RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print
-
Upload
muhammad-firdaus -
Category
Documents
-
view
68 -
download
11
Transcript of RESUME 3-Blok 13-Kel D 2008 ISI-Print
1. LUKA SUPERFISIAL
ABERASI
Aberasi adalah luka yang disebabkan oleh trauma superfisial pada kulit,
biasanya oleh karena gesekan dan dapat sembuh spontan dengan sedikit
jaringan parut. Setiap benda asing atau kotoran sebaiknya dikeluarkan
karena dapat melekat di dalam kulit.
Pengobatan:
Penggunaan verban untuk proteksi luka dan pemberian antiseptik.
LUKA INSISI
Luka insisi yang bersifat superfisial biasanya tanpa kontaminasi. Harus
diperhatikan apakah luka insisi ini hanya terbatas pada kulit atau lebih
dalam yang dapat mengenai tendo, pembuluh darah, atau saraf.
LUKA LASERASI
Luka laserasi adalah luka luas yang dapat bersifat bersih seperti pada
luka insisi tetapi dapat juga oleh karena trauma yang bersifat tumpul
yang membentuk hematoma pada jaringan lunak.
Pengobatan:
Semua jaringan yang mati dan benda asing harus dieksisi dan luka harus
ditutup. Perlu dilakukan pemeriksaan radiologis apabila terdapat
kecurigaan akan benda asing seperti metal, gelas atau batu yang bersifat
radio-opak.
LUKA DALAM
Luka dalam dapat disebabkan oleh karena laserasi atau luka bakar karena
bermacam sebab seperti listrik. Dapat mengenai beberapa lapisan
jeringan lunak mulai dari kulit sampai lapisan yang lebih dalam.
Pengobatan:
Pada luka dalam kemungkinan terjadi kerusakan jaringan lunak, oleh
karena itu perlu dilakukan eksplorasi untuk melihat kemungkinan
kerusakan yang ada. Seluruh jaringan yang rusak dikeluarkan seperti
pada luka laserasi.
LUKA TEMBAK
Luka tembak ada dua, yaitu:
1. Luka tembak dengan kecepatan rendah
Pada luka ini ditemukan adanya batas yang jelas dengan kerusakan
jaringan beberapa milimeter diluar dari saluran luka. Luka biasanya
tidak serius kecuali kalau ada kerusakan organ vital.
Pengobatan:
Pengobatan berupa eksisi jaringan yang mati sampai jaringan yang
sehat. Apabila luka disertai dengan fraktur maka dapat dilakukan
pengobatan sesuai dengan pengobatan standar. Luka dapat ditutup
dengan beberapa jahitan saja.
2. Luka tembak dengan kecepatan tinggi
Biasanya peluru masuk dan menimbulkan luka yang kecil tetapi
kerusakan jaringan lunak yang sangat luas dapat menimbulkan
kavitasi.
Pengobatan:
Pengobatan dengan melakukan eksisi luka serta jaringan mati yang
luas dan sebaiknya luka dibiarkan terbuka.
Pada setiap luka dan sebaiknya diberikan toksoid antitetanus apabila
sudah memperoleh imunisasi dasar dan apabila tidak memperoleh
imunisasi dasar maka diberikan serum antitetanus.
2. TRAUMA PADA LIGAMEN
Trauma pada sendi juga dapat menyebabkan kerusakan atau robekan ligamen
yang bersifat total atau parsial. Robekan pada ligamen yang bersifat parsial
disebut sebagai sprain atau strain. Robekan pada ligamen sering ditemukan
pada daerah sendi lutut dan pergelangan kaki.
Diagnosis:
Disgnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang baik, gambaran klinis serta
pemeriksaan rontgen secara stres dengan anestesia umum.
Pengobatan:
Robekan yang persial biasanya memerlukan pengobatan yang sederhana.
Pada stadium akut ditemukan rasa nyeri yang hebat dan dilakukan
imobilisasi dengan verban elastik serta analgetik. Bila rasa nyeri yang
timbul lebih hebat, dapat dilakukan pemasangan gips. Dalam 24 jam
pertama diatasi dengan pemberian kompres es/air dingin secara berulang-
ulang. Penyembuhan biasanya setelah 23 minggu.
Robekan yang total perlu dilakukan aposisi pada kedua ujung ligamen
dengan cara operasi, diikuti imobilisasi daerah yang terkena dengan
pemasangan gips. Waktu pemasangan gips 3-4 minggu dan kemudian
dilakukan rehabilitasi.
Trauma Ligamen pada Bahu
1. Strain daerah strenoklavikuler. Strain di daaerah strenoklavikuler jarang terjadi. Biasanya berupa trauma pada fraktur klavikula tetapi sifatnya ringan.. gambaran klinis: nyeri, pembengkakan pada daerah tersebut.. pengobatan: terapi konservatif dengan mitela
2. Strain, sublukasasi, dan dislokasi akromioklavikulerKelainan ini seringa da pada 3 tigkat:. tingkat 1Pada tingkat ini hanya terjadi strain, dimana terdapat trauma pada ligamen tatapi tidak ada kerusakan dan ligamen tetap utuh.. tingkat 2Terjadi subluksasi, yaitu terdapat robekan ligamen akromiokalvikuler tetapi klavikuler tidak terangkay karea ligamen korakoklavikuler tetap utuh.. tingkat 3Terjadi dislokasi yang disebabkan oleh trauma yang lebih hebat sehingga terdapat robekan pada kedua ligmen di atas dan klavikula terangkat ke atas.
Trauma Ligamen Jari
. Causa: berasal dari potongan secara langsung yang banyak berhubungan akibat pekerjaan, jari bisa saja bertumpuk, melintir atau memanjang, jari juga sering terputus karena gigitan hewan.
. Manifestasi klinis: perdarahan, kemerahan, deformitas, bengkak yang bisa terlihat sangat nyata terkadang juga tidak tampak. Beberapa gejala seperti
kemerahan, pus, atau demam dari suatu infeksi tidak akan muncul sampai beberapa jam sampa beberapa hari.
. Patomekanisme terjadinyab trauma jari: these injuries occur after lateral deviation and rotation, with the PIP joint in semi-flexion. This often happens during sporting activities while getting a finger caught in rotatory machines such as drills, etc.
. Penatalaksanaan:
1. Kontrol perdarahan dengan tekanan langsung, selama beberapa menit. Usahakan meletakkan bagian yang trauma elevasi dari jantung untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Potongan jari harap disimpan dengan baik jika memungkinkan,-. Bersihkan dengan air jika sangat kotor, masukkan dalam kantong plastik-. Taruh kantong plastik tersebut dalam air es, lalu bawa ke Rumah sakut bersama pasien-. Tutup jari yang terluka dengan kasa steril yang kering
3. Jangan pernah mencoba untuk membersihkan kotoran yang terkubur di dalam jari
4. Bila jari terlihat deformitas nyata, buatlah bidai dari stik eskrim atau apapun yang bisa ditalikan pada sisi yang trauma, hingga sampai di Rumah sakit.
3. TRAUMA PADA TENDO
TRAUMA TENDON
Tendon adalah pita fibrous yang mengikat otot pada tulang yang berfungsi
memfasilitasi terjadinya gerakan. Jika terjadi suatu cedera pada tendon, hal ini
disebut dengan “strain”. Strain biasanya terjadi karena tekanan, penggunaan
berlebih, ataupun tarikan. Sebagian tendon injuries timbul paling sering di jari-
jari, pergelangan tangan dan pergelangan kaki, serta terjadi di dekat persendian
bahu, siku, lutut, dan ankle.
