Kasus BPH Dan HIL
-
Upload
t-nee-utami -
Category
Documents
-
view
296 -
download
1
Transcript of Kasus BPH Dan HIL
LAPORAN KASUS
I IDENTITAS PASIEN
Nama : I Wayan Sokop
Umur : 68 tahun
Alamat : Br Bebalang
TC : 26 Mei 2012
II DATA DASAR
Subjektif : Heteroanamnesis
Keluhan Utama : Tidak bisa kencing
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang sadar mengeluh tidak bisa kencing sejak 1 hari SMRS. Kencing
tidak mau keluar meskipun pasien sudah mengejan. Pasien sudah menggunakan
dower kateter untuk keluhan sulit sulit kencing sejak 1 bulan terakhir. Dan tidak
menggunakan selang kencing 1 minggu SMRS. Namun sejak pagi sebelum ke rumah
sakit, pasien tidak bisa kencing. Pada awalnya pasien susah kencing sejak 2 bulan
yang lalu. Pasien harus mengedan jika ingin kencing. Kencing yang keluar terputus-
putus, pancaran melemah dan disertai rasa tidak puas setelah kencing. Keluhan
tersebut makin lama makin memberat hingga pasien tidak bisa kencing. Kencing
darah (-), kencing batu (-). Panas badan tidak ada, minum (+) baik. Nyeri pinggang
tidak ada.
Pasien juga mengeluh sesak nafas yang sudah diderita pasien sejak masih
remaja. Sesak kadang-kadang bisa ditangani dengan obat yang selalu didapatkan
pasien dari berobat ke dokter praktek swasta. Sesak disertai dengan batuk berdahak.
Sesak makin hari semakin memberat sejak sejak 3 hari SMRS. Sesak ini tidak
membaik dengan perubahan posisi dan mengganggu tidur pasien. Sesak memberat
saat pasien melakukan aktivitas. Panas badan (-), muntah (-).
Pasien juga mengeluh benjolan pada lipatan paha sejak kurang lebih 6 bulan
yang lalu SMRS. Benjolan ini biasanya hilang timbul ketika pasien mengangkat
barang atau sedang mengedan. Pada saat tidur, benjolan ini menghilang saat pasien
tidur namun dapat dikembalikan lagi sehingga benjolan itu muncul lagi. Keluhan rasa
panas (-), dan nyeri di daerah tidak ada.
1
Pasien juga mengeluh benjolan seperti daging dari lubang anus sejak 3 bulan
yang lalu. Benjolan ini berawal hanya keluar darah yang keluar dari lubang anus,
kemudian lama-lama benjolan yang dapat keluar masuk sendiri, lalu benjolan bisa
dimasukkan dengan tangan pasien sendiri. Namun saat ini benjolan itu tidak bisa
dimasukkan dengan tangan dan menetap benjolannya.
Riwayat Pengobatan :
Pasien dikatakan sudah cukup lama mengalami keluhan kencing. Namun
keluhan ini hanya dibawa ke praktek dokter swasta saja. Untuk keluhan sesak, pasien
rutin berobat ke dokter dan diberikan obat 2 macam. Yakni sirup untuk batuk, dua
tablet berwarna kuning dan hijau.
Riwayat Penyakit Terdahulu :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang seperti ini yaitu keluhan tidak
bisa kencing. Keluhan tidak bisa kencing ini dirasakan pasien baru pertama kali.
Hanya saja keluhan kencing sedikit-sedikit dan tidak puas kencing sudah sering
dirasakan pasien
Riwayat Penyakit keluarga :
Keluhan seperti ini dalam keluarga disangkal oleh pasien.
Riwayat Sosial dan Lingkungan :
Pasien merupakan seorang petani dan sudah menikah. Riwayat merokok ada
lebih dari 1 bungkus sehari sejak pasien masih muda. Satu tahun terakhir ini pasien
dikatakan berhenti merokok karena keluhan sesak yang sering muncul. Riwayat
minum alcohol tidak ada . Pasien juga merupakan golongan menengah ke bawah.
OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan umum : Lemah (sakit sedang)
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
2
Denyut Nadi : 88x/mnt
Respirasi : 36x/mnt
Temperatur : 36,5 C
Status General
Mata : Anemis +/+, ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening –
THT : Telinga : cairan –
Hidung : NCH -, Cyanosis –
Tenggorokan : Tonsil T0/T0 hiperemis –
Thorax : Cor : inspeksi : gerak dada + simetris, penggunaan otot bantu
pernapasan +,
PO perkusi : sonor +/+, batas jantung dalam batas
normal
Palpasi : gerak nafas terangkat simetris, fokal fremitus
Normal, palpasi iktus kordis teraba pada MCL
kiri
ICS V
Auskultasi : cor : S1S2 tunggal Regular Murmur –, batas
atas pada ICS II, batas kanan PSL kanan ICS
V, batas Kiri pada MCL kiri ICS V
Po : vesicular +/+ , rhonki +/+, wheezing +/+
Abdomen : Inspeksi : distensi -
Auskultasi : BU+ menurun
Perkusi : Timpani di daerah suprapubik
Palpasi : distensi (-), nyeri tekan suprapubik (-), hepat
lien tidak teraba
Ekstremitas : hangat : + + oedem - -
+ + - -
Status Lokalis
◦ Regio Lumbal D/S
Insp : Bulging (-) tanda radang (-)
Palp : Massa -/-, nyeri tekan -/-,
3
Ginjal tidak teraba
Perc : Nyeri ketok CVA -/-
◦ Regio Hipogastrium
Insp : terpasang kateter
Palp : kandung kemih tak teraba,
nyeri tekan (-)
◦ Regio Genetalia eksterna
massa (-), tanda-tanda radang (-), tanda- tanda trauma (-).
Pemeriksaan Fisik Tambahan
Regio Inguinalis dextra :
Inspeksi : Tampak tonjolan berbentuk lonjong, terlihat lipatan paha sebelah
kanan lebih tinggi daripada sebelah kiri, kulit berwarna sama dengan kulit
sekitarnya, tanda – tanda infeksi tidak ada, tidak ada hematom.
Palpasi : Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), perabaan benjolan mudah
digerakkan, teraba benjolan berbentuk bulat lonjong dengan ukuran
2cmx3cmcm, konsistensi kenyal, bisa dimasukkan, Valsava Test (+), Finger
Test (+) teraba benjolan di ujung jari.
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Bising Usus (+), Bruite (+)
Rectal Toucher:
◦ Sekitar anus : tanda radang (+), benjolan berwarna kemerahan dan
nyeri +, bisa dimasukkan dengan tangan.
◦ Mukosa rektum : dbn
◦ Tonus sfingter ani : (+)
◦ Ampula rekti : terisi feses, kolaps (-)
◦ Prostat :
Konsistensi padat kenyal >4cm (perkiraan berat >100gram)
Teraba kanan kiri
Sulcus medianus tidak teraba
Pole atas tidak teraba
Nodul (-)
4
Hand schoen feses (+), darah (-), lendir (-)
Kesan : BPH grade IV
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan 14/5/12 Nilai normal
WBC 49,7 3,5 – 10,0 x 103 µL
Lymphosit 2 0,5 – 5,0%
RBC 5,17 3,5 – 5,50 x 10̂6 /µL
HgB 14,7 11,5 – 16,5 g/dL
HCT 44,5 35 – 55%
MCV 66,2 75 – 100 fL
MCH 28,5 25 – 35 pg
MCHC 33,1 31 – 38 g/dL
RDW 64,1 30 – 150
PLT 314 150 – 400 103/µL
MPV 8,0 8 – 11,0
PCT 0,24 0,01 – 9,99
Kimia Darah
GLU 2 JAM PP 112 0 – 150
GLUKOSA PUASA
85 76-115
BUN 34 10– 40
Creatinin 0,83 0.5 – 1,1
AST 15 0-18
ALT 34 0-22
EKG (14/05/2012)
Kesan : Irama sinus rhytm
5
Hasil BOF (14/05/2012)
Tidak tampak batu radioopaque
Kontur ginjal ka/ki tdk membesar
Psoas line ka/ki N
Usus-usus tdk distensi, fecal material (+)
Tulang-tulang N
Kesan : BOF tidak tampak kelainan
(Thorax AP : 14/05/2012)
6
Kesan : Cor : tear drop. Pulmo:hiperinlasi. Kemungkinan diagnose : COPD
Problem1. Retensio urine ec BPH
2. Sesak ec COPD
3. Benjolan di lipatan paha ec HIL
4. Benjolan di lubang anus ec haemoroid
Rencana Pemecahan Masalah
Problem 1: Rentensio Urine ec BPH
Diagnostik: Colok dubur
Terapi: pemasangan dower kateter, antibiotic, analgetik
Monitoring: Cek UL
Edukasi:
o Menjelaskan kondisi penyakit pasien secara lengkap beserta
komplikasi dan prognosisnya.
