makalah Blok 13

27
Inkontinensia Urin Pada Wanita Lanjut Usia Yuniete Eiffelia Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta [email protected] _________________________________________________________________ _____________ Pendahuluan Inkontinensia urin merupakan salah satu masalah kesehatan pada penderita lanjut usia, khususnya wanita. Masalah kesehatan ini seringkali tidak dilaporkan oleh pasien atau keluarganya, antara lain karena menganggap bahwa masalah tersebut merupakan masalah yang memalukan dan tabu untuk dibicarakan atau juga karena ketidaktahuan mengenai masalah inkontinensia urin dan menganggap bahwa kondisi tersebut sesuatu yang wajar terjadi pada orang usia lanjut serta tidak perlu diobati. Dari aspek klinis praktis, inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya, yang mengakibatkan masalah sosial dan higienis penderitanya. Variasi dari inkontinensia urin meliputi dari kadang-kadang keluar beberapa tetes urin saja, sampai benar-benar banyak. Kurangnya pemahaman tenaga profesional kesehatan tentang pilihan intervensi menyebabkan kurang tepatnya terapi untuk kondisi ini dengan konsekuensi yang serius pada pasien-pasien 1

description

inkontinensia urin

Transcript of makalah Blok 13

Page 1: makalah Blok 13

Inkontinensia Urin Pada Wanita Lanjut Usia

Yuniete Eiffelia

Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta

[email protected]

______________________________________________________________________________

Pendahuluan

Inkontinensia urin merupakan salah satu masalah kesehatan pada penderita lanjut usia,

khususnya wanita. Masalah kesehatan ini seringkali tidak dilaporkan oleh pasien atau

keluarganya, antara lain karena menganggap bahwa masalah tersebut merupakan masalah yang

memalukan dan tabu untuk dibicarakan atau juga karena ketidaktahuan mengenai masalah

inkontinensia urin dan menganggap bahwa kondisi tersebut sesuatu yang wajar terjadi pada

orang usia lanjut serta tidak perlu diobati.

Dari aspek klinis praktis, inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang

tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan

jumlahnya, yang mengakibatkan masalah sosial dan higienis penderitanya. Variasi dari

inkontinensia urin meliputi dari kadang-kadang keluar beberapa tetes urin saja, sampai benar-

benar banyak.

Kurangnya pemahaman tenaga profesional kesehatan tentang pilihan intervensi

menyebabkan kurang tepatnya terapi untuk kondisi ini dengan konsekuensi yang serius pada

pasien-pasien berusia lanjut. Terapi inkontinensia urin secara dini dan efektif diperlukan untuk

mengembalikan fungsi fisik dan emosional orang yang menderitanya. Selain itu, pemahaman

yang lebih baik tentang masalah inkontinensia urin ini juga akan turut membantu usaha

mengatasi gangguan ini.

1

Page 2: makalah Blok 13

Anamnesis

Kemahiran mengambil anamnesis tentang keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang

pasien memerlukan kecermatan supaya jangan sampai informasi mengenai keluhan utama justru

bukan keluhan utama sebenarnya. Bagi pasien dengan masalah inkontinensia urin, yang perlu

ditanyakan semasa anamnesa adalah: 1,2

Identitas pasien

- Nama lengkap, tempat/tanggal lahir, status pernikahan, pekerjaaan, suku bangsa,

agama, pendidikan dan alamat tempat tinggal.

- Digunakan untuk data penelitian, asuransi, dan sebagainya.

Keluhan utama

- Keluhan yang mendorong pasien untuk berobat.

- Contoh dari kasus: tidak dapat menahan kencing.

Riwayat penyakit sekarang

- Merupakan ceritera yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan.

- Bagi masalah inkontinensia urin, hal-hal yang ditanyakan adalah:

Lama inkontinensia

Keadaan yang menyebabkan kebocoran urin: rasa urgensi, batuk, tegang.

Gejala penyimpanan kandung kemih: frekuensi, urgensi, nokturia.

Gejala berkemih: aliran urin yang keluar lambat, hanya keluar beberapa tetes urin.

Riwayat penyakit dahulu

- Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara

penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang.

- Mencakup masalah medis yang lain:

Diabetes mellitus : menyebabkan timbulnya diuresis osmotik jika kontrol glukosa

buruk.

Insufisiensi vaskular : menyebabkan timbulnya inkontinensia pada malam hari

saat edema perifer dimobilisasi ke sistem vaskular, sehingga menyebabkan

peningkatan diuresis.

Penyakit paru kronis : dapat menyebabkan stress incontinence karena batuk kronis

Cerebro Vascular Accident (CVA).

Hipertensi.

2

Page 3: makalah Blok 13

Riwayat pernah menjalani operasi yang dapat mempengaruhi proses berkemih

- Operasi untuk kondisi stress incontinence

- Operasi pelvis

Riwayat penggunaan obat-obatan yang dapat mempengaruhi traktus urinarius bagian

bawah.

