Isi Modul LKK Blok 8

67
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang (FK UMP) menggunakan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam sistem KBK, mahasiswa kedokteran akan dilatih melakukan berbagai keterampilan dalam bentuk Latihan Keterampilan Klinik yang akan menunjang pembelajaran mereka untuk menjadi dokter yang unggul, bermutu, dan islami. Salah satu blok yang akan didalami oleh mahasiswa di FK UMP adalah blok VIII mengenai sistem neuromuskuloskeletal manusia yang ditinjau dari berbagai aspek. Latihan Keterampilan Klinik di blok VIII ini ditujukan untuk melatih mahasiswa FK UMP melakukan beberapa keterampilan yang akan sering ditemui di lapangan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan, yaitu: 1. Anamnesis neurologi dan muskuloskeletal Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, seorang dokter umum diharapkan mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara mandiri (tingkat kemampuan 4). 2. Pemeriksaan fisik neurologi umum Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, seorang dokter umum diharapkan mampu melakukan pemeriksaan motorik, refleks fisiologis, refleks patologis, dan rangsang meningeal secara mandiri (tingkat kemampuan 4). 3. Pemeriksaan fisik neurologi khusus Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, seorang dokter umum diharapkan mampu melakukan pemeriksaan saraf cranial secara mandiri (tingkat kemampuan 4). 4. Pemeriksaan fisik muskuloskeletal Yang termasuk dalam LKK ini adalah identifikasi penanda anatomi pada pemeriksaan musculoskeletal, kekuatan otot, dan range of movement (ROM). Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, seorang dokter umum diharapkan mampu menegakkan diagnosis dengan bantuan anamnesis dan pemeriksaan fisik.Untuk menunjang penegakan diagnosis di bidang musculoskeletal, perlu adanya keterampilan mengenali titik-titik penanda anatomi penting di tubuh manusia. Oleh 1

Transcript of Isi Modul LKK Blok 8

Page 1: Isi Modul LKK Blok 8

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangFakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang (FK UMP) menggunakan

sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam sistem KBK, mahasiswa kedokteran akan dilatih melakukan berbagai keterampilan dalam bentuk Latihan Keterampilan Klinik yang akan menunjang pembelajaran mereka untuk menjadi dokter yang unggul, bermutu, dan islami.

Salah satu blok yang akan didalami oleh mahasiswa di FK UMP adalah blok VIII mengenai sistem neuromuskuloskeletal manusia yang ditinjau dari berbagai aspek. Latihan Keterampilan Klinik di blok VIII ini ditujukan untuk melatih mahasiswa FK UMP melakukan beberapa keterampilan yang akan sering ditemui di lapangan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan, yaitu:

1. Anamnesis neurologi dan muskuloskeletalBerdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, seorang dokter umum diharapkan mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara mandiri (tingkat kemampuan 4).

2. Pemeriksaan fisik neurologi umumBerdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, seorang dokter umum diharapkan mampu melakukan pemeriksaan motorik, refleks fisiologis, refleks patologis, dan rangsang meningeal secara mandiri (tingkat kemampuan 4).

3. Pemeriksaan fisik neurologi khususBerdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, seorang dokter umum diharapkan mampu melakukan pemeriksaan saraf cranial secara mandiri (tingkat kemampuan 4).

4. Pemeriksaan fisik muskuloskeletalYang termasuk dalam LKK ini adalah identifikasi penanda anatomi pada pemeriksaan musculoskeletal, kekuatan otot, dan range of movement (ROM). Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia, seorang dokter umum diharapkan mampu menegakkan diagnosis dengan bantuan anamnesis dan pemeriksaan fisik.Untuk menunjang penegakan diagnosis di bidang musculoskeletal, perlu adanya keterampilan mengenali titik-titik penanda anatomi penting di tubuh manusia. Oleh karena itu, mahasiswa di blok ini akan diajari bagaimana melakukan identifikasi titik-titik tersebut.

1.2 Tujuan UmumTujuan umum dari keterampilan klinik yang akan dilaksanakan di Blok VIII ini adalah:

1. Apabila dihadapkan pada pasien simulasi, mahasiswa diharapkan mampu melakukan anamnesis penyakit-penyakit neurologi dan melakukan komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal.

2. Apabila dihadapkan pada pasien simulasi, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan motorik.

3. Apabila dihadapkan pada pasien simulasi, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis.

4. Apabila dihadapkan pada pasien simulasi, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan rangsang meningeal.

1

Page 2: Isi Modul LKK Blok 8

5. Apabila dihadapkan pada pasien simulasi, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan saraf kranial.

6. Apabila dihadapkan pada pasien simulasi, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan fisik neuromuskuloskeletal berupa identifikasi titik-titik penanda anatomi yang penting pada gangguan muskuloskeletal.

7. Apabila dihadapkan pada pasien simulasi, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan fisik neuromuskuloskeletal berupa pemeriksaan kekuatan otot dan range of movement (ROM).

1.3 Metode InstruksionalMetode instruksional yang dipakai dalam pelaksanaan latihan keterampilan klinik di blok

VIII ini adalah:1. Mahasiswa mendapat kuliah singkat mengenai topik LKK.2. Mahasiswa dibagi menjadi 10 orang per kelompok dan dibimbing oleh satu orang

instruktur. 3. Mahasiswa secara berkelompok diminta untuk melakukan keterampilan klinik sesuai

dengan langkah kerja yang terdapat di dalam penuntun LKK.4. Mahasiswa menerima umpan balik dari instruktur tentang teknik LKK.5. Diskusi antara mahasiswa dan instruktur.

2

Page 3: Isi Modul LKK Blok 8

BAB IIPENUNTUN LATIHAN KETERAMPILAN KLINIK

2.1 ANAMNESIS NEUROLOGI

A. Sasaran Pembelajaran Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:

1. Melakukan anamnesis kasus-kasus neurologi. 2. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan pasien baik secara verbal maupun non

verbal.a. Mengucapkan salamb. Memperkenalkan diric. Menanyakan identitas pasiend. Memohon izin untuk melakukan anamnesis

B. Pelaksanaan1. Landasan Teori

Sebagaimana bidang ilmu lainnya, pengobatan di bidang neurologi hanya berhasil dengan baik bila sebelumnya dapat ditegakkan suatu diagnosis yang baik. Suatu diagnosis ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan. Pemeriksaan diawali dengan menanyakan riwayat penyakit (anamnesis) dan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tertentu berdasarkan kebutuhan yang diperlukan.

Di dalam anamnesis ini perlu dicantumkan dengan jelas data pribadi yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan serta alamat yang jelas. Untuk memperoleh data yang baik diperlukan metode anamnesis yang sistematik seperti skema yang tertera dibawah ini:Riwayat penyakit:

a. Data pribadi meliputi:

- Nama :- Umur :- Jenis kelamin :- Pekerjaan :- Alamat :

a. Tanggal pemeriksaanb. Keluhan utamac. Riwayat penyakit sekarangd. Riwayat penyakit lainnyae. Riwayat sebelum sakitf. Riwayat sistem tubuh lainnyag. Riwayat keluargah. Latar belakang sosial dan pekerjaan

3

Page 4: Isi Modul LKK Blok 8

A. Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering timbul pada anamnesis neurologi adalah:

a. Kesemutan atau rasa baal

Keluhan ini timbul akibat terganggunya sistem saraf perifer. Kadang timbul akibat kekurangan vitamin neurotropik seperti B1, B6, B12.

b. Kelemahan otot

Kelemahan otot dapat bersifat umum misalnya pada penyakit distrofi muskular atau bersifat lokal karena gangguan neurologis pada otot misalnya pada Morbus Hansen, adanya paralisis peroneal atau pada penyakit poliomielitis.Yang perlu diperhatikan pada kelainan otot adalah:

- Waktu dan sifatnya, apakah terjadi secara bertahap atau secara tiba-tiba.- Perlu diketahui batas dari bagian tubuh yang mengalami kelemahan otot,

apakah kelainan ini mengenai badan atau tungkai.- Bersifat regresi atau spontan.- Apakah disertai dengan kelainan sensoris misalnya parestesia, hipestesia atau

hiperestesia.- Apakah kontrol sfingter terganggu.- Apakah kelainan ini menimbulkan kecacatan.- Riwayat pengobatan sebelumnya.

c. Gangguan sensibilitas

Gangguan sensibilitas terjadi bila ada kerusakan saraf pada upper /lower motor neuron baik yang bersifat lokal maupun menyeluruh. Gangguan sensibilitas dapat pula terjadi bila ada trauma atau penekanan pada saraf. Perlu diketahui apakah gangguan ini bertambah berat atau malah makin berkurang.

B. Riwayat Penyakit SekarangSetelah kita mengetahui keluhan utama, terutama keluhan yang disebutkan diatas

sehingga penderita datang kepada kita, makan kita harus melakukan anamnesis yang teratur dan terarah tentang kemungkinan penyakit yang diderita mengenai beberapa hal, seperti lamanya keluhan, apakah keluhan ini terus menerus atau sewaktu mengalami aktifitas, apakah ada hubungannya dengna organ lain.

C. Riwayat penyakit lainnyaPerlu ditanyakan penyakit-penyakit lain yang diderita oleh penderita apakah terjadi

sebelumnya atau bersamaan dengan penyakit yang ada sekarang ini.

D. Riwayat sebelum sakitRiwayat sbelum sakit perlu diketahui adalah keadaan umum sebelumnya, apakah ada

penurunan berat badan atau tidak, serta hal-hal lain yang dialami sebelum sakit, yaitu: Riwayat penyakit dahulu

Perlu diketahui penyakit-penyakit yang dialami sebelumnya yang kemungkinan mempunyai hubungan dengan penyakit yang diderita sekarang.

Riwayat traumaPerlu diketahui dari pemderita apakah pernah mengalami trauma yang kemungkinan trauma ini memberikan gangguan pada muskuloskeletal baik berupa kelainanmaupun

4

Page 5: Isi Modul LKK Blok 8

komplikasi-komplikasi lain yang dialami saat ini. Riwayat pengobatan

Penulusuran tentang obat-obatan yang digunakan oleh penderita sebelumnya perlu dilakukan karena dapat menimbulkan komplikasi misalnya pemakaian kortikon dapat menimbulkan nekrosis avaskuler pada panggul. Selain itu ditanyakan pula pada penderita tentang adanya riwayat alergi terhadap obat-obatan.

Riwayat operasiRiwayat operasi penderita perlu diketahui karena kemungkinan ada hubungan nya dengan keluhan sekarang seperti operasi karsinoma prostat, karsinoma mammae yang dapat memberikan meatastasis ke tulang dengan segala komplikasinya.

E. Riwayat sistem tubuh lainnyaSecara sistematis dilakukan penulusuran pada organ-organ tubuh lainnya tentang adanya

keluhan, kelainan atau penyakit yang diderita sebelumnya.

F. Riwayat Penyakit KeluargaPenelusuran riwayat keluarga sangat penting, karena berbagai penyakit muskuloskeletal

berkaitan dengan kelainan genetik dan dapat diturunkan.G. Latar Belakang Sosial dan Pekerjaan

Riwayat sosial penderita yang perlu diketahui adalah keadaan ekonomi keluarga serta lingkungannya dan juga kebiasaan-kebiasan lain seperti peminum alkohol. Sedangkan riwayat pekerjaan perlu diketahui karena ada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang dapat menimbulkan cedera yang khusus atau kelainan-kelainan khusus pula.

2. Media Pembelajaran1. Penuntun LKK 1 Blok VIII FK UMP2. Pasien simulasi3. Ruang kerja dokter

3. Langkah Kerja1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.2. Menanyakan identitas pasien.3. Menjelaskan tujuan anamnesis dan meminta izin kepada pasien untuk melakukan

anamnesis.4. Menanyakan keluhan utama.5. Menanyakan riwayat penyakit sekarang.6. Menanyakan riwayat penyakit lainnya.7. Menanyakan riwayat sebelum sakit.8. Menanyakan riwayat sistem tubuh lainnya.9. Menanyakan riwayat keluarga.10. Menanyakan latar belakang sosial dan pekerjaan.

