RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

59
1. LUKA SUPERFISIAL ABERASI Aberasi adalah luka yang disebabkan oleh trauma superfisial pada kulit, biasanya oleh karena gesekan dan dapat sembuh spontan dengan sedikit jaringan parut. Setiap benda asing atau kotoran sebaiknya dikeluarkan karena dapat melekat di dalam kulit. Pengobatan: Penggunaan verban untuk proteksi luka dan pemberian antiseptik. LUKA INSISI Luka insisi yang bersifat superfisial biasanya tanpa kontaminasi. Harus diperhatikan apakah luka insisi ini hanya terbatas pada kulit atau lebih dalam yang dapat mengenai tendo, pembuluh darah, atau saraf. LUKA LASERASI Luka laserasi adalah luka luas yang dapat bersifat bersih seperti pada luka insisi tetapi dapat juga oleh karena trauma yang bersifat tumpul yang membentuk hematoma pada jaringan lunak. Pengobatan:

Transcript of RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

Page 1: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

1. LUKA SUPERFISIAL

ABERASI

Aberasi adalah luka yang disebabkan oleh trauma superfisial pada kulit,

biasanya oleh karena gesekan dan dapat sembuh spontan dengan sedikit

jaringan parut. Setiap benda asing atau kotoran sebaiknya dikeluarkan

karena dapat melekat di dalam kulit.

Pengobatan:

Penggunaan verban untuk proteksi luka dan pemberian antiseptik.

LUKA INSISI

Luka insisi yang bersifat superfisial biasanya tanpa kontaminasi. Harus

diperhatikan apakah luka insisi ini hanya terbatas pada kulit atau lebih

dalam yang dapat mengenai tendo, pembuluh darah, atau saraf.

LUKA LASERASI

Luka laserasi adalah luka luas yang dapat bersifat bersih seperti pada

luka insisi tetapi dapat juga oleh karena trauma yang bersifat tumpul

yang membentuk hematoma pada jaringan lunak.

Pengobatan:

Semua jaringan yang mati dan benda asing harus dieksisi dan luka harus

ditutup. Perlu dilakukan pemeriksaan radiologis apabila terdapat

kecurigaan akan benda asing seperti metal, gelas atau batu yang bersifat

radio-opak.

LUKA DALAM

Luka dalam dapat disebabkan oleh karena laserasi atau luka bakar karena

bermacam sebab seperti listrik. Dapat mengenai beberapa lapisan

jeringan lunak mulai dari kulit sampai lapisan yang lebih dalam.

Pengobatan:

Pada luka dalam kemungkinan terjadi kerusakan jaringan lunak, oleh

karena itu perlu dilakukan eksplorasi untuk melihat kemungkinan

kerusakan yang ada. Seluruh jaringan yang rusak dikeluarkan seperti

pada luka laserasi.

Page 2: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

LUKA TEMBAK

Luka tembak ada dua, yaitu:

1. Luka tembak dengan kecepatan rendah

Pada luka ini ditemukan adanya batas yang jelas dengan kerusakan

jaringan beberapa milimeter diluar dari saluran luka. Luka biasanya

tidak serius kecuali kalau ada kerusakan organ vital.

Pengobatan:

Pengobatan berupa eksisi jaringan yang mati sampai jaringan yang

sehat. Apabila luka disertai dengan fraktur maka dapat dilakukan

pengobatan sesuai dengan pengobatan standar. Luka dapat ditutup

dengan beberapa jahitan saja.

2. Luka tembak dengan kecepatan tinggi

Biasanya peluru masuk dan menimbulkan luka yang kecil tetapi

kerusakan jaringan lunak yang sangat luas dapat menimbulkan

kavitasi.

Pengobatan:

Pengobatan dengan melakukan eksisi luka serta jaringan mati yang

luas dan sebaiknya luka dibiarkan terbuka.

Pada setiap luka dan sebaiknya diberikan toksoid antitetanus apabila

sudah memperoleh imunisasi dasar dan apabila tidak memperoleh

imunisasi dasar maka diberikan serum antitetanus.

2. TRAUMA PADA LIGAMEN

Trauma pada sendi juga dapat menyebabkan kerusakan atau robekan ligamen

yang bersifat total atau parsial. Robekan pada ligamen yang bersifat parsial

disebut sebagai sprain atau strain. Robekan pada ligamen sering ditemukan

pada daerah sendi lutut dan pergelangan kaki.

Diagnosis:

Disgnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang baik, gambaran klinis serta

pemeriksaan rontgen secara stres dengan anestesia umum.

Pengobatan:

Page 3: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

Robekan yang persial biasanya memerlukan pengobatan yang sederhana.

Pada stadium akut ditemukan rasa nyeri yang hebat dan dilakukan

imobilisasi dengan verban elastik serta analgetik. Bila rasa nyeri yang

timbul lebih hebat, dapat dilakukan pemasangan gips. Dalam 24 jam

pertama diatasi dengan pemberian kompres es/air dingin secara berulang-

ulang. Penyembuhan biasanya setelah 23 minggu.

Robekan yang total perlu dilakukan aposisi pada kedua ujung ligamen

dengan cara operasi, diikuti imobilisasi daerah yang terkena dengan

pemasangan gips. Waktu pemasangan gips 3-4 minggu dan kemudian

dilakukan rehabilitasi.

Trauma Ligamen pada Bahu

1. Strain daerah strenoklavikuler. Strain di daaerah strenoklavikuler jarang terjadi. Biasanya berupa trauma pada fraktur klavikula tetapi sifatnya ringan.. gambaran klinis: nyeri, pembengkakan pada daerah tersebut.. pengobatan: terapi konservatif dengan mitela

2. Strain, sublukasasi, dan dislokasi akromioklavikulerKelainan ini seringa da pada 3 tigkat:. tingkat 1Pada tingkat ini hanya terjadi strain, dimana terdapat trauma pada ligamen tatapi tidak ada kerusakan dan ligamen tetap utuh.. tingkat 2Terjadi subluksasi, yaitu terdapat robekan ligamen akromiokalvikuler tetapi klavikuler tidak terangkay karea ligamen korakoklavikuler tetap utuh.. tingkat 3Terjadi dislokasi yang disebabkan oleh trauma yang lebih hebat sehingga terdapat robekan pada kedua ligmen di atas dan klavikula terangkat ke atas.

Trauma Ligamen Jari

. Causa: berasal dari potongan secara langsung yang banyak berhubungan akibat pekerjaan, jari bisa saja bertumpuk, melintir atau memanjang, jari juga sering terputus karena gigitan hewan.

. Manifestasi klinis: perdarahan, kemerahan, deformitas, bengkak yang bisa terlihat sangat nyata terkadang juga tidak tampak. Beberapa gejala seperti

Page 4: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

kemerahan, pus, atau demam dari suatu infeksi tidak akan muncul sampai beberapa jam sampa beberapa hari.

. Patomekanisme terjadinyab trauma jari: these injuries occur after lateral deviation and rotation, with the PIP joint in semi-flexion. This often happens during sporting activities while getting a finger caught in rotatory machines such as drills, etc.

. Penatalaksanaan:

1. Kontrol perdarahan dengan tekanan langsung, selama beberapa menit. Usahakan meletakkan bagian yang trauma elevasi dari jantung untuk membantu menghentikan perdarahan.

2. Potongan jari harap disimpan dengan baik jika memungkinkan,-. Bersihkan dengan air jika sangat kotor, masukkan dalam kantong plastik-. Taruh kantong plastik tersebut dalam air es, lalu bawa ke Rumah sakut bersama pasien-. Tutup jari yang terluka dengan kasa steril yang kering

3. Jangan pernah mencoba untuk membersihkan kotoran yang terkubur di dalam jari

4. Bila jari terlihat deformitas nyata, buatlah bidai dari stik eskrim atau apapun yang bisa ditalikan pada sisi yang trauma, hingga sampai di Rumah sakit.

