lp waham

22
LAPORAN PENDAHULUAN 1. Pengertian Perubahan isi pikir : waham Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006). Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien (Aziz R, 2003). 2. Etiologi a. Factor predisposisi: a) Faktor biologis, yaitu gangguan perkembangan dan fungsi otak/susunan syaraf pusat, khususnya korteks frontal, temporal, dan limbic, dan pertumbuhan dan perkembangan individu pada saat prenatal, perinatal, neonatus dan kanak-kanak. b) Faktor psikologis, yaitu pengaruh keluarga/pengasuh dan lingkungan, misalnya penolakan dari ibu, teman yang bersikap dingin, cemas, tidak sensitive atau bahkan terlalu melindungi, tidak ada kasih saying, kekerasan, konflik dalam keluarga, dan lain-lain. c) Faktor social budaya, misalnya kemiskinan, konflik social budaya, peperangan, kerusuhan, bencana alam, isolasi social dari masyarakat dan stress yang menumpuk. b. Faktor presipitasi: Penyebab halusinasi adalah kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri. Semua yang mengancam harga diri dan keutuhan

description

nbnbnbn

Transcript of lp waham

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

LAPORAN PENDAHULUAN

1. PengertianPerubahan isi pikir : waham

Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006).

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien (Aziz R, 2003).

2. Etiologi a. Factor predisposisi:

a) Faktor biologis, yaitu gangguan perkembangan dan fungsi otak/susunan syaraf pusat, khususnya korteks frontal, temporal, dan limbic, dan pertumbuhan dan perkembangan individu pada saat prenatal, perinatal, neonatus dan kanak-kanak.

b) Faktor psikologis, yaitu pengaruh keluarga/pengasuh dan lingkungan, misalnya penolakan dari ibu, teman yang bersikap dingin, cemas, tidak sensitive atau bahkan terlalu melindungi, tidak ada kasih saying, kekerasan, konflik dalam keluarga, dan lain-lain.

c) Faktor social budaya, misalnya kemiskinan, konflik social budaya, peperangan, kerusuhan, bencana alam, isolasi social dari masyarakat dan stress yang menumpuk.

b. Faktor presipitasi:

Penyebab halusinasi adalah kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri. Semua yang mengancam harga diri dan keutuhan keluarga, ancaman terhadap harga diri dan keutuhan keluarga meningkatkan kecemasan.

3. Tanda dan gejala

a. Waham kebesaran

Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus , di ucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan.

b. Waham curiga

Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau menederai dirinya. Di ucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyaaan.

c. Waham agama

Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan.

d. Waham somatic

Meyakini bahwa tubuhnya terganggu atau terserang penyakit, di ucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan.e. Waham inhilistik

Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan.