5

Page 6: Isi Modul LKK Blok 8

2.2 ANAMNESIS MUSKULOSKELETAL

A. Sasaran Pembelajaran

Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu: a. Melakukan anamnesis orthopedi :

1. Menanyakan keluhan utama yang sering pada kasus orthopedi : Trauma Nyeri Kekakuan pada sendi Pembengkakan Deformitas Instabilitas sendi Kelemahan otot Gangguan sensibilitas Gangguan atau hilangnya fungsi Jalan pincang

2. Riwayat penyakit sekarang3. Riwayat penyakit lainnya4. Riwayat sebelum sakit5. Riwayat sistem tubuh lainnya6. Riwayat keluarga7. Latar belakang sosial dan pekerjaan

b. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan pasien baik secara verbal maupun non verbal

1. Mengucapkan Salam2. Memperkenalkan diri3. Menanyakan indentitas pasien4. Memohon izin untuk melakukan anamnesis

B. Pelaksanaan

1. Landasan Teori

Sebagaimana bidang ilmu lainnya, pengobatan bedah orthopedi hanya berhasil dengan baik bila sebelumnya dapat ditegakkan suatu diagnosis yang baik. Suatu diagnosis ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan. Pemeriksaan diawali dengan menanyakan riwayat penyakit (anamnesis) dan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tertentu berdasarkan kebutuhan yang diperlukan.

Di dalam anamnesis ini perlu dicantumkan dengan jelas data pribadi yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan serta alamat yang jelas.Untuk memperoleh data yang baik diperlukan metode anamnesis yang sistematik seperti skema yang tertera dibawah ini:Riwayat penyakit:

i. Data pribadi meliputi:- Nama :- Umur :

6

Page 7: Isi Modul LKK Blok 8

- Jenis kelamin :- Pekerjaan :- Alamat :

j. Tanggal pemeriksaank. Keluhan utamal. Riwayat penyakit sekarangm. Riwayat penyakit lainnyan. Riwayat sebelum sakito. Riwayat sistem tubuh lainnyap. Riwayat keluargaq. Latar belakang sosial dan pekerjaan

B. Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering timbul pada anamnesis orthopedi adalah:

1. Trauma Hal-hal yang perlu diketahui :

- Waktu terjadinya- Cara terjadinya- Lokalisasi traauma

2. NyeriNyeri adalah gejala tersering yang ditemukan pada kelainan bedah orthopedi.

Sifat-sifat nyeri yang perlu diketahui :- Lokasinya (lokal atau difus), harus ditunjuk dengan tepat oleh penderita.- Karakteristiknya (menusuk, terbakar, seperti disayat, atau tumpul).- Gradasi nyeri (1-4).- Intensitas nyeri, apakah berkurang apabila beristirahat.- Agravation, apakah nyeri akan bertambah bila beraktivitas, pada aktivitas

mana nyeri akan bertambah apakah pada saat berdiri, berjalan, duduk, batuk, bersin, defekasi.

- Pada umumnya nyeri akan bertambah berat apabila ada gerakan setempat dan berkurang apabila istirahat.

- Variasi sehari-hari, apakah pada waktu pagi/malam lebih nyeri atau lebih baik.- Tekanan pada saraf atau akar saraf akan memberikan gejala nyeri yang

disebut radiating pain misalnya pada skiatika dimana nyeri menjalar mulai dari bokong sampai anggota gerak bawah sesuai dengan distribusi saraf.

- Nyeri lain yang disebut nyeri kiriman atau referred pain adalah nyeri pada suatu tempat yang sebenarnya akibat kelainan dari tempat lain misalnya nyeri lutut akibat kelainan pada sendi panggull. Kelainan pada saraf akan memberikan gangguan sensibilitas berupa hipestesia, anestesia, parestesia, hiperestesia.

3. Kekakuan pada sendi Kelainan ini bersifat umum misalnya pada artritis reumatoid, ankilosing spondilitis atau bersifat lokal pada sendi-sendi tertentu. Locking merupakan suatu kekakuan sendi yang terjadi tiba-tiba akibat blok secara mekanis pada sendi oleh tulang rawan atau meniskus.

4. Pembengkakan

7

Page 8: Isi Modul LKK Blok 8

Pembengkakan dapat terjadi pada jaringan lunak, sendi atau tulang. Penting untuk diketahui riwayat pembengkakan yang terjadi apakah setelah suatu trauma atau tidak, apakah terjadi secara perlahan misalnya pada hematoma/hemartrosis atau progresif dalam beberapa waktu. Pembengkakan dapat disebabkan oleh infeksi, tumor jinak atau ganas.

5. DeformitasDeformitas dapat terjadi pada sendi, anggota gerak atau tempat-tempat lain. Deformitas dapat pada satu sendi atau lebih dari satu sendi (bersifat umum). Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang deformitas adalah:

- Onset (kapan terjadi)- Perubahan, apakah deformitas makin berrtambah setelah selang waktu

tertentu.- Karakter/sifat-sifat deformitas, apakah bertambah dengan adanya inflamasi

dan kekakuan sendi.- Kecacatan, apakah deformitas menimbulkan kecacatan dan seberapa jauh

keadaan ini menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari.- Herediter, apakah ada riwayat keluarga misalnya ditemukan kelainan yang

sama pad anggota keluarga yang lain.- Riwayat pengobatan, apakah deformitas terjadi setelah suatu pengobataan.

6. Instabilitas sendi Perlu diketahui apakah kelainan yang ada menyebabkan ketidakstabilan sendi dan ditelusuri pula penyebabnya apakah karena kelemahan otot atau kelemahan/robekan pada ligamen dan selaput sendi.

7. Kelemahan ototKelemahan otot dapat bersifat umum misalnya pada penyakit distrofi muskular atau bersifat lokal karena gangguan neurologis pada otot misalnya pada Morbus Hansen, adanya paralisis peroneal atau pada penyakit poliomielitis.Yang perlu diperhatikan pada kelainan otot adalah:

- Waktu dan sifatnya, apakah terjadi secara bertahap atau secara tiba-tiba.- Perlu diketahui batas dari bagian tubuh yang mengalami kelemahan otot,

apakah kelainan ini mengenai badan atau tungkai.- Bersifat regresi atau spontan.- Apakah disertai dengan kelainan sensoris misalnya parestesia, hipestesia atau

hiperestesia.- Apakah kontrol sfingter terganggu.- Apakah kelainan ini menimbulkan kecacatan.- Riwayat pengobatan sebelumnya.

8. Gangguan sensibilitasGangguan sensibilitas terjadi bila ada kerusakan saraf pada upper /lower motor neuron baik yang bersifat lokal maupun menyeluruh. Gangguan sensibilitas dapat pula terjadi bila ada trauma atau penekanan pada saraf. Perlu diketahui apakah gangguan ini bertambah berat atau malah makin berkurang.

9. Gangguan atau hilangnya fungsiGejala ini merupakan gejala yang sering ditemui pada kelainan bedah orthopedi. Gangguan atau hilangnya fungsi baik pada sendi maupun anggota gerak dapat disebabkan oleh berbagai sebab seperti gangguan fungsi karena nyeri yang terjadi setelah trauma, adanya kekakuan sendi atau kelemahan otot.

8

Page 9: Isi Modul LKK Blok 8

10. Jalan pincangKelainan ini memerlukan anamnesis dan pemeriksaan yang lebih teliti untuk mengetahui adanya kelainan bawaan, trauma, infeksi atau sebab lain sebelumnya.

B. Riwayat Penyakit SekarangSetelah kita mengetahui keluhan utama, terutama keluhan yang disebutkan diatas

sehingga penderita datang kepada kita, makan kita harus melakukan anamnesis yang teratur dan terarah tentang kemungkinan penyakit yang diderita mengenai beberapa hal, seperti lamanya keluhan, apakah keluhan ini terus menerus atau sewaktu mengalami aktifitas, apakah ada hubungannya dengna organ lain.

C. Riwayat penyakit lainnyaPerlu ditanyakan penyakit-penyakit lain yang diderita oleh penderita apakah terjadi

sebelumnya atau bersamaan dengan penyakit yang ada sekarang ini.

D. Riwayat sebelum sakitRiwayat sbelum sakit perlu diketahui adalah keadaan umum sebelumnya, apakah ada

penurunan berat badan atau tidak, serta hal-hal lain yang dialami sebelum sakit, yaitu: Riwayat penyakit dahulu

Perlu diketahui penyakit-penyakit yang dialami sebelumnya yang kemungkinan mempunyai hubungan dengan penyakit yang diderita sekarang.

Riwayat traumaPerlu diketahui dari pemderita apakah pernah mengalami trauma yang kemungkinan trauma ini memberikan gangguan pada muskuloskeletal baik berupa kelainanmaupun komplikasi-komplikasi lain yang dialami saat ini.

Riwayat pengobatanPenulusuran tentang obat-obatan yang digunakan oleh penderita sebelumnya perlu dilakukan karena dapat menimbulkan komplikasi misalnya pemakaian kortikon dapat menimbulkan nekrosis avaskuler pada panggul. Selain itu ditanyakan pula pada penderita tentang adanya riwayat alergi terhadap obat-obatan.

Riwayat operasiRiwayat operasi penderita perlu diketahui karena kemungkinan ada hubungan nya dengan keluhan sekarang seperti operasi karsinoma prostat, karsinoma mammae yang dapat memberikan meatastasis ke tulang dengan segala komplikasinya.

E. Riwayat sistem tubuh lainnyaSecara sistematis dilakukan penulusuran pada organ-organ tubuh lainnya tentang adanya

keluhan, kelainan atau penyakit yang diderita sebelumnya.

F. Riwayat Penyakit KeluargaPenelusuran riwayat keluarga sangat penting, karena berbagai penyakit muskuloskeletal

berkaitan dengan kelainan genetik dan dapat diturunkan.G. Latar Belakang Sosial dan Pekerjaan

Riwayat sosial penderita yang perlu diketahui adalah keadaan ekonomi keluarga serta lingkungannya dan juga kebiasaan-kebiasan lain seperti peminum alkohol. Sedangkan riwayat

9

Page 10: Isi Modul LKK Blok 8

pekerjaan perlu diketahui karena ada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang dapat menimbulkan cedera yang khusus atau kelainan-kelainan khusus pula.

2. Media Pembelajaran

1. Penuntun LKK 2 Blok VIII FK UMP

2. Ruang kerja dokter

3. Pasien simulasi

3. Langkah Kerja

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.2. Menanyakan identitas pasien.3. Menjelaskan tujuan anamnesis dan meminta izin kepada pasien untuk melakukan

anamnesis.4. Menanyakan keluhan utama.5. Menanyakan riwayat penyakit sekarang.6. Menanyakan riwayat penyakit lainnya.7. Menanyakan riwayat sebelum sakit.8. Menanyakan riwayat sistem tubuh lainnya.9. Menanyakan riwayat keluarga.10. Menanyakan latar belakang sosial dan pekerjaan.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGI UMUM

10

Page 11: Isi Modul LKK Blok 8

A. Sasaran Pembelajaran Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:

1. Melakukan pemeriksaan gerak aktif.2. Melakukan pemeriksaan refleks fisiologis.

a. Refleks bisepsb. Refleks trisepsc. Refleks brachioradialisd. Refleks patellae. Refleks achilles.