7
o Menjelaskan faktor penyebab dari retensio urine adalah pembesaran
dari prostat.
Problem 2: Sesak ec COPD
Diagnostik: spirometri, X-ray Thorax
Terapi:
o Rawat Inap
o O2 2 lpm
o B agonist (salbotamol) nebulaizer
o Mucolitik sirup
o Antiradang NSAID (metyprednisolon)
Monitoring: Keluhan, tanda-tanda vital,
Edukasi:
Nutrisi : makanan direbus/lunak
Problem 3: Benjolan di lipatan paha ec HIL
Diagnosis: Pemeriksaan fisik, USG inguinal
Terapi: Konservatif, Operasi
Monitoring: luka operasi
Edukasi:
o Melarang pasien mengejan.
o Bed rest total (mengurangi kelelahan)
o Melarang pasien mengangkat benda berat
o Control rutin luka bekas operasi ke rumah sakit
Problem 4: Benjolan di lubang anus ec haemoroid
Diagnostik: Colok dubur
Terapi: Reposisi, bedah listrik
Monitoring: Cek UL
Edukasi:
o Makan makanan yang berserat
o Melarang pasien mengejan keras saat BAB
8
Catatan Kemajuan Pasien
Tanggal S O Problem P
15/5/12 Benjolan pd lipatan paha +, sesak +, batuk berdahak +, benjolan di lubang anus +, lemas +, mual -, muntah-. Ma/mi + menurun
Kes: CM
KU: sedang
Tanda vital:
TD: 130/90; Nadi: 92x/mnt; RR: 32x/mnt; T: 36,5°C;
Status General:
Mata : an-/-, ikt -/-
Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh -/-,wh+/+
Abd: dist +, Bu + menurun, NT-,
H ttb, lien ttb
regio. Inguinal D: benjolan +, finger test +
- HIL reponnible D
- asma bronckial
Co. Sp.PD Rawat ruangan IVFD RL 20
tetes/menit O2 2 lpm Diet lunak Cefotaxim 3x1g Ambroxol sirup
3xcth 1 Ventolin
nebulaizer k/p Paracetamol k/p
18/5/12 Sesak + menurun, batuk + menurun, BAB campur darah +, lemas +, ma/mi +
Kes: CM
KU: sedang
Tanda vital:
TD: 110/700; Nadi: 90x/mnt; RR: 28x/mnt; T: 36,5°C
Status General:
Mata : an-/-,
-HIL reponible D
- BPH grade III
-Asma bronchial
Laxadin 3xcth 1 O2 k/p IVFD RL 28 tts Paracetamol
3x500mg Terapi Sp.PD
lanjut
9
ikt -/-
Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh-/-,wh+/+
Abd: dist +, Bu + menurun, NT-
19/5/12 Sesak +, batuk +
Ma/mi +
Kes: CM
KU: lemah
Tanda vital:
TD: 100/70; Nadi: 98x/mnt; RR: 32x/mnt; T: 36,5°C;
Status General:
Mata : an-/-, ikt -/-
Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+
Abd: dist +, Bu -, NT-
-HIL reponible D
- BPH grade III
-Asma bronchial dd PPOK
terapi lanjut Konsul Sp.An Planning open
prostectomy Persetujuan
keluarga mx: VS,
21/5/12 Batuk +
minum membaik BAB/BAK (+)
Kes: CM
KU: sedang
Tanda vital:
TD: 100/60; Nadi: 88x/mnt; RR: 22x/mnt; T:
HIL reponible D
- BPH grade III
-Asma bronchial dd PPOK
Persiapan open prostectomy
Konfirmasi Sp.B Obat lanjut
10
36,1°C
Status General:
Mata : an-/-, ikt -/-
Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+
Abd: dist +, Bu + normal, NT-,
22/5/12 Keluhan batuk + menurun, sesak + menurun
muntah (-), Makan/
minum membaik BAB/BAK (+)
