak

5. Stetoskop pediatrik atau neonatus

6. Termometer

7. Timbangan badan

8. Pengukur tinggi badan

2.2 Langkah Kerja

1. Mengucapkan salam/selamat kepada pasien/keluarga pasien.2. Memperkenalkan diri kepada pasien/keluarga pasien.3. Menanyakan identitas pasien/keluarga dengan sopan.4. Menjelaskan akan dilakukan tanya jawab (anamnesis) yang berhubungan dengan keluhan dari penyakit yang dialami.5. Mempersilahkan anak untuk berbaring telentang.6. Meminta anak untuk membuka bajunya seperlunya agar daerah pemeriksaan terbuka.7. Berusaha membuat anak rileks dengan mengajak berbicara. Meminta anak untuk memberikan respons terhadap pemeriksaan (rasa sakit).8. Berdiri atau duduk di sebelah kanan anak.9. Memperhatikan: Keadaan umum (sakit ringan, sakit sedang, sakit berat)

Kesadaran Status gizi Tanda vital (TD, denyut nadi, Suhu tubuh, respirasi)10. Melakukan pemeriksaan di kepala.a. Inspeksi:

Memperhatikan bentuk dan ukuran kepala serta bentuk wajah

Memperhatikan warna kulit wajah (pucat, merah, ikterik, butterfly rash)

Memperhatikan keadaan mata dan persarafannya (mata cekung, edema palpebra, kelumpuhan N. VI, exophtalmus, kelumpuhan N.VII, reflek pupil) Memperhatikan keadaan konjungtiva (anemia, perdarahan, ikterik) Memperhatikan adanya pernafasan cuping hidung Memperhatikan adanya kelainan pada mulut (rhagaden, sianosis, thypoid tongue, pembesaran tonsil, pseudo membran, pharynx hiperemis, gangren pada gigi)

Memperhatikan keadaan telinga (sekret)b. Palpasi:

Keadaan ubun-ubun (tertutup, datar, cekung, cembung)

Rambut mudah dicabut atau tidak Edema palpebra (pitting, non pitting)

Nyeri tekan daerah telinga

c. Perkusi

Nyeri ketok tragus11. Melakukan pemeriksaan leher.a. Inspeksi

Memperhatikan adanya benjolan-benjolan (pembesaran tiroid, parotis, kelenjar getah bening). Memperhatikan adanya peningkatan vena jugularis.b. Palpasi

Apakah ada teraba pembesaran tiroid, parotis, kelenjar getah bening. Mengukur tekanan vena jugularis.c. Auskultasi:

Mendengarkan suara bruit pada pembesaran tiroid.12. Thoraks:

a. Inspeksi

Memperhatikan warna kulit (pucat, merah, ikterik). Memperhatikan bentuk thoraks simetris atau tidak.

Membandingkan pergerakan thoraks kiri dan kanan. Memperhatikan apakah ada retraksi dinding dada atau tidak, supra dan infra klavikuler. Memperhatikan apakah ada vossure cardiac. Memperhatikan letak iktus kordis.b. Palpasi

Melakukan pemeriksaan stem fremitus. Meraba apakah ada thrill atau tidak. Memeriksa apakah ada nyeri tekan atau tidak. Menentukan letak iktus kordis.c. Perkusi

Menentukan batas jantung (normal atau pembesaran). Membandingkan bunyi (pekak, sonor, hipersonor, timpani) pada dinding thoraks kanan dan kiri. Menentukan batas paru dan hati.d. Auskultasi

Mendengarkan bunyi jantung (BJ I, BJ II, BJ tambahan)

Mendengarkan apakah suara nafas bronkial, vesikuler (vesikuler lemah, nyaring), mencari suara nafas tambahan (ronchi basah, halus dan nyaring, ronchi kering), stridor (ekspirasi atau inspirasi), wheezing (ekspirasi atau inspirasi)13. Abdomen:

a. Inspeksi

Memperhatikan warna kulit (pucat, merah, ikterik) Memperhatikan bentuk abdomen (datar, cekung, cembung)

Apakah ada caput medusae, spider nevi

b. Palpasi

apakah ada nyeri tekan di sudut costovertebra, epigastrium, punggung dan abdomen bagian bawah

apakah ada tumor intra abdomen atau tidak

apakah ada pembesaran hati dan limpa

pemeriksaan ginjal di kiri atau kanan pemeriksaan manual (nyeri tekan) pemeriksaan bimanual (pembesaran ginjal, konsistensi, ballotement)

c. Perkusi

menentukan asites dengan cara shifting dullness/undulasi

melakukan pemeriksaan nyeri ketok costovertebrae angle (CVA)d. Auskultasi

bising usus (normal, meningkat, menurun)

metalic sound

14. Genital:

Pada anak laki-laki

a. Inspeksi

Memperhatikan bentuk skrotum (edema, iritasi kulit, hernia skrotalis/hidrokel)

Memperhatikan bentuk dan ukuran penis

Memperhatikan apakah ada edema dan kemerahan pada penis

Memperhatikan apakah ada phimosis dan balanitis Memperhatikan letak tempat keluarnya air kemih (hipospadia, epispadia)

b. Palpasi

Melakukan pengukuran penis

Melakukan perabaan testis (apakah ada UDT, nyeri pada perabaan)

