laporan Kasus BPH Nurul Setyani Danios
-
Upload
jelina-mayaut-noija -
Category
Documents
-
view
61 -
download
0
Transcript of laporan Kasus BPH Nurul Setyani Danios
SINDROM TEROWONGAN KARPAL
(CARPAL TUNNEL SYNDROME)
I. PENDAHULUAN
Sindroma Terowongan Karpal, yang juga dikenal sebagai disfungsi nervus medianus, adalah
kondisi medis yang ditandai dengan penggunaan berlebihan atau tekanan pada nervus medianus
di pergelangan tangan. Nervus medianus mengendalikan sensasi dan pergerakan lengan. Kondisi
ini lebih sering terjadi pada individu dengan gaya hidup atau pekerjaan yang memerlukan mereka
untuk melakukan pergerakan pergelangan tangan yang diulang-ulang, tetapi faktor risiko lain
termasuk penyakit saraf atau penyakit peradangan yang mendasarinya, atau memiliki riwayat
patah pergelangan tangan sebelumnya. Prognosis akan bervariasi tergantung dari beratnya
keadaan. Kasus ringan dapat ditangani dengan obat-obatan tetapi kurang lebih setengah dari
seluruh jumlah kasus pada akhirnya memerlukan pembedahan, yang umumnya memiliki
prognosis yang baik. Individu yang menderita gejala yang berat yang mengganggu aktifitas sehari-
hari sebaiknya tidak perlu ragu-ragu untuk berkonsultasi dengan seorang dokter. Bila tidak
dirawat, kondisi ini dapat menyebabkan nyeri yang menetap, kelemahan atau kesemutan.
Carpal tunnel syndrome (CTS) atau sindroma terowongan karpal (STK)
adalah salah satu gangguan pada lengan tangan karena terjadi
penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada
terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil
tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus
dipergelangan tangan. Carpal Tunnel Syndrome diartikan sebagai
kelemahan pada tangan yang disertai nyeri pada daerah distribusi
nervus medianus (Sidharta, 2006)
Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan neuropati tekanan sarafmedianus dalam terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yangpaling sering, bersifat kronik, dan ditandai dengan nyeri tangan pada malam hari,parestesia jari-jari yang mendapat innervasi dari saraf medianus, kelemahan danatrofi otot thenar (Kao,2003, Susanto, 2004, Aroori,2008). Dulu, sindroma inijuga disebut dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial
thenar atrophy (De Jong, 1992)
1
Terowongan karpal terdapat di bagian depan dari pergelangan tangan dimana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilaluioleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentukdasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentukoleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament)yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut (Krames, 1994,Viera ,2003, Barnardo,2004, Davis,2005). Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di
dalamnya yaitu nervus medianus
II. DEFINISI
American Society for Surgery of the Hand mendefinisikan CTS terjadikarena peningkatan tekanan pada nervus medianus yang menyebabkan nervusmedianus terjepit di pergelangan tangan. Gejalanya mati rasa, kesemutan, dannyeri di tangan, lengan, dan jari (Viera,2003). Kebanyakan kasus CTS adalahringan dan hilang sendiri, misalkan pada wanita hamil setelah melahirkan. CTSdapat menimbulkan kecacatan pada pekerja karena selain menyebabkan rasanyeri, dapat pula membatasi fungsi-fungsi pergelangan tangan dan tangan
sehingga berpengaruh terhadap pekerjaan sehari-hari (Tana,
2003).
2
Nervus Medianus. (a) Carpal Tunnel Syndrom, (b) Distribusi Sensorik. 5
3
III. EPIDEMIOLOGI
IV. ETIOLOGI
.
V. PATOGENESIS
Until the advent of electrophysiologic testing in the 1940s, carpal tunnel syndrome (CTS) commonly was thought to be the result of compression of the brachial plexus by cervical ribs and other structures in the anterior neck region. It is now known that the median nerve is damaged within the rigid confines of the carpal tunnel, initially undergoing demyelination followed by axonal degeneration. Sensory fibers often are affected first, followed by motor fibers. Autonomic nerve fibers carried in the median nerve also may be affected.
The cause of the damage is subject to some debate; however, it seems likely that abnormally high carpal tunnel pressures exist in patients with CTS. This pressure causes obstruction to venous outflow, back pressure, edema formation, and ultimately, ischemia in the nerve.
The risk of development of CTS appears to be associated, at least in part, with a number of different epidemiologic factors, including genetic, medical, social, vocational, avocational, and demographic.[1] A complex interaction probably exists between some or all these factors, eventually leading to the development of CTS. Definite causative factors, however, are far from clear.