3. Melakukan pemeriksaan refleks patologis.a. Refleks Hoffman Tromerb. Refleks Babinskic. Refleks Oppenheimd. Refleks Gordone. Refleks Schaeferf. Refleks Chaddockg. Refleks Rossolimo

4. Melakukan pemeriksaan rangsang meningeal.a. Tes kaku kudukb. Tes Lasequec. Tes Kernigd. Tes Brudzinski I,II, dan IIIe. Tes Patrick dan kontra Patrick

B. Pelaksanaan1. Landasan Teori

Pemeriksaan sistem motorik sebaiknya Sebagian besar manifestasi objektif kelainan saraf bermanifestasi dalam gangguan gerak otak.

Pemeriksaan refleks fisiologis merupakan satu kesatuan dengan pemeriksaan neurologi lainnya. Pemeriksaan ini kurang bergantung pada kooperasi pasien. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada orang yang menurun kesadarannya, bayi, anak bahkan orang yang gelisah. Pemeriksaan refleks penting karena lebih objektif daripada pemeriksaan lainnya.

Dalam praktek sehari-hari, kita biasanya memeriksa 2 macam refleks, yaitu refleks dalam dan refleks superfisial. Namun pada skill lab ini kita hanya akan mememeriksa refleks dalam, yang timbul oleh regangan otot sebagai jawaban rangsang, sehingga otot akan berkontraksi. Yang akan diperiksa adalah refleks Biseps, Triseps, Brachioradialis, Patella, dan Achilles.

Refleks patologis ditemukan pada kelainan-kelainan neurologi. Yang akan diperiksa adalah refleks Hoffman Tromer, Babinski, Oppenheim, Gordon, Schaefer, Chaddock, dan Rossolimo.

Pemeriksaan rangsang meningeal dilakukan bila diduga terdapat radang selaput otak atau terdapat subarachnoid yang dapat merangsang selaput otak. Rangsang selaput otak dapat memberikan beberapa gejala antara lain kaku kuduk, Lasegue sign, Kernig sign, Brudzinski I,II,III dan Patrick dan kontra Patrick sign.

2. Media Pembelajaran

1. Penuntun LKK 3 Blok VIII FK UMP

11

Page 12: Isi Modul LKK Blok 8

2. Ruang kerja dokter

3. Tempat tidur

4. Palu refleks

3. Langkah Kerja

Pemeriksaan Gerak AktifDalam praktek sehari-hari, tenaga otot dinyatakan dengan menggunakan angka 0 sampai 5

0 Tidak ada kontraksi, lumpuh total1 Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak terdapat gerakan

pada persendian yang harus digerakkan oleh otot tersebut2 Didapatkan gerakan, namun gerakan ini tidak dapat melawan

gravitasi3 Dapat mengadakan gerakan melawan gravitasi4 Disamping dapat melawan gravitasi, dapat pula melawan

sedikit tahanan yang diberikan5 Tidak ada kelumpuhan

a. Pemeriksaan dimulai dari regio deltoid. Minta pasien untuk mengangkat kedua lengan atas ke anterior. Berikan tahanan oleh pemeriksa. Bandingkan kekuatan otot m.deltoideus kanan dan kiri pasien.

b. Minta pasien untuk mengekstensikan regio antebrachii dan anterofleksi seperti membawa nampan. Minta pasien memejamkan mata dan bertahan pada posisi tersebut selama 10 hitungan. Bila ada kelemahan ekstremitas superior, maka lengan akan pronasi dan jatuh.

c. Periksa tangan pasien dan carilah adanya atrofi otot intrinsik, oto thenar dan hipothenar. Periksa genggaman pasien dengan memintanya menggenggam jari pemeriksa sekuat-kuatnya dan tidak melepaskan genggamannya saat pemeriksa mencoba menarik jarinya.

d. Pasien dalam posisi berbaring. Minta pasien mengangkat tungkai dengan fleksi sendi panggul melawan tahanan pemeriksa. Bandingkan dengan dengan sisi sebelahnya.

e. Periksa adduksi tungkai dengan meletakkan tangan pemeriksa pada sisi dalam paha dan mintalah pasien untuk mengadduksi kedua tungkai.

f. Periksa ekstensi lutut dengan meletakkan tangan pemeriksa di bawah lutut dan pergelangan kaki, mintalah pasien ekstensi lutut melawan tahanan pemeriksa. Bandingkan dengan sisi sebelahnya.

g. Minta pasien melakukan plantar fleksi kaki sekuat mungkin melawan tahanan pemeriksa.

Refleks Fisiologisa. Refleks Biseps

- Pasien duduk santai dengan lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi, lengan diletakkan di atas lengan pemeriksa.

- Ibu jari pemeriksa diletakkan di atas tendo biseps, lalu pukullah ibu jari dengan palu refleks.

- Respon : fleksi ringan di siku.

12

Page 13: Isi Modul LKK Blok 8

Gambar 1. Pemeriksaan Refleks Biseps

b. Refleks Triseps- Lengan pasien diletakkan di atas lengan pemeriksa. Pukul tendo triseps melalui

fossa olekrani.- Respon : ekstensi lengen di bawah siku.

c. Refleks Brachioradialis- Pukul tendo brachioradialis pda radius distal dengan palu refleks.- Respon : fleksi lengan bawah dan supinasi lengan.

d. Refleks Patella- Pasien duduk dengan posisi tungkai terjuntai. Alihkan perhatian pasien dengan

memintanya meletakkan tangan yang tercekam. Ketuk daerah tendo patella dengan palu refleks

- Respon : pemeriksa akan merasakan kontraksi otot kuadriseps, ekstensi tungkai bawah

Gambar 2. Pemeriksaan Refleks Patella

e. Refleks Achilles- Pasien berbaring terlentang. Kaki yang akan diperiksa ditumpangkan pada os.

Tibia kaki lainnya. - Satu tangan pemeriksa memegang jari-jari kaki yang akan diperiksa, sedangkan

tangan yang lain mengetuk tendo Achilles.- Respon : plantarfleksi kaki.

Refleks Patologisa. Refleks Hoffman Tromer

- Tangan pasien ditumpu oleh tangan pemeriksa, kemudian ujung jari tangan pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah pasien.

- Respon : fleksi jari-jari yang lain, adduksi ibu jari.

13

Page 14: Isi Modul LKK Blok 8

b. Refleks Babinski- Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral.- Respon : fleksi jari-jari kaki dan penarikan tungkai.

Gambar 3. Pemeriksaan Refleks Babinski

c. Refleks Oppenheim- Lakukan goresan sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah dengan

kedua jari telunjuk dan tengah.- Respon : refleks seperti babinski.

d. Refleks Gordon- Lakukan goresan atau memencet otot gastrocnemius.- Respon : refleks seperti babinski.

e. Refleks Schaefer- Lakukan pemencetan pada tendo Achilles.- Respon : refleks seperti babinski.

f. Refleks Chaddock- Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki dari

tumit ke depan.- Respon : refleks seperti babinski.

g. Refleks Rossolimo- Pukulkan palu refleks pada dorsal kaki pada tulang cuboid.- Respon : fleksi jari-jari kaki.

Pemeriksaan Rangsang MeningealKaku Kuduk

a. Tangan pemeriksa diletakkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring. Kepala ditekukkan dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama pemeriksaan perhatikan apakah ada tahanan.

b. Bila terdapat kaku kuduk maka kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada.

Laseque Signa. Pasien yang sedang berbaring diluruskan kedua tungkainya. Kemudian satu tungkai

diangkat lurus, dibengkokkan pada persendian panggulnya.

b. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam posisi lurus. Pada keadaan normal, posisi kaki dapat mencapai 700 sebelum timbul rasa sakit dan tahanan.

14

Page 15: Isi Modul LKK Blok 8

Kernig Signa. Pasien yang berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai mebentuk

sudut 900 .

b. Setelah itu ekstensikan tungkai bawah pada sendi lutut tersebut. Bisanya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai 1350 antara tungkai atas dan tungkai bawah.

Brudzinski Signa. Dengan tangan yang ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring, tekuk

kepala sejuh mungkin sampai dagu mencapai dada. Bila tanda Brudzinski positif, maka tindakan ini mengakibatkan fleksi kedua tungkai (Brudzinski I)

b. Fleksikan satu tungkai pada sendi panggul dan tungkai yang lain dalam posisi lurus. Bila tungkai yang satu lagi ikut terfleksi, maka Brudzinski II positif.

c. Pada pasien yang berbaring, lakukan penekanan pada simfisis pubis disusul dengan fleksi kedua tungkai di sendi lutut dan panggul (Brudzinski III).

Patrick-contra patrick Signa. Tumit / maleolus tungkai yang sakit diletakkan pada tungkai yang lain kemudian

diadakan penekanan pada lutut yang difleksikan itu kemudian timbul gerakan fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi dan ini akan menimbulkan rasa nyeri disendi panggul yang ada kelainannya.

b. Dilakukan tindakan kebalikan dari test Patrick lalu timbul pula rasa nyeri di sendi sakroiliaka (kontra-patrick sign).

2.4 PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGI KHUSUS

A. Sasaran Pembelajaran

15

Page 16: Isi Modul LKK Blok 8

Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:1. Mendeteksi gangguan menghidu, mengetahui apakah gangguan tersebut disebabkan

oleh gangguan saraf atau penyakit hidung lokal.2. Memeriksa fungsi otot-otot ekstrinsik dan intrinsik bola mata.3. Memeriksa fungsi sensoris dan motoris N.V.4. Memeriksa fungsi motorik dan fungsi pengecapan.5. Memeriksa fungsi motorik N.IX dan N.X.6. Memeriksa fungsi otot yang disarafi oleh N.XI.7. Menilai fungsi otot ekstrinsik dan intrinsik lidah yang dipersarafi N.XII.

B. Pelaksanaan1. Landasan teori

Terdapat dua belas pasang saraf kranial yang meninggalkan otak dan melintas melalui lubang-lubang pada tengkorak, dan biasanya dinyatakan dengan angka Romawi, I-XII. Memeriksa saraf kranial dapat membantu kita menentukan lokasi dan jenis penyakit.

2. Media dan alat pembelajaran1. Penuntun LKK 4 Blok VIII FK UMP2. Ruang kerja dokter3. Tempat tidur4. Teh5. Kopi6. Alkohol7. Kapas8. Penggaris9. Senter10. Garam11. Gula12. Bubuk Cabe13. Asam Jawa14. Pil Kina

3. Langkah KerjaSaraf Kranial I (nervus Olfaktorius, N.1)Cara Pemeriksaan

a. Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip. Zat pengetes yang digunakan misalnya kopi, teh, alkohol.

b. Tutup kedua mata pasien. Zat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan suruh ia menciumnya. Tiap lubang hidung diperiksa satu per satu dengan menutup lubang hidung yang lainnya dengan tangan.

Saraf Kranial III (nervus Okulomotorius, N.III), Saraf Kranial IV (nervus Trokhlearis, N.IV), Saraf Kranial VI (nervus Abduscens, N.VI)Cara Pemeriksaan

16

Page 17: Isi Modul LKK Blok 8

Selagi berwawancara dengan pasien perhatikan celah matanya apakah ada ptosis, eksoftalmus, enoftalmus dan apakah ada strabismus.Ptosis

a. Pasien diminta membuka matanya dan melihat ke depan. Normalnya batas kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral

b. Bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah, atau bila pasien mendongakkan kepala sebagai kompensasi, maka dapat dicurigai sebagai ptosis.

Bentuk dan Ukuran Pupila. Pasien diminta membuka matanya dan melihat ke depanb. Perhatikan besarnya pupil pada matan kanan dan kiri, apakah sama (isokor) atau tidak

sama (anisokor), apakah terjadi miosis atau midriasisc. Juga perhatikan bentuk pupil, apakah bundar dan tepinya rata atau tidak. Perbedaan

diameter pupil sebesar 1mm masih dianggap normal.