Apakah teraba hernia skrotalis atau hidrokel

Pada anak perempuan

a. Inspeksi

Memperhatikan bentuk dan ukuran klitoris

Memperhatikan apakah ada edema dan benjolan di vulva Memperhatikan letak muara urethra

Memperhatikan liang vagina (terbuka,tertutup)

15. Ekstremitas atas dan bawah:

a. Inspeksi

Memperhatikan warna kulit ( pucat, merah, kuning, ptechie/purpura)

Memperhatikan adanya clubbing finger

Memperhatikan adanya edema

Memperhatikan keadaan sendi (bengkak, warna, ptechie/purpura )

b. Palpasi

Melakukan penekanan pada daerah edema (pitting, non pitting)

Melakukan penekanan pada daerah sendi (nyeri tekan)

c. Perkusi

Melakukan pemeriksaan reflek fisiologis dan patologis2.2 ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK NEFROUROLOGI PADA DEWASAA. Sasaran Pembelajaran Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:

1. Melakukan tahapan anamnesis kelainan nefrologi dan urologi dengan menanyakan:a. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin,orangtua, alamat, agama)b. Riwayat penyakit (keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit)

c. Riwayat penyakit yang pernah diderita

d. Riwayat kehamilan dan kelahiran

e. Riwayat makanan

f. Riwayat imunisasi

g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

h. Riwayat keluarga

2. Melakukan pemeriksaan fisik nefrourologi dan genitalia pada anaka. Pemeriksaan edema palpebrab. Pemeriksaan nyeri ketok pada sudut kostovertebral (CVA)

c. Palpasi ginjal untuk menentukan perbesaran ginjal

d. Pemeriksaan edema genitalia pada laki-laki dan perempuan

B. Pelaksanaan1. ANAMNESIS KELAINAN NEFROUROLOGI PADA DEWASA

1.1 Media Pembelajaran

1. Penuntun LKK 2 Blok XIV FK UMP

2. Ruang periksa dokter

3. Pasien simulasi

1.2 Langkah Kerja1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.2. Menanyakan identitas pasien.

3. Menjelaskan tujuan anamnesis dan meminta izin kepada pasien.4. Menanyakan keluhan utama dan onset keluhan utama.5. Menanyakan keluhan tambahan.6. Menanyakan riwayat penyakit sebelumnya.7. Menanyakan riwayat pengobatan (bila ada).8. Menanyakan riwayat penyakit lain dan riwayat penyakit keluarga.

CONTOH:

1. Keluhan Utama:

- Nyeri saat BAK Tidak bisa BAK

BAK tidak lancar

BAK berwarna merah

Bengkak seluruh tubuh

Sesak nafas

2. Keluhan Tambahan:

Demam

Mual, muntah

Badan terasa cepat lelah

3. Riwayat Perjalanan Penyakit:

-Sejak kapan

-Makin lama makin berat

-Frekuensi

-Periodik

-Disertai keluhan yang lain

- Faktor risiko4. Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat BAK berpasir

Riwayat trauma

Riwayat Darah tinggi

Riwayat Kencing manis

Riwayat operasi sebelumnya

Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama

Riwayat pengobatan sebelumnya

4. Riwayat Keluarga:

Riwayat keluhan yang sama

Riwayat darah tinggi

Riwayat kencing manis

5. Kasus-kasus nefrourologi yang sering terjadi

a. Infeksi saluran kemih

ISK bawah frekuensi,disuria terminal,polakisuria,nyeri suprapubik. ISK atas :nyeri pinggang,demam,menggigil,mual dan muntah,hematuria Disuria, polakisuri, nyeri suprapubik, stranguria, tenesmus, nokturia, enuresis ISK.bawah: nyeri uretra, suprapubik ISK.atas: demam menggigil, nyeri pinggang malaise, mual, muntah, nyeri kepalab. Batu Ginjal Keluhan utama: nyeri pinggang kiri Riwayat penyakit sekarang: nyeri pinggang kiri, nyeri dari pinggang kiri menjalar ke depan, Nyeri hilang timbul, disertai dengan kencing warna kemerahan,

Riwayat Penyakit Dahulu: riwayat nyeri pinggang kiri (+), kencing merah dan kencing batu. Tidak pernah dioperasi. Tidak ada trauma sebelumnya. Tidak ada riwayat hipertensi, dan kencing manis.2. PEMERIKSAAN FISIK KELAINAN NEFROUROLOGI PADA DEWASA

2.1 Media Pembelajaran1. Penuntun LKK 2 Blok XIV FK UMP2. Ruang periksa dokter3. Tempat tidur pemeriksaan4. Stetoskop5. Tensimeter6. Termometer

2.2 Langkah Kerja1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.

2. Menanyakan identitas pasien.

3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan fisik yang akan dilakukan.

4. Meminta izin pasien untuk melakukan pemeriksaan.

5. Pasien diminta tidur terlentang, kedua tungkai ditekuk

6. Melakukan inspeksi abdomen. Memperhatikan apakah ada massa di abdominal atas.7. Melakukan palpasi abdomen

a. Pada keadaan normal ginjal sukar dipalpasi

b. Pada pria lebih terfiksir daripada wanita (otot perut pria lebih keras)

c. Pada yang kurus lebih mudah

d. Metode: Tangan kiri supinasi, jari telunjuk berada Costovertebra Angle Tangan kanan menekan/mempalpasi regio hipokondriaka dextra/sinistra abdomen.

