Lapsus Hipertensi

20
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM LAPORAN KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2013 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR HIPERTENSI Disusun Oleh : Elim Jusri, S.Ked 10542 0073 09 PEMBIMBING/SUPERVISOR: dr. Zakaria Mustari, Sp. PD 1

description

INTERNA

Transcript of Lapsus Hipertensi

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM LAPORAN KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2013UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR HIPERTENSI

Disusun Oleh :

Elim Jusri, S.Ked10542 0073 09

PEMBIMBING/SUPERVISOR:dr. Zakaria Mustari, Sp. PD

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2013

DAFTAR ISI

LAPORAN KASUS A. Identitas Penderita 1B. Anamnesis 1C. Status Presens 1D. Pemeriksaan Fisis 2E. Hasil Follow Up 4F. Resume 5G. Diskusi 6H. Kesimpulan 10DAFTAR PUSTAKA 112

LAPORAN KASUSA. Identitas PenderitaNama : Ny. SUmur : 62 TahunJenis Kelamin : PerempuanTanggal Pemeriksaan: 25 Oktober 2013Ruangan : Perawatan VII Kamar III CDokter Penanggung Jawab : dr. Zakaria Mustari, Sp. PDKo-Assisten : Elim Jusri, S.KedB. Anamnesis Tipe Anamnesis : AutoanamnesisKeluhan Utama : Sakit KepalaAnamnesis Terpimpin : Dialami 1 minggu SMRS. Nyeri kepala (+). Nyeri hilang timbul. Pusing berputar (-), mual (+), muntah (-)Sesak (-), riwayat sesak (-), nyeri dada (-), pasien tampak lemah. Pasien juga mengeluh nyeri pada epigastrium.Riwayat Penyakit Sebelumnya : Riwayat DM (-) Riwayat penyakit hipertensi (+) selama 1 tahun ini. Riwayat maag akut (+)C. Status PresentSakit sedang /Obesitas /ComposmentisBerat badan : tidak diukurTinggi badan : tidak diukurIMT : tidak diukurTanda vital Tekanan darah: 180/90 mmHgNadi : 80x/menitPernafasan : 24x/menitSuhu : 36,50 CD. Pemeriksaan FisisKepala Leher

Anemis : (-) Ikterus : (-) Sianosis : (-) Lidah : dalam batas normal DVS : dalam batas normal (DVS R-4)Pembesaran kelenjar : (-)Pembesaran kelenjar thyroid : (-)Deviasi trachea : (-)

Thorax Jantung

Inspeksi : Simetris kanan dan kiriPalpasi : Vocal fremitus kanan dan kiri melemah Massa (-) Nyeri tekan (-)Perkusi : Batas paru-hepar kanan setinggi sela iga V atau VI Batas paru-belakang kanan paru setinggi vertebra thorakal XI atau X, kadang batas kanan lebih tinggi 1 jari dibandingkan kiriAuskultasi : Bunyi pernafasan vesikuler Bunyi pernafasan tambahan ronkhi(-/-), wheezing (-/-)

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak Palpasi : Ictus cordis tidak terabaPerkusi : Batas jantung kanan linea sternalis kanan Batas jantung kiri linea sternalis kiri pekak, batas jantung kesan normal.Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler Murmur (-)

AbdomenEkstremitas

Inspeksi : Perut datar, mengikuti gerakan pernafasan Acites (-) Massa tumor (-)Palpasi : Hati dan lien tidak terabaPerkusi : Timpani Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal

Edema : kanan (-), kiri (-) Effloresensi : kanan normal, kiri normal Tanda perdarahan :kanan (-), kiri (-)

Pemeriksaan Lainnya

Pemeriksaan lab : Darah Rutin WBC: 2100/l RBC: 3.330.000/ l HGB: 11,0 g/dl HCT: 34.6 % PLT: 152.000/ l

Kimia Darah GDS : 88 Mg/dl Ureum : 12 mg/dl Kreatinin : 0.70 mg/dl SGOT : 26 mg/dl SGPT : 41 mg/dl

Diagnosis sementaraDiagnosis banding

HIPERTENSI STAGE II White coat hypertension Hipertensi sekunder

PenatalaksanaanPemeriksaan penunjang

R/ IVFD RL 20 tetes/menitR/ Mersibion 5000 mg/24 jam ivR/ Tramadol 2x1R/ Omeprazol tab 2x20 mgR/ Captopril tab 2x25mg EKG