Kes: CM
KU: sedang
Tanda vital:
TD: 120/70; Nadi: 90x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C
Status General:
Mata : an-/-, ikt -/-
Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+
Abd: dist +, Bu +, NT-
- HIL reponible D
- BPH grade III
-Asma bronchial dd PPOK
Persiapan open prostecomy
Obat lanjut
11
23/05/2012
Keluhan sesak berkurang, batuk berkurang
muntah (-), Makan/
minum membaik BAB/BAK (+)
Kes: CM
KU: sedang
Tanda vital:
TD: 110/70; Nadi: 90x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C
Status General:
Mata : an-/-, ikt -/-
Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+
Abd: dist +, Bu + normal, NT-
-HIL DI
- PPOK
Rawat ruangan
24/5/12
ICU
Batuk +, sesak +
Kes: CM
KU: sedang
Tanda vital:
TD: 147/78; Nadi: 65x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C
Status General:
Mata : an-/-, ikt -/-
Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh-/-,wh-/-
Abd: dist +, Bu + menurun, NT-
-HIL D
-BPH grade III
- PPOK
Rawat ruangan ICU
Ciproperason sulbaktam 2x1gram
Metylprednisolon Pantoprazol 1x1
gram Salbutamol
3x2gram Ambroxol 3x10cc DMP 3x5ml Paracetamol a/p Nebulaizer a/p
12
25/5/12 Batuk +, sesak +
Kes: CM
KU: sedang
Tanda vital:
TD: 110/70; Nadi: 90x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C
Status General:
Mata : an-/-, ikt -/-
Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+
Abd: dist +, Bu + normal, NT-
-HIL D
-BPH grade III
- PPOK
Obat Sp.PD lanjut Tunggu acc Sp.B
26/5/12 Batuk + menurun, sesak + menurun.
Kes: CM
KU: sedang
Tanda vital:
TD: 110/70; Nadi: 90x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C
Status General:
Mata : an-/-, ikt -/-
Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+
Abd: dist +, Bu + normal, NT-
-HIL D
-BPH grade III
- PPOK
Ciproperason sulbaktam 2x1gram
Metylprednisolon Pantoprazol 1x1
gram Salbutamol
3x2gram Ambroxol 3x10cc DMP 3x5ml Planning DL uang,
jika HB <10 lakukan transfuse PRC
Spirometri
13
27/5/12 Sesak berkurang, batuk berkurang, makan minum + lancer
Kes: CM
KU: sedang
Tanda vital:
TD: 110/70; Nadi: 90x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C
Status General:
Mata : an-/-, ikt -/-
Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+
Abd: dist +, Bu + normal, NT-
-HIL D
-BPH grade III
- PPOK
Terapi lanjut
28/5/12 Sesak + , batuk +
KU: sedang
Tanda vital:
TD: 148/70; Nadi: 90x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C
Status General:
Mata : an-/-, ikt -/-
Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+
Abd: dist +, Bu + normal, NT-
-HIL D
-BPH grade III
- PPOK
IVFD RL 20 tetes Biosef 3x1gram Puasa 12jam Persiapan operasi P/ DL, Thorax,
14
29/5/12 Sesak + berkurang, nyeri pada luka operasi +, panas -, perdarahan pd luka operasi -.