Gambar 1. Cara pemeriksaan Ginjal bimanual

8. Melakukan perkusi abdomena. Posisi pasien duduk membelakangi pemeriksa atau tengkurap

b. Tangan kiri pronasi diletakkan di CVA

c. Tangan kanan dikepalkan dan dengan perlahan memukul tangan kiri

d. Dinilai: nyeri ketok CVA (+): jika timbul nyeri saat dipukul Nyeri Radikuler Radikular: timbul nyeri walaupun tidak diketok ( contoh: nyeri di sekitar Th 11 - L2 pada herpes zoster

9. Melakukan auskultasi abdomena. Posisi pasien terlentang

b. Mendengar bunyi bruit di regio hipokondriaka dextra/sinistra abdomen ( (+) pada stenosis arteri renal. 10. Melakukan pemeriksaan buli-buli (kandung kemih)

a. Posisi pasien terlentang

b. Salah satu tangan melakukan palpasi perlahan di daerah suprapubik

c. Penilaian:

Pada keadaan normal buli-buli sukar diraba, kecuali distensi

Pada distensi akut bisa teraba hingga diatas umbilikus dan terasa nyeri

Pada distensi kronis teraba lebih lunak, kadang-kadang sukar dipalpasi

Pada tumor vesikal bisa diraba dengan palpasi abdominorektal, sebaiknya dalam anestesi. 11. Pemeriksaan Genital Eksternal Pria

Penisa. Inspeksi Retraksi prepusium ( nonsirkumsisi: tumor, balanitis, discharge,jika fimosis ( koreksi Scar, ulkus, vesikulae, ( PMS Meatal stenosis Posisi Meatus (epispadi, hipospadi) b. Palpasi Fibrosa(Chordae) dorsal penis ( peyronie desease, Chordae ventral penis dengan hipospadia Tenderness di uretra ( periuretritis, dll Discharge Uretra

Pus gonoccocal: profuse, kental, kuning/coklat abu-abu Pus non gonoccocal: lebih encer dan mukoid

Skrotum a. Edema angioneurotik, inflamasi, infeksib. Kista sebasea kadang-kadang terlihat c. Keganasan jarang

Testisa. Lakukan secara hati-hati dengan jari-jari kedua tangan.b. Apabila teraba bagian keras, curigai keganasan sampai terbukti bukan

c. Transiluminasi massa skrotum harus dilakukan secara rutin

d. Pada Tumor: nyeri pada palpasi (-)

e. Testis (-) ( curigai kriptorkismus, lakukan palpasi inguinal

f. Atrofi testis ( mumps, post operatif orkiopeksi, dll.Epididimis a. Palpasi ukuran dan indurasi b. Akut: epididimis dan testis sukar dibedakan, melekat pada skrotum dan kemerahan c. Kronis: indurasi yang tidak terasa nyeri, dapat dicurigai tuberkulosis atau skistosomiasis.

Korda Spermatikus & Vas Deferensa. Pembengkakan bisa kistik (hidrokel atau hernia) atau padat.b. Palpasi: penebalan (infeksi, varikokel, dll), pada pasien laki-laki dewasa untuk varikokel dapat dilakukan tes valsava.Tunika Testis dan Adneksa a. Hidrokel biasanya menutupi seluruh bagian dari testisb. Jika hidrokel muncul antar 18 35 Th harus dilakukan aspirasi.c. Massa kistik yang terpisah dan berada di kutub atas testis dapat dicurigai spermatokel. 2.3 Interpretasi Hasil

Mahasiswa menyimpulkan apakah dari hasil pemeriksaan fisik di atas ditemukan kelainan pada sistem perkemihan pasien, misalnya:a. Nyeri ketok CVA (sudut kostovertebral).b. Nyeri tekan suprapubisc. Massa ginjal karena keganasan2.3 PEMASANGAN KATETER A. Sasaran PembelajaranSetelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:

1.Pemasangan kateter pada laki-laki dan swab uretra2. Pemasangan kateter pada wanita.B. Pelaksanaan1.1 Landasan Teori

Kateterisasi kandung kemih (vesica urinaria) adalah teknik pengeluaran urin dengan cara mengalirkan urin yang terdapat di vesica urinaria melalui alat (kateter). Tujuan dilakukannya kateterisasi adalah :

1. Mengatasi distensi vesika urinaria.2. Pengambilan spesimen urin (kepentingan laboratorium).3. Mengukur residu urin setelah proses miksi di dalam vesica urinaria.4. Mengosongkan vesica urinaria sebelum dan selama proses pembedahan.

