LP NIFAS full
-
Upload
mank-murde-murdhe -
Category
Documents
-
view
47 -
download
5
description
Transcript of LP NIFAS full
LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS
OLEH :KELOMPOK IVTINGKAT III B
AKADEMI KEBIDANAN BALI WISNU DHARMA DENPASARMANGUPURA
2015
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
1. Ni Kadek Sintha Sriningsih NIM : 13.1.1.0392
2. Ni Putu Sintya Marthiani NIM : 13.1.1.0393
3. Ni Luh Gede Sri Artini NIM : 13.1.1.0414
4. Dewa Ayu Sri Irayani NIM : 13.1.1.0394
5. Ni Ketut Sri Lasmidewi NIM : 13.1.1.0395
6. Ni Luh Sri Sudarthi NIM : 13.1.1.0396
7. Ni Wayan Suartini NIM : 13.1.1.0426
8. Ni Made Suyadnyantari NIM : 13.1.1.0397
9. Ni Made Tina Erani Giri NIM : 13.1.1.0398
10. Komang Tirta Ayu Amerta Dewi NIM : 13.1.1.0399
11. Ni Putu Vivi Widyasari NIM : 13.1.1.0421
12. Made Widiandari NIM : 13.1.1.0410
13. Ni Ketut Widiasih NIM : 13.1.1.0400
14. Ni Made Wiwik Widianningsih NIM : 13.1.1.0401
15. Luh Putu Yunda Yunita Damayanti NIM : 13.1.1.0402
16. Ni Wayan Yuni Dwipayani NIM : 13.1.1.0427
17. Ni Wayan Ekawati NIM : 13.1.1.0403
A. Pengertian Nifas
Nifas adalah masa yang dimulai setelah persalinan dan berakhir setelah 6
minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia pulih kembali seperti sebelum
hamil dalam waktu 3 bulan ( Sarwono, 2002).
Masa nifas yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
kira-kira 6 minggu (Sarwono, 2002).
Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang
diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan
kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati
keadaan sebelum hamil. Periode masa nifas adalah periode waktu selama 6-8
minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan
dan berakhir setelah alat-alat rproduksi kembali seperti sebelum hamil sebagai
akibat dari adanya perubahan fisiologis dan psikologis karena proses
persalinan.
B. Pembagian masa nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
a. Puerperium dini yaitu pulihnya keadaan ibu dimana ibu sudah
diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan- jalan, dalam agama dianggap
bersih dan boleh bekerja setelah 42 hari.
b. Puerperium medial yaitu kepulihan menyeluruh dari alat- alt genetalia
yanhg lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamiul atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bias berminggu- minggu atau
berbulan-bulan bahkan bertahun- tahun.
C. Perubahan masa nifas
a. After pains
Sebagai akibat kontraksi uterus kadang- kadang sangat mengganggu
selama 2-3 hari pp. After pains lebih terasa bila wanita tersebut menyusui.
Perasaan sakit timbul bila masih ada sisa plasenta, sisa selaput ketuban/
gumpalan darah dalam cavum uteri.
b. Suhu badan
Tidak lebih dari 370C. sesudah partus dapat naik 0,50C dari keadaan
normal tetapi tidak melebihi 380C. sesudah 12 jam pertama PP, suhu
kembali normal. Jika > 380C kemungkinan infeksi.
c. Nadi
Umumnya 60-80x/menit. Setelah partus dapat terjadi brakikardi. Bila
takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau
ada vitium kordisi penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih
labil dibandingkan dengan suhu badan.
d. Involusi rahim
Setelah plasenta lahir fundus uteri 2 jari bawah pusat, sesudah 1 minggu
TFU ½ pusat simpisis dan setelah 2 minggu TFU tidak teraba lagi
sehingga setelah 6 minggu akan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Setelah plasenta lahir berat uterus 1000gram, 1 minggu kemudian 750
gram, 2 minggu kemudian 500 gram dan 6 minggu kemudian 50 gram.
e. Perubahan pada serviks
Cerviks mengalami involusi bersama- sama uterus. Setelah persalinan,
ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2-3 jari tangan ibu tidak merasa
nyeri. Setelah 6 minggu serviks akan menutup.
f. Vulva dan vagina
Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembalu seperti keadaan tidak hamil
dan rugae dalam vagina berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia menjadi lebih menonjol. Ukuran vagina akan selalu lebih besar
dibandingkan keadaan sebelum persalinan pertama.
g. Perineum
Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal
hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya
sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.
h. System pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan
karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan
pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemorroid, laserasi
jalan lahir. Supaya buang air besar teratur dibeikan diet makanan yang
mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak
berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian
huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain.
i. Sistem perkemihan
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi)
menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid
setelah melahirkan juga menjadi penyebab penurunan fungsi ginjal selama
masa pasca partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan
setelah melahirkan. Diperlukan kira-kira 2-8 minggu agar hipotonia pada
kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan
sebelum hamil. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36
jam post partum.
j. System endokrin
1. Hormone plasenta
HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam
hingga ke 7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada
hari ke 3 post partum.