KU: sedang
Tanda vital:
TD: 130/80; Nadi: 78x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C
Status General:
Mata : an-/-, ikt -/-
Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+
Abd: dist +, Bu + normal, NT-, flatus +. Terpasang drain+
Post open prostectomy dan herniotomy
Obat lanjut Paracetamol oral
k/p Nebulaizer
ventolin+fluxetin
30/5/12 Drain dicabut sendiri oleh pasien pkl 06.00
KU: sedang
Tanda vital:
TD: 120/80; Nadi: 78x/mnt; RR: 24x/mnt; T: 36,5°C
Status General:
Mata : an-/-, ikt -/-
Thorax: cor: S1,S2 tgl reg m(-), po: ves +/+, rh+/+,wh+/+
Abd: dist +, Bu + normal, NT- CM : cairan infuse + minum :1460cc
Rawat luka Lapor Sp.B
15
CK : urine murni : 1500cc
RINGKASAN
Pasien laki-laki umur 68 tahun datang dengan keluhan tidak bisa kencing sejak I
SMRS. Riwayat mengedan jika ingin kencing ada, kencing terputus-putus, pancaran lemah,
dan disertai perasaan tidak puas setelah kencing ada sejak 2 bulan yang lalu. Didapatkan
keluhan penyerta berupa benjolan padan skrotum sejak ± 6 bulan yang lalu hilang timbul saat
pasien mengedan dan tidur terlentang. Pasien juga mengeluh benjolan seperti daging di
lubang anus sejak 3 bulan dan daging tersebut dapat dimasukkan dengan tangan.sesak dan
batuk berdahak + sejak remaja dan keluhan memberat 3 hari SMRS. Riwayat merokok +
sejak remaja ± 10 batang/hari dan berhenti sejak 1 tahun yang lalu. . Dari pemeriksaan RT
didapatkan ada pembesaran kelenjar prostat grade IV dan hemoroid grade III.
Dari anamnesis di atas ditemukan keluhan, pemeriksaan fisik, dan riwayat mengarah ke
diagnosis benign prostat hipertropi grade IV. Dengan penyakit penyerta mengarah ke hernia
inguinal lateral sisi kanan, hemoroid grade III, dan COPD. Pencetus kekambuhan adalah
keluhan sesak yang memberat yang meningkat tekanan intraabdominal meningkat saat
mengedan dan mendesak prostat.
Pada pemeriksaan penunjang darah lengkap didapatkan penurunan dari peningkatan
white blood cell. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang laboratorium, X-ray
ditemukan beberapa problem yang terdapat pada pasien ini, antara retensio urine ec bph grade
III, benjolan di lipatan paha, benjolan daging di lubang anus, dan sesak. Penanganan awal
yang diberikan antara lain observasi ugd, oksigen 2 lpm, ,IVFD RL 20 tpm, nebulaizer
ventolin, pemasangan dower kateter, ambroxol 3x1 sendok makan. Follow up dilakukan
setiap hari, kondisi pasien semakin membaik.
MASALAH
Penatalaksanaan retensio urin pada pasien benign hipertropi prostat dengan pemberat sesak akibat COPD.
