LP Psoriasis Rev
-
Upload
aldila-kurnia-p -
Category
Documents
-
view
50 -
download
0
description
Transcript of LP Psoriasis Rev
LAPORAN PENDAHULUAN KASUS PSORIASIS VULGARIS
DI RUANG POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
oleh
Aldila Kurnia Putri, S.Kep
NIM 112311101006
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
PSORIASIS VULGARIS
Oleh Aldila Kurnia Putri, S.Kep
1. Psoriasis Vulgaris
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Anatomi Kulit
Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m2 dengan berat kira-kira 16%
berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital vserta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi
pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh
(Tortora & Derrickson, 2009). Kulit mempunyai berbagai fungsi seperti sebagai
perlindung, pengantar haba, penyerap, indera perasa, dan fungsi pergetahan (Setiabudi,
2008).
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu
lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis
tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan
ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora & Derrickson, 2009).
Gambar 1. Lapisan kulit
Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum
granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum adalah lapisan
kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati,
tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
Stratum lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan
sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang
disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.
Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan
sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri
atas keratohialin. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk
poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak
ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya.
Di antara sel-sel stratum spinosun terdapat jembatan-jembatan antar sel yang terdiri
atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Pelekatan antar jembatan-jembatan ini
membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel
spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung
banyak glikogen.
Stratum germinativum terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun
vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan
ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mrngalami
mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel-sel
yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar,
dihubungkan satu dengan lain oleh jembatang antar sel, dan sel pembentuk melanin
atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik
dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes).
Lapisan Dermis
Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis yang
jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan
fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar
dibagi menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke
epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu
bagian bawahnya yang menonjol kea rah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-
serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar lapisan ini
terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat
pula fibroblast, membentuk ikatan yang mengandung hidrksiprolin dan
hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang
larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
bergelombang, berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis.
Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar,
dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini
membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang
fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai
cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah,
dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada
lokasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan
penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.
Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di
bagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak di subkutis (pleksus
profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil
dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan
anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan
dengan pembuluh darah teedapat saluran getah bening.
Adneksa Kulit
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Kelenjar
kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar palit. Ada
2 macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di
dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak
lebih dalam dan sekretnya lebih kental.
Kelenjar enkrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan
berfungsi 40 minggu setelah kehamilan. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan
bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan
terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada
beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan emosional.
Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola
mame, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada manusia
belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan
mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa,
biasanya pH sekitar 4-6,8.
Kelenjar palit terletak di selruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak
tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen
dan sekret kelenjar ini berasala dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar
palitbiasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen
akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandungi trigliserida, asam lemak bebas,
skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi hormone androgen, pada
anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan
banyak serta mulai berfungsi secara aktif.
Kuku adalah bagian terminal stratum korneum yang menebal. Bagian kuku
yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang terbuka di atas dasar
jaringan lunak kulit pada ujung jari dikenali sebagai badan kuku, dan yang paling
ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan
kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm per minggu. Sisi kuku agak mencekung
membentuk alur kuku. Kulit tipis yang yang menutupi kuku di bagian proksimal
disebut eponikium sedang kulit yang ditutupki bagian kuku bebas disebut
hiponikium.
Rambut terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit dan bagian yang berada
di luar kulit. Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus,
tidak mrngandung pigmen dan terdapat pada sbayi, dan rambut terminal yaitu
rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan terdapat
pada orang dewasa. Pada orang dewasa selain rambut di kepala, juga terdapat bulu
mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, dan janggut yang pertumbuhannya
dipengaruhi hormon androgen. Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut
velus. Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen berlangsung 2-6 tahun dengan
kecepatan tumbuh kira-kira 0.35 mm per hari. Fase telogen berlangsung beberapa
bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen. Komposisi rambut terdiri
atas karbon 50,60%, hydrogen 6,36%,, nitrogen 17,14%, sulfur 5% dan oksigen
20,80% (Djuanda, 2010).
b. Pengertian
Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana
penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini secara
klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat
terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup
seseorang bila tidak dirawat dengan baik (Effendy, 2011). Psoriasis adalah penyakit
kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas
ditutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat (Siregar, 2011).
Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit dimana
produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan ± 6-9 kali lebih besar daripada
kecepatan sel normal (Smeltzer, 2010).
Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai dengan plaque, bercak,
bersisik yang dikenal dengan nama penyakit papulosquamoas. Psoriasis vulgaris
dinamakan pula dengan tipe plak karena lesi-lesinya pada umumnya berbentuk plak.
Tempat predileksinya pada skalp, perbatasan daerah tersebut dengan dengan wajah,
ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral (Price,
2010).
Gambar 1. Psoriasis vulgaris
c. Penyebab
Penyebab pasti psoriasis vulgaris masih belum diketahui. Namun, diduga
terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi terjadinya psoriasis vulgaris.
Faktor-faktor tersebut di antaranya:
Genetik
Imunologik
Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma,
garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan
hal ini merupakan mekanisme fenomena Koebner. Khas pada psoriasis timbul
setelah 7-14 hari terjadinya trauma.
Stres psikis
Gangguan metabolik, contohnya hipokalsemia dan dialisis.
Obat-obatan misalnya beta-adrenergic blocking agents, litium, antimalaria,
dan penghentian mendadak korikosteroid sistemik.
Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita maniak dan depresi telah
diakui sebagai pencetus psoriasis. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat
memperburuk psoriasis.
Alkohol dan merokok.
Iklim
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada
musim penghujan akan kambuh.
Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis
namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang
timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada
beberapa penderita.
Metabolik
Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis (Djuandha, 2010).
d. Patofisiologi
Psoriasis merupakan penyakit kronik yang dapat terjadi pada setiap usia.
Perjalanan alamiah penyakit ini sangat berfluktuasi. Pada psoriasis ditunjukan adanya
penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah
dermis bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang
membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis
yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan
epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti
perak). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini antara lain disebabkan oleh
kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat (AMP) siklik
dan guanosin monofosfat (GMP) siklik. Prostaglandin dan poliamin juga abnormal
pada penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi plak psoriatik
belum dapat dimengerti secara jelas (Djuandha, 2010).
e. Tanda dan Gejala
Lesi muncul sebagai bercak-bercak merah menonjol pada kulit yang ditutupi
oleh sisik berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut terbentuk karena
penumpukan kulit yang hidup dan mati akibat peningkatan kecepatan pertumbuhan
serta pergantian sel-sel kulit yang sangat besar. Jika sisik tersebut dikerok, maka
terlihat dasar lesi yang berwarna merah gelap dengan titik-titik perdarahan. Bercak-
bercak ini tidak basah dan bisa terasa gatal atau tidak gatal.
Psoriasis ditandai dengan hiperkeratosis dan penebalan epidermis kulit serta
proses radang, sehingga timbul skuamasi (pengelupasan) dan indurasi eritematosa
(kulit meradang dan kemerahan). Menyerang kulit, kuku, mukosa dan sendi, tetapi
tidak pada rambut. Pada umumnya tidak membehayakan jiwa, kecuali yang mengalami
komplikasi, namun penyakit ini sangat mengganggu kualitas hidup. Kulit penderita
psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah yang makin melebar dan ditumbuhi sisik
lebar putih berlapis-lapis. Tumbuhnya tidak selalu di seluruh bagian kulit tubuh
kadang-kadang hanya timbul pada tempat-tempat tertentu saja, karena pergiliran sel-
sel kulit bagian lainnya berjalan normal. Psoriasis pada kulit kepala dapat menyerupai
ketombe, sedangkan pada lempeng kuku tampak lubang-lubang kecil rapuh atau keruh.
