Makalah 4 Ger Bph

54
DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1 BAB I : PENDAHULUAN 2 BAB II : LAPORAN KASUS 3 BAB III : PEMBAHASAN 4 BAB IV : TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB V : KESIMPULAN 36 DAFTAR PUSTAKA 37 1

description

bph

Transcript of Makalah 4 Ger Bph

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI1BAB I: PENDAHULUAN2BAB II: LAPORAN KASUS3 BAB III: PEMBAHASAN4BAB IV: TINJAUAN PUSTAKA13BAB V: KESIMPULAN36DAFTAR PUSTAKA37

BAB IPENDAHULUAN

Diskusi modul GER, kasus pertama ini dengan judul Seorang Laki-Laki Usia 69 Tahun dengan Keluhan Tidak Bisa Kencing, Perut Kembung, dan Kepala Pening. Diskusi sesi 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 11 Juni 2013 pukul 08.00 - 10.00, dilanjutkan dengan sesi 2 yang dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Juni 2013 pukul 10.00 - 12.00.Diskusi sesi 1 dipimpin oleh Margo Sebastian dengan Sally Kartika sebagai sekretaris dan jalannya sesi 2 dipimpin oleh Margo Sebastian dengan Heidi Angelika sebagai sekretaris. Diskusi ini dibimbing oleh dr. Sukamto sebagai tutor sesi pertama dan dr.Elliyati sebagai tutor sesi kedua. Kedua diskusi berjalan lancar dengan partisipasi seluruh anggota kelompok IV yang berjumlah 14 orang.Pada kasus ini, dibahas mengenai seorang laki-laki usia 69 tahun dengan keluhan tidak bisa kencing, perut kembung, dan kepala pening. Baik hari pertama maupun hari kedua, diskusi kelompok IV dapat berjalan lancar dan tepat waktu. Semua anggota yang berjumlah 14 orang ikut berpartisipasi dengan memberikan pendapatnya masing-masing sehingga kami dapat menyelesaikan kasus tersebut.Demikianlah makalah ini kami susun sebaik-baiknya dengan segala kekurangan dan kelebihan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.

BAB IILAPORAN KASUS

Tn. Hadi 69 thn datang di UGD, di mana Anda bertugas dengan keluhan, baru datang dari Jogja dengan kereta api, semalam hingga kini, tidak bisa kencing, perut kembung, kepala pening.Pada pemeriksaan didapatkan : Pasien sadar, gizi cukup, konjungtiva agak anemis, nadi : 80x/m, pernapasan : 20x/m, tensi : 150/90 Abdomen : agak membuncit, teraba tumor di atas simfesis hingga pusat fluktuasi (+), redup, ballotemen (+), bising usus (+). Extremitas : pretibial udem (+)Pemeriksaan LAB :HB: 9 %Leko : 6.000Psa: 10 ng/mlUreum: 50

Pemeriksaan colok dubur setelah kateterisasi Sfinkter baik Mukosa licin dapat digunakan Teraba prostat membesar simetris Kenyal, permukaan licin, sulcus (+) Darah (-)

BAB IIIPEMBAHASANIDENTITAS PASIENNama: Tn. HadiUmur: 69 tahunJenis Kelamin: Laki-lakiAlamat: -Pekerjaan: -Status Pernikahan: -Keluhan utama:Semalam hingga kini, tidak bisa kencing, perut kembung dan kepala pening.Riwayat Penyakit Sekarang1. Bagaimana aliran saat berkemih ?2. Apakah membutuhkan waktu yang lama saat berkemih ? Perlu mengejan atau tidak ?3. Apakah setelah berkemih merasa tuntas ?4. Apakah terasa nyeri saat berkemih ?5. Apakah ada nokturia ?6. Bagaimana frekuensi berkemih sebelumnya ?7. Apakah terdapat keluhan lain ? Demam ?8. Apakah pasien pernah mengalami trauma?9. Apakah sebelumnya pasien menjalani operasi ?10. Apakah saat ini pasien sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu ?Riwayat Penyakit Dahulu1. Apakah pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya ?2. Apakah pasien memiliki riwayat penyakit DM ?Riwayat Kebiasaan 1. Apakah pasien sering mengkonsumsi alkohol ?DAFTAR MASALAH DAN HIPOTESISNoDaftar MasalahDasar MasalahHipotesis

1.Tn.Hadi, 69 tahunAnamnesis;Menurut WHO, usia pasien dalam kategori lanjut usia (64-75 tahun).Faktor resiko berbagai masalah pada geriatri.