V. DISKUSI
16
Retensio urine adalah suatu sindrom klinis urologi dimana terjadi penumpukan urine
di dalam kandung kemih karena tidak dapat berkemih1,2. Dapat terjadi secara parsial atau
total. Keadaan ini merupakan keadaan yang gawat darurat karena nantinya akan
menyebabkan kerusakan pada kedua ginjal. Etiologi retensio urine ada 3 yaitu 1). Proses
obstruksi intervesical yakni kelainan bawaan, trauma, infeksi, tumor, dan kelainan metabolic,
2). Kelainan bawaan pada uretra (fimosis, atresia, stenosis meatus, divertikulum, muara
urethra abnormal), urethrovesical (post urethra valve, hipertrofi verumontanum, kontraktur
bladder neck, hipertrofi bledder neck), vesica (anomaly diverticulum, neurogenic bladder),
3). Kelainan didapat yaitu urethra (fimosis, striktur, batu, fistula, divertikulum, rupture),
urethovesical (prostat hyperplasia, hipertropi, keganasan), vesika (tumor)1,2. Gejala-gejala
pembesaran prostat jinak dikenal dengan istilah LUTS (lower urinary tract symptom)
dibedakan menjadi gejala obstruktif dan iritatif. Tanda obstruksi saluran kemih antara lain
pancaran kencing lemah, rasa tidak lampias sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu
lama (hesistensy), harus mrngedan (straining), kencing terputus-putus (intermitency, dan
waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena
overflow. Gejala iritatif yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun untuk miksi tengah malam
hari (nokturi), perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgency), dan nyeri saat miksi
(disuria)3,4,5. Pada pasien ini, selain adanya retensio urine dan pembesaran prostat yang
gejalanya sesuai dengan pembesaran prostat dengan gejala obstruksi ditemukan berdasarkan
anamnesis. WHO IPSS
Pertanyaan Jawaban dan skor
Keluhan pada bulan terakhir Tidakada
sama
sekali
<20% <50% 50% >50% Hampir
selalu
a. Adakah anda merasa buli-buli
tidak kosong setelah b.a..k?
0 1 2 3 4 5
b. Berapa kali anda hendak b.a.k
lagi di dalam waktu 2 jam setelah
b.a.k?
0 1 2 3 4 5
17
c. Berapa kali terjadi bahwa arus
kemih berhenti sewaktu b.a.k?
0 1 2 3 4 5
d. Berapa kali terjadi anda tidak
dapat menahan kemih?
0 1 2 3 4 5
e. Berapa kali terjadi arus lemah
sekali sewaktu b.a.k?
0 1 2 3 4 5
f. Berapa kali anda mengalami
kesulitan memulai b.a.k?
0 1 2 3 4 5
Bangun tidur untuk b.a.k Tidak
pernah
1 x 2 x 3 x 4 x 5 x
g. Berapa kali anda bangun untuk
b.a.k di waktu malam?
0 1 2 3 4 5
h. Andaikata cara b.a.k seperti anda
alami sekarang ini akan seumur
hidup tetap seperti ini,
bagaimanakah perasaan anda?
Jumlah skor :
0 = bai k sekali
1 = baik
2 = kurang baik
3 = kurang
4 = buruk
5 = buruk sekali
Skor 0-7: bergejala ringan
18
Skor 8-19: bergejala sedang
Skor 20-35: bergejala berat1,2.
Dari pemeriksaan fisik untuk dapat mendiagnosa BPH yaitu dengan melakukan colok
dubur (DRE). Pemeriksaan colok dubur ini dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat
biasanya pada lobus tengah, konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu
tanda dari keganasan prostat. Mengukur volume prostat dengan DRE cenderung
underestimate daripada pengukuran dengan metode lain, sehingga jika prostat teraba besar,
hampir pasti bahwa ukuran sebenarnya memang besar.
Rectal grading1,3,4,
Stage 0 : prostat teraba <1cm, berat <10 gram
Stage 1 : prostat teraba 1-2 cm, berat 10-25 gram
Stage 2 : prostat teraba 2-3 cm, berat 25-60 gram
Stage 3 : prostat teraba 3-4 cm, berat 60-100 gram
Stage 4 : prostat teraba >4 cm, berat >100 gram
Klinikal Grade
Normal : sisa urine tidak ada
Grade 1 : sisa urin 0-50 cc
Grade 2 : sisa urin 50-150 cc
Grade 3 : sisa urin >150 cc
Grade 4 : retensi urine total
Grade 1-2 : indikasi konservatif
Grade 3-4 : indikasi operasi
Derajat berat hipertrofi prostat berdasarkan gambaran klinis
Derajat Colok dubur Sisa volume urin
I Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba < 50 ml
II Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai
50-100 ml
III Batas atas prostat tidak dapat diraba > 100 ml
IV Retensi urin total
19
Hasil pemeriksaan colok dubur pada pasien didapatkan kesan pembesaran prostat
grade IV yang mana batas atas tidak dapat di raba. Hal ini telah sesuai dengan teori dimana
pembesaran prostat grade IV yaitu adanya retensi urine total berdasarkan gambaran klinis.
