Makalah Blok 13 Bla
-
Upload
kevin-mitnick -
Category
Documents
-
view
48 -
download
1
description
Transcript of Makalah Blok 13 Bla
Tumbuh Kembang yang Kurang Baik pada Bayi
Jacob Benedick Sirait
102010287 (F2)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
*Alamat Korespondensi:
Jacob Benedick Sirait
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510
No Telp (021) 5694-2051 email: [email protected]
Pendahuluan
Pertumbuhan pada masa bayi adalah salah satu masa yang sangat penting pada suatu
individu, hal ini akan sangat memengaruhi individu tersebut kelak pada hari dewasanya.
Pertumbuhan pada masa bayi bisa dikatakan cukup cepat, kemudian berangsur melambat dan
kemudian mengalami percepatan kembali saat masa remaja. Kurangnya perhatian terhadap
masalah pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat membawa dampak yang buruk, di mana
dapat timbulnya berbagai hal-hal yang tidak diinginkan, baik itu pada fisik maupun mental
individu tersebut. Karena itu, pada dasarnya ada suatu kepentingan bagi suatu profesi seperti
dokter untuk memberikan penyuluhan kepada para orang tua untuk menyadari pentingnya
pemberian hal-hal yang sangat dibutuhkan anak mereka demi tercapainya suatu proses
tumbuh-kembang yang optimal.
Kebutuhan Dasar Bayi “ASUH, ASIH, ASAH”
Orang tua pada dasarnya wajib memberikan informasi, dukungan, makanan dan hal –
hal lainnya yang menjadi dasar bagi pertumbuhan anaknya. Usia yang berbeda akan
membutuhkan kebutuhan yang berbeda pula. Ada beberapa kategori yang dapat di pisahkan
dalam konteks kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan akan makanan atau energy-energy yang
dibutuhakan oleh tubuh anak supaya dapat bertumbuh dengan maksimal, kebutuhan akan
perkembangan emosional dari anak, yaitu dengan memberikan kasih saying dan pelajaran-
pelajaran lainnya, dan kebutuhan untuk membimbing anak menjadi pribadi yang siap
menatap masa depannya dengan kekuatannya sendiri. Hal-hal tersebut bisa dikatakan tidak
lah gampang, tetapi tentu saja dapat dilakukan dan harus dilakukan.1
Asuh pada dasarnya berhubungan dengan hal-hal seperti memberikan kebutuhan
dasar bagi perkembangan tubuh anak secara optimal, baik dengan makanan yang bergizi
maupun dengan memberikan imunisasi bagi anak untuk membangun kekebalan terhadap
beberapa penyakit tertentu. ASIH berhubungan dengan pemberian hal-hal yang berguna
untuk merangsang pertumbuhan anak akan kebutuhan emosional, sehingga emosional anak
dapat berkembang dengan normal. Hal ini yang akan membentuk pribadi anak tersebut kelak.
Lalu “ASAH” yang merupakan pemberian bekal pembelajaran untuk mengasah anak
menggunakan kemampuan berpikir mereka. Mereka di ajak untuk mulai berpikir akan
sekelilingnya, di minta untuk mulai bisa bertindak sesuai dengan apa yang diinginkannya,
tapi tetap mengikuti kaidah yang berlaku. Hal ini tentu saja harus mendapat bimbingan yang
sangat ketat, baik dari keluarga, sekolah, bahkan dari intitusi keagamaan yang di anut.
Termpramen dan Pengaturan Diri
Salah satu peristiwa yang sering dijumpai pada praktik pediatric adalah pujian atau
kekecewaaan orang tua dalam menemukan bahwa betapa berbedanya kepribadian dan
perilaku anak pertama dan anak kedua. Pada keluarga dengan lebih dari 1 anak, satu anak
dapat sangat mudah mengalamai patah tulang, jatuh dari tempat tinggi, mengalami ruam yang
tidak lazim, atau suatu rangkaian infeksi telinga dan selesma yang tampak tidak ada habisnya.
Satu anak dapat sangat terbuka, sementara anak yang lain bersifat takut-takut dan menarik
diri. Seorang anak perempuan dapat merupakan atlet hebat, sementara anak laki-laki tidak
memiliki minat sama sekali terhadap olahraga. Dokter tentu saja mengenali adanya rentang
rasa takut mulai dari tenang diam hingga rebut, yang terjadi pada dimulainya pemeriksaan
fisik atau ketidaknyamanan imunisasi.1
Apresiasi terhadap perbedaan tempramen individual merupakan sesuatu yang penting
dalam praktik pediatric, tidak hanya karena dampaknya pada perkembangan serta perilaku,
tetapi juga karena kemungkinan kaitannya dengan kesehatan mental sekaligus fisik. Sebagai
contoh, anak prasekolah dengan rasa malu ekstrem dapat berada pada risiko yang lebih tinggi
untuk mengalamai ganggauan ansietas pada masa kanak-kanak pertengahan atau untuk
mengalami gangguan panic dan agoraphobia( ketakutan berada pada ruangan yang besar atau
terbuka) sebagai orang dewasa.