Pemeriksaan Fisik

Tujuan pemeriksaan fisik adalah mengenali pemicu inkontinensia urin dan membantu

menetapkan patofisiologinya. Antara pemeriksaan yang dilakukan pada pasien inkontinensia urin

adalah: 2,3

Pemeriksaan tanda vital

Pada kasus, didapatkan keadaan umum : tampak sakit ringan, tinggi badan: 150 cm, berat

badan : 60 kg, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah dan suhunya normal.

Pemeriksaan status mental

Status mental seperti kesadaran, orientasi, kemampuan bicara dan memori jangka pendek

dan panjang, pemahaman harus diketahui. Kelainan berkemih dapat disebabkan sekunder

atau diperburuk karena adanya disorientasi, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, atau

kurangnya pemahaman saat pasien diminta untuk berkemih. Dalam skenario, didapatkan

kesadaran wanita 70 tahun itu adalah compos mentis di mana keadaan sistem sensorik

utuh, ada waktu tidur dan sadar penuh serta aktivitas yang teratur.

Pemeriksaan abdomen

Pemeriksaan abdomen harus mengenali adanya kandung kemih yang penuh, rasa nyeri,

massa, atau riwayat pembedahan.

Pemeriksaa pelvis

Pada wanita, harus diperiksa laksiti otot pelvis. Terdapat empat tipe prolaps yaitu:

- Cystocele: Penurunan kandung kemih ke vagina menyebabkan terdapat benjolan

lunak pada dinding depan vagina.

- Rectocele : Penurunan rectum ke vagina menyebabkan terdapat benjolan lunak pada

dinding belakang vagina.

- Enterocele: Penurun bagian atas vagina ke atau melalui tempat masuknya.

3

Page 4: makalah Blok 13

- Prolaps uterine: Penurunan uterus melebihi separuh jalan ke vagina dan dapat

dirasakan benjolan lunak pada lubang vagina.

Pengetahuan tentang kekuatan otot pelvis terutama bermanfaat untuk dokter bedah dalam

menentukan pilihan operasi untuk wanita dengan stress incontinence.

Pemeriksaan rektum

Dalam melakukan pemeriksaan rektal, diperiksa apakah lipatan gluteal simetris dan

adakah terdapat impaksi feses dan massa. Dalam pemeriksaan rektal juga dilakukan

pemeriksaan neurologis karena akar syaraf sakral (S2-S4) menginervasi uretra eksternal

dan sfingter anal.

Pemeriksaan Penunjang

Selain dilakukan urinalisis dan kultur urin, pemeriksaan laboratorium juga harus

mencakup pemeriksaan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum. Kultur urin akan

membantu untuk menyingkirkan infeksi, yang berhubungan dengan inkontinensia. Jika catatan

berkemih menggambarkan adanya poliuria maka konsentrasi glukosa serum dan kalsium juga

harus diperiksa.

Pada pria dengan volume PVR (Post Void Residual) melebihi 150-200ml, renal

sonography harus dilakukan untuk mengeksklusikan kemungkinan hidronefrosis. Pada pasien

dengan hematuria steril yang mengalami ketidaknyamanan suprapubik atau perineal atau pasien

dengan resiko tinggi karsinoma kandung kemih (contoh seorang pria perokok atau pria dengan

onset urgensi dan atau urge incontinence yang baru dengan sebab yang tidak dapat dijelaskan),

harus dilakukan cystoscopy dan sitologi urin.2

Sitologi urin bermanfaat untuk uji penyaringan keganasan traktus urinarius, tetapi

penggunaan test sangat tergantung dari akurasi laboratorium melakukan sitologi. Sitologi urin

yang rutin tidak bermanfaat, tetapi uji ini harus dilakukan pada wanita tua yang berusia lebih dari

50 tahun dengan gejala traktus urinarius iritatif, terutama jika gejalanya menunjukkan onset yang

mendadak.

Pemeriksaan urin dengan uji dipstick dan mikroskopis penting untuk menyingkirkan

adanya infeksi, kelainan metabolik, dan penyakit ginjal. Adanya hematuria harus dievaluasi

dengan sitologi, urografi intravena, dan sistoskopi. Biopsi kandung kemih harus dilakukan jika

diduga terdapat suatu keganasan.2

4

Page 5: makalah Blok 13

Diagnosis Kerja

Berdasarkan kasus yang ada dapat disimpulkan bahwa ibu tersebut menderita

inkontinensia campuran. Yaitu jenis inkontinensia gabungan antara inkontinensia urgensi dan

inkontinensia stress. Inkontinensia urgensi disebabkan oleh aktivitas kandung kemih yang

berlebihan. Inkontinensia tipe urgensi ditandai dengan ketidakmampuan menunda berkemih

setelah sensasi berkemih muncul. Manifestasinya dapat berupa urgensi, frekuensi dan nokturia.