E. Hasil Follow UpTanggal/jamPerjalanan penyakitInstruksi dokter

22/05/2013

TD : 180/80 mmHgN : 80x / menit S : 36,50 CP : 24x / menit S : Nyeri kepala (+)Mual (+), muntah (-)O : SS / GC / CM Kepala: an(-),ikt(-), DVS R-4Thoraks:BP = vesikuler,BT=Rh -/-, wh-/-Jantung: BJ I/II murni reguler.Abdomen : peristaltik(+), kesan N.Ekstremitas : edem (-)A : Hipertensi Grade IIR/ IVFD RL 20 tpmDiet rendah garamMersibion 5000 mg/24 jam IVTramadol 2x1 Omeprazol tab 2x20 mgAmlodipine 1x10 mgHCT 1x1

23/10/2013

TD : 180/90 mmHgN : 60x/menitS : 36,20 CP : 24x/menit S : Nyeri kepala berkurangMual (-), muntah (-)O : an(-),ikt(-), vesikuler, Rh -/-, wh-/-BJ I/II murni reguler.peristaltik(+), kesan N.edema (-)A : Hipertensi Grade IIR/ IVFD RL 20 tpmDiet rendah garamOmeprazol tab 1x20 mgAmlodipine 1x10 mgHCT 1x1

24/10/2013

TD : 130/70 mmHgN : 76x/menitS : 36,60 CP : 22x/menitS : Nyeri kepala (-)Mual (-), muntah (-)O : an(-),ikt(-), vesikuler, Rh -/-, wh-/-BJ I/II murni reguler.peristaltik(+), kesan N.edema (-)A : Hipertensi Grade IIR/ IVFD RL 20 tpmDiet rendah garamOmeprazol tab 1x20 mgAmlodipine 1x10 mgCaptopril 2x50 mg

25/10/2013

TD : 140/70 mmHgN : 80x/ menitS : 36,50 CP : 22x/menitS : Nyeri kepala (-)Mual (-), muntah (-)O : an(-),ikt(-), vesikuler, Rh -/-, wh-/-BJ I/II murni reguler.peristaltik(+), kesan N.edema (-)A : Hipertensi Grade IIR/ IVFD RL 20 tpmDiet rendah garamOmeprazol tab 1x20 mgAmlodipine 1x10 mgCaptopril 2x50 mg

26/10/2013

TD : 120/70 mmHgN : 80x/ menitS : 36,50 CP : 20x/menit

Pasien dipulangkan KU : BaikR/AFF infusObat lanjut- Amlodipine 1x10 mg- Captopril 2x50 mgDiet rendah garam

F. RESUMESeorang wanita usia 62 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sakit kepala. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 1 minggu sebelumnya. Keluhan dirasakan bersifat hilang timbul, dan tanpa disertai perasaan berputar. Pasien tidak merasakan ada sesak ataupun nyeri dada. Pada pasien diketahui ada riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu,. Pasien tidak memiliki riwayat DM. Riwayat maag akut(+).Pada pemeriksaan fisis ditemukan bahwa pasien menderita sakit sedang, gizi cukup, compos mentis. Tekanan darah 180/80 mg/dl, nadi 80x/menit, pernapasan 24x/menit, dan suhu ketiak 36,5 C. pasien tidak mengalami anemia, pemeriksaan fisis lain normal.Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan anamnesis, dapat disimpulkan bahwa pasien ini menderita Hipertensi grade II.G. DISKUSIBerdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan bahwa pasien menderita Hipertensi grade II.Hipertensi adalah penyakit yang dimana tekanan darah mengalami peningkatan. Hipertensi ini merupakan salah satu penyakit yang cukup banyak terdapat di masyarakat. Hipertensi terbagi menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi primer (essensial) dan dan hipertensi sekunder. Sekitar 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi primer, sementara sisanya termasuk dalam golongan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan darah tanpa diketahui penyebabnya, sedangkan hipertensi sekunder memiliki penyebab yang meningkatkan tekanan darah.Berdasarkan JNC-7 hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:KlasifikasiSistolikDiastolik