Refleks Cahaya Pupil dan Refleks Akomodasia. Pasien diminta memfiksasi matanya pada benda yang jauh letaknya, setelah itu mata

kita beri cahaya (dengan senter) dan lihat apakah ada reaksi pada pupilb. Pada keadaan normal pupil akan mengecil, dan keadaan demikian disebut refleks

cahaya langsung positifc. Kemudian perhatikan pula pupil mata yang satu lagi, apakah pupilnya ikut mengecil

oleh penyinaran mata yang lainnya. Bila tejadi demikian disebut refleks cahaya tidak langsung positif

d. Selama pemeriksaan ini harus dicegah agar pasien tidak memfiksasi matanya pada lampu senter, karena akan terjadi pula refleks akomodasi yang juga akan menyebabkan mengecilnya pupil (refleks akomodasi positif).

Gerakan dan Sikap Bola Mataa. Pasien diminta mengikuti jari-jari pemeriksa yang digerakkan ke arah lateral, medial

atas, medial bawah dan ke arah miring : lateral atas, medial bawah, medial atas, dan lateral bawah

b. Perhatikan apakah mata pasien dapat mengikutinya, dan perhatikan gerakan bola mata apakah lancar dan mulus, atau kaku dan ada diplopia

c. Untuk sikap bola mata, perhatikan apakah tampak eksoftalmus, strabismus, nystagmus, deviasi conjugee.

Saraf Kranial V (nervus Trigeminus, N.V)

Cara PemeriksaanSensibilitas

a. Beritahukan pada pasien bahwa pemeriksa akan memeriksa sensibilitas di daerah wajah

b. Gunakan kapas untuk memeriksa sensibilitas daerah wajah ini, mulai dari dahi, pipi dan dagu.

17

Page 18: Isi Modul LKK Blok 8

Gambar 3. Daerah Sensibilitas N.V cabang I (ramus oftalmik),II (ramus maksilaris) dan III (ramus mandibularis)

Motorika. Pasien diminta merapatkan giginya sekuat mungkin dan kemudian pemeriksa meraba

m. Masseter dan m. Temporalis. Perhatikan besar, tonus, serta bentuknya.b. Minta pasien membuka mulut dan perhatikan adanya deviasi rahang bawah. Bila ada

parese, maka rahang bawah akan berdeviasi ke arah yang lumpuh.

Refleks Korneaa. Minta pasien melirik ke arah superior lateral, kemudian dari arah lain tepi kornea

disentuh dengan ujung kapas yang agak basahb. Bila mata spontan menutup, maka refleks kornea dikatakan positif.

Gambar 4. Pemeriksaan Refleks Kornea

Saraf Kranial VII (nervus Facialis, N.VII)Cara PemeriksaanFungsi Motorik

a. Perhatikan muka pasien, apakah simetris atau tidakb. Minta pasien mengangkat alis dan mengerutkan dahi. Perhatikan apakah hal ini dapat

dilakukan, dan apakah ada asimetric. Minta pasien memejamkan mata. Bila terjadi kelumpuhan berat, maka pasien tidak

dapat memejamkan matanya, bila kelumpuhan ringan, maka pejaman kurang kuat. Nilai hal ini dengan mengangkat kelopak mata dengan tangan pemeriksa, sedangkan pasien disuruh tetap memejamkan mata. Minta pasien memejamkan sebelah matanya. Pada kelumpuhan ringan, pasien tidak dapat memejamkan matanya pada sisi yang lumpuh.

18

Page 19: Isi Modul LKK Blok 8

Gambar 5. Pemeriksaan Fungsi Motorik N.VII

d. Minta pasien menyeringai, mencucurkan bibir dan menggembungkan pipi. Apakah hal ini dapat dilakukan dan apakah ada asimteri.

e. Bangkitkan gejala Chvostek dengan cara mengetok bagian depan telinga. Bila positif, ketokan menyebabkan kontraksi otot yg disarafi N.VII. Dasar gejala Chvostek adalah bertambah pekanya N.VII terhadap rangsang mekanik.

Fungsi Pengecapana. Minta pasien menjulurkan lidah, kemudian pemeriksa menaruh gula, pil kina, asam

jawa, bubuk cabe dan garam (lakukan secara bergantian, diselingi dengan istirahat).b. Bila bubuk ditaruh, pasien tidak boleh menarik lidahnya ke dalam mulut, sebab bubuk

akan tersebar ke bagian mulut lainnya.c. Pasien diminta menyatakan pengecapan yang dirasakannya.

Saraf Kranial IX (nervus Glosofaringeus, N.IX) dan Saraf Kranial X (nervus Vagus, N.X)Cara Pemeriksaan

a. Minta pasien mengucapkan kata-kata, misalnya “Riri lari-lari sambil melihat lorong-lorong”. Perhatikan apakah pasien dapat mengucapkan kata-kata tersebut dengan baik, apakah terdengar bindeng (sengau). Pada kelumpuhan N.IX dan N.X, palatum molle tidak sanggup menutup jalan ke hidung sewaktu berbicara, sehingga didapatkan suara hidung bindeng

b. Pasien diminta membuka mulut. Perhatikan palatum molle dan faring. Minta pasien mengucapkan “aaaaaaa”, bila terdapat parese, maka uvula akan tertarik ke sisi yang sehat.

Saraf Kranial XI (nervus Aksesorius, N.XI)Cara Pemeriksaan

a. Pemeriksaan M. Sternokleidomastoideus. Perhatikan keadaan M. Sternokleidomastoideus pada keadaan istirahat dan bergerak. Pada keadaan istirahat kita dapat menilai kontur otot ini, bila terdapat parese maka otot akan mengalami atrofi. Lalu minta pasien menoleh ke salah satu sisi. Gerakan ini kita tahan dengan tangan yang ditempatkan di dagu. Bandingkan kekuatan otot kanan dan kiri

b. Pemeriksaan M. Trapezius. Pemeriksa akan menilai kekuatan M. Trapezius. Tempatkan tangan pemeriksa pada bahu pasien, lalu minta pasien mengangkat bahunya dan kita tahan. Dengan demikian kita dapat membandingkan kekuatan otot

19

Page 20: Isi Modul LKK Blok 8

Saraf Kranial XII (nervus Hipoglosus, N.XII)Cara Pemeriksaan

a. Minta pasien membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan bergerak. Dalam keadaan isirahat perhatikan besarnya lidah, kesamaan bagian kanan dan kiri serta adanya atrofi

b. Minta pasien menjulurkan lidahnya dan lihat apakah julurannya mencong. Pada parese satu sisi, maka lidah akan mencong ke sisi yang lumpuh

c. Nilai tenaga lidah dengan cara meminta pasien menggerakkan lidahnya ke segala jurusan dan perhatikan kekuatan geraknya. Kemudian minta pasien menekankan lidahnya pada pipi. Pemeriksa akan menilai daya tekan tersebut dengan menekan pipi dari sebelah luar. Jika terdapat parese lidah sebelah kiri, maka lidah tidak dapat ditekankan ke pipi sebelah kanan, tapi ke sebelah kiri dapat.

20

Page 21: Isi Modul LKK Blok 8

2.5 PEMERIKSAAN FISIK MUSKULOSKELETAL 1

A. Sasaran PembelajaranSetelah kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu: 1. Mengidentifikasi titik-titik penanda anatomi pada tubuh manusia.2. Menyimpulkan kemungkinan gangguan muskuloskeletal yang terjadi dengan bantuan

titik-titik penanda anatomi tersebut.

B. Pelaksanaan

1. Landasan Teori

Anatomi klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari struktur makroskopik dan fungsi tubuh yang berhubungan dengan praktik kedokteran dan ilmu kesehatan lainnya. Kepentingan anatomi klinik dalam gangguan musculoskeletal sangatlah penting karena membantu seorang dokter untuk memahami adanya kelainan pada struktur anatomi normal, sehingga seorang dokter dapat menegakkan diagnosis dengan tepat dan menyarankan pemeriksaan penunjang yang tidak mubazir.

Seluruh deskripsi tubuh manusia didasarkan pada anggapan bahwa orang berdiri tegak, ekstremitas superior berada di samping tubuh, dengan wajah serta telapak tangan menghadap ke depan. Posisi ini dinamakan posisi anatomi. Beberapa bagian tulang dapat dijadikan penanda keadaan normal suatu struktur anatomi, misalnya tuberculum majus dan minus os humeri, olecranon os ulna, processus styloideus os radius dan os ulna, serta masih banyak lagi.

Kemungkinan gangguan musculoskeletal yang dapat diketahui dengan berubahnya posisi anatomi misalnya fraktur pada tulang-tulang besar, atau dislokasi pada sendi-sendi besar. Misalnya dislokasi articulatio coxae yang dapat menimbulkan perubahan posisi tubuh pada saat berdiri.

Gambar 1: Posisi anatomi tubuh manusia

Sumber: www.mananatomy.com

21

Page 22: Isi Modul LKK Blok 8

1.2 Media Pembelajaran

1. Penuntun LKK 5 Blok VIII FK UMP2. Ruang kerja dokter3. Pasien simulasi4. Spidol hitam (1 buah per kelompok)5. Penggaris panjang

1.3 Langkah Kerja

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.2. Menanyakan identitas pasien.3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan.4. Meminta izin pasien untuk melakukan pemeriksaan.5. Mempersiapkan alat yang akan digunakan.6. Pasien diminta berdiri. Pemeriksa berdiri di belakang pasien.7. Melakukan pemeriksaan tulang belakang (columna vertebralis)

a. Tekan procesus spinosus mulai dari os cervical sampai ke os lumbal.b. Periksa apakah posisinya lurus atau berkelok-kelok, ada nyeri tekan atau tidak.

8. Melakukan pemeriksaan os scapulae.a. Raba margo medialis kedua scapula bersama-sama, tentukan kesimetrisannya.b. Minta pasien untuk mengangkat kedua lengannya ke atas dan raba gerakan kedua

scapulae. Apabila normal, maka scapulae akan bergerak secara simetris saat pasien mengangkat kedua lengan dan tidak ada krepitasi.

9. Pemeriksa berpindah posisi ke depan pasien.10. Melakukan pemeriksaan os femur.

a. Periksa kesimetrisan trochanter mayor kedua os femur. Bila tidak simetris kemungkinan ada fraktur dan dislokasi.

Gambar 2. Os femur Sumber: www.

11. Melakukan pemeriksaan tulang pelvis.a. Raba SIAS dan os ilium, periksa kesimetrisannya (bisa ditandai dengan spidol

lalu ukur dengan penggaris).b. Lalu os coxae sedikit digoyangkan untuk mengecek stabilitas articulatio coxae.

Periksa apakah ada nyeri atau tidak.c. Raba simfisis pubis untuk memeriksa kesimetrisannya, lalu tekan untuk

mengetahui ada nyeri tekan atau tidak.

22

Page 23: Isi Modul LKK Blok 8

12. Meminta pasien untuk duduk.13. Melakukan pemeriksaan kepala.

a. Memeriksa os zygomaticus- Tekan kedua os zygomaticus untuk melihat ada tidaknya nyeri tekan.

Gambar 3. Os zygomaticus (Sumber: www.old.lf3.cuni.cz)

b. Memeriksa Temporomandibular junction (TMJ)- Meraba kedua TMJ secara bersamaan untuk memeriksa kesimetrisannya.- Apabila tidak simetris, kemungkinan terjadi dislokasi TMJ.

Gambar 4. Temporomandibular junctionSumber: www.newenglanddentalcenter.com

c. Memeriksa mentum. - Periksa ada tidaknya nyeri tekan dengan menekan mentum.