3. TRAUMA PADA TENDO

TRAUMA TENDON

Tendon adalah pita fibrous yang mengikat otot pada tulang yang berfungsi

memfasilitasi terjadinya gerakan. Jika terjadi suatu cedera pada tendon, hal ini

disebut dengan “strain”. Strain biasanya terjadi karena tekanan, penggunaan

berlebih, ataupun tarikan. Sebagian tendon injuries timbul paling sering di jari-

jari, pergelangan tangan dan pergelangan kaki, serta terjadi di dekat persendian

bahu, siku, lutut, dan ankle.

Page 5: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

Terdapat beberapa istilah dalam cedera tendon, yaitu:

Tendinitis inflamasi tendon yang menimbulkan nyeri

Tendinosis robekan kecil pada tendon karena overuse

Tendinopathy istilah untuk inflamasi dan robekan

Etiologi & Patofisiologi:

Karena overuse (contoh: pada olahragawan) inflamasi jika terjadi

perlengketan atau adhesi (jika diperiksa terdapat krepitasi) lama-

kelamaan tendon robek. Hal ini sering terjadi pada tendon – tendon besar,

contoh: tendon Achilles.

Sering pula terjadi pada penuaan elastisitas berkurang trauma

tendon mudah robek.

Trauma tajam (secara langsung pada tendon) tendon robek. Sering

terjadi pada daerah pergelangan tangan atau jari-jari.

Symptom:

Tendinopathy biasanya menimbulkan suatu sensasi nyeri, kaku, dan

kehilangan kekuatan.

Nyeri bertambah bila area tendon dipakai.

Daerah tendon yang cedera merah, bengkak, dan hangat (bila terdapat

inflamasi)

Crunchy sound atau crunchy feeling (krepitasi) saat tendon digunakan.

Diagnosis:

1. Anamnesis

Ditanyakan: riwayat trauma, sensasi yang dirasakan (nyeri, kaku,

dan kehilangan kekuatan), aktivitas yang dilakukan (misalnya

sebagai atlet), dan area yang sakit.

Page 6: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

Apa cedera berkaitan dengan aktivitas atau pemakaian alat-alat.

2. Pemeriksaan fisik

Inspeksi : pada permukaan kulit di atas tendon yang cedera dapat

terlihat merah dan bengkak.

Palpasi: terdapat krepitasi ataupun teraba hangat bila terdapat

inflamasi.

3. Pemeriksaan penunjang (jika diperlukan) foto polos.

Penatalaksanaan:

Lakukan RICE, meliputi:

Rest istirahatkan langsung bagian cedera (48-72 jam) agar

jaringan mendapat kesempatan untuk pulih dan cedera tidak

bertambah parah.

Ice kompres bagian cedera dengan es dalam kantung untuk

menghentikan perdarahan (oleh vasokonstriksi), mengurangi

bengkak dan nyeri. Ini dilakukan selama 10-15 menit pada area

yang cedera.

Compression bebat bagian cedera dengan elastic bandage tetapi

jangan terlalu ketat.

Elevate tinggikan bagian yang cedera melebihi level jantung

untuk mengurangi bengkak.

Tambahan:

Terapi dingin dilakukan pada cedera akut dimana es berfungsi sebagai

vasokonstriktor yang bertujuan mengurangi perdarahan dan bengkak,

sedangakan terapi hangat atau kompres hangat dilakukan untuk cedera

yang kronis atau setelah melewati masa perdarahan yang bertujuan

meningkatkan elastisitas dan memperbaiki sirkulasi darah pada daerah

cedera tersebut sehingga penyembuhan lebih cepat.

Berikan pain reliever NSAID

Gentle exercise untuk mencegah terjadinya kekakuan

Page 7: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

Pada tendon yang robek:

Pada luka bersih dapat dilakukan penjahitan primer, sedangkan

pada luka yang kotor dibersihkan dulu dan tunda penjahitan untuk

beberapa minggu menghindari komplikasi tetanus.

Tendo dengan laserasi terbuka ditutup dengan “full thickness skin

graft”.

Setelah penjahitan pasang gips selama 3-6 minggu.

Cedera tendon pada ekstremitas:

Cedera tendon yang paling sering terjadi adalah:

Cedera tendon Achilles (pada ekstremitas inferior)

Anatomi : tendon yang menghubungkan m.gastrocnemius dengan

calcaneus dan berada tepat di bawah kulit sehingga sering cedera.

Fungsi : bila m.gastrocnemius berkonstraksi tendon Achilles

bergerak ke atas dan digunakan untuk jinjit, berlari, berjalan,

meloncat

Faktor penyebab (biomekanik) :

Kaki berputar ke dalam secara berlebih

Kebiasaan berpijak terlalu jauh dari tumit

Otot betis kaku

Lengkung telapah kaki yang tinggi

Tendon Achilles yang kaku

Kelainan bentuk tumit

Jenis cedera :

1. Tendinitis Achilles

Tendon Achilles mengalami inflamasi karena suatu cedera

kecil akibat stretching berlebih oleh tekanan pada tendon yang

lebih besar dibandingkan dengan kekuatan tendon tersebut,

misalnya karena berlari mendaki dan menuruni bukit.

Page 8: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

Biasanya tendon menjadi bengkak, nyeri, dan kemampuan

fleksinya berkurang, jika tidak diterapi dengan baik maka dapat

terjadi ruptur.

2. Ruptur tendo Achilles

Dapat terjadi karena:

Tendon telah rapuh karena tendinitis yang tidak

ditangani.

Tendon sehat tapi mendapat tekanan yang kuat dan tiba-

tiba.

Yang terjadi adalah ketika berlari atau melompat

m.gastrocnemius kontraksi tapi kontraksi ditahan oleh berat

badan tendon robek.

Gejala:

terasa seolah dipukul tepat di atas tumit dan tidak dapat

berjinjit

terlihat robekan atau celah 5 cm di atas insersio tendon

plantar fleksi lemah dan tidak disertai dengan

penegangan tendon

Ruptur dapat terjadi dalam beberapa bentuk:

Ruptur total tendon Achilles putus

Ruptur parsial terletak di perbatasan aponeurosis

m.gastrocnemius dengan tendo Achilles

Pemeriksaan:

Pasien menelungkup dan betis diremas jika tendon utuh kaki

akan terlihat berplantarfleksi dan jika tendon robek kaki akan

tetap diam.

Terapi :

Page 9: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

a. Konservatif:

- Menggunakan alah kaki dengan hak tinggi dan besar untuk

meratakan tekanan pada telapak kaki pada tendinitis

- Fiksasi dengan bidai dengan sifat fleksi pergelangan kaki

(selama 3 minggu) lalu latihan untuk dorsofleksi secara

perlahan-lahan

b. Pembedahan

Dilakukan penjahitan tendon

Cedera tendon pada ekstremitas superior

Cedera tendon pada ekstremitas superior sering terjadi pada pergelangan

tangan karena trauma langsung, misalnya karena trauma tajam.

Pada pergelangan tangan tendon-tendon dari muskulus tertata rapi dan dibungkus oleh retinaculum, jika terkena trauma pada retinaculum dan terjadi robek pada tendon yang ada disana baik yang berfungsi untuk fleksor maupun ekstensor maka regio antebrachii tidak akan dapat melakukan fleksi maupun ekstensi tergantung bagian yang cedera.

Robekan Tendineous Cuff Sendi Bahu

Tendineous cuff adalah pembungkus bahu yang juga yang disebut juga rotator cuff yang terdiri atas tendo supraspinatus di sebelah atas, infraspinatus di belakang,dan subskapularis di depan. Tendo supraspinatus merupakan bagian sentral yang mudah mengalami degenerasi atau ruptur setelah suatu trauma yang mendadak apabila jatuh pada bahu atau oleh stres yang terus menerus.