2.Semalam hingga kini, tidak bisa kencing, perut kembung, kepala pening.Anamnesis; Keluhan tidak bisa miksi yang dialami pasien akut. Perut kembung terjadi karena adanya penumpukan gas di dalam perut. Kepala pening, kemungkinan dapat disebabkan oleh berkurangnya perfusi oksigen ke otak. Retensi urin akut. Gangguan pada saluran pencernaan seperti dispepsia. Anemia. Hipertensi/hipotensi.

PEMERIKSAAN FISIKStatus Generalis: -Tanda VitalNoPemeriksaanNilai normalHasilInterpretasi

1Tekanan darah120/80 mmHg150/90 mmHgHypertension grade 1

2Nadi60 100/menit80x/menitNormal

3Pernafasan16 20 / menit20x / menitNormal

Gizi cukup

Status Lokalis1AbdomenMembucit ,redupRetensi urin

Menyebabkan pembesaran vesica urinaria sehingga pada saat pemeriksaan terabanya Vesica urinaria pada abdomen diatas simfisi pubis dengan fluktuasi + dan menyebabkan perkusi yang redup

Tumor diatas simfisi hingga pusat dengan fluktuasi +

Ballotemen +Pembesaran ginjal akibat adanya aliran balik dari vesica urinaria ke ginjal sehingga terjadi pembesaran ginjal

Bising usus +Tidak adanya kelainan pada usus

2.ekstremitasOedema pretibial Adanya penyakit ginjal dimana terjadi peningkatan cairan dan natrium dalam darah sehingga menyebabkan oedem pada daerah kaki juga preorbita Posisi statis yang lama sehingga terjadi penumpukan darah di vena (aliran darah vena kembali ke jantung menurun) sehingga menyebabkan oedema dan kelemahan pada kaki

PEMERIKSAAN PENUNJANGNo Hasil laboratoriumInterpretasi

1HB 9%Normal 13-16 % adanya anemia perlu melakukan pemeriksaan penyebab anemia

2Leukosit 6000Normal

3PSA 10 ng/mlNormal 50 mlGrade III: Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas + sisa urin > 150 ml.Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah, WHO menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut Skor Internasional Gejala Prostat atau I-PSS (International Prostatic Symptom Score).Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien.Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai dengan 5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7.Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu: - Ringan : skor 0-7- Sedang : skor 8-19- Berat : skor 20-35Timbulnya gejala LUTS merupakan menifestasi kompensasi otot vesica urinaria untuk mengeluarkan urin. Pada suatu saat otot-otot vesica urinaria akan mengalami kepayahan (fatique) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut.Faktor pencetusKompensasi Dekompensasi(LUTS) Retensi urin

International Prostatic Symptom ScorePertanyaanJawaban dan skor

Keluhan pada bulan terakhirTidak sekali 3 cm ke dalam rektum

2. Berdasarkan jumlah residual urinederajat 1 : derajat 2 : 50-100 mlderajat 3 : >100 mlderajat 4 : retensi urin total

3. Intra vesikal gradingderajat 1 : prostat menonjol pada bladder inletderajat 2 : prostat menonjol diantara bladder inlet dengan muara ureterderajat 3 : prostat menonjol sampai muara ureterderajat 4 : prostat menonjol melewati muara ureter