14. Melakukan pemeriksaan os humeri.a. Raba tuberculum majus dan tuberculum minus os humeri pada satu sisi,

normalnya kedua titik tersebut terletak dalam satu garis. Bila tidak segaris, kemungkinan ada fraktur atau dislokasi. Periksa apakah ada nyeri tekan.

b. Raba epicondylus medialis os humerus, epicondylus lateralis os humerus,

23

Page 24: Isi Modul LKK Blok 8

dan olecranon os ulna. Dalam keadaan ekstensio lengan bawah, ketiga bagian ini terletak dalam satu garis lurus. Dalam keadaan flexio maksimal lengan bawah, ketiga bagian tulang tersebut membentuk segitiga sama kaki. Apabila terjadi perubahan, maka kemungkinan ada gangguan musculoskeletal.

Gambar 5. Articulatio cubiti (sendi siku)Sumber: www.thesebonesofmine.wordpress.com

15. Melakukan pemeriksaan os radius dan os ulna.a. Raba processus styloideus os radius dan processus styloideus os ulna di lengan

yang sama secara bersamaan. Periksa kesimetrisan dan kemungkinan arah gerakan sendi pergelangan tangan, apakah ada gangguan.

16. Melakukan pemeriksaan os patella.a. Pemeriksa meraba kedua os patella dan menilai kesimetrisan keduanya.b. Lalu gerakkan os patella untuk mengetahui apakah ada gangguan pada

ligamentumnya.17. Melakukan pemeriksaan os tibia.

a. Periksa kesimetrisan condylus lateralis dengan condylus medialis disisi tungkai yang sama. Apabila tidak simetris, kemungkinan ada gangguan. Lalu periksa ada tidaknya nyeri tekan.

b. Periksa kesimetrisan malleolus lateralis dengan malleolus medialis disisi tungkai yang sama. Apabila tidak simetris, kemungkinan ada gangguan. Lalu periksa ada tidaknya nyeri tekan.

c. Susuri margo anterior tibia sambil ditekan untuk menilai permukaan corpus tibia.

24

Page 25: Isi Modul LKK Blok 8

18. Pasien lalu diminta untuk berbaring.

19. Melakukan pemeriksaan os clavicula.a. Periksa kesimetrisan kedua os clavicula dengan cara menyusuri kedua tulang

secara bersamaan. Bila tidak simetris kemungkinan ada fraktur.20. Melakukan pemeriksaan os sternum.

a. Periksa ada tidaknya nyeri tekan dengan menekan sternum dari atas ke bawah.21. Melakukan pemeriksaan os costae.

a. Periksa ada tidak nyeri tekan dengan menekan costae dari cranial ke caudal di linea axilaris anterior.

b. Lakukan pada sisi satunya.

1.4 Interpretasi Hasil

Mahasiswa menyimpulkan hasil pemeriksaan tersebut di atas menjadi suatu kemungkinan diagnosis gangguan muskuloskeletal, misalnya fraktur, dislokasi.

25

Page 26: Isi Modul LKK Blok 8

2.6 PEMERIKSAAN FISIK MUSKULOSKELETAL 2

A. Sasaran Pembelajaran

Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:

1. Melakukan inspeksi/look pada kasus orthopedi.2. Melakukan palpasi/feel pada pasien orthopedi.3. Melakukan pemeriksaan kekuatan otot.4. Melakukan Pemeriksaan pergerakan/move dan menentukan ROM pada kasus orthopedi.

B. Pelaksanaan

1. Landasan Teori

Pada bidang ilmu bedah orthopedi, pemeriksaan fisik pada dasarnya dibagi menjadi :1. Pemeriksaan Fisik Umum2. Pemeriksaan fisik orthopedi

a. Pemeriksaan fisik orthopedi umumb. Pemeriksaan fisik orthopedi regional

PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Pemeriksaan fisik ini dilakukan sebagaimana pemeriksaan fisik bidang kedokteran lainnya dan bertujuan untuk mengevaluasi keadaan fisik penderita secara umum serta melihat apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan muskuloskeletal.

PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI

1. Pemeriksaan orthopedi umuma. Status Generalis Pemeriksaan orthopedi yang dilakukan meliputi :

- Pemeriksaan bagian dengan keluhan utama.- Pemeriksaan kemungkinan nyeri kiriman dari sumber tempat lain (reffered

pain).

Prinsip-prinsip dasar pemeriksaan terdiri atas :- Perlu cahaya yang baik atau terang dan bagian yang diperiksa tidak tertutup

kain/ telanjang.- Jangan memeriksa secara tergesa-gesa dan hadapkan muka pemeriksa ke muka

penderita untuk memberikan kepercayaan.- Selalu menyiapkan perlengkapan pemeriksaan.- Pemeriksaan bagian badan secara hati-hati, sistematik dan terarah.- Periksa tempat lain yang mungkin ada hubungannya.

26

Page 27: Isi Modul LKK Blok 8

Pemeriksaan fisik sebenarnya sudah dimulai ketika penderita datang ke dokter dengan mengamati penampakan umum penderita, raut muka, cara berjalan, cara duduk dan cara tidur, proporsi tinggi badan terhadap anggota tubuh lainnya, keadaan simetris bagian tubuh kiri dan kanan, cara berjalan dan tingkah laku, ekspresi wajah, kecemasan serta reaksi emosional lainnya untuk melihat aspek-aspek emosional dam somatis dari penderita.

1. Status LokalisPemeriksaan dilakukan secara sistematis dengan urut-urutan sebagai berikut :

Inspeksi (look) Palpasi (feel) Kekuatan otot (power) Penilaian gerakan sendi baik aktif maupun pasif (move) Auskultasi Uji-uji fisik khusus

INSPEKSI (LOOK)Pemeriksaan umum dimulai dengan observasi pasien saat memasuki ruang pemeriksaan, melepas pakaian, duduk, berbaring dan mengenakan pakaian. Observasi ini meliputi:a. Penampilan umum pasien, wajah, dan gaya berjalan (gait). Untuk analisis gait, pasien

diminta untuk berjalan, dokter menganalisis fase gerakan natural yang berupa heel strike, stance phase, toe off dan swing phase. Apakah pasien menggunakan alat bantu orthopedi seperti corset, crutch, protesa , harness, brace dan cane.

b. Sikap badan pasien (posisi): posisi tulang belakang, deformitas sendi, dsbc. Kesimetrisan dan kontur tubuh: kelainan kongenital atau kelainan didapat pada kontur

tubuh, hipertrofi, pembengkakan, efusi, atrofi, dan deformitas d. Kulit : warna dan teksture. Jaringan lunak, yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen, jaringan lemak, fasia,

kelenjar limfef. Tulang dan sendig. Sinus dan jaringan parut

PALPASI/ FEELPemeriksaan ini digunakan untuk menilai kondisi jaringan, tulang dan sendi, dan gangguan fungsi selama gerak. Oleh karena itu pengetahuan anatomi sangat penting untuk memahaminya. Penilaian dalam pemeriksaan ini meliputi:a. Suhu kulit; panas/dingin, apakah denyutan arteri dapat diraba atau tidakb. Jaringan lunak; untuk mengetahui adanya spasme otot, atrofi otot, keadaan membran

sinovial, adanya tumor, dan sifat-sifat lainnya, adanya ciran didalam/diluarsendi atau adanya pembengkakan.

c. Nyeri tekan; lokalisasi nyeri, setempat atau refered paind. Tulang; diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang atau adanya

gangguan didalam hubungan yang normal antara tulang satu dengan lainnya

27

Page 28: Isi Modul LKK Blok 8

e. Pengukuran panjang anggota gerak; terutama anggota gerak bawah, juga untuk mengetahui adanya atrofi atau hipertrofi otot

f. Penilaian deformitas yang menetap; dilakukan apabila sendi tidakd apat diletakkan pada posisi anatomis yang normal

KEKUATAN OTOT (POWER)Menurut Medical Research Council kekuatan otot dibagi dalam grade 0-5, yaitu :

Penilaian Skor FungsiNormal 5 Dapat bergerak penuh melawan gaya gravitasi dan

tahanan maksimalBaik 4 Dapat bergerak penuh melawan gaya gravitasi dan

melawan tahanan ringanLemah 3 Mampu menggerakkan persendian dan dapat bergerak

penuh melawan gaya gravitasi tapi tanpa tahanan tambahan

Sangat lemah 2 Mampu menggerakkan persendian namun tidak dapat/sedikit melawan gravitasi dan tidak dapat melawan tahanan

Vestigial 1 Secara palpasi dapat dirasakan tegangan otot tanpa pergerakan sendi

Nol 0 Tidak ada tanda dari kontraksi otot

Gambar 2. Kekuatan otot

PERGERAKAN (MOVE)Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah yaitu pergerakan aktif yang merupakan pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri dan pergerakan pasif yaitu pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksa.Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai :a. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif

Apakah gerakan ini menimbulkan sakit Apakah gerakan ini disertai krepitasi

28

Page 29: Isi Modul LKK Blok 8

b. Stabilitas sendiTerutama ditentukan integritas kedua permukaan sendi dan keadaan ligamen. Pemeriksaan stabilitas sendi dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada ligamen dan pengamatan gerakan sendi

c. Pemeriksaan ROM (range of motion)Pemeriksaan batas gerakan sendi harus dicatat dalam setiap pemeriksaan ortopedi yang meliputi batas gerakan aktif dan pasifSetiap sendi memiliki nilai batas gerakan normal yang menjadi patokan untuk gerakan abnormal dari sendi.

Pengukuran pergerakan sendi harus dimulai pada posisi nol. Nilai derajat yang didapat mengindikasikan amplitudo gerakan dari posisi nol. Mahasiswa harus mengetahui nilai normal Range Of motion (ROM) pada masing-masing sendi:

1. Sendi tulang belakang bagian Cervical, thorakal dan lumbalis : melengkung ke depan, kebelakang, dan kesamping serta rotasi

2. Shoulder/BahuNiilai normal ROM sendi bahu:

- Abduksi : 00-1600/1800

- Rotasi Internal : 00-900 (lengan diabduksi)- Rotasi eksternal : 00-900

- Fleksi : 00-1800

- Ekstensi : 00-400

3. Siku : Fleksi/ekstensiNilai normal ROM siku :

- Fleksi : 00-1400

4. Lengan bawah: pronasi dan supinasiNilai normal ROM lengan bawah :

- Pronasi : 00-750

- Supinasi : 00-800

5. Pergelangan tangan : fleksi/ekstensi, deviasi radial/ulnaNilai normal ROM pergelangan tangan :

- Fleksi : 00-600

- Ekstensi : 00-500

- Deviasi Ulna : 00-350

- Deviasi Radial : 00-200

6. Paha/hip : fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, rotasi internal/eksternalNilai normal ROM paha/hip:

- Ekstensi : 50-200

- Fleksi : 00-1200

- Abduksi : 00-400

29

Page 30: Isi Modul LKK Blok 8

- Adduksi : 00-250

- Rotasi internal : 00-450

- Rotasi eksternal : 00-450

7. Lutut : fleksi/ ekstensi dan rotasi internal/eksternalNilai normal ROM lutut :

- Ekstensi : - Fleksi : 00-1350

- Rotasi internal : - Rotasi eksternal :

8. Engkel : plantar fleksi/ dorsi fleksiNilai normal ROM engkel :

- Plantar Fleksi : 00-550

- Dorsifleksi : 00-150

AUSKULTASIPemeriksaan auskultasi pada bidang bedah orthopedi jarang dilakukan dan biasanya

dilakukan bila ada krepitasi misalnya pada fraktur atau untuk mendengar bising fistula arteriovenosa.

