Isi laporan blok 224

39
1 BAB 1 PENDAHULUAN a. Latar Belakang Saluran pencernaan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-organ pencernaan. Zat makanan yang dicerna akan diserap oleh tubuh dalam bentuk yang lebih sederhana. Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh. Fungsi pencernaan dan penyerapan sistem gastrointestinal bergantung pada berbagai mekanisme seperti melunakan makanan, mendorongnya sepanjang saluran pencernaan dan mencampurnya dengan ampedu hati yang disimpan dalam kandung kemih dan enzim-enzim pencernaa yang di sekresi oleh kelenjar saliva saerta pancreas. Beberapa mekanisme tersebut bergantung pada sifat intrinsic otot polos usus. Melibatkan kerja refleks-refleks termasuk neuron-neuron intrinsic usus, efek kimia, dan hormon pencernaan yang merupakan zat humoral dan disekresi oleh sel-sel di dalam mukosa dan

description

blok 224

Transcript of Isi laporan blok 224

15

BAB 1PENDAHULUANa. Latar BelakangSaluran pencernaan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-organ pencernaan. Zat makanan yang dicerna akan diserap oleh tubuh dalam bentuk yang lebih sederhana. Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh. Fungsi pencernaan dan penyerapan sistem gastrointestinal bergantung pada berbagai mekanisme seperti melunakan makanan, mendorongnya sepanjang saluran pencernaan dan mencampurnya dengan ampedu hati yang disimpan dalam kandung kemih dan enzim-enzim pencernaa yang di sekresi oleh kelenjar saliva saerta pancreas. Beberapa mekanisme tersebut bergantung pada sifat intrinsic otot polos usus. Melibatkan kerja refleks-refleks termasuk neuron-neuron intrinsic usus, efek kimia, dan hormon pencernaan yang merupakan zat humoral dan disekresi oleh sel-sel di dalam mukosa dan diangkut ke dalam sirkulasi untuk mempengaruihi fungsi lambung, usus, pancreas, dan kandung kemih.b. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah awal dalam suatu pembuatan makalah. Oleh karena itu, pembuatan makalah harus bertolak dari rumusan masalah yang spesifik yang dihadapi dan perlu pemecahan.Berkenaan degan hal tersebut maka kami menyusun masalah yaitu berdasarkan dasar pemikiran diatas, rumusan masalah yang dapat dipermasalahkan adalah:1. Bagaiman transport dan pencampuran makanan dalam saluran pencernaa?2. Bagaimana proses pencernaa?3. Apa saja fungsi motorik lambung?4. Bagaimana pergerakan usus halus?5. Bagaimana gerakan colon?6. Apa saja refleks otonom lain yang mempengaruhi aktivitas usus?c. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah adalah sebagai berikut:1. Untuk mengetahui transport dan pencampuran makanan dalam saluran pencernaan2. Untuk mengetahui proses pencernaan3. Ingin mengetahui fungsi motorik lambung4. Ingin mengetahui pergerakan usus halus5. Ingin mengatahui gerakan colon6. Untuk mengetahui refleks otonom lain yang mempengaruhi aktivitas usus