Kemampuan mengenal dan mengontrol “warna” emosi pada peristiwa yang terjadi di
lingkungan merupakan prestasi kritis dini pada perkembangan. Interaksi bayi dengan
permberi perawatan, terutama dengan ibu mereka, tampaknya membimbing dan membentuk
pengalaman serta ekspresif afektif dalam bulan-bulan pertama kehidupan. Nanti seiring
berjalannya maturasi, pengaturan pengalaman emosional menjadi terlepas dari pemberi
perawatan dan lebih dapat dijangkau oleh control diri anak yang tengah muncul. Pada tahun-
tahun mendatang, perbedaan kemampuan pengaturan diri individual semacam itu muncul
sebagai sebuah penentu penting terhadap kesejahteraan mental dan fisik. Pada masa yang
dapat dikatakan sebagai masa pra-ilmiah dua setengah abad yang lalu, Sydenham menulis
bahwa penyebab “gangguan cemas” mungkin terletak pada “tempramen tubuh yang diberikan
oleh alam”.1
Kelekatan dan Individualisme
Ikatan awal dan kelekatan yang terus berkembang yang merupakan cirri khas
hubungan bayi-pemberi perawatan memiliki dasar biologi yang kuat. Seperti dijelaskan oleh
Bowlby, bayi baru lahir dan orang tua mereka telah terprogram secara genetic untuk
membentuk kelekatan yang kuat antara satu sama lain. Bayi muda lebih memilih berespons
pada bayangan wajah manusia dan pada suara bernada tinggi milik seorang ibu. Sebaliknya,
pemberi perawatan memiliki ketertarikan alami terhadap “magnetism” senyum seorang bayi
dan urgensi tangisannya. Perilaku kelekatan mendasar ini telah ditemukan dalam beragam
konfigurasi keluarga dan melewati suatu rentang budaya yang luas.1
Dengan demikian, jika seorang anak kecil dan pemberi perawatannya saling
memahami satu sama lain, interaksi mereka akan bersifat adaptif. Selama tahun-tahun awal
kehidupan seorang bayi, sejumlah besar tanggung jawab untuk mendorong suatu hubungan
yang harmonis terletak pada kemampuan pemberi perawatan membaca sinyal serta respons
bayi secara benar. Apabila respon pemberi perawatan berkontak dapat diramalkan dan sejalan
dengan perasaan bayi, anak kecil tersebut akan mengalami perasaan awal berupa keamanan,
keefektifan personal, dan rasa berharga yang positif. Hal ini menghasilkan apa yang disebut
sebagai “kepercayaan dasar” oleh Erikson, atau fenomena yang kemampuan diramalakan dari
luar menyebabkan rasa pasti dari dalam. Bagi orang tua kemampuan membaca sinyal dari
bayi mereka merupakan pengalaman yang luar biasa dan tidak perlu mendapat bimbingna
dari professional, tapi adakalanya juga mengalamai kesulitan karena bayi mereka yang tidak
mampu untuk merespon atau pun susah di baca karena premature, gangguan neurologi,
penyakit kronis, maupun gaya tempramen yang ekstrem.1
Selama 6 bulan pertama kehidupan, sebagian besar bayi berespon secara positif
terhadap siapapun, pada 6 bulan kedua, mereka mulai mencari kedekatan dengan pemberi
perawatan primer mereka, dan setelah 2 tahun, anak akan mulai melakukan pelepasan secara
bertahap terhadap pemberi perawatan mereka, dan mulai menyadari keadaan terpisahnya dan
memperlihatkan berbagai derajat perilaku kecemasan terhadap keadaan terpisah ini, dan
setelah 3 tahun mereka sudah mulai dapat mentolerir ketidakadaan pemberi perwatan primer
dan mulai bisa menerima kehadiran orang dewasa yang tidak dikenal tanpa banyak kesulitan.1
ASI pada bayi sebagai makanan dasar awal
Menyusui merupakan praktik pemberian makanan pada bayi yang dipengaruhi oleh
berbagai factor social, budaya, ilmiah, dan komersial, telah sangat bervariasi selama separuh
abad ini. Ketrsediaan makanan/susu formula bayi yang dari segi gizi cukup baik telah
member orang tua lebih banyak pilihan dan keleluasaan dalam member makan bayi mereka.
Namun bagaimanapun, keunggulan gizi, imunologik, dan psikologik ASI tetap tidak
tergoyahkan. Keputusan utnuk memberikan ASI atau susu botol biasanya dibuat sebelum
bayi lahir sehingga hal ini menjadi topic yang penting untuk didikusikan selama kunjungan
prenatal. Dokter harus mempromosikan manfaat menyusui dengan memberikan informasi,
menyingkirkan kesalahan anggapan dan membatu orang tua memperjelas perasaan serta sikap
mereka mengenai pemberian makan bayi. 1
Pengisapan oleh neonates akan merangsang hipofisis ibu mengeluarkan prolaktin
serta oksitosin, yang kemudian merangsang produksi dan pelepasan ASI. Kadar prolaktin
dipertahankan oleh drainase payudara yang adekuat dan mungkin dipengaruhi secara negative
oleh berbagai factor misalnya pemakaian obat tertentu, kelelahan orang tua, dan stress.
Pengeluaran oksitosin dan reflex ejeksi susu selanjutnya terjadi sebagai respons terhadapap
pengisapan oleh bayi dan ditingkatkan oleh istirahat, rasa hangat, atmosfer yang tenang, dan
kesenangan ketika menatap dan mendengar suara bayi. Pengeluaran oksitosin mungkin
dihambat oleh rasa nyeri, malu, teralihnya perhatian, dan rasa lelah.
