89167596 Makalah Kasus 2 BPH

61
Asuhan Keperawatan Pada Tn. B Dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Urinary Disusun oleh : Eva Herfianti 220110090128 Nissa Fadillah S 220110090132 Nuryani S 220110090123 Pepi Pratiwi 220110090129 Pratiwi Ayu P 220110090122 Rafika Tasya 220110090124 Suci Amalya F 220110090130 Sylvia Farmasya 220110090125 Vidy Octavianty 220110090133 Alfi Noviani 220110090140 Yuke Fathurohmah 220110090134 FAKULAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJAJARAN

Transcript of 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

Page 1: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

Asuhan Keperawatan Pada Tn. B

Dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Urinary

Disusun oleh :

Eva Herfianti 220110090128

Nissa Fadillah S 220110090132

Nuryani S 220110090123

Pepi Pratiwi 220110090129

Pratiwi Ayu P 220110090122

Rafika Tasya 220110090124

Suci Amalya F 220110090130

Sylvia Farmasya 220110090125

Vidy Octavianty 220110090133

Alfi Noviani 220110090140

Yuke Fathurohmah 220110090134

FAKULAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJAJARAN

2012

Page 2: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.Makalah ini berjudul “Makalah Kasus 2 BPH”.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dan diajukan untuk memenuhi standart proses pembelajaran oada mata kuliah Sistem Urinary.

Dalam penyusunan makalah ini,penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang senantias memberi dukungan dan materil dalam proses penyusunan makalah ini.

Meskipun telah berusaha segenap kemampuan,namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi di hari kemudian.

Akhir kata,penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran dan bagi siapapun yang membacanya.

Jatinangor , Mei 2012

Penulis

Page 3: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

IDENTIFIKASI KASUS

Tn. B seorang purnawirawan berusia 60 tahun,datang ke rumah sakit dengan keluhan tidak bisa BAK sejak 12 jam yang lalu.Setelah dilakukan anamnesa klien mengatakan nyeri pada daerah supra pubis yang menjalar ke pinggang.dari anamnesa diketahui sejak 2 minggu yang lalu,klien selalu merasa kesakitan apabila akan mulai berkemih.Apabila dipaksa dengan cara mengedan,urin keluar dengan meneres dan kadang terjadi hematuria.Klien juga mengeluh pancaran urin sewaktu miksi berkurang sejak 3 bulan yang lalu.klien datang ke rs karena sejak 12 jam yang lalu klien mengatakan miksi tidak keluar urin.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan ; tek.darah =160/110 mmHg, HR=98x/menit, RR=25x/menit, suhu= 370 C.

Klien tampak gelisah,tampak berkeringat di daerah dahi,saat dipalpasi terasa tegang dan keras di area suprapubik (area vesika urinaria),uji colok dubur (+++).

Hasil pemeriksaan lab : hematologi darah rutin ;

Hb: 14 g/dL, hematokrit: 42%, leukosit: 12.100/mm3 , trombosit: 224.000/mm3 ,

Kimia klinik :

Ureum: 37 mg/dL, kreatinin :1,08 mg/dL, natrium: 125 mEq, imunologi: PSA : 20 nanogram/ml.

Tn.B direncanakan dilakukan operasi open prostatektomi,tetapi saat akan mengisi persetujuan operasi Tn. B menolak.Karena dia pernah membaca bahwa operasi tersebut mempunyai resiko untuk terjadi gangguan ejakulasi dan impotensi.lagipula setelah dipasang selang kateter,urin keluar.

Page 4: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

SGD step 1-5 kasus 2 BPH

Step 1

1.PSA (rafika)

2.Hematokrit (sylvia)

3.open prostatektomi (suci)

4.uji colo dubur (yani)

Jawaban :

3. pembedahan untuk membuka kelenjar prostat (eva)

4. uji colok dubur.setelah dubur dicolok,kotorannya keluar (sylvia)

Untuk mengetes spingter apakah masih bereaksi atau tidak (nisaa)

Step 2

1.diagnosa media ?(yani)

2. apakah indikasi operasi open prostatektomi ?(pepi)

3.hubungan antara anus dan urinaria ?(pratiwi)

4.berapa nilai normal dari pemeriksaan lab ? (eva)

5. farmakologi (alvi)

6.tindakan selain operasi? (rafika)

7. proses terjadinya hematuria dalam kasus? (dilla)

8.kenapa dilakukan operasi,apakah tidak cukup dengan pemasangan kateter? (sylvia)

9.Kenapa nyerinya menjalar?dan menjalar sampai mana? (sylvia)

10. hubungan pekerjaan dan penyakit? (yani)

11. Organ apa yg terkena dalam kasus ini? (dilla)

12. Prognosis? (pepi)

13. Apa hubungan dilakukan operasi dengan gangguan ejakulasi dan impotensi? (alfi)

14. Fase penyakit? (yani)

Page 5: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

15. komplikasi ?( tiwi)

16.Pemeriksaan diagnostik lainnya? (dilla)

17. diagnosa keperawatan yang muncul? (rafika)

18. apa yg menyebabkan urine susah keluar? (sylvia)

19.faktor pencetus dan predisposisi? (yani)

20. penanganan pertama urine susah keluar? (sylvia)

21.Pencegahan? (dilla)

22.degeneratif atau tidak? (yani)

Step 3

1. BPH (benigna prostat hiperplasia) (eva)2. Untuk mengangkat benigna (rafika)3. Untuk mengetahui ada benjolan kelenjar prostat.6. tidak ada tindakan lain(alfi)

7. karena mengedan,sehingga terjadi tekanan yg tinggi → pembuluh darah pecah (eva)

8. beda kateter hanya untuk mengurangi urine.bukan mengurangi penyakit.(yani)

Karena kateter penanganan pertama.untuk mengurangi resiko penyebaran (dilla)

9.-pinggang

-abdomen kanan,kiri

-punggung belakang

-paha (tiwi)

10. ada hubungannya.kemungkinan terpapar sinar x ada.( dilla)

11. kelenjar prostat → uretra (rafika)

12. baik jika dioperasi,bila tidak benigna akan menyebar (dilla).

13. ada peran serta prostat dalam ejakulasi dini. (dilla)

Efek samping operasi,mengenai saraf untuk menstimulasi ejakulasi (eva)

15.batu ginjal,teflux (eva)

16. MRI, Ct-scan ( tiwi )

Page 6: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

17. –gangguan nyeri

- gangguan eliminasi (eva)

-kurang pengetahuan (yani)

-anxietas (sylvia)

18. kelenjar prostat menjepit uretra (eva)

19. Predisposisi :pekerjaan,posisi duduk yang lama,celana ketat

Pencetus : degeneratif,defisit hormon dehidotetosteron (eva,yani,pratiwi).

