LP Pneumonia

24
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA A. Definisi Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995). Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001) Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak (Smeltzer,2001). B. Klasifikasi Pneumonia Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :

description

ghr

Transcript of LP Pneumonia

Page 1: LP Pneumonia

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

A. Definisi

Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang

biasanya berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995). Pneumonia adalah

peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis

yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan

konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas

setempat. (Zul, 2001)

Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang

mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area

terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di

sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak

(Smeltzer,2001).

B. Klasifikasi Pneumonia

Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :

1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :

a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan

opasitas lobus atau lobularis.

b. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat

lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.

2. Berdasarkan faktor lingkungan

a. Pneumonia komunitas

Page 2: LP Pneumonia

b. Pneumonia nosokomial

c. Pneumonia rekurens

d. Pneumonia aspirasi

e. Pneumonia pada gangguan imun

f. Pneumonia hipostatik

3. Berdasarkan sindrom klinis

a. Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang

terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan

pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal

yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.

b. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan

Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.

Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :

1. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan

umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal

merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya

menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.

2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.

Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus

stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired

pneumonia.

Page 3: LP Pneumonia

3. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi

infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme,

bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.

4. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada

agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan

organisme perusak.

C. Etiologi

1. Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram

posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus

pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella

pneumonia dan P. Aeruginosa.

2. Virus

Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.

Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama

pneumonia virus.

3. Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui

penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada

kotoran burung, tanah serta kompos.

4. Protozoa

Page 4: LP Pneumonia

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).

Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves,

2001)

D. Patofisiologi

Pneumonia bacterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi

inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan

menghasilkan eksudat yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta

karbondioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil juga bermigrasi

kedalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area

paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi,edema mukosa, dan

bronkopasm, menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan

mengakibatkan penurunaan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang

memasuki paru paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar

kesisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi.

E. Patofisiologi Nursing Pathways (terlampir)

F. Manifestasi Klinis

a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan

1) Nyeri pleuritik

2) Nafas dangkal dan mendengkur

3) Takipnea

b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi

1) Mengecil, kemudian menjadi hilang

2) Krekels, ronki, egofoni

Page 5: LP Pneumonia

c. Gerakan dada tidak simetris

d. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium

e. Diafoesis

f. Anoreksia

g. Malaise

h. Batuk kental, produktif

1) Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan

i. Gelisah

j. Sianosis

2) Area sirkumoral

3) Dasar kuku kebiruan

k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

G. Komplikasi

1. Gangguan pertukaran gas

2. Obstruksi jalan nafas

3. Gagal pernaasan

H. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan radiologis

Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan

gambaran air bronchogram (airspace disease), misalnya oleh

streptococcus pneumonia; bronchopneumonia (segmental disease)

oleh karena staphylococcus, virus atau mikroplasma.

Bentuk lesi bisa berupa kavitas dengan air-fluid level sugestif

untuk infeksi anaerob, gram negatif atau amiloidosis.

Page 6: LP Pneumonia

b. Pemeriksaan laboratorium

Leukositosis umumnya menandai infeksi bakteri, lekosit

normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau

pada infeksi yang berata sehingga tidak terjadi respon lekosit.

Leukopeni menunjukkan adanya depresi imunitas.

c. Pemeriksaan bakteriologis

Pemeriksaan yang predominan pada sputum adalah yang disertai PMN

yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi.

d. Pemeriksaan khusus

Titer antibodi terhadap virus, legionela dan mikoplasma dapat

dilakukan. Nilai diagnostik didapatkan bila titer tinggi atau ada

kenaikan 4x. Analisa gas darah dilakukan untuk menilai tingkat

hipoksia dan kebutuhan oksigen.