4. Pohon masalah

5. PenatalaksanaanMenurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara lain :a. Psikofarmalogia) Litium Karbonat FarmakologiLitium Karbonat adalah jenis litium yang paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Sejak disahkan oleh Food and Drug Administration (FDA). Pada 1970 untuk mengatasi mania akut litium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar. Meski demikian, efek samping yang dilaporkan pada gangguan litium cukup serius. Efek yang ditimbulkan hampir serupa dengan efek mengkonsumsi banyak garam, yakni tekanan darah tinggi, retensi air, dan konstipasi. Oleh karena itu, selama penggunaan obat ini harus dilakukan tes darah secara teratur untuk menentukan kadar litium. Indikasi : mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania. Dosis : untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4 kali sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari interval 12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk menukar bentuk tablet dari immediate release maka diusahakan agar dosis total harian keduanya tetap sama. Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah 0,6-1,2 mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg-1200mg per hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan, pasien yang supersensitive biasanya memperlihatkan tanda toksik pada kadar serum dibawah 10mEq/L Efek Samping : insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar litium dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi. Misalnya tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, dan rasa haus. Efek ini mungkin saja menetap selama pengobatan. Contoh obat : berbentuk tablet ataupun kapsul immediate release dan tablet controlled release. Mekanisme kerja : menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas dari reseptor dopamine.b) Haloperidol haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anak-anak yang sering membangkang an eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai kelainan tingkah laku seperti : impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi. Dosis : untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehariGejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari Efek samping : Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal, diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan temperature tubuh, agitasi, pusing. Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.Pada kardiovaskular akan menyebabkan timbulnya takikardi, hipertensi/hipotensi, kelainan EKG (gelombang T abnormal dengan perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia. Sedangkan pada hematologik : Timbul leucopenia dan leukositosis ringan. Pada hati dapat menimbulkan gangguan fungsi hatiPada kulit memungkinkan timbulnya makulopapular dan akneiform, dermatitis kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada endokrin dan metabolic antara lain laktasi, pembesaran payudara, martalgia, gangguan haid, amenore, gangguan seksual, nyeri payudara, hiponatremia. Pada saluran cerna : Anoreksia, konstipasi, diare dan mual muntah. Mata: Penglihatan kabur. Pernapasan: Spasme laring dan bronkus. Saluran genitourinaria : Retensi urin. Kontraindikasi : Hipersensitifitas terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi, penyakit Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau penyakit hati berat, koma. Mekanisme kerja : Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak. Menekan pelepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolism basal. Temperature tubuh, tonus vasomotor dan emesis.c) Karbamazepin Indikasi: Karbamazepin diindikasikan sebagai obat antikonvulsan yaitu jenis :Kejang parsial dengan symptom atologi komplek (psikomotor, lobus temporalis) pasien dengan jenis kejang ini menunjukkan perbaikan yang lebih besar dibandingkan jenis yang lain.Pola kejang campuran termasuk jenis diatas dan kejang parsial maupun kejang umum yang lain. Kejang jenis petitmal tampaknya tidak efektif diobati dengan karbamazepin. Dosis : Dewasa dan anak-anak : diatas 12tahun. Dosis awal : 200mg 2x sehari untuk tablet/ 1 sendok teh 4x1 hari suspense (400mg sehari). Umumnya dosisnya tidak melebihi 1000mg sehari pada anak usia 12-15 tahun dan 1200mg sehari pada diatas 15tahun. Anak usia 6-12tahun Efek samping : Efek samping paling berat terjadi pada system liemopoetik, kulit dan kardivaskular. Efek samping yang paling sering timbul yang terutama terjadi pada awal terapi adalah pusing, ngantuk, mual, dan muntah. Contoh obat: Tegritol (ciba), Temporal (orion), Karbamazepin (generic). Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau komponen sediaan, depresi sumsum tulang belakang. Mekanisme kerja : Selain sebagai antikonvulsan, karbamazepin mempunyai efek sebagai antikolinergik, antineuralgik, antideuritik, pelemas otot, antimanik, antidepresif dan antiariunia. Menekan aktifitas senralis nucleus pada thalamus/menurunkan jumlah stimulasi temporal yang menyebabkan neural discharge dengan cara membatasi influks ion natrium yang menembus membran sel atau mekanisme lain yang belum diketahui, menstimulasi pelepasan ADH untuk mereabsorbsi air, secara kimiawi terkait dengan antidepresan trisiklik.

b. Penarikan Diri High PotensialSelama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high potensial. Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.c. ECT Tipe KatatonikElectro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan katatonik episode.d. PsikoterapiWalaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.6. Pengkajian

a. Identifikasi Klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.

b. Keluhan Utama

Tanyakan pada keluarga atau klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.c. Riwayat Penyakit Sekarang

Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.

d. Aspek Fisik

Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.

e. Aspek Psikososial

a) Konsep Diri.

Citra tubuh : Biasanya pasien dengan waham miliki perasaan negatif terhadap diri sendiri.

Identitas diri : Pada pasien dengan waham kebesaran misalnya mengaku seorang polisi padahalkenyataan nya tidak benar.