Berdasarkan klinikal grade juga dikatan grade IV dengan retensi urine dan berdasarkan rectal
grading termasuk grade IV sesuai dengan pemeriksaan colok dubur teraba prostat dengan
konsistensi padat kenyal ukuran ± 4cm, berat >100gram.
Keseluruhan penemuan ini mengarahkan pasien pada assessment retensio urine et
causa benign prostat hipertropi. Tujuan terapi BPH adalah mengembalikan kualitas hidup
pasien. Terapi yang ditawarkan pada pasien tergantung derajat keluhan, keadaan pasien,
maupun kondisi obyektif yang diakibatkan oleh penyakitnya. Pilihannya mulai dari1,4,5,6 :
1. Tanpa terapi (watchful waiting) skor BPH untuk IPSS <7
2. Terapi medikamentosaskor IPSS >7
3. Terapi intervensiTURP (transuretrhal resection of the prostate)
Tindakan pembedahan dilakukan jika kelenjar prostat yang sudah menyebabkan
obstruksi. Dan juga pada BPH yang telah mengalami komplikasi diantaranya 1).
Retensi urine, 2). Infeksi saluran kemih berulang, 3).hematuria makroskopik, 4). Batu
buli-buli karena BPO, 5). Gagal ginjal oleh BPO, 6).divertikulum buli-buli yang
cukup besar. Penatalaksaan pada pasien ini telah sesuai dengan teori karena dilakukan
operasi dengan indikasi retensio urine dan infeksi saluran kencing berulang yang
didapatkan dari anamnesia pasien. Dilakukan open prostectomy pada pasien ini telah
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa penatalaksaan dengan open prostectomy
terbuka dianjurkan pada prostat yang sangat besar >100gram.
Keluhan sesak pada pasien ini yang merupakan suatu gejala gawat darurat yang harus
ditangani dengan cepat. Macam-macam sesak napas dapat dibedakan dalam 2 jenis yaitu
sesak napas akut dan sesak napas kronis. Sesak napas akut adalah sesak nafas yang timbul
secara tiba-tiba dan merupakan kegawat daruratan7,8. Penyebab dyspneu akut antara lain
penyakit paru dan pernafasan, penyakit jantung atau trauma dada. Sesak napas atau dyspneu
kronik (menahun) dapat sebabkan oleh asma, penyakit paru obstruktif kronis, emfisema,
inflamasi paru-paru7,8. Dari anamnesis didapatkan bahwa sesak napas ini sudah diderita lama
oleh pasien sehingga dapat disebut sesak kronis atau menahun. Sesak napas yang dialami
oleh pasien terjadi pada pasien usia pertengahan, dengan gejala yang progresif (mula-mula
ringan kemudian bertambah berat), terdapat riwayat merokok sehingga sangat sesuai dengan
gejala penyakit baru obstruksi akut (COPD). Selain itu dari anamnesis didapatkan bahwa
20
sesak timbul saat beraktivitas dan hal ini sesuai dengan gejala PPOK7,8. Pemeriksaan fisik
didapatkan bunyi paru rhonki dan wheezing pada saat ekspirasi yang sesuai dengan gejala
PPOK. Penatalaksanaan sesak akibat dari PPOK secara umum adalah membebaskan jalan
napas pasien dengan pemberian inhalasi/ nebulazer bronchodilator ditambahkan pemberian
okssigen.
Dari penelitian didapatkan pemberian anticholinergic drug secara inhalasi atau nebulizer
seperti ipaprotium bromide dalam jangka panjang dapat meningkatkan angka kejadian retensi
urine pada pasien dengan BPH6. Antikolonergik berperan dalam memblok kerja parasimpatis,
dalam kaitannya dengan saluran kencing dan genital obat ini bekerja menghambat kerja
reseptor M3 sehingga menyebabkan retensi urin. Sedangkan bila dihubungkan dengan pasien
ini kejadian COPD tidak berhubungan dengan kejadian BPH oleh karena pasien ini tidak
mendapatkan penatalaksanaan PPOK dengan menggunakan agent antikolonergik.
