laporan Kasus BPH Nurul Setyani Danios

14
SINDROM TEROWONGAN KARPAL (CARPAL TUNNEL SYNDROME) I. PENDAHULUAN Sindroma Terowongan Karpal, yang juga dikenal sebagai disfungsi nervus medianus, adalah kondisi medis yang ditandai dengan penggunaan berlebihan atau tekanan pada nervus medianus di pergelangan tangan. Nervus medianus mengendalikan sensasi dan pergerakan lengan. Kondisi ini lebih sering terjadi pada individu dengan gaya hidup atau pekerjaan yang memerlukan mereka untuk melakukan pergerakan pergelangan tangan yang diulang-ulang, tetapi faktor risiko lain termasuk penyakit saraf atau penyakit peradangan yang mendasarinya, atau memiliki riwayat patah pergelangan tangan sebelumnya. Prognosis akan bervariasi tergantung dari beratnya keadaan. Kasus ringan dapat ditangani dengan obat-obatan tetapi kurang lebih setengah dari seluruh jumlah kasus pada akhirnya memerlukan pembedahan, yang umumnya memiliki prognosis yang baik. Individu yang menderita gejala yang berat yang mengganggu aktifitas sehari-hari sebaiknya tidak perlu ragu-ragu untuk berkonsultasi dengan seorang dokter. Bila tidak dirawat, kondisi ini dapat menyebabkan nyeri yang menetap, kelemahan atau kesemutan. Carpal tunnel syndrome (CTS) atau sindroma terowongan karpal (STK) adalah salah satu gangguan pada lengan tangan karena terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus dipergelangan tangan. Carpal Tunnel 1

Transcript of laporan Kasus BPH Nurul Setyani Danios

Page 1: laporan Kasus BPH Nurul Setyani Danios

SINDROM TEROWONGAN KARPAL

(CARPAL TUNNEL SYNDROME)

I. PENDAHULUAN

Sindroma Terowongan Karpal, yang juga dikenal sebagai disfungsi nervus medianus, adalah

kondisi medis yang ditandai dengan penggunaan berlebihan atau tekanan pada nervus medianus

di pergelangan tangan. Nervus medianus mengendalikan sensasi dan pergerakan lengan. Kondisi

ini lebih sering terjadi pada individu dengan gaya hidup atau pekerjaan yang memerlukan mereka

untuk melakukan pergerakan pergelangan tangan yang diulang-ulang, tetapi faktor risiko lain

termasuk penyakit saraf atau penyakit peradangan yang mendasarinya, atau memiliki riwayat

patah pergelangan tangan sebelumnya. Prognosis akan bervariasi tergantung dari beratnya

keadaan. Kasus ringan dapat ditangani dengan obat-obatan tetapi kurang lebih setengah dari

seluruh jumlah kasus pada akhirnya memerlukan pembedahan, yang umumnya memiliki

prognosis yang baik. Individu yang menderita gejala yang berat yang mengganggu aktifitas sehari-

hari sebaiknya tidak perlu ragu-ragu untuk berkonsultasi dengan seorang dokter. Bila tidak

dirawat, kondisi ini dapat menyebabkan nyeri yang menetap, kelemahan atau kesemutan.

Carpal tunnel syndrome (CTS) atau sindroma terowongan karpal (STK)

adalah salah satu gangguan pada lengan tangan karena terjadi

penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada

terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil

tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus

dipergelangan tangan. Carpal Tunnel Syndrome diartikan sebagai

kelemahan pada tangan yang disertai nyeri pada daerah distribusi

nervus medianus (Sidharta, 2006)

Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan neuropati tekanan sarafmedianus dalam terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yangpaling sering, bersifat kronik, dan ditandai dengan nyeri tangan pada malam hari,parestesia jari-jari yang mendapat innervasi dari saraf medianus, kelemahan danatrofi otot thenar (Kao,2003, Susanto, 2004, Aroori,2008). Dulu, sindroma inijuga disebut dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial

thenar atrophy (De Jong, 1992)