Patologi dapat dibagi atas:

1. Robekan yang besar .Terjadi kehilangan fungsi muskulus supraspinatus. gambaran klinisPenderita tidak dapat melakukan abduksi awal pada sendi bahu karean fungsi ini merupakn kombinasi aksi muskulus supraspinatus dan muskulus deltoideus, tetapi bila abduksi secara pasif telah tercapai pada garisluus maka dengan mudah dilakukan abduksi selanjutnya karena adanya fungsi dari muskulus deltoideus semata-mata. tatalaksana

Page 10: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

Robekan yang besar pada penderita tua tidak memerlukan tindakan operasi, pada penderita lebih muda sebaiknya dilakukan operasi.

2. Robekan yang riganApabila terjadi robekan yang parsial, maka fugsi muskulus supraspinatus maih tetap ada gerakan masih dalam batas normal tetapi terdapat nyeri pada gerakan abduksi di bagian pertengahan, yang disebut painful arc syndrome.. tatalaksanaDilakukan fisioterapi dengan menggunakan short-wave diathermy

FROZEN SHOULDER

DEFINISI

Frozen shoulder merupakan suatu istilah yang merupakan wadah untuk

semua gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan pembatasan

lingkup gerak sendi baik secara aktif mapun pasif akibat capsulitis adhesiva yang

disebabkan adanya perlengketan kapsul sendi, yang sebenarnya lebih tepat untuk

menggolongkannya di dalam kelompok periarthritis.

MANIFESTASI KLINIK

Frozen shoulder adalah penyakit kronis dengan gejala khas berupa nyeri

bahu dan pembatasan lingkup gerak sendi bahu yang dapat mengakibatkan

gangguan aktivitas kerja sehari-hari.

ETIOLOGI

Etiologi dari frozen shoulder masih belum diketahui dengan pasti. Adapun

fakor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat trauma,

over use, injuri atau operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit

kardiovaskuler, clinical depression dan Parkinson.

Page 11: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

Frozen shoulder dapat disebabkan oleh trauma, imobilisasi lama,

imunologi, serta hubungannya dengan penyakit lainnya, misal hemiparese,

ischemic heart disease, TB paru, bronchritis kronis dan diabetes mellitus dan

diduga penyakit ini merupakan respon autoimun terhadap rusaknya jaringan lokal.

Adapun beberapa teori yang dikemukakan American Academy of Orthopedic

Surgeon tahun 2000 mengenai frozen shoulder, teori tersebut adalah :

a. Teori hormonal.

Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan dengan

datangnya menopause.

b. Teori genetik.

Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder, contohnya

ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada saat yang sama.

c. Teori auto immuno.

Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil rusaknya

jaringan lokal.

d. Teori postur.

Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap

menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.

Immobilisasi yang lama pada lengan karena nyeri merupakan awal terjadinya

frozen shoulder. Lengan yang immobilisasi lama akan menyebabkan statis vena

dan kongesti sekunder bersama dengan vasospastik, ini akan menimbulkan reaksi

timbunan protein, oedema, eksudat dan akhirnya terjadi fibrous sehingga kapsul

sendi akan kontraktur serta hilangnya lipatan inferior sendi, fibrosis kapsul sendi

meningkat sehingga mudah robek saat humeri bergerak abduksi dan rotasi.

Fibrous pada kapsul sendi ini akan mengakibatkan adhesi antara lapisan bursa

subdeltoidea, adhesi ekstra artikuler dan intra arthrikuler. Perlengketan kapsul

sendi akan mengakibatkan gerakan sendi bahu menjadi terbatas.

Capsulitis adhesiva merupakan kelanjutan dari lesi rotator cuff, karena terjadi

Page 12: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam kapsul sendi dan

mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi fibrous dapat diperburuk

akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi impingement yang terlalu

lama (Appley, 1993).

Menurut Kisner (1996) frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu

a. Pain (Freezing) : ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat,

gerak sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir

ampai 10- 36 minggu.

b. Stiffness (Frozen) : ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau

perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang di ikuti

oleh keterbatasan gerak scapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.

c. Recovery (Thawing) : pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak

ada synovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata.

Fase ini berakhir 6-24 bulan atau lebih.

Mengingat luasnya gerakan sendi bahu merupakan faktor yang sangat penting

kaitannya dalam hubungannya dengan peningkatan kualitas gerak dan fungsi,

maka usaha dan peningkatan merupakan salah satu tujuan dari fisioterapi,

sehingga penulis mengambil terapi latihan dengan metode Free Active Exercise,

Codman Pendular Exercise dan Shoulder Wheel sebagai usaha untuk menjaga dan

meningkatkan lingkup gerak sendi, menjaga kekuatan otot. Dengan semua

modalitas tersebut diharapkan tercapainya tujuan utama jangka panjang untuk

mengembalikan aktifitas fungsional seperti sediakala.

4. TRAUMA PADA PEMBULUH DARAH

Trauma pada pembuluh darah dapat dibagi dalam 3 kategori:

1. Vasospasme

2. Robekan tidak total

3. Robekan total

Page 13: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

Akibat yang terjadi dalam komplikasi pembuluh darah:

1. Gangguan sirkulasi yang bersifat sementara

2. Gangguan sirkulasi yang bersifat permanen karena kerusakan pembuluh

darah dan atau trombosis

3. Aneurisma traumatik

Lokalisasi daerah pembuluh darah:

Trauma arteri aksilaris biasanya terjadi pada dislokasi sendi bahu atau fraktur

dislokasi sendi bahu atau fraktur leher humerus.

1. Arteri brakialis

Trauma ini biasanya terjadi pada fraktur humerus dan fraktur

suprakondiler humerus.

2. Arteri radialis

Terjadi pada fraktur ddaerah radius distal dengan perpindahan fragmen ke

depan dari fragmen distal (fraktur smith)

3. Pembuluh darah pelvik

Terjadi pada trauma tekanan atau trauma lain yang hebat pada panggul.

4. Arteri femoralis

Biasanya terjadi apabila ada fraktur batang femur dengan fraktur yang

hancur atau pecah- pecah.

5. Arteri poplitea

Apabila terjadi dislokasi pada sendi lutut, fraktur 1/3 proksimal tibia atau

distal femur.

Gambaran klinis.

Perlu dibandingkan perabaan dan denyutan arteri antara bagian yang sakit

dan bagian yaang sehat. Bagian distal mengalami iskemi, dingin, serta

membengkak. Perlu diraba arteri radialis, arteri dorsalis pedis/ arteri

tibialis posterior. Juga diperiksa ritme kapiler pada jari- jari.

Pengobatan.

Apabila terdapat fraaktur atau dislokasi, reduksi harus dilakukan

secepatnya baik secara tertutup maupun terbuka. Bila perlu dapat

dilakukan eksplorasi pembuluh darah untuk melihat tingkat kerusakannya.

Page 14: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

6. Gangren iskemik

Merupakan kelainan dimana terjadi kematian jaringan karena kerusakan

pembuluh darah.

Dapat disebabkan oleh.

Pemasangan verban yang ketat

Pemasangan turniket yang salah/ terus menerus

Kerusakan pembuluh darah bersama dengan fraktur

Fraktur terbuka disertai infeksi dan kerusakan pembuluh darah

Pengobatan yang tidak adekuat atau reposisi fraktur yang jelek/

iatrogenik

Gambaran klinis.

Warna kulit hitam kecoklatan, dingin, dan membengkak

Dapat terjadi pelepuhan pada kulit dan kulit terkelupas

Gangguan fungsi dan sensasi kulit disertai bau yang busuk

Hiperpireksia

Penderita terlihat toksik, mengalami dehidrasi sampai syok

Infeksi dan pembusukan pada jaringan

Ditemukan krepitasi apabila ada gas gangren

Takikardi dan penurunan tekanan darah

Pernapasan yang cepat

Pengobatan:

Resusitasi penderita sesegera mungkin

Nekrotomi yang luas apabila perlu dilakukan amputasi

Pemberian antibiotik yang adekuat

7. Trauma pada vena

Terutama pada vena besar dapat bersifat total ataupun tidak total yang

dapat disebabkan oleh tusukan fragmen pada fraktur yang bergeser.

