Laporan tutorial skenario 2 blok mata fix

23
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Mata merah merupakan salah satu gangguan pada mata yang sering ditemukan di masyarakat. Gangguan mata merah ini dibagi menjadi gangguan yang tidak disertai penurunan penglihatan dan gangguan yang disertai dengan penurunan penglihatan. Gangguan mata merah tanpa penurunan penglihatan memerlukan penanganan oleh pihak medis. Mata merah dapat mengganggu aktifitas keseharian penderita. Ditinjau dari ilmu mata, mata merah dapat berlangsung kronis maupun akut. Apabila berlangsung kronis, maka kemungkinan akan terjadi penurunan kualitas hidup dari penderita karena gangguan berlangsung lama dan tak kunjung sembuh. Mata Saya Merah tapi koq tidak Kabur ? Seorang pasien, laki-laki, 30 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan mata kanan merah sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan mata kanan terasa gatal dan berair, serta kelopak mata bengkak dan lengket ketika bangun tidur di pagi hari. Pasien tidak mengeluh pandangan mata kanannya kabur ataupun silau. Pada pemeriksaan didapatkan : VOD 6/6, pada konjungtiva bulbi dan konjungtiva palpebra hiperemi, didapatkan sekret, kornea jernih. Setelah melapor kepada staf, dokter muda Andi disuruh melengkapi pemeriksaan, dan memberi usulan pemeriksaan/terapi untuk pasien tersebut. Selanjutnya pasien diperbolehkan rawat jalan. II. RUMUSAN MASALAH 1. Mengapa mata merah, gatal dan berair ? 2. Mengapa palpebra bengkak dan lengket pada saat pagi hari setelah bangun tidur ? dan hubunganya dengan keluhan ? 3. Mengapa mata merah tidak disertai gangguan visus ? 4. Apakah interpretasi pemeriksaan fisik mata 5. Apakah pemeriksaan penunjang dari penyakit? 6. Mengapa konjungtiva palpebra dan bulbi hiperemis ? 7. Apakah diagnosis banding dari penyakit? 8. Mengapa keluhan hanya unilateral ?

Transcript of Laporan tutorial skenario 2 blok mata fix

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Mata merah merupakan salah satu gangguan pada mata yang sering ditemukan di

masyarakat. Gangguan mata merah ini dibagi menjadi gangguan yang tidak disertai

penurunan penglihatan dan gangguan yang disertai dengan penurunan penglihatan.

Gangguan mata merah tanpa penurunan penglihatan memerlukan penanganan oleh pihak

medis. Mata merah dapat mengganggu aktifitas keseharian penderita. Ditinjau dari ilmu

mata, mata merah dapat berlangsung kronis maupun akut. Apabila berlangsung kronis,

maka kemungkinan akan terjadi penurunan kualitas hidup dari penderita karena

gangguan berlangsung lama dan tak kunjung sembuh.

Mata Saya Merah tapi koq tidak Kabur ?

Seorang pasien, laki-laki, 30 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan mata kanan

merah sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan mata kanan terasa gatal dan

berair, serta kelopak mata bengkak dan lengket ketika bangun tidur di pagi hari. Pasien

tidak mengeluh pandangan mata kanannya kabur ataupun silau.

Pada pemeriksaan didapatkan : VOD 6/6, pada konjungtiva bulbi dan konjungtiva

palpebra hiperemi, didapatkan sekret, kornea jernih.

Setelah melapor kepada staf, dokter muda Andi disuruh melengkapi pemeriksaan, dan

memberi usulan pemeriksaan/terapi untuk pasien tersebut. Selanjutnya pasien

diperbolehkan rawat jalan.

II. RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa mata merah, gatal dan berair ?

2. Mengapa palpebra bengkak dan lengket pada saat pagi hari setelah bangun tidur ?

dan hubunganya dengan keluhan ?

3. Mengapa mata merah tidak disertai gangguan visus ?

4. Apakah interpretasi pemeriksaan fisik mata

5. Apakah pemeriksaan penunjang dari penyakit?

6. Mengapa konjungtiva palpebra dan bulbi hiperemis ?

7. Apakah diagnosis banding dari penyakit?

8. Mengapa keluhan hanya unilateral ?

9. Apakah komplikasi dan prognosis ?

10. Apakah indikasi rawat jalan dari gangguan?

III. TUJUAN

1. Memahami anatomi, fisiologi, dan histologi dari konjungtiva, apparatus lacrimalis,

dan palpebra.