Selama beberapa hari pertama postpartum, bayi mendapat kolostrum dalam jumlah
sedikit tetapi kaya mengandung antibody. Rutinitas menyusui yang suboptimal selama
periode ini jarang menggangu keberhasilan akhir penyusuan. Orang tua yang ingin sekali-
sekali memberikan suplementasi penyusuan dengan susu botol sebaikknya menunggu
beberapa minggu sampai pola menyusui sudah terbentuk. Gerakan mulut dan lidah yang
digunakan dalam menyusui berbeda dan lebih intensif daripada ketika meminum susu dari
dot. 1
Pemberian makanan formula, vitamin, dan peningkatan ke makanan padat
Bagi orang tua yang memilih untuk tidak menyusui anaknnya, tersedia beragam susu/
makanan formula. Orangtua harus diberi tahu mengenai kemiripan serta perbedaan di antara
berbagai formula, penyiapan , dan penyimpanan yang benar, dan apa yang diharapkan dalam
hal frekuensi serta jumlah pemberian.
Sebagian besar formula komersial yang dirancang berasal dari susu sapi, yang terdiri
dari susu skim yang direkonstruksi atau susu sapi, yang terdiri atas susu skim dengan
tambahan protein whey. Sumber karbohidrat adalah laktosa, meskipun sebagian juga
menambahkan pati, atau karbohidrat kompleks. Kandungan lemak terdiri atas campuran
minyak nabati yang dapat dicernadan diserap secara lebih baik dibandingkan lemak alami
susu. Komposisi formula ini dianggap mampu menjadi alternative gizi yang adekuat terhadap
ASI.1
Seperti menyusui, orang tua didorong untuk member makan sesuai keinginan bayi.
Sebagian besar neonates akan meminum 60-90 gram pada setiap 2-3 jam dan jangan
dibiarkan lebih dari 5 jam tanpa minum. Bayi yang mendapatkan susu formula biasanya akan
kehilangan berat badan sebanyak kurang dari 8% berat lahirnya, dan kembali memperoleh
berat mereka pada hari ke tujuh sampai kesepuluh. Bayi pada usia enam bulan setidaknya
sudah meminum kurang dari 900 gram susu formula perhari dalam kombinasi dengan
makanan padat, dan kalori dari susu formula tidak boleh melebihi 65% jumlah asupan total.1
Bayi yang sehat tidak dianjurkan untuk mendapatkan suplementasi vitamin rutin
terlebih apabila bayi tersebut tidak memiliki factor risiko spesifik untuk defisiensi. Karena
formula komersial sudah diperkuat dengan vitamin dan mineral, bayi aterm yang mendapat
susu formula tidak memerlukan suplementasi tambahan. Secara alamiah, ASI kaya
mengandung vitamin A serta C. walaupun kadar vitamin D ASI rendah, rakitis jarang terjadi
pada bayi yang mendapat ASI. Suplementasi vitamin D dianjurkan pada bayi yang meminum
ASI apabila ibu kurang mengandung vitamin D atau bayi kurang terpajan pada sinar matahari
karena warna kulit yang sangat gelap atau pemajanan cahaya matahari yang tidak memadai.
Devisiensi vitamin B12 juga dapat terjadi pada bayi yang menapat ASI apabila ibu bayi
merupakan vegetarian yang ketat.1
Apabila bayi tidak mendapat besi dari makanan, bayi aterm mulai kehilangan
simpanan besi mereka pada usia 4 bulan. Bagi semua bayi kecuali yang mendapat ASI
eksklusif, suplementasi besi dari satu atau lebih sumber, misalnya formula bayi, serealia yang
diperkuat besi, atau tetes fero sulfat, harus dimulai pada usia 4 sampai 6 bulan pada bayi
aterm dan 2 bulan pada bayi premature. Walaupun kandungan besi di dalam ASI lebih rendah
daripada dalam susu formula, bayi aterm yang mendapat ASI eksklusif tidak memerlukan
tambahan sumber besi karena sumber besi di dalam ASI memiliki bioavailibilitas yang lebih
besar. Namun, saat makanan padat dimulai dan asupan ASI berkurang, diindikasikan untuk
member makanan yang kaya mengandung besi, seperti pada anak yang mendapat susu
formula. Bayi premature yang mendapat ASI harus mendapat tetes besi setelah 2 bulan.1
Pada 4 bulan pertama, pemberian makanan padat tidak dianjurkan karena enzim-
enzim dalam saluran pencernaan belum cocok mencerna karbohidrat kompleks, pati, dan
protein, dan usus imatur yang memungkinkan melintasnya makromolekul menembus sawar
usus, mungkin menyebabkan bayi mudah alergi di kemudian hari.pada usia 406 bulan kepala
dan control oromotorik bayi sudah cukup berkembang untuk secara aktif ikut serta
menunjukkan kapan mereka lapar atau kenyang. Pada awalnya jumlah makanan yang
dikonsumsi kurang penting dibandingkan pengalaman makan. Waktu untuk makan haruslah
menyenangkan, aman, santai, dan interaktif.