Trauma juga dapat pula terjadi oleh karena luka tembak yang menembus

jaringan lunak dari luar.

Pengobatan:

Page 15: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

Trauma pada vena besar harus diperbaiki oleh karena akan menimbulkkan

komplikasi di kemudian hari berupa kongesti vena bagian distal.

8. Sindroma kompartemen

Setelah terjadi trauma terutama pada tungkai bawah khususnya pada

fraktur tertutup, terjadi hambatan pada vena dan kompartemen fascia yang

akan memberikan efek balik sehingga terjadi penekanan pada pembuluh

darah arteri.

Gambaran klinis

Pada gejala awal, terdapat nyeri hebat pada tungkai, tidak dapat

melakukan dorsofleksi pada jari- jari kaki dan rasa nyeri secara pasif,

kemudian tungkai menjadi pucat dan membengkak. Tingkat lebih lanjut

terjadi perubahan pada saraf dan otot yang akan menimbulkan nekrosis

pada otot yang bersifat irreversibel.

Pengobatan.

Pada tingkat awal semua gips dan verban yng menekan dibuka dan bila

tidak berhasil segera dilakukan fasiotomi.

5. TRAUMA SARAF PERIFER

Fisiologi

Saraf perifer adalah kumpulan akson yang mengantarkan impuls-impuls

motorik (eferen) dari sel-sel kornu anterior medula spinalis dan impuls

sensoris (aferen) reseptor perifer melalui sel-sel ganglion kornu posterior ke

dalam sumsum medulla spinalis

Etiologi

Trauma pada saraf perifer atau akar saraf dapat terjadi akibat:

- Trauma langsung oleh karena adanya laserasi,luka tembak atau luka

tembus

- Trauma tidak langsung akibat fraktur dan terjadi tarikan atau robekan pada

saraf yang dapat terjadi segera atau setelah beberapa waktu

Page 16: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

- Jepitan yang mendadak atau menahun

Patologi

Iskemi

Iskemi iasanya terjadi akibat penekanan saraf yang mendadak, yang

menyebabkan rasa tebal dan kesemutan dalam 15 menit,hilangnya sensibilitas

nyeri setelah 30 menit dan kelemahan otot setelah 45 menit

Klasifikasi menurut Seddon:

- Neuropaksia

Neuropaksia adalah suatu keadaan diman terjadi blok sementara

penghantaran saraf dan secara fisiologis yang dapat bersifat reversibel

Kehilangan sensasi dan motorik dapat sembuh setelah beberapa hari atau

beberapa minggu

Prognosis baik

- Aksonometsis

Aksonometsis adalah terjadinya interupsi akson (saraf dan saluran

endoneurial tetap utuh,hanya terjadi gangguan konduksi pada saraf)

Target denervasi dari organ akan mengalami atrofi secara perlahan-lahan

dan apabila dalam 2 tahun re-inervasi tidak terjadi,maka tidak akan terjadi

lagi pemulihan pada saraf

Prognosis baik

- Neurometsis

Neurometsis adalah pemisahan trunkus saraf,misalnya pada luka terbuka

yang menyebabkan putusnya saraf

Prognosis tergantung pada tekhnik pembedahan

Gambaran klinis

Page 17: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

( Trauma pada saraf sering tidak terdeteksi setelah kecelakaan sehingga

memerlukan analisis yang baik )

- Adanya rasa tebal,perubahan rasa atau kelemahan otot

- Rasa nyeri atau parastesia

- Kekakuan pada sendi,deformitas atau atrofi otot

Diagnosis

Menghadapi kemungkinan adanya trauma saraf, maka beberapa hal yang

harus diperhatikan :

- Apakah benat terdapat lesi saraf?

- Setinggi apakah kelainan tersebut?

- Jenis kelaiana yang terdapat?

- Apakah lesi saraf ini dapat sembuh kembali?

Pemeriksaan

Umum

- Adanya jaringan parut pada suatu luka tertentu

- Kehilangan sensibilitas

- Kulit menjadi halus,mengkilat,dingin dan kering

- Kelainan pada kuku

- Ulkus trofik pada kaki

- Pemeriksaan motorik dan sensorik dilakukan secara individu pada saraf

yang diduga mengalami trauma. Pemeriksaan sensoris meliputi

pemeriksaan diskriminasi dua titik, tekanan,atau temperatur

Khusus

1. Blok saraf

Disuntikkan anastesi lokal sekitar tempat trauma.Bila terjadi kehilanagn

sensoris dan motoris yang lebih besar,maka lesi bersifat sebagian.Bila

dilakukan injeksi pada saraf yang tidak mengalami kerusakan maka dapat

ditemukan adanya overlap

2. Uji elektrik

Page 18: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

Dengan uji elektrik dapat diketahui secara tepat keadaan,tingkat dan

ekstensi pemulihan saraf dana dilakukan dengan cara:

- Penilaian kekuatan/ kurva waktu

- Aksi potensial volunter dari pemeriksaan elektromiografi

- Mengukur kecepatan hantaran sistem motoris dan sensoris dalam

beberapa tingkatan

Pengobatan

1. Eksplorasi saraf

Pada trauma tertutup,biasnaya lesi saraf dapat mengalami pemulihan

secara spontan.Eksplorasi dilakukan apabila:

- Ditemukan saraf yang terputus dan perlu dilakukan penjahitan

- Terjadi luka tajam

- Pada pemulihan terjadi keragu-raguan dan keterlambatan disertai

diagnosis yang ragu-ragu

2. Penjahitan saraf

a. Penjahitan primer

Penjahitan primer saraf dapat dilakukan pada saat membersihkan luka

dan didapatkan luka yang bersih.Setelah penjahitan maka anggoata

gerak diistirahatkan dengan bidai

b. Penjahitan yang ditunda

Penjahitan dapat ditunda dan dilakukan dalam beberapa minggu atau

bulan dengan indikasi sebagai berikut:

- Trauma tertutup tanpa pemulihan saraf setelah waktu

penyembuhan yang diharapkan

- Terdapat kekeliruan diagnosis dan ditemukan adanya gejala taruma

saraf beberapa waktu kemudian

- Terdapat kegagalan pada penjahitan primer

Page 19: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

- Apabila terdapat pemisahan pada saraf,maka kekosongan ini dapat

disambung dengan mempergunakan jembatan saraf yang diambil

pada saraf kutaneus

PEMERIKSAAN FISIK

Saraf Ulnaris

a. Pemeriksaan otot oponens digiti kuinti (C7, C8, T1, n.ulnaris)Jari-jari diekstensikan kemudian kelingking digerakkan menuju dasar ibu jari (menyentuh ibu jari).

b. Pemeriksaan otot adduktor policis (C8, T1, n.ulnaris)Sepotong kertas dijepit antara ibu jari dan telapak tangan.

c. Pemeriksaan otot introsei palmaris (C8, T1, n.ulnaris)Telapak tangan ditaruh di atas meja, telunjuk, jari manis, dan kelingking yang berada dalam posisi abduksi di adduksikan ke garis tengah (sambil diberi tahanan pemeriksa).

d. Pemeriksaan otot introsei dorsalis (C8, T1, n.ulnaris)Telapak tangan ditaruh di atas meja, telunjuk dan jari manis diabduksikan (sambil diberi tahanan).

