LGK blok 24

24
Leukemia Granulositik Kronik Risya Malida 102010298 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510, No telp: (021) 56942061, Fax: (021) 5631731 PENDAHULUAN Leukimia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan dari sel darah putih. Atau dapat didefinisikan sebagai keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietik. Leukimia granulositik kronik (LGK) (chronic granulocytic leukemia) dikenal juga dengan nama leukemia myeloid kronik (chronic myeloid leukemia) merupakan suatu jenis kanker dari leukosit. LGK adalah bentuk leukemia yang ditandai dengan peningkatan dan pertumbuhan yang tak terkendali dari sel myeloid pada sum-sum tulang, dan akumulasi dari sel-sel ini di sirkulasi darah. LGK merupakan gangguan stem sel sum-sum tulang klonal, dimana ditemukan proliferasi dari granulosit matang (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan prekursornya. Keadaan ini merupakan jenis penyakit myeloproliferatif dengan translokasi kromosom yang disebut dengan kromosom Philadelphia. 1 1

description

lekimia granulositik kronik

Transcript of LGK blok 24

Leukemia Granulositik KronikRisya Malida102010298Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510, No telp: (021) 56942061, Fax: (021) 5631731

PENDAHULUANLeukimia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan dari sel darah putih. Atau dapat didefinisikan sebagai keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietik.Leukimia granulositik kronik (LGK) (chronic granulocytic leukemia) dikenal juga dengan nama leukemia myeloid kronik (chronic myeloid leukemia) merupakan suatu jenis kanker dari leukosit. LGK adalah bentuk leukemia yang ditandai dengan peningkatan dan pertumbuhan yang tak terkendali dari sel myeloid pada sum-sum tulang, dan akumulasi dari sel-sel ini di sirkulasi darah. LGK merupakan gangguan stem sel sum-sum tulang klonal, dimana ditemukan proliferasi dari granulosit matang (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan prekursornya. Keadaan ini merupakan jenis penyakit myeloproliferatif dengan translokasi kromosom yang disebut dengan kromosom Philadelphia.1

Anamnesis 1. Identitasmerupakan segala hal yang menyangkut pribadi pasien seperti data diri pasien seperti nama, tanggal lahir, umur, alamat, suku, agama, dan pendidikan.1. Keluhan Utamayakni gangguan atau keluhan yang terpenting yang dirasakan penderita sehingga mendorong ia untuk datang berobat dan memerlukan pertolongan serta menjelaskan tentang lamanya keluhan tersebut.1. Riwayat Penyakit Sekarang1. Sejak kapan muncul gejala tersebut?1. Bagaimana perjalanan penyakit tersebut? Apakah semakin membaik atau semakin memburuk?1. Apakah ada gejala penyerta?1. Adakah faktor pemicunya?1. Riwayat Penyakit Dahulumerupakan riwayat penyakit yang pernah diderita pasien pada masa lampau yang mungkin berhubungan dengan penyakit yang dialami sekarang1. Riwayat Keluarga1. Riwayat Pengobatan1. Riwayat Sosial dan Ekonomimencakup keterangan mengenai pekerjaan, aktivitas, perkahwinan, lingkungan tempat tinggal, dan lain-lainBeberapa pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan LGK: Gejala anemia : pucat, lemah saat aktivitas atau tidak,berdebar, sesak nafas,biru Lemah Cepat kenyang Penurunan berat badan Berkeringat pada malam hari Riwayat transfusi Riwayat makanan, rokok, alkohol

Pemeriksaan Pemeriksaan FisikSplenomegali adalah penemuan fisik yang paling umum pada pasien dengan leukemia myelogenous kronis (CML). Dalam lebih dari 50% pasien dengan CML, limpa berukuran lebih dari 5 cm di bawah batas kosta kiri pada saat penemuan. Ukuran limpa berkorelasi dengan hitungan granulocyte darah perifer, dengan limpa terbesar yang diamati pada pasien dengan jumlah leukosit yang tinggi. Sebuah limpa sangat besar biasanya pertanda transformasi menjadi bentuk krisis blast akut dari penyakit. Hepatomegali juga terjadi, meskipun kurang umum daripada splenomegali. Hepatomegali biasanya bagian dari hematopoiesis extramedullary terjadi di limpa. Temuan fisik leukostasis dan hiperviskositas dapat terjadi pada beberapa pasien, dengan ketinggian luar biasa leukosit mereka penting, lebih dari 300,000-600,000 sel/uL. Setelah funduscopy, retina dapat menunjukkan papilledema, obstruksi vena, dan perdarahan. Krisis blast ditandai oleh peningkatan dalam sumsum tulang atau ledakan jumlah darah perifer atau oleh perkembangan leukemia infiltrat jaringan lunak atau kulit. Gejala khas adalah karena trombositopenia, anemia, basophilia, limpa cepat memperbesar, dan kegagalan obat yang biasa untuk mengontrol leukositosis dan splenomegali.