Pada usia 6 hingga 9 bulan, sebagian bayi sudah dapat duduk, memasukkan makanan
ke dalam mulut mereka dan memeganng sendok serta cangkir. Dengan latihan, pemakaian
cangkir dan sendok yang terkontrol biasanya tercapai pada usia 15 sampai 18 bulan.
Imunisasi untuk mendapatkan/ meningkatkan imunitas tubuh
Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara
memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia. Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka
kematian dan kesakitan serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Sasaran imunisasi adalah bayi (0-11 bulan), ibu hamil, anak dan
calon pengantin wanita. Imunisasi rutin secara dramatis telah menurunkan morbiditas dan
mortalitas akibat berbagai penyakit infeksi dan telah menjadi aspek penting dalam perawatan
kesehatan pediatric pencegahan. Untuk memaksimalakan efektivitas dan meminimalkan
toksisitas, rekomendasi mengenai jadwal, dosis, rute, dan tempat pemberian setiap imunisasi
harus diikuti. Penyuntikan subkutis dan intramuskularis biasanya diberikan pada paha atas
atau anterolateral pada bayi dan, apabila massa otot kurang memadai, di daerah deltoid pada
anak dan dewasa. 1-3
Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif terjadi apabila seseorang menerima antibodi atau produk sel dari orang lain
yang telah mendapat imunisasi aktif. Imunisasi pasif sendiri terdiri dari imunisasi pasif
alamiah dan buatan.
Imunisasi pasif alamiah:
Imunitas maternal melalui plasenta. Antibodi dalam darah ibu merupakan proteksi
pasif kepada janin. IgG dapat berfungsi sebagai antitoksik, antivirus, antibaktericial terhadap
H, influenza B atau S, agalacti B. Ibu yang mendapat vaksinasi aktif akan memberikan
proteksi pasif kepada janin dan bayi.2,3
Imunitas maternal melalui kolostrum. ASI mengandung berbagai komponen sistem
imun. Beberapa di antaranya berupa Enchancement Growth Factor untuk bakteri yang
diperlukan dalam usus atau faktor yang justru dapat menghambat tumbuhnya kuman tertentu
(lisozim, laktoferin, interferon, makrofag, sel T, sel B, granulosit). Antibodi ditemukan dalam
ASI kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum (ASI pertama setelah partus)3
Imnunisasi pasif buatan:
Immune Serum Globulin nonspesifik (Human Normal Immunoglobulin).
Imunisasi pasif tidak diberikan secara rutin, hanya diberikan dalam keadaan tertentu kepada
penderita yang terpajan dengan bahan yang berbahaya terhadapnya dan sebagai regimen
jangka panjang pada penderita dengan defisiensi antibodi.
Preparat dibuat dari plasma atau serum yang dikumpulkan dari donor sehat atau
plasenta tanpa memperhatikan sudah atau belum divaksinasi/dalam atau tidak dalam masa
konvalesen suatu penyakit. Preparat harus bersih dari virus Hepatitis dan HIV/AIDS.
ISG digunakan untuk imunisasi pasif terhadap berbagai penyakit atau perawatan
penderita imunokompromais dan keadaan tertentu. Juga diberikan kepada penderita purpura.3
Immune Serum Globulin spesifik. Plasma atau serum yang diperoleh dari donor
yang dipilih sesudah imunisasi atau booster atau konvalesen dari suatu penyakit. Preparat
dapat diperoleh dalam jumlah besar hasil dari plasmaferesis.3
Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah timbulnya antibodi sebagai respons terhadap rangsangan
antigen. 3 Dalam imunisasi aktif untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan vaksin
hidup/dilemahkan atau yang dimatikan. Vaksin yang baik harus mudah diperoleh, murah,
stabil dalam cuaca ekstrim dan nonpatogenik. Efeknya harus tahan lama dan mudah
direaktivasi dengan suntikan booster antigen. Imunisasi aktif yang alami didapatkan setelah
sakit, sedangkan imunisasi aktif yang buatan didapatkan melalui imunisasi/vaksinasi.
Jenis-Jenis Imunisasi
BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Manfaat imunisasi BCG adalah mencegah penyakit TBC. Merupakan kuman hidup
TBC yang sudah dilemahkan. Pemberian dilakukan pada bayi berumur 2 bulan atau lebih,
disuntikkan di intrakutan sebanyak 0,05 ml di pangkal lengan atas kanan atau pangkal paha
atas. Reaksi lokal timbul setelah 6-8 minggu berupa luka. Sembuhnya luka ini tergantung
pada berat badan dan besar luka. Kemudian luka ini akan menjadi sikatriks dan berubah
menjadi jaringan parut (scar).
DPT (Difteri-Pertusis-Tetanus)
Bermanfaat mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Pemberian dilakukan
sebanyak 6 kali, masing-masing saat berumur 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, 5 tahun (DT saja),
dan 10-12 tahun. Suntikkan diberikan di intramuskular lengan atas di muskulus deltoid atau
paha, sebanyak 0,5 ml. Reaksi yang muncul adalah demam.
Polio
Bermanfaat mencegah penyakit Poliomielitis. Diberikan dalam 2 macam, berupa
virus hidup yang sudah dilemahkan (vaksin sabin) diberikan secara oral 2 tt atau virus mati
(killed vaccine), disebut vaksin salk diberikan secara parenteral.
