LO LBM 1 4.4

18
Kecakapan Relawan (Sumber : Peraturan Kepala BNPB No 17 tahun 2011 tentang pedoman relawan penanggulangan bencana) Relawan penanggulangan bencana perlu memiliki kecakapan- kecakapan atau keterampilan khusus yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana. Kemahiran relawan dapat digolongkan dalam kelompok kecakapan berikut: 1. Perencanaan

description

LO LBM 1 4.4

Transcript of LO LBM 1 4.4

Kecakapan Relawan (Sumber : Peraturan Kepala BNPB No 17 tahun 2011 tentang pedoman relawan penanggulangan bencana)Relawan penanggulangan bencana perlu memiliki kecakapan-kecakapan atauketerampilan khusus yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana.Kemahiran relawan dapat digolongkan dalam kelompok kecakapan berikut:1. PerencanaanRelawan yang telah menerima pelatihan dan/atau memiliki pengalamanterlibat dalam perencanaan penanggulangan bencana dapat mendukungproses perencanaan kontinjensi, perencanaan tanggap darurat danperencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.2. PendidikanRelawan yang terdidik sebagai pendidik dan/atau berpengalamanmenyelenggarakan pendidikan dalam situasi darurat dan pasca bencana

dapat membantu petugas dalam penyelenggaraan pendidikan bagi para8penyitas bencana terutama anak-anak yang masih berada dalam usiasekolah.3. Sistem Informasi Geografis dan PemetaanRelawan yang terdidik dan/atau berpengalaman dalam bidang SistemInformasi Geografis (SIG) dan pemetaan dapat mendukung petugasdalam mengadakan pemetaan dengan menggunakan sistem informasigeografis dalam situasi tidak ada bencana, saat tanggap darurat maupunpada tahap pasca bencana.4. Pelatihan, Geladi dan Simulasi BencanaRelawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalambidang pelatihan, geladi dan simulasi bencana dapat mendukungmasyarakat dalam peningkatan kesiapsiagaan bencana melalui pelatihan,geladi dan simulasi bencana.5. Kaji Cepat BencanaRelawan yang pernah menerima pelatihan dan/atau berpengalamandalam kaji cepat bencana dapat mendampingi para petugas kaji cepatdalam melakukan pendataan korban, pengungsi dan kerusakan sertakerugian akibat bencana.6. Pencarian dan Penyelamatan (SAR) dan EvakuasiRelawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalambidang ini dapat membantu dalam upaya pencarian, penyelamatan danevakuasi korban bencana.7. TransportasiRelawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalamtransportasi darurat dapat mendukung para petugas tanggap daruratdalam mengelola transportasi dalam situasi darurat bencana.98. LogistikRelawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalambidang logistik bencana dapat membantu para petugas dalam mengelolapenerimaan, penyimpanan dan distribusi logistik bencana, termasukpencatatan dan pelaporannya.9. Keamanan Pangan dan NutrisiRelawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalambidang ini dapat mendukung para petugas dalam menjaga kecukupanpangan dan status nutrisi para penyitas bencana dalam penampungansementara.10. Dapur UmumRelawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalambidang pengelolaan dapur umum dapat mendukung para petugas dalammenyiapkan makanan bagi para penyitas bencana dalam penampungan