Kelainan ini dibagi menjadi 2 subtipe yaitu motorik dan sensorik.4

Subtipe motorik disebabkan oleh lesi pada sistem saraf pusat seperti yang terjadi pada

stroke, parkinsonism, tumor otak dan sklerosis multipel maupun adanya lesi pada medula

spinalis daerah suprasakral. Subtipe sensorik dapat disebabkan oleh hipersensitivas kandung

kemih akibat cystisis, uretritis dan diverkulitis.

Sedangkan inkontinensia stress disebabkan pengaruh melemahnya otot dasar panggul.

Hal ini dapat terjadi pada lansia karena pengaruh umur yang menyebabkan semakin lemahnya

fungsi otot-otot panggul. Faktor resiko sebagai wanita juga meningkatkan kemungkinan

terjadinya inkontinensia stress. Wanita yang sering hamil dan melahirkan akan membutuhkan

kerja otot panggul yang lebih sering untuk menahan janin selama usia kehamilan dan untuk

membantu kontraksi pada proses partus/melahirkan. Peningkatan resiko pada wanita lansia juga

dapat disebabkan karena penurunan kerja hormon estrogen pasca menopause.3

Diagnosis Pembanding

Diagnosis banding dari inkontinensia yang dialami ibu tersebut ialah jenis inkontinensia

yang lainnya, yaitu:

Inkontinensia overflow

Keadaan dimana pengeluaran urine terjadi akibat overdistensi kandung kemih. Dengan

kata lain aktivitas kandung kemih menurun akibat kandung kemih terlalu melebar.

Inkontinensia overflow dapat diakibatkan oleh trauma pada medula spinalis, stroke,

diabetik neuropari serta pembedahan yang radikal pada pelvis.

Pada laki-laki, dapat terjadi inkontinensia jenis overflow akibat hipertrofi prostat. Pada

hipertrofi prostat, dapat terjadi obstruksi pada uretra pars prostatika. Hal ini dapat

meningkatkan tegangan kandung kemih yang dapat menyebabkan pelebaran kandung

5

Page 6: makalah Blok 13

kemih dalam jangka waktu yang terlalu lama. Yang akhirnya memicu terjadinya

inkontinensia.4

Inkontinensia ini umumnya diikuti dengan sering berkemih pada malam hari dengan

volume yang kecil. Umumnya sisa urine setelah berkemih (biasanya 450 cc) dapat

menjadi pembeda jenis inkontinensia ini dengan jenis yang lainnya.

Inkontinensia fungsional

Berbagai penyakit seperti demensia berat, gangguan mobilitas (artritis genu, kontraktur)

serta gangguan neurologik dan psikologik dapat menyebabkan penurunan berat pada

fungsi fisik dan kognitif. Hal ini sangat mengganggu mobilisasi penderita sehingga

penderita tidak dapat mencapai toilet pada saat yang tepat.3

Etiologi dan Tipe Inkontinensia

Pengetahuannya yang tepat akan penyebab inkontinensia sangat diperlukan agar dapat

memberikan penatalaksanaan yang tepat pula. Secara umum ada 4 penyebab pokok, yaitu:5

gangguan urologik: misalnya radang, batu, tumor dan divertikel.

gangguan neurologik: misalnya stroke, trauma pada medula spinalis dan dementia.

gangguan fungsional: misalnya hambatan pada mobilitas penderita.

gangguan lingkungan: misalnya tidak tersedianya situasi berkemih yang memadai/sarana

yang terlalu jauh.

Inkontinensia yang terjadi akibat gangguan diatas dapat dibagi atas:5

Inkontinensia urin akut, biasanya bersifat reversibel. Inkontinensia ini terjadi secara

mendadak dan berkaitan dengan kondisi sakit akut maupun masalah pengobatan yang

diberikan yang akan menghilang bila kondisi akut ini teratasi ataupun obat diberhentikan

penggunaannya.

Untuk mengingat dengan lebih mudah, maka para ahli memakai akronim DIAPPERS

sebagai penyebab inkontinensia akut seperti yang dapat terlihat pada table 1.

Penyebab Inkontinensia Akut

D Delirium or acute confusional state

I Infection, Urinary

A Athropic vaginitis

6

Page 7: makalah Blok 13

P Pharmaceutical

P Psychologic disorders : depression

E Endocrine disorders

R Restricted mobility

S Stoolilmpaction

Hal lain yang tidak dapat dilupakan ialah bahwa inkontinensia pada pria umumnya

disebabkan oleh hipertrofi prostat. Hal ini menyebabkan obstruksi mekanik pada bagian

distal kandung kemih yang akan menyebabkan urine tertahan dan menstimulasi kontraksi

otot detrusor involunter.

Penggunaan obat seperti diuretika, anti kolinergik, psikotropik, analgesik-narkotik,

penghambat adrenergik alfa, agonis adrenergik alfa serta calcium channel blocker perlu

diperhatikan karena memiliki efek terhadap saluran kemih dan dapat menyebabkan

tercetusnya inkontinensia akut.