Pemberian dilakukan sebanyak 6 kali, masing-masing pada umur 2 bulan (bisa bersama
BCG), umur 3 bulan (bisa bersama DPT 1), umur 4 bulan (bisa bersama DPT 2), umur 5
bulan (bisa bersama DPT III), umur 1 tahun, umur masuk sekolah (5 tahun).
Campak/Measles/Rubella
Bermanfat untuk mencegah penyakit campak. Berupa virus hidup yang sudah
dilemahkan. Pemberian dilakukan pada bayi berusia 9 bulan. Disuntikkan di subkutan
sebanyak 0,5 ml. Reaksinya berupa demam ringan selama 5-7 hari setelah pemberian
imunisasi.
Hepatitis B (rekombinan)
Bertujuan untuk mencegah penyakit Hepatitis B. Diberikan berupa purified surfaced
virus. Disuntikkan di intamuskular sebanyak 0,5 ml. Pemberian dilakukan sebanyak 3 kali,
yang pertama adalah sesegera mungkin setelah kelahiran, yang kedua adalah 1 bulan setelah
suntikan pertama, dan yang ketiga adalah 6 bulan setelah suntikan pertama.
TIPA
Manfaatnya untuk mencegah penyakit demam tifoid dan demam paratifoid.
Disuntikkan di subkutan, dan diberikan sebanyak 3 kali. Yang pertama ketika berumur 21
bulan/lebih, yang kedua berumur 2 tahun/lebih, yang ketiga umur 5 tahun/lebih.
MMR (Measles-Mumps-Rubella)
Bermanfaat untuk mencegah penyakit campak, gondong, dan campak jerman. Usia
pemberian adalah 15-24 bulan/lebih. Disuntikkan di subkutan.
HIB
Bermanfaat untuk mencegah penyakit infeksi E.C Hemophilus influenzae tipe B
seperti meningitis, septisemia, selulitis, adtritis, epiglotis, dsb.
Diberikan pada anak usia :
0-6 bulan : 3x interval 1 bulan, buster umur 18 bulan
6-12 bulan : 2x interval 1 bulan, buster umur 18 bulan
12-60 bulan : 1x
Varicella (cacar air)
Manfaatnya untuk mencegah infeksi varisella. Disuntikkan di subkutan, diberikan
pada umur lebih dari 1 tahun, dan lakukan pengulangan di umur 18 tahun.
Tabel 1. Imunisasi Wajib yang Diberikan pada Bayi (0-11 bulan)4
Vaksin Pemberian Selang Waktu
Pemberian
(Minimal)
Umur Penyakit yang Bisa Dicegah
HB 0 1 kali - 0-7 hari Mencegah kerusakan hati
BCG 1 kali - 0-11 bulan Mencegah TBC
HB 1,2,3 3 kali 4 minggu 2-11 bulan Mencegah kerusakan hati
DPT
1,2,3
3 kali 4 minggu 2-11 bulan Mencegah:
Difteri (penyumbatan jalan napas)
Pertusis (batuk rejan/batuk 100
hari)
Tetanus
Polio
1,2,3
3 kali 4 minggu 2-11 bulan Mencegah polio (lumpuh layu pada
tungkai kaki & lengan tangan)
Campak 1 kali - 9-11 bulan Mencegah campak (radang paru,
radang otak, & kebutaan)
Tabel 2. Imunisasi pada Anak Sekolah Dasar Kelas I-VI, Calon Pengantin dan Ibu Hamil
Vaksin Pemberian Selang Waktu
Pemberian
(Minimal)
Umur Penyakit yang Bisa Dicegah
DT 2 kali 4 minggu Anak SD
Kelas I
Mencegah:
Difteri (penyumbatan jalan napas)
Tetanus
TT 2 kali 4 minggu Anak SD
Kelas VI
(wanita)
Mencegah tetanus toksoid
TT (Calon
pengantin)
2 kali 4 minggu Sebelum
menikah
Mencegah tetanus toksoid
TT (Ibu
hamil)
2 kali 4 minggu Mencegah tetanus toksoid
Pemeriksaan Antopometri dan Denver
Pemeriksaan Antopometri dan Pemeriksaan Denver merupakan pemeriksaan yang
sangat penting untuk memeriksa hubungan status gizi pada anak yang akan sangat
mempengaruhi baik pertumbuhan tubuh/ fisik dan pertumbuhan secara intelegensi. Keduanya
akan sangat berhubungan karena pertumbuhan fisik tentu saja secara langsung mempengaruhi
kemampuan intelegensi anak tersebut, baik itu motorik, ataupun perkembangan lainnya.
Antropometri
Secara umum antropometrik artinya ukuran tubuh manusia. ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometrik gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Hasil
pengukuran yang spesifik mengenai ukuran dan perubahan proporsi tubuh merupakan
indicator penting bagi status gizi. Pengukuran ini meliputi :5,6
1. Berat dan tinggi badan, dimana digunakan untuk menghitung indeks massa tubuh
pada orang dewasa ( berat/ tinggi 2), dan sebagai indicator tubuh kurus (wasting)
dan tubuh pendek (stunting) pada anak.
2. Lingkar bagian tubuh, dimana Lingkar lengan atas dapat menunjukkan gizi kurang
pada anak; rasio pinggang dan rasio panggul merupakan indicator adipositas
sentral pada orang dewasa.