sementara, termasuk menjaga kecukupan, kualitas dan kehigienisanmakanan yang disiapkan.11. Pengelolaan Lokasi Pengungsian dan HuntaraRelawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalambidang ini dapat mendukung para petugas dalam mengelola lokasipenampungan bagi para penyitas bencana.12. Pengelolaan Posko Penanggulangan BencanaRelawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalambidang ini dapat mendukung para petugas dalam mengelola poskopenanggulangan bencana.1013. Kesehatan/MedisRelawan yang terdidik dalam bidang kesehatan dan/atau memilikipengalaman dalam bidang medis dapat mendukung para petugas dalammenjaga kesehatan para penyitas bencana, termasuk dalampenyelenggaraan pelayanan kesehatan keliling.14. Air Bersih, Sanitasi dan Kesehatan LingkunganRelawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalambidang ini dapat mendukung para petugas dalam mencegah timbulnyapenyakit di lokasi-lokasi penampungan para penyitas bencana melaluipengelolaan air bersih, sanitasi dan kesehatan lingkungan.15. Keamanan dan PerlindunganRelawan yang terdidik atau telah menerima pelatihan dan/atau memilikipengalaman dalam bidang ini dapat mendukung petugas dalammenyediakan keamanan dan perlindungan bagi para penyitas bencanadan aset mereka.16. Gender dan Kelompok RentanRelawan yang terdidik atau telah menerima pelatihan dan/atauberpengalaman dalam isu gender dan kelompok rentan dapatmendukung petugas dalam menjaga serta melindungi kepentingankelompok-kelompok yang lebih rentan.17. Psikososial/Konseling/Penyembuhan TraumaRelawan yang terdidik atau pernah menerima pelatihan dan/atauberpengalaman dalam bidang ini dapat mendukung petugas dalammenjaga kesehatan jiwa penyitas bencana termasuk menangani dampakbencana pada hubungan keluarga.1118. Pertukangan dan PerekayasaanRelawan yang terdidik atau pernah menerima pelatihan dan/atauberpengalaman dalam bidang pertukangan dan perekayasaan dapatmendukung dalam pembangunan hunian sementara dan infrastruktur/fasilitas publik lainnya bagi para penyitas bencana.19. Pertanian, Peternakan dan PenghidupanRelawan yang terdidik atau pernah menerima pelatihan dan/atau

berpengalaman dalam bidang ini dapat mendukung masyarakat penyitasbencana untuk segera memulihkan penghidupan ekonomi mereka baikmelalui kegiatan-kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, dan usahausahakecil.20. AdministrasiRelawan yang telah menerima pendidikan atau pelatihan pengelolaanadministrasi dan/atau berpengalaman dan menguasai proseduradminisitrasi dapat membantu kegiatan-kegiatan administrasi dalampenanggulangan bencana.21. Pengelolaan KeuanganRelawan yang telah menerima pendidikan atau pelatihan dan/atauberpengalaman dalam pengelolaan dan administrasi keuangan dapatmembantu kegiatan pengelolaan keuangan dalam penanggulanganbencana.22. Bahasa AsingRelawan yang telah menerima pendidikan atau pelatihan bahasa asingdan/atau menguasai serta berpengalaman dalam menggunakan bahasaasing, dapat membantu mendampingi pihak-pihak asing yang terlibatdalam respons bencana di Indonesia.1223. Informasi dan KomunikasiRelawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalambidang ini dapat mendukung para petugas dalam mengelolapenyampaian informasi, termasuk informasi peringatan dini jika bahayamasih mengancam, dan mendukung kelancaran komunikasi dalamsituasi darurat bencana.24. Hubungan Media dan MasyarakatRelawan yang telah menerima pendidikan dan pelatihan dan/atauberpengalaman dalam bidang ini dapat mendukung petugas dalammenyampaikan informasi kepada media dan masyarakat, termasukmenampung keluhan-keluhan dari pihak media dan masyarakat penyitasbencana maupun penduduk yang tinggal di sekitar lokasi penampungansementara.25. Pemantauan, Evaluasi dan PelaporanRelawan yang telah menerima pelatihan pemantauan, evaluasi danpelaporan dan/atau berpengalaman dan menguasai keterampilanketerampilanini dapat membantu kegiatan pemantauan, evaluasi danpelaporan dalam penanggulangan bencana.26. Promosi dan Mobilisasi RelawanRelawan yang terdidik atau pernah menerima pelatihan dan/atauberpengalaman dalam bidang ini dapat membantu upaya promosikerelawanan serta memobilisasi relawan dalam situasi bencana.

BAB IIIPERAN RELAWAN DALAM PENYELENGGARAANPENANGGULANGAN BENCANAA. Peran Relawan pada Saat Tidak Terjadi Bencana1. Pada saat tidak terjadi bencana, relawan dapat berperan dalam kegiatan:a. Pengurangan Risiko Bencana atau mitigasi, antara lain melalui:1) Penyelenggaraan pelatihan-pelatihan bersama masyarakat2) Penyuluhan kepada masyarakat3) Penyediaan informasi untuk meningkatkan kesadaranmasyarakat dalam rangka pengurangan risiko bencana4) Peningkatan kewaspadaan masyarakatb. Pelatihan, antara lain pelatihan dasar/lanjutan manajemen,pelatihan teknis kebencanaan, geladi dan simulasi bencana2. Pada situasi terdapat potensi bencana, relawan dapat berperan dalamkegiatan:a. Kesiapsiagaan, antara lain melalui:1) Pemantauan perkembangan ancaman dan kerentananmasyarakat2) Penyuluhan, pelatihan, dan geladi tentang mekanismetanggap darurat bencana3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhankebutuhan dasar4) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatanuntuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana5) Penyiapan lokasi evakuasib. Peringatan dini, antara lain melalui pemasangan dan pengujiansistem peringatan dini di tingkat masyarakat15B. Peran Relawan pada Saat Tanggap DaruratPada saat Tanggap Darurat relawan dapat membantu dalam kegiatan:1. Kaji cepat terhadap cakupan wilayah yang terkena, jumlah korban dankerusakan, kebutuhan sumber daya, ketersediaan sumber daya sertaprediksi perkembangan situasi ke depan2. Pencarian, penyelamatan dan evakuasi warga masyarakat terkenabencana3. Penyediaan dapur umum4. Pemenuhan kebutuhan dasar berupa air bersih, sandang, pangan, danlayanan kesehatan termasuk kesehatan lingkungan5. Penyediaan tempat penampungan/hunian sementara6. Perlindungan kepada kelompok rentan dengan memberikan prioritaspelayanan7. Perbaikan/pemulihan darurat untuk kelancaran pasokan kebutuhan

dasar kepada korban bencana8. Penyediaan sistem informasi untuk penanganan kedaruratan9. Pendampingan psikososial korban bencana10. Kegiatan lain terkait sosial, budaya dan keagamaan11. Kegiatan lain terkait kedaruratan.C. Peran Relawan pada Saat Pasca-BencanaPada situasi pasca-bencana relawan dapat membantu dalam kegiatanpengumpulan dan pengolahan data kerusakan dan kerugian dalam sektorperumahan, infrastruktur, sosial, ekonomi dan lintas sektor. Relawan jugadapat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan rehabilitasi-rekonstruksi fisikdan non-fisik dalam masa pemulihan dini.

FLOOD EARLY WARNING SYSTEM

The Flood Early Warning System monitors rainfall, water levels and low water crossings in Austin 24 hours a day, 365 days a year. During a flood, we work closely with emergency managers for the most effective and timely community response.

The Flood Early Warning System includes:

130 rain or creek level gauges Flashing lights or automated barricades at 15 low water crossings Gauge adjusted radar rainfall Cameras at low water crossings Predictive modeling and mapping

(Sumber: http://www.austintexas.gov/department/flood-early-warning-system)

Beginilah Cara Kerja Early Warning SystemBanjir di JakartaIrwan Nugroho - detikNews

Jakarta - Pemprov DKI Jakarta tidak memakai alat-alat yang canggih untuk membangun early warning system banjir di Jakarta. Cukup dengan mengandalkan jaringan komunikasi yang luas untuk menyelamatkan penduduk Jakarta dari ancaman air bah.

Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta, Tarjuki, mengatakan, Jakarta sudah memiliki early warning system banjir sejak lama. Kini, pihaknya terus menyempurnakan sistem peringatan dini itu agar dampak banjir bisa diminimalisir.

"Yang paling memang utama peringatan dini dan mitigasi, karena tidak ada negara satu pun di dunia ini yang berhasil mengatasi banjir. Yang ada bagaimana negara memitigasi dan menyelamatkan nyawa penduduk dari bancana banjir," ucap Tarjuki di Balaikota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Rabu (2/11/2011).

Lalu bagaimana bentuk early warning system banjir di Jakarta? Tarjuki menjelaskan, setidaknya ada 4 sumber informasi tentang ancaman banjir. Pertama, prediksi cuaca dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG). Kedua, prediksi pasang surut di Tanjung Priok. Ketiga, informasi dari pakar Meteorologi, serta, keempat, informasi dari petugas pemantau ketinggian air di hulu.

Menurut Tarjuki, saat ini sudah ada 7 wilayah yang sudah mempunyai alat ketinggian banjir atau Peil Schall yaitu di Kali Angke, Kali Pesanggrahan, Kali Krukut, di Kali Ciliwung (2 alat), Kali Cipinang, dan Kali

Sunter. Peil Scall adalah alat berbentuk penggaris yang akan menjadi pengukur debit air yang berpotensi menyebabkan banjir.

"Alatnya sederhana, kayak penggaris, namanya Peil Schall. Harganya paling Rp 15.000-an. Nanti ketinggian airnya ketahuan dari alat itu. Kalau ketinggian airnya segini, daerah mana saja yang terkena, segini mana saja yang terkena. Di samping itu ada alat pengukur curah hujan," papar Tarjuki.

Tarjuki menambahkan, selain 7 alat yang sudah terpasang di berbagai sungai besar di Jakarta itu, pihaknya berencana menambah 10 alat lagi. Salah satunya akan dipasang di Pondok Labu, daerah yang tanpa diduga sebelumnya digenangi air cukup tinggi. Kini, ia sedang menganalisa daerah lainnya yang potensial dipasangi Peil Schall.

"Nanti saya akan meneliti titik-titik mana yang akan ditambah early warning system. Itu kan perlu analisis curah hujannya bagaimana dan sebagainya," tutur Tarjuki.

Seluruh informasi yang dihimpun dari berbagai sumber itu, terangnya, akan ditampung di Kantor Dinas Pekerjaan Umum. Dari situ, peringatan dini akan disampaikan ke daerah-daerah yang terancam oleh banjir besar melalui alat komunikasi yang ada, termasuk menggunakan radio panggil.

"Karena tidak semua masyarakat di Kali Ciliwung menggunakan internet dan punya blackberry. Jadi Pak RW mendengarkan radio, lalu RW menyebarkan informasinya ke warga. Teman-teman kita yang tergabung dalam Orari kita tampung juga. Di daerah Bukti Duri ada Orari," tandasnya.

EARLY WARNING SYSTEM UNTUK TSUNAMIThe Indonesian Tsunami Early Warning System has three levels: an earthquake monitoring system, a sea level monitoring system, and a computer modelling system able to generate different tsunami projections. 

It collects data from seismometers, tide gauges, and GPS tracking units mounted on buoys to detect subtle changes in water pressure which could indicate an incoming tsunami, as well as ocean bottom satellite-linked sensors, allowing it theoretically to issue a tsunami warning at a regional level five minutes after an earthquake. 

The warning would be relayed to the authorities, the media and communities likely to be affected. 

“Right now we have in place what we call Service Level 1 [the earthquake monitoring system]. We use earthquake monitoring equipment to determine earthquake parameters and the potential for tsunami generation,” Fauzi (like many Indonesians he goes by only one name), head of the Tsunami and Earthquake Centre in Jakarta, told IRIN. 

Service Level 2 - the sea level monitoring system - is expected to be completed in April 2010, while Service Level 3 - tsunami modelling - should be in place by 2011, Fauzi said. 

Under the system, a tsunami warning will be issued for any undersea earthquake with a Richter scale magnitude of 7.0 or higher and a depth of less than 70km. 

When earthquake data indicate a potential tsunami, computer predictions of the tsunami’s height, volume and impact will be generated, as well as its estimated arrival time at different points along the coast. 

Fauzi said the sea level monitoring system was expected to be completed in 2010, along with the ability to produce predictive information about any tsunamis which might affect Java and Sumatra. 

He said 50 tide gauges had been installed along the coasts of Java, Sumatra, Sulawesi and the Papua region and 20 more tsunami buoys would be installed across the country in 2010. 

“We have been facing a lot of problems operating the buoys. They often break down” said Fauzi. 

However, Fauzi said he was optimistic the entire system, supported by countries such as Germany, China, France and the USA as well as UN agencies, would be ready by 2011. 

Penentuan tingkat resiko akan dikeluarkan oleh institusi yang mempunyai wewenang seperti BMKG, PVMBG, Kementrian kesehatan dan sebagainya.

a. Gunung apiPemetaan kawasan rawan bencan (KRB) gunung api berisi informasi mengenai wilayah yang berpotensi terlanda bahaya erupsi gunung api yang terbagi dalam tiga kelompok yaitu:1) KRB I, wilayah yang terletak 11-15 km dari puncak gunung dan berpotensi terlanda aliran lahar

dan hujan abu2) KRB II, wilayah yang terletak 6-10 km dari puncak gunung dan berpitensi terlanda awan panas

dan lontaran material vulkanik dan hujan bau3) KRB III, wilayah yang terletak 0-5 km dari puncak gunung dan berpotensi terlanda awan panas

lontaran batu lava atau batuan pijar dan hujan abu

Tingkat status gunung berapi

Status :

1) Normal, makna: Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma, tingkat aktivitas dasar ; Tindakan : Aktivitas masyarakat normal

2) Waspada, makna: getaran gempa vulkanik, tampak semburan kecil (asap disertai di sekitar puncak), suara gemuruh di gunung, turunnya binatang dari gunung; Tindakan: aktivitas masyarakat dibatasi di KRB II dan KRB III, larangan mendaki, kewaspadaan terhadap debu asap/ material bagi masyarakat dan penerbangan

3) Siaga, makna: intensitas letusan makin tinggi, dareah smeburan material makin luas, terjadinya hujan debu,getaran gempa bumi vulkanik meningkat, air sungai mengering; tindakan: masyarakat dilarang melakukan aktivitas di dalam radius 4 km dari kawah gunung api, tidak mendekati daerah bahaya seperti sumber air, lembah, lereng bukit, dan sebagainya, waspada awan panas, pengamanan harta benda, keluar dari radius 4 km menuju daerah aman

4) Awas, makna: diperkirakan dalam waktu 1x24 jam terjadi erupsi lahar, awan panas,debu, dan material lainnya menuju ke pemukiman, intensitas letusan semakin tinggi; tindakan: tidak ada aktivitas masyarakat di KRB II dan KRB III, menemati daerah aman (pengungsian), menunggu arahan berikutnya dari pemerintah setempat.

Photo: Ahmad Pathoni/IRIN 

A darkened room inside the Tsunami Warning Center in Jakarta

BANJIR

Ancaman banjir dapat diprediksi dengan melihat tanda-tanda

1) Intensitas curah hujan yang cukup tinggi 2) Debit air sungai yang sudah melebihi ambang batas3) Terjadinya hujan lebat dan terus menerus di hulu sungai

GEMPA BUMI

Penentuan tingkat risiko berdasarkan getaran dari gempa yang disebut dengan sakala MMI (Modified Mercally Intensity) dengan penjelasan sebagai berikut:

Skala I-XII

TSUNAMI

Ancaman tsunami dapat diprediksi dengan melihat tanda-tanda diantaranya sebagai berikut:

1) Terjadi gempa bumi berkekuatan 7 SR di kedalaman 10 km dengan pusat gempa di tengah laut2) Gelombang air laut bergerak dnegan cepat 3) Jika air surut lebih cepat dan lebih jauh dari pasang surut normal4) Angin kencnag atau terdengar suara menggelengar5) Bau asin yang sangat menyengat6) Dari kejauhan tampak gelombang putih dan terlihat sangat keras

GERAKAN TANAH

Tingkatan status gerakan tanah ialah

KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI PERAWAT BENCANA

SUMBER: JURNAL DISASTER RESPONSE: ESSENTIAL COMPETENCE FOR NURSES

Disaster nursing is an essential competence for nurses today. Nurses must enhance their emergency treatment abilities and internalize evacuation and disaster-related concepts (time, resource, situation, and

person) in order to deliver physical, psychological, social and spiritual holistic care to disaster victims and their families across the disaster stage continuum (i.e., before, impact, and after). Core disaster nursing competence include: knowledge, evacuation skills and physical, psychological and social trauma impact interventions targeting victims. Ethical and cultural sensitivities must be considered, and nurses must be familiar with response procedures as well as master communication and negotiation skills in order to consolidate group cooperation. The current challenge for nurses is to reconsider their role and function, focusing on disaster preparedness and preparedness drills in order to serve as an immediate and effective resource and manager both in the immediate aftermath of a disaster and the following recovery / health promotion period. Recognition and preparedness of disaster nursing related concepts are crucial because nurses must be recognized for the essential role they play in global society.

The Educational Competencies for Registered Nurses Responding to Mass Casualty Incidents (Stanley, 2003), developed by the Nursing Emergency Preparedness Education Coalition, was one of the first set of competencies developed for disaster nurses. The competencies focus on knowledge and skills needed to respond to a mass casualty events including chemical, explosive, nuclear, biological and radiological. The competencies were designed to apply to all nurses working in any venue. The competencies fall into three areas: (1) core competencies, (2) core knowledge, and (3) professional role development

1. CORE COMPETENCIES (sumber buku : DISASTER NURSING AND EMERGENCY PREPAREDNESS)I. CRITICAL THINKING

Menggunakan clinical judgement dan skill pengambilan keputusan dalam mengkaji masalah kesehtan apa yang dapat terjadi dalam bencana, perawatan apa yang dibutuhkan dalam bencana,dapat melakukan triase dan mengkategorisasikan korban mana yang mendapatkan prioritas.

II. ASSESSMENTKemampuan unuk mengetahui gejala dan tanda pasien yang terkena (ex: nuklir, biological, chemical, explosive, dan agen-agen yang membahayakan) untuk perawatan yang tepat,dapat mengidentifikasi kelompok rentan dan yang berpenyakit, melakukan pengkajian (airway dan respiratory, cardiovascular, integumen, luka, nyeri, gastrointestinal, basic neurological, muskuloskeletal, mental statsu, spiritual, dan emotional)

III. TECHNICAL SKILLSDapat mengetahui pemberian obat dan imunisasi atau vaksin yang tepat untuk korban, dapat melakukan basic therapeutic intervention ( keterampilan pertolongan pertama, pemberian oksigen dan ventilasi, pemasangan kateter, pemasangan ngt, perawatan luka), evakuasi pasien

IV. COMMUNICATIONDapat berkomunikasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan bencana

2. CORE KNOWLEDGEI. HEALTH PROMOTION, RISK REDUCTION, AND DISEASE PEREVENTION

Dapat mengidentifikasi ancaman potensial dan efek yang dapat terjadi pada perawatan kesehatan, dapat mengetahui isu kesehatan-kesehatan yang terjadi pada saat bencana seperti kontaminasi air, udara, suplai makanan, shelter, dan keamanan

II. HEALTH CARE SYSTEMS AND POLICYMengetahui tugas yang dilakukan pada saat fase bencana (pada saat preparedness, response, recovery, dan mitigasi), mengetahui sistem penanggulangan bencana

III. ILLNESS AND DISEASE MANAGEMENT

Kriteria Bencana.

a. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Nasional.

1) Bencana yang terjadi menyebabkan mekanisme sistem pemerintahan di daerah

tersebut, baik dalam kawasan satu provinsi atau lebih tidak berfungsi.

2) Infrastruktur di kawasan daerah yang terkena bencana mengalami rusak berat dan

tidak berfungsi.

3) Korban manusia baik yang meninggal maupun luka, serta kerusakan bangunan dan

rumah tempat tinggal sangat banyak sehingga menyebabkan unsur-unsur BPBD

Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota tidak mampu mengatasi akibat bencana tersebut.

4) Hasil data korban dan kerusakan daerah yang sangat banyak, selanjutnya Presiden

menetapkan Bencana Nasional.

b. Kriteria Bencana alam pada Skala Tingkat Provinsi.

1) Bencana alam yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya mekanisme sistem

pemerintahan di kawasan daerah yang terkena bencana .

2) Infrastruktur hanya sebagian kecil yang tidak berfungsi.

3) Korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul, unsur-unsur BPBD Provinsi

masih mampu mengatasi.

4) Unsur-unsur BPBD Provinsi masih mampu mengatasi terhadap korban manusia dan

kerusakan daerah yang timbul.

c. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Kabupaten/Kota.

1) Bencana yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya mekanisme sistem

pemerintahan di kawasan daerah yang terkena bencana.

2) Infrastruktur yang ada di kawasan tersebut semua berfungsi.

3) Unsur-unsur BPBD Kabupaten/Kota mampu mengatasi terhadap timbulnya korban

manusia maupun kerusakan daerah.