20. Kateter( yani)

Page 7: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

Anatomi Fisiologi Kelenjar Prostat

Page 8: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan mengelilingi bagian

tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar walnut dan akan membesar sejalan dengan

pertambahan usia. Prostat mengeluarkan sekret cairan yang bercampur secret dari testis,

perbesaran prostate akan membendung uretra dan menyebabkan retensi urin. Kelenjar prostat,

merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu:

Lobus posterior

Lobus lateral

Lobus anterior

Lobus medial

Prostat mempunyai kurang lebih 20 duktus yang bermuara di kanan dari verumontanum

dibagian posterior dari uretra pars prostatika. Di sebelah depan didapatkan ligamentum pubo

prostatika, di sebelah bawah ligamentum triangulare inferior dan di sebelah belakang

didapatkan fascia denonvilliers.

Fascia denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat dengan prostat dan

vesika seminalis, sedangkan lembar belakang melekat secara longgar dengan fascia pelvis

dan memisahkan prostat dengan rektum. Antara fascia endopelvic dan kapsul sebenarnya dari

prostat didapatkan jaringan peri prostat yang berisi pleksus prostatovesikal.

Page 9: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari :

1. Kapsul anatomis

Sebagai jaringan ikat yang mengandung otot polos yang membungkus kelenjar prostat.

2. Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler

3. Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:

a) Bagian luar disebut glandula principalis atau kelenjar prostat sebenarnya yang

menghasilkan bahan baku sekret.

b) Bagian tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini disebut juga sebagai

adenomatous zone

c) Di sekitar uretra disebut periurethral gland atau glandula mukosa yang merupakan

bagian terkecil. Bagian ini serinng membesar atau mengalami hipertrofi pada usia

lanjut.

Pada BPH, kapsul pada prostat terdiri dari 3 lapis :

1. kapsul anatomis

2. kapsul chirurgicum, ini terjadi akibat terjepitnya kelenjar prostat yang sebenarnya

(outer zone) sehingga terbentuk kapsul

3. kapsul yang terbentuk dari jaringan fibromuskuler antara bagian dalam (inner zone)

dan bagian luar (outer zone) dari kelenjar prostat.

BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena mengandung banyak

jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran pada bagian posterior daripada lobus

medius (lobus posterior) yang merupakan bagian tersering terjadinya perkembangan suatu

keganasan prostat. Sedangkan lobus anterior kurang mengalami hiperplasi karena sedikit

mengandung jaringan kelenjar.

Secara histologis, prostat terdiri atas kelenjar-kelenjar yang dilapisi epitel thoraks selapis dan

di bagian basal terdapat juga sel-sel kuboid, sehingga keseluruhan epitel tampak menyerupai

epitel berlapis.

Vaskularisasi Prostat

Page 10: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

Vaskularisasi kelenjar prostat yanng utama berasal dari a. vesikalis inferior (cabang dari a.

iliaca interna), a. hemoroidalis media (cabang dari a. mesenterium inferior), dan a. pudenda

interna (cabang dari a. iliaca interna). Cabang-cabang dari arteri tersebut masuk lewat basis

prostat di Vesico Prostatic Junction. Penyebaran arteri di dalam prostat dibagi menjadi 2

kelompok , yaitu:

a. Kelompok arteri urethra, menembus kapsul di postero lateral darivesico prostatic

junction dan memberi perdarahan pada leher buli-buli dan kelompok kelenjar

periurethral.

b. Kelompok arteri kapsule, menembus sebelah lateral dan memberi beberapa cabang

yang memvaskularisasi kelenjar bagian perifer (kelompok kelenjar paraurethral).

Aliran Limfe

Aliran limfe dari kelenjar prostat membentuk plexus di peri prostat yang kemudian bersatu

untuk membentuk beberapa pembuluh utama, yang menuju ke kelenjar limfe iliaca interna ,

iliaca eksterna, obturatoria dan sakral.

Persarafan

Sekresi dan motor yang mensarafi prostat berasal dari plexus simpatikus dari Hipogastricus

dan medula sakral III-IV dari plexus sakralis.

Fungsi Prostat: menyekresi cairan alkali yang encer, seperti susu, yang mengandung asam

sitrat, kalsium, dan beberapa zat lain, yang berguna untuk menlindungi spermatozoa terhadap

sifat asam yang terapat pada uretra dan vagina. Selama pemancaran kapsula kelenjar prostate

berkontraksi serentak dengan kontraksi vas deferens dan vesika seminalis sehingga cairan

kelenjar prostate yang encer, seperti susu menambah massa semen. Sifat alkali cairan prostate

mungkin sangat penting untuk keberhasilan fertilisasi ovum, karena cairan vas deferens

relatif asam karena adanya hasil akhir metabolisme sperma dan akibatnya menghambat

fertilitas dan motilitas sperma. Sekret vagina pada wanita juga asam (pH 3,5 sampai 4,0).

Sperma tidak dapat bergerak optimum sampai pH cairan sekitarnya meningkat sekitar 6

sampai 6,5. Akibatnya, mungkin bahwa cairan prostate menetralkan keasaman cairan lain

tersebut setelah ejakulasi dan sangat meningkatkan pergerakan dan fertilisasi sperma.

Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm.

fungsinya hampir sama dengan kelenjar prostat.

Page 11: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

PEMBAHASAN BPH

Pengertian

Page 12: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

Pembesaran Prostat Jinak (BPH, Benign Prostatic Hyperplasia) adalah pertumbuhan jinak

pada kelenjar prostat, yang menyebabkan prostat membesar. Pembesaran prostat sering

terjadi pada pria di atas 50 tahun. 

Prostat adalah kelenjar sebesar buah kenari yang letaknya tepat di bawah kandung kemih dan

hanya ada pada kaum pria. Prostat adalah penghasil sebagian besar cairan di dalam air mani

(semen) yang menjaga sperma agar tetap hidup. Kelenjar prostat mulai berkembang sebelum

bayi lahir dan akan terus berkembang hingga mencapai usia dewasa. Perkembangan prostat

dipengaruhi oleh hormon seks pria, yaitu androgen. Hormon androgen yang utama adalah

testosteron. Seiring dengan meningkatnya usia, testosteron akan menyebabkan prostat secara

perlahan membesar. Prostat yang membesar tersebut dapat menghambat aliran air seni

melewati uretra (pembuluh yang membawa air seni dari kandung kemih), sehingga

mempersulit atau memperlambat keluarnya air seni sewaktu buang air kecil. Kondisi ini

disebut pembesaran prostat jinak (Benign Prostatic Hyperplasia/BPH), namun pembesaran

prostat jinak bukanlah kanker. Disebut sebagai kanker prostat jika sel-sel kelenjar prostat

berkembang secara abnormal tidak terkendali sehingga mendesak dan merusak jaringan di

sekitarnya. Menurut American Cancer Society, pada umumnya, kanker prostat berkembang

dengan perlahan. Berdasarkan hasil otopsi di Amerika, pria usia lanjut yang meninggal

karena suatu penyakit, ternyata juga menderita kanker prostat tetapi mereka tidak

menyadarinya. Dalam studi ini juga dijelaskan sekitar 70-90% penderita kanker prostat

tersebut berusia 80 tahun.