1

Page 2: laporan Kasus BPH Nurul Setyani Danios

Terowongan karpal terdapat di bagian depan dari pergelangan tangan dimana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilaluioleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentukdasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentukoleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament)yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut (Krames, 1994,Viera ,2003, Barnardo,2004, Davis,2005). Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di

dalamnya yaitu nervus medianus

II. DEFINISI

American Society for Surgery of the Hand mendefinisikan CTS terjadikarena peningkatan tekanan pada nervus medianus yang menyebabkan nervusmedianus terjepit di pergelangan tangan. Gejalanya mati rasa, kesemutan, dannyeri di tangan, lengan, dan jari (Viera,2003). Kebanyakan kasus CTS adalahringan dan hilang sendiri, misalkan pada wanita hamil setelah melahirkan. CTSdapat menimbulkan kecacatan pada pekerja karena selain menyebabkan rasanyeri, dapat pula membatasi fungsi-fungsi pergelangan tangan dan tangan

sehingga berpengaruh terhadap pekerjaan sehari-hari (Tana,

2003).

2

Page 3: laporan Kasus BPH Nurul Setyani Danios

Nervus Medianus. (a) Carpal Tunnel Syndrom, (b) Distribusi Sensorik. 5

3

Page 4: laporan Kasus BPH Nurul Setyani Danios

III. EPIDEMIOLOGI

IV. ETIOLOGI

.

V. PATOGENESIS

Until the advent of electrophysiologic testing in the 1940s, carpal tunnel syndrome (CTS) commonly was thought to be the result of compression of the brachial plexus by cervical ribs and other structures in the anterior neck region. It is now known that the median nerve is damaged within the rigid confines of the carpal tunnel, initially undergoing demyelination followed by axonal degeneration. Sensory fibers often are affected first, followed by motor fibers. Autonomic nerve fibers carried in the median nerve also may be affected.

The cause of the damage is subject to some debate; however, it seems likely that abnormally high carpal tunnel pressures exist in patients with CTS. This pressure causes obstruction to venous outflow, back pressure, edema formation, and ultimately, ischemia in the nerve.

The risk of development of CTS appears to be associated, at least in part, with a number of different epidemiologic factors, including genetic, medical, social, vocational, avocational, and demographic.[1] A complex interaction probably exists between some or all these factors, eventually leading to the development of CTS. Definite causative factors, however, are far from clear.

VI. GEJALA

Tanda dan gejala Sindroma Terowongan Karpal yang mungkin timbul:

Berkurangnya kepekaan terhadap sentuhan (hypoesthesia) Kelemahan pada tangan anda Mati rasa dan kesemutan pada jari-jemari Mati rasa dan kesemutan pada tangan Mengalami kesulitan berpegangan pada benda kecil Perubahan warna kulit tangan Rasa nyeri yang menjalar dari pergelangan tangan ke atas ke lengan atau bahu Rasa nyeri yang menjalar dari pergelangan tangan turun ke telapak tangan atau jari-

jari Suatu kecenderungan untuk menjatuhkan benda

4

Page 5: laporan Kasus BPH Nurul Setyani Danios

Atropi otot Thenar pada pasien CTS 5

VII. DIAGNOSA

Diagnosa STK ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung

oleh beberapa pemeriksaan yaitu :

1. Pemeriksaan fisik

Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus

pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes

provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa STK adalah 1,6 :

a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-

gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan

menyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai

pada penyakit Raynaud.

b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-

otot thenar.

c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual.

Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal palmar lalu ujung jari 1

dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada

ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta

penderita melakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.

d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal,

sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat

dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti STK, maka tes

ini menyokong diagnosa STK.

5

Page 6: laporan Kasus BPH Nurul Setyani Danios

e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam

waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.

Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan

diagnosa STK.

Tes Phallen 6

f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan

tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila

dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.

g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada

daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan

karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.

Tes Tinnel 6

h. Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan

menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala

seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.

i. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari

telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat

menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung

diagnosa.

j. Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik

(two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus

medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa.

6

Page 7: laporan Kasus BPH Nurul Setyani Danios

k. Pemeriksaan fungsi otonom. Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat,

kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus

medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa STK.