BAB 2PEMBAHASAN1. Bagaiman transport dan pencampuran makanan dalam saluran pencernaan?Getah pencernaan dari lambung disekresikan oleh kelenjar gastrik, yang berada pada hampir seluruh dinding korpus lambung kecuali sepanjang garis sempit di kurvatura minor lambung. Sekresi ini terjadi dengan segera saat berkontak dengan bagian makanan yang disimpan yang terletak berhadapan dengan permukaan mukosa lambung. Selama lambung berisi makanan, gelombang konstriktor peristaltik yang lemah, juga disebut gelombang pencampur, mulai timbul di bagian tengah sampai ke bagian yang lebih atas dari dinding lambung dan bergerak ke arah antrum sekitar satu kali setiap 15 sampai 20 detik. Gelombang ini ditimbulkan oleh irama listrik dasar dinding lambung, terdiri dari "gelombang pendek" listrik yang terjadi secara spontan pada dinding lambung.Sewaktu gelombang konstriktor berjalan dari korpus lambung ke dalam antrum, gelombang tersebut menjadi lebih kuat, beberapa menjadi sangat kuat dan menimbulkan cincin konstriktor yang digerakkan oleh potensial aksi peristaltik yang kuat, yang mendorong isi antrum di bawah tekanan yang semakin lama semakin tinggi ke arah pilorus.Cincin konstriktor ini juga memainkan peran penting dalam mencampur isi lambung melalui cara berikut: Setiap kali gelombang peristaltik berjalan ke bawah dinding antrum menuju pilorus, gelombang itu menembus isi lambung semakin dalam pada antrum. Tetapi pembukaan pilorus masih cukup sempit sehingga hanya beberapa mililiter atau kurang isi antrum yang dikeluarkan ke dalam duodenum pada setiap gelombang peristaltik. Demikian juga, sewaktu setiap gelombang peristaltik mendekati pilorus, otot pilorus itu sendiri sering berkontraksi, yang selanjutnya menghalangi pengosongan melalui pilorus. Oleh karena itu, sebagian besar isi antrum akan diperas terbalik arahnya melalui cincin peristaltik menuju korpus lambung, tidak menuju pilorus. Jadi, gerakan cincin konstriktif peristaltik, digabung dengan kerja memeras dengan arah terbalik, disebut "retropulsi," adalah mekanisme pencampuran yang sangat penting dalam lambung.PERGERAKAN USUS HALUS 1. Kontraksi Pencampuran (kontraksi Segementasi) usus terbagi menjadi segmen-segmen berjarak yang mempunyai bentuk rantai sosis Bila satu susun kontraksi segmen berelaksasi sebuah yang baru akan timbul, tetapi kontraksi ini terjadi pada titik yang baru diantara kontraksi-kontraksi sebelumnya memotong chyme 8-12 kali dalam semenit mencampur partikel padat dengan sekret usus halus2. Pergerakan pendorongChyme di dorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik bergerak menuju anus dengan kecepatan o,5 sampai 2 cm per detik. Lebih cepat di usus bagian proksimal dan lebih lambat di usus bagian terminal. 3-5 jam perjalanan chyme dari pilorus sampai katup ileosekal.3. Katup ileosekalFungsi : untuk menjaga mengalir kembalinya isi fekal dari kolon ke dalam usus halus. Pengaturan umpan balik sfringter ileosekal bila sekum diregangkan derajat kontraksi sringter ileosekal ditingkatkan sedang peristaltik ileum di hambat menunda pengosongan secara besar-besaran tambahan chime dari ileum.PERGERAKAN KOLON1) Pergerakan pencampuran (Haustrasi)Setiap titik kontriksi, otot sirkuler berkontraksi, otot longitudinal (taenia coli) berkontraksi kontraksi haustrasi sekali timbul, mencapai puncak dalam 30 detik menghilang 60 detik materi feses di dalm usus besar dia desak dan di putar secara bertahap feses bersentuhan dengan permukaan usus besar dan cairannya secara progesif diabsorpsi 80-150 ml dan 1500 ml chime.2) Pergerakan kolonPergerakan pendorong pergerakan massa, terjadi karena:a) Pergerakan ke arah anus yang lambat oleh kontraksi haustralb) Gerakan massa Butuh waktu 8-15 jam untuk menggunakan chime dari ileosaekal ke kolon transversum Dari kolon transversum ke sigmoid peran pendorongan beberapa kali setiap harinya Pergerakan di tandai dengan: lingkaran kontriksi yang terjadi pada kolon yang mengalami peregangan atau iritasi distal kolon akan berkontraksi sebagai satu unik memaksa materi feses ,emuruni kolonDEFEKASIBila feses masuk ke rektum peregangan dinding rektum sinyal aferen melalui plexus mienterikus gel.peristaltik di dalam kolon descendens, sigmoid dan rectum memaksa feses menuju anus.Gelombang peristaltik mencapai anus sfingter ani internus di hambat saraf inhibitor, sfingter ani externus di relaksasi defekasi refleks defekasi instrinsik.