Pembesaran prostat jinak (PPJ) atau benigna prostate hyperplasia (BPH) merupakan salah

satu penyakit yang tidak ditularkan dan insidensinya sangat berhubungan dengan usia.

Artinya, semakin panjang usianya semakin besar kemungkinan mendapatkan penyakit PPJ

ini. PPJ simtomatik diperkirakan angkanya sebesar 42 persen pada usia 60 tahun dan menjadi

80 persen pada usia 80 tahun, Kelenjar prostat hanya dimiliki oleh kaum laki-laki, bentuknya

seperti buah pala atau seperti bangunan pyramid yang terbalik, beratnya pada aorang dewasa

sekitar 20 gram, terletak tepat di bawah leher kandung kemih. Persisnya di belakang

berbatasan dengan usus besar yang disebut rectum di bagian depannya yang dilindungan oleh

tulang yang sangat kuat yaitu tulang pubis atau kemaluan. Selain itu juga dilindungi oleh

tulang-tulang lainnya seperti tulang ilium atau ususu dan tulang akrum, tulang koksigeus

membentuk bersama-sama sebagai tulng panggul. Kelenjar prostate dilalui oleh uretra

eksterna. Uretra merupakan suatu saluran berbentuk pipa memanjang mulai dari leher

kandung kencing dan bermuara pada lubang uretra eksterna. Sesuai hasil dari kuesioner IPS-

Page 13: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

S pasien PPJ simtomatis dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu skor 0-7 ringan pada pasien

ini tidak dilakukan pengobatan maupun tindakan (waithfull waiting), skor 8-18 sedang diberi

terapi medikamantosa dengan syarat berat kelanjar prostate 40 gram. Obat dapat berupa

finasteride (enzim 5 alfa reductase inhibitor) atau dutasteride/dual finasteride dengan tujuan

untuk mencegah terbentuknya dehidrotestosteron (DHT) dari hormon testosteron oleh enzim

5 alfa reductase yang nantinya DHT ini akan diikat oleh reseptor androgen pada inti sel

kelenjar prostat yang seterusnya akan mendorong terjadinya hyperplasia.

Etiologi

BPH adalah tumor jinak pada pria yang paling sering ditemukan. Pria berumur lebih dari 50

tahun, kemungkinannya memiliki BPH adalah 50%. Ketika berusia 80–85 tahun,

kemungkinan itu meningkat menjadi 90%. BPH sangat sering terjadi. Separuh laki-laki lebih

dari 50 tahun mengalami gejala BPH, tetapi hanya 10% yang memerlukan intervensi medis

atau pembedahan.

Penyebab yang pasti dari terjadinya Benign Prostat Hyperplasia sampai sekarang belum

diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya Prostat

Hyperplasia yaitu testis dan usia lanjut. Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan

beberapa hipotesa yang diduga timbulnya Benigne Prostat Hyperplasia antara lain

1. Teori DHT (dihidrotestosteron).

Reduktase dikonversi menjadi DHT yang merangsang pertumbuhan kelenjar prostat.

Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian dari

kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh

globulin menjadi sex hormon binding globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam

keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke dalam “target

cell” yaitu sel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di

dalam sel, testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase menjadi 5

dehidrotestosteron yang kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi

“hormone receptor complex”. Kemudian “hormone receptor complex” ini mengalami

transformasi reseptor, menjadi “nuclear receptor” yang masuk kedalam inti yang

kemudian melekat pada chromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini

akan menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar

prostat.Testosteron dengan bantuan enzim 5-

Page 14: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

2. Teori Reawakening.

Teori ini berdasarkan kemampuan stroma untuk merangsang pertumbuhan epitel

3. Teori stem cell hypotesis.

Stem sel akan berkembang menjadi sel aplifying. Sel aplifying akan berkembang

menjadi sel transit yang tergantung secara mutlak pada androgen, sehingga dengan

adanya androgen sel ini akan berproliferasi dan menghasilkan pertumbuhan prostat

yang normal. Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada

seorang dewasa berada dalam keadaan keseimbangan “steady state”, antara

pertumbuhan sel dan sel yang mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar

testosteron tertentu dalam jaringan prostat yang dapat mempengaruhi sel stem

sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat

bertambah sehingga terjadi proliferasi lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel

stem sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel

kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan.

4. Teori growth factors.

Faktor pertumbuhan ini dibuat oleh sel-sel stroma di bawah pengaruh androgen.

Adanya ekspresi berlebihan dari epidermis growth factor (EGF) dan atau fibroblast

growth factor (FGF) dan atau adanya penurunan ekspresi transforming growth factor-.

(TGF-), akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pertumbuhan prostat dan

menghasilkan pembesaran prostat.

5. Teori Hormonal

Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu

antara hormon testosteron dan hormon estrogen. Karena produksi testosteron menurun

dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer

dengan pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang

terjadinya hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron

diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang

berperan untuk perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi

relatif testosteron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor

Page 15: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat. Pada

keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormon

androgen testis yang akan mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin

bertambahnya usia, akan terjadi penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis)

yang akan menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi androgen. Hal ini

mengakibatkan hormon gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormon

estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional histologis, prostat terdiri dari dua

bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi terhadap estrogen dan bagian perifer

yang tidak bereaksi terhadap estrogen.

Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai

Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :

1. Gejala Obstruktif yaitu :

a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan

mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan

waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya

tekanan dalam uretra prostatika.

b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena

ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika

sampai berakhirnya miksi.

c. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.

d. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor

memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.

e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.

2. Gejala Iritasi yaitu :

a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.

Page 16: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada

malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.

c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

Pemeriksaan Diagnos tik

Untuk menegakkan diagnosis BPH dilakukan beberapa cara antara lain

1. Anamnesa

Kumpulan gejala pada BPH dikenal dengan LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms)

antara lain: hesitansi, pancaran urin lemah, intermittensi, terminal dribbling, terasa

ada sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi dan gejala iritatif dapat berupa urgensi,

frekuensi serta disuria.

2. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi dapat meningkat

pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut, dehidrasi sampai syok pada retensi

urin serta urosepsis sampai syok - septik.

i. Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk mengetahui

adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis. Pada daerah supra simfiser pada

keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi terasa adanya ballotemen dan klien

akan terasa ingin miksi. Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

residual urin.

ii. Penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenose meatus, striktur uretra,

batu uretra, karsinoma maupun fimosis.

iii. Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis

iv. Rectal touch / pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk menentukan

konsistensi sistim persarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat. Dengan

rectal toucher dapat diketahui derajat dari BPH, yaitu :

a). Derajat I = beratnya ± 20 gram.

b). Derajat II = beratnya antara 20 – 40 gram.

Page 17: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

c). Derajat III = beratnya > 40 gram.

3. Pemeriksaan Laboratorium

- Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula digunakan untuk

memperoleh data dasar keadaan umum klien.

- Pemeriksaan urin lengkap dan kultur.

- PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan adanya

keganasan.

4. Pemeriksaan Uroflowmetri

a. Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secara obyektif

pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian :

Flow rate maksimal > 15 ml / dtk = non obstruktif.

Flow rate maksimal 10 – 15 ml / dtk = border line.

Flow rate maksimal < 10 ml / dtk = obstruktif.

5. Pemeriksaan Imaging dan Rontgenologik

i. BOF (Buik Overzich ) :Untuk melihat adanya batu dan metastase pada tulang.

ii. USG (Ultrasonografi), digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan

besar prostat juga keadaan buli – buli termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat

dilakukan secara transrektal, transuretral dan supra pubik.

iii. IVP (Pyelografi Intravena)

Digunakan untuk melihat fungsi exkresi ginjal dan adanya hidronefrosis.

iv. Pemeriksaan Panendoskop

Untuk mengetahui keadaan uretra dan buli – buli.

Stadium BPH

Stadium I : Ada obstruksi, tetapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.

Page 18: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

Stadium II : • Ada retensio urine, tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kurang lebih 50-150- cc • Ada rasa tidak enak pada saat buang air kecil /disuria • Nokturia

Stadium III : Setiap buang air kecil urine selalu tersisa 150 cc atau lebih

Stadium IV : Retensio urine total, buli-buli penuh, pasien kesakitan, urine menetes secara periodic (over flow incontinentia)

Penatalaksanaan

Mekanisme dan efek samping terapi antiandrogenik untuk BPH

Obat Mekanisme Efek samping

Ablasi androgen

Agonis GnRH

(nafarelin, leuproid,

buserelin, goserelin)

Menghambat sekresi LH

hipofisis, menurunkan T dan

DHT. Mengurangi volume

prostat sebesar 35%.

Penurunan libido, impotensi.

Antiandrogen sejati

(flutamid, bikalutamid)

Inhibisi reseptor androgen. Nyeri tekan pada payudara,

insiden impotensi tidak

terlalu bermakna.

Inhibitor 5 alfa-

reduktase

(finasterid, dutasterid)

Menurunkan DHT, tidak

terjadi perubahan pada T atau

LH. Mengurangi volume

prostat sebesar 20%.

Insiden impotensi dan

penurunan libido 3-4%.

Mekanisme kerja

campuran

Progestin (megestrol

asenat medrogeston)

Menghambat sekresi LH

hipofisis, menurunkan T dan

DHT dengan derajat

bervariasi, inhibisi reseptor

androgen.

Berkurangnya libido,

impotensi, intoleransi panas.

Blokade reseptor alfa untuk BPH

Obat Mekanisme dan tempat kerja Efek samping

Fenoksibenzamin Blokade alfa1, alfa2, dan

pascasinaps

Hipotensi

Page 19: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

Prazosin, terazosin,

doksazosin,

alfuzosin

Blokade alfa1, pascasinaps Hipotensi

Tamsulosin Alfa1a, pascasinaps Hipotensi

Penanganan pada kasus BPH biasanya dilakukan sesuai dengan derajat dari penyakitnya :

- Derajat 1, biasanya belum memerlukan tindakan bedah dan hanya diberikan

pengobatan konservatif misalnya dengan obat-obatan penghambat adrenoreseptor

seperti prazosin atau fazosin

- Derajat 2, ini merupakan suatu indikasi untuk dilakukannya pembedahan. Biasanya

dianjurkan reseksi endoskopik melalui uretra, TUR (transurethral resection).

Mortalitas TUR sekitar 1% dan morbiditas sekitar 8%. Kadang derajat 2 bisa dicoba

dengan pengobatan konservatif.

- Derajat 3, reseksi endoskopik harus dilakukan oleh ahli bedah yang cukup

berpengalaman, pada derajat ini bisa dilakukan pembedahan terbuka.

- Derajat 4, tindakan pertama yang harus segera dilakukan adalah membebaskan

penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter. Setelah itu biasanya

dilakukan terapi definitif dengan TUR atau pembedahan terbuka.

- Prostatektomi dengan melalui insisi suprapubisdapat dilakukan pengangkatan

adrenoma saja, baik dengan membuka kelenjar prostat secara langsung (prostatektomi

millins atau retropubika) maupun lewat kandung kemih (prostatektomi transvesikal).

Pengobatan lain yang invasif minimal ialah dengan pemanasan prostat dengan gelombang

mikro yang disalurkan ke kelenjar prostat melalui antena yang dipasang pada ujung kateter.

Cara ini disebut denga TUMT (transurethral microwave thermotherapy), dengan cara ini

hasil perbaikan sekitar 75% untuk gejala objektif. Pada penanggulangan invasif minimal lain

digunakan cahaya laser yang disebut TULIP (transurethral ultrasound guided laser

induced prostatectomy). Uretra di daerah prostat juga dapat di dilatasi dengan carabalon

yang dikembangkan di dalamnya, TUBD (transurethral balloon dilatation).

Pencegahan BPH

1. Banyak mengkonsumsi vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam

mencegah pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH

dapat berkembang menjadi kanker prostat. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan

Page 20: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal dan

organ tubuh lain tidak terlalu berat

2. Mengurangi makanan kaya lemak hewan

3. Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan

laut), vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai)

4. Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari

5. Berolahraga secara rutin

6. Pertahankan berat badan ideal

7. Jangan sering manahan air kencing

Prognosis

Pada hiperplasia nodular yang paling penting ialah kecenderungan terjadinya

obstruksi uretra karena desakan prostat yang membesar meskipun pada umumnya begitu,

tidak lebih dari 10% pria dengan keluhan ini memerlukan tindakan pembedahanuntuk

mengurangi obstruksi. Diperkirakan penderita dengan hiperplasia nodular memiliki

kecenderungan besar untuk timbulnya kanker dikemudian hari walaupun kini tidak dapat

dibenarkan bahwa hiperplasia nodular prostat sebagai suatu lesi praganas.

