LP CA MAMAE
Click here to load reader
description
Transcript of LP CA MAMAE
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
KANKER PAYUDARA DI RS KENSARAS SEMARANG
Di Susun Oleh:
Ni Nyoman Diah Larasanti
010213a013
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
NGUDI WALUYO UNGARAN 2014BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Perkembangan Kanker telah dikenal oleh para pemikir sebelumnya dimana Hipokrates memberi nama kanker berasal dari bahasa latin yaitu cancri atau kepiting karena penyebarannya kesemua arah seperti kaki kepiting dan pada fase lanjut memberikan riwayat tidak dapat disembuhkan. Terminologi secara umum dipakai sekarang adalah tumor maligna atau neoplasma dimana neoplasma sendiri berasal dari bahasa yunani yang berarti pertumbuhan baru atau pembentukan baru. Sel normal dalam proses pembelahan sel dan membagi diri dalam proses yang teratur dengan tujuan yang khas dari perkembangan sel untuk mengganti sel yang rusak atau cedera sedangkan kalau sel itu membentuk jaringan baru disebut tumor atau neoplasma.Neoplasma pada masa abnormal terdiri dari sel-sel yang mengalami proliferasi (proses bertambah banyak) bersifat otonom dan tak terkoordinasi, tidak adaptif meskipun rangsang dihilangkan terus tumbuh serta dibedakan atas jinak (benigna) yang sering disebut dengan tumor dan ganas (maligna) yang sering disebut kanker. Sifat neoplasma jinak (tumor) peristiwa lokal/setempat, proliferasi bersifat kohesif, pertumbuhan bersifat sebtrifugal dengan batas nyata, bergerak keluar, menyebabkan desakan jaringan sekitar, tidak menyebar jauh, laju pertumbuhan lambat dan ukuran tetap stabil selama berbulan-bulan/bertahun-tahun sedangkan sifat neoplasma ganas (Kanker) bertumbuh lebih cepat, progresif, tidak kohesif, penyebaran tidak teratur, tidak berkapsul, sukar dipisahkan dengan jaringan sekitar dan menyerbu kedaerah sekitar (infiltrasi), mencari jalan secara destruktif dimana sel neoplasma melepaskan diri dari tumor primer menuju sirkulasi mengakibatkan emboli sel sehingga tersangkut, keluar pembuluh darah berproliferasi menjadi tumor sekunder bersifat metastasis atau pengalihan penyakit dari bagian / alat tubuh satu kealat atau bagian tubuh lainnya yang tidak saling berhubungan yang biasanya bersifat lebih ganas dimana produksi sel-sel yang tidak normal dan tidak mengikuti jaringan yang normal.
Salah satu neoplasma ganas yang sering terjadi pada beberapa kasus adalah carcinoma mammae dan jaringan sekitarnya
Sehingga peran perawat dalam memberi asuhan keperwatan kepada pasien sangat besar dan sangat berpengaruh dimana perawat harus memiliki pengetahuan untuk pencegahan, pengawasan, dan pengobatan khususnya mengenai carcinoma mammae atau kanker mammae yang meliputi : B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAA. Konsep Penyakit1. Definisi
Kanker payudara adalah kanker yang relative sering dijumpai pada wanita di Amerika serikat, dan merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia antara 45-64 tahun. Kanker payudara hampir selalu merupakan adenokarsinoma dan biasanya timbul diduktus. (Prince.2005, hal 803)Kanker payudara adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ dalam tubuh ditandai dengan oleh proliferasi sel abnormal jaringan epitel pada duktus lafiferis atau lobulus pada payudara, membentuk massa yang padat, terbentuk tumor yang sering disebut neoplasma. Neoplasma kemudian menyebar ke jaringan sekitar dan akhirnya mempengaruhi fungsi normal.
2. Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaiknya serangkaian faktor genetik hormonal dan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker. Bukti yang bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan belum diketahui.
Perubahan genetik ini termasuk perubahan/mutasi dalam gen normal dan pengaruh protein baik yang menekan/meningkatkan perkembangan kanker payudara.
Hormon yang dapat berpengaruh dalam kanker payudara adalah normal hormon steroid yang dihasilkan ovarium (hormon estrodiol dan hormon progesteron).
Meskipun belum ada penyebab spesifik dari kanker payudara, para peneliti mengidentifikasi sekelompok faktor resiko sebagai berikut :
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara
Resiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% tiap tahun.