Terdapat beberapa istilah dalam cedera tendon, yaitu:
Tendinitis inflamasi tendon yang menimbulkan nyeri
Tendinosis robekan kecil pada tendon karena overuse
Tendinopathy istilah untuk inflamasi dan robekan
Etiologi & Patofisiologi:
Karena overuse (contoh: pada olahragawan) inflamasi jika terjadi
perlengketan atau adhesi (jika diperiksa terdapat krepitasi) lama-
kelamaan tendon robek. Hal ini sering terjadi pada tendon – tendon besar,
contoh: tendon Achilles.
Sering pula terjadi pada penuaan elastisitas berkurang trauma
tendon mudah robek.
Trauma tajam (secara langsung pada tendon) tendon robek. Sering
terjadi pada daerah pergelangan tangan atau jari-jari.
Symptom:
Tendinopathy biasanya menimbulkan suatu sensasi nyeri, kaku, dan
kehilangan kekuatan.
Nyeri bertambah bila area tendon dipakai.
Daerah tendon yang cedera merah, bengkak, dan hangat (bila terdapat
inflamasi)
Crunchy sound atau crunchy feeling (krepitasi) saat tendon digunakan.
Diagnosis:
1. Anamnesis
Ditanyakan: riwayat trauma, sensasi yang dirasakan (nyeri, kaku,
dan kehilangan kekuatan), aktivitas yang dilakukan (misalnya
sebagai atlet), dan area yang sakit.
Apa cedera berkaitan dengan aktivitas atau pemakaian alat-alat.
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : pada permukaan kulit di atas tendon yang cedera dapat
terlihat merah dan bengkak.
Palpasi: terdapat krepitasi ataupun teraba hangat bila terdapat
inflamasi.
3. Pemeriksaan penunjang (jika diperlukan) foto polos.
Penatalaksanaan:
Lakukan RICE, meliputi:
Rest istirahatkan langsung bagian cedera (48-72 jam) agar
jaringan mendapat kesempatan untuk pulih dan cedera tidak
bertambah parah.
Ice kompres bagian cedera dengan es dalam kantung untuk
menghentikan perdarahan (oleh vasokonstriksi), mengurangi
bengkak dan nyeri. Ini dilakukan selama 10-15 menit pada area
yang cedera.
Compression bebat bagian cedera dengan elastic bandage tetapi
jangan terlalu ketat.
Elevate tinggikan bagian yang cedera melebihi level jantung
untuk mengurangi bengkak.
Tambahan:
Terapi dingin dilakukan pada cedera akut dimana es berfungsi sebagai
vasokonstriktor yang bertujuan mengurangi perdarahan dan bengkak,
sedangakan terapi hangat atau kompres hangat dilakukan untuk cedera
yang kronis atau setelah melewati masa perdarahan yang bertujuan
meningkatkan elastisitas dan memperbaiki sirkulasi darah pada daerah
cedera tersebut sehingga penyembuhan lebih cepat.
Berikan pain reliever NSAID
Gentle exercise untuk mencegah terjadinya kekakuan
Pada tendon yang robek:
Pada luka bersih dapat dilakukan penjahitan primer, sedangkan
pada luka yang kotor dibersihkan dulu dan tunda penjahitan untuk
beberapa minggu menghindari komplikasi tetanus.
Tendo dengan laserasi terbuka ditutup dengan “full thickness skin
graft”.
Setelah penjahitan pasang gips selama 3-6 minggu.
Cedera tendon pada ekstremitas:
Cedera tendon yang paling sering terjadi adalah:
Cedera tendon Achilles (pada ekstremitas inferior)
Anatomi : tendon yang menghubungkan m.gastrocnemius dengan
calcaneus dan berada tepat di bawah kulit sehingga sering cedera.
Fungsi : bila m.gastrocnemius berkonstraksi tendon Achilles
bergerak ke atas dan digunakan untuk jinjit, berlari, berjalan,
meloncat
Faktor penyebab (biomekanik) :
Kaki berputar ke dalam secara berlebih
Kebiasaan berpijak terlalu jauh dari tumit
Otot betis kaku
Lengkung telapah kaki yang tinggi
Tendon Achilles yang kaku
Kelainan bentuk tumit
Jenis cedera :
1. Tendinitis Achilles
Tendon Achilles mengalami inflamasi karena suatu cedera
kecil akibat stretching berlebih oleh tekanan pada tendon yang
lebih besar dibandingkan dengan kekuatan tendon tersebut,
misalnya karena berlari mendaki dan menuruni bukit.
Biasanya tendon menjadi bengkak, nyeri, dan kemampuan
fleksinya berkurang, jika tidak diterapi dengan baik maka dapat
terjadi ruptur.
2. Ruptur tendo Achilles
Dapat terjadi karena:
Tendon telah rapuh karena tendinitis yang tidak
ditangani.
Tendon sehat tapi mendapat tekanan yang kuat dan tiba-
tiba.
Yang terjadi adalah ketika berlari atau melompat
m.gastrocnemius kontraksi tapi kontraksi ditahan oleh berat
badan tendon robek.
Gejala:
terasa seolah dipukul tepat di atas tumit dan tidak dapat
berjinjit
terlihat robekan atau celah 5 cm di atas insersio tendon
plantar fleksi lemah dan tidak disertai dengan
penegangan tendon
Ruptur dapat terjadi dalam beberapa bentuk:
Ruptur total tendon Achilles putus
Ruptur parsial terletak di perbatasan aponeurosis
m.gastrocnemius dengan tendo Achilles
Pemeriksaan:
Pasien menelungkup dan betis diremas jika tendon utuh kaki
akan terlihat berplantarfleksi dan jika tendon robek kaki akan
tetap diam.
Terapi :
a. Konservatif:
- Menggunakan alah kaki dengan hak tinggi dan besar untuk
meratakan tekanan pada telapak kaki pada tendinitis
- Fiksasi dengan bidai dengan sifat fleksi pergelangan kaki
(selama 3 minggu) lalu latihan untuk dorsofleksi secara
perlahan-lahan
b. Pembedahan
Dilakukan penjahitan tendon
Cedera tendon pada ekstremitas superior
Cedera tendon pada ekstremitas superior sering terjadi pada pergelangan
tangan karena trauma langsung, misalnya karena trauma tajam.
Pada pergelangan tangan tendon-tendon dari muskulus tertata rapi dan dibungkus oleh retinaculum, jika terkena trauma pada retinaculum dan terjadi robek pada tendon yang ada disana baik yang berfungsi untuk fleksor maupun ekstensor maka regio antebrachii tidak akan dapat melakukan fleksi maupun ekstensi tergantung bagian yang cedera.
Robekan Tendineous Cuff Sendi Bahu
Tendineous cuff adalah pembungkus bahu yang juga yang disebut juga rotator cuff yang terdiri atas tendo supraspinatus di sebelah atas, infraspinatus di belakang,dan subskapularis di depan. Tendo supraspinatus merupakan bagian sentral yang mudah mengalami degenerasi atau ruptur setelah suatu trauma yang mendadak apabila jatuh pada bahu atau oleh stres yang terus menerus.
Patologi dapat dibagi atas:
1. Robekan yang besar .Terjadi kehilangan fungsi muskulus supraspinatus. gambaran klinisPenderita tidak dapat melakukan abduksi awal pada sendi bahu karean fungsi ini merupakn kombinasi aksi muskulus supraspinatus dan muskulus deltoideus, tetapi bila abduksi secara pasif telah tercapai pada garisluus maka dengan mudah dilakukan abduksi selanjutnya karena adanya fungsi dari muskulus deltoideus semata-mata. tatalaksana
Robekan yang besar pada penderita tua tidak memerlukan tindakan operasi, pada penderita lebih muda sebaiknya dilakukan operasi.