ASUHAN KEPERAWATAN

I.PENGKAJIAN

a. Pengumpulan Data

1) Identitas

a. Identitas Klien

Nama : Tn. B

Page 21: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

Umur : 60 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : -

Suku : -

Status Marital : -

Pekerjaan : Purnawirawan

Alamat : -

Diagnosa Medis : BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)

b. Identitas Penanggungjawab

-

2) Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Klien mengeluh tidak bisa BAK sejak 12 jam yang lalu.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Setelah dilakukan anamnesa klien mengatakan nyeri pada daerah supis yang menjalar ke pinggang. Sejak 2 minggu yang lalu, klien selalu merasa kesakitan apabila akan memulai berkemih. Apabila dipaksa dengan cara mengedan, urin keluar dengan menetes dan kadang terjadi hematuria. Klien juga mengeluh pancaran urin sewaktu berkurang sejak 3 bulan yang lalu. Klien datang ke rumah sakit karena sejak 12 jam yang lalu, klien mengatakan miksi tidak keluar urin.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu : -

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

-

3) Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Klien tampak gelisah, tampak berkeringat di daerah dahi

b. TTV; TD : 160/110 mmHg BB : -

HR : 98x/menit TB : -

RR : 25x/menit

Page 22: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

T : 37,8 0 C

c. Sistem Pernapasan

Frekuensi napas 25x/menit.

d. Sistem Kardiovaskuler

Tekanan darah 160/110 mmHg, denyut nadi 98x/menit.

e. Sistem Gastrointestinal

-

f. Sistem Urinaria

Hasil palpasi di area suprapubik teraba tegang dan keras. Uji colok dubur (+++)

g. Sistem Reproduksi

-

h. Sistem Muskuloskeletal

-

I Sistem Integumen

-

J. Sistem Endokrin

-

k. Sistem Persyarafan

-

4) Istirahat dan tidur

-

5) Aspek Psikologis

-

6) Aspek Sosial

-

7) Aspek Spiritual

-

Page 23: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

8) Data Penunjang

a. Laboratorium

NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL1. Hb 14 g/dl 14-16 g/dl2. Hematokrit 42% 40-54%3. Leukosit 12.100/mm3 5.000-10.000/mm3

4. Trombosit 224.000/mm3 150.000-400.000/mm3

5. Ureum 37 mg/dl 20-40 mg/dl6. Kreatinin 1,08 mg/dl 0,8-1,7 mg/dl7. Natrium 125 mg/dl 135-145 mg/dl8. PSA 20 ng/ml 0-4,5 ng/ml (60-69

thn)

b. Terapi

Pemasangan kateter/Katerisasi

c. Rencana

Operasi open prostatectomy (Tn. B menolak)

Page 24: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

Patofisiologi BPH

Usia tua

(klien berusia 60 tahun)

Perubahan hormonal

Perubahan ketidakseimbangan antara androgen dan esterogen

Bagian lobus tepi prostat

Androgen ↑

Pertumbuhan sel abnormal

Ansietas ↓

Terbentuk neoplasma ↓ produksi cairan semen

Kurang pengetahuan Pembedahan BPH Adenoma progresif kehilangan kontraksi kapsul kelenjar prostat

Page 25: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

Mendesak jaringan prostat normal kerusakan penghasil enzim fosfatase

Menekan kapsula sejati menekan jaringan normal hematuria

↓ ↓ ↑

Kapsula bedah nekrosis jaringan → tercampur urin miksi

↓ ↓

Perluasan daerah tertahan merangsang neurotransmitter → nyeri(suprapubik)

↓ (histamin serotonin)

Perluasan daerah melebar kearah lumen ↓

↓ ke arah ms. 3&4 nyeri

Pengeluaran urin terhambat ↓

↓ nyeri menjalar ke pinggang

nyeri Penumpukan urin di vesika urinaria

↑ ↓

spasmus ↑tekanan

↑ ↓

Obstruksi kandung kemih ← Serat muskulus destrusor hipertrofi

Page 26: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

dilatasi Trabekulasi

(penebalan mukosa dalam kandung kemih)

Terbentuk tonjolan, ↓

kecil(sakula) besar (diferkel) Urin tertahan

Kontraksi tidak efektif Urin dipksa keluar dengan mengedan diuresis perubahan pola eliminasi urin

Resiko infeksi bakteri ↑tekanan sfringter

Resiko komplikasi uretitis Ulcer

Berlangsung lama Hematuria

Retensi urin total

Hidronefrosis (air dan elektrolit tidak diserap)

Kerusakan organ kemih atas

Page 27: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

Analisa Data

NO

DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS:- Klien tidak bisa

BAK sejak 12 jam yang lalu

- Urin keluar dengan menetes dan kadang terjadi hematuria apabila dipaksa dengan cara mengedan

- Klien mengatakan ,pancaran urin sewaktu miksi tidak keluar urin

DO:- Saat dipalpasi

teraba tegang dank eras di area suprapubik

- Uji colok dubur (+++)

- Leukosit: 12.100/mm3

- Natrium: 125 mg/dl

- Pemasangan kateter

Adanya adenoma progresif

Mendesak jaringan prostat normal

Perluasan daerah melebar kearah lumen

Pengeluaran urin terhambat

Penumpukan urin di vesika urinaria

↑tekanan

Trabekulasi

Urin tertahan

Urin dipaksa keluar dengan mengedan

Diuresis

Pemasangan Kateter

PERUBAHAN POLAELIMINASI

Perubahan Pola Eliminasi Urin

Page 28: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

2. DS:- Klien

mengatakan nyeri pada daerah suprapubis yang menjalar ke pinggang

- Sejak 2 minggu yang lalu, klien selalu merasa kesakitan apabila akan memulai berkemiih

DO:- TD: 160/110

mmHg- HR: 98x/menit- RR: 25x/menit

BPH

Menekan jaringan normal

Nekrosis jaringan

Merangsang neurotransmitter (histamine, serotonin)

Ke arah medulla spinalis III dan IV

Impuls disampaikan ke hipotalamus ke cortex serebri

NYERI

Nyeri

3. DS:Klien menolak persetujuan operasi karena klien pernah membaca bahwa operasi open prostatectomyberisiko terjadi gangguan ejakulasi dan impotensiDO:

- Klien tampak gelisah, berkeringat di area dahi

Rencana operasi open prostatectomy

Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan prosedur perawatan

Stressor

Koping individu tidak efektif

ANSIETAS

Ansietas

Page 29: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. B Alamat : -

Diagnosa Medis : BPH Umur : 60 tahun

No.Medrek : - Ruang : -

NO DIAGNOSAKEPERAWATAN

PERENCANAANTUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Perubaha n pola eliminasi urin berhubungan dengan

TUPAN: Pola eliminasi urin mengalami perbaikan setelah 6x24 jam intervensi

TUPEN:Setelah 3x24 jam intervensi, mengalami perbaikan ploa eliminasi urin dengan kriteria:- Klien dapat

beradaptasi dengan terpasangnya kateter

- Warna urin jernih

- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi

1. Lakukan perawatan kateter

2. Cegah obstruksi dengan:- Hindari

lipatan- Hindari

lengkungan pada kateter

3. Observasi kelancaran cairan urin yang keluar dari kateter

4. Berikan dorongan kepada klien untuk mengambil posisi normal (duduk untuk berkemih)

1. Untuk mempertahankan posisi kateter

2. Untuk menjamin kelancaran pengeluaran urin

3. Dengan mengobservasi kelancaran urin berguna untuk mengobservasi ada atau tidaknya obstruksi dan dapat menentukan tindakan yang tepat.