Inkontinensia urin kronik/persisten

Ada dua hal yang melatarbelakangi inkontinensia kronik, yaitu kegagalan penyimpanan

urin pada kandung kemih akibat hiperaktif atau menurunnya kapasitas kandung kemih

dan kegagalan pengosongan kandung kemih akibat lemahnya otot detrusor atau

meningkatnya tahanan aliran keluar.

Inkontinensia yang menetap dibagi menjadi 4 tipe, yaitu:5,6

1. Inkontinensia urgensi

Tipe ini ditandai dengan ketidakmampuan menunda berkemih. Menifestasinya berupa

seringnya berkemih dan nokturia. Kelainan ini dibagi atas dua subtipe yaitu subtipe

motorik dan sensorik. Subtipe motorik dapat disebabkan oleh lesi pada sistem saraf

pusat seperti pada penderita parkinson dan stroke, maupun adanya lesi pada saraf

supraspinal. Subtipe sensorik disebabkan oleh hipersensitivitas kandung kemih akibat

sistisis, uretritis dan diverkulitis.

2. Inkontinensia stress

Terjadi akibat peningkatan tekanan intraabdominal seperti batuk, bersin, mengejan

maupun tertawa yang kerapkali terjadi pada wanita yang sudah tua yang mengalami

7

Page 8: makalah Blok 13

hipermobilitas uretra dan melemahnya otot dasar panggul akibatnya kurangnya kadar

estrogen dan sering melahirkan.

3. Inkontinensia fungsional

Penyababnya adalah penurunan berat fungsi fisik dan kognitif sehingga pasien tidak

dapat mencapai toilet pada saat yang tepat. Ini mungkin terjadi pada penderita

demensia berat, gangguan mobilitas, neurologik dan psikologik.

4. Inkontinensia luber (overflow)

Inkontinensia ini paling jarang dijumpai. Pada inkontinensia ini terjadi penurunan

aktivitas m. detrusor akibat gangguan pada persarafan sacrum yang merupakan

persarafan bagi vesika urinaria.

Dalam kenyataannya, keempat tipe ini saring saling bercampur pada pasien inkontinensia

urin. Tipe campuran yang jamak dijumpai adalah campuran antara inkontinensia urgensi

dan stress.6

Gejala Klinis

Pada inkontinensia urin gambaran umum adalah ketidakmampuan untuk menahan kemih

sehingga secara tanpa sengaja terjadi proses berkemih tersebut. Penderita umumnya tidak sadar

akan kondisinya. Yang dapat kita lihat adalah tanda bekas miksi di celana maupun rok pasien.

Urine yang tersisa sering menimbulkan bau amoniak yang tajam dan khas sehingga kerapkali

menurunkan kepercayaan diri pasien bila berada di hadapan orang banyak.

Pada inkontinensia urin tipe urgensi umumnya ditandai dengan ketidakmampuan pasien

untuk menunda berkemih bila sensasi berkemih muncul. Akibatnya pasien sering kencing,

terutama pada malam hari (nokturia).5

Pada inkontinensia urin tipe stress ciri yang paling khas adalah ketidakmampuan

menahan kemih pada saat peninggian tekanan intraabdomen seperti batuk, bersin dan tertawa.

Inkontinensia urin tipe overflow merupakan inkontinensia yang ditandai dengan sering

berkemihnya pasien pada malam hari dengan jumlah urin yang kecil. Yang dapat menjadi

pembeda antara inkontinensia tipe ini dengan tipe urgensi dan tipe stress adalah sisa urin setelah

berkemih yang dapat mencapai 450 cc. Pada laki-laki juga dapat terjadi inkontinensia overflow

akibat hipertrofi prostat. Hal ini dapat dideteksi dengan frekuensi miksi yang sering namun

volume urin kecil dan dapat tampak urin yang menetes setelah berkemih.

8

Page 9: makalah Blok 13

Pasien dengan inkontinesia urin tipe fungsional sering disertai dengan gangguan fisik

yang berat seperti gangguan mobilitas (artritis genu, kontraktur), demensia berat, gangguan

neurologik dan psikologik. Pasien ini umumnya sangat lemah mobilitasnya sehingga tidak dapat

mencapai tempat untuk berkemih seperti toilet. Oleh karena itu dalam penatalaksanaanya nanti

harus dipikirkan bagaimana cara mengatasi toilet yang jauh, seperti dengan melakukan

kateterisasi.

Setelah memperhatikan gejala yang mungkin timbul, kita juga dapat menentukan apakah

ada kemungkinan adanya inkontinensia campuran pada pasien dengan memperhatikan ciri dari

tiap tipe tersebut.5

Patofisiologi

Secara normal proses berkemih merupakan proses dinamik yang memerlukan rangkaian

koordiansi proses fisiologik yang berurutan. Secara umum terdapat 2 fase yaitu fase

penyimpanan dan fase pengosongan. Diperlukan keutuhan struktur dan fungsi komponen saluran

kemih bawah, kognitif, fisik, motivasi dan lingkungan.4

Ada mekanisme yang berada di luar kendali dalam melaksanakan proses berkemih.

