Lapsus Interna
-
Upload
vhera-moksin -
Category
Documents
-
view
19 -
download
0
description
Transcript of Lapsus Interna
BAB I
PEYAJIAN KASUS
1.1. IDETITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 74 th
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pekerjaan : IRT
Alamat : Sambiroto kec. Sooko
Status perkawinan : Kawin
Tanggal MRS : 09 Mei 2015
Tanggal Pemeriksaan : 11 Mei 2015
No. RM : 1504066039
1.2. ANAMNESIS
1.2.1. Keluhan Utama
Muntah darah
1.2.2. Riwayat Kronologis Penyakit
Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) pasien mengeluh muntah darah.
Muntah darah berwarna hitam seperti kopi, dengan jumlah kurang lebih 1/2 gelas aqua.
Sehari sebelumnya pasien mengkonsumsi jamu untuk meredakan pegel linu yang diminum
sebelum tidur. Sekitar pagi hari sebelum masuk rumah sakit, pasien merasa mual-mual terus
menerus yang disertai rasa nyeri pada daerah ulu hati, nyerinya terasa pedih. Kemudian
muntah beberapa kali sebelum akhirnya memuntahkan darah. Malamnya setelah masuk
rumah sakit, pasien mengeluhkan BAB berwarna seperti petis 1 kali, lendir (-), dengan
konsistensi encer, tidak disertai rasa nyeri, jumlahnya sedikit. pasien baru pertama kali
mengalami keluhan seperti ini. Sejak usia 40-an tahun, pasien sering mengkonsumsi jamu
dan obat-obatan untuk menghilangkan pegel linu, dan masih dikonsumsi hingga sebelum
pasien masuk rumah sakit.
1.2.3. Riwayat Penyakit Penyerta
Sejak 2 bulan terakhir, pasien mengaku sering merasa nyeri pada ulu hati, nyerinya
terasa pedih dan hilang timbul, nyeri mereda dengan makanan. Cepat merasa kenyang dan
terkadang perut terasa kembung. Tidak ditemukan demam, pusing, dan sesak. Makan dan
minum (+) dbn, BAK (+) dbn.
1.2.4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Gastritis (+)
Riwayat hepatitis (-)
riwayat mengkonsumsi alkohol (-)
riwayat asma (-)
riwayat hipertensi (-)
riwayat kencing manis disangkal.
1.2.5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada di keluarga yang mengalami keluhan yang serupa.
1.2.6. Riwayat Pengobatan
Riwayat jamu-jamuan
Riwayat penggunaan obat-obat pegel linu (Asam mefenamat)
1.3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign :
o Tekanan Darah : 120/80 mmHg
o Nadi : 92 x/menit
o RR : 19 x/menit
o Temperatur : 36,3 oC
Status Generalis
- Kepala – Leher
o Kepala : bentuk simetris
o Mata : konjungtiva Anemis (-), sclera ikterus (-), cianosis (-),
dyspnue (-)
o Leher : pemberan KGB (-), peningkatan JVP (-)
- Thorax
o Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak di ICS 5 MCL sinistra
Palpasi : iktus kordis tidak teraba di ICS 5 MCL sinistra
Perkusi : batas jantung kesan normal
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
o Paru
Inspeksi : bentuk dan gerakan dada simetris, retraksi (-), spider
nevi (-)
Palpasi : fremitus raba dan fremitus vocal simetris +/+
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : suara nafas vesikuler +/+, ronchi (-), wheezing (-)
- Abdomen
o Inspeksi : tampak datar, asites (-), caput medusa (-), distensi (-)