3. Ketebalan lipatan kulit, merupakan ukuran jaringan adipose subkutan, dan jika
diukur pada tempat yang sesuai ( dipertengahan biseps, di pertengahan triseps,
subskapula, dan suprailiaka) dapat digunakan untuk menghitung persentase lemak
tubuh.
Ada juga factor-faktor yang mempengaruhi pengukuran antropometrik, yang dibagi
menjadi factor internal, yang terdiri dari factor genetic, obstrektik, dan gender. Ada juga
factor eksternal, seperti pola makan, obat-obatan, lingkungan, maupun penyakit.
Cara pengukuran Antropometri
Tinggi dan berat badan merupakan ukuran yang paling sering digunakan, karena
peralatan yang diperlukan relative sederhana dan tersedia secara luas. Timbangan badan,
stadiometer, dan alat pengukur tinggi badan jenis apapun harus dikalibrasi secara berkala.5
Pada anak, tersedia grafik pertumbuhan untuk mengeplot serangkaian hasil
pengukuran tinggi/panjang badan, berat badan, dan juga lingkar kepala selama pertumbuhan
dan perkembangan. Pertumbuhan harus mengikuti suatu persentil, dan penyimpangan yang
cukup besar perlu diselidiki lebih lanjut.
Lingkar kepala dihubungan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran tak
meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar kepala tidak
menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun ukuran otak dan lapisan tulang
kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi.
Tinggi lutut erat hubungannya dengan tinggi badan. Dapat digunakan untuk
mengukur tinggi badan seseorang dengan kelainan tulang sehingga tak dapat berdiri tegak.
Hal ini dapat dilakukan untuk melakukan pengukuran terhadap anak yang belum bisa berdiri,
atau kepada lansia yang sudah tidak dapat berdiri tegak.
Panjang/rentang depa, berhubungan erat dengan tinggi badan yaitu dapat
menggantikan tinggi badan bila tinggi badan actual tidak dapat diukur. Panjang/rentang depa
terutama berguna untuk menilai tinggi badan pada usia dewasa muda .
Panjang badan & tinggi badan, diterapkan dengan cara dimana untuk mengukur
panjang badan, subjek terlentang dan kemudian menggunakan pengukur panjang pada subjek
yang berusia dibawah 2 tahun. Dan tinggi badan diukur dengan berdiri bagi subjek yang
berusia di atas 2 tahun. Namun cara ini harus diperlakukan dengan sangan hati-hati karena
ada perbedaan antara etnik dan genetic.
Berat badan, digunakan untuk menunjukkan jumlah otot, lemak, air, mineral massa
tulang. Ada baiknya pengukuran dilakukan setelah subjek buang air besar dan sebelum
makan untuk mencegah hasil yang tidak maksimal.
IMT ( Indeks Massa Tubuh) digunakan dalam komparasi internasional, tetapi
memang memiliki kelemahan:
1. Hubungan antara kelebihan berat dan deposit lemak mungkin tidak berlaku bagi
individu berotot.
2. Pada subjek yang lebih tua (lansia), berkurangnya tinggi badan dapat memberikan
hasil pengukuran yang tidak tepat.
IMT digunakan cenderung terhadap orang dewasa, dengan menggunakan tinggi dan
berat badan, dengan cara membagi berat badan (kilogram) dengan tinggi6 (meter).
Kategori Kisaran IMT( kg/m2)
Berat badan kurang <18,5
Berat badan normal 18,5-22,9
Berat badan berlebih ≥23,0
Preobesitas 23,0-24,9
Obesitas 1 25,0-29,9
Obesitas 2 ≥30,0
Tabel 3. Klasifikasi IMT untuk asia pasifik (WHO IOTF 2003)
Lingkar pinggang, diukur pada titik pertengahan antara batas bawah tulang rusuk
dan Krista iliaka yang diambil pada akhir ekspirasi, mencerminkan adipositas visceral, dan
peka terhadap perubahan berat badan. Berdasarkan lingkar pinggang, telah didefinisikan
istilah level tindakan yang berkaitan dengan tingkat resiko terhadap kesehatan.
Lingkar panggul diukur pada bagian terbesar dari pantat, maka rasio antara lingkar
pinggang dan lingkar panggul dapat menunjukkan distribusi lemak tubuh antara daerah
sentral dan perifer. Rasio di atas 0,8 pada wanita dan 0,9 pada pria dijadikan sebagai patokan
obesitas abdomen diamana semakin tinggi nilainya, semakin tinggi tingkat resikonya.
Lingkar lengan atas (LiLA) adalah ukuran lingkar pada titik pertemgahan lengan
atas, yang digunakan bersama hasil pengukuran lemak tubuh subkutan ( menggunakan
ketebalan lipatan kulit pada pertengahan triseps) untuk mengukur lingkar otot lengan, dan
dengan demikian dapat menunjukkan kondisi tubuh yang kurus.5,6
Level Tindakan Lingkar Pinggang Lingkar pinggang
- Wanita - Pria
Normal < 80 cm <94 cm
Level 1- tidak ada kenaikan 80- 88 cm 94-102 cm
berat badan lebih lanjut
Level 2- resiko tinggi , perlu >88 cm >102 cm
nasihat medis
Tabel 4. Level tindakan untuk penurunan berat badan, berdasarkan lingkar pinggang.