Penyakit psoriasis dapat disertai dengan/tanpa rasa gatal. Kulit dapat membaik
seperti kulit normal lainnya setelah warna kemerahan, putih atau kehitaman bekas
psoriasis. Pada beberapa jenis psoriasis, komplikasi yang diakibatkan dapat menjadi
serius, seperti pada psoriasis artropi yaitu psoriasis yang menyerang sendi, psoriasis
bernanah (psoriasis postulosa) dan terakhir seluruh kulit akan menjadi merah disertai
badan menggigil (eritoderma). Gejala dari psoriasis antara lain:
Mengeluh gatal ringan.
Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.
Terdapat fenomena tetesan lilin.
Menyebabkan kelainan kuku (Price, 2010).
f. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian epidermis,
meningkatkan resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan penyakit tersebut. Pendekatan
terapeutik harus berupa pendekatan yang dapat dipahami oleh klien, pendekatan ini
harus bisa diterima secara kosmetik dan tidak mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi
psoriasis akan melibatkan komitmen waktu dan upaya oleh pasien dan mungkin pula
keluarganya. Ada tiga terapi yang standar yaitu: topikal, intralesi dan sistemik.
1) Terapi topikal
Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan
aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan lainnya. Obat-
obatannya mencakup preparat ter, anthralin, asam salisilat dan kortikosteroid.
Terapi dengan preparat ini cenderung mensupresi epidermopoisis (pembentukan
sel-sel epidermis). Formulasi ter mencakup lotion, salep, pasta, krim dan sampo.
Rendaman ter dapat menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan
jaringan psoriatik yang cepat.
Terapi ter dapat dikombinasikan dengan sinar ultraviolet-B yang dosisnya
ditentukan secara cermat sehingga menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang
antara 280 dan 320 nanometer (nm). Selama fase terapi ini pasien dianjurkan untuk
menggunakan kacamata pelindung dan melindungi matanya. Pemakaian sampo ter
setiap hari yang diikuti dengan pengolesan lotion steroid dapat digunakan untuk lesi
kulit kepala. Pasien juga diajarkan untuk menghilangkan sisik yang berlebihan
dengan menggosoknya memakai sikat lunak pada waktu mandi.
Anthralin adalah preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème, Lasan) yang
berguna untuk mengatasi plak psoriatik yang tebal yang resisten terhadap preparat
kortikosteroid atau preparat ter lainnya. Kortikosteroid topikal dapat dioleskan
untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah obat ini dioleskan, bagian kulit yang
diobati ditutup dengan kasa lembaran plastik oklusif untuk memaksimalkan
penetrasi obat dan melunakkan plak yang bersisik.
2) Terapi intralesi
Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10,
Trymex) dapat dilakukan langsung ke dalam bercak-bercak psoriasis yang terlihat
nyata atau yang terisolasi dan resisten terhadap bentuk terapi lainnya. Kehati-hatian
diperlukan agar kulit yang normal tidak disuntik dengan obat ini.
3) Terapi sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel
epidermis sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis yang psoriatik.
Walaupun begitu, obat ini bisa sangat toksik, khususnya bagi hepar yang dapat
mengalami kerusakan yang irreversible. Jadi, pemantauan melalui pemeriksaan
laboratorium harus dilakukan untuk memastikan bahwa sistem hepatik,
hematopoitik dan renal klien masih berfungsi secara adekuat. Pasien tidak boleh
minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan dengan metotreksat karena
preparat ini akan memperbesar kemungkinan kerusakan hepar. Metotreksat bersifat
teratogenik (menimbulkan cacat fisik janin) pada wanita hamil.
Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis DNA.
Monitoring klien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan gejala depresi
sumsum tulang. Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah
rejeksi organ yang dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam
pengobatan kasus-kasus psoriasis yang berat dan resisten terhadap terapi. Meskipun
demikian, penggunaannya amat terbatas mengingat efek samping hipertensi dan
nefroktoksisitas yang ditimbulkan.
Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam vitamin A)
akan memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan epiterial, dan dengan
demikian pemakaian preparat ini memberikan harapan yang besar dalam
pengobatan klien psoriasis yang berat.
Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan umum
klien adalah psoralen dan sinar ultraviolet A (PUVA). Terapi PUVA meliputi
pemberian preparat fotosensitisasi (biasanya 8-metoksipsoralen) dalam dosis
standar yang kemudian diikuti dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang
panjang setelah kadar obat dalam plasma mencapai puncaknya. Meskipun
mekanisme kerjanya tidak dimengerti sepenuhnya, namun diperkirakan ketika
kulit yang sudah diobati dengan psoralen itu terpajan sinar ultraviolet A, maka
psoralen akan berkaitan dengan DNA dan menurunkan proliferasi sel. PUVA
bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai dengan resiko jangka panjang
terjadinya kanker kulit, katarak dan penuaan prematur kulit (Price, 2010).
g. Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi dari psoriasis antara lain:
Dapat menyerang sendi menimbulkan arthritis psoriasis
Jika menyerang telapak kaki dan tangan serta ujung jari disebut psoriasis pustul tipe
barber. Namun jika pustul timbul pada daerah psoriasis dan juga kulit di luar lesi,
dan disertai gejala sistemik berupa panas atau rasa terbakar disebut Zumbusch.
Psoriasis eritroderma jika lesi psoriasis terdapat di seluruh tubuh dengan skuama
yang halus disertai gejala konstitusi berupa malaise
Prognosis baik jika mendapat terapi yang efektif namun angka kekambuhan
dan perbaikan spontan tidak dapat diduga sebelumnya. Jarang dilaporkan kematian
karena kasus ini, tetapi biasanya angka kesakitan pasien akan meningkat akibat
seringnya kekambuhan dari penyakit (Pearce, 2011).
h. Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan histopatologi
dengan hasil sebagai berikut:
Akantosis (penebalan lapisan kulit stratum spinosum) dengan elongasi teratur dari
rete ridges, dan penebalan pada bagian bawahnya.
Penipisan epidermis lempeng suprapapilar dengan kadang-kadang terdapat pustul
spongiformis kecil
Papilomatosis
Berkurang atau hilangnya stratum granulosum
Hiperkeratosis, parakeratosis, serta abses Munro
Pada dermis ditemukan infiltrasi sel-sel polinuklear, limfosit dan monosit serta
pelebaran dan berkelok-keloknya ujung-ujung pembuluh darah (Pearce, 2011).
3. a. Pohon Masalah
Gangguan citra tubuh Ansietas
Genetik, imunologik, stres psikis, obat-obatan, alkohol dan merokok, gangguan metabolik, trauma, iklim, faktor endokrin, sinar matahari
Garukan/gesekan dan tekanan berulang-ulang
Terjadi penurunan turn over epidermis/kecepatan pembentukannya
Interaksi antigen
Pelepasan TNFα
Sel dendritik ke KGB
Pelepasan sel T
Reaksi berlebihan sel T
Perubahan status kesehatan Krisis kepercayaan diri
Gangguan integritas
kulit
Hipermetabolisme
Peningkatan suhu tubuh
RKTDF
Pelepasan mediator kimia
Inflamasi dermal-epidermal
Proliferasi abnormal sel kulit cepat
Penebalan kulit
Gangguan rasa nyaman
b. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1). Masalah Keperawatan
Gangguan integritas kulit
Peningkatan suhu tubuh
Gangguan citra tubuh
Gangguan rasa nyaman
Ansietas
2). Pengkajian
1. Identitas klien
Lakukan pengkajian pada identitas klien dan isi identitasnya yang meliputi: nama,
jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, dan tanggal pengkajian.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah penderita
biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi, yakni pada
kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor
terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Penderita penyakit psoriasis menampakkan gejala biasanya mengeluh adanya gatal
ringan pada tempat-tempat predileksi, yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah
tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan
daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang
meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema berbatas tegas dan merata.
Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta transparan.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Terkait adanya riwayat merokok, minuman beralkohol, trauma berulang seperti
garukan pada tempat yang sama, stress psikis, gangguan imunologi, konsumsi obat-
obatan beta-sdrenergic blocking agents litium, antimalaria dan penghentian
mendadak kortikosteroid, perubahan iklim mempengaruhi kekambuhan psoriasis.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Terkait ada atau tidak anggota keluarga yang pernah menderita penyakit psoriasis.