PEMERIKSAAN ORTHOPEDI REGIONALPemeriksaan orthopedi regional terdiri atas :

1. Pemeriksaan tulang belakanga. Pemeriksaan leher dan vertebra servikalisb. Pemeriksaan vertebra thorakal dan lumbal

2. Pemeriksaan sendi bahu3. Pemeriksaan lengan atas dan sendi siku4. Pemeriksaan lengan bawah, pergelangan tangan dan jari-jari tangan5. Pemeriksaan sendi panggul6. Pemeriksaaan lutut7. Pemeriksaan tungkai bawah, pergelangan kaki dan jari-jari kaki

2. Media Pembelajaran1. Penuntun LKK 5 Blok VIII FK UMP2. Ruang kerja dokter3. Tempat tidur pemeriksaan4. Meteran5. Goniometer/busur6. Alat tulis

30

Page 31: Isi Modul LKK Blok 8

Gambar alat pemeriksaan orthopedi

3. Langkah Kerja

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.

2. Menanyakan identitas pasien.

3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan.

4. Meminta izin pasien untuk melakukan pemeriksaan. 5. Melakukan inspeksi

a. Memperhatikan penampilan umum pasien, wajah, dan gaya berjalan (gait).b. Memperhatikan sikap badan pasien (posisi tulang belakang, deformitas sendi,

dsb.).c. Memperhatikan kesimetrisan dan kontur tubuh (kelainan kongenital atau

kelainan didapat pada kontur tubuh, hipertrofi, pembengkakan, efusi, atrofi, dan deformitas).

d. Memperhatikan warna dan tekstur kulit.6. Melakukan palpasi

a. Memeriksa suhu kulit dengan menyentuh permukaan kulit pasien untuk menentukan panas/dingin.

b. Meraba denyutan arteri apakah dapat diraba atau tidak.c. Memeriksa jaringan lunak (spasme otot, atrofi otot, keadaan membran

sinovial, adanya tumor, dll).d. Menentukan apakah ada nyeri tekan ( lokalisasi nyeri, setempat atau refered

pain).e. Meraba permukaan tulang (bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari

tulang atau adanya gangguan didalam hubungan yang normal antara tulang satu dengan lainnya).

f. Mengukur panjang anggota gerak, terutama anggota gerak bawah (true length dan apperent length).

7. Pemeriksaan kekuatan otota. Memeriksa kekuatan anggota gerak atas.

- Menyuruh penderita mengangkat kedua anggota gerak atas secara

31

Page 32: Isi Modul LKK Blok 8

perlahan dan menahan sebentar lalu membandingkan kanan dan kiri.- Memeriksa kekuatan lengan atas dengan cara meminta mengabduksikan

kedua artikulasio humeri dan ditahan oleh tangan pemeriksa lalu membandingkan kanan dan kiri.

- Memeriksa kekuatan lengan bawah dengan cara meminta penderita untuk mem-fleksikan kedua artikulasio cubiti dan ditahan oleh pemeriksa lalu membandingkan kanan dan kiri.

- Memeriksa kekuatan kedua tangan dan membandingkan kanan dan kiri dengan cara bersalaman.

b. Memeriksa kekuatan anggota gerak bawah.- Meminta penderita untuk berbaring di tempat tidur.- Menyuruh penderita mengangkat kedua anggota gerak bawah secara

perlahan dan membandingkan kanan dan kiri.- Memeriksa kekuatan otot-otot paha dengan cara meminta memfleksikan

artikulasio coxae dan ditahan oleh tangan pemeriksa, lalu membandingkan otot paha kanan dan kiri.

- Memeriksa kekuatan otot-otot regio cruris dengan cara meminta pasien untuk memfleksikan artikulasio genu. Setelah itu pemeriksa meminta pasien untuk mengekstensikan artikulasio genu sembari tangan pemeriksa memberikan tahanan, lalu bandingkan kanan kiri.

- Memeriksa kekuatan engkel dengan cara meminta pasien untuk melawan tahanan yang diberikan pemeriksa pada telapak kakinya.

8. Pemeriksaan pergerakana. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif.

- Meminta pasien untuk menggerakkan sendi. Menanyakan apakah gerakan tersebut menimbulkan sakit dan menentukan apakah terdengar suara krepitasi.

- Pemeriksa membantu pasien untuk menggerakkan sendi. Menanyakan apakah gerakan tersebut menimbulkan sakit dan menentukan apakah terdengar suara krepitasi.

b. Stabilitas sendi, dilakukan dengan memberikan tekanan pada ligamen dan pengamatan gerakan sendi.

9. Pemeriksaan ROM (range of motion)a. Persiapan alat:

- Goniometer/Busur- Spidol Marker

32

Page 33: Isi Modul LKK Blok 8

10. Pasien diminta berdiri dengan posisi anatomis.

Gambar 2. Posisi anatomis tubuh manusia Sumber: www.mananatomy.com

11. Pemeriksaan ROM Articulatio Cubiti:a. Tentukan titik nol pada tubuh pasien sesuai, lalu letakkan titik tengah

goniometer/busur pada titik nol tersebut. Goniometer/busur diletakkan tegak lurus dengan articulation cubiti.

b. Minta pasien memfleksikan lengan bawahnya lalu diukur ROM nya dengan goniometer/busur. Catat sudut yang dibentuk oleh gerakan fleksi tersebut (bukan sudut antara lengan bawah dan lengan atas).

c. Minta pasien untuk mengekstensikan lengan bawahnya kembali. Catat sudut yang dibentuk oleh pergerakan tersebut.

b. Lakukan interpretasi ROM pasien tersebut.c.

12. Pemeriksaan ROM Articulatio Humeria. Tentukan titik nol pada tubuh pasien sesuai, lalu letakkan titik tengah

goniometer/busur pada titik nol tersebut. Goniometer/busur diletakkan tegak lurus dengan articulation cubiti.

b. Minta pasien memfleksikan lengan atasnya lalu diukur ROM nya dengan goniometer/busur. Catat sudut yang dibentuk oleh gerakan fleksi tersebut.

c. Minta pasien untuk mengekstensikan lengan atasnya kembali. Catat sudut yang dibentuk oleh pergerakan tersebut.

d. Lakukan interpretasi ROM pasien tersebut.

13. Pemeriksaan ROM articulatio atlantooccipitalisa. Tentukan titik nol pada daerah cervical. b. Letakkan busur di samping kepala dengan titik tengah sejajar os cervical

VII.c. Minta pasien menunduk. Catat sudut yang dibentuk oleh pergerakan kepala

33

Page 34: Isi Modul LKK Blok 8

tersebut.d. Minta pasien mengangkat kepalanya kembali. Catat sudut yang dibentuk

oleh pergerakan kepala tersebut.e. Pindahkan posisi busur/goniometer ke atas kepala, dengan occiput sebagai

titik tengahnya.f. Minta pasien menoleh ke kanan. Catat pergerakan yang timbul akibat

pergerakan tersebut.g. Minta pasien meluruskan kembali posisi kepalanya. Lalu minta pasien

menoleh ke kiri. Catat pergerakan yang timbul akibat pergerakan tersebut.

14. Pemeriksaan ROM articulatio radiocarpalisa. Letakkan titik tengah busur pada pertengahan articulatio radiocarpalis,

sejajar dengan panjang lengan.b. Minta pasien mengadduksikan telapak tangannya. Catat sudut yang

dibentuk oleh pergerakan tersebut.c. Minta pasien meluruskan posisi telapak tangannya. Lalu minta pasien

mengabduksikan telapak tangannya. Catat sudut yang dibentuk oleh pergerakan tersebut.

d. Letakkan titik tengah busur pada sisi lateral articulatio radiocarpalis (processus styloideus os radius).

e. Minta pasien memfleksikan telapak tangannya. Catat sudut yang dibentuk oleh pergerakan tersebut.

f. Minta pasien meluruskan telapak tangannya, lalu minta pasien mengekstensikan telapak tangannya. Catat sudut yang dibentuk oleh pergerakan tersebut.

15. Pemeriksaan ROM articulatio coxaea. Letakkan titik tengah busur pada sisi lateral articulatio coxae pada

trochanter mayor os femur.b. Minta pasien memfleksikan tungkai atasnya. Catat sudut yang dibentuk

oleh pergerakan tersebut.c. Minta pasien meluruskan kembali tungkai atasnya. Catat sudut yang

dibentuk oleh pergerakan tersebut.

16. Pemeriksaan ROM articulatio genusa. Minta pasien berbaring.b. Letakkan busur/goniometer pada condylus lateral os tibia.c. Minta pasien memfleksikan tungkai bawahnya. Catat sudut yang dibentuk

oleh pergerakan tersebut.d. Minta pasien mengekstensikan tungkai bawahnya. Catat sudut yang

dibentuk oleh pergerakan tersebut.

34

Page 35: Isi Modul LKK Blok 8

Gambar 1. Cara mengukur ROM articulatio genuSumber: www.tokosakura.com

17. Pemeriksaan ROM articulatio talocruralisa. Minta pasien berbaring.b. Letakkan busur/goniometer pada malleolus lateral os fibula.c. Minta pasien memfleksikan kakinya. Catat sudut yang dibentuk oleh

pergerakan tersebut.d. Minta pasien mengekstensikan kakinya. Catat sudut yang dibentuk oleh

pergerakan tersebut.

4. Interpretasi Hasil

Mahasiswa melakukan interpretasi hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan, apakah pasien normal atau tidak normal. Bila ada yang tidak normal, maka mahasiswa menyimpulkan kemungkinan diagnosis orthopedi pasien tersebut.

35

Page 36: Isi Modul LKK Blok 8

BAB III EVALUASI

Mahasiswa akan dievaluasi pada saat pelaksanaan latihan keterampilan klinik dalam bentuk formatif dan akan dievaluasi pada akhir blok dalam bentuk sumatif.

3.1 EVALUASI FORMATIF

3.1.1 Metode EvaluasiEvaluasi formatif dilakukan dengan mengobservasi kegiatan yang dilakukan mahasiswa

selama proses keterampilan klinik oleh instruktur.

3.1.2 Indikator PencapaianIndikator pencapaian berupa pencapaian tujuan pembelajaran yang diperoleh mahasiswa

pada setiap kegiatan latihan keterampilan klinik.

3.1.3 Umpan BalikUmpan balik dilakukan oleh instruktur berupa masukan terhadap hasil kegiatan latihan

keterampilan klinik setiap mahasiswa.

3.2 EVALUASI SUMATIFEvaluasi keterampilan akan dilaksanakan secara komprehensif pada ujian LKK

menggunakan daftar penilaian (checklist). Evaluasi dilakukan dalam bentuk station dimana satu station akan menguji satu keterampilan klinik. Satu ujian LKK akan menguji 2-4 station, sesuai dengan banyaknya LKK yang telah dilakukan dalam blok tersebut.

36

Page 37: Isi Modul LKK Blok 8

BAB IV PENUTUP

Demikianlah Modul Latihan Keterampilan Klinik Blok VIII ini disusun sedemikian rupa agar dapat membantu mahasiswa dan instruktur memahami maksud dan tujuan LKK sehingga dapat dilaksanakan dengan tepat dan terarah. Lampiran daftar tilik (checklist) dalam modul LKK ini diharapkan dapat membantu mahasiswa mengarahkan keterampilan mereka dan sebagai panduan persiapan mengikuti evaluasi sumatif dalam bentuk ujian LKK.

37

Page 38: Isi Modul LKK Blok 8

DAFTAR REFERENSI

1. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Kompetensi Dokter. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.

2. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Pendidikan Profesi Dokter. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.

3. Snell, Richard. 2000. Neuroanatomi Klinik Edisi 5. Jakarta : EGC.4. Putz, R. and Pabst, R, editors. 2000. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Jakarta: EGC.5. PERDOSI. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinik. Yogyakarta : UGM Press.6. Tobing, Lumban. 2008. Neurologi Klink Pemeriksaan Fisik dan Mental Edisi 11. Jakarta:

FKUI.7. Mardjono, Mahar dan Sidharta, Priguna. 2009. Neurologi Klinis Dasar Edisi 14. Jakarta:

Dian Rakyat.8. Rasjad, Chaerudin, prof, MD., Ph.D. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Yasrif

Watampone: Jakarta9. Modul Skills Lab Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Jogjakarta. 2007. Block

X : Neurologi and Musculskeletal Examination.10. Solomon, L., Warwick, DJ., Nayagam, S. Apley: System of Orthopaedic and Fracture 8th

ed. 2008. London: Arnold Publisher.