4. Berdasarkan pembesaran kedua lobus lateralis yang terlihat pada uretroskopi : derajat 1 : kissing 1 cmderajat 2 : kissing 2 cmderajat 3 : kissing 3 cmderajat 4 : kissing >3 cm

9. Komplikasi Perdarahan. Pembentukan bekuan Obstruksi kateter Disfungsi seksual tergantung dari jenis pembedahan. Stasis urin Infeksi saluran kencing (ISK) Batu ginjal Dinding kandung kemih trabeculation Otot detrusor hipertrofi Kandung kemih divertikula dan saccules Stenosis uretra Hidronefrosis Paradoks (overflow) inkontinensia Gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronis Akut postobstructive diuresis Komplikasi yang lain yaitu perubahan anatomis pada uretra posterior ejakulasi retrogard yaitu setelah ejakulasi cairan seminal mengalir kedalam kandung kemih dan diekskresikan bersama urin. penyebaran infeksi dari uretra prostatik melalui vas deference dan ke dalam epidedemis. hampir selalu terjadi impotensi. Bagi pasien yang tak mau kehilangan aktifitas seksualnya, implant prostetik penis mungkin digunakan untuk membuat penis menjadi kaku guna keperluan hubungan seksual. Kandung kemih yang tidak terkuras sepenuhnya meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (cystitis).

10. PenatalaksanaanHiperplasi prostat yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan menyebabkan penderita datang kepada dokter. Derajat berat gejala klinik dibagi menjadi empat gradasi berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume urin, yaitu:- Derajat satu, apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur ditemukan penonjolan prostat, batas atas mudah diraba dan sisa urin kurang dari 50 ml.- Derajat dua, apabila ditemukan tanda dan gejala sama seperti pada derajat satu, prostat lebih menonjol, batas atas masih dapat teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml. - Derajat tiga, seperti derajat dua, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100 ml- Derajat empat, apabila sudah terjadi retensi urin total. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut WHO PSS (WHO Prostate Symptom Score).Skor ini berdasarkan jawaban penderita atas delapan pertanyaan mengenai miksi. Terapi non bedah dianjurkan bila WHO PSS tetap dibawah 15. Untuk itu dianjurkan melakukan kontrol dengan menentukan WHO PSS. Terapi bedah dianjurkan bila WHO PSS 25 ke atas atau bila timbul obstruksi.Pembagian derajat beratnya hiperplasia prostat derajat I-IV digunakan untuk menentukan cara penanganan. Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan operatif, melainkan dapat diberikan pengobatan secara konservatif. Derajat dua sebenarnya sudah ada indikasi untuk melakukan intervensi operatif, dan yang sampai sekarang masih dianggap sebagai cara terpilih ialah trans uretral resection (TUR). Kadang-kadang derajat dua penderita masih belum mau dilakukan operasi, dalam keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan pengobatan konservatif. Derajat tiga, TUR masih dapat dikerjakan oleh ahli urologi yang cukup berpengalaman biasanya pada derajat tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram. Apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi tidak akan selesai dalam satu jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka. Derajat empat tindakan pertama yang harus segera dikerjakan ialah membebaskan penderita dari retensi urin total, dengan jalan memasang kateter atau memasang sistostomi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnostik, kemudian terapi definitif dapat dengan TURP atau operasi terbuka.Terapi sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi gejala, meningkatkan kualitas hidup dan menghindari komplikasi akibat obstruksi yang berkepanjangan.Tindakan bedah masih merupakan terapi utama untuk hiperplasia prostat (lebih dari 90% kasus).Meskipun demikian pada dekade terakhir dikembangkan pula beberapa terapi non-bedah yang mempunyai keunggulan kurang invasif dibandingkan dengan terapi bedah. Mengingat gejala klinik hiperplasia prostat disebabkan oleh 3 faktor yaitu pembesaran kelenjar periuretral, menurunnya elastisitas leher vesika, dan berkurangnya kekuatan detrusor, maka pengobatan gejala klinik ditujukan untuk :1. Menghilangkan atau mengurangi volume prostat2. Mengurangi tonus leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat3. Melebarkan uretra pars prostatika, menambah kekuatan detrusorTujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah menghilangkan obstruksi pada leher vesica urinaria.Hal ini dapat dicapai dengan cara medikamentosa, pembedahan, atau tindakan endourologi yang kurang invasif.Pilihan Terapi pada Hiperplasi Prostat BenignaObservasiMedikamentosaOperasiInvasif Minimal

Watchfull waitingPenghambat adrenergik Prostatektomi terbukaTUMTTUBD

Penghambat reduktase FitoterapiHormonalEndourologi1. TUR P2. TUIP3. TULP (laser)Strent uretra dengan prostacathTUNA

Terapi Konservatif Non Operatif1. Observasi (Watchful waiting)Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan.Nasihat yang diberikan adalah mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obatan dekongestal (parasimpatolitik), mengurangi minum kopi, dan tidak diperbolehkan minuman alkohol agar tidak sering miksi. Setiap 3 bulan lakukan kontrol keluhan (sistem skor), sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur.

2. MedikamentosaTujuan terapi medikamentosa adalah untuk:1. mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatan golongan blocker (penghambat alfa adrenergik)2. menurunkan volume prostat dengan cara menurunkan kadar hormon testosteron/dehidrotestosteron (DHT) Obat Penghambat adrenergik Dasar pengobatan ini adalah mengusahakan agar tonus otot polos di dalam prostat dan leher vesica berkurang dengan menghambat rangsangan alpha adrenergik.Seperti diketahui di dalam otot polos prostat dan leher vesica banyak terdapat reseptor alpha adrenergik.Obat-obatan yang sering digunakan prazosin, terazosin, doksazosin, dan alfuzosin.Obat penghambat alpha adrenergik yang lebih selektif terhadap otot polos prostat yaitu 1a (tamsulosin), sehingga efek sistemikyang tak diinginkan dari pemakai obat ini dapat dikurangi.Dosis dimulai 1 mg/hari sedangkan dosis tamzulosin 0,2-0,4 mg/hari.Penggunaan antagonis alpha 1 adrenergik untuk mengurangi obstruksi pada vesica tanpa merusak kontraktilitas detrusor.Obat-obatan golongan ini memberikan perbaikan laju pancaran urine, menurunkan sisa urine dan mengurangi keluhan. Obat-obat ini juga memberi penyulit hipotensi, pusing, mual, lemas, dan meskipun sangat jarang bisa terjadi ejakulasi retrograd, biasanya pasien mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam waktu 1-2 minggu setelah pemakaian obat.

Obat Penghambat Enzim 5 Alpha ReduktaseObat yang dipakai adalah finasterid (proskar) dengan dosis 1x5 mg/hari.Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan dehidrotestosteron sehingga prostat yang membesar dapat mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat daripada golongan alpha blocker dan manfaatnya hanya jelas pada prostat yang sangat besar. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan libido dan ginekomastia.

Terapi OperatifTindakan operasi ditujukan pada hiperplasi prostat yang sudah menimbulkan penyulit tertentu, antara lain: retensi urin, batu saluran kemih, hematuri, infeksi saluran kemih, kelainan pada saluran kemih bagian atas, atau keluhan LUTS yang tidak menunjukkan perbaikan setelah menjalani pengobatan medikamentosa. Tindakan operasi yang dilakukan adalah operasi terbuka atau operasi endourologi transuretra.