1.2 Media Pembelajaran1. Penuntun LKK 3 Blok XIV FK UMP2. Ruang periksa dokter3. Manikin pemasangan kateter

4. Selang kateter no.14 dan 16 (dewasa), no. 8 dan 10 (bayi)

5. Sarung tangan steril

6. Cairan desinfektan (Betadine)

7. Doek steril

8. Xyllocaine jeli9. Spuit 10 cc

10. NaCl 0,9% atau akuades

11. Urine bag

12. Plester

13. Klem/pinset

14. Bengkok 15. Wadah steril16. Cyto brush1. PEMASANGAN KATETER PADA LAKI-LAKI DAN SWAB URETRA1.3 Langkah Kerja2. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.3. Menanyakan identitas pasien.4. Menjelaskan tujuan pemasangan kateter urin.5. Meminta izin pasien untuk melakukan pemasangan kateter.6. Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan steril.7. Meminta penderita untuk berbaring terlentang dengan kedua tungkai lurus dan terpisah satu sama lain dengan sudut yang menyenangkan.8. Pada laki-laki: Penis dipegang dengan tangan kiri dimana jari I di satu pihak dan jari II - V di pihak lain. Kemudian ambil spesimen dengan mengusapkan cyto brush steril secara melingkar dan memasukan spesimen kedalam wadah steril lalu di tutup.9. Bersihkanlah dan lakukanlah desinfeksi daerah genitalia eksterna dengan betadine. Pada laki-laki: Oleskan betadine pada seluruh bagian penis dan orificium urethra externum dari dalam ke luar dengan gerakan melingkar.10. Tutuplah daerah sekitar genitalia eksterna dengan doek bolong steril hingga menutupi kedua paha, sehingga daerah yang terbuka hanyalah yang dibutuhkan untuk pemasangan kateter.11. Pada laki-laki: penis dipegang dengan tangan kiri dimana jari I di satu pihak dan jari II - V di pihak lain. (Bila penis licin dapat dipegang dengan memakai kasa steril). 12. Masukkan xylocaine jelly sebanyak 20 cc ke dalam urethra. Pada laki-laki, tahan posisi penis tegak dan tutup OUE dengan cara menjepit glan penis dengan menggunakan jari I dan II agar xylocain jelly tidak tumpah. Tunggulah kira-kira 1-2 menit, agar xylocain jelly melubrikasi uretra dan penderita tidak merasa sakit ketika pemasangan kateter.

13. Pada ujung kateter yang akan dipasang urine bag dijepit dengan klem. Ambil bengkok dan letakkan di depan alat genital pasien.14. Doronglah kateter perlahan-lahan ke dalam urethra sampai percabangan selang kateter.15. Buka klem untuk melihat apakah ada urine yang mengalir ke luar dari selang, urine ditampung di bengkok. Bila urine sudah keluar sedikit, ujung selang kembali diklem.16. Ambil spuit yang telah diisi dengan larutan Nacl 0,9%/aquades sebanyak 5-15 cc (tergantung indikasi pemasangan kateter), cabut jarum dari spuit lalu suntikkan cairan melalui ujung selang yang tidak diklem.

17. Tarik selang kateter keluar sampai tertahan pada balonnya. 18. Lepaskan doek bolong steril.19. Hubungkan selang kateter dengan urine bag lalu lepaskan klem pada selang.20. Fiksasilah selang kateter di kranial pangkal paha. Pastikan bahwa selang tidak terpilin atau terlipat. Gambar 2. Pemasangan kateter pada pria Sumber: www.webmd.com 2. PEMASANGAN KATETER PADA WANITA1.4 Langkah Kerja1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.2. Menanyakan identitas pasien.3. Menjelaskan tujuan pemasangan kateter urin.4. Meminta izin pasien untuk melakukan pemasangan kateter.5. Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan steril.6. Meminta penderita untuk berbaring terlentang dengan kedua tungkai lurus dan terpisah satu sama lain dengan sudut yang menyenangkan.7. Bersihkanlah dan lakukanlah desinfeksi daerah genitalia eksterna dengan betadine. Oleskan betadine pada orificium urethra externum, labia minora, dan labia mayora dari dalam ke luar dengan gerakan melingkar. 8. Tutuplah daerah sekitar genitalia eksterna dengan doek bolong steril hingga menutupi kedua paha, sehingga daerah yang terbuka hanyalah yang dibutuhkan untuk pemasangan kateter.9. Pada wanita: bukalah labia minora dengan tangan kiri agar orificium urethra externum teregang.

10. Pada ujung kateter yang akan dipasang urine bag dijepit dengan klem. Ambil bengkok dan letakkan di depan alat genital pasien.

11. Doronglah kateter perlahan-lahan ke dalam urethra sampai percabangan selang kateter.12. Buka klem untuk melihat apakah ada urine yang mengalir ke luar dari selang, urine ditampung di bengkok. Bila urine sudah keluar sedikit, ujung selang kembali diklem.13. Ambil spuit yang telah diisi dengan larutan Nacl 0,9%/aquades sebanyak 5-15 cc (tergantung indikasi pemasangan kateter), cabut jarum dari spuit lalu suntikkan cairan melalui ujung selang yang tidak diklem.