Saraf Radialis

a. Pemeriksaan abduksi ibu jariGerakan ke arah palmar dan ke arah radial.

b. Pemeriksaan otot ekstensor digitorum (C7, C8, n.radialis)Jari diekstensikan pada persendian metacarpofalang (sambil diberi tahanan)

c. Penilaian tenaga otot supinator (C5, C6, n.radialis)Membalikkan telapak tangan ke arah supinasi.

d. Penilaian tenaga otot ekstensor carpi radialis longus (C6-8, n.radialis)

Saraf Medianus

a. Penilaian tenaga otot fleksor digitorum (C7, C8, T1, n.medianus)Dalam posisi telapak tangan supinasi, pasien disuruh menggerakkan jari-jarinya ke arah fleksi.

b. Penilaian tenaga otot pectoralis mayor (C5, T1, pectoralis mayor dan n.medianus)

Page 20: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

Pasien merentangkan kedua tangan ke depan dan menggerakkannya abduksi (sambil diberi tahanan pemeriksa)

Saraf Tibialis

a. Pemeriksaan otot gastronemius (L5, S1-2, n.tibialis)Pasien tengkurap, kemudian disuruh memfleksi plantar kakinya.

b. Pemeriksaan otot fleksor digitorum longus (S1-2, n.tibialis)Jari-jari kaki di plantar fleksikan (sambil diberi tahanan)

TRAUMA PLEKSUS SARAF

TRAUMA KELAHIRAN PADA PLEKSUS BRAKIALIS

Trauma pada pleksus brakialis sering ditemukan pada bayi baru lahir terutama

pada bayi besar, lahir dengan forceps, atau bayi yang lahir sungsang.

Gambaran klinis

Kerusakan yang terjadi disebabkan karena adanya tarikan / tekanan yang hebat

pada pleksus brakialis, yang dapat bersifat ringan atau sampai terjadi robekan

pada satu atau lebih dari trunkus saraf. Pada keadaan yang buruk terjadi avulsi

akar saraf pada sumsum tulang belakang. Terdapat gejala kombinasi antara

motorik dan sensoris.

Tiga tipe trauma kelahiran pada pleksus brakialis :

1. Tipe lengan atas ( paralisis erb )

Merupakan kelainan yang paling sering ditemukan dalam kelumpuhan

obstetrik yaitu terjadi tarikan pada trunkus sebelah atas ( C5 dan C6 ) dan

ditemukan paralisis bahu dan lengan atas.

2. Tipe lengan bawah ( klumpke )

Kelainan ini lebih jarang ditemukan dan terjadi kerusakan pada pleksus

brakialis C8 dan T1.

Page 21: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

3. Tipe lengan bawah dan lengan atas

Jenis ini mengenai seluruh pleksus brakialis dan biasanya terjadi avulsi

yang total pada sumsum tulang belakang.

TRAUMA PLEKSUS BRAKIALIS KARENA KECELAKAAN

Apabila terjadi kecelakaan yang hebat misalnya jatuh atau benturan yang

keras pada kepala dengan tekanan yang bersamaan pada bahu, akan menimbulkan

tarikan pada pleksus brakialis. Kelainan biasanya disertai fraktur klavikula atau

fraktur daerah vertebra servikalis. Tarikan yang hebat biasanya menyebabkan

avulsi pleksus brakialis sumsum tulang belakang. Pemeriksaan mielografi

membantu dalam menegakkan diagnosis.

LESI SARAF TORASIK PANJANG

Saraf torasik panjang disebut juga saraf dari Bell ( C5,6,7) . Saraf ini dapat

mengalami kerusakan apabila ada trauma pada bahu dan leher atau pada waktu

tindakan operasi. Lesi biasanya bersifat aksonotmesis.

Gambaran klinik

Ditemukan paralisis otot seratus anterior yang menyebabkan gangguan pada

scapula.

Pengobatan

Lesi ini bersifat aksonotmesis, maka penyembuhan diharapkan setelah beberapa

waktu.

LESI SARAF SPINAL ASESORIS

Saraf spinal asesoris ( C3,4 ) memberikan persarafan pada otot

sternokleidomastoideus yang berjalan sangat superficial sehingga mudah

Page 22: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

mengalami trauma terutama luka tajam. Apabila ditemukan tanda-tanda lesi pada

saraf ini disertai luka tajam, maka harus segera dilakukan eksplorasi.

LESI SARAF SUPRASKAPULA

Saraf supraskapula berasal dari pleksus brakialis bagian atas ( C5,6 ) . Lesi

dapat terjadi pada fraktur scapula dengan tekanan langsung / traksi.

Gambaran klinis

Mungkin ditemukan riwayat trauma sebelumnya serta gejala nyeri pada daerah

supraskapula dan kelemahan abduksi bahu.

Pemeriksaan elektromiografi dapat membantu diagnosis.

Pengobatan

Lesi biasanya bersifat aksonotmesis dan dapat pulih setelah 2-3 bulan

LESI SARAF AKSILA

Saraf aksila ( C5-6 ) berasal dari bagian belakang pleksus brakialis.

Biasanya saraf ini mengalami kerusakan pada dislokasi sendi bahu / fraktur leher

humerus dan lesi bersifat aksonotmesis. Pada umumnya lesi saraf aksila dapat

pulih secara spontan.

TRAUMA PADA TRUNKUS SARAF

PLEKSUS LUMBOSAKRALIS

Kerusakan pleksus lumbosaklaris dapat disebabkan oleh dislokasi sakro-iliaka atau fraktur sakrum.

Gambar klinis

Lesi biasanya bersifat tidak total dan sering terlupakan. Gejala berupa kelemahan pada otot tertentu dan kesulitan bila kencing. Ditemukan pula

Page 23: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

gangguan sensibilitas pada daerah perineum. Setiap fraktur panggul harus dicurigai adanya kerusakan pada pleksus lumbosakralis.

SARAF SKIATIK

Lesi saraf skiatik yang besar jarang terjadi kecuali akibat luka tembak atau traksi setelah dislokasi panggul traumatik yang disertai dengan fraktur panggul. Dapat juga terjadi secara iatrogenik pada suatu operasi total panggul.

Gambaran klinis

Apabila terjadi kerusakan total maka terjadi paralisis otot-otot hamstring dan seluruh otot dibawah sendi lutut. Dapat pula terjdai kehilangan refleks pada pergelangan kaki. Terdapat gangguan atau hilangnya sensibilitas dibawah lutut kecuali bagian medial tungkai bawah yang dipersarafi oleh nervus femoralis. Penderita biasanya berjalan dengan drop foot.

Pengobatan

Dengan operasi dan penjahitan, bila perlu dilakukan grafting saraf.

SARAF TIBIALIS

Jarang terkena kecuali pada trauma tajam.

Gambaran Klinis

Gangguan plantarfleksi pergelangan kaki atau fleksi jari-jari, dapat disertai

hilangnya sensibilitas telapak kaki dan sebagian dari betis.

Diagnosis

Diagnosis dapat dilakukan dengan bantuan uji konduksi saraf

Pengobatan

Segera lakukan eksplorasi pada saraf yang terkena.

trauma saraf perifer

Saraf perifer adalah kumpulan akson yang menghantarkan impul-impul

motorik (eferen) dari sel-sel kornu anterior medulla spinalis dan impuls semsoris

Page 24: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

(aferen) reseptorperifer melalui sel-sel gangalion kornu posterior ke dalam

sumsum medulla spinalis.

Akson motoris dan sensoris yang besar memberikan sensasi rasa raba,

nyeri dan propioseptif. Akson motoris dan sensoris dilapisi oleh myelin yang

merupakn satu membrane lipoprotein disertai sel schwann. Diluar membrane sel

schwann akson ditutupi oleh jaringan ikat yang disebut endoneurium. Diantara

akson yang diliputi endoneurium terdapat jaringan ikat membrane yang disebut

perineum. Trunkus saraf diliputi oleh jaringan yang lebih kuat yang disebut

epineurium.