2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik) 1,8

a. Pemeriksaan Elektromiografi (EMG)

b. Kecepatan Hantar Saraf (KHS).

3. Pemeriksaan radiologis

4. Pemeriksaan laboratorium

VIII. DIAGNOSA BANDING

IX. TERAPI

PROGNOSIS

.

X. KESIMPULAN

Daftar Pustaka

1. Moeliono F. Etiologi, Diagnosis dan Terapi Sindroma Terowongan Karpal

(S.T.K.) atau (Carpal Tunnel Syndrome/CTS). Neurona. 1993; 10 : 16-27.

2. DeJong RN. The Neurologic Examination revised by AF.Haerer, 5th ed, JB

Lippincott, Philadelphia, 1992; 557-559.

3. Price Sylvia. Gangguan Sistem Neurologik. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit. Ed. 6. Vol. 2. Jakarta : EGC. 2005. h. 1159-62

4. Bickley Lynn. Sistem Saraf. Buku Saku Pemeriksaan Fisik Dan Riwayat

Kesehatan Bates. Ed. 5. Jakarta : EGC. 2008. h. 286-7

7

Page 8: laporan Kasus BPH Nurul Setyani Danios

5. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik Dan Mental. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI. 2010. h. 125-8

6. Swartz Mark. Sistem Saraf. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC. 1995. h.

374-7

7. Krames Communication (booklet). Carpal Tunnel Syndrome. San Bruno (CA) :

Krames Comm ; 1994: 1-7.

8. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System. 2nd

ed. Baltimore: Williams&Wilkins Co; 1983.p.274-275.

9. Rambe, Aldi S. 2004. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi FK USU.

http://library.usu.ac.id

10. Gilroy J. Basic Neurology. 3rd ed. New York: McGraw-Hill ; 2000.p.599-601.

11. Salter RB. 1993. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal

System. 2nd ed. Baltimore: Williams&Wilkins Co;.p.274-275.

12. Sidharta, Priguna. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Penerbit: Dian Rakyat FK UI. h.

108-9

13. Krames Communication (booklet). Carpal Tunnel Syndrome. San Bruno (CA) :

Krames Comm ; 1994: 1-7.

14. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System. 2nd

ed. Baltimore: Williams&Wilkins Co; 1983.p.274-275.

15. Adams RD, Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology. 6th ed. New

York:McGraw-Hill ; 1997.p.1358-1359.

16. Weimer LH. Nerve and Muscle Disease. In : Marshall RS, Mayer SA, editors. on

Call Neurology. Philadelphia: WB Saunders Co; 1997 .p.254-256.

17. Gunderson CH. Quick Reference to Clinical Neurology. Philadelphia: JB

Lippincott Co; 1982.p.370-371.

18. Rosenbaum R. Carpal Tunnel Syndrome. In : Johnson RT, Griffin JW, editors.

Current Therapy in Neurologic Disease. 5th ed. St.Louis :Mosby ;1997.p.374-379.

19. Walshe III TM. Diseases of Nerve and Muscle. In: Samuels MA, editor. Manual

of Neurologic Therapeutics. 5th ed. Boston : Little, Brown and Co; 1995.p.381-

382.

20. Greenberg MS. Handbook of Neurosurgery. 3rd ed. Lakeland (Florida) :

Greenberg Graphics; 1994.p.414-419.

8

Page 9: laporan Kasus BPH Nurul Setyani Danios

21. Devinsky o, Feldman E, Weinreb HJ, Wilterdink JL. The Resident's Neurology

Book. Philadelphia: F.A. Davis Co;1997.p.173-174.

22. Rosenbaum R. Occupational and Use Mononeuropathies. In:Evans RW, editor.

Neurology and Trauma. Philadelphia: WB Saunders Co; 1996.p.403-405.

BAGIAN NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

SINDROM TEROWONGAN KARPAL

9

REFERAT

OKTOBER 2013

Page 10: laporan Kasus BPH Nurul Setyani Danios

Disusun oleh:

Louis M. A. Mailuhu, S.Ked

(2008-83-007)

PEMBIMBING

dr. Samuel A. Wagiu, Sp.S, M.Ked

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2013

10