14. Tarik selang kateter keluar sampai tertahan pada balonnya. 15. Lepaskan doek bolong steril. 16. Hubungkan selang kateter dengan urine bag lalu lepaskan klem pada selang.17. Fiksasilah selang kateter di kranial pangkal paha. Pastikan bahwa selang tidak terpilin atau terlipat. Gambar 3. Pemasangan kateter pada wanita

Sumber: www.medchannel.com.au

2.4 PEMERIKSAAN PROSTATA. Sasaran PembelajaranSetelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan prostat dengan Rectal toucher.B. Pelaksanaan1.1 Landasan Teori

Rectal toucher adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengidentifikasi kelainan organ-organ yang terletak pada pelvis. Selama melakukan pemeriksaan, pemeriksa akan melumasi jari yang telah menggunakan sarung tangan untuk dimasukkan ke dalam rektum. Rectal toucher dilakukan pada keadaan-keadaan berikut :

a. Pada pria sebagai bagian dari pemeriksaan lengkap untuk memeriksa kelenjar prostat.

b. Memeriksa gangguan organ reproduksi wanita, seperti uterus dan ovarium.

c. Mencari penyebab keluhan perdarahan melalui anus.

d. Mengambil sampel dengan keluhan BAB berdarah.

e. Memeriksa hemoroid atau kanker rektum.

1.2 Media Pembelajaran1. Penuntun LKK 4 Blok XIV FK UMP2. Ruang periksa dokter3. Manikin pemeriksaan prostat4. Jeli5. Sarung tangan1.3 Langkah Kerja1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.2. Menanyakan identitas pasien.3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan prostat.4. Meminta izin pasien untuk melakukan pemeriksaan.5. Mintalah penderita mengosongkan kandung kencingnya. Bila klien tidak mampu mengosongkan kandung kencingnya sendiri, lakukan kateterisasi urine. Kemudian bantu klien dalam posisi lithothomi.6. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien.7. Oleskan jeli pada telunjuk tangan kanan.8. Lakukan inspeksi daerah perineum dan anus, perhatikan apakah ada tanda-tanda hemorrhoid atau penonjolan/nodul, fistel (fisura ani) atau ada bekas operasi.9. Masukkan jari telunjuk ke anus, perlahan-lahan sentuhlah spinkter ani dan mintalah penderita untuk bernapas seperti biasa, sambil menilai tonus spinkter ani tersebut. Tangan yang satu berada di atas suprapubis dan tekanlah ke arah vesica urinaria. (Bila vesica urinaria kosong, maka kedua ujung jari dapat bertemu (terasa).10. Doronglah jari telunjuk ke arah dalam anus sambil menilai ampulla dan dinding rectum apakah dalam keadaan kosong/ada massa feses, terdapat tumor/hemorrhoid, atau adanya batu urethra (pars prostatica).

11. Tempatkanlah jari telunjuk pada jam 12, untuk meraba kelenjar prostat pada posisi lithothomi. (Kelenjar prostat teraba pada posisi jam 12). Raba massa tersebut, dan nilai hal-hal berikut:

Permukaannya atau keadaan mucosa rektum pada prostate,

Pembesarannya : pole atas bisa/tidak teraba dan penonjolannya kedalam rectum,

Konsistensi : kenyal, keras, atau lembut,

Simetris atau tidak,

Berbenjol-benjol atau tidak,

Terfiksir atau tidak

Nyeri tekan atau tidak

12. Keluarkan jari tangan dengan sedikit melengkungkan ujung jari, dan periksalah apakah ada darah, lendir dan feses pada sarung tangan.2.5 TEKNIK SIRKUMSISIA. Sasaran PembelajaranSetelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:

a. Mempersiapkan alat dan bahan untuk tindakan sirkumsisi.b. Mempersiapkan pasien sirkumsisi.c. Melakukan tindakan melakukan sirkumsisi.B. Pelaksanaan1.1 Landasan Teori

Sirkumsisi adalah tindakan membuang preputium penis. Tujuan dilakukannya sirkumsisi yaitu:1. Pelaksanaan ibadah agama. 2. Menjaga hygiene penis dari smegma dan sisa-sisa urine.