38

Page 39: Isi Modul LKK Blok 8

LAMPIRAN 1Instrumen Evaluasi Anamnesis Neurologi dan Muskuloskeletal

No Aktivitas yang dinilai 0 1 21 Mengucapkan Salam 2 Memperkenalkan diri3 Menanyakan indentitas pasien4 Memohon izin untuk melakukan anamnesis5 Menanyakan keluhan utama.6 Menanyakan riwayat penyakit sekarang.7 Menanyakan keluhan tambahan

8Menanyakan riwayat penyakit yang berhubungan/diduga berhubungan dengan dugaan etiologi.

9 Menanyakan riwayat penyakit keluarga

10Menentukan kemungkinan diagnosis dan etiologinya.

Ket:0 : tidak menyatakan atau tidak melakukan1 : hanya menyatakan atau melakukan tidak sempurna2 : menyatakan dan melakukan dengan sempurna

39

Page 40: Isi Modul LKK Blok 8

LAMPIRAN 2Instrumen Evaluasi Pemeriksaan Neurologi Umum

No Aspek yang Dinilai Menyebutkan benar

Melakukan benar

1 Mengucapkan salam2 Memperkenalkan diri3 Menanyakan identitas pasien4 Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan 5 Memberikan penjelasan tentang prosedur pemeriksaan6 Menyiapkan penderita dan meminta kerjasama penderita dalam

melaksanakan pemeriksaan7 Melakukan pemeriksaan refleks Achilles:

a. Meminta pasien berbaring terlentangb. Memposisikan kaki yang akan diperiksa pada os. Tibia kaki

lainnyac. memegang jari-jari kaki yang akan diperiksa dengan satu tangan,

sedangkan tangan yang lain mengetuk tendo achillesd. Menyebutkan respon pemeriksaan : plantarfleksi kaki

8 Melakukan pemeriksaan gerak aktif:a. Meminta pasien untuk berbaring. Minta pasien mengangkat

tungkai dengan fleksi sendi panggul melawan tahanan pemeriksa. Bandingkan dengan dengan sisi kontra lateral

b. Memeriksa adduksi tungkai dengan meletakkan tangan pemeriksa pada sisi dalam paha dan mintalah pasien untuk adduksi kedua tungkai

c. Memeriksa ekstensi lutut dengan meletakkan tangan pemeriksa di bawah lutut dan pergelangan kaki, mintalah pasien ekstensi lutut melawan tahanan pemeriksa. Bandingkan dengan sisi kontra lateral

d. Memeriksa plantar fleksi dengan meminta pasien plantar fleksi sekuat mungkin melawan tahanan pemeriksa.

a. Meminta pasien untuk duduk, pemeriksa berdiri didepan pasien

b. Meminta pasien untuk mengangkat kedua lengan atas ke anterior simultan dengan tahanan yang diberikan pemeriksa. Bandingkan kanan dan kiri m.deltoideus

c. Meminta pasien untuk ekstensi antebrachii dan anterofleksi seperti membawa nampan, Minta pasien memejamkan mata dan bertahan pada posisi tersebut selama 10 hitungan.

d. Memeriksa tangan pasien, cari atrofi otot intrinsik, thenar dan hipothenar. Periksa genggaman pasien dengan memintanya menggenggam jari pemeriksa sekuatnya dan tidak melepas genggamannya saat pemeriksa mencoba menarik jarinya.

9 Melakukan pemeriksaan refleks Biseps:a. Meminta pasien untuk duduk santai dan memposisikan lengannya

dengan rileks dalam posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi, lengan diletakkan di atas lengan pemeriksa

b. Meletakkan ibu jari di atas tendo biseps, lalu memukulkan ibu jarinya dengan palu refleks

c. Menyebutkan respon pemeriksaan : fleksi ringan di siku10 Melakukan pemeriksaan refleks Triseps:

a. Meletakkan lengan pasien di atas lengan pemeriksab. Memukul tendo triseps melalui fosa olekrani

40

Page 41: Isi Modul LKK Blok 8

c. Menyebutkan respon pemeriksaan : ekstensi lengen di bawah siku

11 Melakukan pemeriksaan refleks Brachioradialis:a. Memukul tendo brachioradialis pda radius distal dengan palu

refleksb. Menyebutkan respon pemeriksaan : fleksi lengan bawah dan

supinasi lengan12 Melakukan pemeriksaan refleks Patella:

a. Meminta pasien duduk dengan posisi tungkai terjuntaib. Mengalihkan perhatian pasien dengan memintanya meletakkan

tangan yang tercekamc. Mengetuk daerah tendo patella dengan palu refleksd. Menyebutkan respon pemeriksaan : pemeriksa akan merasakan

kontraksi otot kuadriseps, ekstensi tungkai bawah13 Melakukan pemeriksaan refleks Hoffman Tromer:

a. Tangan pasien ditumpu oleh tangan pemeriksa, kemudian ujung jari tangan pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah pasien

b. Menyebutkan respon pemeriksaan : fleksi jari-jari yang lain, adduksi ibu jari

14 Melakukan pemeriksaan refleks Babinski:a. Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari

melalui sisi lateralb. Menyebutkan respon pemeriksaan : fleksi jari-jari kaki dan

penarikan tungkai15 Melakukan pemeriksaan refleks Oppenheim:

a. Lakukan goresan sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah dengan kedua jari telunjuk dan tengah

b. Menyebutkan respon pemeriksaan : refleks seperti babinski16 Melakukan pemeriksaan refleks Gordon:

a. Lakukan goresan atau memencet otot gastrocnemiusb. Menyebutkan respon pemeriksaan : refleks seperti babinski

17 Melakukan pemeriksaan refleks Schaefer:a. Lakukan pemencetan pada tendo achillesb. Menyebutkan respon pemeriksaan : refleks seperti babinski

18 Melakukan pemeriksaan refleks Chaddock:a. Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar

telapak kaki dari tumit ke depanb. Menyebutkan respon pemeriksaan : refleks seperti babinski

19 Melakukan pemeriksaan refleks Rossolimo:a. Pukulkan palu refleks pada dorsal kaki pada tulang cuboidb. Menyebutkan respon pemeriksaan : fleksi jari-jari kaki

20 Pemeriksaan Kaku Kuduk Meletakkan tangan di bawah kepala pasien yang sedang

berbaring Menekukkan dan diusahakan agar gadu mencapai dada. Selama pemeriksaan memeriksa apakah ada tahanan.

21 Pemeriksaan Lasegue Signc. Meluruskan kaki pasien yang sedang berbaring. Kemudian

satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan pada persendian panggulnya.

d. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam posisi lurus. Pada keadaan normal, posisi kaki dapat mencapai 700 sebelum timbul rasa sakit dan tahanan.

41

Page 42: Isi Modul LKK Blok 8

22 Pemeriksaan Kernig Signc. Memfleksikan paha pasien yang berbaring pada persendian

panggul sampai membentuk sudut 900 .d. Mengekstensikan tungkai bawah pada sendi lutut tersebut.

Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai 1350 antara tungkai atas dan tungkai bawah.

23 Pemeriksaan Brudzinski Signd. Menempatkan tangan di bawah kepala pasien yang sedang

berbaring, tekuk kepala sejuh mungkin sampai dagu mencapai dada. Bila tanda Brudzinski positif, maka tindakan ini mengakibatkan fleksi kedua tungkai (Brudzinski I)

e. memfleksikan satu tungkai pada sendi panggul dan tungkai yang lain dalam posisi lurus. Bila tungkai yang satu lagi ikut terfleksi, maka Brudzinski II positif.

f. Melakukan penekanan simfisis pubis pada pasien yang berbaring, disusul dengan fleksi kedua tungkai di sendi lutut dan panggul (Brudzinski III).

24 Pemeriksaan Patrick-contra patrick Signc. Meletakkan tumit / maleolus tungkai yang sakit diletakkan

pada tungkai yang lain kemudian diadakan penekanan pada lutut yang difleksikan itu kemudian timbul gerakan fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi dan ini akan menimbulkan rasa nyeri disendi panggul yang ada kelainannya.

d. Dilakukan tindakan kebalikan dari test Patrick lalu timbul pula rasa nyeri di sendi sakroiliaka (contra-patrick sign).

TOTAL SKOR

42

Page 43: Isi Modul LKK Blok 8

LAMPIRAN 3Instrumen Evaluasi Pemeriksaan Neurologi Khusus

No Aspek yang DinilaiMenyebutkan

benarMelakukan

benar

1 Mengucapkan Salam2 Memperkenalkan diri3 Menanyakan indentitas pasien4 Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan 5 Memberikan penjelasan tentang prosedur pemeriksaan6 Menyiapkan penderita dan meminta kerjasama penderita dalam

melaksanakan pemeriksaan7 Melakukan pemeriksaan N.I:

a. Memeriksa sumbatan pada lubang hidungb. Meminta pasien menutup kedua mata.c. Mendekatkan zat pengetes ke hidung pasien dan memintanya

untuk menciumnya pada salah satu lubang hidung, sambil menutup lubang hidung yang lainnya dengan tangan.

8 Melakukan pemeriksaan ptosis :a. Meminta pasien membuka mata dan melihat ke depan.

Normalnya batas kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral

b. Melihat apakah salah satu kelopak mata pasien memotong iris lebih rendah, atau bila pasien mendongakkan kepala sebagai kompensasi, yang dapat dicurigai sebagai ptosis.

9 Melakukan pemeriksaan pupil :a. Meminta pasien membuka matanya dan melihat ke depanb. Memperhatikan besarnya pupil pada mata kanan dan kiri,

apakah sama (isokor) atau tidak sama (anisokor), apakah terjadi miosis atau midriasis

c. Memperhatikan bentuk pupil, apakah bundar dan tepinya rata atau tidak.

10 Melakukan pemeriksaan refleks pupil dan refleks akomodasi :a. Meminta pasien untuk memfiksasi matanya pada benda

yang jauh letaknya, setelah itu mata diberi cahaya (dengan senter) dan melihat apakah ada reaksi pada pupil (normalnya pupil akan mengecil, disebut refleks cahaya langsung positif)

b. Memperhatikan pupil mata yang satu lagi, apakah ikut mengecil oleh penyinaran mata yang lainnya (bila tejadi demikian disebut refleks cahaya tidak langsung positif)

c. Memperhatikan terjadinya refleks akomodasi yang juga akan menyebabkan mengecilnya pupil (refleks akomodasi positif) bila pasien memfiksasi matanya pada lampu senter.

11 Melakukan pemeriksaan gerakan bola mata :a. Meminta pasien mengikuti jari-jarinya yang digerakkan ke

arah lateral, medial atas, medial bawah dan ke arah miring : lateral atas, medial bawah, medial atas, dan lateral bawah

b. Memperhatikan apakah mata pasien dapat mengikutinya, dan memperhatikan gerakan bola mata apakah lancar dan mulus, atau kaku dan ada diplopia

c. Memperhatikan apakah tampak eksoftalmus, strabismus, nystagmus, deviasi conjugee.

43

Page 44: Isi Modul LKK Blok 8

12 Melakukan pemeriksaan N.V sensibilitas :a. Memberitahukan pada pasien bahwa akan memeriksa

sensibilitas di daerah wajahb. Menggunakan kapas untuk memeriksa sensibilitas daerah

wajah ini, mulai dari dahi, pipi dan dagu.13 Melakukan pemeriksaan N.V motorik :

a. Meminta pasien merapatkan giginya sekuat mungkin dan meraba m. Masseter dan m. Temporalis. Memperhatikan besar, tonus, serta bentuknya.

b. Meminta pasien membuka mulut dan memperhatikan adanya deviasi rahang bawah.