2. KARSINOMA PROSTATKanker prostat adalah keganasan pada prostat yang diderita pria berusia lanjut dengan kejadian puncak pada usia 65 - 75 tahun. Penyebab kanker prostat tidak diketahui secara tepat, meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara diet tinggi lemak dan peningkatan kadar hormon testosteron. Pada bagian lain, disimpulkan bahwa usia lanjut mengalami penurunan beberapa unsur esensial tubuh seperti kalsium dan vitamin D. Penurunan kandungan kalsium tubuh mengakibatkan berbagai penyakit, diantaranya adalah osteoporosis, sehingga timbul paradigma bahwa pada usia lanjut untuk mengkonsumsi kalsium dalam jumlah banyak. Tetapi pola makan dengan kalsium tinggi secara berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker prostat pada usia lanjut. Lebih dari 95 % kanker prostat bersifat adenokarsinoma. Selebihnya didominasi transisional sel karsinoma. Penelitian menunjukkan bahwa 60 - 70% kasus kanker prostat terjad pada zona perifer sehingga dapat diraba sebagai nodul nodul keras irregular. Fenomena ini nyata pada saat pemeriksaan rectum dengan jari (Digital Rectal Examination). Nodul nodul ini memperkecil kemungkinan terjadinya obstruksi saluran kemih atau uretra yang berjalan tepat di tengah prostat. Sebanyak 10 20 % kanker prostat terjadi pada zona transisional, dan 5 10 % terjadi pada zona sentral.Gejala Klinis Kanker ProstatSecara medik, kanker prostat umumnya tidak menunjukkan gejala khas. Karena itu, sering terjadi keterlambatan diagnosa. Gejala yang ada umumnya sama dengan gejala pembesaran prostat jinak, yaitu buang air kecil tersendat atau tidak lancar. Keluhan dapat juga berupa nyeri tulang dan gangguan saraf. Dua keluhan itu muncul bila sudah ada penyebaran ke tulang belakang.Tahap awal (early stage) yang mengalami kanker prostat umumnya tidak menunjukkan gejala klinis atau asimptomatik. Pada tahap berikutnya (locally advanced) didapati obstruksi sebagai gejala yang paling sering ditemukan. Biasanya ditemukan juga hematuria yakni urin yang mengandung darah, infeksi saluran kemih, serta rasa nyeri saat berkemih. Pada tahap lanjut (advanced) penderita yang telah mengalami metastase di tulang sering mengeluh sakit tulang dan sangat jarang mengalami kelemahan tungkai maupun kelumpuhan tungkai karena kompresi kordaspinalis.

