238613729 Lapsus IKM Hipertensi

30
BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan terjadinya transisi epidemiologi saat ini, terjadi perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi non infeksi (penyakit degeneratif) seperti penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan stroke yang akhir-akhir ini banyak terjadi di masyarakat. Penyakit-penyakit diatas digolongkan kedalam penyakit tidak menular yang frekuensi kejadiannya mulai meningkat seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan pola makan, gaya hidup serta kemajuan ekonomi bangsa. Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian pada tahun 2005 (WHO), dan 80% kematian tersebut terjadi di negara-negara yang berpendapatan rendah dan menengah akibat penyakit jantung dan pembuluh darah (30%), penyakit pernapasan kronik dan penyakit kronik lainnya (16%), kanker (13%), cedera (9%), dan diabetes mellitus. PTM seperti hipertensi, stroke, kanker, diabetes mellitus, penyakit paru kronik obstruktif, dan cedera terutama di negara berkembang, telah mengalami peningkatan kejadian dengan cepat yang berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan (Depkes RI, 2010). Hipertensi adalah suatu penyakit yang kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) menyatakan bahwa seseorang 0

description

Lapsus IKM Hipertensi

Transcript of 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

Page 1: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

Seiring dengan terjadinya transisi epidemiologi saat ini, terjadi perubahan pola

penyakit dari penyakit infeksi menjadi non infeksi (penyakit degeneratif) seperti penyakit

jantung, hipertensi, ginjal dan stroke yang akhir-akhir ini banyak terjadi di masyarakat.

Penyakit-penyakit diatas digolongkan kedalam penyakit tidak menular yang frekuensi

kejadiannya mulai meningkat seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan pola

makan, gaya hidup serta kemajuan ekonomi bangsa.

Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian pada

tahun 2005 (WHO), dan 80% kematian tersebut terjadi di negara-negara yang berpendapatan

rendah dan menengah akibat penyakit jantung dan pembuluh darah (30%), penyakit

pernapasan kronik dan penyakit kronik lainnya (16%), kanker (13%), cedera (9%), dan

diabetes mellitus. PTM seperti hipertensi, stroke, kanker, diabetes mellitus, penyakit paru

kronik obstruktif, dan cedera terutama di negara berkembang, telah mengalami peningkatan

kejadian dengan cepat yang berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan

(Depkes RI, 2010).

Hipertensi adalah suatu penyakit yang kronis dimana tekanan darah meningkat di atas

tekanan darah normal. The seventh report of the Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) menyatakan bahwa

seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan

darah diastolic 90 mmhg atau lebih. Hipertensi adalah faktor risiko keempat dari enam faktor

risiko terbesar penyebab penyakit kardiovaskular (PERKI, 2003).

Penderita hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Institit nasional Jantung, Paru,

dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan

kondisinya. Orang yang sudah menyadari hipertensi pada dirinya hanya melakukan sedikit

tindakan untuk mengontrolnya, dimana hanya 27% pasien hipertensi yang mengontrol

tekanan darahnya secara adekuat (Hahn & Payne, 2003). Pasien baru menyadari kondisinya

jika hipertensi sudah menimbulkan komplikasi pada jantug, penyumbatan pembuluh darah,

hingga pecahnya pembuluh darah di otak yang berakibat kematian. Hal inilah yang membuat

0

Page 2: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

hipertensi dikenal sebagai the silent killer yang berdampak pada tingginya angka

kematianakibat penyakit dan pembuluh darah (Aziza, 2007)

Prevalensi hipertensi terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti

merokok, inaktifitas fisik dan stres psikososial. Data World Health Organization (WHO),

tahun 2000 menunjukkan sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk diseluruh dunia

menderita hipertensi. Sebanyak 333 juta (proporsi 34,26%) berada di negara maju dan 639

juta (65,74%) berada di negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2010).

Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalensi

hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan dari 96 per 1000 penduduk pada tahun 1995

menjadi 110 per 1000 penduduk pada tahun 2001. Prevalensi hipertensi pada golongan umur

diatas 25 tahun meningkat dari 8 % pada tahun 1995 menjadi 28 % tahun 2001 (Depkes RI,

2010)

1

Page 3: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sehat

Arti kesehatan secara harfiah adalah sesuatu yang berhubungan dengan kondisi fisik

seseorang yaitu orang dikatakan sehat apabila terbebas dari serangan penyakit atau

sebaliknya dikatakan sakit apabila kondisi fisiknya tidak baik akibat penyakit menular atau

penyakit tidak menular. Kondisi ini dinamakan konsep sehat-sakit. Sejak tahun 1948 WHO

telah mendefinisikan yang dimaksud sehat sebagai berikut : Health is a state of physical,

mental and social well being and not merely the absence of disease or infirmity. Dikatakan

bahwa sehat itu adalah keadaan fisik, mental dan sosial yang baik, tidak hanya terbebas dari

penyakit, cacat atau kelemahan. Menurut pengertian tersebut definisi sehat mempunyai

makna yang sempurna dan lengkap. Misalnya seseorang yang mengalami sakit lalu ada bekas

luka parut, menurut pengertian WHO belum termasuk kriteria sehat (Suyono, 2010)

Di Indonesia kriteria sehat ini ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 1960

tentang Pokok-pokok Kesehatan dan telah diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 23

Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 1 ayat 1 yang bunyinya : Kesehatan adalah keadaan

sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara

sosial dan ekonomis (Suyono, 2010)

Hendrik L Blum menggambarkan status kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut : (Suyono, 2010)

Gambar 1. Konsep status Kesehatan menurut HL. Blum

2

Page 4: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

Ke empat faktor tersebut diatas saling berpengaruh positif satu dengan yang lain dan

tentu saja sangat berpengaruh terhadap status kesehatan seseorang. Status kesehatan akan

tercapai optimal apabila ke empat faktor tersebut positif mempengaruhi secara optimal pula.

Apabila salah satu faktor tidak optimal maka status kesehatan akan bergeser kearah dibawah

optimal. Berikut ini akan dijelaskan satu per satu ke empat faktor tersebut sebagai berikut :

(Suyono, 2010)

1. Faktor Keturunan (Biologi)

Faktor ini lebih mengarah kepada kondisi individu yang berkaitan dengan asal usul

keluarga, ras dan jenis golongan darah. Beberapa penyakit tertentu disebabkan oleh faktor

keturunan antara lain : hemophilia, hypertensi, kelainan bawaan, albino dll.

2. Faktor Pelayanan Kesehatan

Faktor ini dipengaruhi oleh seberapa jauh pelayanan kesehatan yang diberikan. Hal ini

berhubungan dengan tersedianya sarana dan prasarana institusi kesehatan antara lain :

Rumah Sakit, Puskesmas, Labkes, Balai Pengobatan, serta tersedianya fasilitas pada

institusi tersebut : tenaga kesehatan, obat-obatan, alat-alat kesehatan yang kesemuanya

tersedia dalam kondisi baik dan cukup dan siap pakai.

3. Faktor Perilaku

Faktor perilaku berhubungan dengan perilaku individu atau masyarakat, perilaku

petugas kesehatan dan perilaku para pejabat pengelola negeri ini (Pusat dan Daerah) serta

perilaku pelaksana bisnis.

- Perilaku individu atau masyarakat yang positif pada kehidupan sehari-hari misalnya :

membuang sampah / kotoran secara baik, minum air masak, saluran limbah terpelihara,

mandi setiap hari secara higienis dll.

- Perilaku petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan yang baik antara lain : ramah,

cepat tanggap, disiplin tinggi, terapi yang tepat sesuai diagnosa, tidak malpraktek

pemberian obat yang rasional, dan bekerja dengan penuh pengabdian.

- Perilaku pemerintah Pusat dan Daerah dalam menyikapi suatu permasalahan kesehatan

masyarakat secara tanggap dan penuh kearifan misalnya : cepat tanggap terhadap adanya

penduduk yang gizinya buruk, adanya wabah penyakit, serta menyediakan sarana dan

prasarana kesehatan dan fasilitas umum ( jalan, parit, TPA, penyediaan air bersih, jalur

hijau, pemukiman sehat) yang didukung dengan peraturan perundang-undangan yang

berhubungan dengan kesehatan dan lingkungan hidup dan menerapkan sanksi hukum

yang tegas bagi pelanggarnya.

3

Page 5: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

4. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap status kesehatan, terlihat dari

diagram di atas dengan panah yang lebih besar dibanding faktor lainnya. Faktor

Lingkungan terdiri dari 3 bagian besar :

- Lingkungan Fisik

Terdiri dari benda mati yang dapat dilihat, diraba, dirasakan antara lain : bangunan,

jalan, jembatan, kendaraan, gunung, air, tanah. Benda mati yang dapat dilihat dan

dirasakan tapi tidak dapat diraba : api, asap, kabut dll.. Benda mati yang tidak dapat

diraba, tidak dapat dilihat namun dapat dirasakan : udara, angin, gas, bau-bauan, bunyi-

bunyian / suara dll.