Proses ini dikendalikan oleh sistem saraf. Sfingter uretra eksternal dan otot dasar panggul berada

dibawah kendali saraf pudendal, sedangkan otot detrusor kandung kemih dan sfingter uretra

internal berada di bawah kontrol sistem saraf otonom.

Vesika urinaria terdiri atas 4 lapisan, yaitu lapisan serosa, lapisan otot detrusor, lapisan

submukosa dan lapisan mukosa. Saat otot detrusor berelaksasi terjadi pengisian kandung kemih,

dan bila otot ini mengalami kontraksi maka urine yang telaha tertampung didalamnya akan

dikeluarkan. Proses kontraksi ini berlangsung akibat kerja saraf parasimpatis, sedangkan

penutupan sfingter vesika urinaria agar dapat menampung urin dikerjakan oleh saraf simpatis

yang dipicu oleh noradrenalin.3,4

Mekanisme kerja pada otot detrusor melibatkan kerja otot itu sendiri, saraf pelvis, medula

spinalis dan kontrol sistem saraf pusat yang mengontrol jalannya proses berkemih. Pada sistem

saraf pusat ada bagian yang bernama pusat sobkortikal dan pusat kortikal. Ketika urine mulai

mengisi kandung kemih, pusat subkortikal akan bekerja agar otot-otot pada kandung kemih dapat

berelaksasi sehingga dapat berdistensi untuk menampung urin hasil proses di ginjal. Ketika

pengisian ini berlanjut akan tercapai suatu volume tertentu (biasanya 200 ml) yang memicu pusat

9

Page 10: makalah Blok 13

kortikal yang ada pada lobus frontal untuk bekerja mengurangi pasokan urine yang masuk ke

dalam kandung kemih.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas relaksasi yang menyebabkan pengisian urin

ditimbulkan oleh pusat yang lebih tinggi yaitu korteks serebri atau dengan kata lain bersifat

menghambat proses miksi. Sedangkan pusat yang lebih rendah yaitu batang otak dan saraf supra

spinal memfasilitasi proses miksi dengan mendukung proses kontraksi otot yang terjadi.

Gangguan yang mungkin terjadi pada kedua bagian otak ini yang dapat menyebabkan

pengurangan kemampuan penundaan pengeluaran urin.3

Ketika terjadi desakan untuk berkemih, maka rangsang saraf dari daerah korteks akan

disalurkan melalui medula spinalis ke saraf pelvis. Aksi saraf parasimpatis ini akan memicu

terjadinya kontraksi. Namun kontraksi ini tidak hanya semata-mata tergantung kepada aktivitas

saraf yang bersifat kolinergik. Otot detrusor memiliki reseptor prostaglandin. Obat-obat yang

menyebabkan inhibisi pada prostaglandin tentu saja akan mempengaruhi kontraksi m. Detrusor.

Selain itu kontaksi otot detrusor juga bergantung pada calcium-channel. Oleh karena itu bila

pemberian calcium channel blocker seperti pada pasien hipertensi dapat menyebabkan terjadinya

gangguan kontraksi kandung kemih.4

Selain faktor dari kandung kemih, juga harus diperhatikan sfingter uretra baik yang

interna dan eksterna. Proses kontraksi pada sfingter uretra dipengaruhi oleh aktivitas dari

adrenergik alfa. Pengobatan yang sifatnya agonis terhadap adrenergik alfa (pseudoefedrin) dapat

memperkuat kontraksi dari sfingter sehingga menahan urin secara berkelanjutan. Sedangkan obat

alpha-blocking dapat mengganggu penutupan sfingter. Persarafan adrenergik beta dapat

menyebabkan relaksasi pada sfingter uretra. Obat yang bersifat beta-adrenergic blocking dapat

mengganggu karena menyebabkan relaksasi uretra dan melepaskan aktivitas kontraktil

adrenergik alfa.

Perlu diperhatikan bahwa meskipun inkontinensia urin kebanyakan dialami pada lansia,

sindrom ini bukanlah kondisi yang normal pada usia lanjut. Namun dapat dikatakan bahwa usia

lanjut yang dapat menjadi faktor predesposisi (faktor pendukung) terjadinya inkontinensia urin.

Proses menua akan menyebabkan perubahan anatomis dan fisiologis pada sistem urogenital

bagian bawah. Perubahan ini memiliki kaitan erat dengan menurunnya kadar estrogen pada

wanita dan kadar androgen pada laki-laki. Perubahan yang terjadi meliputi penumpukan fibrosis

10

Page 11: makalah Blok 13

dan kolagen pada dinding kandung kemih sehingga menyebabkan penurunan efektivitas fungsi

kontraksi dan memudahkan terbentuknya trabekula maupun divertikula.3

Atrofi pada mukosa, perubahan vaskularisasi pada daerah submukosa dan menipisnya

lapisan otot uretra menyebabkan penurunan pada tekanan penutupan uretra dan tekanan outflow.