3. Menjaga terjadinya infeksi pada glands atau preputium penis

1.2 Media Pembelajarana. Panduan belajar LKK Blok 14b. Manikin sirkumsisic. Sarung tangan sterild. Kasa sterile. Spuit 5 ccf. Cairan Desinfektang. Lidokain 2% 1 ampulh. Doek steril bolongi. Klem lurus 3 buahj. Klem arteri kecil 2 buahk. Klem bengkok 1 buahl. Gunting jaringan 1 buahm. Gunting benang 1 buahn. Jarum rounded 1 buaho. Needle holder 1 buahp. Benang catgut ukuran 3.0q. Pinset 1 buahr. Bengkok s. Plester1.3 Langkah Kerja1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.2. Menanyakan identitas pasien.3. Menjelaskan tujuan dilakukan tindakan4. Meminta izin pasien untuk melakukan tindakan5. Mintalah pasien mengosongkan kandung kencingnya.6. Meminta pasien berbaring terlentang dan santai7. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril8. Melakukan tindakan aseptik antiseptik dengan cara mengoleskan kasa steril yang telah diberi cairan antiseptik mulai tengah dengan cara memutar kearah luar9. Mempersempit daerah tindakan dengan cara menutup dengan doek steril bolong10. Melakukan tindakan penyuntikan anestesi lokal dengan teknik anestesi infiltrasi dan blok.11. Teknik anestesi infiltrasi dilakukan dengan cara menyuntikkan lidokain secara subkutis dengan melingkari daerah pangkal penis. Sebelum memasukkan cairan lidokain, lakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa jarum tidak masuk ke pembuluh darah. 12. Teknik anestesi blok dilakukan dengan cara memasukkan lidokain tegak lurus dengan pangkal penis tepat dibawah simpisis pubis hingga menembus fascia Buch (seperti menembus kertas). Sebelum memasukkan cairan lidokain, lakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa jarum tidak masuk ke pembuluh darah. 13. Tunggu 2 3 menit hingga tercapai onset kerja obat dan yakinkan bahwa anestesi lokal sudah bekerja dengan cara menjepit prepusium dengan menggunakan pinset.14. Melepaskan pelengketan antara prepusium dengan glan penis dan membersihkan smegma di daerah tersebut menggunakan klem bengkok dan/atau kasa steril. 15. Teknik Melepaskan pelengketan antara prepusium dengan glan penis dengan menggunakan klem bengkok dilakukan dengan cara menarik prepusium kearah proksimal kemudian masukkan klem bengkok ke dalam prepusium untuk kemudian klem dibuka tutup sambil didorong kearah perlengketan (seperti gerakan menggunting). Lakukan berulang-ulang kearah proksimal dan lateral sampai terlihat korona glan dan pangkal mukosa prepusium disekeliling korona glan.16. Teknik Melepaskan pelengketan antara prepusium dengan glan penis dengan menggunakan kasa steril adalah perpusium ditarik dengan tangan kiri kearah proksimal hingga terlihat perlengketan dan tangan kanan memegang kasa steril untuk membebaskan perlengketan sedikit demi sedikit kearah proksimal dan lateral sampai terlihat korona glan dan pangkal mukosa prepusium disekeliling korona glan17. Lakukan insisi/pembuangan prepusium dengan cara:a. Jepit prepusium diarah jam 1, 11 dan 6 dengan menggunakan klem lurus, kemudian meminta asisten untuk menarik klem tersebut kearah distalb. Prepusium di insisi pada arah jam 12 diantara jepitan klem dengan menggunakan gunting jaringan kearah proksimal hingga tampak sulkus koronariusc. Lakukan insisi melingkar kearah frenulum kearah kanan dan kiri dari ujung insisi pertamad. Lakukan kontrol perdarahan pada frenulum dengan cara diligasi menggunakan catgut dengan teknik jahitan angka 8.e. Bila terjadi perdarahan di mukosa lakukan ligasi dengan menggunakan klem arteri dan catgut.18. Menjahit luka dengan cara mengaproksimasi/menjahitkan kulit dengan mukosa di tempat luka insisi pada arah jam 3, 6, 9, 12 dan dapat ditambah sesuai keperluan.19. Luka ditutup dengan kasa steril melingkari luka dan difiksasi kearah simpisis pubisTEKNIK SIRKUMSISI

1

2

3

4

5

6

BAB III

EVALUASI

Mahasiswa akan dievaluasi pada saat pelaksanaan latihan keterampilan klinik dalam bentuk formatif dan akan dievaluasi pada akhir blok dalam bentuk sumatif.

3.1 EVALUASI FORMATIF3.1.1 Metode Evaluasi

Evaluasi formatif dilakukan dengan mengobservasi kegiatan yang dilakukan mahasiswa selama proses keterampilan klinik oleh instruktur.

3.1.2 Indikator Pencapaian

Indikator pencapaian berupa pencapaian tujuan pembelajaran yang diperoleh mahasiswa pada setiap kegiatan latihan keterampilan klinik.3.1.3 Umpan Balik

Umpan balik dilakukan oleh instruktur berupa masukan terhadap hasil kegiatan latihan keterampilan klinik setiap mahasiswa.3.2 EVALUASI SUMATIF

Evaluasi keterampilan akan dilaksanakan secara komprehensif pada ujian LKK menggunakan daftar penilaian (checklist). Evaluasi dilakukan dalam bentuk station dimana satu station akan menguji satu keterampilan klinik. Satu ujian LKK akan menguji 2-4 station, sesuai dengan banyaknya LKK yang telah dilakukan dalam blok tersebut.

BAB IV

PENUTUP

Demikianlah Modul Latihan Keterampilan Klinik Blok XIV ini disusun sedemikian rupa agar dapat membantu mahasiswa dan instruktur memahami maksud dan tujuan LKK sehingga dapat dilaksanakan dengan tepat dan terarah. Lampiran daftar tilik (checklist) dalam modul LKK ini diharapkan dapat membantu mahasiswa mengarahkan keterampilan mereka dan sebagai panduan persiapan mengikuti evaluasi sumatif dalam bentuk ujian LKK.DAFTAR REFERENSI

1. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Kompetensi Dokter. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.2. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Pendidikan Profesi Dokter. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.3. Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Arvin, A.M. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 1. Jakarta: EGC.4. Garna, H., Melinda, H. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Padjadjaran RS Dr. Hasan Sadikin.5. Kasper et al. 2005. Harrisons Principles of Internal Medicine 16th ed. Washington : McGrawHill.6. Silverthon. 2008. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.7. Keith L.Moore. 1999. Clinical Oriented Anatomy 4th ed. New York : Lippincot Williams&Wilkins.8. Sabiston. 2008. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.LAMPIRAN 1Instrumen Evaluasi Anamnesis Kelainan Nefrourologi Pada Anak

NoAktivitas yang dinilai012

1Mengucapkan Salam

2Memperkenalkan diri

3Menanyakan identitas pasien

4Memohon izin untuk melakukan anamnesis.