4. Posisi yang normal memberikan kondisi rileks yang kondusif untuk berkemih

Page 30: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

2. Nyeri berhubungan dengan

TUPAN:Nyeri dapat diatasi setelah 6x24 jam intervensi

TUPEN:Setelah 2x24 jam intervensi, nyeri dapat berkurang atau hilang dengan kriteria:- Klien

menyatakan rasa nyerinya berkurang

- Ekspresi wajah klien rileks

- Posisi tubuh klien nyaman

- TTV normal

1. Observasi tanda-tanda vital

2. Ajarkan dan demonstrasikan teknik relaksasi

3. Kompres hangatdi daerah abdomen

4. Libatkan keluarga dalam support system

KOLABORASI:

Berikan analgesik atau opioid dengan jadwal teratur sesuai yang diresepkan(Katrasic 50 mg/PO)

1. Dengan mengobservasi tanda-tanda vital akan membantu mengetahui peningkatan rasa nyeri

2. Teknik relaksasi dapat melemaskan otot-otot dan persyarafannya yang tegang sehingga dapat menurunkan ambang nyeri

3. Untuk mengontrol spasme kandung kemih

4. Secara psikologis dapat memberikan ketenangan sehingga dapat mengurangi respon klien terhadap ambang nyeri

Analgesik mengubah persepsi nyeri dan memberikan rasa nyaman

3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang diagnosis, rencana

TUPAN:Ansietas dapat diatasi setelah 4x24 jam

1. Lakukan pendekatan pada klien/bina trust dengan

1. Dengan pendekatan, menjadikan klien percaya

Page 31: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

pengobatan, dan prognosis

intervensi

TUPEN:Setelah 2x24 jam intervensi, ansietas teratasi dengan kriteria:- Klien tidak

cemas- Klien

tampak tenang

- Klien mendukung setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan

berbincang-bincang

2. Berikan penjelasan tentang penyakit, prosedur perawatan, dan pengobatan

3. Beri motivasi dan dukungan pada klien

sehingga mau mengungkapkn kecemasannya

2. Klien dapat mengerti sehingga kecemasannya akan berkurang dan klien mempunyai motivasi untuk melaksanakan perawatan

3. Dengan dukungan maka klien akan lebih sabar menghadapi penyakitnya sehingga mempercepat proses penyembuhan

Page 32: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

PEMBAHASAN CA PROSTAT

Definisi

Kanker prostat adalah keganasan yang terjadi di dalam kelenjar prostat. Beberapa dokter

mempercayai kanker prostat dimulai dengan perubahan sangat kecil dalam ukuran dan bentuk

sel-sel kelenjar prostat. Perubahan ini dikenal sebagai PIN (prostatic intraepithelial

neoplasia). Hampir setengah dari semua orang yang memiliki PIN setelah berusia diatas 50

tahun mengalami perubahan tampilan sel-sel kelenjar prostat pada mikroskop. Perubahan ini

ada beberapa tingkat, dari tingkat rendah (hampir normal) hingga bermutu tinggi (abnormal).

Etiologi

1. Faktor  genetik

Diduga bila pada keluarga misalnya ayah/kakak (first degree relative) dan kakek/paman

(second degree relative) didapat karsinoma prostat maka resiko keganasan prostat tiga

kali (Robin). Kulit hitam di Amerika Serikat mempunyai mortality rate dua kali

dari kulit putih (Douglas E Johnsons).

Tetapi apakah faktor lingkungan mempengaruhi juga faktor genetik sukar untuk

ditentukan.

2. Faktor hormonal

Aksi androgen pada sel epithel prostat, testosteron yang bebas masuk ke dalam sel

menjadi dehidrotestosteron dengan bantuan enzim 5 alpha reduktase. Steroid reseptor

kompleks dengan DNA akan mengakibatkan spesifik mRNA dan sintesa protein yang

mempunyai efek metabolik dan proliferatif (Ronijn).

3. Faktor diet dan lingkungan

Faktor diet yaitu diet yang banyak mengandung lemak binatang dan perbedaan insiden

kanker prostat pada populasi dengan ras dan lingkungan yang berbeda, sebagai contohnya

generasi kedua dan ketiga orang Jepang yang bertempat tinggal di Amerika memiliki

insiden yang sama dengan orang di Amerika Utara, sedangkan insiden kanker prostat di

Jepang hanya 10% dari insiden di Amerika.

Page 33: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

4. Faktor infeksi

Diduga bakteri dan virus dapat mempengaruhi terjadinya ca prostat, tetapi faktor ini

masih menjadi perdebatan.

Diantara faktor-faktor risiko tersebut, faktor risiko herediter (genetik) dan faktor diet yang

telah terbukti sebagai risiko untuk karsinoma prostat. Bila ada salah satu pria

hubungan keluarga segaris yang menderita karsinoma prostat, maka kemungkinan

terkena karsinoma prostat menjadi 2 kali dan bila ada 2 pria segaris menderita karsinoma

prostat maka kemungkinan terkena karsinoma prostat menjadi 5-11 kali.

Untuk faktor resiko diet, yaitu banyak mengandung lemak binatang. Pria Jepang jarang

menderita karsinoma prostat, tetapi setelah pindah ke daratan Amerika dan pola konsumsi

dietnya berubah maka insiden karsinoma prostat pada imigran Jepang

sama dengan masyarakat kulit putih Amerika.

Manifestasi Klinis

Kanker prostat stadium dini tidak menimbulkan gejala. Setelah kanker berkembang, baru

muncul gejala tetai tidak khas. Gejala yang muncul menyerupai gejala BPH (benign rostatic

hyperplasia), yaitu penyakit pembesaran prostat jinak yang sering dijumpai pada pria usia

lanjut. Akibatnya, kedua penyakit ini sulit dibedakan dan diperlukan pemeriksaan yang dapat

mendeteksi dini sekaligus membedakan antara kanker prostat dan BPH.