Selain itu pada laki-laki terjadi pembesaran prostat dan pengecilan testis sedangkan pada wanita

terjadi penipisan dinding vagina dengan timbulnya eritema atau ptekie, pemendekan dan

penyempitan ruang vagina serta peningkatan pH lingkungan vagina akibatnya kurangnya

lubrikasi.

Melemahnya fungsi otot dasar panggul yang disebabkan oleh berbagai macam operasi,

denervasi dan gangguan neurologik dapat menyebabkan prolaps pada kandung kemih sehingga

melemahkan tekanan akhir kemih keluar. Hal ini dapat memicu terjadinya inkontinensia.3

Epidemiologi

Kasus inkontinensia urin cenderung tidak dilaporkan, karena penderita merasa malu dan

menganggap tidak ada yang dapat dilakukan untuk menolongnya. Penderita juga mendapat

benturan sosial yaitu kondisi masyarakat sekitar yang akan menjauhinya bila ia diketahui

menderita penyakit ini. Penelitian epidemiologi terhadap penyakit ini pun sulit untuk dilakukan

karena beragamnya subjek penelitian, metode kuisioner dan definisi inkontinensia yang

digunakan. Namun secara umum prevalensinya meningkat sesuai dengan pertambahan umur.

Sekitar 50% lansia di instalasi perawatan kronis dan 11-30% di masyarakat mengalami

inkontinensia urin.

Sedangkan berdasarkan gender, penyakit ini cenderung lebih sering dialami oleh wanita

dengan perbandingan 1,5 : 1 terhadap pria.6 Berdasarkan survei oleh Divisi Geriatri Bagian Ilmu

Penyakit Dalam RSCM tahun 2002 pada 208 orang usia lanjut di lingkungan Pusat Santunan

Keluarga di Jakarta, didapati bahwa angka inkontinensia stress mencapai 32,2%. Sedangkan

survei yang dilakukan oleh Poliklinik Geriatri RSCM pada tahun 2003 terhadap 179 pasien

didapati angka kejadian inkontinensia urin stress pada laki-laki sebesar 20,5% dan pada

perempuan sebesar 32,5%.4

Pada penelitian yang dilakukan di Australia, didapatkan 7% pria dan 12% wanita diatas

usia 70 tahun mengalami inkontinensia. Sedangkan mereka yang dirawat, terutama di unit psiko-

geriatri, 15-50% diantaranya menderita inkontinensia. Sedangkan melalui penelitiannya, seorang

11

Page 12: makalah Blok 13

ahli bernama Fonda mendapatkan 10% pria dan 15% wanita diatas 65 tahun di Australia

menderita inkontinensia.

Pada penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat oleh National Overactive Bladder

Evaluation (NOBLE) dengan 5204 orang sebagainya sampelnya, menyimpulkan suatu perkiraan

bahwa 14,8 juta perempuan dewasa di Amerika Serikat menderita inkontinensia urin dengan

sepertiganya (34,4%) merupakan inkontinensia urin tipe campuran.4

Seorang ahli bernama Dioko serta timnya melakukan penelitian pada 1150 orang secara

acak dan mendapati 434 orang diantaranya menderita inkontinensia urin. Dari mereka yang

mengalami inkontinensia urin, didapati bahwa 55,5% diantaranya merupakan tipe campuran,

26,7% merupakan tipe stress saja, 9% tipe urgensi saja dan 8,8% memiliki komplikasi lain.

Seringkali penderita inkontinensia berpikir dengan mengurangi asupan cairan berupa

minuman akan mengurangi frekuensi miksi. Namun hal ini akan berbahaya karena menganggu

keseimbangan cairan dan elektrolit. Kapasitas kandung kemih pun semakin lama akan semakin

menurun yang justru akan memperberat keluhan inkontinensianya. Sebenarnya bila penyakit ini

diobati secara tepat maka inkontinensianya dapat diupayakan menjadi lebih ringan sehingga

penderita menjadi lebih nyaman dan memudahkan juga bagi yang merawat serta mengurangi

kemungkinan komplikasi serta biaya perawatan.4

Penatalaksanaan

Pengelolaan inkontinensia urin akan cukup baik hasilnya bila semua faktor yang

berpengaruh diperhatikan, dan tipe dari inkontinensia dapat dikenal serta diagnosis penyebabnya

diketahui. Antara penatalaksanaan yang dilakukan adalah: 5,6

Teknik latihan perilaku

- Latihan kandung kemih

Latihan ini mengikuti jadwal yang ketat untuk ke kamar kecil/berkemih. Jadwal

dimulai dengan ke kamar kecil tiap dua jam, dan waktunya makin ditingkatkan.

Makin lama waktu yang dicapai untuk berkemih, makin memberikan peningkatan

control terhadap kandung kemih. Latihan ini terbukti efektif untuk inkontinensia tipe

stress maupun urgensi.