Sinyal aferen yang masuk medulla spinalis menimbulkan efek bernapas dalam, menutup glottis dan mengkontraksi otot-otot perut memaksa isi feses turun ; dasar pelvis terdorong ke bawah untuk menarik keluar anus dan mengelurkan feses.2. Bagaimana proses pencernaan?a) Mastikasi (Mengunyah)Gigi sudah dirangsang dengan sangat tepat untuk mengunyah, gigi anterior (incisivus) menyediakan kerja memotong yang kuat dan gigi posterior (molar), kerja menggiling. Semua otot rahang bawah yang bekerja bersama-sama dapat mengatupkan gigi dengan kekuatan sebesar 55 pound pada incisivus dan 200 pound pada molar.Pada umumnya otot-otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dan saraf kranial V, dan proses mengunyah di kontrol oleh nukleus dalam batang otak. Perangsangan daerah retikularis spesifik pada pusat pengecapan batang otak akan menimbulkan pergerakan mengunyah yang ritmis. Demikian pula, perangsangan area di hipotalamus, amigdala dan bahkan di korteks serebri dekat area sensoris untuk pengecapan dan penghidu sering kali dapat menimbulkan gerakan mengunyah.Kebanyakan proses mengunyah disebabkan oleh suatu refleks mengunyah, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Adanya bolus makanan di dalam mulut pada awalnya menimbulkan penghambat refleks otot untuk mengunyah, yang menyebabkan rahang bawah turun ke bawah. Penurunan ini kemudian menimbulkan refleks regang pada otot-otot rahang bawah yang menimbulkan kontraksi rebound. Keadaan ini secara otomatis mengangkat rahang bawah yang menimbulkan pengatupan gigi, tetapi juga menekan bolus melawan dinding mulut, yang menghambat otot rahang bawah sekali lagi, menyebabkan rahang bawah turun dan kembali rebound pada saat yang lain, dan ini terjadi berulang-ulang.Mengunyah bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, tetapi terutama sekali untuk sebagian besar buah dan sayur-sayuran mentah karena zat-zat ini mempunyai membran selulosa yang tidak mudah dicerna. Membran ini melingkupi bagian-bagian zat nutrisi sehingga harus diuraikan sebelum makanan dapat dicerna. Selain itu, mengunyah akan membantu pencernaan makanan untuk alasan sederhana berikut: Enzim-enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel makanan; karena itu, kecepatan pencernaan seluruhnya bergantung pada total area permukaan yang terpapar dengan sekresi pencernaan. Selain itu, menggiling makanan hingga menjadi partikel-partikel dengan konsistensi sangat halus akan mencegah ekskoriasi traktus gastrointestinal dan meningkatkan kemudahan pengosongan makanan dari lambung ke dalam usus halus, kemudian ke semua segmen usus berikutnya.b) Proses Menelan (Deglutisi)Lipatan palatofaringeal pada setiap sisi faring tertarik ke arah medial untuk saling mendekat satu sama lain. Dengan cara ini, lipatan-lipatan tersebut membentuk celah sagital yang harus dilewati oleh makanan untuk masuk ke dalam faring posterior. Celah ini melakukan kerja selektif, sehingga makanan yang telah cukup dikunyah dapat lewat dengan mudah. Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring membantu fungsi pernapasan dan menelan. Faring diubah hanya dalam beberapa detik menjadi traktus untuk mendorong masuk makanan. Yang terutama penting adalah bahwa respirasi tidak terganggu karena proses menelan.Pada umumnya, menelan dapat dibagi menjadi (1) tahap volunter, yang mencetuskan proses menelan, (2) tahap faringeal, yang bersifat involunter dan membantu jalannya makanan melalui faring ke dalam esofagus; dan (3) tahap esofageal, fase involunter lain yang mengangkut makanan dari faring ke lambung.Tahap Volunter dari Proses Menelan. Bila makanan sudah siap untuk ditelan, "secara sadar" makanan ditekan atau digulung ke arah posterior ke dalam faring oleh tekanan lidah ke atas dan ke belakang terhadap palatum. Dari sini, proses menelan menjadi seluruhnya atau hampir seluruhnya berlangsung secara otomatis dan umumnya tidak dapat dihentikan.

Tahap Faringeal dari Proses Menelan. Sewaktu bolus makanan memasuki bagian posterior mulut dan faring, bolus merangsang daerah epitel reseptor menelan di sekeliling pintu faring, khususnya pada tiang-tiang tonsil, dan sinyal-sinyal dari sini berjalan ke batang otak untuk mencetuskan serangkaian kontraksi otot faringeal secara otomatis sebagai berikut:1. Palatum mole tertarik ke atas untuk menutupi nares posterior, untuk mencegah refluks makanan ke rongga hidung.2. Karena tahap penelanan ini berlangsung kurang dari 1 detik, setiap benda besar apa pun biasanya sangat dihalangi untuk berjalan masuk ke esofagus.3. Pita suara laring menjadi sangat berdekatan, dan laring tertarik ke atas dan anterior oleh otot-otot leher. Hal ini, digabung dengan adanya ligamen yang mencegah pergerakan epiglotis ke atas, menyebabkan epiglotis bergerak ke belakang di atas pembukaan laring. Seluruh efek ini bekerja bersama mencegah masuknya makanan ke dalam hidung dan trakea. Yang paling penting adalah sangat berdekatannya pita suara, namun epiglotis membantu mencegah makanan agar sejauh mungkin dari pita suara. Kerusakan pita suara atau otot-otot yang membuatnya berdekatan dapat menyebabkan strangulasi.4. Gerakan laring ke atas juga menarik dan melebarkan pembukaan ke esofagus. Pada saat yang bersamaan, 3-4 cm di atas dinding otot esofagus, yang dinamakan sfingter esofagus atas (juga disebut sfingter faringoesofageal) berelaksasi, sehingga makanan dapat bergerak dengan mudah dan bebas dari faring posterior ke dalam esofagus bagian atas. Di antara penelanan, sfingter ini tetap berkontraksi dengan kuat, sehingga mencegah udara masuk ke esofagus selama respirasi. Gerakan laring ke atas juga mengangkat glotis keluar dari jalan utama makanan, sehingga makanan terutama hanya melewati setiap sisi epiglotis dan bukan melintas di atas permukaannya; hal ini menambah pencegahan terhadap masuknya makanan ke dalam trakea.5. Setelah laring terangkat dan sfingter faringoesofageal mengalami relaksasi, seluruh otot dinding faring berkontraksi, mulai dari bagian superior faring, lalu menyebar ke bawah melintasi daerah faring media dan inferior, yang mendorong makanan ke dalam esofagus melalui proses peristaltik.Sebagai ringkasan mekanika tahapan penelanan dari faring: Trakea tertutup, esofagus terbuka, dan suatu gelombang peristaltik cepat dicetuskan oleh sistem saraf faring mendorong bolus makanan ke dalam esofagus bagian atas, seluruh proses terjadi dalam waktu kurang dari 2 detik.

Gambar 1. Mekanisme menelan (Guyton, 2012).