Berikut beberapa gejala yang sering ditemui pada penderita kanker prostat:

Sering ingin buang air kecil, terutama pada malam hari (nokturia)

Inkontinensia urine

Kesulitan untuk memulai buang air kecil atau menahan air seni

Aliran air seni lemah atau terganggu

Perasaan nyeri atau terbakar saat buang air kecil

Adanya darah pada air seni atau air mani (hematuria)

Gangguan seksual lain, seperti sulit ereksi atau nyeri saat ejakulasi

Sering nyeri atau kaku di punggung bawah, pinggul, atau paha atas.

Gambaran klinis sesuai dengan stadium dari Ca prostat :

Ca prostat yang masih terlokalisr :

1. asimptomatic

Page 34: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

2. peningkatan PSA

3. pancaran lemah

4. sensasi  sisa urin

5. frekunsi

6. urgensi

Ca prostat lokal lanjut

1. Hematuri

2. Disuri

3. Nyeri  suprapubik dan perineal

4. Impotence

5. Incontinence

6. gejala  gagal ginjal

7. haemospermia.

Ca prostat yang sudah metastasis

1. Nyeri  tulang atau isialgia

2. paraplegi

3. pembesaran limfonodi

4. anuri

5. letargi (anemia,uremia)

6. berat  badan turun dan caceksia

7. perdarahan  pada usus dan kulit

Pemeriksaan Diagnostik

1. Inspeksi buli-buli: ada/ tidaknya penonjolan perut di daerah supra pubik ( buli-buli penuh / kosong )

Palpasi  buli-buli: Tekanan didaerah supra pubik menimbulkan rangsangan ingin kencing bila buli-buli berisi atau penuh.Terasa massa yang kontraktil dan “Ballottement”.

Perkusi: Buli-buli yang penuh berisi urin memberi suara redup.

2 . Colok dubur.

Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok

Page 35: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

dubur harus di perhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran prostat jinak konsistensinya kenyal), adakah asimetris  adakah nodul pada prostat , apa batas atas dapat diraba .

Dengan colok dubur besarnya prostat dibedakan :

-       Grade 1 : Perkiraan beratnya sampai dengan 20 gram.

-       Grade 2 : Perkiraan beratnya antara 20-40 gram.

-       Grade 3 : Perkiraan beratnya lebih dari 40 gram.

Laboratorium.

-     Darah lengkap sebagai data dasar keadaan umum  penderita .

-     Gula darah dimak sudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetus militus

yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli nerogen).

-     Faal ginjal (BUN, kreatinin serum) diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya

penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas .

-     Analisis urine diperiksa untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi atau

inflamasi pada saluran kemih .

-     Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebadkan infeksi

dan sekligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa anti mikroba yang

diujikan.

Flowmetri Flowmetri adalah alat kusus untuk mengukur pancaran urin dengan satuan ml/detik. Penderita dengan sindroma protalisme perlu di periksa dengan flowmetri sebelum dan sesudah terapi.

Penilaian :

Fmak <10ml/detik ——–àobstruktif

Fmak 10-15 ml/detik—–àborderline

Fmak  >15 ml/detik——-ànonobstruktif

Radiologi.-     Foto polos abdomen, dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli, adanya batu atau kalkulosa prostat dan kadang kadang dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine.

Pielografi intra vena

Page 36: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis, dan hidroureter, fish hook appearance ( gambaran ureter berkelok kelok di vesikula ) inclentasi pada dasar buli-buli, divertikel, residu urine atau filling defect divesikula.

Ultrasonografi (USG)

dapat dilakukan secara transabdominal atau trasrektal (trasrektal ultrasonografi = TRUS) Selain untuk mengetahui pembesaran prostat < pemeriksaan USG dapatpula menentukan volume buli-buli, meng ukur sisa urine dan keadaan patologi lain seperti divertikel, tumor dan batu .Dengan TRUS dapat diukur besar prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat pula dilakukan dengan USG suprapubik.

Cystoscopy (sistoskopi)

pemeriksaan dengan alat yang disebut dengan cystoscop. Pemeriksaan ini untuk memberi gambaran kemungkinan tumor dalam kandung kemih atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen didalam vesika. Selain itu dapat juga memberi keterangan mengenahi besarprostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjalan prostat kedalam uretra.

Kateterisasi

Mengukur “rest urine “ Yaitu mengukur jumlah sisa urine setelah miksi sepontan dengan cara kateterisasi . Sisa urine lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada hiper tropi prostat .

Penatalaksanaan

Hanya dengan dilakukan prostatektomi yang merupakan reseksi bedah bagian prostat yang memotong uretra untuk memperbaiki aliran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut, ada beberapa alternatif pembedahan meliputi :

1. Transsurethral resection of prostate (TURP)Dimanan jaringan prostat obstruksi dari lobus medial sekitar uretra diangkat dengana sistoskop/resektoskop dimasukkan melalui uretra

2. Suprapubic /open prostatektomiDengan diindikasikan untuk massa lebih dari 60 g/60 cc. penghambat jaringan prostat diangkat melalui insisi garis tengah bawah dibuat melalui kandung kemih,pendekatan ini lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih. Pedekatan ini lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih.

3. Retropubic prostatektomiMassa jairingan prostat hipertropi (lokasi tinggi dibagian pelvis) diangkat melalui insisi abdomen bawah tanpa pembukaan kandung kemih

4. Perineal prosteatektomiMassa prostat besar dibawah area pelvis diangkat melalui insisi diantara skrotum dan rektum, prosedur radikal ini dilakukan untuk kanker dan dapat mengakibatkan impotensi.

Komplikasi

Page 37: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

Komplikasi yang dapat  terjadi pada hipertropi prostat adalah. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf. Sistitis dan Pielonefritis

Faktor Resiko

Laki-laki usia &gt;55 tahun yang mempunyai riwayat famili menderita kanker prostat1. Makanan terbiasa mengandung asam lemak jenuh.2. Kontak dengan logam berat seperti cadmium.3. Ras Afrika yang tinggal di Amerika.4. Kebiasaan hidup kurang melakukan gerakan fisik atau olah raga5. Kebiasan merokok

Page 38: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

↑ tekanan intra uretra

Obstruksi uretra

Terbentuk tonjolan lobus lateralis & medialis (papil) dalam lumen uretra

Penyempitan uretra

Nyeri supra Pubis

Paru - paru

panggulNyeri pada panggul

Hati

Bermetastase

Poliferasi Sel Maligna

Transformasi sel maligna

Agen Karsinogen

(Zat Kimia, Radiasi, Virus)

↑ Pertumbuhan Sel

Menstimulus Saraf nyeri

Distensi Kandung Kemih

Hipertrofi kandung kemih

Sulit untuk berkemih

Kandung Kemih Penuh

Kanker Prostat

urgency

↑ aktivitas otot detrusorUrin tidak dapat keluar

Perluasan ke leher kandung kemih kemih

Gangguan Pola Berkemih

Perluasan Kedaerah Uretra

Page 39: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1 DS: Klien mengeluh tidak bisa

BAK sejak 12 jam yang lalu Pancaran urin sedikit, dan

menetes. Pancaran urin berkurang sejak

3 bulan yang lalu.DO:

Daerah suprapubik (area vesika urinaria) terasa keras dan tegang.