2. Hormon pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak
menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu.
3. Hipotalamik pituitary ovarium
Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya
kadar estrogen dan progesterone.
4. Kadar estrogen
Setelah persalinan terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna
sehingga akttivitas prolaktin yang juga meningkat dapat
mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.
D. Pengeluaran lochea
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas yang mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus serta
mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organism berkembang
lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
a. Lochea rubra
Keluar pada hari pertama hingga hari ke 3 PP berwarna erah kehitaman
yang terdiri dari darah segar, jaringan sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo dan sisa mekonium.
b. Lochea sanguilenta
Keluar pada hari ke 4 sampai hari ke 7, berwarna merah kecoklatan dan
berlendir yang terdiri dari sisa darah bercampur lender.
c. Lochea serosa
Keluar pada hari ke 8 sampai hari ke 14, berwarna kuning kecoklatan,
dengan cirri- cirri lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri
dari leukosit dan robekan/ laserasi plasenta.
d. Lochea alba
Keluar pada hari ke 14 berlangsung 2- 6 minggu PP, berwarna putih,
mengandung leukosit, sel desidua dan sel epitel, selaput lendir serviks dan
serabutjaringan yang mati.
e. Lochea porulenta
Keluarnya cairan karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
f. Lochea lochiastatis
Lochea yang keluar dengan tidak lancar.
E. Kebutuhan dasar ibu nifas
a. Nutrisi dan cairan
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut.
- Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
- Makan dengan diet berimbang untuk mendapat protein dan meniral,
serta vitamin yang cukup
- Minum sedikitnya3 liter air perhari
- Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat besi setidaknya
selama 40 hari PP
- Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin
A kepada bayinya melalui ASI
b. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8
jam pasca persalinan kemudian boleh miring kanan dan kiri untuk
mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan- jalan, dan hari ke 4 dan 5 sudah
diperbolehkan pulang, mobilisasi tergantung pada komplikasi persalinan,
nifas dan sembuhnya luka-luka.
c. Miksi/ buang air kecil
Ibu sebaiknya buang air kecil pada 6 jam post partum. Jika dalam 8 jam
post partum belum berkemih/berkemih <100cc, maka lakukan kateterisasi.
Sebab terjadinya kesulitan berkemih pada ibu post partum yaitu :
- Berkurangnya tekanan intraabdominal
- Otot-otot masih lemah
- Edema pada uretra
- Dinding kandung kemih kurang sensitive
d. Defekasi/ buang air besar
BAB harus dilakukan 3-4 hari PP. bila masih sulit BAB dan terjadi
obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat peroral atau perektal.
Jika masih belum bias BAB dilakukan klisma.
e. Personal hygiene
Langkah- langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu
post partum adalah sebagai berikut.
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum.
2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan
daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang,
kemudian membersihakan daerah sekitar anus. Nasehati ibbu untuk
membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau buang air
besar.
3. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan kelaminnya.
4. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya 2 kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci
dengan baik dan dikeringkan di bawah sinar matahari dan disetrika.
5. Jika ibu mempunyai luka episitomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah tersebut dan hindari
membersihkan vagina dengan air hangat.
f. Istirahat dan tidur
Hal-hal yang dapat dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebuttuhan
istirahat dan tidur adalah sebagai berikut.
1. Anjurkan ibu agaristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
2. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan- kegiatan rumah tangga
secara perlahan, serta untk tidur siang atau beristirahat saat bayi tidur.
3. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
- Mengurangi jumblah ASI yang diproduksi
- Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
- Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan diri sendiri.
g. Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibbu masa nifaharus
memenuhi syarat berikut ini.
1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu dua jari ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
2. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa waktu tertentu, misalnya 42 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan
bersangkutan.
h. Latihan dan senam nifas
Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing
seperti semula adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas. Berikan
penjelasan pada ibu tentang beberapa hal berikut ini.
1. Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul agar kembali
normal, karena hal ini akan membuat ibu merasa lebih kuat, sehingga
mengurangi rasa sakit pada punggung
2. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu.
- Dengan tidur terlentang dan lengan di samping tarik oto perut
selagi menarik nafas, tahan nafas dalam, angkat dagu ke dada,
tahan mulai hitungan 1 sampai 5 detik. Rileks dan ulangi sebanyak
10 kali.
- Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul
lakukanlah latihan kegel
3. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan
pinggul, tahan sampai 5 hitungan. Relaksasi otot dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
4. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu
naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke 6 setelah
persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
i. Perawatan payudara
Perawatan payudara dilakukan secara rutin agar tidak terjadi
pembengkakan akibat bendungan ASI.
1. Ajarkan untuk menjaga kebersihan payudara terutama putting susu
2. Ajarkan teknik- teknik perawatan apabila terjadi gangguan pada
payudara, seperti putting susu lecet dan pembengkakan payudara
3. Menggunakan BH yang menyokong payudara
j. Rencana KB
Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa nifas.
Apabila hendak menggunakan kontrasepsi yang mengandung hormone,
harus menggunakan obat yang tidak mengganggu produksi ASI.
F. Kunjungan masa nifas
1. Kunjungan I (6-8 jam post partum), tujuan :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah atonia uteri
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
2. Kunjungan II (6 hari post partum), tujuan :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilical, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak
ada bau.
b. Menialai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda- tanda penyulit.
d. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat, perawatan bayi sehari-hari.
3. Kunjungan III (2 minggu post partum), tujuan : sama seperti 6 hari setelah
persalinan.
4. Kunjungan IV (6 minggu post partum), tujuan :
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang dialami ibu atau bayinya.
b. Memberikan konseling KB secara dini.
c. Menganjurkan/ memngajak ibu membawa bayinya ke posyandu atau
puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi.
G. Bounding attachment
Bounding attachment (Depkes, 2002) adalah kontak dini secara langsung
antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai
dengan post partum. Pra kondisi yang mempengaruhi ikatan menurut
(Soetjiningsih, 1998), yaitu :
1. Kesehatan emotional orang tua
2. System dukungan social yang meliputi pasangan hidup, teman, dan
keluarga
3. Suatu ketrampilan dalam berkomunikasi dan dalam member asuhan yang
kompeten
4. Kedekatan orang tua dengan bayi
5. Kecocokan orang tua- bayi (termasuk keadaan, tempramen dan jenis
kelamin).
Tahap- tahap bounding attachment (Depkes, 2002):
a. Perkenalan (acquqintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,
berbicara dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
b. Bounding (keterikatan)
c. Attachment , perasaan saying yang mengikat individu dengan individu
lain.
Elemen-elemen bounding attachment :
a. Sentuhan
b. Kontak mata
c. Suara
d. Aroma
e. Entrainment
f. Bioritme
g. Kontak dini
Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment :
a. Menit pertama jam pertama
b. Sentuhan orang tua pertama kali
c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis
d. Telibat proses persalinan
e. Persiapan PNC sebelumnya
f. Adaptasi
g. Kontak sedini mungkin
h. Fasilitas untuk kontak lebih lama
i. Penekanan pada hal- hal positif
j. Perawatan maternitas khusus (bidan)
k. Lebatkan anggota keluarga lainnya
l. Informasi bertahap mengenai bounding attachment
Kondisi yang mempengaruhi sikap orang tua terhadap bayi, yaitu :
a. Kurang kasih saying
b. Persaingan tugas sebagai orang tua
c. Pengalaman melahirkan
d. Kondisi fisik ibu setelah melahirkan
e. Cemas tentang biaya
f. Kelainan pada bayi
g. Penyesuaian diri bayi pasca natal
h. Tangisan bayi
i. Kebencian orang tua pada perawatan, privasi dan biaya pengeluaran
j. Gelisah tentang kenormalan bayi
k. Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi
Dampak positif bounding attachment :
a. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, dipercayai menumbuhkan sikap social
b. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
Hambatan bounding attachment :
a. Kurangnya system support
b. Ibu dengan resiko
c. Bayi dengan resiko
d. Bayi yang tidak diinginkan
Terdiri dari tiga observasi yang dibuat di ruang bersalin selama dan
segera setelah bayi lahir dan kembali selama 2-3 hari periode post partum.
Nilai 1-4 diberikan dalam setiap obsevasi dan nilai tersebut dijumlahkan
dalam setiap periode. Interaksi yang sangat positif akan memberikan nillai 10
sampai 12 untuk setiap periode. Interksi sangat negative akan memberikan
skor 3-6. Konseling tindak lanjut bagi orang tua dengan skor yang rendah
merupakan indikasi untuk mencegah penyalahgunaan akan dan mengajarkan
cara pengasuhan anak.