Pencetusan Saraf pada Tahap Faringeal dari Proses Menelan. Daerah taktil paling sensitif dari bagian posterior mulut dan faring untuk mengawali tahap faringeal pada proses menelan terletak pada suatu cincin yang mengelilingi pembukaan faring, dengan sensitivitas terbesar pada tiang-tiang tonsil. Sinyal dijalarkan dari daerah ini melalui bagian sensoris saraf trigeminal dan glosofaringeal ke medula oblongata, baik ke dalam atau berhubungan erat dengan traktus solitarius, yang terutama menerima semua impuls sensoris dari mulut.Tahap berikutnya dari proses menelan secara otomatis dicetuskan dalam urutan yang teratur oleh daerah-daerah neuron substansia retikularis medula dan bagian bawah pons. Urutan refleks penelanan ini sama dari satu penelanan ke penelanan berikutnya, dan waktu untuk seluruh siklus juga tetap sama dari satu penelanan ke penelanan berikutnya. Daerah di medula dan pons bagian bawah yang mengatur penelanan secara keseluruhan disebut pusat menelan atau deglutisi.Impuls motorik dari pusat menelan ke faring dan esofagus bagian atas yang menyebabkan penelanan dijalarkan secara berurutan oleh saraf kranial V, IX, X, dan XII serta bahkan beberapa saraf servikal superior.Ringkasnya, tahap faringeal dari penelanan pada dasarnya merupakan suatu refleks. Hal ini hampir selalu diawali oleh gerakan makanan secara volunter masuk ke bagian belakang mulut, yang kemudian merangsang reseptor-reseptor sensoris faringeal involunter untuk menimbulkan refleks menelan.Pengaruh Tahap Faringeal dari Proses Menelan Terhadap Pernapasan. Seluruh tahap faringeal dari proses menelan terjadi dalam waktu kurang dari 6 detik, dengan demikian mengganggu pernapasan hanya sekejap saja dalam siklus pernapasan yang biasa. Pusat menelan secara khusus menghambat pusat pernapasan medula selama waktu ini, menghentikan pernapasan pada titik tertentu dalam siklusnya untuk memungkinkan berlangsungnya penelanan. Bahkan, sewaktu seseorang sedang berbicara, penelanan akan menghentikan pernapasan selama waktu yang sedemikian singkat sehingga sulit untuk diperhatikan.Tahap Esofageal dari Proses Menelan. Esofagus terutama berfungsi untuk menyalurkan makanan secara cepat dari faring ke lambung, dan gerakannya diatur secara khusus untuk fungsi tersebut.Normalnya, esofagus memperlihatkan dua tipe gerakan peristaltik: peristaltik primer dan peristaltik sekunder. Peristaltik primer hanya merupakan kelanjutan dari gelombang peristaltik yang dimulai di faring dan menyebar ke esofagus selama tahap faringeal dari proses menelan. Gelombang ini berjalan dari faring ke lambung dalam waktu sekitar 8 sampai 10 detik. Makanan yang ditelan seseorang pada posisi tegak biasanya dihantarkan ke ujung bawah esofagus bahkan lebih cepat daripada gelombang peristaltik itu sendiri, sekitar 5 sampai 8 detik, akibat adanya efek gravitasi tambahan yang menarik makanan ke bawah.Jika gelombang peristaltik primer gagal mendorong semua makanan yang telah masuk esofagus ke dalam lambung, terjadi gelombang peristaltik sekunder yang dihasilkan dari peregangan esofagus oleh makanan yang tertahan, gelombang ini terus berlanjut sampai semua makanan dikosongkan ke dalam lambung. Gelombang peristaltik sekunder ini sebagian dimulai oleh sirkuit saraf intrinsik dalam sistem saraf mienterikus dan sebagian oleh refleks-refleks yang dimulai pada faring lalu dihantarkan ke atas melalui serabutserabut aferen vagus ke medula dan kembali lagi ke esofagus melalui serabut-serabut saraf eferen glosofaringeal dan vagus.Susunan otot dinding faring dan sepertiga bagian atas esofagus adalah otot lurik. Karena itu, gelombang peristaltik di daerah ini diatur oleh sinyal saraf rangka dari saraf glosofaringeal dan saraf vagus. Pada dua pertiga bagian bawah esofagus, susunan ototnya merupakan otot polos, namun bagian esofagus ini juga secara kuat diatur oleh saraf vagus yang bekerja melalui perhubungan dengan sistem saraf mienterikus esofageal. Sewaktu saraf vagus yang menuju esofagus dipotong, setelah beberapa hari pleksus saraf mienterikus esofagus menjadi cukup terangsang untuk menimbulkan gelombang peristaltik sekunder yang kuat bahkan tanpa bantuan dari refleks vagal. Karena itu, bahkan sesudah paralisis refleks penelanan batang otak, makanan yang dimasukkan melalui selang atau dengan cara lain ke dalam esofagus tetap siap memasuki lambung.c) Pencampuran & Propulsi Makanan dalam Lambung Irama Listrik Dasar Dinding LambungGetah pencernaan dari lambung disekresikan oleh kelenjar gastrik, yang berada pada hampir seluruh dinding korpus lambung kecuali sepanjang garis sempit di kurvatura minor lambung. Sekresi ini terjadi dengan segera saat berkontak dengan bagian makanan yang disimpan yang terletak berhadapan dengan permukaan mukosa lambung. Selama lambung berisi makanan, gelombang konstriktor peristaltik yang lemah, juga disebut gelombang pencampur, mulai timbul di bagian tengah sampai ke bagian yang lebih atas dari dinding lambung dan bergerak ke arah antrum sekitar satu kali setiap 15 sampai 20 detik. Gelombang ini ditimbulkan oleh irama listrik dasar dinding lambung, terdiri dari "gelombang pendek" listrik yang terjadi secara spontan pada dinding lambung.Sewaktu gelombang konstriktor berjalan dari korpus lambung ke dalam antrum, gelombang tersebut menjadi lebih kuat, beberapa menjadi sangat kuat dan menimbulkan cincin konstriktor yang digerakkan oleh potensial aksi peristaltik yang kuat, yang mendorong isi antrum di bawah tekanan yang semakin lama semakin tinggi ke arah pilorus.Cincin konstriktor ini juga memainkan peran penting dalam mencampur isi lambung melalui cara berikut: Setiap kali gelombang peristaltik berjalan ke bawah dinding antrum menuju pilorus, gelombang itu menembus isi lambung semakin dalam pada antrum. Tetapi pembukaan pilorus masih cukup sempit sehingga hanya beberapa mililiter atau kurang isi antrum yang dikeluarkan ke dalam duodenum pada setiap gelombang peristaltik. Demikian juga, sewaktu setiap gelombang peristaltik mendekati pilorus, otot pilorus itu sendiri sering berkontraksi, yang selanjutnya menghalangi pengosongan melalui pilorus. Oleh karena itu, sebagian besar isi antrum akan diperas terbalik arahnya melalui cincin peristaltik menuju korpus lambung, tidak menuju pilorus. Jadi, gerakan cincin konstriktif peristaltik, digabung dengan kerja memeras dengan arah terbalik, disebut "retropulsi," adalah mekanisme pencampuran yang sangat penting dalam lambung.Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus memiliki panjang sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum ( 25 cm), jejunum ( 2,5 m), serta ileum ( 3,6 m). Pada usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke usus halus. Senyawa yang dihasilkan usus halus adalah : Disakaridase Menguraikan disakarida menjadi monosakarida Erepsinogen Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin. Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino. Hormon Sekretin Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa kimia yang dihasilkan ke usus halus Hormon CCK (Kolesistokinin) Merangsang hati untuk mengeluarkan cairan empedu ke dalam usus halus.Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah : Bikarbonat menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari lambung Enterokinase Mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino. Amilase Mengubah amilum menjadi disakarida Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol Tripsinogen Tripsin yang belum aktif. Kimotripsin Mengubah peptone menjadi asam amino Nuklease Menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat Hormon Insulin Menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar normal Hormon Glukagon Menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar norma