Sumber : At a Glance Ilmu Gizi
Test skrining perkembangan menurut denver (denver developmental screening
test/DDST)
Denver II (DDST II) adalah revisi utama dari standarisasi ulang dari Denver
developmental screening Test (DDST) dan Revised Denver Developmental Screening Test
(DDST-R). DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak.7
Tujuan dari DDST II adalah untuk mengetahui dan mengikuti proses perkembangan anak
dan untuk mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan perkembangan.
Manfaat dari DDST II adalah untuk mengetahui tahap perkembangan yang telah dicapai
anak, untuk menemukan adanya keterlambatan perkembangan anak sedini mungkin, dan
untuk meningkatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak untuk berusaha menciptakan
kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan anak.8
DDST II terdiri dari 2 tahap, yaitu:
- Tahap pertama : secara periodic dilakukan pada semua anak yang berusia :
3 – 6 bulan
9 – 12 bulan
18 – 24 bulan
3 tahun
4 tahun
5 tahun
- Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan
pada tahap pertama, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostic yang lengkap.7
Ada 125 tugas perkembangan yang dinilai, yang dikelompokkan menjadi 4 sektor, yaitu :
1. Sektor personal social.
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungan.
2. Sektor gerakan motor halus.
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh tertentu yang dilakukan otot-
otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Contohnya koordinasi mata, tangan,
memainkan, menggunakan benda-benda kecil.
3. Sektor bahasa.
Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara
spontan.
4. Sektor gerakan motor kasar.
Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya memerlukan
tenaga karena dilakukan otot-otot besar. Contohnya duduk, melompat, berjalan, dll.
Persiapan yang dilakukan saat akan melakukan tes Denver:8
1. Usahakan test perkembangan dilakukan pada tempat yang tenang / tidak bising, dan
bersih.
2. Sediakan meja tulis dengan kursinya dan matras.
3. Formulir Denver.
Sumber, images.google.com
4. Mengkaji kegiatan anak yang meliputi 4 sektor yang dinilai.
5. Dekat dengan anak.
6. Menjelaskan pada orang tua bahwa DDST bukan test IQ.
7. Lingkungan diatur supaya anak merasa nyaman dan aman selama dilakukan test.
Alat –alat yang digunakan : 8
1. Gulungan benang wol merah (diameter 10 cm)
2. Kismis/manik-manik
3. 10 buah kubus warna merah, kuning, hijau, biru 2,5 cm x 2,5 cm
4. Kerincing dengan gagang yang kecil
5. Botol kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm
6. Bel/lonceng kecil
7. Bola tennis
8. Pensil merah
9. Boneka kecil dengan botol susu
10. Cangkir plastic dengan gagang / pegangan
11. Kertas kosong
Prosedur yang harus dilakukan :8
1. Sapa orang tua / pengasuh anak dengan ramah.
2. Jelaskan maksud dan tujuan test DDST pada orang tua.
3. Buat komunikasi yang baik dengan anak.
4. Hitung umur anak dan buat garis umur.
- Instruksi umum : catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal pemeriksaan pada formulir.
- Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir.
5. Bila anak lahir prematur, koreksi factor prematuritas. Untuk anak yang lahir lebih dari 2
minggu sebelum tanggal perkiraan dan berumur kurang dari 2 tahun, maka harus
dilakukan koreksi.
6. Tarik garis umur dari atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung atas
garis umur. Formulir Denver dapat digunakan untuk beberapa kali, gunakan garis umur
dengan warna yang berbeda.
7. Siapkan alat yang dapat dijangkau anak, beri anak beberapa mainan dari kit sesuai dengan
apa yang ingin ditestkan.
8. Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan dimulai dari sektor yang
paling mudah dan dimulai dengan tugas perkembangan yang terletak disebelah kiri garis
umur, kemudian dilanjutkan sampai ke kanan garis umur.
- Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling dekat disebelah
kiri garis umur serta tiap tugas perkembanagan yang ditembus garis umur.
- Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba pada langkah i (gagal /
menolak / tidak ada kesempatan), lakukan uji coba tambahan kesebelah kiri garis umur
pada sektor yang sama sampai anak dapat ”lulus” pada 3 tugas perkembangan.
- Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkembangan pada langkah i, lakukan
tugas perkembangan tambahan kesebelah kanan garis umur pada sektor yang sama
sampai anak :gagal” pada 3 tugas perkembangan.
9. Beri skor penilaian dan catat pada formulir DDST.
Hal – hal yang perlu diperhatikan8
1. Selama test berlangsung, amati perilaku anak. Apakah ada perilaku yang khas,
dibandingkan anak lainnya. Bila ada perilaku yang khas tanyakan kepada orang tua /
pengasuh anak, apakah perilaku tersebut merupakan perilaku sehari-hari yang dimiliki
anak tersebut.
2. bila test dilakukan sewaktu anak sakit, merasa lapar dll, dapat memberikan perilaku yang
mengahambat test.
3. Mulai dengan menyuruh anak melakukan yang mudah untuk memberi rasa percaya diri
dan kepuasan orang tua.