VI. GEJALA
Tanda dan gejala Sindroma Terowongan Karpal yang mungkin timbul:
Berkurangnya kepekaan terhadap sentuhan (hypoesthesia) Kelemahan pada tangan anda Mati rasa dan kesemutan pada jari-jemari Mati rasa dan kesemutan pada tangan Mengalami kesulitan berpegangan pada benda kecil Perubahan warna kulit tangan Rasa nyeri yang menjalar dari pergelangan tangan ke atas ke lengan atau bahu Rasa nyeri yang menjalar dari pergelangan tangan turun ke telapak tangan atau jari-
jari Suatu kecenderungan untuk menjatuhkan benda
4
Atropi otot Thenar pada pasien CTS 5
VII. DIAGNOSA
Diagnosa STK ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung
oleh beberapa pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan fisik
Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus
pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes
provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa STK adalah 1,6 :
a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai
pada penyakit Raynaud.
b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-
otot thenar.
c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual.
Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal palmar lalu ujung jari 1
dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada
ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta
penderita melakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.
d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti STK, maka tes
ini menyokong diagnosa STK.
5
e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam
waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan
diagnosa STK.
Tes Phallen 6
f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan
tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila
dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan
karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
Tes Tinnel 6
h. Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan
menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala
seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
i. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari
telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat
menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung
diagnosa.
j. Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik
(two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus
medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa.
6
k. Pemeriksaan fungsi otonom. Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat,
kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus
medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa STK.
2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik) 1,8
a. Pemeriksaan Elektromiografi (EMG)
b. Kecepatan Hantar Saraf (KHS).
3. Pemeriksaan radiologis
4. Pemeriksaan laboratorium
VIII. DIAGNOSA BANDING
IX. TERAPI
PROGNOSIS
.
X. KESIMPULAN
Daftar Pustaka
1. Moeliono F. Etiologi, Diagnosis dan Terapi Sindroma Terowongan Karpal
(S.T.K.) atau (Carpal Tunnel Syndrome/CTS). Neurona. 1993; 10 : 16-27.
2. DeJong RN. The Neurologic Examination revised by AF.Haerer, 5th ed, JB
Lippincott, Philadelphia, 1992; 557-559.
3. Price Sylvia. Gangguan Sistem Neurologik. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Ed. 6. Vol. 2. Jakarta : EGC. 2005. h. 1159-62
4. Bickley Lynn. Sistem Saraf. Buku Saku Pemeriksaan Fisik Dan Riwayat
Kesehatan Bates. Ed. 5. Jakarta : EGC. 2008. h. 286-7
7
5. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik Dan Mental. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI. 2010. h. 125-8
6. Swartz Mark. Sistem Saraf. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC. 1995. h.
374-7
7. Krames Communication (booklet). Carpal Tunnel Syndrome. San Bruno (CA) :
Krames Comm ; 1994: 1-7.
8. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System. 2nd
ed. Baltimore: Williams&Wilkins Co; 1983.p.274-275.
9. Rambe, Aldi S. 2004. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi FK USU.
http://library.usu.ac.id
10. Gilroy J. Basic Neurology. 3rd ed. New York: McGraw-Hill ; 2000.p.599-601.
11. Salter RB. 1993. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal
System. 2nd ed. Baltimore: Williams&Wilkins Co;.p.274-275.
12. Sidharta, Priguna. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Penerbit: Dian Rakyat FK UI. h.
108-9
13. Krames Communication (booklet). Carpal Tunnel Syndrome. San Bruno (CA) :
Krames Comm ; 1994: 1-7.
14. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System. 2nd
ed. Baltimore: Williams&Wilkins Co; 1983.p.274-275.
15. Adams RD, Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology. 6th ed. New
York:McGraw-Hill ; 1997.p.1358-1359.
16. Weimer LH. Nerve and Muscle Disease. In : Marshall RS, Mayer SA, editors. on
Call Neurology. Philadelphia: WB Saunders Co; 1997 .p.254-256.
17. Gunderson CH. Quick Reference to Clinical Neurology. Philadelphia: JB
Lippincott Co; 1982.p.370-371.
18. Rosenbaum R. Carpal Tunnel Syndrome. In : Johnson RT, Griffin JW, editors.
Current Therapy in Neurologic Disease. 5th ed. St.Louis :Mosby ;1997.p.374-379.
19. Walshe III TM. Diseases of Nerve and Muscle. In: Samuels MA, editor. Manual
of Neurologic Therapeutics. 5th ed. Boston : Little, Brown and Co; 1995.p.381-
382.
20. Greenberg MS. Handbook of Neurosurgery. 3rd ed. Lakeland (Florida) :
Greenberg Graphics; 1994.p.414-419.
8
21. Devinsky o, Feldman E, Weinreb HJ, Wilterdink JL. The Resident's Neurology
Book. Philadelphia: F.A. Davis Co;1997.p.173-174.
22. Rosenbaum R. Occupational and Use Mononeuropathies. In:Evans RW, editor.
Neurology and Trauma. Philadelphia: WB Saunders Co; 1996.p.403-405.
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
SINDROM TEROWONGAN KARPAL
9
REFERAT
OKTOBER 2013
Disusun oleh:
Louis M. A. Mailuhu, S.Ked
(2008-83-007)
PEMBIMBING
dr. Samuel A. Wagiu, Sp.S, M.Ked
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2013
10