Gambar 2. Usus besar pada manusia (Guyton, 2012).Usus besar merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3 daerah, yaitu : Kolon asenden, Kolon Transversum, dan Kolon desenden. Fungsi kolon adalah :a) Menyerap air selama proses pencernaan.b) Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli.c) Membentuk massa fesesd) Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran feses dari tubuh ddefekasi.Rectum merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.3. Apa saja fungsi motorik lambung?Fungsi motorik lambung ada 41) Pengisian lambung volume sekitar 50 ml, tetapi volume lambung dapat bertambah hingga sekitar 1 liter (1000 ml) saat makan. Lambung dapat menampung peningkatan volume 20 kali lipat, dengan tidak banyak mengalami perubahan tegangan di dindingnya dan peningkatan tekanan intra lambung, melalui mekanisme berikut. Bagian inferior lambung membentuk lipatan-lipatan dalam. Sewaktu makan, lipatan menjadi lebih kecil dan nyaris mendatar sewaktu lambung sedikit melemas setiap kali makanan masuk. Relaksasi refleks lambung sewaktu menerima makanan disebut relaksasi reseptif, yang meningkatkan kemampuan lambung untuk menampung tambahan volume makanan dengan hanya menyebabkan sedikit peningkatan tekanan lambung. Namun, jka makanan yang dikonsumsi lebih dari 1liter maka lambung mengalami peregangan berlebihan dan tekanan intra lambung meningkat sehingga yang bersangkutan merasa tidak nyaman. Relaksasi reseptif di picu oleh tindakan makan dan diperantarai oleh nervus vagus (Sherwood, 2012). 2) Penyimpanan makanan di korpus lambungGelombang peristaltic menyebar melalui fundus dan korpus ke antrum dan spingter pylorus. Karena lapisan otot di fundus dan korpus tipis maka kontraksi dibagian ini lemah. Ketika mencapai antrum, gelombang kontraksi menjadi jauh lebih kuat karena otot di sini lebih tebal.Karena di fundus dan korpus gerakan mencapur berlangsung lemah, maka makanan yang disalurkan ke lambung dari esophagus disimpan di bagian korpus yang relative tenang tanpa mengalami pencampuran. Daerah fundus biasanya tidak menyimpan makanan tetapi hanya mengandung kantung gas (Sherwood, 2012). 3) Pencampuran makanan yang berlangsung di antrumMakanan secara bertahap disalurakan dari korpus ke antrum, tempat berlangsungnya pencampuran. Kontraksi peristaltic antrum yang kuat mencampur makanan dengan sekresi lambung untuk menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik antrum mendorong kimus maju menuju sfingter pylorus. Lubang yang terbentuk cukup besar untuk dilalui oleh air dan cairan lain tetapi terlalu kecil untuk kimus kental kecuali jika kimus di dorong oleh kontraksi peristaltic antrum yang kuat. 4) Pengosongan lambungSelain mencampur isi lambung, kontraksi peristaltik antrum adalah gaya pendorong untuk mengososngkan lambung. Jumlah kimus yamh lolos ke duodenum pada setiap gelombang kontraksi sebelum sfingter pylorus menutup erat terutama bergantung pada kekuatan peristaltic4. Bagaimana pergerakan usus halus?Usus halus terbagi menjadi tiga segmen yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Pada usus halus ini terjadi sebagian besar pencernaan dan penyerapan. a) Motilitas usus halusSegmentasi adalah metode motilitas utama usus halus yaitu proses mencampur dan mendorong secara perlahan kimus, dengan cara kontraksi bentuk cincin otot polos sirkuler di sepanjang usus halus, diantara segmen yang berkontraksi terdapat daerah yang berisi kimus. Cincin-cincin kontraktil timbul setiap beberapa sentimeter, membagi usus halus menjadi segmen-segmen seperti rantai sosis. Segmen-segmen yang berkontraksi, setelah jeda singkat, melemas dan kontraksi kontraksi berbentuk cincin kemudian muncul di daerah yang semula melemas. Perjalanan isi usus biasanya memerlukan waktu 3-5 jam untuk melintasi seluruh panjang usus halus, sehingga tersedia waktu untuk berlangsungnya proses pencernaan dan penyerapan. b) Sekresi Usus HalusSekresi usus halus tidak mengandung enzim pencernaan, kelenjar eksokrin yang terletak di mukosa usus halus mengeluarkan sekitar 1,5 liter larutan garam dan mukus cair (sukus enterikus) ke dalam lumen. Mukus berfungsi sebagai proteksi dan lubrikasi.