H. Sibling rivalry
Sibling rivalry adalah persaingan antara saudara kandung, merupakan
salah satu alasan terkuat anak- anak bertengkar karena masing-masing anak
ingin diperlakukan special oleh orang tuanya. (Varney,2007)
Cara menghadapi sibling rivalry, diantaranya :
a. Mempersiapkan kakak sebelum kehadiran adiknya
b. Memperlakukan setiap anak sebagai individu berbeda
c. Hindari membandingkan
d. Menumbuhkan keunikan anak
e. Menghabiskan waktu bersama setiap anak sesuai prioritas
f. Membuat batasan yang jelas
g. Mendengarkan perasaan anak
h. Jangan memihak
i. Menghindari memupuk kebiasaan mengadu
j. Memberi reward untuk perilaku kooperatif
Masalah-Masalah Yang Terjadi Pada Masa Nifas
a. Nyeri setelah melahirkan (After pain)
Yaitu rasa nyeri mencengkram(kram) pada perut bagian bawah akibat
kontraksi dan relaksasi yang terus-menerus dan uterus rasa nyeri ini biasa
terjadi selama 3-4 hari dan biasanya berkurang intensitasnya pada hari ke-
3 setelah melahirkan.
Tindakan :
Jelaskan fisiologis after pain normal pada ibu
Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemih
Beri analgetik
Berikan dorongan untuk melakukan teknik relaksasi dini
Berikan kompres dingin pada perineum.
Penilaian dan Pengukuran Nyeri
Kualitas nyeri dapat dinilai sederhana yang meminta pasien
menjelaskan nyeri dengan kata-kata mereka sendiri (misalnya tumpul,
berdenyut, seperti terbakar). Evaluasi ini juga dapat didekati dengan
menggunakan penelitian yang lebih formal, seperti kuesioner nyeri MC
bill, yang merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menilai nyeri.
Kuesioner ini mengukur dimensi fisiologik dan psikologik nyeri yang
dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama klien menandai lokasi nyeri
disebuah gambar tubuh manusia. Pada bagian kedua klien memilih 20 kata
yang menjelaskan kualitas sensorik, afektif, evaluatif, dan kualitas lain
dari nyeri. Pada bagian ketiga klien memilih kata seperti singkat, berirama
atau menetap untuk menetap untuk menjalaskan pola nyeri. Pada bagian
keempat klien menentukan tingkatan nyeri pada suatu skala 0 sampai 5
(Price, 2005).
Alat bantu lain yang digunakan untuk menilai intensitas atau
keparahan nyeri klien:
1) Face Pain Rating Scale
2) Skala intensitas nyeri deskritif
3) Skala identitas nyeri numeric
4) Skala analog visual
5) Skala nyeri menurut bourbanis
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan
baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul.
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah
digunakan dan tidak mengkomsumsi banyak waktu saat klien
melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan memahami skala, maka
deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja
dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi
perubahan kondisi klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau
saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami
penurunan atau peningkatan. (Potter, 2005).
a. Pembesaran dan pembengkakan payudara
Terjadi karena bayi tidak disusui dengan adekuat sehingga terkumpul
pada duktus statis pada pembuluh darah dan limfe akan menyebabkan
meningkatnya tekanan indraduktural yang mempengaruhi berbagai
segmen pada payudara sering segang dan nyeri kemudian diikuti
penurunan produk ASI dan refleksi letdown. Hal ini bisa terjadi kira-
kira hari ke 3 post partum dan terakhir kira-kira 24-48 jam kemudian.
- Melakukan perawatan payudara :
Menjaga pakaian dalam tetap kering dan bersih
Menggunakan BH yan menyokong payudara terbuat dari katun.
Bila putting lecet, oleskan kolostrum / ASI yang keluar pada
sekitar putting susu setiap kali menyusui. Menyusui dimulai
dari putting yang tidak lecet.
Bila lecet sangat berkat, dapat diistirahat selama 24 jam , ASI
dikeluarkan dan diminum dengan sendok.
Untuk menghilangkan nyeri dapat diminumkan paracetamol /
tablet tiap 4-6 jam.
Bila payudara bengkak akibat bendungan ASI
- Pengompresan dengan kain basah dan hangat ± 1 menit.
- Urut payudara dari arah pangkal kedaerahan putting / gunakan sisir
untuk mengurut payudara.
- Keluarkan asi dari bagian depan payudara sehingga putting susu
menjadi lunak.
- Susukan bayi tiap 2-3 jam sekali bila tidak dapat menghisap
saluran asi keluarkan dengan tangan
- Letakkan kain dingin ke payudara setelah menyusui.
Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar
a. Payudara lecet / luka
Terjadi karena teknik menyusui yang salah dan juga putting susu
kurang lentur akibat penggunaan zat iritan untuk mencuci putting susu
misalnya : alkohol, sabun, krem.
Tindakan :
Tetap memberikan ASI pada keadaan luka tidak begitu sakit.