2. Robekan yang riganApabila terjadi robekan yang parsial, maka fugsi muskulus supraspinatus maih tetap ada gerakan masih dalam batas normal tetapi terdapat nyeri pada gerakan abduksi di bagian pertengahan, yang disebut painful arc syndrome.. tatalaksanaDilakukan fisioterapi dengan menggunakan short-wave diathermy
FROZEN SHOULDER
DEFINISI
Frozen shoulder merupakan suatu istilah yang merupakan wadah untuk
semua gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan pembatasan
lingkup gerak sendi baik secara aktif mapun pasif akibat capsulitis adhesiva yang
disebabkan adanya perlengketan kapsul sendi, yang sebenarnya lebih tepat untuk
menggolongkannya di dalam kelompok periarthritis.
MANIFESTASI KLINIK
Frozen shoulder adalah penyakit kronis dengan gejala khas berupa nyeri
bahu dan pembatasan lingkup gerak sendi bahu yang dapat mengakibatkan
gangguan aktivitas kerja sehari-hari.
ETIOLOGI
Etiologi dari frozen shoulder masih belum diketahui dengan pasti. Adapun
fakor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat trauma,
over use, injuri atau operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit
kardiovaskuler, clinical depression dan Parkinson.
Frozen shoulder dapat disebabkan oleh trauma, imobilisasi lama,
imunologi, serta hubungannya dengan penyakit lainnya, misal hemiparese,
ischemic heart disease, TB paru, bronchritis kronis dan diabetes mellitus dan
diduga penyakit ini merupakan respon autoimun terhadap rusaknya jaringan lokal.
Adapun beberapa teori yang dikemukakan American Academy of Orthopedic
Surgeon tahun 2000 mengenai frozen shoulder, teori tersebut adalah :
a. Teori hormonal.
Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan dengan
datangnya menopause.
b. Teori genetik.
Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder, contohnya
ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada saat yang sama.
c. Teori auto immuno.
Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil rusaknya
jaringan lokal.
d. Teori postur.
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap
menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.
Immobilisasi yang lama pada lengan karena nyeri merupakan awal terjadinya
frozen shoulder. Lengan yang immobilisasi lama akan menyebabkan statis vena
dan kongesti sekunder bersama dengan vasospastik, ini akan menimbulkan reaksi
timbunan protein, oedema, eksudat dan akhirnya terjadi fibrous sehingga kapsul
sendi akan kontraktur serta hilangnya lipatan inferior sendi, fibrosis kapsul sendi
meningkat sehingga mudah robek saat humeri bergerak abduksi dan rotasi.
Fibrous pada kapsul sendi ini akan mengakibatkan adhesi antara lapisan bursa
subdeltoidea, adhesi ekstra artikuler dan intra arthrikuler. Perlengketan kapsul
sendi akan mengakibatkan gerakan sendi bahu menjadi terbatas.
Capsulitis adhesiva merupakan kelanjutan dari lesi rotator cuff, karena terjadi
peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam kapsul sendi dan
mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi fibrous dapat diperburuk
akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi impingement yang terlalu
lama (Appley, 1993).
Menurut Kisner (1996) frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu
a. Pain (Freezing) : ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat,
gerak sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir
ampai 10- 36 minggu.
b. Stiffness (Frozen) : ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau
perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang di ikuti
oleh keterbatasan gerak scapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.
c. Recovery (Thawing) : pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak
ada synovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata.
Fase ini berakhir 6-24 bulan atau lebih.
Mengingat luasnya gerakan sendi bahu merupakan faktor yang sangat penting
kaitannya dalam hubungannya dengan peningkatan kualitas gerak dan fungsi,
maka usaha dan peningkatan merupakan salah satu tujuan dari fisioterapi,
sehingga penulis mengambil terapi latihan dengan metode Free Active Exercise,
Codman Pendular Exercise dan Shoulder Wheel sebagai usaha untuk menjaga dan
meningkatkan lingkup gerak sendi, menjaga kekuatan otot. Dengan semua
modalitas tersebut diharapkan tercapainya tujuan utama jangka panjang untuk
mengembalikan aktifitas fungsional seperti sediakala.
4. TRAUMA PADA PEMBULUH DARAH
Trauma pada pembuluh darah dapat dibagi dalam 3 kategori:
1. Vasospasme
2. Robekan tidak total
3. Robekan total
Akibat yang terjadi dalam komplikasi pembuluh darah:
1. Gangguan sirkulasi yang bersifat sementara
2. Gangguan sirkulasi yang bersifat permanen karena kerusakan pembuluh
darah dan atau trombosis
3. Aneurisma traumatik
Lokalisasi daerah pembuluh darah:
Trauma arteri aksilaris biasanya terjadi pada dislokasi sendi bahu atau fraktur
dislokasi sendi bahu atau fraktur leher humerus.
1. Arteri brakialis
Trauma ini biasanya terjadi pada fraktur humerus dan fraktur
suprakondiler humerus.
2. Arteri radialis
Terjadi pada fraktur ddaerah radius distal dengan perpindahan fragmen ke
depan dari fragmen distal (fraktur smith)
3. Pembuluh darah pelvik
Terjadi pada trauma tekanan atau trauma lain yang hebat pada panggul.
4. Arteri femoralis
Biasanya terjadi apabila ada fraktur batang femur dengan fraktur yang
hancur atau pecah- pecah.
5. Arteri poplitea
Apabila terjadi dislokasi pada sendi lutut, fraktur 1/3 proksimal tibia atau
distal femur.
Gambaran klinis.
Perlu dibandingkan perabaan dan denyutan arteri antara bagian yang sakit
dan bagian yaang sehat. Bagian distal mengalami iskemi, dingin, serta
membengkak. Perlu diraba arteri radialis, arteri dorsalis pedis/ arteri
tibialis posterior. Juga diperiksa ritme kapiler pada jari- jari.
Pengobatan.
Apabila terdapat fraaktur atau dislokasi, reduksi harus dilakukan
secepatnya baik secara tertutup maupun terbuka. Bila perlu dapat
dilakukan eksplorasi pembuluh darah untuk melihat tingkat kerusakannya.
6. Gangren iskemik
Merupakan kelainan dimana terjadi kematian jaringan karena kerusakan
pembuluh darah.
Dapat disebabkan oleh.
Pemasangan verban yang ketat
Pemasangan turniket yang salah/ terus menerus
Kerusakan pembuluh darah bersama dengan fraktur
Fraktur terbuka disertai infeksi dan kerusakan pembuluh darah
Pengobatan yang tidak adekuat atau reposisi fraktur yang jelek/
iatrogenik
Gambaran klinis.
Warna kulit hitam kecoklatan, dingin, dan membengkak
Dapat terjadi pelepuhan pada kulit dan kulit terkelupas
Gangguan fungsi dan sensasi kulit disertai bau yang busuk
Hiperpireksia
Penderita terlihat toksik, mengalami dehidrasi sampai syok
Infeksi dan pembusukan pada jaringan
Ditemukan krepitasi apabila ada gas gangren
Takikardi dan penurunan tekanan darah
Pernapasan yang cepat
Pengobatan:
Resusitasi penderita sesegera mungkin
Nekrotomi yang luas apabila perlu dilakukan amputasi
Pemberian antibiotik yang adekuat
7. Trauma pada vena
Terutama pada vena besar dapat bersifat total ataupun tidak total yang
dapat disebabkan oleh tusukan fragmen pada fraktur yang bergeser.
Trauma juga dapat pula terjadi oleh karena luka tembak yang menembus
jaringan lunak dari luar.
Pengobatan:
Trauma pada vena besar harus diperbaiki oleh karena akan menimbulkkan
komplikasi di kemudian hari berupa kongesti vena bagian distal.