Data dasar pengkajian pasien berdasarkan pengkajian 11 Pola Gordon:
a. Pola Persepsi Kesehatan
- Adanya riwayat infeksi sebelumya.
- Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
- Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
- Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
- Hygiene personal yang kurang.
- Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
b. Pola Nutrisi Metabolik
- Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan.
- Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
- Jenis makanan yang disukai.
- Nafsu makan menurun.
- Muntah-muntah.
- Penurunan berat badan.
- Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
- Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau
perih.
c. Pola Eliminasi
- Sering berkeringat.
- Tanyakan pola berkemih dan bowel.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
- Pemenuhan aktivitas sehari-hari terganggu.
- Kelemahan umum, malaise.
- Toleransi terhadap aktivitas rendah.
- Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
- Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
e. Pola Tidur dan Istirahat
- Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
- Mimpi buruk.
f. Pola Persepsi Kognitif
- Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
- Pengetahuan akan penyakitnya.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
- Perasaan tidak percaya diri atau minder.
- Perasaan terisolasi.
h. Pola Hubungan dengan Sesama
- Hidup sendiri atau berkeluarga
- Frekuensi interaksi berkurang
- Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
i. Pola Reproduksi Seksualitas
- Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
- Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
- Emosi tidak stabil
- Ansietas, takut akan penyakitnya
- Disorientasi, gelisah
k. Pola Sistem Kepercayaan
- Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
- Agama yang dianut
6. Pemeriksaan fisik yang meliputi:
a. Keadaan umum lemah
b. Tanda-tanda vital khususnya suhu meningkat yaitu sekitar 38o -39o C
c. Eritema yang bersisik, batas tegas/menyolok
d. Lesi kering dan timbul pruritus
e. Adanya lubang-lubang atau kerusakan total pada kuku dan tangan
f. Lesi tidak simetris bilateral
g. Lesi dapat timbul pada luka bekas garukan
6. Diagnosis Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan proses inflamasi dermal-
epidermal
b. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses perjalanan penyakit
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan krisis kepercayaan diri akibat
perubahan bentuk tubuh
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses inflamasi (rubor, kalor,
tumor, dolor, fungsiolesa)
e. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan akibat proses penyakit
(NANDA, 2011)
7. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
Rasional
1. Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan
proses inflamasi dermal-
epidermal
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
pasien menunjukkan perbaikan
integritas kulit dengan kriteria
hasil:
1. area terbebas dari infeksi
lanjut,
2. kulit bersih dan lembab ,
3. turgor kulit elastis,
4. tanda-tandavital normal.
1. Kaji keadaan kulit dan luka
2. Kaji keadaan umum dan
observasi TTV
3. Kaji perubahan warna kulit
4. Pertahankan agar daerah yang
terinfeksi tetap bersih dan
kering
5. Observasi kondisi balutan, ganti
balutan secara periodik
6. Berikan posisi yang nyaman
sesuai indikasi
7. Menganjurkan pasien untuk
tidak menggaruk luka ketika
merasa gatal
8. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat-obatan
1. Mengetahui dan
mengidetifikasi kerusakan