PemeriksaanKankerProstatDiagnosa kanker prostat dapat dilakukan atas kecurigaan pada saat pemeriksaan colok dubur yang abnormal atau peningkatan Prostate Specific Antigen (PSA). Kecurigaan ini kemudian dikonfirmasi dengan biposi, dibantu oleh trans rectal ultrasound scanning (TRUSS). Ada 50% lebihlesi yang dicurigai pada saat colok dubur yang terbukti suatu kanker prostat. Nilai prediksi colok dubur untuk mendeteksi kanker prostat 21,53%. Sensitifitas colok dubur tidak memadai untuk mendeteksi kanker prostat tapi spesifisitasnya tinggi, namun bila didapatkan tanda ganas padacolok dubur maka hampir semua kasus memang terbukti kanker prostat karena nilai prediktifnya 80%.a. Digital Rectal ExaminationPemeriksaan rutin prostat yang di perlukan adalah pemeriksaan rektum dengan jari atau digital rectal examination. Pemeriksaan ini menggunakan jari telunjuk yang dimasukkan ke dalam rektum untuk meraba prostat. Penemuan prostat abnormal pada DRE berupa nodul atau indurasi hanya 15 25 % kasus yang mengarah ke kanker prostat.b. Pemeriksaanka dar Prostat Spesifik AntigenProstat Spesifik Antigen (PSA) adalah enzim proteolitik yang dihasilkan oleh epitel prostat dan dikeluarkan bersamaan dengan cairan semen dalam jumlah yang banyak. Prostat Spesifik Antigen memiliki nilai normal 4ng/ml. Pemeriksaan PSA sangat baik digunakan bersamaan dengan pemeriksaan DRE dan TRUSS dengan biopsy. Peningkatan kadar PSA bias terjadi pada keadaan Benign Prostate Hyperplasia (BPH), infeksi saluran kemih dan kanker prostat sehingga dilakukan penyempurnaan dalamin terpretasi nilai PSA yaitu PSA velocity atau perubahan laju nilai PSA, densitas PSA dan nilai rata rata PSA, yang nilainya bergantung kepada umur penderitaTabel 2.1. Rata-rata nilai normal Prostat Spesifik Antigen menurut umurUmurRata Rata Nilai Normal PSA (ng/mL)40 490.0 2.550 590.0 3.560 69 0.0 4.570 79 0.0 6.5Pasien yang memiliki kadar PSA lebih dari 10 ng/mL biasany amenderita kanker prostat. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa hanya 2% laki laki yang menderita BPH yang memiliki kadar PSA lebih dari 10 ng/mL. Sedangkan dari 103 pasien dengan semua stadium kanker prostat, 44% memiliki kadar PSA lebih dari 10 ng/mL. Dimana 305 nya dapat ditemukan pada pasien dengan stadium kanker T1 2, NX, M0. Dengan demikian jelaslah bahwa ada hubungan antara peningkatan PSA dengan stadium kanker prostat. c. Biopsi prostatBiopsi prostat merupakan gold standart untuk menegakkan diagnose kanker prostat. (Jefferson, K dan Natasha J., 2009). Pemeriksaan biopsi prostat menggunakan panduan transurectal ultrasound scanning (TRUSS) sebagai sebuah biopsi standar. Namun seringnya penemuan mikroskopis kanker prostat ini terjadi secara insidentil dari hasil TURP atau pemotongan prosta tpada penyakit BPH Pemeriksaan biopsi prostat dilakukan apabila ditemukan peningkatan kadar PSA serum pasien atau ada kelainan pada saat pemeriksaan DRE atau kombinasi keduanyayaitu ditemukannya peningkatan kadar PSA serum dan kelainan pada DRE. Pada pemeriksaan mikroskopi sini sebagian besar karsinoma prostat adalah jenis adenokarsinoma dengan derajat diferensiasi berbeda beda. 70% adenokarsinoma prostat terletak di zona perifer, 20% di zona transisional dan 10% di zona sentral. Namun penelitian lain menyatakan bahwa 70% kanker prostat berkembang dari zona perifer, 25% zona sentral dan zona transisional dan beberapa daerah periuretral duct adalahtempat tempat yang khusus untuk beningn prostate hyperplasia (BPH). Pada hasil biopsi prostat, sebagian besar kanker prostat adalah adenokarsinoma dengan derajat yang berbeda beda. Kelenjar pada kanker prostat invasif sering mengandung fokusatipiaselatau Neoplasia Interaepitel Prostat (PIN) yang diduga merupakan prekusor kanker prostat.BAB VKESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium, kelompok kami menegakkan diagnosa pada pasien ini adalah retensi urine akut et causa benigna prostat hyperplasia. Tatalaksana yang diberikan pada pasien tersebut yaitu berupa medika-mentosa dan non medika mentosa kepada pasien juga berbagai pendekatan pada lanjut usia yang diharapkan dapat menyembuhkan serta meningkatkan kualitas hidup pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo B.P. Buku Kuliah Dasar Dasar Urologi, Jakarta : CV.Sagung Seto, 20002. Priyanto J.E. Benigna Prostat Hiperplasi, Semarang : Sub Bagian Bedah Urologi FK UNDIP3. Rahardja K, Tan Hoan Tjay. Obat - Obat Penting; Khasiat, Penggunaan, dan Efek Efek Sampingnya edisi V, Jakarta : Gramedia, 20024. Schwartz, dkk. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Editor : G. Tom Shires dkk. Jakarta : EGC, 20005. Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.Jakarta: EGC, 20056. Soeparman. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Jakarta : FKUI, 20007. Darmojo RB, Martono H. Karsinoma Prostat.Dalam: Buku Ajar Geriatri. Edisi Ketiga. Hal. 411-3. Balai Penerbit FKUI, 2004

36