4. Memberikan pujian walaupun gagal melakukan.
5. Jangan bertanya yang mengarah ke jawaban.
6. Intepretasi harus dipertimbangkan sebelum memberitahu orang tua bahwa test hasil
normal atau abnormal.
7. Tidak perlu membahas setiap item pada orang tua.
8. Pada akhir test, tanyalah orang tua apakah penampilan anak merupakan kemampuan atau
perilaku pada waktu lain.
Penilaian7,8
1. Passed atau lulus (P/L). Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu / pengasuh anak
memberi laporan (tepat / dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya).
2. Failure atau gagal (F/G). Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau ibu /
pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat melakukannya dengan
baik.
3. Refuse atau menolak (R/M). Anak menolak untuk melakukan uji coba. Penolakan dapat
dikurangi dengan mengatakan kepada anak “apa yang harus dilakukan”, jika tidak
menanyakan kepada anak apakah dapat melakukannya (uji coba yang dilaporkan oleh
ibu / pengasuh anak tidak diskor sebagai penolakan).
4. By report berarti no opportunity (tidak ada kesempatan). Anak tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai
pada uji coba dengan tanda R.
Dalam pelaksanaan skrining dengan DDST ini, umur anak perlu ditetapkan terlebih
dahulu, dengan menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu
tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah dan sama
dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
Perhitungan umur adalah sebagai berikut:
Misalnya budi lahir pada tanggal 23 mei 1992 dari kehamilan yang cukup bulan dan tes
dilakukan pada tanggal 5 oktober 1994, maka perhitungannya sebagai berikut:
1994 – 10 – 5 (saat tes dilakukan)
1992 – 5 – 23 (tanggal lahir budi)
-------------------------- -
2 – 4 – 12
Umur budi adalah 2 tahun 4 bulan 12 hari, karena 12 hari lebih kecil dari 15 hari, maka
dibulatkan ke bawah sehingga umur budi adalah 2 tahun 4 bulan. Kemudian di tarik garis
vertical pada formulir DDST yang memotong kotak – kotak tugas perkembangan pada ke
– 4 sektor. Tugas – tugas yang terletak di sebelah kiri garis itu, pada umumnya telah dapat
dikerjakan oleh anak – anak seusia budi. Apabila budi gagal mengerjakan beberapa tugas
– tugas tersebut (F), amka berarti suatu keterlambatan pada tugas tersebut. Bila tugas –
tugas yang gagal dikerjakan berada pada kotak yang terpotong oleh garis vertical umur,
maka ini bukan suatu keterlambatan, karena pada control lebih lanjut masih mungkin
terdapat perkembangan lagi. Begitu pula pada kotak – kotak di sebelah kanan garis umur.
Pada ujung kotak sebelah kiri terdapat kode – kode R dan nomor. Kalau terdapat kode R
maka tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tuanya, sedangkan bila terdapat
kode nomor maka tugas perkembangan di tes sesuai petunjuk dibaliknya formulir.
Interpretasi penilaian individual :8
1. Lebih (advanced)
Bilamana seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di kanan garis umur,
dinyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut.
Sumber, http://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/ddst-ii.pdf
2. Normal
Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan di sebelah kanan
garis umur di kategorikan sebagai normal
Sumber, http://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/ddst-ii.pdf
Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugas perkembangan
dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75 %, maka dikategorikan sebagai
normal.
Sumber, http://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/ddst-ii.pdf
3. Caution / peringatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan, dimana garis umur
terletak pada atau anatara persentil 75 dan 90 %.
Sumber, http://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/ddst-ii.pdf
4. Delay / keterlambatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji coba yang terletak lengkap
disebelah kiri garis umur.
Sumber, http://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/ddst-ii.pdf
5. No opportunity / tidak ada kesempatan.
Pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan, orang tua melaporkan bahwa
anaknya tidak ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan tersebut. Hasil ini
tidak dimasukkan dalam mengambil kesimpulan.
Sumber, http://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/ddst-ii.pdf
Hasil- hasil Penilaian :8
1. Normal
- Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution.
- Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.
2. Suspect / di duga
- Bila didapatkan ≥ 2 caution dan / atau ≥ 1 keterlambatan.
- Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu, sambil melatih keterlambatannya.
3. Untestable / tidak dapat diuji
- Bila ada skor menolak pada ≥ 1 uji coba tertelak disebelah kiri garis umur atau menolak
pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75–90%.
- Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu.
Daftar Pustaka
1. Rudolph, AM. Buku ajar pediatric Rudolph. Jakarta : Penerbit EGC ; 2006. Hal 3-
285.
2. Efendi F, Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2009.
3. Baratawidjaja, Karnen Garna, Rengganis Iris. Imunologi dasar. Edisi VIII. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI; 2009, 559-619.
4. Depaetemen Kesehatan RI. Buku kesehatan ibu dan anak. Departemen Kesehatan RI
dan Japan International Cooperation Agency, Jakarta 2009.
5. Barasi ME. At a glance Ilmu gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h. 8-11.
6. Fatmah SKM. Gizi usia lanjut. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2010.h. 36-50.
7. Soetjiningsih, Ranuh NG. Tumbuh kembang anak. 1th ed. Jakarta: EGC;1995.p…
8. Denver Development Screening Test II, di unduh dari
http://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/ddst-ii.pdf tanggal 15 Januari 2012.
9.