kulit untuk melakukan
intervensi yang tepat
2. Mengetahui perubahan status
kesehatan pasien
3. Mengetahui keefektifan
sirkulasi dan mengidentifikasi
terjadinya komplikasi
4. Membantu mempercepat
proses penyembuhan
5. Memaksimalkan proses
penyembuhan luka
6. Untuk memaksimalkan
sirkulasi darah
7. Untuk mencegah infeksi
8. Untuk mempercepat
penyembuhan
2. Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan
proses perjalanan penyakit
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
pasien menunjukkan suhu
tubuh dalam batas normal
dengan kriteria hasil:
1. suhu tubuh dalam rentang
36,70c – 370c,
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Kaji saat pasien mengeluh
kedinginan atau terlihat
menggigil
1. Untuk menentukan keadaan
umum dan intervensi yang
tepat
2. Menggigil adalah salah satu
respon tubuh ketika
mengalami peningkatan suhu
2. tanda-tanda vital dalam
batas normal
3. pasien tidak mengeluh
panas,
4. pasien tidak menggigil
3. Beri kompres hangat pada
tengkuk atau lipatan tubuh
4. Anjurkan pasien memakai
pakaian yang menyerap keringat
5. Anjurkan pasien untuk banyak
minum air putih (kurang lebih
2,5 liter/24 jam)
6. Anjurkan pasien untuk tidak
mengenakan selimut tebal
7. Kolaborasi pemberian cairan
intravena
8. Kolaborasi pemberian
antipiretik sesuai indikasi
3. Menimbulkan efek
vasodilatasi vaskularisasi
sehingga mempercepat proses
evaporasi dan menurunkan
panas
4. Memberikan rasa nyanman
pada pasien
5. Peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga
perlu diimbangi asupan cairan
yang banyak
6. Kain tebal dapat
meningkatkan panas tubuh
7. Memaksimalkan pemasukan
cairan yang adekuat
8. Pemberian obat mempercepat
menurunkan panas
3. Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan
krisis kepercayaan diri
akibat perubahan bentuk
tubuh
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
pasien menunjukkan
peningkatan citra diri dengan
kriteria hasil:
1. dapat berinteraksi seperti
biasa,
2. rasa percaya diri timbul,
3. dapat menerima kondisinya
dengan pikiran positif.
1. Kaji perubahan perilaku pasien
seperti menutup diri, malu
berhadapan dengan orang lain
2. Berikan kesempatan pada
pasien untuk mengungkapkan
perasaan tentang perubahan
citra tubuh
3. Bersikap realistis dan positif
selama pengobatan, pada
penyuluhan pasien
4. Kaji rasa keprihatinan dan
ketakutan pasien
1. Mengetahui tingkat
ketidakpercayaan diri pasien
dalam intervensi selanjutnya
2. Pasien membutuhkan
pengalaman didengarkan dan
dipahami dalam proses
peningkatan kepercayaan diri
3. Meningkatkan kepercayaan
dan mengadakan hubungan
antara perawat-pasien
4. Memberikan kesempatan
kepada perawat untuk
menetralkan kecemasan dan
memulihkan realitas situasi
5. Beri harapan dalam parameter
situasi individu
6. Bantu klien dalam
mengembangkan kemampuan
untuk menilai diri dan
mengenali serta mengatasi
masalah
7. Berikan penguatan positif
terhadap kemajuan perilaku
pasien
8. Dorong interaksi keluarga
5. Meningkatkan perilaku positif
6. Kesan seseorang terhadap
dirinya sangat berpengaruh
dalam pengembalian
kepercayaan diri
7. Kata-kata penguatan dapat
mendukung terjadinya
perilaku koping positif
8. Mempertahankan garis
komunikasi dan memberikan
dukungan terus-menerus pada
pasien.
4. Gangguan rasa nyaman
berhubungan dengan
proses inflamasi (rubor,
kalor, tumor, dolor,
fungsiolesa)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
pasien menunjukkan
peningkatan kenyamanan dan
tanda-tanda inflamasi
berkurang atau hilang dengan
kriteria hasil:
1. pasien menunjukkan nyeri
dan gatal berkurang atau
hilang,
2. tanda-tanda vital dalam batas
normal.