Saraf sangat kaya akan pembuluh darah dan beberapa trunkus saraf,

menembus kedalam lapisan menjadi kapiler-kapiler endoneurium.

trauma pada saraf perifer dapat terjadi akibat ;

1. trauma langsung oleh karena laserasi, luka tembak, luka tusuk

2. trauma tidak langsung akibat fraktur dan terjadi tarikan pada saraf

3. jepitan yang mendadak atau menahun

patologi kelainan saraf :

iskemi terjadi akibat penekanan saraf yang mendadak, yang menyebabkan rasa

tebal dan kesemutan dalam 15 menit, hilangnya sensibilitas nyeri setelah 30 menit

dan kelemahan otot setelah 45 menit.

klasifikasi menurut saddan :

1. neuropraksi ; suatu keadaan dimana terjadi blok sementara penghantaran

saraf dan secara fisiologis yang dapat bersifat reversible. kehilangan

sensasi dan motorik dapat sembuh setelah beberapa hari atau beberapa

minggu. keadaan ini terjadi karena demielinisasi segmental akibat tekanan

mekanik.contoh : crutch palsy

2. aksonotmesis : terjadi interupsi akson. saraf dan saluran endoneurial tetap

utuh, hanya terjadi gangguan konduksi pada saraf.proliferasi yang

Page 25: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

meningkat dari sel schiwan dan fibroblas yang meliputi saluran

endoneurial. regenerasi pertumbuhan akson 13 mm per hari.

3. neurotmesis : pemisahan trunkus saraf misalnya pada luka

terbuka.neurotmesis dapat pula terjadi akibat trauma traksi, trauma remuk

dan kerusakan saraf oleh karena injeksi intraneural yang menyebabkan

terputusnya saraf.

gambaran klinis : rasa tebal, perubahan rasa atau kelemahan otot.lesi yang bersifat

parsial akan menyebabkan rasa nyeri atau parastesis. pada tingkat lanjut akan

didapat kekakuan sendi, deformitas atau atrofi otot. ditemukan jaringan parut pada

suatu luka, kehilanngan sensibilitas, kulit menjadi haalus, mengkilat, dingin dan

kering serta kelainan pada kuku, dapat pula ditemukan ulkus trofik pada kaki

diagnosis : menghadapi trauma saraf, maka beberapa hal harus diperhatikan

1. apakah benar terdapat lesi saraf?

2. setinggi apa kelainan saraf?

3. jenis kelainan yang terdapat?

4. apakah lesi saraf ini dapat pulih kembali?

Pemeriksaan khusus:

1. blok saraf : disuntikan anastesi lokal sekitar tempat trauma.

2. uji elektrik : digunakan secara tepat untuk mengetahui keadaan, tingkat,

dan ekstensi pemulihan saraf dan dilakukan dengan caara penilaian

kekuatan/ kurva waktu, aksi potensial volunter dari pemeriksaan

elektromiografi, mengukur kecepatan hantaran sistem motoris dan sensoris

dalam beberapa tingkat.

Pengobatan :

Page 26: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

1. eksplorasi saraf : pada trauma tertutup, biasanya lesi saraf dapat

mengalami pemulihan secara spontan.

2. penjahitan saraf

a. penjahitan primer : dilakukan pada saat pembersihan luka dan

didapatkan luka yang bersih. penjahitan primer ditunda apabilla

ditemukan tarikan sehingga tidak dapat dilakukan penjahitan pada

kedua ujung. bila terdapat fraktur, maka diperlukan stabilisasi

fraktur serta penjahitan jaringan lunak. penjahitan saraf dilakukan

dengan benang 10/0 pada daerah epineurium dengan teknik

tersendiri. setelah penjahitan, anggota gerak diistirahatkan dengan

bidai.

b. penjahitan yang ditunda :

indikasi :

trauma tertutup tanpa pemulihan saraf setelah waktu yang

diharapkan.

terdapat kekeliruan diagnosis dan ditemukan gejala trauma

saraf beberapa minggu kemudian.

terdapat kegagalan pada penjahitan primer.

apabila terdapat pemisahan pada saraf, maka kekosongan

ini dapat disambung dengan mempergunakan jembatan

saraf yang diambil pada saraf kutaneus.

prognosis : kelainan neuropraksi dapat pulih kembali, aksonotmesis pada

umumnya juga dapat pulih. kelainan neurotmesis tidak mungkin mengalami

pemulihan dan pada trauma dengan tarikan pada saraf prognosisnya jelek.

Pertolongan Pertama Pada Trauma Jaringan Lunak

Page 27: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

Terkilir, regangan dan memar yang dalam lebih dulu ditangani dengan prosedur

RICE. Dengan cara ini biasanya sudah memadai, tetapi kalau Anda meragukan

beratnya cedera perlakukan sebagai fraktur.

Pertolongan pokok pada cedera ini:

1. R – Rest (istirahat) bagian yang sakit

2. I  –  Berikan Ice (es) atau kompres dingin

3. C – Compress (tekan) bagian yang sakit

4. E – Elevate (tinggikan) bagian yang sakit

Istirahatkan, stabilkan dan topang bagian yang cedera dalam posisi

yang paling nyaman bagi korban;

Bila cedera baru saja terjadi, dinginkan bagian tersebut dengan es

yang dibungkus dalam kain atau dengan kompres dingin untuk

mengurangi nyeri, bengkak dan memar.

Seputar bagian yang cedera ditekan sedikit dengan gumpalan kapas

atau karet busa yang tebal, eratkan dengan balutan.

Tungkai yang cedera ditopang dan ditinggikan supaya aliran darah

ke tempat itu berkurang dan untuk mengurangi memar.

Kalau cedera sangat ringan bagian yang cedera distirahatkan dan

sarankan agar korban berobat ke dokter, bila perlu. Tetapi bila cedera

berat segera cari pertolongan medis.

 Perhatian:

Untuk luka yang baru saja terjadi jangan olesi balsem pada tempat yang bengkak,

mengompresnya dengan air hangat atau memijatnya karena tindakan tersebut akan

meningkatkan aliran darah ke lokasi cedera sehingga mengakibatkan

pembengkakan semakin parah. Pada trauma yang berumur 1-2 hari sebaiknya

dikompres dingin dengan es yang diletakka dalam kantong es atau dibungkus

dengan kain. Bila cedera jaringan lunak itu sudah berumur 3 hari maka diberikan

Page 28: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

kompres air hangat untuk melancarkan aliran darah agar proses penyembuhan

berjalan maksimal.

TERKILIR

Terkilir merupakan kecelakaan sehari-hari, terutama di lapangan olahraga.

Terkilir disebabkan adanya hentakan keras terhadap sebuah sendi, tetapi

dengan arah yang salah sehingga mengakibatkan persendian mendapat

tekanan berlebihan, peregangan atau robekan urat yang masih menyambung.

Robekan ini diikuti oleh perdarahan di bawah kulit, dan darah yang

mengumpul di bawah kulit itulah yang menyebabkan terjadinya

pembengkakan.

Gejala dan Tanda

1. Rasa sakit yang cukup kuat, keterbatasan pergerakan dan

kehilangan fungsi;

2. Bengkak;

3. Memar (cepat timbul);

  Terkilir pergelangan kaki

Terkilir paling banyak terjadi pada daerah pergelangan kaki. Kebanyakan

pergelangan kaki terkilir ke arah dalam. Dengan akibat, ligamen antara

tulang betis dan tulang kering bagian depan terobek. Itulah sebabnya

terdapat rasa nyeri bila ditekan terutama di daerah ini, dan pembengkakan

pun terjadi di depan mata kaki.

Terkilir ke arah luar dapat juga terjadi. Dalam hal ini, rasa nyeri dan

bengkak berawal di mata kaki sebelah dalam

Pertolongan:

1. DRABC

2. Pastikan ada tidaknya patah tulang

Page 29: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

3. Dalam hal ini, tulang yang patah biasanya adalah ujung-ujung bawah

tulang fibula dan tulang tibia. Periksalah dengan jalan menekan tulang

itu dari telapak kaki dan betis bagian atas secara hati-hati. Dapat pula

dengan menekan tulang tibia dan tulang fibula ke arah salaing

mendekati, apabila terasa nyeri, kemungkinan besar ujung tulang-tulang

itu patah. Bila tak ada patah tulang lakukan tindakan selanjutnya;

4. Istirahatkan korban dan kendorkan sepatu penderita;

5. Untuk sementara balutlah pergelangan kakinya dengan pembalut

ataupun mitela:

6. Prinsip RICE (lihat Luka memar); Compress dilakukan dengan

menggunakan pembalut tekan atau pembalut elastis

7. Cari pertolongan medis

8. Jika tidak ada pembalut, dapat pula mempergunakan plester menurut

cara Gibney (Gibney ankle strapping). Strapping tersebut dikenakan

dengan kaki dalam kedudukan terbujur dan lebih tinggi dari bagian

tubuh lainnya. Strapping tidak boleh sampai menutupi penuh

pergelangan kaki.