- Latihan menahan dorongan untuk berkemih

12

Page 13: makalah Blok 13

Untuk mendapatkan control atas kandung kemih, cara berikut dapat dipakai saat

datang dorongon berkemih:

Berdiri tenang atau duduk diam, lebih baik jika kaki disilangkan. Tindakan ini

mencegah rangsang berlebihan dari kandung kemih.

Tarik nafas teratur dan relaks.

Kontraksikan otot-otot dasar panggul beberapa kali. Ini akan membantu menutuo

urethra dan menenangkan kandung kemih.

Alihkan pikiran ke hal lain, untuk menjauhkan perhatian dari dorongan berkemih.

Bila rangsang berkemih sudah menurun, jangan ke toilet sebelum jadwal

berkemih.

- Latihan otot dasar panggul

Latihan otot-otot pelvis memperkuat otot-otot yang lemah sekitar kandung kemih.

Untuk identifikasi otot yang tepat, bayangkan kita sedang menahan untuk tidak flatus.

Otot yang dipakai untuk menahan flatus adalah otot yang ingin kita latih.

Lakukan latihan otot dasar panggul beberapa kali sehari sekitar sepuluh menit.

Praktekkan setiap waktu dan tempat. Paling baik saat berbaring di tempat tidur.

Setelah menguasai metodenya, lakukan juga saat duduk dan berdiri.

Obat-obatan

Terapi dengan menggunakan obat-obatan diberikan apabila masalah akut sebagai pemicu

timbulnya inkontinensia urin telah diatasi dan berbagai upaya bersifat nonfarmakologis

telah dilakukan tetapi tetap tidak berhasil mengatasi masalah inkontinensia tersebut.

Pemberian obat pada inkontinensia urin disesuaikan dengan tipe inkontinensia urinnya.

Tabel 2. Obat-obat untuk mengobati inkontinensia urin.

Jenis obat Mekanisme Tipe

inkontinensia

Efek samping Nama obat dan Dosis

Antikoligernik

&

antispasmodic

Meningkatkan

kapasitas

vesika urinaria

dan

mengurangi

Urgensi atau

stress dengan

instabilitas

detrusor atau

hiperrefleksia

Mulut kering,

penglihatan

kabur,

peningkatan

TIO,

Oksibutinin: 2,5-5 mg

tid

Tolterodine: 2 mg bid

Dicyclomine: 10 – 20

mg

13

Page 14: makalah Blok 13

involunter

vesika urinaria

konstipasi dan

delirium.

Imipramine: 10 – 50

mg tid

α-Adrenergik

agonis

Meningkatkan

kontraksi otot

polos urethra

Tipe stress

dengan

kelemahan

sphinter

Sakit kepala,

takikardi,

peningkatan

tekanan darah

Pseudofedrin: 15 – 30

mg tid

Phenylpropanolamine:

75 mg bid

Imipramine: 10 – 50

mg tid

Estrogen

agonis

Meningkatkan

aliran darah

periurethra

Tipe stress,

tipe urgensi

yang

berhubungan

dengan

vaginitis atropi

Kanker

endometrial,

peningkatan

tekanan darah,

batu saluran

kemih

Oral: 0,625 mg/hr

Topical: 0,5 – 1,0

gr/aplikasi

Kolinergik

agonis

Menstimulasi

kontraksi

vesica urinaria

Tipe luapan

atau overflow

dengan vesika

urinaria atonik

Bradikardi,

hipotensi,

bronkokontrik

si, sekresi

asam lambung

Bethanechol: 10 – 30

mg tid

α-Adrenergik

antagonis

Merelaksasi

otot polos

urethra dan

kapsul prostat

Tipe luapan

dan urgensi

yang

berhubungan

dengan

pembesaran

prostat

Hipotensi

postural

Tetrasozine: 1 – 10

mg/hr

Pembedahan

Pembedahan merupakan pilihan terakhir untuk masalah inkontinensia yang tidak berhasil

diatasi dengan teknik latihan perilaku maupun obat-obatan. Dapat juga merupakan

14

Page 15: makalah Blok 13

pilihan penderita sendiri. Beberapa tindakan pembedahan antara lain adalah

spincterectomi, operasi prostat atau operasi pada prolaps rahim.

Modalitas lain

Selain itu, terdapat produk-produk untuk inkontinesia ini dapat diberikan sebagai

pelengkap terapi untuk meningkatkan kenyamanan dan percaya diri. Contoh-contoh

produk tersedia antara lain:

- Penyerap: Menyerap dan menampung bocoran urin.

- Stimulasi elektrik: Merangsang syaraf pudendus, mengakibatkan kontaksi maksimal

otot dasar panggul dan relaksasi otot detrusor.

- Pessarium: Mengurangi/ mencegah prolaps rahim.

- Klem penis: Untuk penderita sehabis operasi prostat dan masih ada kebocoran urin

saat aktifitas. Klem dibuka saat mau berkemih dan waktu tidur.