1. Kaji penyebab gangguan rasa
nyaman
2. Kaji tanda-tanda vital
3. Kendalikan faktor- faktor iritan
4. Pertahankan lingkungan yang
dingin atau sejuk
5. Anjurkan pasien menggunakan
sabun ringan atau sabun khusus
untuk kulit sensitif
6. Anjurkan pasien mencuci linen
tempat tidur dan pakaian
dengan sabun berbahan ringan
7. Berikan kompres hangat untuk
mengurangi nyeri dan gatal
1. Sebagai dasar dalam
menyusun rencana intervensi
keperawatan
2. Mengetahui kondisi umum
pasien
3. Rasa gatal dapat diperburuk
oleh panas, kimia dan fisik
4. Kesejukan mengurangi gatal
5. Upaya ini mencakup tidak
adanya larutan detergen, zat
pewarna atau bahan pengeras
6. Sabun yang berbahan keras
dapat menimbulkan iritasi
pada kulit
7. Melancarkan sirkulasi darah
sehingga memberikan efek
nyaman
8. Ajarkan teknik relaksasi napas
dalam
8. Membantu memberikan
kenyamanan pasien
5. Ansietas berhubungan
dengan perubahan status
kesehatan akibat proses
penyakit
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
pasien menunjukkan
kecemasan menurun atau
hilang dengan kriteria hasil:
1. pasien tampak rileks,
2. pasien menunjukkan
kemampuan mengatasi
masalah dan menggunakan
sumber-sumber efektif,
3. tanda-tanda vital normal,
4. pasien melaporkan ansietas
berkurang sampai tingkat
dapat ditoleransi
1. Kaji tingkat ansietas dan
diskusikan penyebab bila
mungkin
2. Kaji ulang keadaan umum
pasien dan observasi tanda-
tanda vital
3. Berikan waktu pasien untuk
mengungkapkan masalahnya
dan dorong ekspresi yang bebas,
misalnya rasa marah, takut, ragu
4. Jelaskan semua prosedur dan
pengobatan
5. Libatkan orang terdekat dalam
proses pengambilan keputusan
6. Diskusikan perilaku koping
alternatif dan teknik pemecahan
masalah
7. Ajarkan teknik relaksasi napas
dalam
8. Dorong keluarga/orang terdekat
mengunjungi dan
mendiskusikan yang terjadi
pada keluarga
1. Identifikasi masalah spesifik
akan meningkatkan
kemampuan individu untuk
menghadapinya dengan lebih
realistis
2. Sebagai indikator awal dalam
menentukan intervensi
berikutnya
3. Sebagai indikator awal dalam
menentukan intervensi
berikutnya
4. Ketidaktahuan dan kurangnya
pemahaman dapat
menyebabkan timbulnya
ansietas
5. Meningkatkan rasa kontrol
dan kerja sama, menurunkan
perasaan tidak berdaya/putus
asa
6. Mengurangi kecemasan pasien
7. Membantu mengurangi
kecemasan pasien
8. Mempertahankan kontak
dengan realitas keluarga,
menumbuhkan rasa kedekatan
(Doenges, 2000).
8. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari implementasi tindakan keperawatan adalah:
a. Integritas kulit dapat kembali ke dalam kondisi normal
Pasien mengatakan bahwa warna kulitnya sudah kembali pada keadaan normal
seperti sebelumnya.
Pasien mengatakan bahwa tidak merasakan panas ataupun nyeri lagi pada area
luka.
Pasien mengatakan bahwa pada area luka sudah terjaga kebersihan dan
kelembaban kulitnya.
b. Suhu tubuh dapat menurun sesuai dengan temperatur normal (36,7o-37o C)
Pasien tidak mengeluhkan panas pada tubuhnya.
Klien mampu mengikuti anjuran perawat untuk mengenakan pakaian yang
menyerap keringat.
c. Kepercayaan diri meningkat
Pasien mengatakan bahwa telah mampu menerima kondisinya seiring dengan
proses penyakit.
Pasien terlihat mampu berinteraksi dengan perawat maupun keluarga tanpa rasa
minder.
Pasien mengatakan bahwa akan berpartisipasi secara aktif selama proses
pengobatan.
d. Peningkatan kenyamanan
Pasien mengatakan nyeri dan gatal berkurang bahkan hilang.
Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal.
e. Ansietas pasien berangsur-angsur menurun
Pasien tampak rileks selama proses pengobatan.
Pasien mengatakan tidak merasa cemas maupun gelisah.
DAFTAR PUSTAKA
Djuandha, Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.
Doengoes, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
NANDA. 2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia.
Price, Wilson. 2010. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Saunders, W.B. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorlan. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.