Hernia merupakan protrusi/penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan9. Terdapat beberapa poin penting dalam hernia, yaitu
defek pada bagian dinding rongga, kantung hernia, isi hernia, dan cincin hernia (daerah
penyempitan kantung hernia akibat defek tersebut. Kejadian BPH menurut beberapa teori
masi memiliki hubungan terhadap terjadinya hernia inguinalis lateralis yang terjadi melalui
mekanisme peningkatan tekanan intraabdominal yang dipicu oleh mengejan saat melakukan
miksi. Selain itu peningkatan tekanan intraabdominalis juga bisa terjadi akibat keadaan batuk
kronis pada pasien dengan PPOK.
Hemoroid merupakan penyakit yang diakibatkan oleh gangguan pleksus hemoroidalis sistem
arteriovenous yang terletak didaerah submukosa kanalis anal10. Tiga hal penting yang harus
diketahui yaitu mukosa rectum atau mukosa anodermal, kemudian stroma jaringan berisi
pembuluh darah, otot polos dan jaringan ikat penunjang serta ketiga adalah jangkar atau
anchor yang akan melindungi pleksus hemoroid dari mekanisme kerja sfingter ani.dengan
bertambahnya usia dan berbagai faktor pemberat (bendungan sistem porta, kehamilan, ppok,
konstipasi kronik, keadaan yang menimbulkan tekanan intrapelvis meningkat) maka jaringan
jangkar tersebut akan menjadi rusak dan pleksus akan menonjol dan turun memberikan
gejala. Selain itu ada terori yang menyebutkan terjadi hemoroid yg diakibatkan oleh sindrom
prostitis kronis sebanyak 45% dan 300% meningkat pada varicocele dari vena yang
mensuplai skrotum dan jaringan hemoroidal. Namun peranan langsung pembesaran prostat
dengan terjadinya hemoroid belum dikatahui mekanisme secara pastinya. Pada pasien ini
21
keluhan hemoroid muncul dari pemberat yang dibawa yaitu PPOK selain itu pasien juga
mengalami pembesaran prostat dalam waktu lama.
Prognosis pada pasien ini dari fungsi secara fisiologis tidak akan bisa mengalami perbaikan.
Mengingat usia pasien yang sudah berumur 50 tahun. Prognosis untuk BPH berubah-ubah
dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat.
Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat
berkembang menjadi kanker prostat. Menurut penelitian, kanker prostat merupakan kanker
pembunuh nomer 2 pada pria setelah kanker paru-paru. BPH yang telah diterapi juga
menunjukkan berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi penderita.
22
Daftar Pustaka
1. IAUI BPH Guidelines. Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia. 1-19.
2. Benign Prostatic Hyperplasia : Causes, symptoms and diagnosis.
http://www.aafp.org/afp.html
3. .Purnomo, Basuki. 2003. Dasar-dasar Urologi SMF/Lab Ilmi Bedah. RSUP. Dr.
Saiful Anwar FK UNIBRA.Malang. Page 69-85
4. Benign Prostat Hyperplasia. www.google.com. Last Updated : 10 Juny 2012
5. Benign Prostatic Hyperplasia. http://en.wikipedia.org
6. Afonso As, et al. Inhaled anticholinergic drugs and risk of acute urinary
retension. Pubmed. 2011
7. Advisor Committee Guidelines&Protocols. Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD). Effective Date : January 1, 2011
8. Gold Executive Committee. Global Initiative Chronic Obstructive Lung Disease.
Gobal Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease. 2006
9. Kapita selekta. Hernia Inguinal Lateralis, Page 315-320. Published 2010
10. Hemorrhid Treatment Answer. Risk Factor Associated With
Hemorrhoids.Published 2010-2012
23