Uji colok dubur (+++)

Gangguan pola berkemih b.d. perluasan ukuran prostat ke leher kandung kemih d.d. klien mengeluh tidak bisa

BAK sejak 12 jam lalu, urin sedikit, menetes, suprapubik teraba keras, dan uji colok

dubur (+++)

2 DS: Klien mengeluh nyeri ketika

akan berkemih Klien merasakan nyeri di

daerah suprapubik menjalar ke pinggang

DO: Berkeringat di daerah dahi TD 160/110 mmHg T: 37,8oC RR 25x/menit, HR 98x/menit

Nyeri supra pubik b.d. parluasan/metastase kanker d.d klien mengeluh nyeri

ketika akan berkemih, nyeri di daerah suprapubik dan

menjalar ke pinggang, berkeringat, dan TTV

meningkat.

Kanker Prostat

Kandung Kemih PenuhPerluasan ke leher

kandung kemih

↑ aktivitas otot detrusorUrin tidak dapat keluar

urgencySulit untuk berkemih

Gangguan Pola Berkemih

Kanker Prostat Perluasan Kedaerah Uretra

Penyempitan uretra

Terbentuk tonjolan lobus

lateralis & medialis

(papil) dalam lumen uretra

↑ tekanan intra uretra

Obstruksi uretra

Distensi Kandung Kemih

Hipertrofi kandung kemih

Nyeri supra Pubis

Menstimulus Saraf nyeri

Page 40: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa KeperawatanPerencanaan

Tujuan Intervensi Rasional1 Gangguan pola berkemih

b.d. perluasan ukuran prostat ke leher kandung kemih d.d. klien mengeluh tidak bisa BAK sejak 12 jam lalu, urin sedikit, menetes, suprapubik teraba keras, dan uji colok dubur (+++)

TUPAN:Setelah 7x24 jam intervensi, pola berkemih klien mengalami perbaikan/mendekati normal.TUPEN:Setelah 3x24 jam intervensi, pola berkemih klien berangsur baik dengan criteria:

Berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba distensi kandung kemih

Menujukkan residu cairan pasca berkemih kurang dari 50 ml dengan tidak adanya tetesan/kelebihan cairan.

Mempertahankan masukan dan haluaran yang seimbang

1. Tetapkan pola fungsi urianarius pasien yang lazim.

2. Kaji terhadap tanda dan gejala retensi urine: jumlah dan frekuensi urin, distensi suprapubis, keluhan tentang dorongan untuk berkemih, dan ketidaknyamanan.

3. Lakukan kateterisasi pada pasien untuk menentukan jumlah urin residu

4. Lakukan tindakan untuk mengatasi retensi:

a. Berikan dorongan untuk mengambil posisi normal untuk berkemih.

b. Rekomendasi penggunaan maneuver valsava

c. Berikan preparat

1. Merupakan nilai dasar untuk perbandungan dan penetapan tujuan lebih lanjut.

2. Berkemih 20-30 ml dengan teratur dan haluaran kurang dari masukan yang menandakan retensi.

3. Menetapkan jumlah urine yang tersisa

4. Tujuan tindakan:

a. Posisi yang normal memberikan kondisi rileks yang kondusif untuk berkemih.

b. Mengeluarkan tekanan cenderung untuk mendorong urin keluar dari kandung kemih.

c. Menstimulasi

Page 41: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

kolinergik yang diresepkan

d. Pantau efek-efek medikasi.

5. Konsultasikan dengan dokter mengenai kateterisasi intermiten atau indwelling, bantu saat prosedur sesuai yang dibutuhkan.

6. Pantau fungsi kateter; pertahankan sterilisasi system tertutup; irigasi sesuai kebutuhan

7. Siapkan pasien untuk pembedahan jika diindikasikan

kontraksi kandung kemih.

d. Jika tidak berhasil, tindakan lainnya mungkin diperlukan.

5. Kateterisasi akan meredakan retensi urin hingga penyebab spesifik ditemukan; penyebab tersebut dapat saja obstruksi yang dapat diperbaiki hanya melalui pembedahan.

6. Fungsi kateter yang adekuat akan menjamin tercapainya tujuan dan untuk mencegah infeksi.

7. Pengangkatan obstruksi melalui tindakan bedah mungkin diperlukan.

2 Nyeri supra pubik b.d. perluasan/metastase kanker d.d klien mengeluh nyeri ketika akan berkemih, nyeri di daerah suprapubik dan menjalar ke pinggang, berkeringat, dan TTV meningkat.

TUPAN:Setelah 6x24 jam intervensi, nyeri klien hilangTUPEN:Setelah 3x24 jam intervensi, nyeri klien berkurang dengan criteria:

Skala nyeri berkurang (maksimal hanya berada pada skala 3 dari 10

1. Evaluasi sifat nyeri pasien dan letak serta instensitasnya dengan menggunakan skala nyeri.

1. Menentukan sifat, penyebab, dan intensitas nyeri membantu untuk memilih modalitas peredaan yang sesuai dan memberikan dasar untuk perbandingan kemudian.

Page 42: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

skala) Tanda-tanda vital

normal; TD 120/80 mmHg, RR 18-24x/menit, HR 60-100x/menit, Suhu 36-37,5oC

2. Hindari aktivitas yang mencetuskan atau memperburuk nyeri

3. Karena nyeri biasanya berhubungan dengan metastasis tulang, pastikan bahwa tempat tidur pasien mempunyai papan tempat tidur dan kasur yang kencang.

Juga lindungi pasien dari jatuh dan cedera.

4. Berikan sanggahan pada ekstremitas yang sakit.

5. Siapkan pasien untuk terapi radiasi bila diresepkan

6. Berikan analgesik atau opioid dengan jadwal yang teratur sesuai yang diresepkan.

2. Terbentur di tempat tidur adalah satu contoh tindakan yang dapat memperkuat nyeri pasien.

3. Hal ini akan memberikan sanggaan tambahan dan lebih memberikan kenyamanan. Melindungi pasien dari cedera artinya melindungi pasien dari nyeri tambahan

4. Lebih banyak sanggaan dibarengi dengan mengurangi gerakan pada bagian yang sakit akan membentu mengontrol nyeri

5. Terapi radiasi mungkin efektif dalam mengontrol nyeri.

6. Analgesik mengubah persepsi nyeri dan memberikan rasa nyaman.

Page 43: 89167596 Makalah Kasus 2 BPH

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Jakarta: EGC

Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

http://medicastore.com/penyakit/558/Kanker_Prostat.html