c) Digesti Usus HalusPencernaan di dalam lumen usus halus dilaksanakan oleh enzim-enzim pankreas dan sekresi empedu. Enzim pankreas meyebabkan lemak direduksi menjadi satuan-satuan monogliserida dan asam lemak bebas yang dapat diserap, protein diuraikan menjadi fragmen peptida kecil dan beberapa asam amino, dan karbohidrat direduksi menjadi disakarida dan beberapa monosakarida. Dengan demikian proses pencernaan lemak selesai dalam lumen usus halus tapi pencernaan protein dan karbohidrat belum.Dari permukaan luminal sel-sel epitel usus halus terbentuk tonjolan-tonjolan seperti rambut yang disebut Brush Border, yang mengandung tiga kategori enzim, yaitu :a. Enterikinase, mengaktifkan enzim pankreas tripsinogenb. Golongan disakaridase (sukrose, maltase dan laktase), yang menyelesaikan pencernaan karbohidrat dengan menghidrolisis disakarida yang tersisa menjadi monosakarida penyusunnyac. Golongan aminopeptida, yang menghidrolisis peptide menjadi komponen asam aminonya, sehingga pencernaan protein selesai.d) Absorpsi Usus HalusSemua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian besar elektrolit, vitamin dan air dalam keadaan normal diserap oleh usus halus. Sebagian besar penyerapan berlangsung di duodenum dan jejenum, dan sangat sedikit yang berlangsung di ilieum.1) Penyerapan Garam dan AirAir diabsorpsi melalui mukosa usus ke dalam darah hampir seluruhnya melalui osmosis. Natrium diserap secara transpor aktif dari dalam sel epitel melalui bagian basal dan sisi dinding sel masuk ke dalam ruang paraseluler. Sebagian Na diabsorpsi bersama dengan ion klorida, damana ion klorida bermuatan negatif secara pasif ditarik oleh muatan listrik positif ion natrium.2) Penyerapan KarbohidratKarbohidrat diserap dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa. Disakaridase yang ada di brush border menguraikan disakarida ini menjadi monosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder sedangkan fruktosa diserap melalui difusi terfasilitasi.3) Penyerapan ProteinProtein diserap di usus halus dalam bentuk asam amino dan peptida, asam amino diserap menembus sel usus halus melalui transpor aktif sekunder, peptida masuk melalui bantuan pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen asam aminonya oleh aminopeptidase di brush border atau oleh peptidase intrasel, dan masuk ke jaringan kapiler yang ada didalam vilus. Dengan demikian proses penyerapan karbohidrat dan protein melibatkan sistem transportasi khusus yang diperantarai oleh pembawa dan memerlukan pengeluaran energi serta kotransportasi Na.4) Penyerapan Lemak Lemak diabsorpsi dalam bentuk monogliserida dan asam lemak bebas, keduanya akan larut dalam gugus pusat lipid dari misel empedu, dan zat-zat ini dapat larut dalam kimus. Dalam bentuk ini, monogliserida dan asam lemak bebas ditranspor ke permukaan mikrovili brush border sel usus dan kemudian menembus ke dalam ceruk diantara mikrovili yang bergerak. Dari sini keduanya segera berdifusi keluar misel dan masuk ke bagian dalam sel epitel. Proses ini meninggalkan misel empedu tetap di dalam kimus, yang selanjutnya akan melakukan fungsinya berkali-kali membantu absorpsi monogliserida dan asam lemak.