I. Penatalaksanaan

a. Antibiotik

Antibiotik yang sering digunakan adalah penicillin G. Mediaksi

efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin dan sefalosporin

generasi pertama.

b. Kortikosteroid

Kortikosteroid diberikan pada keadaan sepsis berat.

c. Inotropik

Page 7: LP Pneumonia

Pemberian obat inotropik seperti dobutamin atau dopamine kadang-

kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau

gagal ginjal pre renal.

d. Terapi oksigen

Terapi oksigen diberikan dengan tujuan untuk mencapai PaO2 80-100

mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan pemeriksaan analisa gas

darah.

e. Nebulizer

Nebulizer digunakan untuk mengencerkan dahak yang kental. Dapat

disertai nebulizer untuk pemberian bronchodilator bila terdapat

bronchospasme.

f. Ventilasi mekanis

Indikasi intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia :

1) Hipoksemia persisten meskipun telah diberikan oksigen 100 %

dengan menggunakan masker

2) Gagal nafas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress,

dengan atau didapat asidosis respiratorik.

3) Respiratory arrest

4) Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif

Page 8: LP Pneumonia

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN PNEUMONIA

A. Pengkajian

Data yang perlu dikaji:

1. IDENTITAS :

Identitas pasien

Identitas orang tua

2. KELUHAN UTAMA :

Sesak napas

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa hari,

kemudian mendadak timbul panas tinggi, sakit kepala / dada ( anak

besar ) kadang-kadang pada anak kecil dan bayi dapat timbul kejang,

distensi abdomen dan kaku kuduk. Timbul batuk, sesak, nafsu makan

menurun.

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :

Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan aras.

5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

6. PEMERIKSAAN FISIK :

INSPEKSI :

- Adanya Pernafasan Cuping Hidung

- Adanya tachipne, dyspnea

- Sianosis sirkumoral

- Distensi abdomen

- Batuk : Non produktif – produktif.

- Nyeri dada

PALPASI :

- Fremitus raba meningkat disisi yang sakit

- Hati mungkin membesar

Page 9: LP Pneumonia

PERKUSI :

- Suara redup pada paru yang sakit

AUSKULTASI

- Ronkhi halus Ronkhi basah

- Tachicardia.

7. PEMERIKSAAN BIOPSIKO SOSIAL

Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas

Sirkulasi

Gejala : riwayat gagal jantung kronis

Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat

Integritas Ego

Gejala : banyak stressor, masalah finansial

Makanan / Cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM

Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan

turgor

buruk, penampilan malnutrusi

Neurosensori

Gejala : sakit kepala dengan frontal

Tanda : perubahan mental

Nyeri / Kenyamanan

Gejala : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia

Pernafasan

Page 10: LP Pneumonia

Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan

dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal

Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen

Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural

Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas

Bronkial

Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi

Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku

Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam

Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin

pada kasus rubeda / varisela

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diagnosa Keperawatan dan prioritas

1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret pada jalan

nafas

2. Gangguan pemenuhan oksigen berhubungan dengan menurunnya

kapasitas difusi pada alveoli..

3. Hiperthermia b.d proses penyakit

4. Defisit volume cairan b/d Respiratory distress, penurunan intake cairan,

demam

C. Rencana tindakan keperawatan

N DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA RASIONAL

Page 11: LP Pneumonia

OKEPERAW

ATAN

KRITERIA

HASILKEPERAWATAN

I Bersihan

jalan nafas

tidak efektif

berhubungan

dengan

penumpukan

sekret pada

jalan nafas

Setelah

diberikan

tindakan

keperawatn

diharapkan jalan

nafas paten

dengan dengan

kriteria:

1. tidak ada

ronchi

2. Jalan nafas

bersih

3. N: 100x/mnt

RR : 30-40

x/mnt

S : 36,5-37,5 C

1. Kaji tanda-tanda vital;

terutama pernafasan

2. Kaji bersihan jalan

nafas : sputum, mulut,

stridor, ronchii

3. Atur posisi klien :

kepala hiperekstensi

4. Atur posisi klien :

Trendelenburk

5. Lakukan fibrasi paru

dan postural drainage

6.Lakukan penghisapan

lendir tiap 3 jam atau

bila perlu

7. Evaluasi hasil

kegiatan tiap 3 jam

1. pernfasan

meningkt

menandakan

adanya gangguan

pd saluran nafas

2. penumpukan

sekret menyumbat

saluran nafas

sehingga anak

tampak sesak

3. kepala

hiperekstensi

memberikan posisi

yang nyaman

dengan membuka

jalan nafas bagian

atas

4.trendelernburg

merupakan posisi

yang baik untuk

membuka jalan

nafas

5. cara

pengeluaran

sekret

diantaranya

Page 12: LP Pneumonia

dengan fibrasi

dan postural

drainase

6. suction

membantu

mengeluarkan

sekret dlm jalan

nafas

7. menilai pola

nafas sesering

mungkin utk

mengantisipasi

gawat napas

II Gangguan

thermoregul

asi

(hipertermi)

b/d proses

infeksi,

proses

penyakit

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1x30

menit

diharapkan anak

tidk hipertermi

dengan

Kriteria:

- N: 100x/mnt

- RR : 30-40

x/mnt

- S : 36,5-37,5

C

1. Mengukur TTV

2. Anjurkan pd keluarga

untuk memberikan

kompres hangat bila

panas

3. Jelaskan pada

keluarga tentang cara-

cara kompres hangat \

1. Adanya infeksi

menstimulasi

hipotalamus dalam

mempengaruhi set

point suhu tubuh.

2. Kehilangan

panas anak bisa

melalui beberapa

cara salah satunya

melalui konduksi

contohnya dengan

kompres hangat

3.memberikan

pengetahuan agar

keluarga bisa

mandiri

4. Antipiretik

Page 13: LP Pneumonia

4. kolaborasi dlm

pemberian terapi

5. Jelaskan cara dan

aturan minum obat

serta waktu minum

obat.

memiliki

kandungan yang

dapat menurunkan

suhu tubuh

5. keluarga

mengerti tentang

cara meminum

obat dapat

mempercepat

proses

penyembuhan

III Defisit

volume

cairan b/d

Respiratory

distress,

penurunan

intake

cairan,

demam

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan anak

tidk kekurangn

cairan dengan

Kriteria:

6. N: 100x/mnt

7. RR : 30-40

x/mnt

S : 36,5-37,5 C

1. Monitoring dan

catat :Suhu tubuh,

intake dan output,

Tanda / gejala

kekurangan cairan,

Bj urine

2. Lakukan perawatan

mulut

3. Beri cairan sesuai

advis

4. Kaji tentang

pengetahuan dan

partisipasi keluarga

dalam : Monitoring

intake dan output,

Mengenali tanda dan

gejala kekurangan

cairan sekaligus

berikan H.E tentang

1. deteksi awal

terhadap

kekurangan cairan

anak

2. memberika

n

kelembaba

n pd mulut

3. mengurangi

dehidrasi

4. memberika

n suport

system pd

keluarga

untuk

berpartisipa

si dalam

perawatan

Page 14: LP Pneumonia

masalah tersebut.

5. bantu keluarga dalam

pemeliharaan

kesehatan anaknya

sendiri

anak

5. meningkatk

an peran

serta

keluarga

untuk

perawatan

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.

Lackman’s (2006). Care Principle and Practise Of Medical

Surgical Nursing, Philadelpia : WB Saunders Company.

Nettina, Sandra M.(2001).Pedoman Praktik Keperawatan.

Page 15: LP Pneumonia

Jakarta : EGC

Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts

Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC;

2004

Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :

Salemba Medica.

Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I,

Jakarta : EGC

Zul Dahlan.(2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta :

Balai Penerbit FKUI.

Nursing PathwaysJamur, bakteri, protozoa

Masuk alveoli

Kongestif ( 4-12 jam )Eksudat dan seruos masuk

alveoli

Hepatisasi merah (48 jam)Paru-paru tampak merah dan bergranula karena SDM dan

leukosit DMN mengisi alveoli

Hepatisasi kelabu (3-8 hari)Paru-paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami

konsolidasi didalam alveoliKonsolidasi

jaringan paruCompliance paru

menurun

Penumpukan cairan dalam

alveoliResolusi 7-11

hariSuplay O2 menurun

Resti terhadap penyebaran

infeksi

Nyeri pleuritik

Peningkatan suhu tubuh

Gangguan pola nafas

Intoleransi aktivitas

Berkeringat Metabolisme meningkat

Resti nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuhMual, muntahGangguan

pertukaran gasPMN

Page 16: LP Pneumonia

Resti kekurangan

volume cairan

Sputum kental

Gangguan bersihan jalan nafas