LO Skenario 1

5

Click here to load reader

description

qwdas

Transcript of LO Skenario 1

Page 1: LO Skenario 1

Patofisiologi Sakit Kepala

Nyeri kepala adalah suatu jenis nyeri alih ke permukaan kepala yang berasal dari struktur bagian dalam. Beberapa nyeri kepala disebabkan oleh stimulus nyeri yang berasal dari dalam kraniu, tetapi mungkin juga berasal dari luar cranium misalnya sinus nasalis.

Struktur cranium yang peka terhadap nyeri dan terlibat dalam nyeri kepala adalah semua jaringan ekstrakranium yaitu kulit kepala, otot, arteri, dan periosteum tengkorak; sinus kranialis; sinus vena intrakranium dan vena-vena cabangnya; bagian dari dura di dasar otak dan arteri di dalam dura; dan nervus trigeminalis, fasialis, vagus, dan glosofaringeus serta nervus servikalis (C2 dan C3). Parenkim otak, sebagian besar jaringan meningen dan tengkorak (kecuali periosteum) tidak peka terhadap nyeri.

Pada nyeri kepala, sensitisasi terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron trigeminal sentral. Fenomena pengurangan nilai ambang dari kulit dan kutaneous allodynia didapat pada penderita yang mendapat serangan migren dan nyeri kepala kronik lain yang disangkakan sebagai refleksi pemberatan respons dari neuron trigeminal sentral.

Innervasi sensoris sensoris pembuluh darah intrakranial sebagian besar berasal dari ganglion terminal dan di dalam serabut sensoris tersebut mengandung neuropeptida dimana jumlah dan peranannya yang paling besar adalah CGRP (Calcitonin Gene Related Peptide), kemudian diikuti oleh SP(substance P), NKA(Neurokinin A), pituitary adenylate cyclase activating peptide (PACAP), nitric oxide (NO), molekul prostaglandin E2 (PGE2), bradikinin, serotonin (5-TH) dan edenosin triphosphat (ATP), mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor. Khusus untuk nyeri kepala klaster dan chronic paroxysmal headache ada lagi pelepasan VIP (vasoactive intestine peptide) yang berperanan dalam timbulnya gejala nasal congestion dan rhinorrhea.

Marker pain sensing nerves lain yang berperan dalam proses nyeri adalah opiod dynorphin, sensory neuron-specific sodium channel, purinergic reseptors (P2X3), isolectin B4 (IB4), neuropeptide Y, galanin dan artemin reseptor.

Sistem ascending dan descending pain pathway yang berperan dalam transmisi dan modulasi nyeri terletak dibatang otak. Batang otak memainkan peranan yang paling penting sebagai pembawa impuls nosiseptif dan juga sebagai modulator impuls tersebut. Modulasi transmisi sensoris sebagian besar berpusat di batang otak (misalnya periaquaductal grey matter, locus coeruleus, nucleus raphe magnus dan formation reticularis), ia mengatur integrasi nyeri, emosi dan respons otonomik yang melibatkan respons konvergensi kerja dari korteks somatosensorik, hipotalamus, anterior cyngulate cortex dan struktur system limbik yang lainnya. Dengan demikian batang otak disebut juga sebagai generator dan modulator sefalgia.

Patofisiologi CDH (Chronic Daily Headache) belum diketahui dengan jelas. Pada CDH justru yang paling berperan adalah proses sensitisasi sentral. Keterlibatan aktivasi reseptor NMDA (N- metal-D-Aspertat), produksi NO dan supersensitivitas akan menaikan produksi neuropeptide sensoris yang bertahan lama. Kenaikan nitrit likuor serebrospinal ternyata

Page 2: LO Skenario 1

bersamaan dengan kenaikan kadar cGMP (cytoplasmic Guanosine Mono phosphate) di likuor.

Reseptor opiod didown regulasi oleh penggunaan konsumsi opiod analgetik yang cenderung menaik setiap harinya. Pada saat serangan akut migren, terjadi disregulasi dari sistem opiod endogen, akan tetapi dengan adanya analgesic overused maka terjadi desensitisasi yang berperan dalam perubahan dari migren menjadi CHD.

Adanya inflamasi steril pada nyeri kepala ditandai dengan pelepasan kaskade zat substansi dari perbagai sel. Makrofag melepaskan sitokin IL1 (Interleukin 1), IL6 dan TNF (Tumor Necrotizing Factor) dan NGF (Nerve Growth Factor). Mast sel melepasi/mengasingkan metabolit histamin, serotonin, prostaglandin dan asam arachidonik dengan kemampuan melakukan sensitisasi terminal sel saraf. Pada saat proses inflamasi, terjadi proses upregulasi beberapa reseptor dan peptide.

TTH

Tatalaksana

Terapi lini pertama yang direkomendasikan adalah mengatur kembali gaya hidup; menyingkirkan hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri kepala seperti alkohol dan nikotin, latihan fisik secara teratur, tidur yang cukup, menghilangkan stress, dan jika perlu, lakukan beberapa perubahan terhadap lingkungan dan cara hidupnya. Misalnya: istirahat di tempat tenang atau ruangan gelap. Peregangan leher dan otot bahu 20-30 menit, idealnya setiap pagi hari, selama minimal seminggu. Hindari terlalu lama bekerja di depan komputer, beristirahat 15 menit setiap 1 jam bekerja, berselang-seling, iringi dengan instrumen musik alam/klasik

Pengobatan farmakologi adalah analgesik sederhana, seperti aspirin ataupun asetaminofen atau NSAID lainnya, mungkin cukup membantu, tapi hanya untuk jangka waktu yang singkat. Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat efektif untuk kebanyakan orang. Beberapa obat yang terbukti efektif: ibuprofen (400 mg), parasetamol (1000 mg), ketoprofen (25 mg). Ibuprofen lebih efektif daripada parasetamol. Kafein dapat meningkatkan efek analgesik. Analgesik sederhana, nonsteroidal anti-infl ammatory drugs (NSAIDs), dan agen kombinasi adalah yang paling umum direkomendasikan.

Page 3: LO Skenario 1

Tension headache memberikan respon yang baik terhadap penggunaan secara hati-hati beberapa obat-obatan yang berguna untuk memperbaiki keadaan ansietas dan depresi, khususnya saat gejala tersebut muncul.

Pengobatan menggunakan analgesik kuat sebaiknya dihindarkan. Laporan Raskin sukses dengan calcium channel blocker, phenelzine, atau cyproheptadine. Ergotamin dan propanolol tidak efektif jika tidak adanya gejala dari migrain dan tension headache. Beberapa pasien memberikan respon terhadap tambahan beberapa terapi seperti pijat, meditasi, dan teknik biofeedback. Tekhnik relaksasi mungkin membantu untuk mengajarkan pasien menangani ansietas dan stress yang mendasari timbulnya tension headache ini

Komplikasi

Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.

Prognosis

TTH pada kondisi yang dapat menyebablan nyeri memang menyakitkan tetapi tidak membahayakan. Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH berupa pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa analgesia. TTH biasanya mudah diobati sendiri. Prognosis penyakit ini baik, dan dengan penatalaksanaan yang baik maka >90% pasien dapat disembuhkan.