Pemeriksaan Penunjang Hematologi RutinPada fase kronis, kadar Hb umumnya normal atau menurun, lekosit antara 20-60.000/mmk. Eosinofil dan basofil jmlahnya meningkat dalam darah. Jumlah trombosit biasanya meningkat 500-600.000/mmk, tetapi dalam beberapa kasus dapat normal atau menurun. Hapus Darah TepiBiasanya ditemukan eritrosit normositik normokrom, sering ditemukan adanya polikromasi eritroblas asidofil atau polikromatofil. Seluruh tingkatan diferensiasi dan maturasi seri granulosit terlihat, presentasi sel mielosit dan metamielosit meningkat, demikian juga presentasi eosinofil dan basofil. Hapus Sumsum TulangSelularitas meningkat (hiperselular) akibat proliferasi dari sel-sel leukemia, sehingga rasio mieloid : eritroid meningkat. Megakariosit juga meningkat. Dengan pewarnaan retikulin, tampak bahwa stroma sumsum tulang mengalami fibrosis.

KariotipikMenggunakan metode FISH (Flourescen Insitu Hybridization), beberapa aberasi kromosom yang sering ditemukan pada leukemia mieloid kronik antara lain : +8, +9, +19, +21, i(17). Laboratorium lain.Sering ditemukan hiperurikemia. 2,3,4,5,8

Working Diagnosis Leukimia granulositik kronik (LGK) (chronic granulocytic leukemia) dikenal juga dengan nama leukemia myeloid kronik (chronic myeloid leukemia) merupakan suatu jenis kanker dari leukosit. LGK adalah bentuk leukemia yang ditandai dengan peningkatan dan pertumbuhan yang tak terkendali dari sel myeloid pada sum-sum tulang, dan akumulasi dari sel-sel ini di sirkulasi darah. LGK merupakan gangguan stem sel sum-sum tulang klonal, dimana ditemukan proliferasi dari granulosit matang (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan prekursornya. Keadaan ini merupakan jenis penyakit myeloproliferatif dengan translokasi kromosom yang disebut dengan kromosom Philadelphia.3Diagnosis LGK seringkali ditetapkan berdasarkan pemeriksaan darah lengkap, yang memperlihatkan kenaikan seluruh tipe granulosit, dan termasuk sel-sel myeloid dewasa. Basofil dan eosinofil hampir selalu mengalami kenaikan yang signifikan; halini membantu membedakan LGK dari reaksi leukemoid. Biopsi sum-sum tulang biasanya dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang dignosis LGK, tetapi morfologi sum-sum tulang saja tidak cukup untuk menetapkan diagnosis LGK. Lebih jauh lagi, LGK didiagnosis dengan mendeteksi kromosom Philadelphia. Karakteristik abnormalitas kromosomal ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan sitogenetik rutin, mengguanakan hibridisasi fluorescent in situ, atau dengan PCR untuk gen bcr-abl. 2

Differential Diagnosis Leukemia limfositik kronis (LLK) 2,3,4Leukemia Granulositik Kronik (LGK)Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang

Gambar 1. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik

adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T) Gambar 2. Leukemia Limfositik Kronik

GK: LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksiGK: Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya

20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun)menyerang individu yang berusia 50 -70 tahun, perbandingan 2:1 untuk laki-laki.

1.1 perbandingan LGK/LMK dengan LLK

Reaksi Leukimoid

Reaksi leukemoid adalah leukositosis reaktif yang berlebihan, dengan sel darah putih matur dan imatur membanjiri sirkulasi. Infeksi virus seperti pneumoni atipik primer, hepatitis influenza memberikan gambaran lekopeni dengan lnfositosis relative denan linfosit atipik seperti pada mononukleusis infeksiosa. Infeksi bakerill seperti typhus abdominalis, paratyphus, brucellosis, malaria menyebabkan gambaran leukopeni dan linfositosis relative.

Mielofibrosis

Mielofibrosis adalah kondisi medis yang ditandai dengan terbentuknya jaringan parut (fibrosis) pada sumsum tulang sebagai akibat dari penyakit serius pada sumsum tulang yang mempengaruhi produksi sel-sel darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan sel keping darah. Menimbulkan gejala, seperti anemia, kelemahan, rasa letih dan perdarahan abnormal, seperti sering mimisan dan perdarahan gusi. Mielofibrosis biasanya terjadi secara bertahap dan tidak menimbulkan gejala pada stadium dini. Mielofibrosis diklasifikasikan menjadi primer (terjadi dengan sendirinya) atau sekunder (terjadi sebagai akibat dari kelainan lain pada sumsum tulang, seperti polisitemia vera). Pada kebanyakan kasus, penyebab pastinya belum diketahui. Gejala mielofibrosis dapat ditangani dengan penanganan, seperti transfusi darah, analgesik, dan kemoterapi.

EpidemiologiLGK/LMK merupakan leukemia kronis yang paling sering dijumpai di Indonesia yaitu 25-20% dari leukemia. IR LGK/LMK di negara barat adalah 1-1,4 per 100.000 per tahun. 20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun).Penyakit ini menyerang 1-2 orang per 100.000 dan membuat 7-20% kasus leukemia (Dugdale, 2010). Leukemia mielositik kronik terjadi pada kedua jenis kelamin dengan rasio pria : wanita sebesar 1,4:1 dan paling sering terjadi pada usia antara 40-60 tahun. (Hoffbrandet al, 2005). Kejadian leukemia mielositik kronik meningkat pada orang yang terpapar bom atom Hiroshima dan Nagasaki. 5,6

EtiologiTerdapatnya kromosom Philadelphia (Ph) / kromosom 22q yang terbentuk dari translokasi resiprokal antara lengan panjang kromosom 9 ke kromosom 22 dan sebaliknya. Pada kromosom 22 yang rusak tadi terdapat penggabungan gen, yaitu: gen ABL (abelson) dari kromosom 9 & gen BCR (Break Cluster Region) pada kromosom 22. Gabungan gen ini dikenal dengan nama BCR-ABL (gen hybrid BCR-ABL) yang akan mensintesis protein 210kD. Pada kromosom 9 terbentuk gen resiprokal ABL-BCR. Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti, namun diketahui beberapa faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi leukemia, seperti:1. Radiasi2. Faktor leukemogenikTerdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat mempengaruhi frekuensi leukemia: Racun lingkungan seperti benzena Bahan kimia industri seperti insektisida Obat untuk kemoterapi3. Epidemiologi Di Afrika, 10-20% penderita Leukemia Mielositik Akut (LMA) memiliki kloroma di sekitar orbita mata Di Kenya, Tiongkok, dan India, Leukemia Mielositik Kronik (LMK) mengenai penderita berumur 20-40 tahun Pada orang Asia Timur dan India Timur jarang ditemui Leukemia Limfositik Kronik (LLK).4. HerediterPenderita sindrom Down memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.

5. VirusVirus dapat menyebabkan leukemia seperti retrovirus dan virus leukemia feline. 1,4

Patofisiologi LGK merupakan keganasan pertama yang dihubungkan dengan abnormalitas genetik secara langsung, yaitu translokasi kromosomal yang dikenal dengan kromosom Philadelphia. Kelainan kromosomal ini dinamai berdasarkan penemunya pada tahun 1960, dua orang ilmuwan dari Philadelphia, Pennsylvania: Peter Nowell dan David Hungerford.Pada translokasi ini, bagian dari 2 kromosom (9 dan 22) bertukar tempat. Akibatnya, bagian dari gen BCR (breakpoint cluster region) dari kromosom 22 bercampur dengan gen ABL dari kromosom 9. Dari penggabungan abnormal ini terjadi sintesis protein berat p210 atau p185 (p merupakan ukuran berat protein selular dalam kDa). Karena ABL membawa domain yang dapat menambahkan gugus phosphat ke residu tirosin (suatu tirosin kinase), produk penggabungan gen BCR-ABL juga berupa tirosin kinase.Protein gabungan BCR-ABL berinteraksi dengan subunit reseptor interleukin 3beta(c). Transkrip BCR-ABL terus-menerus aktif dan tidak memerlukan pengaktifan oleh protein selular lain. Hasilnya, BCR-ABL mengaktifkan kaskade protein yang mengontrol siklus sel, mempercepat pembelahan sel. Lebih lagi, protein BCR-ABL menghambat perbaikan DNA, mengakibatkan ketidakstabilan pada sistem gen dan membuat sel lebih rawan mengalami abnormalitas genetik lain. Aktivitas dari protein BCR-ABL merupakan penyebab patofisologis dari LGK. Dengan berkembangnya pemahaman terhadap sifat-sifat dari protein BCR-ABL dan aktivitasnya sebagai tirosin kinase, terapi spesifik telah dikembangkan, yaitu dengan menghambat aktivitas protein BCR-ABL.Klasifikasi : LGK dapat dibagi atas 3 fase berdasarkan karakteristik klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium. Dengan tidak adanya intervensi, LGK berawal dari fase kronik, dan beberapa tahun kemudian berkembang menjadi fase terakselerasi (accelerated) dan akhirnya terjadi krisis blast (blast crisis). Krisis blast merupakan fase terminal dari LGK dan secara klinis mirip dengan leukemia akut. Beberapa pasien telah berada pada fase terakselerasi atau krisis blast saat didiagnosis. Fase Kronik : Sekitar 85% pasien penderita LGK berada pada fase kronik saat didiagnosis. Selama fase ini, pasien seringkali asimptomatik atau hanya menderita gejala-gejala lemah yang ringan, dan rasa tidak nyaman pada abdomen. Durasi dari fase kronik bervariasi dan bergantung pada seberapa cepat penyakit didiagnosis dan seberapa efektif terapi yang diberikan. Fase Terakselerasi : Kriteria diagnosis perkembangan dari fase kronik ke fase terakselerasi yang paling umum digunakan adalah kriteria dari M.D. Anderson Cancer Center dan kriteria WHO. Menurut kriteria WHO, fase terakselerasi telah terjadi bila: 10-19% myeloblast pada darah atau sum-sum tulang >20% basofil pada darah atau sum-sum tulang Jumlah trombosit < 100.000, tidak berhubungan dengan terapi Jumlah trombosit > 1.000.000, tidak merespon pada terapi Perubahan sitogenetik dengan abnormalitas baru selain kromosom Philadelphia Pertambahan splenomegali atau jumlah leukosit, tidak merespon pada terapiPasien dikatakan berada dalam fase terakselerasi jika terdapat salah satu keadaan diatas. Krisis Blast : Krisis blast merupakan fase akhir dari LGK, dan terlihat seperti leukemia akut dengan perkembangan sangat cepat. Krisis blast didiagnosis jika terdapat salah satu tanda berikut pada pasien LGK: > 20% myeloblast atau limfoblast pada darah atau sum-sum tulang Persebaran luas sel-sel blast pada biopsi sum-sum tulang Terjadi perkembangan kloroma (inti padat dari leukemia diluar sum-sum tulang). 1,3,4,5,6

1.3 bagan patogenesis LGK/LMK

Manifestasi KlinikDalam perjalanan penyakitnya, LGK dibagi menjadi 3 fase, yakni fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada umumnya saat pertama diagnosis ditegakkan, pasien masih dalam fase kronis. Bahkan sering kali diagnose LGK ditemukan secara kebetulan, misalnya persiapan para operasi dimana ditemukan leukositosis yang hebat tanpa gejala-gejala infeksi. Pada fase kronik, pasien sering mengeluh pembesaran limfa, atau sering merasa cepat kenyang akibat desakan limfa terhadap lambung. Kadang sering timbul nyeri perut kanan atas seperti diremas. Keluhan lain sering tidak spesifik , misalnya rasa cepat lelah, lemah badan, demam yang tidak terlalu tinggi, keringat malam. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Semua keluhan tersebut merupakan gambaran hipermetabolisme akibat proliferasi sel-sel leukemia.Setelah 2-3 tahun, beberapa pasien penyakitnya menjadi progresif atau mengalami akselerasi . bila saat diagnosa ditegakkan pasien berada dalam fase kronik maka kelangsungan hidup berkisar 1-1,5 tahun. Cirri khas fase akselerasi adalah leukositosis yang sulit dikontrol dengan obat-obat mielosupresif, mieloblast di perifer mencapai 15-30 %, promielosit > 30 % dan trombosit < 100.000/mm. secara klinik dapat diduga bila limfa yang tadinya mengecil dengan terapi kembali membesar, keluhan anemia bertambah berat, timbul ptekie, ekimosis, bila disertai demam biasanya ada infeksi. Leukemia mielositik kronik atu leukemia granulositik kronik memilik gejala-gejala klinis yaitu: Penurunan berat badan, lemah, anoreksia, dan keringat malam. Splenomegali hampir selalu ada dan sering besar disertai sering kurang enak badan, nyeri,rasa penuh di perut atau gangguan pencernaan. Gambaran anemia, termasuk pucat dan lemas. Kadang-kadang ada memar dan pendarahan dari tempat lain. Sering didapatkan nyeri tekan pada tulang dada dan hepatomegali Gangguan penglihatan 1,4,7