5Menanyakan keluhan utama.

6Menanyakan kronologis penyakit.

7*Menanyakan riwayat antenatal.

8*Menanyakan riwayat kelahiran.

9Menanyakan riwayat penyakit keluarga

10Kesimpulan diagnosis

Total

Catatan :

Poin 7 dan 8 ditanyakan pada pasien anak.

LAMPIRAN 2Instrumen Evaluasi Pemeriksaan Fisik Nefrourologi Pada AnakNoASPEK YANG DINILAIMenyebutkan BenarMelakukan Benar

1Mengucapkan salam kepada pasien.

2Memperkenalkan diri kepada pasien.

3Menanyakan identitas pasien dengan sopan.

4Mempersilakan pasien untuk berbaring telentang dengan rileks.

5Kepala

Inspeksi: Memperhatikan adanya edema palpebra

6Abdomen :

Inspeksi

Memperhatikan bentuk abdomen (datar, cekung, cembung).Palpasi ginjal

Perkusi

menentukan asites dengan cara shifting dullness/undulasi

Auskultasi

Mendengarkan bising usus.

7GenitalPada Laki-laki

Inspeksi

Memperhatikan bentuk skrotum (edema, iritasi kulit)

Memperhatikan bentuk dan ukuran penis

Memperhatikan apakah ada edema dan kemerahan pada penis

Memperhatikan apakah ada phimosis

Memperhatikan letak tempat keluarnya air kemih (hipospadia, epispadia)

Palpasi

Melakukan pengukuran penis

MMelakukan perabaan testis (apakah ada UDT, nyeri pada perabaan)

apakah teraba hernia skrotalis atau hidrokel

Pada Perempuan

Inspeksi

Memperhatikan bentuk dan ukuran klitoris

Memperhatikan apakah ada edema di vulva.

TOTAL SKOR

LAMPIRAN 3

Instrumen Evaluasi Anamnesis Kelainan Nefrourologi Pada Dewasa

NoAktivitas yang dinilai012

1Mengucapkan Salam

2Memperkenalkan diri

3Menanyakan identitas pasien

4Memohon izin untuk melakukan anamnesis.

5Menanyakan keluhan utama.

6Menanyakan kronologis penyakit.

7*Menanyakan riwayat antenatal.

8*Menanyakan riwayat kelahiran.

9Menanyakan riwayat penyakit keluarga

10Kesimpulan diagnosis

Total

LAMPIRAN 4Instrumen Evaluasi Pemeriksaan Fisik Kelainan Nefrourologi Pada DewasaNoASPEK YANG DINILAIMenyebutkan BenarMelakukan Benar

1Mengucapkan salam kepada pasien

2Memperkenalkan diri kepada pasien

3Menanyakan identitas pasien dengan sopan

4Mempersilakan pasien untuk berbaring telentang dengan rileks.

5Pemeriksaan Ginjal

Pasien diminta tidur terlentang, kedua tungkai ditekukInspeksi : Perhatikan massa di abdominal bagian atas.Palpasi: Tangan kiri supinasi, dengan posisi jari telunjuk di angulus costovertebrae mengangkat CVA. Tangan kanan menekan/mempalpasi regio hipokondriaka dextra/sinistra abdomen.

Perkusi (nyeri Renal)a. Posisi pasien duduk membelakangi pemeriksa atau tengkurap.

b. Tangan kiri pronasi diletakkan di CVA.

c. Tangan kanan dikepalkan dan dengan perlahan memukul tangan kiri.d. Interpretasi

Auskultasi a. Posisi pasien terlentang.

b. Mendengar bunyi bruit di daerah hipokondriaka dextra/sinistra

6Pemeriksaan Kandung Kemih

a. Posisi pasien terlentangb. Salah satu tangan melakukan palpasi perlahan di daerah suprapubik.

d. Interpretasi keadaan kandung kemih.

7Pemeriksaan Genital Laki-lakiPenisa. Inspeksi b. Palpasi Skrotum a. Inspeksi skrotum.

b. Dengan hati-hati meraba testis yang terletak di dalam skrotum.

c. Interpretasi keadaan skrotum dan testis. Epididimis aPalpasi ukuran dan indurasi

Palpasi Korda Spermatikus & Vas Deferens.Palpasi Tunika Testis dan Adneksa Pada Perempuan

Inspeksi

Memperhatikan bentuk dan ukuran klitoris

Memperhatikan apakah ada edema di vulva.

TOTAL SKOR

LAMPIRAN 5Instrumen Evaluasi Pemasangan KateterNOASPEK YANG DINILAIMenyebutkan BenarMelakukan Benar

1Mengucapkan salam kepada pasien.

2Memperkenalkan diri kepada pasien.

3Menanyakan identitas pasien dengan sopan.

4Menjelaskan tujuan pemasangan kateter.

5Meminta izin untuk melakukan pemasangan kateter.

6Menyiapkan dan memeriksa alat-alat yang diperlukan

a. Selang kateter Foley no.14 dan 16

b. Sarung tangan steril

c. Cairan desinfektan (Betadine)

d. Doek bolong steril

e. Xyllocaine jelly

f. Spuit 10 cc

g. NaCl 0,9% atau akuades

h. Urine bag

i. Plester

j. Klem/pinset

k. Bengkok

7Lakukan tindakan cuci tangan rutin.