8. Sindroma kompartemen
Setelah terjadi trauma terutama pada tungkai bawah khususnya pada
fraktur tertutup, terjadi hambatan pada vena dan kompartemen fascia yang
akan memberikan efek balik sehingga terjadi penekanan pada pembuluh
darah arteri.
Gambaran klinis
Pada gejala awal, terdapat nyeri hebat pada tungkai, tidak dapat
melakukan dorsofleksi pada jari- jari kaki dan rasa nyeri secara pasif,
kemudian tungkai menjadi pucat dan membengkak. Tingkat lebih lanjut
terjadi perubahan pada saraf dan otot yang akan menimbulkan nekrosis
pada otot yang bersifat irreversibel.
Pengobatan.
Pada tingkat awal semua gips dan verban yng menekan dibuka dan bila
tidak berhasil segera dilakukan fasiotomi.
5. TRAUMA SARAF PERIFER
Fisiologi
Saraf perifer adalah kumpulan akson yang mengantarkan impuls-impuls
motorik (eferen) dari sel-sel kornu anterior medula spinalis dan impuls
sensoris (aferen) reseptor perifer melalui sel-sel ganglion kornu posterior ke
dalam sumsum medulla spinalis
Etiologi
Trauma pada saraf perifer atau akar saraf dapat terjadi akibat:
- Trauma langsung oleh karena adanya laserasi,luka tembak atau luka
tembus
- Trauma tidak langsung akibat fraktur dan terjadi tarikan atau robekan pada
saraf yang dapat terjadi segera atau setelah beberapa waktu
- Jepitan yang mendadak atau menahun
Patologi
Iskemi
Iskemi iasanya terjadi akibat penekanan saraf yang mendadak, yang
menyebabkan rasa tebal dan kesemutan dalam 15 menit,hilangnya sensibilitas
nyeri setelah 30 menit dan kelemahan otot setelah 45 menit
Klasifikasi menurut Seddon:
- Neuropaksia
Neuropaksia adalah suatu keadaan diman terjadi blok sementara
penghantaran saraf dan secara fisiologis yang dapat bersifat reversibel
Kehilangan sensasi dan motorik dapat sembuh setelah beberapa hari atau
beberapa minggu
Prognosis baik
- Aksonometsis
Aksonometsis adalah terjadinya interupsi akson (saraf dan saluran
endoneurial tetap utuh,hanya terjadi gangguan konduksi pada saraf)
Target denervasi dari organ akan mengalami atrofi secara perlahan-lahan
dan apabila dalam 2 tahun re-inervasi tidak terjadi,maka tidak akan terjadi
lagi pemulihan pada saraf
Prognosis baik
- Neurometsis
Neurometsis adalah pemisahan trunkus saraf,misalnya pada luka terbuka
yang menyebabkan putusnya saraf
Prognosis tergantung pada tekhnik pembedahan
Gambaran klinis
( Trauma pada saraf sering tidak terdeteksi setelah kecelakaan sehingga
memerlukan analisis yang baik )
- Adanya rasa tebal,perubahan rasa atau kelemahan otot
- Rasa nyeri atau parastesia
- Kekakuan pada sendi,deformitas atau atrofi otot
Diagnosis
Menghadapi kemungkinan adanya trauma saraf, maka beberapa hal yang
harus diperhatikan :
- Apakah benat terdapat lesi saraf?
- Setinggi apakah kelainan tersebut?
- Jenis kelaiana yang terdapat?
- Apakah lesi saraf ini dapat sembuh kembali?
Pemeriksaan
Umum
- Adanya jaringan parut pada suatu luka tertentu
- Kehilangan sensibilitas
- Kulit menjadi halus,mengkilat,dingin dan kering
- Kelainan pada kuku
- Ulkus trofik pada kaki
- Pemeriksaan motorik dan sensorik dilakukan secara individu pada saraf
yang diduga mengalami trauma. Pemeriksaan sensoris meliputi
pemeriksaan diskriminasi dua titik, tekanan,atau temperatur
Khusus
1. Blok saraf
Disuntikkan anastesi lokal sekitar tempat trauma.Bila terjadi kehilanagn
sensoris dan motoris yang lebih besar,maka lesi bersifat sebagian.Bila
dilakukan injeksi pada saraf yang tidak mengalami kerusakan maka dapat
ditemukan adanya overlap
2. Uji elektrik
Dengan uji elektrik dapat diketahui secara tepat keadaan,tingkat dan
ekstensi pemulihan saraf dana dilakukan dengan cara:
- Penilaian kekuatan/ kurva waktu
- Aksi potensial volunter dari pemeriksaan elektromiografi
- Mengukur kecepatan hantaran sistem motoris dan sensoris dalam
beberapa tingkatan
Pengobatan
1. Eksplorasi saraf
Pada trauma tertutup,biasnaya lesi saraf dapat mengalami pemulihan
secara spontan.Eksplorasi dilakukan apabila:
- Ditemukan saraf yang terputus dan perlu dilakukan penjahitan
- Terjadi luka tajam
- Pada pemulihan terjadi keragu-raguan dan keterlambatan disertai
diagnosis yang ragu-ragu
2. Penjahitan saraf
a. Penjahitan primer
Penjahitan primer saraf dapat dilakukan pada saat membersihkan luka
dan didapatkan luka yang bersih.Setelah penjahitan maka anggoata
gerak diistirahatkan dengan bidai
b. Penjahitan yang ditunda
Penjahitan dapat ditunda dan dilakukan dalam beberapa minggu atau
bulan dengan indikasi sebagai berikut:
- Trauma tertutup tanpa pemulihan saraf setelah waktu
penyembuhan yang diharapkan
- Terdapat kekeliruan diagnosis dan ditemukan adanya gejala taruma
saraf beberapa waktu kemudian
- Terdapat kegagalan pada penjahitan primer
- Apabila terdapat pemisahan pada saraf,maka kekosongan ini dapat
disambung dengan mempergunakan jembatan saraf yang diambil
pada saraf kutaneus
PEMERIKSAAN FISIK
Saraf Ulnaris
a. Pemeriksaan otot oponens digiti kuinti (C7, C8, T1, n.ulnaris)Jari-jari diekstensikan kemudian kelingking digerakkan menuju dasar ibu jari (menyentuh ibu jari).
b. Pemeriksaan otot adduktor policis (C8, T1, n.ulnaris)Sepotong kertas dijepit antara ibu jari dan telapak tangan.
c. Pemeriksaan otot introsei palmaris (C8, T1, n.ulnaris)Telapak tangan ditaruh di atas meja, telunjuk, jari manis, dan kelingking yang berada dalam posisi abduksi di adduksikan ke garis tengah (sambil diberi tahanan pemeriksa).
d. Pemeriksaan otot introsei dorsalis (C8, T1, n.ulnaris)Telapak tangan ditaruh di atas meja, telunjuk dan jari manis diabduksikan (sambil diberi tahanan).
Saraf Radialis
a. Pemeriksaan abduksi ibu jariGerakan ke arah palmar dan ke arah radial.
b. Pemeriksaan otot ekstensor digitorum (C7, C8, n.radialis)Jari diekstensikan pada persendian metacarpofalang (sambil diberi tahanan)
c. Penilaian tenaga otot supinator (C5, C6, n.radialis)Membalikkan telapak tangan ke arah supinasi.
d. Penilaian tenaga otot ekstensor carpi radialis longus (C6-8, n.radialis)
Saraf Medianus
a. Penilaian tenaga otot fleksor digitorum (C7, C8, T1, n.medianus)Dalam posisi telapak tangan supinasi, pasien disuruh menggerakkan jari-jarinya ke arah fleksi.
b. Penilaian tenaga otot pectoralis mayor (C5, T1, pectoralis mayor dan n.medianus)
Pasien merentangkan kedua tangan ke depan dan menggerakkannya abduksi (sambil diberi tahanan pemeriksa)
Saraf Tibialis
a. Pemeriksaan otot gastronemius (L5, S1-2, n.tibialis)Pasien tengkurap, kemudian disuruh memfleksi plantar kakinya.
b. Pemeriksaan otot fleksor digitorum longus (S1-2, n.tibialis)Jari-jari kaki di plantar fleksikan (sambil diberi tahanan)
TRAUMA PLEKSUS SARAF
TRAUMA KELAHIRAN PADA PLEKSUS BRAKIALIS
Trauma pada pleksus brakialis sering ditemukan pada bayi baru lahir terutama
pada bayi besar, lahir dengan forceps, atau bayi yang lahir sungsang.