- Lingkungan Biologis

Terdiri dari makhluk hidup yang bergerak, baik yang dapat dilihat maupun tidak :

manusia, hewan, kehidupan akuatik, amoeba, virus, plankton. Makhluk hidup tidak

bergerak : tumbuhan, karang laut, bakteri dll.

- Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah bentuk lain selain fisik dan biologis di atas. Lingkungan

sosial tidak berbentuk secara nyata namun ada dalam kehidupan di bumi ini.

Lingkungan sosial terdiri dari sosio-ekonomi, sosio-budaya, adat istiadat,

agama/kepercayaan, organisasi kemasyarakatan dll.

Melalui lingkungan sosial manusia melakukan interaksi dalam bentuk pengelolaan

hubungan dengan alam dan buatannya melalui pengembangan perangkat nilai, ideologi,

sosial dan budaya sehingga dapat menentukan arah pembangunan lingkungan yang

selaras dan sesuai dengan daya dukung lingkungan yang mana hal ini sering disebut

dengan “etika lingkungan”.

4

Page 6: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

2.3 Konsep Penyakit Hipertensi

2.3.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi lebih dikenal oleh masyarakat dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi.

Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan normal atau

tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik dan tekanan diastolic. Berdasarkan JNC VII,

seorang dewasa dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih

dan diastolic 90 mmHg atau lebih (PERKI, 2003).

2.3.2 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi yang dipakai saat ini beredoman pada Joint National Committee

on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure yang ke 7.

Berikut ini adalah tabel tentang klasifikasi hipertensi (PERKI, 2003)

Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII

Kategori Tekanan Darah Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi grade 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi grade 2 >160 atau > 100

Berdaraskan penyebabnya, hipertensi dpat diklasifikaskan menjadi dua yaitu hipertensi

primer dan hipertensi sekunder Berikut ini adalah pembagian hipertensi berdasarkan

penyebabnya.

a. Hipertensi Primer

Hipertensi primer disebut juga dengan istilah hipertensi esensial atau idiopatik.

Etiologi hipertensi jenis ini adalah multifaktorial yang masing-masing akan saling

berinteraksi mengganggu homeostasis secara bersama, sehingga tekanan darah baik

sistolik maupun diastolic akan mengalami peningkatan (Black & Hawks, 2005). Pada

kasus ini terjadi peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi.

Hipertensi jenis ini mempunyai kecendrungan genetic yang dan dipengaruhi oleh faktor

kontribus, seperti obesitas, stress, merokok, dan konsumsi garam berlebih (Sherwood,

5

Page 7: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

2001). Hipertensi jenis ini biasanya diderita oleh 90% sampai 95% psien yang mengalami

peningkatan tekanan darah (Hahn & Payne, 2003).

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder disebabkan oleh gangguan sistem lain, misalnya sistem vaskuler

(arteriosklerosis), sistem renal (stenosis arteri renal), sistem endokrin (hipertiroidisme) dan

sistem neuron (peningkatan tekanan intracranial). Kehamilan juga dapat menyebabkan

hipertensi sekunder (Davis, 2004). Kejadian hipertensi sekunder kurang dari 5% pada

individu dewasa, tetapi lebih dari 80% pada anak-anak. Menurut Dirksen, Heitkemper, dan

Lewis (2000) penyebab hipertensi sekunder adalah sebagai berikut: (1) penyempitan

congenital aorta; (2) penyakit ginjal misalnya stenosis arteri ginjal; (3) gangguan endokrin

misalnya sindrom Chusing dan hiperaldosteron; (4) gangguan neurologi misalnya tumor

otak dan cedera kepala; (5) sleep apnea; (6) pengobatan jenis stimulant simpatetik

misalnya kokain, terapi penggantian estrogen, obat kontrasepsi oral, dan obat anti

inflamasi non steroid; (7) kehamilan yang menstimulasi hipertensi.

2.3.3 Faktor Risiko Hipertensi

Black dan Hawks (2005) menyatakan bahwa semua jenis hipertensi dipengaruhi oleh

faktor genetic daan lingkungan. Faktor-faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi faktor yang

tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi.

a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi terdiri dari riwayat keluarga (genetic), umur,

jenis kelamin.

- Riwayat Keluarga (Genetik)

Kejadian hipertensi khususnya hipertensi primer sangat dipengaruhi oleh faktor

riwayat keluarga. Faktor genetik ini berkaitan dengan metabolism pengaturan garam dan

renin membrane sel. Menurut Davidson, bila kedua orang tuanya menderita hipertensi

maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang

menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.

- Umur

Risiko hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Black dan Hawks

(2005) menyatakan bahwa seseorang rentan mengalami hipertensi pada umur 30-50

tahun, dimana hipertensi yang dialami adalah hipertensi primer. Tingginya hipertensi

6

Page 8: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

seiring dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh

darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi

lebih kaku, sebagai akibatnya dalah meningkatnya tekanan darah sistolik.

- Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian

hipertensi. Pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan rasio

sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan dara sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup

yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita.

Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat.

Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi

dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. Penelitian di

Indonesia prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada wanita.

b. Faktor yang dapat dimodifikasi

Selain dipengaruhi faktor yang tidak dapat dimodifikasi, hipertensi dipengaruhi faktor

yang dapat dimodifkasi. Tingkat kejadian hipertensi dapat diturunkan dengan

mengendalikan faktor ini. Faktor yang dapat dimodifikasi ini terdiri dari kegemukan

(obesitas), stress, konsumsi zat berbahaya, aktivitas fisik, nutrisi.

- Kegemukan (obesitas)

Kegemukan (obesitas) adalah presentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam

Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu perbandingan antara berat badan dengan

tinggi badan kuadrat dalam meter. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan

tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi. Risiko relative untuk menderita

hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang

badannya normal. Sedangkan, pada penderta hipertensi ditemukan sekitar 20-30%

memiliki berat badan lebih (overweight).

- Stress

Stress mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat kejadian hipertensi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Jonas (2000) dilaporkan bahwa seseorang yang

mengalami depresi berisiko 1,78 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan yang

tidak mengalami depresi. Seseorang yang berada dalam kondisi stress telah terjadi proses

fisiologis dimana sistem saraf simpatis teraktivasi yang selanjutnya dapat menstimulus

pengeluaran hormone adrenalin dan kortisol. Respon fisiologis ini menyebabkan

peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.

7

Page 9: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

- Konsumsi Zat Berbahaya

Konsumsi zat berbahaya adalah faktor lain yang mempengaruhi kejadian hipertensi

dan dapat dimodifikasi. Konsumsi zat berbahaya ini meliputi rokok, konsumsi alkohol

berlebih, dan obat-obatan terlarang. Penggunaan substansi ini secara terus-menerus dapat

membuat tekanan darah cenderung tinggi.

Nikotin yang dihisap melalui rokok dapat meningkatkan denyut jantung dan

menyebabkan vasokonstriksi perifer, yang akan meningkatkan tekanan darah arteri pada

jangka waktu yang pendek, selama dan setelah merokok. Nikotin yang masuk ke dalam

aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah ateri, dan mengakibatkan

proses aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.

Alkohol termasuk salah satu substansi berbahay yang jika dikonsumsi secara

berlebihan dapat menimbulkan efek negative bagi tubuh. Konsumsi alkohol dapat

meningkatkan angka kejadian hipertensi, penurunan sensitivitas tubuh terhadap obat

antihipertensi, dan hipertensi yang sulit disembuhkan.

Kopi mengandung kafein yang jika digunakan dalam jumlah adekuar akan bermanfaat

bagi tubuh. Hal ini didukung oleh studi-studi yang dilakukan Mayo Clinic, Harvard

School of Public Health dan institusi-institusi lain yang mengungkapkan bahwa minum

kopi 2-4 cangkir sehari dapat menurunkan kanker kolon, mengurangi risiko penyakit batuu

empedu, dan mencegah sirosis hati. Akan tetapi, konsumsi kopi yang berlebih yaitu 10

cangkir atau lebih per hari dapat menyebabkan kecemasan, diare, kelelahan, sulit tidur,

pusing, dan palpitasi jantung.

- Aktivitas fisik

Aktivitas fisik aerobic yang adekuat dan teratur akan menjaga fungsi kardiovaskuler

yang baik dan menurunkan berat badan bagi pasien hipertensi dengan obesitas, serta

menurunkan risiko penyakit kardiovaskular yang dapat meningkatkan mortalitas.

- Nutrisi

Nutrisi adalah salah satu faktor yang dapat dimodifikasi untuk mengendalikan

kejadian hipertensi. Pola makan yang tinggi kalori, natrium, dan lemak, tetapi rendah

protein dapat meningkatakn tekanan darah. Diet tinggi sodium akan menstimulasi

pengeluaran hormone natriuretik dan mekanisme vaspresor dalam sistem saraf pusat, yang

akan berkontribusi pada peningkatan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh

Sugiharto (2007) menunjukkan bahwa seseorang yang terbiasa mengkonsumsi makanan

asin berisiko menderita hipertensi 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak terbiasa

mengkonsumsi makanan asin.

8

Page 10: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

Diet tinggi lemak jenuh juga berakibat pada peningkatan tekanan darah. Konsumsi

lemak jenuh berlebih berakibat pada peningkatan kadar kolesterol yang merupakan faktor

risiko utam aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah

dan penyakit kardiovaskular misalnya iskemia atau infark miokard.

2.3.4 Manifestasi Klinis Hipertensi

Manifestasi klinis hipertensi antara lain:

- Sakit/nyeri kepala

- Gelisah

- Jantung berdebar-debar

- Pusing

- Leher kaku

- Penglihatan kabur, dan

- Rasa sakit di dada.

- Keluhan tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala, mudah lelah.

2.3.5 Tatalaksana Hipertensi

a. Non-Farmakologis

Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup. (Depkes

RI, 2013)

Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup

Modifikasi Rekomendasi Rerata penurunan TDS

Penurunan berat badan Jaga berat badan ideal (BMI :

18,5 – 24,9 kg/m2)

5 – 20 mmHg/10kg

Dietary Approches to Stop

Hypertension (DASH)

Diet kaya buah, sayuran,

produk rendah lemak dengan

jumlah lemak total dan lemak

jenuh yang rendah

8 - 14 mmHg

Pembatasan intake natrium Kurangi hingga < 100 mmol

per hari (2.0 g natrium atau 6

5 g natrium klorida atau 1

sendook the garam per hari)

2 - 8 mmHg

9

Page 11: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

Aktivitas fisik Aktivitas fisik aerobic yang

teratur (mis : jalan cepat) 30

menit seharu, hampir setiap

hari dalam seminggu.

4 - 9 mmHg

Pembatasan konsumsi

alkohol

Laki-laki : dibatasi hingga <

2 kali per hari.

Wanita dan orang yang lebih

kurus : dibatasi hingga < 1

kali per hari.

2 – 4 mmHg

b. Farmakologis

Alur tatalaksana hipertensi

10

Page 12: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. M

Umur : 62 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Monginsidi Baru

Suku : Makassar

Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Waktu Pemeriksaan : 24 Juni 2015

3.2 Anamnesis

- Keluhan Utama

Sakit kepala

- Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Umum Puskesmas Narmada dengan keluhan sakit kepala sejak 1

hari yang lalu. Sakit kepala terutama dirasakan pada bagian belakang kepala. Sakit kepala

tidak disertai dengan mual dan muntah.

- Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi (+) sejak ± 12 tahun yang lalu. Awalnya pasien rajin meminum obat

hipertensi, namun selama 1 bulan terakhir, pasien tidak pernah kontrol dan meminum

obat. Riwayat kencing manis (-).

- Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat hipertensi (+) yaitu tiga orang saudara pasien. Riwayat hipertensi pada orang tua

tidak diketahui. Riwayat kencing manis (+) yaitu istri pasien.

11

Page 13: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

Meninggal

Hipertensi

- Riwayat Pribadi

Pasien merupakan anak ke empat dari empat bersaudara. Pasien tinggal di

rumah bersama istrinya. Pasien memiliki tiga orang anak, namun mereka tidak

tinggal bersama pasien karena telah memiliki keluarga masing-masing.

Rumah pasien terletak di pinggir jalan. Lantai rumah terbuat dari keramik,

dinding rumah berupa tembok, dan atap rumah terbuat dari genteng. Masing-

masing ruangan memiliki jendela, ventilasi, dan pencahayaan yang cukup.

Sumber air yang dipakai untuk sehari-hari adalah dari air PAM. Sedangkan

untuk minum, pasien menggunakan air galon.

Pasien merupakan seorang pensiunan PNS dan saat ini tidak bekerja.