Table 85.4 Symptoms and Signs of Chronic-Phase CML at Presentation

Percent of Patients

Symptoms

Fatigue83

Weight loss61

Abdominal fullness and anorexia38

Easy bruising or bleeding35

Abdominal pain33

Fever11

Signs

Splenomegaly95

Sternal tenderness78

Lymphadenopathy64

Hepatomegaly48

Purpura27

Retinal hemorrhage21

1.4 Gejala dan tanda-tanda LGK/LMK

PenatalaksanaanTujuan terapi LGK adalah mencapai remisi lengkap, baik remisi hematologi,remisi sitogenetik,maupun remisi biomolekuler.untuk mencapai remisi hematologis digunakan obat-obat yang bersifat mielosupresif. Begitu mencapai remisi hematologis dilanjutkan dengan terapi interferon dan atau cangkok sumsum tulang Hydroxyurea (hydrea) : Merupakan terapi terpilih untuk induksi remisi hematologic pada LGK. Lebih efektif Efek mielosupresif masih berlangsung beberapa hari sampai 1 minggu setelah pengobatan dihentikan.tidak seperti busulfan yang dapat menyebabkan anemia aplastik dan fibrosis paru. Dosis 30 mg/kgBB/hari diberikan sebagai dosis tunggal atau dibagi 2-3 dosis. Apabila leukosit > 300.000/mm,dosis boleh ditinggikan sampai 2,5 mg/hari Penggunaan dihentikan bila leukosit < 8.000/mm atau trombosit < 100.000/mm Interaksi obat terjadi bila diberikan bersamaan dengan 5-FU, menyebabkan neurotoksisitas. Selama penmakaian harus dipantau Hb, leukosit, trombosit, fungsi ginjal,fungsi hati. Busulfan (Myleran) Golongan alkil sangat kuat Dosis 4-8mg/hari dapat dinaikan sampai 12mg/hari hentikan njika leukosit 10-20.000/mm,dimulai kembali setelah leukosit > 50.000/mm Tidak boleh diberikan pada wanita hamil Interaksi obat : asetaminofen, siklofosfamid dan itrakonazol akan meningkatkan efek busulfan,sedangkan fenitoin menurunkan efeknya Bila leukosit sangat tinggi, sebaiknya disertai dengan allopurinol dan hidrasi yang baik Dapat menyebabkan fibrosis paru dan supresi sumsum tulang yang berkepanjangan.

Imatinib Mesylate diabsorbsi secara baik oleh mko0sa lambungpada pemberian peroral untuk fase kronik dosis 400mg/hari setelah makan,dapat ditingkatkan sampai 600mg/hari bila tidak mencapai respon hematologic setelah pemberian selama 3 bulan atau memberikan respon baik tetapi setelah itu terjadi perburukan secara hematologic dosis harus diturunkan jika terjadi netropenia berat ( < 500/mm) atau trombositopenia berat ( < 50.000/mm)atau peningkatan SGOT/SGPT dan bilirubin untuk fase krisis blas dapat diberikan langsung 800mg/hari dapat terjadi hipersensitivitas tidak boleh pada wanita hamil ketokonazol,simvastatin dan fenintoin akan meningkatkan efek imatinib mesilat dapat juga menghasilkan remisi sitogenetik. Interferon Alfa -2a Atau Interferon Alfa-2b tidak dapat menghasilkan remisi biologic walaupun dapat mencapai remisi sitogenetik dosis 5 juta IU/m/hari subkutan sampai mencapai remisi sitogenetik, biasanya setelah 12 bulan terapi diperlukan premedikasi dengan analgetik dan anti piretiksebelum pemberian interferon untuk mencegak efefk samping interferon berupa flu like sindrom teofilin,simetidin,vinblastin dan zidofudin dapat meningkatkan efek toksik interferon hati hati pemberian pada usia lanjut,gangguan faal hati dan ginjal yang berat, pasien epilepsy Kemoterapi pada penderita LGK/LMKa. Fase Kronik : Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang.