Olesi putting susu dengan ASI akhir jangan memberi obat seperti
krem,salep.
Puting yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara ± 1 x 24
jam dan akan sembuh sendiri dalam waktu 2 x24 jam.
Selama puting susu diistirahatkan sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena
terasa nyeri .
Cuci payudara sekali saja dan tidak menggunakan sabun
b. Nyeri daerah perineum
Perineum akan terasa nyeri khususnya pada hari ke- 6 ketika pasokan
darah kearah tersebutpulih kembali, kalau perineum membengkak maka
jahitan akan terasa nyeri. Cara mengatasi sebelum kita menggunakan
cara apapun periksa perineum terlabih dahulu.
Tindakan :
Anjurkan ibu berbaring dalam posisi miring
Gunakan kantong es selama 2 jam pertama
Berikan analgetik
Teknik relaksasi
Penghangatan dengan cahaya lampu bungkus lampu 40 watt
dengan handuk atau jarak lampu 50 cm dari perineum dilakukan
3 kali sehari selama 20 menit.
c. Infeksi luka perenium
Luka menjadi nyeri, merah, bengkak, jahitan mudah lepas. Suhu tubuh
meningkat dan luka mengeluarkan nanah.
Tindakan :
Bila ada pus segera keluarkan
Debridement
Antibiotik
Jahitan nekrotik buang dilakukan penjahitan sekunder 2-3
minggu setelah infeksi membaik
Berikan nasehat kebersihan dan pemakaian pembalut yang benar
dan sering di ganti.
d. Infeksi masa nifas
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan dengan
suhu 38 ◦C / lebih terjadi pada hari ke 2- 10 sedikitnya 4 x sehari.
Faktor- faktor presdiposisi masa nifas :
Kurang gizi, anemia, keadaan hygiene, kelelahan
Proses persalinan bermasalah, KPD, partus lama, partus macet.
Tindakan :
Istirahat baring
Rehidrasi peroral
Kompres atau kipas untuk menurunkan masa nifas
e. Rasa sakit ,merah, lunak dan membengkak (tromboflebitis) penyebab
infeksi sampai post partum bluess / martenity bluees.
Tindakan :
Kaki ditinggikan untuk mengurangi oedema lakukan komprs
pada kaki
Lakukan balutan dengan elastis atau memakai kaos kaki panjang
yang elastis selama mungkin
Jangan menyusui
Beriakan antibiotik dan analgetik
f. Depresi ringan / post partum bluess
Gejala : kesedihan, iritasi dan kegelisahan , bervariasi seperti post
partum bluess/ martenity bluess.
Penyebab yang menonjol adalah :
Kecelakaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang
dialami kebanyakan selama kehamilan dan persalinan.
Rasa sakit masa nifas awal.
Kelelahan karena kurang tidur selma persalinan dan post partum di
rumah sakit.
Kecemasan dan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggal dirumah sakit
Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suami.
Tindakan :
Berikan dukungan pada ibu dan keluarga
Bimbingan terhadap orang tua bayi karena permasalahannya yang
sering dihadapi orang tua terhadap kejadian / perubahan pada bayi.
8 . Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas
a. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba - tiba bertambah banyak
lebih dari darah haid, smapai 2 kali ganti pembalut ganti pembalut
lebih dari ½ jam
b. Pengeluaran vagina yang berbau busuk
c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen dan punggung
d. Rasa kepala yang terus- menerus , nyeri ulu hati atau masalah
penglihatan
e. Pembengkakan dimuka dan tangan
f. Demam, muntah , rasa sakit waktu BAK
g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas , nyeri
h. Kehilangan nafsu makan yang lama
i. Rasa sakit , merah, lunak , pembengkakan dihati
j. Merasa sangat sedih dan tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau
dirinya sendiri
k. Merasa sangat letih atau nafas terengah – enggah
I. Tujuan Pengkajian Data
I. Data Subyektif
1. Hari/Tgl, jam dan waktu,yaitu untuk megetahui kapan dan dimana
asuhan di berikan
2. Nama Ibu untuk mengetahui siapa yang di berikan asuhan dan
memudahkan kita dalam komunikasi dengan klien
3. Nama Suami untuk mengetahui penanggungjawab dalam pemberian
asuhan
4. Umur Ibu untuk mengetahui
5. Umur Suami untuk mengetahui apakah suami masih bisa menerima
informasi dengan baik atau tidak.