Peran Klien : berperan sebagai kepala keluarga dalam keluarganya.

Ideal diri : Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia bosan sudah lama di RSJ.

Harga diri : Adanya gangguan konsep diri : harga diri rendah karena perasaan negatif terhadapdiri sendiri,hilangnya rasa percaya diri dan merasa gagal mencapai tujuan.

b) Hubungan Sosial

Pasien dengan waham biasanya memiliki hubungan sosial yang tidak haramonis.

c) Spiritual.

Nilai dan Keyakinan : Biasanya pada pasien dengan waham agama meyakini agamanya secara berlebihan.

Kegiatan Ibadah : Biasanya pada pasien dengan waham agama melakukan ibadah secara berlebihan.

d) Status Mental.

Penampilan

Pada pasien waham biasanya penampilan nya sesuai dengan waham yang ia rasakan.Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang ustadz. Pembicaraan

Pada pasien waham biasanya pembicaraan nya selalu mengarah ke wahamnya,bicara cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan tidak sesuai dengankenyataan.

Aktivitas Motorik

Pada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan aktivitas yang berlebihan.

Alam Perasaan

Pada waham curiga biasanya takut karena merasa orang-orang akan melukai dan mengancam membunuhnya.Pada waham nihilistik merasa sedih karena meyakini kalau dirinya sudah meninggal.

e) Interaksi Selama Wawancara

Pada pasien waham biasanya di temukan :

Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.

Curiga : menunjukkan sikap / perasaan tidak percaya pada orang lain.

f) Isi Pikir

Pada pasien dengan waham Kebesaran biasanya : klien mempunyai keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.

g) Proses Pikir

Pada pasien waham biasanya pikiran yang tidak realistis,flight of ideas,pengulangankata-kata.h) Tingkat Kesadaran

Biasanya masih cukup baik.

7. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan isi pikir : waham

b. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

c. Kerusakan komunikasi : verbal8. Rencana KeperawatanWAHAM

Diagnosa Keperawatan 1: Perubahan isi pikir : waham

a. Tujuan umum :

Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya.

b. Tujuan khusus :

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Tindakan :

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis

Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

c) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

Tindakan :

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

d) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Tindakan :

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan :

Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

Beri pujian atas keberhasilan klien

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

f)Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang adA

Tindakan :

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluargaDiagnosa Keperawatan 2: kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham

a. Tujuan umum :

Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal

b. Tujuan khusus :

a)Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Tindakan :

Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).

Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima keyakinan klien saya menerima keyakinan anda disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.

Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.

Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.

b)Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

Tindakan :

Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.

Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.

Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).

Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

c)Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Tindakan :

Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah)

Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.

Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).

Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.

d)Klien dapat berhubungan dengan realitas

Tindakan :

Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).

Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.

Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien

e)Klien dapat menggunakan obat dengan benar

Tindakan :

Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat

Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu).

Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan

Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

f)Klien dapat dukungan dari keluarga

Tindakan :

Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.

Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.

Diagnosa Keperawatan 3: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham

a. Tujuan Umum:

Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

b. Tujuan Khusus:

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan:

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab.

b) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Tindakan:

Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.

Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.

c) Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.

Tindakan :

Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.

Observasi tanda perilaku kekerasan.

Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.

d) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Tindakan:

Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Tanyakan apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?

e) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Tindakan:

Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.

Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.

Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

f) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

Tindakan :

Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.

Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung

Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.

g) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.

Tindakan:

Bantu memilih cara yang paling tepat.

Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.

Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.

Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.

Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.

h) Klien mendapat dukungan dari keluarga.

Tindakan :

Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

i) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:

Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping)

Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).

Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Pasien

SP 1 : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktekan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi

TUK :

1. Membantu orientasi realita.

2. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan.

3. Mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.ORIENTASI :

Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Indah, saya perawat yang dinas pagi ini di Ruang Angkasa. Saya dinas dari jam 07.0014.00, saya yang akan membantu perawatan bapak hari ini. Nama bapak siapa? senangnya dipanggil apa?

Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?

Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?KERJA :

Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang anggota DPR, saya sulit mem percayainya karena setahu saya bapak adalah pegawai kelurahan?

Bisakah pak R ceritakan kepada saya apa yang pak R rasakan saat ini?

Oooo, jadi pak R merasa kecewa karena keluarga bapak tidak menyetujui keputusan bapak untuk menjadi anggota DPR?

Menurut bapak kenapa keluarga pak R membawa anda kemari?

Oh begitu ya pak, lalu bagaimana sikap bapak terhadap keputusan dari keluarga bapak?

dalam waktu dekat ini apa kegiatan yang ingin bapak lakukan?TERMINASI :

Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?

Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.

Bagaimana kalau pak R coba membuat jadwal kegiatan, setuju pak?

Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.

Saya akan datang kembali dua jam lagi.

Kita akan berbincang-bincang tentang hal-hal yang senang pak R lakukan?

Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak R?2. Keluarga

SP 1 : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga ,mengidentifikasi masalah ,menjelaskan proses terjadinya masalah , dan obat pasien.TUK1. Mengidentifikasi masalah2. Menjelaskan proses terjadinya masalah3. Menjelaskan obat pasien.ORIENTASI :Assalamualaikum pak, pekenalkan nama saya Indah, saya perawat yang dinas di ruang Angkasa ini. Saya yang merawat Pak R selama ini. Kalau bisa saya tahu nama ibu siapa? Senangnya dipanggil apa?Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah pak R cara merawat pak R dirumah.Dimana ibu mau berbicara dengan saya? Bagaimana diruang wawancara?Berapa lama ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 20 menit saja?KERJA :Bu J, apa masalah yang bapak rasakan dalam merawat pak R? apa yang sudah pak R lakukan dirumah? Dalam menghadapi sikap pak R yang selalu mengaku-ngaku sebagi seorang anggota DPR tetapi nyatanya bukan, hanya merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali pak R berkata bahwa ia seorang anggota DPR, pak R dan ibu bersikap dengan mengatakan;Pertama: Ibu J mengerti bahwa pak R merasa seorang anggota DPR, tapi sulit bagi ibu untuk mempercayainya karena setahu kita Pak R tidak terpilih dalam pemilu.Kedua: Ibu J harus lebih sering memuji Pak R jika ia melakukan hal-hal yang baikKetiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yan berinteraksi dengan pak R. Ibu dan anak dapat bercakap-cakap dengan Pak R tentang kebutuhan yang diinginkan oleh pak R, misalnya; ibu percaya kalau pak R punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada kami, R kan punya kemampuanKeempat: Ibu mengatakan kepada pak R, Bagaimana kalau kemampuan untuk memimpin dengan baik bisa dipraktekan dengan memimpin shalat dan kemudian setelah dia melakukannya ibu harus memberikan pujian.Ibu jangan lupa, pak R ini perlu minum obat agar pikirannya jadi tenang.Obatnya ada tiga macam bu, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangn dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan Pak R bisa kambuh kembali. Pak R sudah punya jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera berikan pujian!TERMINASI :Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya tentang cara merawat pak R dirumah nanti?Setelah ini coba ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali berkunjung kerumah sakit.Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat pak R sesuai dengan pembicaraan kita tadi.Baik kalau begitu pertemuan kita kali ini kita akhiri dulu, saya tunggu kedatangan ibu lagi kita ketemu ditempat ini ya,bu.DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo.

Keliat, Budi Anna. (2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa.

Jakarta : FIK, Universitas Indonesia

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika

Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung: RSJP.2000

Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC. 1998

..Pelatihan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Semarang. 20 22 Novembr 2004. unpublished

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Kerusakan komunikasi verbal

Perubahan isi pikir: waham

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Effect:

Core problem:

Koping individu tidak efektif

Causa: