Kharisma Lbm 3

37
Dok, hidung anak saya bau.. Step 1 Rinoscopi Anterior : pemeriksaan pada rongga hidung untuk melihat hidung bagian dalam yang dinilai, mukosa septum, concha, ada tidak sekret, massa atau benda asing (corpus alienum ) Step 2 1. Jelaskan Anatomi hidung ? 2. Jelaskan Fisiologi hidung ? 3. Jelaskan histologi hidung ? 4. Mengapa anak perempuan tersebut mengeluh hidung keluar ingus dan bau pada sisi kiri sejak 5 hari yang lalu ? 5. Apa hubungan benda asing dengan keluhan pasien ? 6. Apa etiologi yang menimbulkan keluhan ? 7. Mengapa pada pasien ditemukan adanya sekret mukouserous ? 8. Mengapa ditemukan concha hiperemis pada hidung sisi kiri ? 9. Mengapa di beri obat pilek saat itu sembuh setelah itu hidung kembali bau ? 10. Mengapa anak tersebut juga sering mimisan tanpa sebab yang pasti ? 11. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan rinoscopi anterior, bagaimana cara melaksanakannya dan interpretasinya ? 12. Apa saja pemeriksaan penunjang 13. Sebutkan DD ? 14. Apa penatalaksanaan pada skenario ? Step 3 1. Jelaskan Anatomi hidung ? 2.1. Anatomi Hidung Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os.internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Kavum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior, konka media, dan konka inferior. Celah antara konka inferior dengan dasar

description

Kharisma Lbm 3

Transcript of Kharisma Lbm 3

Page 1: Kharisma  Lbm 3

Dok, hidung anak saya bau..

Step 1

Rinoscopi Anterior : pemeriksaan pada rongga hidung untuk melihat hidung bagian dalam yang dinilai, mukosa septum, concha, ada tidak sekret, massa atau benda asing (corpus alienum )

Step 2

1. Jelaskan Anatomi hidung ?2. Jelaskan Fisiologi hidung ?3. Jelaskan histologi hidung ?4. Mengapa anak perempuan tersebut mengeluh hidung keluar ingus dan bau pada sisi kiri sejak

5 hari yang lalu ?5. Apa hubungan benda asing dengan keluhan pasien ?6. Apa etiologi yang menimbulkan keluhan ?7. Mengapa pada pasien ditemukan adanya sekret mukouserous ?8. Mengapa ditemukan concha hiperemis pada hidung sisi kiri ?9. Mengapa di beri obat pilek saat itu sembuh setelah itu hidung kembali bau ?10. Mengapa anak tersebut juga sering mimisan tanpa sebab yang pasti ?11. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan rinoscopi anterior, bagaimana cara

melaksanakannya dan interpretasinya ?12. Apa saja pemeriksaan penunjang 13. Sebutkan DD ?14. Apa penatalaksanaan pada skenario ?

Step 3

1. Jelaskan Anatomi hidung ?

2.1. Anatomi Hidung

Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os.internum

di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari

nasofaring. Kavum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka

superior, konka media, dan konka inferior. Celah antara konka inferior dengan

dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konka media dan

inferior disebut meatus media dan sebelah atas konka media disebut meatus

superior.4

Page 2: Kharisma  Lbm 3

Gambar 1. Anatomi hidung

a. Septum nasi

Septum membagi kavum nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. Bagian

posterior dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh

kartilago septum (kuadrilateral) , premaksila dan kolumela membranosa; bagian

posterior dan inferior oleh os vomer, krista maksila , krista palatina serta krista

sfenoid.4

b. Kavumnasi

Kavum nasi terdiri dari:

1. Dasar hidung

Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus

horizontal os palatum.4

2. Atap hidung

Atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal,

prosesus frontalis os maksila, korpus os etmoid, dan korpus os sphenoid. Sebagian

besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui oleh filamen-filamen

n.olfaktorius yang berasal dari permukaan bawah bulbus olfaktorius berjalan

menuju bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial konka superior.4

3. Dinding Lateral

Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os maksila,

os lakrimalis, konka superior dan konka media yang merupakan bagian dari os

etmoid, konka inferior, lamina perpendikularis os platinum dan lamina pterigoideus

medial.4

4. Konka

Page 3: Kharisma  Lbm 3

Fosa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka. Celah antara

konka inferior dengan dasar hidung disebut meatus inferior. Celah antara konka

media dan inferior disebut meatus media. Diatas konka media disebut meatus

superior. Kadang-kadang didapatkan konka keempat (konka suprema) yang teratas.

Konka suprema, konka superior, dan konka media berasal dari massa lateralis os

etmoid, sedangkan konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada

maksila bagian superior dan palatum.4

5. Meatus superior

Meatus superior atau fisura etmoid merupakan suatu celah yang sempit antara

septum dan bagian lateral os etmoid di atas konka media. Kelompok sel-sel etmoid

posterior bermuara di sentral meatus superior melalui satu atau beberapa ostium

yang besarnya bervariasi. Di atas belakang konka superior dan di depan korpus os

sfenoid terdapat resesus sfeno-etmoidal, tempat bermuaranya sinus sphenoid.4

6. Meatus media

Merupakan salah satu celah yang penting yang merupakan celah yang lebih

luas dibandingkan dengan meatus superior. Di sini terdapat muara sinus maksila,

sinus frontal dan bahagian anterior sinus etmoid. Di balik bagian anterior konka

media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat celah yang

berbentuk bulan sabit yang dikenal sebagai infundibulum. Ada suatu muara atau

fisura yang berbentuk bulan sabit yang menghubungkan meatus medius dengan

infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris. Dinding inferior dan medial

infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai

prosesus unsinatus. Di atas infundibulum ada penonjolan hemisfer yaitu bula

etmoid yang dibentuk oleh salah satu sel etmoid. Ostium sinus frontal, antrum

maksila, dan sel-sel etmoid anterior biasanya bermuara di infundibulum. Sinus

frontal dan sel-sel etmoid anterior biasanya bermuara di bagian anterior atas, dan

sinus maksila bermuara di posterior muara sinus frontal. Adakalanya sel-sel etmoid

dan kadang-kadang duktus nasofrontal mempunyai ostium tersendiri di depan

infundibulum.4

7. Meatus Inferior

Meatus inferior adalah yang terbesar di antara ketiga meatus, mempunyai

muara duktus nasolakrimalis yang terdapat kira-kira antara 3 sampai 3,5 cm di

belakang batas posterior nostril.4

8. Nares

Page 4: Kharisma  Lbm 3

Nares posterior atau koana adalah pertemuan antara kavum nasi dengan

nasofaring, berbentuk oval dan terdapat di sebelah kanan dan kiri septum. Tiap

nares posterior bagian bawahnya dibentuk oleh lamina horisontalis palatum, bagian

dalam oleh os vomer, bagian atas oleh prosesus vaginalis os sfenoid dan bagian

luar oleh lamina pterigoideus.4

Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas

sinus maksila, etmoid, frontalis dan sphenoid. Sinus maksilaris merupakan sinus

paranasal terbesar di antara lainnya, yang berbentuk piramid yang irregular dengan

dasarnya menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya menghadap ke arah apeks

prosesus zygomatikus os maksilla.4

2. Jelaskan Fisiologi hidung ?

Fisiologi Hidung

Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi fisiologis

hidung dan sinus paranasalis adalah: 3

1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara,

humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal,

2. Fungsi penghidu karena terdapat mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk

menampung stimulus penghidu,

3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses bicara dan

mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang,

4. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma

dan pelindung panas, dan Refleks nasal, dimana mukosa hidung merupakan reseptor

refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan yang

dapat menyebabkan refleks bersin dan napas berhenti, rangsang bau tertentu akan

menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

Transportasi mukosiliar atau TMS adalah suatu mekanisme mukosa hidung untuk membersihkan dirinya dengan cara mengangkut partikel-partikel asing yang terperangkap pada palut lender ke arah nasofaring. Merupakan fungsi pertahanan local pada mukosa hidung. Transpor mukosiliar disebut jugaclearance mucosiliar atau sistem pembersih mukosiliar sesungguhnya. (Ballenger JJ,1994 ; Waguespack R.1995 ; Sakakura, 1997 ; Huang HM. 2000) Transportasi mukosiliar terdiri dari dua sistem yang bekerja simultan, yaitu gerakan silia dan palut lendir. Ujung silia sepenuhnya masuk menembus gumpalan mukus dan bergerak ke arah posterior bersama

Page 5: Kharisma  Lbm 3

dengan materi asing yang terperangkap di dalamnya ke arah nasofaring. Aliran cairan pada sinus mengikuti pola tertentu. Transportasi mukosiliar pada sinus maksila berawal dari dasar yang kemudian menyebar ke seluruh dinding dan keluar ke ostium sinus alami. Kecepatan kerja pembersihan oleh mukosiliar dapat diukur dengan menggunakan suatu partikel yang tidak larut dalam permukaan mukosa. Lapisan mukosa mengandung enzim lisozim (muramidase), dimana enzim ini dapat merusak bakteri . Enzim tersebut sangat mirip dengan immunoglobulin A (Ig A) , dengan ditambah beberapa zat imunologik yang berasal dari sekresi sel. Imunoglobulin G (IgG) dan Interferon dapat juga ditemukan pada sekret hidung sewaktu serangan akut infeksi virus. Ujung silia tersebut dalam keadaan tegak dan masuk menembus gumpalan mukus kemudian menggerakkannya ke arah posterior bersama materi asing yang terperangkap ke arah faring. Cairan perisiliar yang di bawahnya akan di alirkan kea rah posterior oleh aktivitas silia, tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti. Transportasi mukosiliar yang bergerak secara aktif ini sangat penting untuk kesehatan tubuh. Bila sistem ini tidak bekerja secara sempurna maka materi yang terperangkap oleh palut lender akan menembus mukosa dan menimbulkan penyakit.Kecepatan dari TMS sangatlah bervariasi, pada orang yang sehat adalah antara 1sampai 20 mm / menit. (Ballenger JJ,1994 ; Sakakura, 1997 ;Nizar, 2000 ; Cohen ;2006)Karena pergerakan silia lebih aktif pada meatus inferior dan media makagerakan mukus dalam hidung umumnya ke belakang, silia cenderung akan menariklapisan mukus dari meatus komunis ke dalam celah-celah ini. Sedangkan arahgerakan silia pada sinus seperti spiral, dimulai dari tempat yang jauh dari ostium.Kecepatan gerakan silia bertambah secara progresif saat mencapai ostium, danpada daerah ostium silia tersebut berputar dengan kecepatan 15 hingga 20mm/menit (Ballenger JJ,1994 ; Higler, 1997).Pada dinding lateral rongga hidung sekret dari sinus maksila akan bergabungdengan sekret yang berasal dari sinus frontal dan etmoid anterior di dekatinfundibulum etmoid, kemudian melalui anteroinferior orifisium tuba eustachius akandialirkan ke arah nasofaring. Sekret yang berasal dari sinus etmoid posterior dansfenoid akan bergabung di resesus sfenoetmoid, kemudian melalui posteroinferiororifisium tuba eustachius menuju nasofaring. Dari rongga nasofaring mukus turunkebawah oleh gerakan menelan (Soetjipto D & Wardani RS,2007 )Kecepatan gerakan mukus oleh kerja silia berbeda pada setiap bagianhidung. Pada segmen hidung anterior kecepatan gerakan silianya mungkin hanya1/6 segmen posterior, sekitar 1 hingga 20 mm / menit (Heilger PA , 1997)

3. Jelaskan histologi hidung ?1. Cavitas Nasi :

Vestibulum nasi : epitel squamosh kompleks dan keratin sedikit, terdapat vibrisae yang berfungsi menyaring alergen dari luar, fungsi mukosa untuk menyaring dan melembutkan udara. Di lamina propia, sangat banyak VASA, dan kelenjar sebasea dan sudorifera yang banyak

Concha nasalis : Superior, media, inferior. Media inferior ( sel repiratori ) superior ( epitel olfaktori tidak memiliki silia, sel penyokong (nutrisi), sel oflatori ( penghidu), sel basal (terletak di dasar untuk regenerasi )). Lamina propia memiliki sel goblet dan mukus. Mengeluarkan serous. Jika ada partikel yang menempel pada serous terjadi proses depolarisasi.

Bau masuk menempel ke serous ke bulbus olfaktori, sebagian membau sebagian memori.

Page 6: Kharisma  Lbm 3

2. Sinus Parasanal ( epitel squamosh kompleks non keratin )

Secara klinis mukosa terjadi trauma lecet lamina propia banyak VASA jika lamina lepas akan menyebabkan pembuluh darah pecah .

4. Mengapa anak perempuan tersebut mengeluh hidung keluar ingus dan bau pada sisi kiri sejak 5 hari yang lalu ?

masuknya benda asing dalam rongga hidung kemudian terjadi pemadatan, peradangan akut

atau kronis, obstruksi terjadi akibat terhalangnya dan stagnasi mukus, serta pengendapan

garam-garam mineral. Sekret hidung menjadi bau karena memiliki kandungan kalsium dan /

atau magnesium yang tinggi. Sekresi tersebut harus terpapar dengan aliran udara dalam

hidung untuk memusatkan pus dan mukus yang menyebabkan terbentuknya endapan

garam-garam mineral. Perkembangan dan progresifitasnya terjadi bertahun-tahun.

Pada umumnya rinolit terdiri dari 90% bahan anorganik, dengan sisa 10% yang terbuat dari bahan organik dimasukkan ke dalam lesi dari sekret hidung. Garam-garam yang tidak larut dalam sekret hidung membentuk suatu kalsifikasi sebesar benda asing atau bekuan darah yang tertahan lama. Sekret pada sinusitis kronik dapat mengawali terbentuknya massa kalsifikasi dalam rongga hidung. Rinolit ini terutama terbuat dari fosfat dan kalsium karbonat. Kadang-kadang juga dibentuk oleh magnesium fosfat, natrium klorida dan magnesium karbonat. Garam ini juga dapat berasal dari sekresi mukosa hidung, air mata, dan eksudat inflamasi

5. Apa hubungan benda asing dengan keluhan pasien ?

Berdasarkan asalnya, benda asing digolongkan menjadi dua golongan :

1. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk melalui

hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas.

Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang

berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang)

dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur barus (naftalen) dan

lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif,

seperti zat kimia, dan benda cair noniritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.

2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing endogen

dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan,

membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke dalam saluran napas

bayi pada saat proses persalinan.3

Page 7: Kharisma  Lbm 3

Berdasarkan konsistensinya benda asing dapat juga digolongkan menjadi

benda asing yang lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran, dan yang keras

seperti kancing baju, manik-manik, baterai dan lain-lain.3

Pembagian yang lain yaitu :

1. Benda asing hidup, yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan cacing.

a. Larva lalat

Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung manusia dan hewan

di Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies Chryssomya bezziana.

Chrysomya bezziana adalah serangga yang termasuk dalam famili Calliphoridae,

ordo diptera, subordo Cyclorrapha, kelas Insecta. Lalat dewasa berukuran sedang

berwarna biru atau biru kehijauan dan berukuran 8-10 mm, bergaris gelap pada

toraks dan pada abdomen bergaris melintang. Larva mempunyai kait-kait di

bagian mulutnya berwarna coklat tua atau coklat orange. Lalat dewasa

meletakkan telurnya pada jaringan hidup dan hewan berdarah panas yang hidup

liar dan juga pada manusia misalnya pada luka, lubang-lubang pada tubuh seperti

mata, telinga, hidung, mulut dan traktus urogenital.3,8

b. Lintah

Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas hirudinae.

Hirudinea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk

dalam filum annelida. Anggota jenis cacing ini tidak mempunyai rambut,

parapodia, dan seta. Tempat hidup hewan ini ada yang berada di air tawar, air

laut, dan di darat. Lintah merupakan hewan pengisap darah. Pada tubuhnya

terdapat alat pengisap di kedua ujungnya yang digunakan untuk menempel pada

tubuh inangnya. Pada saat mengisap, lintah ini mengeluarkan zat penghilang rasa

sakit dan mengeluarkan zat anti pembekuan darah sehingga darah korban tidak

akan membeku. Setelah kenyang mengisap darah, lintah itu akan menjatuhkan

dirinya ke dalam air. Bentuk tubuh lintah ini pipih, bersegmen, mempunyai warna

kecokelatan, dan bersifat hemaprodit.9

Page 8: Kharisma  Lbm 3

Gambar 3. Lintah hidup di hidung

c. Cacing

Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi masalah di

negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi Port d’entry atau

tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk mendapatkan oksigen yang

lebih banyak.10

2. Benda asing mati, yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam, kancing baju.

Kapur barus merupakan kasus yang jarang namun mengandung naftalen yang

bersifat sangat mengiritasi. Kasus baterai logam di hidung juga harus

diperlakukan sebagai kasus gawat darurat yang harus dikeluarkan segera, karena

kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa hidung.3

Gambar 4. Manik-manik di bawah konka inferior

6. Apa etiologi yang menimbulkan keluhan ?

Berdasarkan asalnya, benda asing digolongkan menjadi dua golongan :

3. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk melalui

hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda

Page 9: Kharisma  Lbm 3

asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari

tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik

seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing

eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda

cair noniritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.

4. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing endogen dapat

berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan, membran

difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat

proses persalinan.3

Berdasarkan konsistensinya benda asing dapat juga digolongkan menjadi benda

asing yang lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran, dan yang keras seperti

kancing baju, manik-manik, baterai dan lain-lain.3

Pembagian yang lain yaitu :

3. Benda asing hidup, yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan cacing.

d. Larva lalat

Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung manusia dan

hewan di Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies Chryssomya

bezziana. Chrysomya bezziana adalah serangga yang termasuk dalam famili

Calliphoridae, ordo diptera, subordo Cyclorrapha, kelas Insecta. Lalat dewasa

berukuran sedang berwarna biru atau biru kehijauan dan berukuran 8-10 mm,

bergaris gelap pada toraks dan pada abdomen bergaris melintang. Larva

mempunyai kait-kait di bagian mulutnya berwarna coklat tua atau coklat

orange. Lalat dewasa meletakkan telurnya pada jaringan hidup dan hewan

berdarah panas yang hidup liar dan juga pada manusia misalnya pada luka,

lubang-lubang pada tubuh seperti mata, telinga, hidung, mulut dan traktus

urogenital.3,8

e. Lintah

Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas hirudinae.

Hirudinea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang

termasuk dalam filum annelida. Anggota jenis cacing ini tidak mempunyai

rambut, parapodia, dan seta. Tempat hidup hewan ini ada yang berada di air

tawar, air laut, dan di darat. Lintah merupakan hewan pengisap darah. Pada

tubuhnya terdapat alat pengisap di kedua ujungnya yang digunakan untuk

Page 10: Kharisma  Lbm 3

menempel pada tubuh inangnya. Pada saat mengisap, lintah ini mengeluarkan

zat penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat anti pembekuan darah

sehingga darah korban tidak akan membeku. Setelah kenyang mengisap darah,

lintah itu akan menjatuhkan dirinya ke dalam air. Bentuk tubuh lintah ini

pipih, bersegmen, mempunyai warna kecokelatan, dan bersifat hemaprodit.9

Gambar 3. Lintah hidup di hidung

f. Cacing

Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi masalah

di negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi Port d’entry

atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk mendapatkan oksigen

yang lebih banyak.10

4. Benda asing mati, yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam, kancing baju.

Kapur barus merupakan kasus yang jarang namun mengandung naftalen yang

bersifat sangat mengiritasi. Kasus baterai logam di hidung juga harus

diperlakukan sebagai kasus gawat darurat yang harus dikeluarkan segera, karena

kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa hidung.3

Gambar 4. Manik-manik di bawah konka inferior

Page 11: Kharisma  Lbm 3

7. Mengapa pada pasien ditemukan adanya sekret mukouserous ?

Adanya sumbatan diakibatkan adanya benda asing yang masuk ke cavitas nasi ( ada kelenjar dan serosa ) jika ada sumbatan mukus yang lairan normal akan terhambat stagnansi mukus akan mengendap obstuksi dan sekret hidung ( kandungan magnesium dan kalsium yang tinggi ) akan menyebabkan bau yang tidak enak.

Juga disekret terdapat carbonat, fosfat, dan berakumulasi dan menepempel ke flora normal patogen

Jika benda asing masuk jika dianterior masih mudah dikeluarkan namun jika sudah masuk ke dalam lebih sulit dikeluarkn akan menyebabkan gangguan mukosa bengkak nekrosis ulserasi erosi mukosa epistaksisAdanya partikel sumbatan mengeluarkan sekret bercampur dengan benda asing dan bercampur dengan produk bau

Rinolit ( bendabenda eksogen ) terjadi inflmasi abnormalitas di cavum nasal menghambat aliran udara udem venul-venul menjadi rapuh epistaksisRinolit ( muatan muatan garam yang akan membentuk rinolit )

Benda asing hidung ada mukosa dan epitel yang perang epitel terjadi reaksi imun jika alergi terjadi hipersensitivitas tipe I dan IV ( tipe I = IgE bekerja kontak dengan alergen akan ditangkap oleh APC APC akan menghantarkan ke MHC di persentasikan oleh ThO akan memanggil Th2 ( mengahasikan sitokin iL13 , il4, il5 akan mengikat limfosit B aktif menghasilkan IgE, IgE masuk jaringan, diikat oleh IgE reseptor yang berada pada sel mastoid atau basofil sel akan aktif sitokin) histamin gatal hipersekresi mukus.Mediator yang menyebabkan keluarnya ingus sendiriTerjadi vasodiltasi mukosa edem hidung tersumbat ingus jadi kental ( diakibatkan sel-sel darah yang berakumulasi )

8. Mengapa ditemukan concha hiperemis pada hidung sisi kiri ?Adanya sumbatan diakibatkan adanya benda asing yang masuk ke cavitas nasi ( ada kelenjar dan serosa ) jika ada sumbatan mukus yang lairan normal akan terhambat stagnansi mukus akan mengendap obstuksi dan sekret hidung ( kandungan magnesium dan kalsium yang tinggi ) akan menyebabkan bau yang tidak enak.

Juga disekret terdapat carbonat, fosfat, dan berakumulasi dan menepempel ke flora normal patogen

Jika benda asing masuk jika dianterior masih mudah dikeluarkan namun jika sudah masuk ke dalam lebih sulit dikeluarkn akan menyebabkan gangguan mukosa bengkak nekrosis ulserasi erosi mukosa epistaksisAdanya partikel sumbatan mengeluarkan sekret bercampur dengan benda asing dan bercampur dengan produk bau

Page 12: Kharisma  Lbm 3

Rinolit ( bendabenda eksogen ) terjadi inflmasi abnormalitas di cavum nasal menghambat aliran udara udem venul-venul menjadi rapuh epistaksisRinolit ( muatan muatan garam yang akan membentuk rinolit )

Benda asing hidung ada mukosa dan epitel yang perang epitel terjadi reaksi imun jika alergi terjadi hipersensitivitas tipe I dan IV ( tipe I = IgE bekerja kontak dengan alergen akan ditangkap oleh APC APC akan menghantarkan ke MHC di persentasikan oleh ThO akan memanggil Th2 ( mengahasikan sitokin iL13 , il4, il5 akan mengikat limfosit B aktif menghasilkan IgE, IgE masuk jaringan, diikat oleh IgE reseptor yang berada pada sel mastoid atau basofil sel akan aktif sitokin) histamin gatal hipersekresi mukus.Mediator yang menyebabkan keluarnya ingus sendiriTerjadi vasodiltasi mukosa edem hidung tersumbat ingus jadi kental ( diakibatkan sel-sel darah yang berakumulasi )

9. Mengapa di beri obat pilek saat itu sembuh, setelah itu hidung kembali bau ?Pilek diberi obat analgesik dan antihistamin juga dekongestan nasal .Jika diberi analgesik menghilangkan nyeriAntihistamin anti alergiDekongestan mengurangi edem ( lebih memvasokontriksikan VASA ) jika obat habis akan kembali edem seperti sebelumnya

10. Mengapa anak tersebut juga sering mimisan tanpa sebab yang pasti ?

Epistaksis yaitu perdarahan dari hidung yang dapat berupa perdarahan

anterior dan perdarahan posterior. Perdarahan anterior merupakan perdarahan

yang berasal dari septum bagian depan (pleksus kiesselbach atau arteri etmoidalis

anterior). Prevalensi yang sesungguhnya dari epistaksis tidak diketahui, karena

pada beberapa kasus epistaksis sembuh spontan dan hal ini tidak dilaporkan.

Epistaksis anterior dapat terjadi karena berbagai macam penyebab.Secara

umum penyebab epistaksis anterior dapat dibagi atas penyebab lokal dan

penyebab sistemik.Penyebab lokal yaitu trauma, benda asing, infeksi, iatrogenik,

neoplasma dan zat kimia.Penyebab sistemik antara lain yaitu penyakit

kardiovaskular, gangguan endokrin, infeksi sistemik, teleangiektasis hemoragik

herediter, kelainan hematologi, obat- obatan dan defisiensi vitamin C dan K.

THT FK UI, 2014

11. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan rinoscopi anterior, bagaimana cara melaksanakannya dan interpretasinya ?Rinoskopi Anterior adalah pemeriksaan rongga hidung dari depan dengan memakai spekulum hidung. Tangan kiri memegang speculum dengan ibu jari (di atas/depan) dan jari telunjuk (dibawah/belakang) pada engsel speculum. Jari tengah diletakan dekat hidung, sebelah kanan untuk fiksasi. Jari manis dan kelingking membuka dan menutup spekulum.

Page 13: Kharisma  Lbm 3

Speculum dimasukkan tertutup ke dalam vestibulum nasi setelah masuk baru dibuka. Tangan kanan bebas : dapat membantu memegang alat-alat pinset dan kait dsb, menahan kepala dari belakang/tengkuk atau mengatur sikap kepala. Melebarkan nares anterior dengan meregangkan ala nasi. Melihat jelas dengan menyisihkan rambut hidung.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada rinoskopi anterior : Mukosa. Dalam keadaaan normal berwarna merah muda, pada radang berwarna merah, pada alergi pucat atau kebiruan (livid) Septum. Normalnya terletak ditengah dan lurus, perhatikan apakah terdapat deviasi, krista, spina, perforasi, hematoma, abses, dll. Konka. Perhatikan apakah konka normal (eutrofi), hipertrofi, hipotrofi atau atrofi

Sekret. Bila ditemukan sekret perhatikan jumlah, sfat dan lokalisasinya Massa

http://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/Kuliah/modul%20/Ganjil%20II%20-%20Fisik%20Diagnostik%20THT.pdf

12. Apa saja pemeriksaan penunjang ?Foto kepala ( rontgen ) : gambar radiologi ( opaq) , letak didasar cavum nasi, CT scan : massa hiperdens

Benda sifat metal :Rontgen : radiolusenCT scanNasoendoskopi

13. Sebutkan DD perdarahan hidung?Epistaksis anterior :

14. Sebutkan DD benda asing pada hidung ?

Benda asing di hidung tersering ditemukan di antara septum dan bagian bawah konka

nasalis inferior, dapat dilihat pada gambar di bawah.6

Page 14: Kharisma  Lbm 3

Gambar 2. Predileksi benda asing di hidung

2.2. Definisi

Benda asing di hidung adalah benda yang berasal dari luar atau dalam tubuh yang

dalam keadaan normal tidak ada pada hidung.7

2.3. Epidemiologi

Kasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak, terutama pada usia 1 - 4

tahun. Pada usia ini anak cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama daerah yang

berlubang, termasuk hidung. Mereka dapat pula memasukkan benda asing sebagai upaya

mengeluarkan sekret atau benda asing yang sebelumnya ada di hidung, atau untuk

mengurangi rasa gatal atau perih akibat iritasi yang sebelumnya sudah terjadi. Benda asing

yang tersering ditemukan yaitu sisa makanan, permen, manik-manik dan kertas. Benda asing

seperti plastik dapat pula bertahan lama karena sukar didiagnosis akibat sifatnya yang

noniritatif dan radiolusen sehingga tidak tampak dari pemeriksaan radiologik.3,4,5

Benda asing, meskipun tampak sebagai masalah yang tidak serius, juga dapat

menimbulkan morbiditas bahkan mortalitas bila masuk ke saluran nafas bawah. Pada usia

dibawah 1 tahun, aspirasi benda asing merupakan penyebab utama kematian.3

2.4. Faktor Predisposisi

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing di hidung antara lain

faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial dan tempat tinggal), kegagalan

Page 15: Kharisma  Lbm 3

mekanisme proteksi normal (keadaan tidur, kesadaran menurun, alkoholisme dan epilepsi),

ukuran, bentuk serta sifat benda asing serta faktor kecerobohan.3

2.5. Klasifikasi Benda Asing

Berdasarkan asalnya, benda asing digolongkan menjadi dua golongan :

5. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk melalui

hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda

asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari

tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik

seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing

eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda

cair noniritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.

6. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing endogen dapat

berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan, membran

difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat

proses persalinan.3

Berdasarkan konsistensinya benda asing dapat juga digolongkan menjadi benda asing

yang lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran, dan yang keras seperti kancing baju,

manik-manik, baterai dan lain-lain.3

Pembagian yang lain yaitu :

5. Benda asing hidup, yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan cacing.

g. Larva lalat

Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung manusia dan

hewan di Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies Chryssomya

bezziana. Chrysomya bezziana adalah serangga yang termasuk dalam famili

Calliphoridae, ordo diptera, subordo Cyclorrapha, kelas Insecta. Lalat dewasa

berukuran sedang berwarna biru atau biru kehijauan dan berukuran 8-10 mm,

bergaris gelap pada toraks dan pada abdomen bergaris melintang. Larva

mempunyai kait-kait di bagian mulutnya berwarna coklat tua atau coklat

orange. Lalat dewasa meletakkan telurnya pada jaringan hidup dan hewan

berdarah panas yang hidup liar dan juga pada manusia misalnya pada luka,

lubang-lubang pada tubuh seperti mata, telinga, hidung, mulut dan traktus

urogenital.3,8

h. Lintah

Page 16: Kharisma  Lbm 3

Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas hirudinae.

Hirudinea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang

termasuk dalam filum annelida. Anggota jenis cacing ini tidak mempunyai

rambut, parapodia, dan seta. Tempat hidup hewan ini ada yang berada di air

tawar, air laut, dan di darat. Lintah merupakan hewan pengisap darah. Pada

tubuhnya terdapat alat pengisap di kedua ujungnya yang digunakan untuk

menempel pada tubuh inangnya. Pada saat mengisap, lintah ini mengeluarkan

zat penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat anti pembekuan darah

sehingga darah korban tidak akan membeku. Setelah kenyang mengisap darah,

lintah itu akan menjatuhkan dirinya ke dalam air. Bentuk tubuh lintah ini

pipih, bersegmen, mempunyai warna kecokelatan, dan bersifat hemaprodit.9

Gambar 3. Lintah hidup di hidung

i. Cacing

Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi masalah

di negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi Port d’entry

atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk mendapatkan oksigen

yang lebih banyak.10

6. Benda asing mati, yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam, kancing baju.

Kapur barus merupakan kasus yang jarang namun mengandung naftalen yang

bersifat sangat mengiritasi. Kasus baterai logam di hidung juga harus

diperlakukan sebagai kasus gawat darurat yang harus dikeluarkan segera, karena

kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa hidung.3

Page 17: Kharisma  Lbm 3

Gambar 4. Manik-manik di bawah konka inferior

6.6. Patofisiologi

Benda asing hidung lebih sering terjadi pada anak-anak, karena anak yang berumur 2-

4 tahun cenderung memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dapat dijangkaunya ke

dalam lubang hidung, mulut atau dimasukkan oleh anak lain.3 Benda yang dimasukkan ke

dalam hidung anak biasanya benda yang lembut. Benda tersebut masuk ke hidung saat anak

mencoba untuk mencium sesuatu. Anak sering menaruh benda ke dalam hidung karena

perasaan bosan, ingin tahu atau meniru anak lain.11

Benda asing hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga hidung, sebagian besar

ditemukan di dasar hidung tepat dibawah konka inferior. Lokasi lainnya ada di depan dari

konka media. Benda-benda kecil yang masuk kebagian anterior rongga hidung dapat dengan

mudah dikeluarkan dari hidung. Benda asing yang berada di rongga hidung dalam waktu

yang cukup lama serta benda hidup dapat menimbulkan berbagai kesulitan dalam

mengeluarkan benda asing.12

Page 18: Kharisma  Lbm 3

Gambar 5. Lokasi benda asing yang masuk ke rongga hidung (IT= inferior turbinate, MT= middle turbinate, SS= sphenoid sinus, ST= superior turbinate).

Benda asing yang masuk ke rongga postnasal dapat teraspirasi dan terdorong ke

belakang saat usaha pengeluaran sehingga menimbulkan obstruksi jalan nafas akut. Benda

asing di hidung juga berpengaruh dalam membawa organisme penyebab penyakit difteri dan

penyakit infeksi lainnya. Oleh karena itu, benda asing hidung dapat menyebabkan masalah

yang nyata dan jangan dianggap remeh. 12

Beberapa benda asing yang masuk kedalam rongga hidung dapat bertahan bertahun-

tahun tanpa adanya perubahan mukosa, namun sebagian besar benda mati yang masuk ke

hidung dapat menimbulkan pembengkakan mukosa hidung dengan kemungkinan menjadi

nekrosis, ulserasi, erosi mukosa, dan epistaksis. Tertahannya sekresi mukus, benda asing

yang membusuk serta ulserasi dapat menyebabkan sekret berbau busuk.12

Sebuah benda asing dapat menjadi inti peradangan yang nyata bila terbenam di

jaringan granulasi dengan menerima lapisan kalsium, magnesium fosfat dan karbonat yang

demikian akan menjadi sebuah rhinolith.12 Terkadang proses ini dapat terjadi di area mukopus

bahkan bekuan darah yang sering disebut nidus. Rhinolith endogen yang terbentuk dari inti

darah atau mukus jarang terjadi pasa usia dibawah 4 tahun, sedangkan rhinolith eksogen yang

terbentuk dari benda asing yang diselimuti oleh garam dapat terjadi pada usia berapapun.11

Rhinolith umumnya terletak di dasar hidung bersifat radioopak, single, sferis ireguler namun

dapat menunjukkan pemanjangan sesuai dengan arah tumbuh di rongga hidung. 11

Page 19: Kharisma  Lbm 3

Benda-benda erosif seperti baterai dapat mengakibatkan kerusakan parah dari septum hidung.

Hal ini dapat terjadi karena benda erosif ini mengandung berbagai jenis logam berat seperti

merkuri, seng, perak, nikel, kadmium, dan lithium. Pembebasan zat ini menyebabkan

berbagai jenis lesi tergantung pada lokalisasi dengan reaksi jaringan lokal serta nekrosis.

Sebagai hasilnya terbentuk perforasi septum, sinekia, penyempitan dan stenosis dari rongga

hidung.12

Benda asing hidup dapat menginisiasi proses inflamasi dari infeksi lokal ringan sampai

kerusakan tulang hidung.12

6.7. Manifestasi klinis

Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang tua karena tidak

ada gejala dan bertahan untuk waktu yang lama. Dapat timbul rinolit di sekitar benda asing.

Gangguan umumnya terjadi pada sisi rongga hidung yang terdapat benda asing. Gejala yang

paling sering adalah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau.

Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis dan bersin. Pada pemeriksaan, tampak

edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi. Benda asing

biasanya tertutup oleh mukopus, sehingga sering disangka sinusitis. Benda asing seperti karet

busa, sangat cepat menimbulkan sekret yang berbau busuk.3,12

Gambar 6. Vestibulitis unilateral akibat benda asing hidung.

Page 20: Kharisma  Lbm 3

Benda asing hidup dapat menimbulkan gejala bilateral seperti hidung tersumbat, sakit

kepala, sekret serosanguinous, demam. Rhinolith umumnya bergejala dan menimbulkan

obstruksi nasal bila rhinolith membesar. Pemeriksaan didaptkan massa ireguler keabuan,

terletak di sepanjang dasar hidung.12

6.8. Diagnosis banding

Diagnosis banding untuk obstruksi hidung unilateral antara lain:

1. Sinusitis

2. Polip

3. Tumor

4. Upper respiratory infection (URI)

5. Atresia koana unilateral

6. Tumor hidung

7. Abses

8. Hematoma septum

Keluhan hidung bau dapat ditemukan juga pada rhinitis atrofi, sinusitis dan tumor.

Perlu juga dipertimbangkan adanya masalah psikis bila ternyata tidak ditemukan kelainan

pada hidung pasien.10

6.9. Penegakkan Diagnosis

Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan anamnesis

adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul "choking" (rasa tercekik), gejala, tanda,

pemeriksaan fisik dengan auskultasi, palpasi dan pemeriksaan radiologik sebagai

pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti benda asing di saluran napas ditegakkan setelah

dilakukan tindakan endoskopi atas indikasi diagnostik dan terapi.3

Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan, katena kasus aspirasi ditegakkan karena

kasus aspirasi benda asing sering tidak segera dibawa ke dokter pada saat kejadian. Perlu

diketahui macam benda atau bahan yang teraspirasi dan telah beberapa lama tersedak benda

asing itu.3

Pemeriksaan fisik merupakan hal terpenting untuk mendiagnosis serta dibutuhkan

kerjasama yang baik dengan pasien maupun orangtua pasien. Pasien harus dalam keadaan

imobilisasi agar memudahkan pemeriksaan, oleh karena itu terkadang dibutuhkan obat-obat

sedatif pada pasien pediatrik.

Page 21: Kharisma  Lbm 3

Hampir seluruh kasus benda asing pada hidung tidak memerlukan pemeriksaan

penunjang. Namun terdapat pengecualian pada kasus benda asing berjenis metal yang

memberikan gambaran radiolusen pada foto X-Ray.13Selain itu, rinolith dapat dilihat dari

pemeriksaan rhinoskopi anterior, CT scan maupun endoskopi.13

Gambar 7. Rinolith pada pemeriksaan CT scan

Gambar 8. Rinolith yang tampak pada pemeriksaan endoskopi

6.10. Penatalaksanaan

Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat perlu

diketahui dengan sebaik-baiknya gejala di tiap lokasi tersangkutnya benda asing tersebut.

Secara prinsip benda asing di saluran napas diatasi dengan pengangkatan segera secara

endoskopik dalam kondisi yang apling aman, dengan trauma yang minimum. Kebanyakan

pasien dengan aspirasi benda asing yang datang ke ahli THT telah melalui fase akut, sehingga

pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat

maupun personal yang telah terlatih.3

Penatalaksanaan benda asing di hidung pada anak-anak cukup sulit karena biasanya

pasien anak-anak sulit untuk koopertif. Hal ini disebabkan oleh ketakutan anak-anak yang

berlebihan serta diperparah dengan ketakutan mereka akibat nyeri yang ditimbulkan saat

mengeluarkan benda asing di hidung sebelumnya baik oleh orang tua maupun tenaga

kesehatan. Terdapat beberapa metode dalam mengeluarkan benda asing di hidung, seperti

Page 22: Kharisma  Lbm 3

metode wax hook, menggunakan forgarty catheter, suction, metode tekanan positif, maupun

dengan metode‘Parent’sKiss’.14

Gambar 9. Pengunaan Forgarty Catheter

Cara mengeluarkan benda asing dari dalam hidung ialah dengan memakai pengait

(haak) yang dimasukkan ke dalam hidung dib again atas, menyusuri atap kavum nasi sampai

menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik ke depan. Dengan

cara ini benda asing itu akan ikut terbawa ke luar. Dapat pula menggunakan forsep aligator,

cunam Nortman atau “wire loop”. Bila benda asing berbentuk bulat, maka sebaiknya

digunakan pengait yang ujungnya tumpul.3

Gambar 10. Mengeluarkan benda asing dengan forsep aligator

Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring dengan

maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu benda asing dapat terus masuk ke

Page 23: Kharisma  Lbm 3

laring dan saluran napas bagian bawah, yang menyebabkan sesak napas, sehingga

menimbulkan keadan yang gawat.3

Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus benda

asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.3

6.11. Komplikasi

Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, meskipun hal ini hanya

bersifat minimal dan hilang dengan tampon sederhana. Selain itu benda asing pada hidung

juga dapat menyebabkan iritasi dan reaksi inflamasi.12 Beberapa komplikasi benda asing pada

hidung yang telah dilaporkan, antara lain:

Sinusitis

Otitis Media Akut

Perforasi septum nasi

Selulitis periorbital

Meningitis,

Epiglotitis akut

Difteria

Tetanus

Gambar 11. Komplikasi Akibat Benda Asing di Hidung

15. Apa penatalaksanaan pada benda asing ?Prinsip : jika benda asing dilakukan nasoendoskopi dengan trauma minimum1. Metode waxhook2. For garty cateter3. Suction

Page 24: Kharisma  Lbm 3

4. Metode tekanan positif5. Menggunakan pengkait atau haak6. Juga memberikan antibiotik sistemik jika sudah menyebabkan infeksi pada hidung

ataupun sinus

16. Apa penatalaksanaan perdarahan hidung ?17. Jelaskan mekanisme hidung sebagai jalan nafas dan 18. Jelaskan mekanisme hidung sebagai fungsi proteksi19. Jelaskan mekanisme hidung sebagai fungsi fonasi20. Jelaskan mekanisme patogenesis perdarahan pada hidung21. Jelaskan mekanisme patogenesis benda asing pada hidung

Patofisiologi

Benda asing hidung lebih sering terjadi pada anak-anak, karena anak yang berumur 2-

4 tahun cenderung memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dapat

dijangkaunya ke dalam lubang hidung, mulut atau dimasukkan oleh anak lain.3 Benda

yang dimasukkan ke dalam hidung anak biasanya benda yang lembut. Benda tersebut

masuk ke hidung saat anak mencoba untuk mencium sesuatu. Anak sering menaruh

benda ke dalam hidung karena perasaan bosan, ingin tahu atau meniru anak lain.11

Benda asing hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga hidung, sebagian besar

ditemukan di dasar hidung tepat dibawah konka inferior. Lokasi lainnya ada di depan

dari konka media. Benda-benda kecil yang masuk kebagian anterior rongga hidung

dapat dengan mudah dikeluarkan dari hidung. Benda asing yang berada di rongga

hidung dalam waktu yang cukup lama serta benda hidup dapat menimbulkan berbagai

kesulitan dalam mengeluarkan benda asing.12

Page 25: Kharisma  Lbm 3

Gambar 5. Lokasi benda asing yang masuk ke rongga hidung (IT= inferior turbinate, MT= middle turbinate, SS= sphenoid sinus, ST= superior turbinate).

Benda asing yang masuk ke rongga postnasal dapat teraspirasi dan terdorong ke

belakang saat usaha pengeluaran sehingga menimbulkan obstruksi jalan nafas akut.

Benda asing di hidung juga berpengaruh dalam membawa organisme penyebab

penyakit difteri dan penyakit infeksi lainnya. Oleh karena itu, benda asing hidung

dapat menyebabkan masalah yang nyata dan jangan dianggap remeh. 12

Beberapa benda asing yang masuk kedalam rongga hidung dapat bertahan bertahun-

tahun tanpa adanya perubahan mukosa, namun sebagian besar benda mati yang masuk

ke hidung dapat menimbulkan pembengkakan mukosa hidung dengan kemungkinan

menjadi nekrosis, ulserasi, erosi mukosa, dan epistaksis. Tertahannya sekresi mukus,

benda asing yang membusuk serta ulserasi dapat menyebabkan sekret berbau busuk.12

Sebuah benda asing dapat menjadi inti peradangan yang nyata bila terbenam di

jaringan granulasi dengan menerima lapisan kalsium, magnesium fosfat dan karbonat

yang demikian akan menjadi sebuah rhinolith.12 Terkadang proses ini dapat terjadi di

area mukopus bahkan bekuan darah yang sering disebut nidus. Rhinolith endogen

yang terbentuk dari inti darah atau mukus jarang terjadi pasa usia dibawah 4 tahun,

sedangkan rhinolith eksogen yang terbentuk dari benda asing yang diselimuti oleh

garam dapat terjadi pada usia berapapun.11 Rhinolith umumnya terletak di dasar

hidung bersifat radioopak, single, sferis ireguler namun dapat menunjukkan

pemanjangan sesuai dengan arah tumbuh di rongga hidung. 11

Page 26: Kharisma  Lbm 3

Benda-benda erosif seperti baterai dapat mengakibatkan kerusakan parah dari septum

hidung. Hal ini dapat terjadi karena benda erosif ini mengandung berbagai jenis logam

berat seperti merkuri, seng, perak, nikel, kadmium, dan lithium. Pembebasan zat ini

menyebabkan berbagai jenis lesi tergantung pada lokalisasi dengan reaksi jaringan

lokal serta nekrosis. Sebagai hasilnya terbentuk perforasi septum, sinekia,

penyempitan dan stenosis dari rongga hidung.12

Benda asing hidup dapat menginisiasi proses inflamasi dari infeksi lokal ringan

sampai kerusakan tulang hidung.12

STEP 4