2. Anak perempuan/saudara perempuan (hubungan langsung keluarga) dari wanita dengan kanker payudara.
Resikonya meningkat 2x lipat. Jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun. Resiko meningkat 4-6 x. Jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.
3. Menarche dini, resiko meningkat pada wanita yang mengalami menarche sebelum 12 tahun.
4. Nulipara (tidak kawin) dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama wanita yang hanya anak pertama, setelah usia 30 tahun mempunyai resiko 2 x lipat dibanding dengan mereka yang punya anak sebelum 20 tahun.
5. Menopause pada usia lanjut (>50 tahun).
6. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara di sekitar perubahan epitel prliferasi mempunyai resiko 2 x lipat untuk mengalami kanker payudara.
7. Pemajanan terhadap wanita setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun.8. Obesitas, resiko terendah diantara wanita pasca menopause.
9. Kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak seperti kelainan fibrokistik yang ganas akan meningkatkan risiko untuk mendapat kanker payudara 11 kali lebih tinggi.10. Therapi pengganti hormon.
Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko kanker payudara pada terapi pengganti hormon. Wanita yang menggunakan estrogen suplemen dalam jangka panjang mengalami peningkatan resiko. Sementara penambahan progesteron terhadap pengganti estrogen meningkatkan insiden kanker endometrium. Hal ini tidak menurunkan resiko kanker payudara.
11. Masukan alkohol
Sedikit peningkatan resiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi alkohol, bahkan hanya dengan sekali minum dalam sehari. Resiko 2 x lipat diantara wanita yang minum alkohol 3 x/sehari. Temuan riset menunjukkan wanita muda minum alkohol lebih rentan mengalami kanker payudara (Brunner & Suddarth, Danielle Gale).
3. Tahapan Kanker Payudara
Tahapan klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah sistem klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, nodus limfe yang terkena dan bukti adanya metastasis yang jauh. Sistem TNM diadaptasi oleh The America Joint Committee on Cancer Staging and Resuid Reformating. Pertahapan ini didasarkan pada fisiologi memberikan prognosis yang lebih akurat, tahap-tahapnya adalah sebagai berikut :
Tahap I : tumor kurang dari 2 cm, tidak mengalami nodus
Tahap II : tumor yang lebih besar dari 2 cm, kurang dari 5 cm, dengan nodus limfe terfiksasi negatif/positif. Tidak terdeteksi metastasis
Tahap III:tumor > 5 cm atau tumor dengan sembarang tempat yang menginvasi kulit/dinding, nodus limfe terfiksasi positif dalam area klavikular, tanpa bukti metastasit
Tahap IV : terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran dengan nodus limfe normal/kankerlosa dan metastase janin
4. Tipe Kanker Payudara
1. Karsinoma duktal, menginfiltrasi.
Tipe paling umum (75%) bermetastasis di nodus axila, perognosa buruk.
2. Karsinoma lobuler menginfiltrasi (5-10%)
Terjadi penebalan pada salah satu/2 payudara bisa menyebar ke tulang, paru, hepar, otak.
3. Karsinoma medular (60%)
Tumor dalam capsul, dalam duktus, dapat jadi besar, tapi meluasnya lambat.
4. Kanker musinus (3%), menghasilkan lendir, tumbuh lambat, prognosis lebih baik.
5. Kanker duktus tubulen (2%), metastasis aksilaris secara tidak lazim6. Karsinoma inflamatom (1-2%) : jarang terjadi, gejala berbeda nyeri tekan dan sangat nyeri, payudara membesar dan keras, edema, retraksi puting susu, cepat berkembang.
7. Karsinoma payudara in situ
(Brunner & Suddart, 2002)5. Pemeriksaan Diagnostik
12. Monografi
Menemukan kanker insito yang kecil yang tidak dapat dideteksi dengan pemeriksaan fisik.
13. SCAN (CT, MRI, galfum), ultra sound.
Untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, respon pengobatan
14. Biopsi (aspirasi, eksisi)
Untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan
15. Penanda tumor
Zat yang dihasilkan dan disekresi oleh dalam serum (alfa feto protein, HCG asam fosfat).
Dapat menambah dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognosis/monitor terapeutik.
Reseptor estrogen/progesteron assay yang dilakukan pada jaringan payudara untuk memberikan informasi tentang manipulasi hormonal.