Normal90-119 mmHg60-79 mmHg

Prehipertensi120-139 mmHg80-89 mmHg

Hipertensi Grade I140-159 mmHg90-99 mmHg

Hipertensi Grade II160 mmHg100 mmHg

Hipertensi merupakan salah satu faktor utama dalam resiko penyakit strok, gagal jantung, infark miokard, dan penyebab gagal ginjal kronis. Hipertensi terkadang memiliki gejala atau tanda-tanda, seperti pusing, rasa berputar, tinnitus dan rasa mau pingsan, namun juga tidak terdapat gejala tersebut sama sekali. Berdasarkan klasifikasi JNC-7, tingkat hipertensi pasien ini ada pada grade II. Maka diperlukan beberapa pemeriksaan tambahan, gunanya untuk mengetahui apakah hipertensinya mempengaruhi kerja organ-organ tubuh (misalnya ginjal, jantung).Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan terapi farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan untuk menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko, serta penyakit penyerta lainnya.a. Nonfarmakologis : 1) Mengontrol berat badan Menyarankan pasien untuk mencapai dan mempertahankan target berat badan yang sehat: lingkar pinggang kurang dari 80 cm dan indeks massa tubuh (BMI) kurang dari 25 kg / m22) Membatasi alkoholAnjurkan pasien ini untuk membatasi asupan alkohol untuk maksimum satu minuman standar per hari dan memiliki setidaknya dua hari bebas alkohol per minggu3) Meningkatkan aktivtas fisik aerobik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu : Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lama latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan, frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu4) Mengurangi asupan natrium (100 mmol Na/6 gr Nacl/hari) Anjurkan pasien untuk membatasi asupan garam sampai 4 g / hari (65 mmol / hari natrium) dengan memilih makanan yang diproses tanpa garam, makanan yang berlabel 'tidak ditambahkan garam' atau 'rendah garam'.Hindari makanan olahan yang tinggi garam seperti sosis, sup kalengan, snack asin.5) Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90mmol/hari) Pasien dengan hipertensi yang tidak memakai diuretik hemat kalium dan memiliki fungsi ginjal normal dapat disarankan untuk meningkatkan asupan kalium dengan mengonsumsi berbagai macam buah-buahan dan sayuran, kacang-kacangan.6) Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat serta mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.Anjurkan pasien untuk diet yang mencakup nabati (misalnya buah, sayuran, kacang-kacangan dan berbagai pilihan makanan gandum, produk susu rendah lemak), daging tanpa lemak, unggas dan ikan, lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal (misalnya minyak zaitun, minyak canola, mengurangi garam margarin).7) Berhenti merokok

b. FarmakologiJenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oelh JNC 7 adalah : 1. Diuretika, terutaman jenis Thiazid atau Aldosterone antagonistObat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatnya adalah Hidroklorotiazid dan Furosemid.2. Beta bloker (BB)Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.3. Calcium Channel Blocker atau Calcium AntagonistGolongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.4. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACE Inhibitor)Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Captopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.5. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB)Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang dan yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum mancapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatakan dosis obat tersebut atau berpindah ke antihipertensi yang lain dengan dosis rendah baik tunggal maupun kombinasi. Kombinasi yang terbukti dapat ditolerir pasien adalah : diuretika dan ACEI atau ARB, CCB dan BB, CCB dan atau ARB, CCB dan diuretika, ARB dan BB,kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat.H. Kesimpulan Hipertensi merupakan faktor resiko penting penyakit jantung koroner di Indonesia. Hipertensi adalah keadaan tubuh kehilangan atau kurang mampu mengendalikan tekanan darah sehingga mengalami tekanan berlebih atau biasa dikenal sebagai tekanan darah tinggi.Jika tidak terkendali, hipertensi dapat menimbulkan komplikasi ke otak sehingga terjadi stroke, mempengaruhi ginjal dan jantung. Resiko pada jantung dapat mencapai angka 75% berupa pembengkakan jantung (left ventricel hyperthophy), penyempitan pembuluh darah koroner (coronary artery disease), atau kombinasi keduanya. Ketiga komplikasi tersebut akan meningkatkan angka kematian kardiovaskuler atau gagal jantungHipertensi dapat ditangani dengan baik, bila diketahui penyebabnya. Bila penyebabnya dikendalikan dengan baik, maka tekanan darah akan turun dengan sendirinya. Sayangnya, sekitar 90% kejadian hipertensi tidak diketahui penyebabnya (kemungkian perubahan pada jantung dan pembuluh darah) dan hanya 10% saja yang diketahui penyebabnya, yang umumnya diakibatkan oleh penyakit ginjal (5-10%), kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu seperti pil KB (1-2%).Untuk menangani hipertensi adalah dengan memperbaiki peredaran darah, membersihkan sumbatan-sumbatan dan meningkatkan ketersediaan oksigen serta mengobati penyakit penyerta.

DAFTAR PUSTAKA

Fauci, S Anthony, et al. 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine. 17th ed. United states of America: McGraw-Hill.Ganiswara, G. Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.George L, et al. 2004. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. Departement of Healt and Human Services. USKatzung BG , Benowitz NL et al. 2007. Antihypertensive agents. Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. New York:McGraw Hill. h.141-58.

Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP. 2007. Diagnosis and Initial Evaluation of Hypertension in Braunwalds Heart Disease, A Textbook of Cardiovascular Medicine. Edisi 8. USA: Saunders.

Silbernagl S, Lang F. Color Atlas of Pathophysiology. 2000. New York: Thieme. h.208-12.

Yogiantoro, M. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simardibrata K. M., Setiati, S. 2006. Hipertensi Esensial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Pp: 610-614