Gambaran klinis
Kerusakan yang terjadi disebabkan karena adanya tarikan / tekanan yang hebat
pada pleksus brakialis, yang dapat bersifat ringan atau sampai terjadi robekan
pada satu atau lebih dari trunkus saraf. Pada keadaan yang buruk terjadi avulsi
akar saraf pada sumsum tulang belakang. Terdapat gejala kombinasi antara
motorik dan sensoris.
Tiga tipe trauma kelahiran pada pleksus brakialis :
1. Tipe lengan atas ( paralisis erb )
Merupakan kelainan yang paling sering ditemukan dalam kelumpuhan
obstetrik yaitu terjadi tarikan pada trunkus sebelah atas ( C5 dan C6 ) dan
ditemukan paralisis bahu dan lengan atas.
2. Tipe lengan bawah ( klumpke )
Kelainan ini lebih jarang ditemukan dan terjadi kerusakan pada pleksus
brakialis C8 dan T1.
3. Tipe lengan bawah dan lengan atas
Jenis ini mengenai seluruh pleksus brakialis dan biasanya terjadi avulsi
yang total pada sumsum tulang belakang.
TRAUMA PLEKSUS BRAKIALIS KARENA KECELAKAAN
Apabila terjadi kecelakaan yang hebat misalnya jatuh atau benturan yang
keras pada kepala dengan tekanan yang bersamaan pada bahu, akan menimbulkan
tarikan pada pleksus brakialis. Kelainan biasanya disertai fraktur klavikula atau
fraktur daerah vertebra servikalis. Tarikan yang hebat biasanya menyebabkan
avulsi pleksus brakialis sumsum tulang belakang. Pemeriksaan mielografi
membantu dalam menegakkan diagnosis.
LESI SARAF TORASIK PANJANG
Saraf torasik panjang disebut juga saraf dari Bell ( C5,6,7) . Saraf ini dapat
mengalami kerusakan apabila ada trauma pada bahu dan leher atau pada waktu
tindakan operasi. Lesi biasanya bersifat aksonotmesis.
Gambaran klinik
Ditemukan paralisis otot seratus anterior yang menyebabkan gangguan pada
scapula.
Pengobatan
Lesi ini bersifat aksonotmesis, maka penyembuhan diharapkan setelah beberapa
waktu.
LESI SARAF SPINAL ASESORIS
Saraf spinal asesoris ( C3,4 ) memberikan persarafan pada otot
sternokleidomastoideus yang berjalan sangat superficial sehingga mudah
mengalami trauma terutama luka tajam. Apabila ditemukan tanda-tanda lesi pada
saraf ini disertai luka tajam, maka harus segera dilakukan eksplorasi.
LESI SARAF SUPRASKAPULA
Saraf supraskapula berasal dari pleksus brakialis bagian atas ( C5,6 ) . Lesi
dapat terjadi pada fraktur scapula dengan tekanan langsung / traksi.
Gambaran klinis
Mungkin ditemukan riwayat trauma sebelumnya serta gejala nyeri pada daerah
supraskapula dan kelemahan abduksi bahu.
Pemeriksaan elektromiografi dapat membantu diagnosis.
Pengobatan
Lesi biasanya bersifat aksonotmesis dan dapat pulih setelah 2-3 bulan
LESI SARAF AKSILA
Saraf aksila ( C5-6 ) berasal dari bagian belakang pleksus brakialis.
Biasanya saraf ini mengalami kerusakan pada dislokasi sendi bahu / fraktur leher
humerus dan lesi bersifat aksonotmesis. Pada umumnya lesi saraf aksila dapat
pulih secara spontan.
TRAUMA PADA TRUNKUS SARAF
PLEKSUS LUMBOSAKRALIS
Kerusakan pleksus lumbosaklaris dapat disebabkan oleh dislokasi sakro-iliaka atau fraktur sakrum.
Gambar klinis
Lesi biasanya bersifat tidak total dan sering terlupakan. Gejala berupa kelemahan pada otot tertentu dan kesulitan bila kencing. Ditemukan pula
gangguan sensibilitas pada daerah perineum. Setiap fraktur panggul harus dicurigai adanya kerusakan pada pleksus lumbosakralis.
SARAF SKIATIK
Lesi saraf skiatik yang besar jarang terjadi kecuali akibat luka tembak atau traksi setelah dislokasi panggul traumatik yang disertai dengan fraktur panggul. Dapat juga terjadi secara iatrogenik pada suatu operasi total panggul.
Gambaran klinis
Apabila terjadi kerusakan total maka terjadi paralisis otot-otot hamstring dan seluruh otot dibawah sendi lutut. Dapat pula terjdai kehilangan refleks pada pergelangan kaki. Terdapat gangguan atau hilangnya sensibilitas dibawah lutut kecuali bagian medial tungkai bawah yang dipersarafi oleh nervus femoralis. Penderita biasanya berjalan dengan drop foot.
Pengobatan
Dengan operasi dan penjahitan, bila perlu dilakukan grafting saraf.
SARAF TIBIALIS
Jarang terkena kecuali pada trauma tajam.
Gambaran Klinis
Gangguan plantarfleksi pergelangan kaki atau fleksi jari-jari, dapat disertai
hilangnya sensibilitas telapak kaki dan sebagian dari betis.
Diagnosis
Diagnosis dapat dilakukan dengan bantuan uji konduksi saraf
Pengobatan
Segera lakukan eksplorasi pada saraf yang terkena.
trauma saraf perifer
Saraf perifer adalah kumpulan akson yang menghantarkan impul-impul
motorik (eferen) dari sel-sel kornu anterior medulla spinalis dan impuls semsoris
(aferen) reseptorperifer melalui sel-sel gangalion kornu posterior ke dalam
sumsum medulla spinalis.
Akson motoris dan sensoris yang besar memberikan sensasi rasa raba,
nyeri dan propioseptif. Akson motoris dan sensoris dilapisi oleh myelin yang
merupakn satu membrane lipoprotein disertai sel schwann. Diluar membrane sel
schwann akson ditutupi oleh jaringan ikat yang disebut endoneurium. Diantara
akson yang diliputi endoneurium terdapat jaringan ikat membrane yang disebut
perineum. Trunkus saraf diliputi oleh jaringan yang lebih kuat yang disebut
epineurium.
Saraf sangat kaya akan pembuluh darah dan beberapa trunkus saraf,
menembus kedalam lapisan menjadi kapiler-kapiler endoneurium.
trauma pada saraf perifer dapat terjadi akibat ;
1. trauma langsung oleh karena laserasi, luka tembak, luka tusuk
2. trauma tidak langsung akibat fraktur dan terjadi tarikan pada saraf
3. jepitan yang mendadak atau menahun
patologi kelainan saraf :
iskemi terjadi akibat penekanan saraf yang mendadak, yang menyebabkan rasa
tebal dan kesemutan dalam 15 menit, hilangnya sensibilitas nyeri setelah 30 menit
dan kelemahan otot setelah 45 menit.
klasifikasi menurut saddan :
1. neuropraksi ; suatu keadaan dimana terjadi blok sementara penghantaran
saraf dan secara fisiologis yang dapat bersifat reversible. kehilangan
sensasi dan motorik dapat sembuh setelah beberapa hari atau beberapa
minggu. keadaan ini terjadi karena demielinisasi segmental akibat tekanan
mekanik.contoh : crutch palsy
2. aksonotmesis : terjadi interupsi akson. saraf dan saluran endoneurial tetap
utuh, hanya terjadi gangguan konduksi pada saraf.proliferasi yang
meningkat dari sel schiwan dan fibroblas yang meliputi saluran
endoneurial. regenerasi pertumbuhan akson 13 mm per hari.