Selama 24 jam berikutnya penderita tidak boleh mempergunakan kakinya

yang cedera untuk menahan berat badan. Ia harus beristirahat dengan kaki

yang cedera diletakkan lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya.

Pembengkakan biasanya mereda setelah 36-48 jam kemudian.

SKIN GRAFT PADA TRAUMA KULIT

1.PENGERTIAN

Skin graft ( pencangkokan kulit ) merupakan tehnik untuk melepaskan potongan kulit dari suplai darahnya sendiri dan kemudian memindahkannya sebagai jaringan bebas ke lokasi yang jauh ( resipien ).

Skin graft adalah suatu tindakan atau tehnik memindahkan kulit yang sehat dan menempelkan ke bagian kulit yang luka.

Skin graft merupakan pencangkokan lapisan epidermis kulit yang dapat

Page 30: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

dipindahkan secara bebas. Kulit yang digunakan dapat berasal dari bagian mana saja dari tubuh, namun lazimnya berasal dari daerah paha, pantat, punggung atau perut. (yudini,2007)

2.TUJUAN

Tujuan dilakukan skin graft adalah :

1.Tujuan umum :

Untuk memperbaiki kecacatan atau kelainan yang timbul akibat kecelakaan.

2.Tujuan khusus :

a.Mempercepat penyembuhan luka

b.Mencegah kontraktur

c.Mengurangi lamanya perawatan

d.Memperbaiki defek yang terjadi akibat eksisi tumor kulit

e.Menutup daerah kulit yang terkelupas dan menutup luka dimana kulit sekitarnya tidak cukup menutupinya

3.KLASIFIKASI SKIN GRAFT

1.Berdasarkan letak

a.Meshed skin graft

Skin graft pada daerah mata dan lubang

b.Sheet skin graft

Skin graft pada daerah wajah , leher, tangan dan kaki

Page 31: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

2.Berdasarkan sumber donornya

a.Autograft

Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari kulit pasien sendiri

b.Allograft

Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari spesies yang sama

c.Zenograft atau heterograft

Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari spesies yang lain / berbeda

3.Berdasarkan ketebalannya

a.Split thickness yaiu skin graft yang tipis, sedang atau tebal.

b.Full thickness yaitu tergantung dari banyaknya dermis yang ikut dalam spesimen.

4.PEMASANGAN GRAFT

Graft atau cangkokan diperoleh dengan berbagai unstrumen seperti pisau tipis seperti silet ( rasa blades ), pisau graft kulit, dermatom bertenaga listrik atau udara, atau drum dermatome. Cangkokan kulit diperoleh dari lokasi donor atau “host” dan dipasangkan pada lokasi yang dikehendaki yang disebut lokasi “resipien” atau “graft bed”.

Kulit yang digunakan untuk graft dapat berasal dari bagian bagian tubuh yang lain , seperti punggung. Permukaan kulit dapat dioerluas dengan membuat irisan yang bila direnggang akan membentuk jala, sehingga luasnya mencapai 1,5 kali sampai 6-9 kali luas semula. Tehnik cangkok jala ini disebut “mesh” dan biasanya digunakan pada skin loss yang luas/parah.untuk mendapatkan hasil yang

Page 32: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

maksimal maka diperlukan beberapa pensyaratan antara lain, perdarahan pada daerah resipien harus baik, tidak ada infeksi dan keadaan umum penderita.

Flap adalah cangkok jaringan kulit beserta jaringan lunak dibawahnya yang diangkat dari tempat asalnya tetapi tetap mempunyai hubungan perdarahan dengan tempat asal. Flap yang dipindahkan akan membentuk perdarahan baru ditempat resipien.

Kriteria pemilihan lokasi donor yaitu harus dipertimbangkan :

a.Mencapai kecocokan warna sedekat mungkin dengan memperhatikan jumlah cangkokan kulit yang diperlukan.

b.Mencocokkan tekstur dan kualitas kulit untuk membawa rambut.

c.Mendapatkan cangkokan kulit yang setebal mungkin tanpa mengganggu kesembuhan luka pada lokasi donor.

d.Mempertimbangkan efek kosmetik pada lokasi donor setelah kesembuhan terjadi sehingga lokasi ini sebaiknya dipilih dari tempat yang tersembunyi.

Agar cangkokan kulit dapat hidup dan efektif,beberapa persayaratannya :

a.Lokasi resipien harus memiliki pasokan darah yang adekuat sehingga fungsi fisiologi yang normal dapat berlangsung kembali.

b.Cangkokan harus melekat rapat dengan dasar (bed) lokasi resipien (untuk menghindari penumpukan darah atau cairan).

c.Cankokan harus terfiksasi kuat (terimmobilisasi) sehingga posisinya dipertahankan pada lokasi resipien.

d.Daerah pencangkokan harus bebas dari infeksi.

Pada pemasangan di lokasi resipien,cangkokan kulit dapat dijahitkan atau tidak pada lokasi tersebut.Cangkokan ini bisa dipotong dan dibentangkan seperti jala agar menutupi suatu daerah yang lebar.Proses revaskularisasi (pembentukan

Page 33: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

kembali pasokan darah) dan perlekatan kembali cangkokan kulit pada dasar lokasi resipien.

Setelah cangkokan kulit terpasang pada tempatnya,cangkokan ini dapat dibiarkan terbuka (pada daerah yang tidak mungkin diimmobilisai) atau ditutup dengan kasa pembalut tipis atau pembalut tekan manurut daerahnya.

5.PERAWATAN PRE OPERASI SKIN GRAFT

1. Pengkajian

Keadaan umum

Vital sign

Status nutrisi

Pola eliminasi

Pola istirahat dan tidur

Persepsi pasien

Hasil laboratorium

2. Persiapan fisik

Puasakan pasien 8 jam

Cukur daerah donor

Cairan / nutrisi parenteral selama puasa

Laboratorium

Thoraks foto

EKG

Concern form

Page 34: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

Kaji tingkat kecemasan

Penjelasan tentang skin graft

6. PERAWATAN POST OPERASI

1) Hal yang perlu diperhatikan :

a.Keadan umum

b.Perdarahan post op

c.Gangguan sirkulasi (ada spalak)

d.Skin graft pada tangan dan kaki, sokong bantal di bawahnya untuk mencegah edema.

e.Skin graft (immobilisasi) sampai menempel dengan baik hati-hati

bila memindahkan pasien.

2. Urutan perawatan luka

a.Buka balutan dengan pemberian NaCl bila balutan kering / lengket.

b.Luka dicuci dengan cairan savlon 1% kemudian dibilas NaCl 0,9%

(normal salin).

c.Keringkan dengan kasa steril

d.Beri zalk silver sulfadiazine (ssp) pada luka (0.5 cm)

e.Tutup dengan menggunakan gaas steril.

3. Perawatan luka pada donor

a.Luka pada bagian donor tidak boleh tergeser dan boleh bergerak

bebes

Page 35: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

b.Bila menggunakan Bioskin (alloask) buka pada hari ketiga.Jika bioskin kering bersihkan dengan savlon 1% dan biarkan bioskin tetap enempel dan tutup dengan gaas steril.

c.Amati tanda-tanda infeksi, bila ada bau busuk, bengkak, nyeri tekan,

d.lepaskan alloask dan berikan sufratulle dan zalf AB kemudian tutup gaas steril, rawat setiap hari.

e.Luka donor yang hanya diberi sufratulle, buka balutan setelah 2 minggu post op.Bila luka bersih, rawat luka 2 hari sekali.