8Memasang sarung tangan steril dan berdiri di sebelah kanan pasien.

9Meminta penderita untuk berbaring terlentang dengan kedua tungkai lurus dan terpisah satu sama lain dengan sudut yang menyenangkan.

10Bersihkanlah dan lakukanlah desinfeksi daerah genitalia eksterna dengan betadine.

Pada laki-laki: Oleskan betadine pada seluruh bagian penis dan orificium urethra externum dari dalam ke luar dengan gerakan melingkar.

Pada wanita: Oleskan betadine pada orificium urethra externum, labia minora, dan labia mayora dari dalam ke luar dengan gerakan melingkar.

11Tutuplah daerah sekitar genitalia eksterna dengan doek bolong steril hingga menutupi kedua paha, sehingga daerah yang terbuka hanyalah yang dibutuhkan untuk pemasangan kateter.

12Masukkan xylocaine jelly sebanyak 20 cc ke dalam urethra. Pada laki-laki, tahan posisi penis tegak atau tutup OUE dengan jari agar xylocain jelly tidak tumpah. Tunggulah kira-kira 5 menit, agar penderita tidak merasa sakit ketika pemasangan kateter.

13Pada laki-laki: penis dipegang dengan tangan kiri dimana ibu jari di satu pihak dan telunjuk dan jari tengah di pihak lain. (Bila penis licin dapat dipegang dengan memakai kasa steril).Pada wanita: bukalah labia minora dengan tangan kiri agar orificium urethra externum teregang.

14Pada ujung kateter yang akan dipasang urine bag dijepit dengan klem. Ambil bengkok dan letakkan di depan alat genital pasien.

15Doronglah kateter perlahan-lahan ke dalam urethra sampai percabangan selang kateter.

16 Buka klem untuk melihat apakah ada urine yang mengalir ke luar dari selang, urine ditampung di bengkok. Bila urine sudah keluar sedikit, ujung selang kembali diklem.

17Ambil spuit yang telah diisi dengan larutan Nacl 0,9%/aquades sebanyak 5-15 cc (tergantung indikasi pemasangan kateter), cabut jarum dari spuit lalu suntikkan cairan melalui ujung selang yang tidak diklem.

18Tarik selang kateter keluar sampai tertahan pada balonnya.

19Lepaskan doek bolong steril.

20Hubungkan selang kateter dengan urine bag lalu lepaskan klem pada selang.

21Fiksasilah selang kateter di kranial pangkal paha. Pastikan bahwa selang tidak terpilin atau terlipat.

TOTAL SKOR

LAMPIRAN 5Instrumen Evaluasi Pemeriksaan Prostat

NoASPEK YANG DINILAIMenyebutkan BenarMelakukan Benar

1Mengucapkan salam kepada pasien

2Memperkenalkan diri kepada pasien

3Menanyakan identitas pasien dengan sopan

4Menjelaskan tujuan rectal toucher

5Meminta izin untuk melakukan rectal toucher

6Menyiapkan dan memeriksa alat-alat yang diperlukan :

a. Sarung tangan

b. Jelly

7Mintalah penderita mengosongkan kandung kencingnya. Bila klien tidak mampu mengosongkan kandung kencingnya sendiri, lakukan kateterisasi urine. Kemudian bantu klien dalam posisi lithothomi.

8Lakukan tindakan cuci tangan rutin

9Memasang sarung tangan steril dan berdiri di sebelah kanan pasien.

10Mintalah penderita untuk berbaring dalam posisi lithotomi.

11Lakukan inspeksi daerah perineum dan anus, perhatikan apakah ada tanda-tanda hemorrhoid atau penonjolan/nodul, fistel (fisura ani) atau ada bekas operasi.

12Oleskan jelly pada jari telunjuk yang menggunakan sarung tangan.

13Masukkan jari telunjuk ke anus, perlahan-lahan sentuhlah spinkter ani dan mintalah penderita untuk bernapas seperti biasa, sambil menilai tonus spinkter ani tersebut. Tangan yang satu berada di atas suprapubis dan tekanlah ke arah vesica urinaria. (Bila vesica urinaria kosong, maka kedua ujung jari dapat bertemu (terasa).

14Doronglah jari telunjuk ke arah dalam anus sambil menilai ampulla dan dinding rectum apakah dalam keadaan kosong/ada massa feses, terdapat tumor/hemorrhoid, atau adanya batu urethra (pars prostatica).

15Tempatkanlah jari telunjuk pada jam 12, untuk meraba kelenjar prostat pada posisi lithothomi. (Kelenjar prostat teraba pada posisi jam 12).

16Raba massa tersebut, dan nilai hal-hal berikut:

b. Permukaannya atau keadaan mucosa rektum pada prostate,

c. Pembesarannyad. Konsistensi

e. Simetris atau tidak,

f. Berbenjol-benjol atau tidak,

g. Terfiksir atau tidak

h. Nyeri tekan atau tidak

17 Keluarkan jari tangan dengan sedikit melengkungkan ujung jari, dan periksalah apakah ada darah, lendir dan feses pada sarung tangan.

TOTAL SKOR

4