3. neurotmesis : pemisahan trunkus saraf misalnya pada luka
terbuka.neurotmesis dapat pula terjadi akibat trauma traksi, trauma remuk
dan kerusakan saraf oleh karena injeksi intraneural yang menyebabkan
terputusnya saraf.
gambaran klinis : rasa tebal, perubahan rasa atau kelemahan otot.lesi yang bersifat
parsial akan menyebabkan rasa nyeri atau parastesis. pada tingkat lanjut akan
didapat kekakuan sendi, deformitas atau atrofi otot. ditemukan jaringan parut pada
suatu luka, kehilanngan sensibilitas, kulit menjadi haalus, mengkilat, dingin dan
kering serta kelainan pada kuku, dapat pula ditemukan ulkus trofik pada kaki
diagnosis : menghadapi trauma saraf, maka beberapa hal harus diperhatikan
1. apakah benar terdapat lesi saraf?
2. setinggi apa kelainan saraf?
3. jenis kelainan yang terdapat?
4. apakah lesi saraf ini dapat pulih kembali?
Pemeriksaan khusus:
1. blok saraf : disuntikan anastesi lokal sekitar tempat trauma.
2. uji elektrik : digunakan secara tepat untuk mengetahui keadaan, tingkat,
dan ekstensi pemulihan saraf dan dilakukan dengan caara penilaian
kekuatan/ kurva waktu, aksi potensial volunter dari pemeriksaan
elektromiografi, mengukur kecepatan hantaran sistem motoris dan sensoris
dalam beberapa tingkat.
Pengobatan :
1. eksplorasi saraf : pada trauma tertutup, biasanya lesi saraf dapat
mengalami pemulihan secara spontan.
2. penjahitan saraf
a. penjahitan primer : dilakukan pada saat pembersihan luka dan
didapatkan luka yang bersih. penjahitan primer ditunda apabilla
ditemukan tarikan sehingga tidak dapat dilakukan penjahitan pada
kedua ujung. bila terdapat fraktur, maka diperlukan stabilisasi
fraktur serta penjahitan jaringan lunak. penjahitan saraf dilakukan
dengan benang 10/0 pada daerah epineurium dengan teknik
tersendiri. setelah penjahitan, anggota gerak diistirahatkan dengan
bidai.
b. penjahitan yang ditunda :
indikasi :
trauma tertutup tanpa pemulihan saraf setelah waktu yang
diharapkan.
terdapat kekeliruan diagnosis dan ditemukan gejala trauma
saraf beberapa minggu kemudian.
terdapat kegagalan pada penjahitan primer.
apabila terdapat pemisahan pada saraf, maka kekosongan
ini dapat disambung dengan mempergunakan jembatan
saraf yang diambil pada saraf kutaneus.
prognosis : kelainan neuropraksi dapat pulih kembali, aksonotmesis pada
umumnya juga dapat pulih. kelainan neurotmesis tidak mungkin mengalami
pemulihan dan pada trauma dengan tarikan pada saraf prognosisnya jelek.
Pertolongan Pertama Pada Trauma Jaringan Lunak
Terkilir, regangan dan memar yang dalam lebih dulu ditangani dengan prosedur
RICE. Dengan cara ini biasanya sudah memadai, tetapi kalau Anda meragukan
beratnya cedera perlakukan sebagai fraktur.
Pertolongan pokok pada cedera ini:
1. R – Rest (istirahat) bagian yang sakit
2. I – Berikan Ice (es) atau kompres dingin
3. C – Compress (tekan) bagian yang sakit
4. E – Elevate (tinggikan) bagian yang sakit
Istirahatkan, stabilkan dan topang bagian yang cedera dalam posisi
yang paling nyaman bagi korban;
Bila cedera baru saja terjadi, dinginkan bagian tersebut dengan es
yang dibungkus dalam kain atau dengan kompres dingin untuk
mengurangi nyeri, bengkak dan memar.
Seputar bagian yang cedera ditekan sedikit dengan gumpalan kapas
atau karet busa yang tebal, eratkan dengan balutan.
Tungkai yang cedera ditopang dan ditinggikan supaya aliran darah
ke tempat itu berkurang dan untuk mengurangi memar.
Kalau cedera sangat ringan bagian yang cedera distirahatkan dan
sarankan agar korban berobat ke dokter, bila perlu. Tetapi bila cedera
berat segera cari pertolongan medis.
Perhatian:
Untuk luka yang baru saja terjadi jangan olesi balsem pada tempat yang bengkak,
mengompresnya dengan air hangat atau memijatnya karena tindakan tersebut akan
meningkatkan aliran darah ke lokasi cedera sehingga mengakibatkan
pembengkakan semakin parah. Pada trauma yang berumur 1-2 hari sebaiknya
dikompres dingin dengan es yang diletakka dalam kantong es atau dibungkus
dengan kain. Bila cedera jaringan lunak itu sudah berumur 3 hari maka diberikan
kompres air hangat untuk melancarkan aliran darah agar proses penyembuhan
berjalan maksimal.
TERKILIR
Terkilir merupakan kecelakaan sehari-hari, terutama di lapangan olahraga.
Terkilir disebabkan adanya hentakan keras terhadap sebuah sendi, tetapi
dengan arah yang salah sehingga mengakibatkan persendian mendapat
tekanan berlebihan, peregangan atau robekan urat yang masih menyambung.
Robekan ini diikuti oleh perdarahan di bawah kulit, dan darah yang
mengumpul di bawah kulit itulah yang menyebabkan terjadinya
pembengkakan.
Gejala dan Tanda
1. Rasa sakit yang cukup kuat, keterbatasan pergerakan dan
kehilangan fungsi;
2. Bengkak;
3. Memar (cepat timbul);
Terkilir pergelangan kaki
Terkilir paling banyak terjadi pada daerah pergelangan kaki. Kebanyakan
pergelangan kaki terkilir ke arah dalam. Dengan akibat, ligamen antara
tulang betis dan tulang kering bagian depan terobek. Itulah sebabnya
terdapat rasa nyeri bila ditekan terutama di daerah ini, dan pembengkakan
pun terjadi di depan mata kaki.
Terkilir ke arah luar dapat juga terjadi. Dalam hal ini, rasa nyeri dan
bengkak berawal di mata kaki sebelah dalam
Pertolongan:
1. DRABC
2. Pastikan ada tidaknya patah tulang
3. Dalam hal ini, tulang yang patah biasanya adalah ujung-ujung bawah
tulang fibula dan tulang tibia. Periksalah dengan jalan menekan tulang
itu dari telapak kaki dan betis bagian atas secara hati-hati. Dapat pula
dengan menekan tulang tibia dan tulang fibula ke arah salaing
mendekati, apabila terasa nyeri, kemungkinan besar ujung tulang-tulang
itu patah. Bila tak ada patah tulang lakukan tindakan selanjutnya;
4. Istirahatkan korban dan kendorkan sepatu penderita;
5. Untuk sementara balutlah pergelangan kakinya dengan pembalut
ataupun mitela:
6. Prinsip RICE (lihat Luka memar); Compress dilakukan dengan
menggunakan pembalut tekan atau pembalut elastis
7. Cari pertolongan medis
8. Jika tidak ada pembalut, dapat pula mempergunakan plester menurut
cara Gibney (Gibney ankle strapping). Strapping tersebut dikenakan
dengan kaki dalam kedudukan terbujur dan lebih tinggi dari bagian
tubuh lainnya. Strapping tidak boleh sampai menutupi penuh
pergelangan kaki.