6. Agama Ibu dan Suami untuk mengetahui kemungkinan adanya
kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan
7. Suku/Bangsa untuk mengetahui adanya kepercayaan yang ada pada
suku/bangsa ibu dan suami yang bertentangan dengan kesehatan
8. Pendidikan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu sejauh
mana ibu dan suami dapat menerima informasi yang di berikan
9. Pekerjaan untuk mengetahui aktivitas dan social ekonomi
10. Alamat untuk mengetahui tempat tinggal ibu dan suami dan apabila ada
kesamaan nama dapat di bedakan dari alamat klien
11. Alasan dirawat untuk mengetahui keadaan ibu dalam masa nifas normal
sesuai dengan jam,hari.
12. Riwayat Persalinan Sekarang
Tanggal persalinan
Persalinan ke berapa
Tempat persalinan
Ditolong oleh
Jenis persalinan sapontan / anjuran / buatan
Kala II lamanya , jumlah perdarahan, robekan perineum, ada
komplikasi atau tidak, pukul berapa bayi lahir
13. Riwayat obstetrik terdahulu untuk mengetahui apakah ibu pernah
mengalami kesulitan dalam masa nifas
14. Riwayat KB untuk mengetahui apakah ibu pernah menggunakan KB/
tidak , jenis KB, lama pemakaian dan ada /tidak ibu untuk rencana ber
KB, keluhan efek samping, komplikasi pemakaian alat kontrasepsi.
15. Kecukupan Nutrisi Untuk mengetahui pola nutrisi ibu , kualitasnya dan
kuantitas makanan, alergi atau tidak terhadap makanan, frekuensi, dan
jenis.
16. Eleminasi untuk mengetahui apakah ibu sudah dapat/tidak BAB dan
BAK, berapa kali, konsistensi warna, bau, ada keluhan atau tidak.
17. Istirahat dan Tidur untuk mengetahui ada tidaknya keluhan pada
istirahat tidur pada masa nifas, ibu dapat tidur/ tidak, dan berapa lama
ibu dapat istirahat dan tidur.
18. Rencana menyusui untuk mengetahui adakah pengalaman dari ibu
dalam menyusui bayinya, dan berapa lama ibu akan berencana untuk
menyusui bayinya.
19. Rencana pengasuhan untuk mengetahui apakah ibu akan mengasuh
anaknya sendiri atau dibantu dengan orang lain, karena dalam
mengasuh anak dengan orang lain tidak akan ada bounding
attachement/ ikatan kasih saying antar ibu dan anak.
20. Pengatahuan ibu untuk mengetahui pengetahuan/informasi yang telah
didapat/ belum didapat oleh ibu seperti perawatan bayi, tanda-tanda
bahaya nifas, cara memeriksa kontraksi uterus, cara masase uterus,dan
cara menyusui bayinya yang benar.
II. Data Obyektif
1. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan ibu secara umum selama
masa nifas
2. Kesadaran : untuk mengetahui kesadaran pada ibu selama masa
nifas
3. Vital Sign :
a. Suhu : untuk mengetahui suhu tubuh ibu apakah tubuh ibu
panas/ tidak.
b. Nadi : untuk mengetahui nadi ibu apakah dalam keadan
normal/ tidak.
c. Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah pada ibu dalam
masa nifas apakah tinggi atau rendah.
d. Respirasi : untuk mengetahui pernafasan pada ibu apa dalam
keadaan normal atau tidak.
4. Inspeksi :
a. Muka : ada tidaknya cloasma, oedema, pucat pada wajah
b. Mata : untuk mengetahui keadaan konjungtiva merah muda/pucat
c. Sklera : ikterus atau tidak ,pucat atau tidak
d. Bibir ; untuk mengetahui kelembaban mukosa dan warna bibir
5. Payudara
Bentuknya simetris/ tidak, ada pengeluaran kolostrum/ tidak, putting
susu menonjol / tidak , adakah pembengkakan /tidak/ apakah
nyeri/idak , panas/ tidak , dakah pembesaran kelenjar limfa .
6. Abdomen
Ada atau tidaknya massa atau benjolan dan nyeri tekan pada abdomen
atau supra symphisis, jaringan parut, luka bekas operasi, apakah
kandung kencing kosong , bagaimana kontraksi uterus baik/ keras,
posisi rahim ditengah/ tidak dan TFU
7. Genetalia
Untuk mengetahui pada vulva dan vagina ada oedema , varises, ada
tidaknya pengeluaran lochea, berapa CC , baunya, ada gumapalan /
tidak dan pada perenium ada luka robekan grade berapa, jahitan halus/
tidak, basah/ kering, bernanah/ tidak, ada oedema / tidak, dan apakah
ada tanda-tanda infeksi atau tidak,dan ada kelainan atau tidak
8. Ekstremitas bawah
Ada tidaknya oedema pada ekstremitas atas maupun bawah, keadaan
kuku pucat atau tidak, ada tidaknya varices, untuk mengetahui apakah
ada tanda human atau tidak ,dan ada simfiolisis atau tidak.