o Auskultasi : bising usus (+) 8x/menit
o Palpasi : defans muskuler (-), nyeri tekan (+) regio epigastrium,
shifting dullnes (-), hepar dan lien tidak teraba
o Perkusi : timpani, meteorismus (-)
- Extremitas
o Akral hangat : + +
+ +
o Edema : + +
+ +
o Eritema palmaris : (-)
o Anemis : + +
- -
1.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN
(Hematologi)
09 MEI 2015
Leukosit 8.6
Haemoglobin 7,6
Hematokrit 22,8
Trombosit 190
MCHC 33,4
MCH 24,8
MCV 74,3
MPV 8,6
RDW 21,2
GDA 191
1.5. RESUME
Seorang wanita umur 74 tahun datang dengan keluahan muntah darah sejak 2 hari, berwarna
hitam seperti kopi, dengan jumlah kurang lebih 1/2 gelas aqua. pagi hari sebelum MRS
pasien merasa mual-mual terus menerus disertai rasa nyeri pada daerah ulu hati, nyerinya
terasa pedih. Malamnya setelah masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan BAB berwarna
seperti petis 1 kali, lendir (-), dengan konsistensi encer, tidak disertai rasa nyeri, jumlahnya
sedikit. pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Sejak usia 40-an tahun,
pasien mempunyai riwayat sering mengkonsumsi jamu dan obat-obatan untuk
menghilangkan pegel linu. Pasien juga mempunyai riwayat sakit maag.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital ; tekanan darah : 120/80 mmHg,
nadi : 92x/menit, suhu : 36,3 oC, RR : 19x/menit. Pada pemeriksaan kepala ditemukan
konjungtiva tampak anemis, pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri tekan pada regio
epigastrium.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan; hemoglobin : 7.6 g/dl, leukosit : 8.6,
hematokrit : 22.8, trombosit : 190, GDA : 191 mg/dl
1.6. DIAGNOSA KERJA
Hematemesis Melena et causa Susp. Gastritis Erosif
Dasar yang mendukung :
Anamnesis :
Muntah darah sejak 2 hari disertai mual, BAB warna seperti petis 1x setelah MRS,
nyeri ulu hati hilang timbul. Riwayat minum jamu dan obat-obat pegel linu.
Riwayat gastritis.
Pemeriksaan Fisik :
Conjungtiva anemis, pada abdomen terdapat nyeri tekan regio epigastrium.
Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : 7,6 gr/dl
1.7. DIAGNOSA BANDING
Hematemesis Melena et causa Tukak Peptikum
Hematemesis Melena et causa Varises Esofagus
1.8. ANJURAN PEMERIKSAAN
Fungsi hati ( SGOT, SGPT, Albumin )
Billirubin direct
PT, APTT
Endoskopi
USG Abdomen
1.9. TERAPI
Non farmakologi
o Tirah baring
o Diet lambung
Farmakologi :
o Inf. PZ 20 tpm
o Lansoprazole 2 x 30 mg bolus iv
o Ranitidin 2 x 150 mg bolus iv
o Antasida 3 x 1 sdt
o Vitamin K 3x1amp
o Transamin 3x1amp
o Tranf. WB 1 kolf/hri s.d Hb 10
1.10. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia at bonam
Ad funcionam : dubia at bonam
Ad sanationam : bonam
FOLLOW UP PASIEN
BANGSAL 10 mei 2015 11 mei 2015 12 mei 2015 13 mei 2015 14 mei 2015
SUBJEKTIF Lemah, pusing mbliur,
BAB hitam 1x, mual,
nyeri ulu hati, muntah
darah(-)
Lemah, mual, BAB
hitam 2x, nyeri ulu
hati, mual, muntah
darah (-)
Pusing cekot2,
BAB hitam(+)
1x, mual,
muntah darah
(-), nyeri ulu
hati (+)
BAB hitam (-),
kadang2 mual,
Muntah darah
(-), nyeri ulu
hati berkurang
BAB hitam (-),
mual(-), muntah
darah (-), nyeri ulu
hati (-)
OBJEKTIF Lemah, CM Lemah, CM Cukup, CM Cukup, CM Cukup, CM
PEM. FISIK TD : 120/80, N:
92x/m, T: 36,3 o C, RR
: 19x/m, Kepala :
anemis (+), abdomen :
nyeri tekan epigastrik,
Eks : akral hangat,
anemis
Kepala : anemis
(+), abdomen :
nyeri epigastrik,
Eks : akral hangat,
anemis
Kepala : anemis
(-),
abdomen : nyeri
uluhati (+), eks :
akral hangat,
anemis (-)
Abdomen :
nyeri ulu hati (-)
Abdomen : nyeri
ulu hati (-)
PEM. LAB Lab tgl 09/052015
Wbc : 8,6
Hb : 7,6
HCT : 22,8%
PLT : 190
GDA : 191
- Lab tgl 12/05/15
Wbc : 8.4
Hb : 9.2
Plt : 188
Creat : 1.34
Direct bill : 0,13
SGOT : 14
SGPT : 12
- Lab tgl 14/05/2015
Hb : 10.1
ASSESMENT Hematemesis melena
e.c susp Gastritis
Erosifa
Hematemesis
melena e.c susp
Gastritis erosifa
Hematemesis
melena e.c Susp
Gastritis erosifa
Hematemesis
melena e.c susp
Gastritis Erosifa
PLANNING a. Non farmako
- tirah baring
- diet
b. Farmakologi
- inf. PZ 20 tpm
- Lansoprazole 2 x 30 mg bolus iv- Ranitidine 2 x 150 mg bolus iv- Antasida 3 x 1 sdt- Vitamin K 3x1amp
- transamin 3x1amp
- tranf. WB 1
kolf/hri s.d Hb 10
c. Lab tambahan
- cek UL
- DL ulang
- SGOT/SGPT
- terapi lanjut - terapi lanjut - - edukasi
Makan
teratur
Stop jamu
dan obat
pegel linu
Hindari
faktor
pemicu
stres.
Minum obat
teratur dan
kontrol ke
poli
- KRS
BAB II
PEMBAHASAN
Dari Anamnesis diperoleh data bahwa 2 hari SMRS pasien mengeluh muntah darah.
Muntah darah berwarna hitam 2 kali seperti kopi, dengan jumlah kurang lebih 1/2 gelas aqua.
Sehari sebelumnya pasien mengkonsumsi jamu untuk meredakan pegel linu sebelum tidur.
Sekitar pagi hari sebelum masuk rumah sakit, pasien merasa mual-mual terus menerus dan
nyeri pada daerah uluhati, nyeri terasa pedih dan kemudian muntah beberapa kali sebelum
akhirnya memuntahkan darah. Malamnya setelah masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan
BAB warna seperti petis 1 kali. pasien baru pertama kali mengalami keluhan BAB warna
seperti petis dan muntah darah seperti ini.
Sejak 2 bulan terakhir, pasien mengaku sering merasa nyeri pada ulu hati, terasa
pedih, nyerinya hilang timbul dan mereda dengan makanan. Cepat merasa kenyang dan
terkadang perut terasa kembung. Sejak usia kurang lebih 40-an tahun, pasien sering
mengkonsumsi jamu dan obat-obatan pegel linu, dan masih dikonsumsi hingga sekarang.
Dari Pemeriksaan Fisik ditemukan adanya nyeri tekan pada epigastrium, dan
konjungtiva pucat. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosa
sementara yaitu Hematemesis Melena et causa Susp. Gastritis Erosif. Terdapat tanda-tanda
fisis pada pasien yang mengarahkan diagnosa pada Hematemesis Melena e.c Gastritis Erosif
yaitu muntah darah yang berwarna hitam pekat seperti kopi, BAB yang berwarna hitam, mual
dan muntah, nyeri tekan epigastrium , pernah mengalami riwayat gastritis sebelumnya, serta
terdapat riwayat pemakaian obat-obatan dan jamu untuk mengurangi pegel-pegel dalam
jangka waktu yang lama.
Muntah darah yang berwarna hitam seperti kopi diakibatkan oleh perdarahan yang
berasal dari saluran cerna bagian atas yaitu lambung, yang telah tercampur dengan asam
lambung. Warna darah terganung pada jumlah asam lambung yang ada dan lamanya kontak
dengan darah. Darah dapat berwarna merah segar bila tidak tercampur dengan asam lambung
atau merah gelap, coklat, ataupun hitam bila telah bercampur dengan asam lambung atau
enzim pencernaan sehingga hemoglobin mengalami proses oksidasi menjadi hematin. BAB
yang berwarna hitam seperti petis juga diakibatkan oleh tercampurnya darah dengan asam
lambung. BAB hitam (melena) baru dijumpai apabila terjadi paling sedikit perdarahan
sebanyak 50-100 mL. Perdarahan saluran cerna bagian atas juga dapat bermanifestasi sebagai
hematokesia bila perdarahan banyak dan aktif serta waktu transit saluran cerna yang cepat.
Berdasarkan anamnesis juga, diperoleh data bahwa pasien merasa nyeri di daerah ulu
hati. nyeri ini sudah dirasakan sejak beberapa bulan terakhir dan hilang timbul. nyeri
dirasakan seperti menusuk-nusuk dan perih. nyeri hilang bila pasien makan. Kadang-kadang
pasien merasa mual. Cepat merasa kenyang dan terkadang terasa kembung. Berdasarkan
keterangan ini disimpulkan bahwa pasien pernah menderita gastritis. Gastritis adalah
inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yang ditemukan berupa dispepsia yang
dikeluhkan pasien ini. Gastritis terjadi karena terjadi gangguan keseimbangan faktor agresif
dan defensif. Gastritis akut dapat disebabkan oleh NSAIDs, alkohol, gangguan mikrosirkulasi
mukosa lambung maupun stress sedangkan Gastritis kronik disebabkan oleh Helicobacter
pylori.
Kemungkinan terjadi gastritis Akut pada pasien ini karena terdapat riwayat pemakaian
obat-obat maupun jamu pereda pegel linu. Umumnya obat-obatan tersebut mengandung
bahan-bahan yang dapat mengakibatkan perangsangan asam lambung yang berlebihan
ataupun menghambat serta mengganggu dari fungsi perlindungan mukosa lambung terhadap
asam lambung sehingga dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan lambung. Kandungan
obat-obatan tersebut diantaranya yang terbanyak adalah NSAIDs (Asam mefenamat) dan
berbagai jenis steroid (prednisone, deksametason dll).
Efek samping NSAIDs pada saluran cerna tidak terbatas pada lambung. Efek
samping pada lambung memang yang paling sering terjadi. NSAIDs merusak mukosa
lambung malalui 2 mekanisme yakni : tropikal dan sistemik. Kerusakan mukosa secara
tropikal terjadi karena NSAIDs bersifat asam dan lipofilik, sehingga mempermudah trapping
ion hydrogen masuk mukosa dan menimbulkan kerusakan. Efek sistemik NSAIDs tampaknya
lebih penting yaitu kerusakan mukosa terjadi akibat produksi prostaglandin menurun,
NSAIDs secara bermakna menekan prostaglandin. Seperti diketahui prostaglandin
merupakan substansi sitiprotektif yang amat penting bagi mukosa lambung. Efek sitiproteksi
itu dilakukan dengan cara menjaga aliran darah mukosa, meningkatkan sekresi mukus, dan
ion bikarbonat dan meningkatkan epithelial defense. Aliran darah mukosa yang menurun
menimbulkan adhesi neutrofil pada endotel pembuluh darah mukosa dan memacu lebih jauh
proses imunologis. Radikal bebas dan protease yang dilepaskan akibat proses imunologis
tersebut akan merusak mukosa lambung.
Berdasarkan penelitian, terbukti sebagai faktor resiko untuk mendapatkan efek
samping semakin besar dari penggunaan NSAIDs adalah digunakan secara bersama-sama
dengan steroid, usia lanjut > 60 tahun, dan masih mengkonsumsi obat-obatan tersebut
walaupun telah menderita penyakit gastritis sebelumnya tanpa diberikan obat-obatan
pelindung untuk mukosa lambung.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa pasien mengalami
Hematemesis Melena e.c Susp. Gastritis Akut Erosif. Namun untuk menegakkan diagnosis
secara pasti harus dilakukan pemeriksaan dengan endoskopi. Secara endoskopi akan dijumpai
kongesti mukosa, eresi-erosi kecil, dan kadang-kadang disertai dengan perdarahan kecil-
kecil.
Menentukan status hemodinamik pada saat pasien datang sangatlah penting karena hal
ini akan mempengaruhi prognosis. Di samping itu, tanda-tanda gangguan sirkulasi perifer
juga harus diwaspadai. Pada saat pemeriksaan, tidak didapatkan tanda-tanda hipovolemik
sampai syok, yaitu tekanan darah masih dalam batas normal, nadi dan napas juga dalam batas
normal serta akral tidak dingin. Hanya ditemukan konjungtiva pucat yang menandakan terjadi
anemia, dan hal ini dibuktikan dengan pemeriksaan Hb yang hanya 7,6 gr/dl. Hal ini
kemungkinan dikarenakan jumlah darah yang hilang tidak teralu banyak .
Diagnosis Banding pasien ini adalah Hematemesis Melena e.c Susp. Tukak Peptikum
dan Hematemesis Melena e.c Susp. Varises Esofagus. Berdasarkan penelitian bahwa
penyebab terbanyak dari hematemesis melena adalah diakibatkan oleh pecahnya varises
esofagus, gastritis erosif dan tukak peptikum. Gejala-gejala yang timbul hampir sama.
Pada Hematemesis Melena yang diakibatkan oleh Varises Esofagus terdapat riwayat
penyakit atau kelainan hati sebelumnya, dan umumnya darah yang dimuntahkan berwarna
merah segar karena berasal dari pembuluh darah esofagus yang pecah walaupun terdapat juga
warna muntahan darah berwarna hitam karena ada darah yang mengalir ke lambung dan
bercampur dengan asam lambung. Untuk ,mengetahui apakah terdapat kelainan pada hati
dapat dilakukan pemeriksaan fungsi hati seperti SGPT, SGOT dan apabila diperlukan dapat
dilakukan USG hati.
Hematemesis Melena yang dikibatkan oleh Tukak Peptikum, untuk membedakannya
dengan gastritis erosif dapat dilakukan pemeriksaan dengan endoskopi. Pada gastritis erosif
dapat dijumpai kongesti mukosa, eresi-erosi kecil, dan kadang-kadang disertai dengan
perdarahan kecil-kecil. Sedangkan pada tukak peptik dapat dijumpai erosi yang lebih luas dan
dalam atau luka terbuka. Nyeri pada tukak duedonum umumnya tidak terlokalisasi, rasa sakit
timbul waktu merasa lapar, biasanya terjadi setelah 90-3 jam post prandial dan nyeri dapat
berkurang sementara sesudah makan, minum susu atau minum antasida. Nyeri spesifik timbul
dini hari, antara tengah malam dan jam 3 dini hari yang dapat membangunkan pasien, dan
rasa sakit terletak pada daerah sebelah kanan garis tengah perut. Sedangkan rasa sakit pada
tukak lambung timbul setelah makan., dan terjadi pada daerah sebelah kiri dari garis tengah
perut.
Pemeriksaan Penunjang yang diusulkan adalah Darah lengkap, hemostasis (waktu
perdarahan, pembekuan, protrombin), elektrolit (Na, K, Cl), Fungsi hati (SGPT/SGOT,
albumin, globulin), endoskopi dan USG hati. Pemeriksaan darah berguna untuk menilai
keadaan sekaligus sebagai panduan untuk terapi. Sebagai contohnya kadar Hb dapat
digunakan untuk panduan kapan harus dilakukan tranfusi darah. Karena pasien mengalami
kehilangan darah baik melalui muntah ataupun feses, atau perdarahan di dalam lambung
maka pada pemeriksaan Hb yang diharapkan adalah terjadinya penurunan kadar Hb.
Elektrolit juga diperiksa karena ketika pasien muntah akan terjadi juga defisit elektrolit yang
hilang bersama muntahan tersebut. Defisit elektrolit ini juga harus dikoreksi. Pemeriksaan
fungsi hati diperlukan, untuk menilai apakah telah terjadi kelainan pada hati dan sebagai
pertimbangan dalam pemberian terapi khususnya pada obat-obatan yang di metabolisme di
hati. Endoskopi dilakukan untuk mengetahui asal tempat terjadinya sumber perdarahan,
penyebab perdarahan, aktivitas perdarahan dan sebagai diagnostik pasti. USG hati dilakukan
apabila ada indikasi untuk melihat gambaran keadaan hati.
Terapi kausal yang diberikan pada pasien ini adalah golongan obat penghambat
pompa proton seperti Lansoprazole. Mekanisme kerja PPI adalah memblokir enzim
K+H+ATP ase yang akan memecah K+H+ATP menghasilkan energi yang akan digunakan
untu mengeluarkan enzim HCL dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung.
Selanjutnya diberikan obat-obatan golongan antihistamin H2 seperti Ranitidine, obat ini
bekerja dengan cara memblokir efek histamin pada sel parietal sehingga sel parietal tidak
dapat dirangsang untuk mengeluarkan asam lambung. Efek ini bersifat reversibel. Selain itu
diberikan juga obat-obatan pelindung mukosa lambung seperti sucralfate yang mekanisme
kerjanya melalui pelepasan kutub alumunium hidroksida yang berikatan dengan kutub positif
molekul protein membentuk lapisan fisiokokemikal pada daerah erosi, yang melindunginya
dari pengaruh agresif asam lambung. Atau dapat diberikan obat-obatan analog prostaglandin
seperti misoprostol yang dapat mengurangi sekresi asam lambung, menambah sekresi mukus,
bikarbonat dan meningkatkan aliran darah mukosa serta pertahanan dan perbaikan mukosa
lambung. Selain itu diberikan juga obat-obatan antasida yang mempunyai kemampuan untuk
menetralkan asam lambung atau mengikatnya, seperti Magnesium hidroksida atau
Alumunium hidroksida. Pemberian vitamin K pada kasus-kasus perdarahan saluran cerna
bagian atas diperbolahkan, dengan peetimbangan pemberian tersebut tidak merugikan dan
relatif murah. Vitamin K bermanfaat dalam proses pembekuan darah dan dapat
mengembalikan masa protrombin menjadi normal. Faktor pembekuan darah yang bergantung
pada vitamin K adalah faktor II, VII, IX, dan X. Apabila terjadi defisiensi vitamin K maka
proses pembekuan akan berlangsung lama dan perdarahan dapat terjadi terus-menerus.
Pemberian obat-obatan antasida dan antagonis reseptor H2 tidak boleh diberikan pada waktu
yang bersamaan, karena obat-obatan antasida dapat menghambat absorbsi dari obat-obatan
lain. Pemberian dapat dilakukan dengan tenggang waktu 1-2 jam. Sebagai contoh pemberian
antasida dilakukan 1 jam sebelum makan dan obat-obatan antihistamin H2 diberikan 1 jam
setelah makan. Untuk obat-obatan antagonis H2 dan cytoprotective agent pemberiannya
boleh dilakukan secara bersama-sama. Apabila kita menggunakan sucralfate, maka
pemberiannya juga jangan diberikan bersamaan dengan antasida, karena sucralfate
membutuhkan PH asam untuk aktivasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sastroamoro, S dkk., 2007., Panduan Pelayanan Medis Departemen Penyakit Dalam RSUP
Nasional dr. Cipto Mangunkusumo., Jakarta.
2. Mansjoer, A dkk., 2001., Hematemesis Melena dalam Kapita Selekta Kedokteran Edisi
ketiga Jilid I., Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Media Aesculapius hal.634-636
3. Adi, P., 2006., Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV., Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia., Jakarta., hal.289-292
4. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia., 2008., ISO Farmakoterapi., PT.ISFI : Jakarta.
5. Mubin, AH., 2006., Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Edisi 2 : Diagnosis dan Terapi,
EGC : Jakarta
6. Mycek, MJ., Harvey, RA., Champe, PC., 2001., Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2.,
Widya Medika : Jakarta