5) Penyerapan VitaminVitamin yang larut dalam air diabsorpsi secara pasif bersama air, sedangkan yang larut dalam lemak diabsorpasi secara pasif dengan produk akhir pencernaan lemak.6) Penyerapan Besi dan KalsiumAbsorpsi besi dan kalsium tergantung pada kebutuhan tubuh akan elektrolit tersebut.5. Bagaimana gerakan colon?Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks dan rektum. Rata-rata kolon menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus setiap harinya, isi usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna (misal selulosa), komponen empedu yang tidak diserap dan sisa cairan, bahan ini akhirnya yang disebut feses.Motilitas Usus BesarGerakan usus besar umumnya lambat dan tidak propulsif, sesuai dengan fungsinya sebagai tempat absorpsi dan penyimpanan. Motilitas yang terjadi pada kolon adalah kontraksi haustra yaitu gerakan mengaduk isi kolon dengan gerakan maju mundur secara perlahan yang menyebabkan isi kolon terpajan ke mukosa absortif. Peningkatan motilitas terjadi setiap 3-4 kali sehari setelah makan yaitu terjadi kontraksi simultan segmen-segmen besar di kolon asendens dan transversum sehingga feses terdorong sepertiga sampai seperempat dari panjang kolon, gerakan ini disebut gerakan massa yang mendorong isi kolon ke bagian distal usus besar sebagai tempat defekasi.Sewaktu gerakan masa di kolon mendororng isi kolon ke dalam rektum, terjadi peregangan rektum dan merangsang reseptor regang di dinding rektum serta memicu refleks defekasi.Sekresi Usus BesarSekresi kolon terdiri dari larutan mukus alkalis (HCO3-) yang fungsinya adalah melindungi mukosa usus besar dari cedera kimiawi dan mekanis, juga menghasilkan pelumasan untuk memudahkan feses lewat.

Absorpsi Usus BesarDalam keadaan normal kolon menyerap sebagian besar garam dan air. Natrium zat yang paling aktif diabsorpsi dan, Klorida diabsorpsi secara pasif mengikuti penurunan gradien listrik, dan air diabsorpsi secara osmosis6. Apa saja refleks otonom lain yang mempengaruhi aktivitas usus?1. Refleks gastroenterikAktivitas peristaltik usus sangat meningkat sesudah makan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh awal masuknya kimus ke dalam duodenum yang menyebabkan peregangan dinding duodenum yang disebut refleks gastroenterik yang dimulai dengan distensi lambung ddan diteruskan terutama melalui pleksus mienterikus dari lambung turun disepanjang dinding usus halus. Selain sinyal yang mempengaruhi peristaltik, ada beberapa hormon yang berpengaruh terhadap peristaltik meliputi gastrin, CCK, insulin, motilin dan serotonin. Semuanya meningkan motolitas usus. Sebaliknya sekretin dan glukagon menghambat motilitas usus. Fungsi gelombang peristaltik dalam usus halus tidak hanya menyebabkan pendorongan kimus ke arah katup ileosektal tetapi juga menyababkan menyebarkan kimus di sepanjang mukosa usus. Sewaktu kimus memasuki usus dari lambung dan menimbulkan peristaltik, hal ini akan segera menyebabkan penyebaran kimus di dalam usus halus dan proses ini akan semakin meningkat sewaktu kumis memasuki duodenum. Pada waktu mencapai katup ileosekal, kimus kadang dihambat selama beberapa jam sampai orang itu mengkonsumsi makanan lain; pada waktu itu, refleks gastrointestinal akan meningkatkan peristaltik dalam ileum serta mendorong kimus terhambat tadi melewati katup ileosekal masuk ke dalam sekum usus besar.2. Refleks gastrokolik dan refleks duodenokolikTimbulnya pergerakan massa sesudah makan dipermudah oleh refleks gastrokolik dan refleks duodenokolik. Refleks ini disebabkan oleh distensi lambung dan duodenum. Refleks tersebut tidak timbul sama sekali atau hampir tidak timbul sama sekali bila saraf saraf otonom ektrinsik yang menuju colon telah diangkat; oleh karena itu, refleks tersebut hampir secara pasti dijalarkan melalui jalur sistem saraf otonom.3. Refleks DefekasiBila feses memasuki rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltik di dalam colon descenden, sigmoid dan rektum, mendorong feses ke arah anus. Sewaktu gelombang peristaltik memasuki mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasi oleh sinyal sinyal penghambat dari pleksus mienterikus; jika sfingter ani eksternus juga dalam keadaan sadar dan berelaksasi secara volunter pada waktu yang bersamaan, terjadilah defekasi.Agar menjadi efektif dalam menimbulkan defekasi, refleks biasanya harus diperkuat oleh refleks defekasi jenis lain, suatu refleks defekasi parasimpatis yang melibatkan segmen sakral medulla spinalis. Bila ujung ujung saraf dalam rektum dirangsang, sinyal sinyal dihantarkan pertama ke medulla spinalis kemudian secara refleks kembali ke colon descenden, sigmoid, rektum, dan anus melalui serabut parasimpatis melalui saraf parasimpatis dalam nervus pelvikus. Sinyal ini memperkuat peristaltikan merelaksasikan sfingter ani internus, dengan demikian mengubah refleks defekasi mienterik intrinsik dari suatu usaha yang lemah menjadi suatu proses defekasi yang kuat, yang kadang efektif dalam pengosongan usus besar sepanjang jalan dari fleksura splenikus kolon sampai ke anus.Refleks otonom lain yang mempengaruhi aktivititas usus1. Refleks peritoneointestinalDihasilkan dari iritasi peritonium; refleks ini sangat kuat menghambat saraf saraf perangsang enterik dan dengan demikian dapat menimbulkan paralisis usus terutama pada pasien dengan perotonitis.2. Refleks renointestonal dan vesikointestinalMenghambat aktivitas usus sebagai akibat dari iritasi ginjal atau kandung kemih.