14 Melakukan pemeriksaan N.V refleks kornea :a. Meminta pasien melirik ke arah superior lateral, kemudian

dari arah lain menyentuh tepi kornea dengan ujung kapas yang agak basah

b. Bila mata spontan menutup, maka refleks kornea dikatakan positif.

15 Melakukan pemeriksaan N.VII motorik :a. Memperhatikan muka pasien, apakah simetris atau tidakb. Meminta pasien mengangkat alis dan mengerutkan dahic. Meminta pasien memejamkan mata. Melakukan penilaian

terhadap hal ini dengan mengangkat kelopak mata dengan tangan pemeriksa, sedangkan pasien disuruh tetap memejamkan mata

d. Meminta pasien menyeringai, mencucurkan bibir dan menggembungkan pipi

e. Membangkitkan gejala Chvostek dengan cara mengetok bagian depan telinga. Bila positif, tetokan menyebabkan kontraksi otot yg disarafi N.VII.

16 Melakukan pemeriksaan fungsi pengecapan :a. Meminta pasien menjulurkan lidah, kemudian menaruh

gula, pil kina, asam jawa, bubuk cabe dan garam (melakukan hal ini secara bergantian, diselingi dengan istirahat)

b. Meminta pasien untuk tidak menarik lidahnya ke dalam mulut, sebab bubuk akan tersebar ke bagian mulut lainnya

c. Meminta pasien menyatakan pengecapan yang dirasakannya.

17 Melakukan pemeriksaan gerakan palatum :a. Meminta pasien mengucapkan kata-kata, misalnya “Riri

lari-lari sambil melihat lorong-lorong”. Memperhatikan apakah pasien dapat mengucapkan kata-kata tersebut dengan baik, apakah terdengar bindeng (sengau)

b. Meminta pasien membuka mulut. Memperhatikan palatum molle dan faring. Meminta pasien mengucapkan “aaaaaaa”, bila terdapat parese, maka uvula akan tertarik ke sisi yang sehat.

18 Melakukan pemeriksaan m.Sternokleidomastoideus dan m.Trapezius a. Memperhatikan keadaan M. Sternokleidomastoideus pada

keadaan istirahat dan bergerak dan menilai kontur otot ini. Meminta pasien menoleh ke salah satu sisi dan menahan dengan tangan yang ditempatkan di dagu. Membandingkan kekuatan otot kanan dan kiri

b. Menilai kekuatan M. Trapezius dengan menempatkan tangan pada bahu pasien, lalu meminta pasien mengangkat

44

Page 45: Isi Modul LKK Blok 8

bahunya dan menahannya.19 Melakukan pemeriksaan otot lidah :

d. Meminta pasien membuka mulut dan memperhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan bergerak (memperhatikan besarnya lidah, kesamaan bagian kanan dan kiri serta adanya atrofi)

e. Meminta pasien menjulurkan lidahnya dan melihat apakah julurannya mencong

f. Menilai tenaga lidah dengan cara meminta pasien menggerakkan lidahnya ke segala jurusan dan perhatikan kekuatan geraknya. Kemudian meminta pasien menekankan lidahnya pada pipi dan menilai daya tekan tersebut dengan menekan pipi dari sebelah luar.

TOTAL SKOR

45

Page 46: Isi Modul LKK Blok 8

LAMPIRAN 4Instrumen Evaluasi Pemeriksaan Fisik Muskuloskeletal 1

No Aktivitas yang dinilai Menyebutkan benar

Melakukan benar

1 Etika dan sopan santun

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.2. Menanyakan identitas pasien.3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan.4. Meminta izin pasien untuk melakukan pemeriksaan.

2 Persiapan alata. Spidol

3 a. Pasien diminta berdiri. Pemeriksa berdiri di belakang pasien.b. Melakukan pemeriksaan tulang belakang (columna vertebralis)

- Tekan procesus spinosus mulai dari os cervical sampai ke os lumbal.

- Periksa apakah posisinya lurus atau berkelok-kelok, ada nyeri tekan atau tidak.

c. Melakukan pemeriksaan os scapulae.- Raba margo medialis kedua scapula bersama-sama,

tentukan kesimetrisannya.- Minta pasien untuk mengangkat kedua lengannya ke

atas dan raba gerakan kedua scapulae. Apabila normal, maka scapulae akan bergerak secara simetris saat pasien mengangkat kedua lengan dan tidak ada krepitasi.

4 a. Pemeriksa berpindah posisi ke depan pasien.c. Melakukan pemeriksaan os femur.

- Periksa kesimetrisan trochanter mayor kedua os femur. Bila tidak simetris kemungkinan ada fraktur dan dislokasi.

d. Melakukan pemeriksaan tulang pelvis.- Raba SIAS dan os ilium, periksa kesimetrisannya (bisa

ditandai dengan spidol lalu ukur dengan penggaris).- Lalu os coxae sedikit digoyangkan untuk mengecek

stabilitas articulatio coxae. Periksa apakah ada nyeri atau tidak.

- Raba simfisis pubis untuk memeriksa kesimetrisannya, lalu tekan untuk mengetahui ada nyeri tekan atau tidak.

5 a. Meminta pasien untuk duduk.b. Memeriksa os zygomaticus

- Tekan kedua os zygomaticus untuk melihat ada tidaknya nyeri tekan.

c. Memeriksa Temporomandibular junction (TMJ)- Meraba kedua TMJ secara bersamaan untuk memeriksa

kesimetrisannya.- Apabila tidak simetris, kemungkinan terjadi dislokasi

TMJ.e. Memeriksa mentum.

46

Page 47: Isi Modul LKK Blok 8

- Periksa ada tidaknya nyeri tekan dengan menekan mentum.

6 a. Raba tuberculum majus dan tuberculum minus os humeri pada satu sisi, normalnya kedua titik tersebut terletak dalam satu garis. Bila tidak segaris, kemungkinan ada fraktur atau dislokasi. Periksa apakah ada nyeri tekan.

b. Raba epicondylus medialis os humerus, epicondylus lateralis os humerus, dan olecranon os ulna.

7 Melakukan pemeriksaan os radius dan os ulna.a. Raba processus styloideus os radius dan processus styloideus

os ulna di lengan yang sama secara bersamaan. Periksa kesimetrisan dan kemungkinan arah gerakan sendi pergelangan tangan, apakah ada gangguan.

8 Melakukan pemeriksaan os patella.a. Pemeriksa meraba kedua os patella dan menilai kesimetrisan

keduanya.b. Lalu gerakkan os patella untuk mengetahui apakah ada

gangguan pada ligamentumnya.

9 Melakukan pemeriksaan os tibia.a. Periksa kesimetrisan condylus lateralis dengan condylus

medialis disisi tungkai yang sama. Apabila tidak simetris, kemungkinan ada gangguan. Lalu periksa ada tidaknya nyeri tekan.

b. Periksa kesimetrisan malleolus lateralis dengan malleolus medialis disisi tungkai yang sama. Apabila tidak simetris, kemungkinan ada gangguan. Lalu periksa ada tidaknya nyeri tekan.

c. Susuri margo anterior tibia sambil ditekan untuk menilai permukaan corpus tibia.

10 a. Pasien lalu diminta untuk berbaring.b. Melakukan pemeriksaan os clavicula.

- Periksa kesimetrisan kedua os clavicula dengan cara menyusuri kedua tulang secara bersamaan. Bila tidak simetris kemungkinan ada fraktur.

c. Melakukan pemeriksaan os sternum. - Periksa ada tidaknya nyeri tekan dengan menekan

sternum dari atas ke bawah.d. Melakukan pemeriksaan os costae.

- Periksa ada tidak nyeri tekan dengan menekan costae dari cranial ke caudal di linea axilaris anterior.

- Lakukan pada sisi satunya.

11 InterpretasiTOTAL SKOR

47

Page 48: Isi Modul LKK Blok 8

LAMPIRAN 5Instrumen Evaluasi Pemeriksaan Fisik Muskuloskeletal 2

No Aktivitas yang dinilai Menyebutkan benar

Melakukan benar

1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri2 Menanyakan identitas pasien3 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan.4 Meminta izin pasien untuk melakukan pemeriksaan.5 Mempersilahkan penderita untuk duduk.

6

Persiapan alat:a. Goniometerb. Bed pemeriksaanc. Spidol

7

Melakukan inspeksia. Memperhatikan Penampilan umum pasien, wajah, dan gaya

berjalan (gait).b. Memperhatikan sikap badan pasien (posisi tulang belakang,

deformitas sendi, dsb).c. Memperhatikan kesimetrisan dan kontur tubuh (kelainan

kongenital atau kelainan didapat pada kontur tubuh, hipertrofi, pembengkakan, efusi, atrofi, dan deformitas) .

d. Memperhatikan warna dan tekstur kulit, serta adanya jaringan parut.

8

Melakukan palpasid. Memeriksa Suhu kulit dengan menyentuh permukaan kulit

pasien untuk menentukan panas/dingin.e. Meraba denyutan arteri apakah dapat diraba atau tidak.f. Memeriksa Jaringan lunak.g. Menentukan apakah ada nyeri tekan.h. Meraba permukaan tulang.i. Mengukur panjang anggota gerak, terutama anggota gerak

bawah (true length dan apperent length).

9 Pemeriksaan kekuatan otota. Memeriksa kekuatan anggota gerak atas.

- Menyuruh penderita mengangkat kedua anggota gerak atas secara perlahan dan menahan sebentar lalu membandingkan kanan dan kiri.

- Memeriksa kekuatan lengan atas dengan cara meminta mengabduksikan kedua artikulasio humeri dan ditahan oleh tangan pemeriksa lalu membandingkan kanan dan kiri.

- Memeriksa kekuatan lengan bawah dengan cara meminta penderita untuk mem-fleksikan kedua artikulasio cubiti dan ditahan oleh pemeriksa lalu membandingkan kanan dan kiri.

- Memeriksa kekuatan kedua tangan dan membandingkan kanan dan kiri dengan cara bersalaman.

b. Memeriksa kekuatan anggota gerak bawah.- Meminta penderita untuk berbaring di tempat tidur.

48

Page 49: Isi Modul LKK Blok 8

- Menyuruh penderita mengangkat kedua anggota gerak bawah secara perlahan dan membandingkan kanan dan kiri.

- Memeriksa kekuatan otot-otot paha dengan cara meminta memfleksikan artikulasio coxae dan ditahan oleh tangan pemeriksa, lalu membandingkan kanan dan kiri.

- Memeriksa kekuatan otot-otot regio cruris dengan cara meminta pasien untuk memfleksikan artikulasio genu. Setelah itu pemeriksa meminta pasien untuk mengekstensikan artikulasio genu sembari tangan pemeriksa memberikan tahanan, lalu bandingkan kanan kiri.

- Memeriksa kekuatan engkel dengan cara meminta pasien untuk melawan tahanan yang diberikan pemeriksa pada telapak kakinya.

10

Pemeriksaan pergerakan/movea. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif

- Meminta pasien untuk menggerakkan sendi. Menanyakan Apakah gerakan tersebut menimbulkan sakit dan menentukan apakah terdengar suara krepitasi

- Pemeriksa membantu pasien untuk menggerakkan sendi. Menanyakan Apakah gerakan tersebut menimbulkan sakit dan menentukan apakah terdengar suara krepitasi

b. Stabilitas sendi, dilakukan dengan memberikan tekanan pada ligamen dan pengamatan gerakan sendi

c. Pemeriksaan ROM (range of movement).

11 Mempersilahkan pasien duduk kembali.

12Menyimpulkan hasil pemeriksaan dan mengucapkan terimakasih pada pasien.

Total Skor

49