Selama 24 jam berikutnya penderita tidak boleh mempergunakan kakinya
yang cedera untuk menahan berat badan. Ia harus beristirahat dengan kaki
yang cedera diletakkan lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya.
Pembengkakan biasanya mereda setelah 36-48 jam kemudian.
SKIN GRAFT PADA TRAUMA KULIT
1.PENGERTIAN
Skin graft ( pencangkokan kulit ) merupakan tehnik untuk melepaskan potongan kulit dari suplai darahnya sendiri dan kemudian memindahkannya sebagai jaringan bebas ke lokasi yang jauh ( resipien ).
Skin graft adalah suatu tindakan atau tehnik memindahkan kulit yang sehat dan menempelkan ke bagian kulit yang luka.
Skin graft merupakan pencangkokan lapisan epidermis kulit yang dapat
dipindahkan secara bebas. Kulit yang digunakan dapat berasal dari bagian mana saja dari tubuh, namun lazimnya berasal dari daerah paha, pantat, punggung atau perut. (yudini,2007)
2.TUJUAN
Tujuan dilakukan skin graft adalah :
1.Tujuan umum :
Untuk memperbaiki kecacatan atau kelainan yang timbul akibat kecelakaan.
2.Tujuan khusus :
a.Mempercepat penyembuhan luka
b.Mencegah kontraktur
c.Mengurangi lamanya perawatan
d.Memperbaiki defek yang terjadi akibat eksisi tumor kulit
e.Menutup daerah kulit yang terkelupas dan menutup luka dimana kulit sekitarnya tidak cukup menutupinya
3.KLASIFIKASI SKIN GRAFT
1.Berdasarkan letak
a.Meshed skin graft
Skin graft pada daerah mata dan lubang
b.Sheet skin graft
Skin graft pada daerah wajah , leher, tangan dan kaki
2.Berdasarkan sumber donornya
a.Autograft
Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari kulit pasien sendiri
b.Allograft
Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari spesies yang sama
c.Zenograft atau heterograft
Yaitu skin graft yang donornya adalah jaringan yang diperoleh dari spesies yang lain / berbeda
3.Berdasarkan ketebalannya
a.Split thickness yaiu skin graft yang tipis, sedang atau tebal.
b.Full thickness yaitu tergantung dari banyaknya dermis yang ikut dalam spesimen.
4.PEMASANGAN GRAFT
Graft atau cangkokan diperoleh dengan berbagai unstrumen seperti pisau tipis seperti silet ( rasa blades ), pisau graft kulit, dermatom bertenaga listrik atau udara, atau drum dermatome. Cangkokan kulit diperoleh dari lokasi donor atau “host” dan dipasangkan pada lokasi yang dikehendaki yang disebut lokasi “resipien” atau “graft bed”.
Kulit yang digunakan untuk graft dapat berasal dari bagian bagian tubuh yang lain , seperti punggung. Permukaan kulit dapat dioerluas dengan membuat irisan yang bila direnggang akan membentuk jala, sehingga luasnya mencapai 1,5 kali sampai 6-9 kali luas semula. Tehnik cangkok jala ini disebut “mesh” dan biasanya digunakan pada skin loss yang luas/parah.untuk mendapatkan hasil yang
maksimal maka diperlukan beberapa pensyaratan antara lain, perdarahan pada daerah resipien harus baik, tidak ada infeksi dan keadaan umum penderita.
Flap adalah cangkok jaringan kulit beserta jaringan lunak dibawahnya yang diangkat dari tempat asalnya tetapi tetap mempunyai hubungan perdarahan dengan tempat asal. Flap yang dipindahkan akan membentuk perdarahan baru ditempat resipien.
Kriteria pemilihan lokasi donor yaitu harus dipertimbangkan :
a.Mencapai kecocokan warna sedekat mungkin dengan memperhatikan jumlah cangkokan kulit yang diperlukan.
b.Mencocokkan tekstur dan kualitas kulit untuk membawa rambut.
c.Mendapatkan cangkokan kulit yang setebal mungkin tanpa mengganggu kesembuhan luka pada lokasi donor.
d.Mempertimbangkan efek kosmetik pada lokasi donor setelah kesembuhan terjadi sehingga lokasi ini sebaiknya dipilih dari tempat yang tersembunyi.
Agar cangkokan kulit dapat hidup dan efektif,beberapa persayaratannya :
a.Lokasi resipien harus memiliki pasokan darah yang adekuat sehingga fungsi fisiologi yang normal dapat berlangsung kembali.
b.Cangkokan harus melekat rapat dengan dasar (bed) lokasi resipien (untuk menghindari penumpukan darah atau cairan).
c.Cankokan harus terfiksasi kuat (terimmobilisasi) sehingga posisinya dipertahankan pada lokasi resipien.
d.Daerah pencangkokan harus bebas dari infeksi.
Pada pemasangan di lokasi resipien,cangkokan kulit dapat dijahitkan atau tidak pada lokasi tersebut.Cangkokan ini bisa dipotong dan dibentangkan seperti jala agar menutupi suatu daerah yang lebar.Proses revaskularisasi (pembentukan
kembali pasokan darah) dan perlekatan kembali cangkokan kulit pada dasar lokasi resipien.
Setelah cangkokan kulit terpasang pada tempatnya,cangkokan ini dapat dibiarkan terbuka (pada daerah yang tidak mungkin diimmobilisai) atau ditutup dengan kasa pembalut tipis atau pembalut tekan manurut daerahnya.
5.PERAWATAN PRE OPERASI SKIN GRAFT
1. Pengkajian
Keadaan umum
Vital sign
Status nutrisi
Pola eliminasi
Pola istirahat dan tidur
Persepsi pasien
Hasil laboratorium
2. Persiapan fisik
Puasakan pasien 8 jam
Cukur daerah donor
Cairan / nutrisi parenteral selama puasa
Laboratorium
Thoraks foto
EKG
Concern form
Kaji tingkat kecemasan
Penjelasan tentang skin graft
6. PERAWATAN POST OPERASI
1) Hal yang perlu diperhatikan :
a.Keadan umum
b.Perdarahan post op
c.Gangguan sirkulasi (ada spalak)
d.Skin graft pada tangan dan kaki, sokong bantal di bawahnya untuk mencegah edema.
e.Skin graft (immobilisasi) sampai menempel dengan baik hati-hati
bila memindahkan pasien.
2. Urutan perawatan luka
a.Buka balutan dengan pemberian NaCl bila balutan kering / lengket.
b.Luka dicuci dengan cairan savlon 1% kemudian dibilas NaCl 0,9%
(normal salin).
c.Keringkan dengan kasa steril
d.Beri zalk silver sulfadiazine (ssp) pada luka (0.5 cm)
e.Tutup dengan menggunakan gaas steril.
3. Perawatan luka pada donor
a.Luka pada bagian donor tidak boleh tergeser dan boleh bergerak
bebes
b.Bila menggunakan Bioskin (alloask) buka pada hari ketiga.Jika bioskin kering bersihkan dengan savlon 1% dan biarkan bioskin tetap enempel dan tutup dengan gaas steril.
c.Amati tanda-tanda infeksi, bila ada bau busuk, bengkak, nyeri tekan,
d.lepaskan alloask dan berikan sufratulle dan zalf AB kemudian tutup gaas steril, rawat setiap hari.
e.Luka donor yang hanya diberi sufratulle, buka balutan setelah 2 minggu post op.Bila luka bersih, rawat luka 2 hari sekali.