b. Fase Akselerasi: Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah

Radioterapi : Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat. Transplantasi Sumsum Tulang : dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Indikasi cangkok sumsum tulang : Usia tidak lebih dari 60 tahun Ada donor yang cocok Termasuk golongan resiko rendah menurut perhitungan sokal Terapi Suportif : berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi LMK dengan Pansitopenia : Pengobatan yang diberikan adalah infus NaCl 0,9 % 20 tetes/menit, Cefotaxim 1 gr tiga kali sehari IV, ranitidin 1 ampul 2 kali sehari dan parasetamol 500 mg tiga kali sehari bila panas. Pada pasien ini diintruksikan untuk diberikan transfusi whole blood satu kantung per hari sama dengan 10 gr % dan selama perawatan pasien hanya ditransfusi sebanyak dua kali. 1,4,5,6

Komplikasi1. Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah, maka anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari kedaan anemia tersebut. Proses terapi LGK juga dapat meyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.2. Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia) pada keadaan LGK dapat mengganggu proses hemostasis. Keadaan ini dapat menyebabkan pasien mengalami epistaksis, pendarahan dari gusi, ptechiae, dan hematom.3. Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada LGK dapat timbul dari tulang atau sendi. Keadaan ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan leukosit abnormal yang berkembang pesat.4. Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.5. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien dengan kasus LGK memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak dikendalikan, kadar trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis) dapat menyebabkan clot yang abnormal dan mengakibatkan stroke.6. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.7. Kematian. 7

PrognosisDubia ad malam. 1,4Sekitar 20-30% penderita meninggal dalam waktu 2 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis dan setelah itu sekitar 25% meninggal setiap tahunnya.Banyak penderita yang bertahan hidup selama 4 tahun atau lebih setelah penyakitnya terdiagnosis, tetapi pada akhirnya meninggal pada fase akselerasi atau krisis blast.Angka harapan hidup rata-rata setelah krisis blast hanya 2 bulan, tetapi kemoterapi kadang bisa memperpanjang harapan hidup sampai 8-12 bulan.

Kesimpulan Leukemia Mielositik Kronik (LMK) atau sering juga disebut Leukemia granulositik Kronik (LGK) termasuk salah satu jenis kanker darah yang sulit disembuhkan. Dari sisi perjalanan penyakit LGK ini tidak seganas leukemia akut yang angka kelangsungan hidupnya cuma 3 bulan. Pada LGK, penyakit berjalan lambat dan angka survival-nya relatif lebih panjang. Tetapi penanganan pada LGK tidak mudah hingga seringkali satu-satunya cara adalah dengan transplantasi sum-sum tulang belakang.

Daftar Pustaka1. Faderl S, Talpaz M, Estrov Z, Kantarjian HM (1999). Chronic myelogenous leukemia: biology and therapy. Annals of Internal Medicine.2. Tefferi A (2006). Classification, diagnosis and management of myeloproliferative disorders in the JAK2V617F era. Hematology Am Soc Hematol Educ Program.3. Hehlmann R, Hochhaus A, Baccarani M; European LeukemiaNet (2007). Chronic myeloid leukaemia4. Fadjari H. leukemia granulositik kronis. Sudoya A-W,setiyohadi B, alwi I, et al. buku ajar Ilmu Penyakit Dalam . jilid II.edisi IV,Jakarta . departemen ilmu penyakit dalam FKUI ; 2006 ; 698-701.5. Baldy C-M.gangguan sel darah putih dan sel plasma.price S-A,Wilson L-M.patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Vol 1.edisi 6.jakarta. EGC ; 2006 ; 277-279.6. Dinas kesehatan provinsi daerah istimewa Yogyakarta.Leukemia. Available from www.medicastore.com di unduh 20 Apr. 137. Simon, Sumanto, dr. Sp.PK. Neoplasma Sistem Hematopoietik: serba-serbi Leukemia.available from www.tanyadokteranda.com di unduh 20 Apr. 138. Leukemia granulositik kronik.hematologi.ilmu penyakit dalam. Mansjoer A, Triyanti K, savitri R, et al.kapita selekta kedokteran.jilid 1. Edisi 3. Jakarta; FKUI; 2001 ;560-561.

10