BAB 3PENUTUPKesimpulan1. Transpor dan pencampuran makanan a. LambungGetah pencernaan dari lambung disekresikan oleh kelenjar gastrik, yang berada pada hampir seluruh dinding korpus lambung kecuali sepanjang garis sempit di kurvatura minor lambung. Sekresi ini terjadi dengan segera saat berkontak dengan bagian makanan yang disimpan yang terletak berhadapan dengan permukaan mukosa lambung. b. Usus halusKontraksi Pencampuran (kontraksi Segementasi) usus terbagi menjadi segmen-segmen berjarak yang mempunyai bentuk rantai sosis Bila satu susun kontraksi segmen berelaksasi sebuah yang baru akan timbul, tetapi kontraksi ini terjadi pada titik yang baru diantara kontraksi-kontraksi sebelumnya memotong chyme 8-12 kali dalam semenit mencampur partikel padat dengan sekret usus halusc. KolonPergerakan pencampuran (Haustrasi). Setiap titik kontriksi, otot sirkuler berkontraksi, otot longitudinal (taenia coli) berkontraksi kontraksi haustrasi sekali timbul, mencapai puncak dalam 30 detik menghilang 60 detik materi feses di dalm usus besar dia desak dan di putar secara bertahap feses bersentuhan dengan permukaan usus besar dan cairannya secara progesif diabsorpsi 80-150 ml dan 1500 ml chime.2. Proses pencernaanMeliputi proses mastikasi, dan deglutasi oleh cavum oris sampai esophagus, kemudian dilanjutkan dengan pengisian, pencampuran, dan pengosongan lambung. Penyerapan yang terjadi di usus halus dengan bantuan enzim pencernaan dari pancreas dan empedu. Absorpsi air pada usus besar dan pembentukan feses yang bermuara pada rectum dan di keluarkan melalui anus.3. Fungsi motorik lambung terdiri dari proses pengisian pada lambung, kemudian penyimpanan makanan pada korpus, pencampuran makanan pada lambung terjadi pada antrum lambung, dan selanjutnya pengosongan pada lambung yang di salurkan menuju ke duodenum melalui spincter pylorus.4. Pergerakan usus halusPada usus halus ini terjadi sebagian besar pencernaan dan penyerapan. Yang meliputi motilitas usus halus, sekresi usus halus, digesti dan absorpsi usus halus yang di bantu oleh enzim pencernaan.5. Pergerakan usus besarPada usus besarini terjadi sebagian besar pencernaan dan penyerapan. Yang meliputi motilitas usus besar, sekresi usus besar, digesti dan absorpsi usus besar yang di bantu oleh enzim pencernaan. Isi usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna (misal selulosa), komponen empedu yang tidak diserap dan sisa cairan, bahan ini akhirnya yang disebut feses.6. Reflek otonom yang mempengaruhi aktivitas ususRefleks peritoneointestinal. Dihasilkan dari iritasi peritonium; refleks ini sangat kuat menghambat saraf saraf perangsang enterik dan dengan demikian dapat menimbulkan paralisis usus terutama pada pasien dengan perotonitis.Refleks renointestonal dan vesikointestinal. Menghambat aktivitas usus sebagai akibat dari iritasi ginjal atau kandung kemih.

Daftar PustakaGuyton, Arthur C dan Hall John. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta: EGC.