9. Bounding skor
a. meraba 1/2/3/4
b. melihat 1/2/3/4
c. menyapa atau suara 1/2/3/4
III. Analisa
Identifikasi diagnosa dan masalah potensial sesuai dengna diagnosa dan
masalah yang sudah diindentifikasi
1. diagnosa masalah
2. antisipasi diagnosa/ masalah potensial
IV. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dibuat /disusun sesuai prioritas masalah yang mengandung
komponen :
1. Informasikan / Informend consent
2. Tindakan segera
3. Tindakan antisipasi
4. Komprehensif (kalimat perintah)
Catatan Perkembangan
Digunakan untuk mengetahui perkembangan pasien selanjutnya dan dibuat
dalam bentuk SOAP.
J. KOMPLIKASI MASA NIFAS
1. Infeksi Nifas
a. Pengertian
Infeksi masa nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman – kuman kedalam alat – alat genetalia pada waktu
persalinan dan nifas.
b. Etiologi
1). Berdasarkan masuknya kuman ke dalam alat kandungan.
a). Ektogen ( kuman datang dari luar)
b). Autogen ( kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh)
c). Endogen ( dari jalan lahir sendiri )
2). Berdasarkan kuman yang sering menyebabkan ineksi.
a). Streptococcus Haemolyticus Aerobik, masuknya secara eksogen
dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain,
alat – alat yang tidak suci hama, tangan penolong.
b). Staphylococcus aureus, masuk secara eksogen , infeksinya sedang
banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
c). Eschericia coli, sering berasal dari kandungan kemih dan rektum,
menyebabkan infeksi terbatas.
d). Clostridium welchii, kuman aerobik yang sangat berbahaya, sering
ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun
dari luar rumah sakit.
c. Patoisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka
dengan diameter kira – kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol –
benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus. Daerah ini
merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman dan masuknya
jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Servik sering mengalami
perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina dan perineum,
yang merupakan tempat masuknya kuman patogen. Infeksi nifas dapat
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu satu infeksi yang terbatas pada
perineum, vulva, vagina, servik dan endometrium, kedua penyebaran
dari tempat tersebut melalui vena – vena, melalui jalan limfe dan
melalui permukaan endometrium.
d. Tanda dan gejala
Infeksi akut ditandai dengan demam, sakit didaerah infeksi, berwarna
kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu. Gambaran klinis infeksi
nifas dapat berbentuk:
1) infeksi Lokal :
a). Infeksi luka episiotomy
1. Luka menjadi nyeri, panas, merah, dan bengkak,jahitan mudah
lepasdan suhu tubuh meningkat serta luka mengeluarkan
nanah.
2. Tindakan :
- Bila ada pus segera keluarkan
- Debridemen
- Antibiotic
- Jahitan nekrotik buang, dilakukan penjahitan sekunder 2 –
3 minggu setelah infeksi membaik
- Berikan nasehat kebersihan dan pemakaian pembalut yang
benar dan sering diganti
b). Nyeri luka perineum
-Perineum akan merasa nyeri khususnya pada hari ke-6, ketika
pasokan darah kearah tersebut pulih kembali, kalau
perineum membengkak maka jahitan akan tersa nyeri.
-Tindakan :
-Anjurkan ibu berbaring dalam posisi miring
-Gunakan kantong es selama 2 jam pertama
-Berikan analgesic
-Teknik relaksasi
-Penghangatan dengan cahaya lampu, bungkus lampu 40 watt
dengan handuk atau jarak lampu 50 cm dari perineum,
lakukan 3 kali sehari selama 20 menit.
c). Trombiflebitis femoralis
- Suhu badan subfebris selama 7 – 10 hari, kemudian suhu pada
naik pada hari ke 10 – 20 disertai menggigil dan nyeri
- Tanda pada bagian kaki yang terkena :
- Sukar bergerak dan lebih panas
- Vna pada kaki yang terkena terasa tegang dan keras pada bagian
paha atas.
- Nyeri hebat pada lipatan paha dan daerah paha.
- Kaki bengkak, tegang, putih, nyeri, terjadi bagian : paha bagian
atas yang dimulai dari jari – jari kaki dan pergelangan kaki
kemudian meluas ke bagian atas.
- Nyeri pada betis yang terjadi spontan atau dengan memijit betis
atau dengan meregangkan tendoaktiles(tanda homan)
- Tindakan :
- Kaki ditinggikan untuk mengurangi oedema, lakukan kompres
pada kaki.
- Lakukan balutan dengan elastis atau memakai kaos kaki panjang
yang elastis selama mungkin.
- Jangan menyusui.