- Kateter: Ada tiga macam cara kateterisasi pada inkontinensia urin

Kateterisasi luar

Kateterisasi intermiten

Kateterisasi secar menetap

Komplikasi

Morbiditas yang berhubungan dengan inkontinensia urin termasuk jatuh dan attendant

fracture, infeksi kulit dan pressure ulcers. Yang paling penting adalah dampak masalah

inkontinensia urin ini pada domain kualitas hidup, termasuk tekanan psikologis (penurunan harga

diri, khawatir tentang keberkesanan strategi mengatasi masalah inkontinensia urin), gangguan

interaksi sosial (di tempat kerja, waktu luang) dan keterbatasan aktifitas. 5

Prognosis

Sebagian besar pasien dengan inkontinensia urin akan mengalami peningkatan dengan

adanya pengobatan. Keparahan inkontinensia urin yang mungkin akan makin meningkat dari

waktu ke waktu masih belum jelas. Terdapat penemuan di mana kontraksi involunter otot

detrusor pada lansia yang sehat meningkatkan kemungkinan bahwa overactivity detrusor dapat

15

Page 16: makalah Blok 13

berkembang dari waktu ke waktu. Namun, inkontinensia urin bisa memburuk bila terjadi

kegagalan mekanisme kompensasi (misalnya, fungsi sfingter uretra pada wanita), komorbiditas

meningkat, dan disebabkan oleh beberapa obat.

Inkontinensia adalah penyakit umum tetapi bukanlah suatu perkara yang normal bagi

lansia dan semua lansia harus langsung ditanya mengenai gejala traktus bagian bawahnya.

Evaluasi mengenai fungsional, komorbiditas, pengobatan, dan faktor keseimbangan

cairan bisa memicu maupun memperburuk inkontinensia. Terapi perilaku adalah efektif untuk

berbagai pasien, terutama ia ditargetkan pada status kognitif dan fungsional pasien. Selain itu,

kombinasi terapi perilaku dan obat lebih efektif berbanding dengan satu jenis terapi saja. Namun

begitu, pembedahan tetap menjadi pilihan yang paling efektif bagi wanita lansia yang mengalami

inkontinensia urin tipe stress. 5

Pencegahan

Penghindaran dan perawatan faktor resiko dan faktor yang berhubungan dengan

inkontinensia urin mungkin bisa membantu untuk mencegah masalah ini. Terdapat beberapa ahli

yang menyarankan strategi umum seperti tidak menahan diri dari berkemih untuk waktu yang

lama, mengelakkan minuman diuretik, pemanis buatan dan asupan cairan yang berlebihan serta

mengendalikan konstipasi. 6

Kesimpulan

Inkontinensia urin merupakan keluhan yang banyak dijumpai pada lanjut usia.

Prevalensinya meningkat dengan bertambahnya umur, lebih banyak didapatkan pada wanita dan

pada penderita-penderita lanjut usia yang dirawat pada bangsal akut. Menjadi lanjut usia tidak

menyebabkan inkontinensia, tetapi beberapa perubahan berkaitan dengan proses lanjut usia dan

keadaan patologik dapat mendukung terjadinya inkontinensia urin.

Pengelolaan dari inkontinensia urin dimulai antara lain dengan membedakan apakah

secara garis besar penyebabnya dari segi urologik atau masalah neurologik. Kemudian penting

untuk diketahui apakah inkontinensia tadi secara akut atau kronik. Inkontinensia urin mempunyai

kemungkinan besar untuk disembuhkan, terutama pada penderita dengan mobilitas dan status

mental yang cukup baik.

16

Page 17: makalah Blok 13

Pada kasus yang diberikan, wanita 70 tahun tersebut dalam keadaan status mental yang

baik. Pada pemeriksaan tanda vital juga didapatkan hasil yang normal. Wanita tersebut telah

diduga menderita inkontinensia urin tipe campuran karena ketidakmampuannya untuk menahan

diri dari berkemih sebelum sampai ke WC dan sering terkencing-kencing tanpa sadar saat ketawa

dengan bersemangat.

Daftar Pustaka

1. Nah YK, Hidayat D, Hudyono J, Santoso M. Buku panduan ketrampilan medik (skill-lab).

Jakarta (Indonesia): Fakultas Kedokteran Krida Wacana; 2010. h.58

2. Vitriana. Evaluasi dan manajemen medis inkontinensia urin. Indonesia: Fakultas Kedokteran

Universitas Padajajaran; 2002. h. 20-5

3. Santoso BI. Inkontinensia urin pada perempuan. Majalah Kedokteran Indonesia 2008; 258-

10.

4. Sudoyo AW. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Edisi 4. Jakarta (Indonesia): Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia;2006. h.1402-6.

5. Landefeld CS, Palmer RM, Johnson MA, Johnston CB, Lyons WL. Current geriatric

diagnosis and treatment. 1st ed. USA: McGraw Hill;2004.

6. Martono HH, Panarka K. Buku ajar geriatri. Edisi 4. Indonesia: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia;2009. h. 234-6

17