4. Tes skrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah.
5. Foto toraks,USG6. Patofisiologi dan Pathways Kanker Payudara
Patofisiologi kanker payudara berbeda-beda untuk setiap penderita. Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas, radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara. Mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar (kira-kira berdiameter 1 cm).
(Prince, 2005)
7. Manifestasi klinik
1. Fase awal : asimtomatik
2. Tanda umum : benjolan/penebalan pada payudara
3. Tanda dan gejala lanjut : kulit cekung
Retraksi/deviasi puting susu
Nyeri tekan/raba
Kulit tebal dan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk
Ulserasi pada payudara.
4. Tanda metastase : nyeri pada bahu, pinggang, punggung bawah
Batuk menetap
Anoreksia
BB turun
Gangguan pencernaan
Kabur
Sakit kepala
8. Penatalaksanaan
Ada 3 kombinasi
Pembedahan
Kemoterapi
Radiasi
1. Pembedahan
Biopsi biasanya jenis pemebedahan pertama bagi seorang wanita dengan kanker payudara.
Tujuannya adalah menentukan bila ada masa malignasi dan untuk mengetahui jenis kanker payudara, ada 2 prosedur :
a. Prosedur satu tahap
Anestesi umum dengan potongan beku cepat, bila potongan memperlihatkan malignasi, ahli bedah melakukan mastektomi.
b. Prosedur 2 tahap : - biopsi dengan anestesi lokal
klien dipulangkan
2. Terapi Radiasi
Untuk pengobatan tahap 1 & 2
Keuntungan : kontrol tumor lokal/pemeliharaan payudara
Efek : Reaksi kulit
Fraktur tulang kosta
Pneumonitis
Limfodema
3. Kemoterapi
a. Cara pemberian obat sitostatika dapati dilakukan secara :
1) Per Oral (PO)
2) Sub Cutan (SC)
3) Intra Muskuler (IM)
4) Intra Arteri (IA)
5) Intra Vena (IV)
6) Intra Thecal (lewat fs. lumbal)
7) Intra peritongal (pleural)
b. Pemilihan vena dan tempat penusukan
1) Kemoterapi dapat membuat iritasi pada vena dan jaringan lunak
2) Tempat penusukan harus diganti setiap 72 jam (3 hari)
3) Vena yang cocok untuk penusukan terasa halus, lembut, cukup besar (jangan vena yang menonjol dan keras)
4) Vena yang baik dan sering digunakan : basilic, chepalic, metacarpal.
c. Persiapan kemoterapi
1) Ukur BB, TB, luas badan, darah lengkap, FS. Ginjal, Fs. Liver, gula darah urine lengkap, EKG, Thorax Ap/lat, ECSW, BMP.
2) Periksa program terapi yang digunakan, waktu pemberian obat sebelumnya.
3) Periksa nama klien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat.
4) Periksa informed concent (klien dan keluarga)
5) Siapkan obat sitostatika.
6) Siapkan cairan Na (L 0,9%, MA 5% atau intralit)
7) Pengalas plastik, kain
8) Gaun lengan dengan panjang, masker, topi, kacamata, sarung tangan, sepatu.
9) Spuit dispossible 5cc, 10 cc, 20 cc, 50 cc.
10) Set infus dan cateter kecil (ababat)
11) Alkohol 70% + kapasitas steril (suatu alkohol).
12) Bak spuit besar
13) Lebel obat
14) Plastik (pembuang bekas)
15) Kardex (catatan khusus)
d. Cara kerja :
1) Semua obat dicampur oleh staf farmasi (ahli), kemudian ke bangsal perawatan dalam tempat khusus tertutup. Perawat menerima dengan catatan : (nama klien, jenis obat, dosis obat dan jam pencampuran).
2) Atau pencampuran dilakukan di ruang khusus tertutup.
Meja dialasi pengalas plastik dan kain.
Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kacamata dan sepatu
Ambil obat sitostatika SSI program, larutkan dengan NaCl 0,9%, Dextrose 5% atau intralit dan pastikan obat cukup.
Masukkan obat ke dalam flabot NaCl 0,9% atau dextrose 5%.
Jaga jangan sampai tumpah.
Buat label (nama klien, jenis obat, tanggal, jam pemberian, akhir pemberian).
Masukkan dalam kontrinen yang telah disediakan
Masukkan sampai pada kantong khusus (plastik).
e. Cara pemberian :
1) Periksa : nama klien, jenis obat, dosis, banyaknya cairan, cara pemberian, waktu pemberian.
2) Pakai proteksi
3) Lakukan teknik aseptik dan antiseptik
4) Pasang pengalas dan kain.
5) Berikan anti mual jam sebelum pemberian kemoterapi
6) Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9%
7) Berikan obat kanker pelan-pelan.
8) Bila selesai bilas dengan NaCl 0,9%.
9) Semua alat habis pakai masuk kantong plastik.
10) Buka kain proteksi, masukkan plastik.
11) Catat semua prosedur.
12) Awasi keadaan kline per jam.
(Barbara E, Reevens, Bronen & Sudden)
B. Asuhan Keperawatan1. Pengkajian
1. Pengkajian primera. Airway
Bagaimana kepatenan jalan nafas
Apakah ada sumbatan, bunyi nafas
b. Breathing
Bagaiman pola nafas, frekuensi, kedalaman, dan otot bantu pernafasan
c. Circulation
Bagaiman nadi perifer, dan karotis, capilery reffil
Apakan ada penurunan kesadaran
2. Pengkajian sekunder a. Lokasi nyeri
Dimana tempat mulainya, penjalarannya
b. Sifat nyeri
Perasaan penuh, rasa berat seperti kejang, meremas, menusuk, dll
c. Ciri rasa nyeri
Derajat nyeri, lamanya, berapa kali timbuld. Kronologis nyeri Awal timbul nyeri serta perkembangannya secara berurutan
e. Keadaan pada waktu serangan
Apakah tumbul pada saat-saat/kondisi tertentu
f. Faktor yang memperberat /meringankan rasa nyeri
Misalnya sikap/posisi duduk tubuh, pergerakan,tekanan,dll
g. Gejala lain yang mungkin ada atau tidaknya hubungan dengan nyeri dada.
2. Diagnose Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi)
2. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
Perencanaan Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi)
Tujuan :
- Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
- Melaporkan nyeri yang dialaminya
- Mengikuti program pengobatan
- Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan nyeri hilang/berkurang dengan skala nyeri 0-3, ekspresi wajah rileks, TTV dalam batas normalIntervensi :
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitasR/ : Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.b. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinyaR/ : Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.c. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TVR/: Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.d. Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.R/ : Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.e. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.R/ : Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.f. Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klienR/ : Agar terapi yang diberikan tepat sasaran
g. Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik dllR/ : Untuk mengatasi nyeri2. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga
Tujuan :
Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan perasaan cemasnya hilang/berkurang, tampak rileks, TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.R/ : Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
b. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.R/ : Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.c. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
R/ : Dapat menurunkan kecemasan pasien
d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.R/: Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.e. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.R/: Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
f. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.R/: Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
g. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
R/:Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
h. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.R/: Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
Tujuan :- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik
- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
Kriteria Hasil :
Kerusakan integritas kulit hilang/berkurang
Intervensi :
a. Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati penyembuhan luka.R/: Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.b. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.R/: Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
c. Ubah posisi klien secara teratur.R/: Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.d. Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.R/: Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif
BAB IIIPENUTUPDAFTAR PUSTAKAGale, Danielle, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta. EGCBrunner & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, volume 2, Jakarta, EGC.
Doengoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.
Price, Anderson (2005), Patofisiologi Proses Penyakit, Edisi 4, Buku Kedua, Jakarta, EGC.
Simposium Keperawatan, (2003), Kemoterapi, Semarang.
Faktor genetik
Hormonal
Lingkungan
Faktor resiko
Hiperplasia sel
Perkembangan sel atipik
Carsinoma sel insitu
Massa
Operatif
Non -Operatif
Sinostatika
Radiasi
Kerusakan jaringan
Post radioterapi
Penekanan sel CA pada saraf
Resti infeksi
Menekan bor morrow
Kekeringan klj. rambut
Sist. hemopoltik terganggu
Gangguan sistem gastro intestinal
Anemia
trombositupenia
Lekopenia
Psikologis
Ggn citra tubuh
Gangguan integritas kulit
Mual/muntah
BB ( nafsu makan (
Gangguan nutrisi
Jaringan terputus
Area sensorik/
motorik
Nyeri
< perawatan diri karena imobil
Alopesia
(Simposium keperawatan kemoterapi, 2003).
Perubahan bentuk payudara
Gangguan body image
Kurangnya pengetahuan
Cemas
Nyeri
Perubahan dalam status kesehatan