7. PERAWATAN SKIN GRAFT
a.Bagian skin graft tidak boleh dibuka sebelum hari kelima, kecuali ada tanda infeksi segera buka.
b.Buka balutan harus sangat hati-hati.Kering atau lengket basahi NaCl jangan dipaksakan, tekan skin graft agar tetap menempel gunakan 2 buah pinset, 1untuk menekan dan yang lainnya untuk melepaskan.
c.Jika terjadi perdarahan tekan daerah tersebut sampai perdarahan berhenti dan laporkan jika berlanjut.
d.Bersihkan skin graft dengan savlon 1%.
e.Bila ada tanda infeksi (merah,bengkak,bau,pus).Pus bersihkan dengan bethadine.
f.Jika ncairan terkumpul di bawah graft, buatlah gulungan gaas steril dan gulung perlahan-lahan gulungan gaas ke arah tepi.
g.Tutup dengan gaas steril dan elastis verban.
h.Ganti verban setiap hari, jika ada stepler dibuka pada hari ketujuh dan buka jahitan pada hari ke 14.
i.Perhatikan jika terjadi hipertropi jaringan (pemakaian elastis verban).
j.Rehabilitasi/ latihan setelah skin graft benar-benar lengket.
8. KOMPLIKASI
a.Infeksi
b.Reaksi penolakan/alergi
c.Reaksi tubuh : tidak magnetis, tidak menghantar listrik
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.LED : Peningkatan mengindikasikan respon inflamasi
b.Hitung darah lengkap/diferensial : peninggian dan “perpindahan kekiri” diduga proses infeksi
c.Pletismografi : mengukur TD segmental bawah terhadap ekstremitas bawah mengevaluasi aliran darah arterial
d.Ultrasound Dropler : untuk mengkaji dan mengukur aliran darah
e.Tekanan O2 Transkutaneus : memberi peta area perfusi paling besar dan paling kecil dalam keterlibatan ekstremitas
f.SDP : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan respon inflamasi terhadap cedera
g.Elektrolit serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan, kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal
h.Glukosa Serum : Peningkatan menunjukkan respon terhadap stress
i.Albumin serum : rasio albumin/globulin mungkin terbalik sehubungan dengan kehilangan protein pada edema cairan
j.BUN / Kreatinin : dapat meningkat akibat cedera jaringan
k.Kultur luka : mengidentifikasi adanya infeksi , dan organisme penyebab
l.Fotografi area luka : catatan untuk penyembuhan luka/ skin loss
LUKA / TRAUMA
MEMBRAN SEL RUSAK
FOSFOLIPID
AS. ARAKIDONAT
ENDOPEROKID
PGG2/PGH
TROMBOKSAN A2 PROSTASIKLIN (PI2) PGE2 ,PGF2,PGD2
NSAID
Berdasarkan sifak selektifnya terhadap enzim siklooksigenase,
NSAID dibagi menjadi:
NSAID
Macam-macam aspirin like drug di bagi dalam lima golongan , yaitu :
1. Salisilat dan salisilamid , derivatnya yaitu setosal (aspirin) ,
salisilamid,diflunisal.
COX 1- non selektif
- Aspirin
- Indometasin
- Piroksikam
- Ibuprofen
- Naproksen
- Asam
mefenamat
COX 2 Preferensial
- Nimesulid
- Meloksikam
- Nabumeton
- Diklofenak
- Etodolak
COX 2 selektif
*Generasi 1
- selekoksib
- rofekoksib
- valdekoksib
- parekoksib
- eterikoksib
*Generasi 2
lamirakoksib
COX 3
parasetamol
2. Para aminofenol, derivatnya yaitu asetaminomfen
( parasetamol),fenasetin.
3. Pirazolon , derivatnya yaitu antipirin (fenazon) ,aminopirin
(amidopirin) , fenilbutazon, dan turunannya.
4. Antirematik nonsteroid dan analgetik lainnya yaitu asam
metafenamat dan
meklofenamat,ketoprofen,ibuprofen,naproksen,indometasin,pir
osikam dan glafenin.
5. Obat pirai yang dibagi menjadi dua uaitu (1) obat yang
menghentikan proses inflamasi akut , misalnya
kolkisin,fenilbutazon,oksifenabutazon,dan (2) obat yang
mempengaruhi kadar asam urat misalnya
probenesid,alupurinol, dan sulfinpirazon.
Sedangkan menurut paruh waktunya ,NSAID dibedakan menjadi :
1. NSAID dengan waktu paruh pendek (3-5 jam) yaitu aspirin,
asam flufenamat,asam meklofenamat ,asam mefenamat , asam
niflumat,asamtiaprofenamat,diklofenak,indometasin,karprofen,
ibuprofen,dan ketoprofen.
2. NSAID dengan waktu paruh sedang (5-9 jam) yaitu fenbufen
dna piroprofen.
3. NSAID dengan waktu paruh tengah ( kira-kira 12 jam) yaitu
diflunisal dan naproksen
4. NSAID dengan waktu paruh panjangn (12-24 jam ) yaitu
piroksikam dan tenosikam
5. NSAID dengan waktu paruh sangat panjang ( lebih dari 60
jam) yaitu fenilbutazon dan oksifenbutazon.
Efek samping NSAID
1. Efek terhadap saluran cerna:
Secara normal, prostasiklin (PGI2) menghambat sekresi
asam lambung, sedangkan PGE2 merangsang sintesis mucus
protektif dalam lambung dan usus kecil. Dengan adanya NSAID
yang menghambat kerja PGI2dan PGE2 maka akan mengkibatkan
sekresi asam lambung yang meningkat dan mucus protektif
berkurang. Hal ini dapat menyebabkan distress epigastrium, ulkus,
dan/atau pendarahan.
2. Efek terhadap trombosit:
TXA2 berfungsi untuk meningkatkan agregasi trombosit.
NSAID dapat menghambat TXA2 yang dapat menyebabkan darah
sukar untuk membeku. Dan jika diberikan pada ibu hamil antara 2
bulan, akan mennyebabkan keguguran
3. Efek terhadap ginjal:
Penghambatan siklo-oxigenase (COX) mencegah sintesis
prostaglandin PGE2 dan PGI2 yang bertanggung jawab memelihara
aliran darah ginjal. Penurunan sintesis prostaglandin dapat
mengakibatkan retensi natrium dan air yang dapat menyebabkan
endema dan hiperkalemia.
Kebaikan dan Keburukan NSAID
a. Kebaikan
1. Anti Inflamasi. Jika tubuh terkena trauma misalkan trauma
mekanik seperti pukulan akan terjadi reaksi inflamasi atau radang
yang ditandai dengan munculnya bengkak, warna kemerahan,
panas dan nyeri. Pemberian obat ini cukup efektif meredakan
berbagai gejala tersebut.
2. Anti piretik. Pada saat demam terjadi peningkatan suhu tubuh
dikarenakan peningkatan set-point suhu di otak bagian
hypotalamus, NSAID sanggup meredakan demam agar tidak
terjadi overheat
3. Analgesik. Nyeri sendi, sakit kepala, migrain, pegel linu dan
sakit gigi bisa hilang berkat NSAID
b.Keburukan
1. COX-1 selective inhibitor seperti asam mefenamat secara terus
menerus bisa menyebabkan nyeri perut bahkan perdarahan
lambung, kasus ini banyak terjadi pada mereka yang terkena pegal
linu dan nyeri
2. COX-2 selective inhibitor bisa menyebabkan terhambatnya
penyembuhan tulang paska fraktur dan meningkatkan resiko infark
jantung
3. nonselective COX inhibitor => terserang infark jantung dan
nyeri perut