- Berikan antibiotic dan analgesic.
b). Infeksi Umum
1. Demam pasca persalinan
- Infeksi pada ibu pasca melahirkan karena infeksi traktus genetalis,
demam yang suhu tubuhnya ≥ 38˚ C, yang terjadi antara hari ke 2 –
10 post partum.
- Factor predisposisi :
- Kurang gizi
- Anemia
- Hygiene yang kurang
- Kelelahan
- Proses persalinan yang bermasalah
- Partus lama / macet
- Korioamnionitis
- Persalinan traumatic
- Kurangnya teknik pencegahan infeksi
- Manipulasi yang berlebih
- Dapat berlanjut ke infeksi masa nifas
Tindakan :
a. Istirahat baring
b. Rehidrasi peroral / infuse
c. Kompres atau kipas ubtuk menurunkan suhu
2. Mastitis
- Peradangan pad payudara,dimana payudara menjadi merah,
bengkak, kadang kal diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh
meningkat, payudara keras padat dan kulit tampak kemerahan.
Biasa terjadi 1 – 3 minggu pasca persalinan. Terjadi karena
payudara jarang diisap, tekanan baju / BH yang terlalu ketat.
- Tindakan :
- Kompres hangat / panas dan pemijitan
- Rangsangan oxytosin, dimulai dari payudara yang tidak sakit
- Pemberian anti biotic selama 7 – 10 hari
- Bila perlu istirahatkan payudara
3. Depresi ringan/ post partum blues
- ibu mengalami kesediahan, anxietas,dan kegelisahan bervariasi
seperti pada post partum blues / maternities blues.
- Disebabkan oleh:
- Kecelakaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang
dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
- Rasa sakit masa nifas awal
- Kelelahan
- Kecemasan dan kemampuan untuk merwat bayinya setelah pulang
ke rumah
- Rasa takut karena tidak menarik lagi bagi suami
- Tidak ada / kurangnya dukungan keluarga
- Tindakan :
- Berikan dukungan pada ibu dan keluarga
- Bimbingan terhadap orang tua bayi karena permasalahannya yang
sering dihadapi orang tua terhadap kejadian / perubahan pada bayi.
e. Cara Terjadinya Infeksi
1) Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau periksa dalam
yang berulang – ulang dapat membawa bakteri yang suda hada ke
dalam rongga rahim.
2) Alat – alat yang tidak suci hama.
3) Infeksi droplet, sarung tangan dan alat – alat terkena infeksi,
kontaminasi yang berasal dari hidung, tenggorokan dari penolong.
4) Infeksi rumah sakit.
5) Koitus pada akhir kehamilan pada ketuban pecah dini.
6) Infeksi inta partum.
f. Faktor Predisposisi
1) Persalinan yang berlangsung lama sampai terjadi persalinan
terlantar.
2) Tindakan operasi persalinan
3) Tertinggalnya placenta, selaput ketuban dan bekuan darah.
4) Ketuban pecah dini
5) Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum.
g. Pencegahan
1) Lakukan mobilisasi dini sehingga darah lochea keluar dengan
lancar.
2) Perlukaan dirawat dengan baik.
3) Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi
nasokomial.
2. kelainan – kelainan lainnya dalam nias.
a. Kelainan pada rahim
1) Sub Involusi Uteri
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim
mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari
1000gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 gram 6 minggu
kemudian. Pada beberapa keadaan terjadinya proses involusi
rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses
pengecilannya terlambat. Keadaan demikian sub involusi uteri.
Penyebab terjadinya sub involusi uteri adalah terjadinya infeksi
pada endometrium, terdapat sisa placenta dan selaputnya,
terdapat bekuan darah atau mioma uteri. Pada palpasi uterus
teraba masih besar, fundus masih tinggi, lokhea banyak, dapat
berbau dan terjadi perdarahan.
2) Perdarahan Masa Nifas
a). Pengertian
perdarahan lebih dari 500 – 600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir.
b). Pembagian
- Perdarahan postpartum primer (early postpartum
hemorrhage) yang terjadi pada 24 jam pertama.
- Perdarahan pospartum sekunder (late postpartum
hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam.
c). Etiologi
penyebab perdarahan postpartum primer adalah atonia
uteri,retensio placenta, sisa placenta, laserasi jalan lahir dan
inversio uteri. Sedangkan penyebab perdarahan postpartum
sekunder adalah sub involusi, retensi sisa placenta, infeksi
nifas.
d). Pencegahan
Pencegahan perdarahan post partum dapat dilakukan
dengan mengenali resiko perdarahan post partum ( uterus
distensi, partus lama, partus dengan pacuan), memberikan
oksitosin injeksi setelah bayi lahir, memastikan kontraksi
uterus setelah bayi lahir, memastikan plasemta lahir
lengkap , menangani robekan jalan lahir.