7. PERAWATAN SKIN GRAFT

a.Bagian skin graft tidak boleh dibuka sebelum hari kelima, kecuali ada tanda infeksi segera buka.

b.Buka balutan harus sangat hati-hati.Kering atau lengket basahi NaCl jangan dipaksakan, tekan skin graft agar tetap menempel gunakan 2 buah pinset, 1untuk menekan dan yang lainnya untuk melepaskan.

c.Jika terjadi perdarahan tekan daerah tersebut sampai perdarahan berhenti dan laporkan jika berlanjut.

d.Bersihkan skin graft dengan savlon 1%.

e.Bila ada tanda infeksi (merah,bengkak,bau,pus).Pus bersihkan dengan bethadine.

f.Jika ncairan terkumpul di bawah graft, buatlah gulungan gaas steril dan gulung perlahan-lahan gulungan gaas ke arah tepi.

g.Tutup dengan gaas steril dan elastis verban.

h.Ganti verban setiap hari, jika ada stepler dibuka pada hari ketujuh dan buka jahitan pada hari ke 14.

i.Perhatikan jika terjadi hipertropi jaringan (pemakaian elastis verban).

Page 36: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

j.Rehabilitasi/ latihan setelah skin graft benar-benar lengket.

8. KOMPLIKASI

a.Infeksi

b.Reaksi penolakan/alergi

c.Reaksi tubuh : tidak magnetis, tidak menghantar listrik

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a.LED : Peningkatan mengindikasikan respon inflamasi

b.Hitung darah lengkap/diferensial : peninggian dan “perpindahan kekiri” diduga proses infeksi

c.Pletismografi : mengukur TD segmental bawah terhadap ekstremitas bawah mengevaluasi aliran darah arterial

d.Ultrasound Dropler : untuk mengkaji dan mengukur aliran darah

e.Tekanan O2 Transkutaneus : memberi peta area perfusi paling besar dan paling kecil dalam keterlibatan ekstremitas

f.SDP : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan respon inflamasi terhadap cedera

g.Elektrolit serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan, kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal

h.Glukosa Serum : Peningkatan menunjukkan respon terhadap stress

i.Albumin serum : rasio albumin/globulin mungkin terbalik sehubungan dengan kehilangan protein pada edema cairan

j.BUN / Kreatinin : dapat meningkat akibat cedera jaringan

k.Kultur luka : mengidentifikasi adanya infeksi , dan organisme penyebab

Page 37: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

l.Fotografi area luka : catatan untuk penyembuhan luka/ skin loss

LUKA / TRAUMA

MEMBRAN SEL RUSAK

FOSFOLIPID

AS. ARAKIDONAT

ENDOPEROKID

PGG2/PGH

TROMBOKSAN A2 PROSTASIKLIN (PI2) PGE2 ,PGF2,PGD2

NSAID

Page 38: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

Berdasarkan sifak selektifnya terhadap enzim siklooksigenase,

NSAID dibagi menjadi:

NSAID

Macam-macam aspirin like drug di bagi dalam lima golongan , yaitu :

1. Salisilat dan salisilamid , derivatnya yaitu setosal (aspirin) ,

salisilamid,diflunisal.

COX 1- non selektif

- Aspirin

- Indometasin

- Piroksikam

- Ibuprofen

- Naproksen

- Asam

mefenamat

COX 2 Preferensial

- Nimesulid

- Meloksikam

- Nabumeton

- Diklofenak

- Etodolak

COX 2 selektif

*Generasi 1

- selekoksib

- rofekoksib

- valdekoksib

- parekoksib

- eterikoksib

*Generasi 2

lamirakoksib

COX 3

parasetamol

Page 39: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

2. Para aminofenol, derivatnya yaitu asetaminomfen

( parasetamol),fenasetin.

3. Pirazolon , derivatnya yaitu antipirin (fenazon) ,aminopirin

(amidopirin) , fenilbutazon, dan turunannya.

4. Antirematik nonsteroid dan analgetik lainnya yaitu asam

metafenamat dan

meklofenamat,ketoprofen,ibuprofen,naproksen,indometasin,pir

osikam dan glafenin.

5. Obat pirai yang dibagi menjadi dua uaitu (1) obat yang

menghentikan proses inflamasi akut , misalnya

kolkisin,fenilbutazon,oksifenabutazon,dan (2) obat yang

mempengaruhi kadar asam urat misalnya

probenesid,alupurinol, dan sulfinpirazon.

Sedangkan menurut paruh waktunya ,NSAID dibedakan menjadi :

1. NSAID dengan waktu paruh pendek (3-5 jam) yaitu aspirin,

asam flufenamat,asam meklofenamat ,asam mefenamat , asam

niflumat,asamtiaprofenamat,diklofenak,indometasin,karprofen,

ibuprofen,dan ketoprofen.

2. NSAID dengan waktu paruh sedang (5-9 jam) yaitu fenbufen

dna piroprofen.

3. NSAID dengan waktu paruh tengah ( kira-kira 12 jam) yaitu

diflunisal dan naproksen

4. NSAID dengan waktu paruh panjangn (12-24 jam ) yaitu

piroksikam dan tenosikam

5. NSAID dengan waktu paruh sangat panjang ( lebih dari 60

jam) yaitu fenilbutazon dan oksifenbutazon.

Efek samping NSAID

1. Efek terhadap saluran cerna:

Page 40: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

Secara normal, prostasiklin (PGI2) menghambat sekresi

asam lambung, sedangkan PGE2 merangsang sintesis mucus

protektif dalam lambung dan usus kecil. Dengan adanya NSAID

yang menghambat kerja PGI2dan PGE2 maka akan mengkibatkan

sekresi asam lambung yang meningkat dan mucus protektif

berkurang. Hal ini dapat menyebabkan distress epigastrium, ulkus,

dan/atau pendarahan.

2. Efek terhadap trombosit:

TXA2 berfungsi untuk meningkatkan agregasi trombosit.

NSAID dapat menghambat TXA2 yang dapat menyebabkan darah

sukar untuk membeku. Dan jika diberikan pada ibu hamil antara 2

bulan, akan mennyebabkan keguguran

3. Efek terhadap ginjal:

Penghambatan siklo-oxigenase (COX) mencegah sintesis

prostaglandin PGE2 dan PGI2 yang bertanggung jawab memelihara

aliran darah ginjal. Penurunan sintesis prostaglandin dapat

mengakibatkan retensi natrium dan air yang dapat menyebabkan

endema dan hiperkalemia.

Kebaikan dan Keburukan NSAID

a. Kebaikan

1. Anti Inflamasi. Jika tubuh terkena trauma misalkan trauma

mekanik seperti pukulan akan terjadi reaksi inflamasi atau radang

yang ditandai dengan munculnya bengkak, warna kemerahan,

panas dan nyeri. Pemberian obat ini cukup efektif meredakan

berbagai gejala tersebut.

2. Anti piretik. Pada saat demam terjadi peningkatan suhu tubuh

dikarenakan peningkatan set-point suhu di otak bagian

Page 41: RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print

hypotalamus, NSAID sanggup meredakan demam agar tidak

terjadi overheat

3. Analgesik. Nyeri sendi, sakit kepala, migrain, pegel linu dan

sakit gigi bisa hilang berkat NSAID

b.Keburukan

1. COX-1 selective inhibitor seperti asam mefenamat secara terus

menerus bisa menyebabkan nyeri perut bahkan perdarahan

lambung, kasus ini banyak terjadi pada mereka yang terkena pegal

linu dan nyeri

2. COX-2 selective inhibitor bisa menyebabkan terhambatnya

penyembuhan tulang paska fraktur dan meningkatkan resiko infark

jantung

3. nonselective COX inhibitor => terserang infark jantung dan

nyeri perut