Pendapatan keluarga berasal dari uang pensiunan ± tiga juta rupiah per bulan.

Sejak pensiun, pasien kurang bergerak dan tidak pernah berolahraga.

Pasien makan 3 kali sehari dengan lauk yang beraneka ragam. Riwayat sering

mengkonsumsi ikan asin (+).

Pasien tidak memiliki kebiasaan minum kopi.

Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok.

12

Pasien

Page 14: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

3.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital :

- HR : 88 x/menit, irama teratur, kuat angkat

- TD : 160/100 mmHg

- RR : 20 x/menit

- Tax : 36,7ºC

Status Generalis

Kepala :

- Ekspresi wajah : normal

- Bentuk dan ukuran : normal

- Rambut : normal

- Edema : (-)

- Malar rash : (-)

Mata :

- Simetris

- Alis : normal

- Exophtalmus : (-)

- Ptosis : (-)

- Strabismus : (-)

- Edema palpebra : (-)

- Konjungtiva : anemis (-/-), hiperemis (-/-)

- Sklera : ikterik (-/-), hiperemis (-/-), pterygium (-/-)

- Pupil : isokor, bulat, refleks (+/+)

- Kornea : normal

- Lensa : normal, katarak (-/-)

13

Page 15: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

Telinga :

- Bentuk : normal

- Lubang telinga : normal, secret (-/-)

- Nyeri tekan : (-)

- Pendengaran : normal

Hidung :

- Simetris, deviasi septum (-)

- Perdarahan (-), secret (-)

- Penciuman : normal

Mulut :

- Simetris

- Bibir : sianosis (-)

- Gusi : hiperemis (-), perdarahan (-)

- Lidah : glositis (-), atrofi papil lidah (-)

- Mukosa : kering

Leher :

- Simetris

- Kaku kuduk : (-)

- Scrofuloderma : (-)

- Pembesaran KGB : (-)

- Trakea : di tengah

- JVP : normal

- Pembesaran otot sternokleidomastoideus : (-)

- Pembesaran tiroid : (-)

Thoraks :

Cor

- Inspeksi : iktus cordis tidak tampak

- Palpasi : iktus cordis teraba di ICS 5 midklavikula sinistra

- Perkusi : redup

14

Page 16: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

- Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

- Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan dinding dada simetris,

penggunaan otot bantu nafas (-), pelebaran sela iga (-), frekuensi pernapasan 20

x/menit.

- Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, fremitus raba dan vocal

simetris, provokasi nyeri (-).

- Perkusi : sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-)

- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).

Abdomen :

- Inspeksi : distensi (-), skar (-).

- Auskultasi : bising usus (+) normal

- Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)

- Perkusi : timpani

Inguinal-genital-anus : tidak diperiksa

Ekstremitas atas :

- Akral hangat : (+/+)

- Kulit : normal

- Deformitas : (-/-)

- Sendi : dalam batas normal

- Edema : (-/-)

- Sianosis : (-/-)

- Kekuatan : normal

Ektremitas bawah :

- Akral hangat : (+/+)

- Kulit : normal

- Deformitas : (-/-)

- Sendi : dalam batas normal

- Edema : (-/-)

15

Page 17: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

- Sianosis : (-/-)

- Kekuatan : normal

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

3.5 Diagnosis Kerja

Diagnosis kerja pasien ini adalah hipertensi grade II.

3.6 Penatalaksanaan

- Captopril 2 x 25 mg

3.7 Prognosis

Bonam

3.8 Konseling

Konseling yang diberikan pada pasien ini adalah tentang pola hidup sehat untuk

mencegah dan mengontrol hipertensi, seperti :

- Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam, dan lemak. Asupan garam maksimal 5 g

sehari.

- Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal.

- Menganjurkan gaya hidup aktif/olahraga teratur

- Menganjurkan untuk kontrol rutin di puskesmas

- Menjelaskan kepada pasien tentang komplikasi dari penyakit hipertensi

16

Page 18: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengn hipertensi grade II. Diagnosis ditegakkan

berdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan saat pasien datang

memeriksakan diri ke Puskesmas Narmada.

Berdasarkan hasil anamnesis, pasien datang dengan keluhan sakit kepala yang mulai

dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Sakit kepala terutama dirasakan di bagian belakang kepala.

Pada pemeriksaan fisik, ditemukan tekanan darah pasien adalah 160/100 mmHg. Berdasarkan

klasifikasi menurut JNC VII, pasien ini digolongkan pada hipertensi grade II.

Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah dengan pemberian terapi farmakologis

dengan menggunakan obat antihipertensi yaitu captopril 2 x 25 mg sehari. Selain terapi

farmakologis, diberikan juga terapi non farmakologis dengan pemberian konseling tentang

diet untuk pasien hipertensi, gaya hidup aktif, komplikasi hipertensi, dan menganjurkan

pasien kontrol rutin di puskesmas.

Menurut teori H.L. Blum terdapat empat faktor yang mendasari munculnya suatu

penyakit. Faktor tersebut antara lain : faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan

kesehatan, dan faktor perilaku. Mengacu pada teori tersebut, kejadian hipertensi pada pasien

ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Faktor biologi

Faktor biologi pada pasien ini adalah terdapat riwayat hipertensi dalam keluarga yakni

ketiga saudara pasien. Selain itu, terdapat faktor yang lain yaitu usia pasien 67 tahun.

2. Faktor lingkungan

Rumah pasien terletak di pinggir jalan sehingga menimbulkan suasana yang tidak kondusif

untuk pasien. Pasien tidak memiliki masalah yang dapat menimbulkan stress psikis pada

pasien. Pasien hidup aman bersama istri dan anak-anaknya.

3. Faktor pelayanan kesehatan

Pada pelayanan kesehatan yakni Puskesmas Narmada, tersedia tensimeter untuk mengukur

tekanan darah, terdapat 1 orang programmer dan beberapa kader yang mengurusi masalah

PTM. Selain itu, terdapat media untuk penyuluhan tentang penyakit-penyakit tidak

menular.

17

Page 19: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

HIPERTENSI

Terdapat riwayat hipertensi dalam

keluargaUsia pasien 62 tahun

GENETIK

PERILAKU

Jarang berolahraga

Sering mengkonsumsi ikan asin

Tidak teratur berobat ke Puskesmas

LINGKUNGAN

Lingkungan yang tidak kondusif karena

berada di pinggir jalan

PELAYANAN KESEHATAN

Tersedia tensimeter untuk mengukur TD

Terdapat 1 orang programmer dan

beberapa kader yang mengurusi masalah

PTMTersedia media untuk

penyuluhan

4. Faktor perilaku

Faktor perilaku merupakan faktor yang dominan dalam proses terjadinya hipertensi. Pada

pasien ini, didapatkan kebiasaan mengkonsumsi ikan asin. Selain itu, kebiasaan tidak

berolahraga dan tidak teratur berobat ke Puskesmas berperan terhadap terjadinya

hipertensi pada pasien.

18

Page 20: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hipertensi masih merupakan masalah yang dominan dan merupakan penyakit silent

killler yang patut mendapatkan perhatian.

2. Berdasarkan pembahsaan di atas, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

terjadinya hipertensi pada pasien, yaitu : faktor genetik, faktor perilaku, dan faktor

lingkungan.

5.2 Saran

1. Perlu disusun suatu program yang efektif dan berbasis masyarakat untuk mengelola

penyakit hipertensi.

2. Melakukan kerjasama lintas sector dengan bagian gizi maupun promkes dalam

mengelola penyakit hipertensi.

19

Page 21: 238613729 Lapsus IKM Hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

Aziza, L. (2007). Hipertensi : The Sillent Killer. Jakarta : Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter

Indonesia

Black, J.M & Hawks, J.H. (2005). Clinical Management for Positive Outcome. USA :

Lippincolt Williams & Willkins

Depkes RI. (2003). Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan PTM.

Jakarta.

Depkes RI. (2003). Seminar Strategi Pencegahan Penyakit Tidak Menular. Jakarta :

Direktorat Penyehatan Lingkungan

Depkes RI. (2008). Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nusa Tenggara Barat 2007.

Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI

Depkes RI. (2010). Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian Penyakit

Tidak Menular. Jakarta; Kementrian Kesehatan RI

Depkes RI. (2013). Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Primer. Jakarta.

Hahn, D.B & Payne, W.A. (2003). Focus on Health Sixth Edition. USA : Mc Graw Hill

PERKI. (2003). Pedoman Tatalaksana Penyakit Kardiovaskular di Indonesia. Jakarta :

Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia

Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC

Sudoyo. (2008). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Suyono. Kesehatan Lingkungan. Available in http://e-journal.kopertis4.or.id/file.php?

file=karyailmiah&id=742 (15 Agustus 2014)

20