2. Memahami patofisiologi dan interpretasi dari keluhan-keluhan yang dirasakan pasien

pada kasus.

3. Memahami patofisiologi dan interpretasi dari gejala-gejala yang didapat dari hasil

pemeriksaan.

4. Memahami pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan.

5. Memahami diagnosis banding dari kasus yang dibahas.

6. Memahami tata laksana dari kasus yang dibahas.

IV. HIPOTESIS

Berdasarkan skenario, dapat ditarik sebuah hipotesis yaitu pasien mengalami

gangguan mata merah tanpa penurunan visus penglihatan.

BAB II

DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

JUMP 1: Klarifikasi istilah

1. Konjungtiva Bulbi : Bagian konjungtiva yang melapisi bola mata dan terletak didepan

sklera.

2. Konjungtiva Palpebra : bagian konjungtiva yang melapisi kelopak mata

3. Mata Merah : perubahan warna dari putih ke merah akibat pembengkakan atau

pecahnya pembuluh darah yang dapat dilihat pada sklera atau konjungtiva

4. Mata Berair : epifora (kelainan pada sistem drainase)

5. Sekret Mata : produk dari kelenjar konjungtiva bulbi, yang dihasilkan oleh sel goblet.

Dan akan meningkat jika ada kelainan di konjungtiva

JUMP 2: Menentukan masalah

1. Mengapa mata merah, gatal dan berair ?

2. Mengapa palpebra bengkak dan lengket pada saat pagi hari setelah bangun tidur ?

dan hubunganya dengan keluhan ?

3. Mengapa mata merah tidak disertai gangguan visus ?

4. Apakah interpretasi pemeriksaan fisik mata

5. Apakah pemeriksaan penunjang dari penyakit?

6. Mengapa konjungtiva palpebra dan bulbi hiperemis ?

7. Apakah diagnosis banding dari penyakit?

8. Mengapa keluhan hanya unilateral ?

9. Apakah komplikasi dan prognosis ?

10. Apakah indikasi rawat jalan dari gangguan?

JUMP 3: Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara mengenai

permasalahan

Konjungtiva merupakan membran halus yang melapisi kelopak mata dan melapisi

permukaan sklera yang terpajan dengan lingkungan luar. Konjungtiva adalah membran

mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata

(konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva

bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel

kornea di limbus. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:

a. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata)

b. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra)

c. Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior

palpebra dan bola mata).

Sistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi dan

drainase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur

pembentuk cairan air mata. Sistem eksresi mulai pada punctum lakrimal, kanalikuli lakrimal,

sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior.

Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandula lakrimalis aksesorius,

kanalikuli, punktum lakrimalis, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis. Sistem lakrimal

tersusun atas struktur-struktur yang mensekresi air mata dan struktur-struktur yang

mengalirkan air mata.

Pada skenario pasien laki-laki 30 tahun datang dengan keluhan utama mata kanan

merah sejak 3 hari yang lalu. Dan ketika dokter melakukan anamnesis didapatkan data

sebagai berikut :

a. Mata kanan gatal dan berair

Mata gatal yang terjadi pada pasien dikarenakan reaksi imunitas yang

disebabkan oleh zat asing bisa berupa bakteri, virus atau zat kimia. Karena

keadaan itulah maka tubuh merespon dengan menggeluarkan air mata yang

mengandung lisozim untuk menetralisir zat asing tersebut. Apabila zat asing

tersebut tidak dapat diatasi oleh air mata tersebut maka zat asing tersebut akan

tetap menetap dan mata akan mengeluarkan air terus-menerus.

b. Kelopak mata bengkak dan lengket ketika bangun tidur

Kelopak mata yang bengkak bisa dikarenakan agen imunitas tubuh yang

bermigrasi ke palpebra konjungtiva karena rangsangan dari zat asing yang

masuk, bisa juga dikarenakan peningkatan permeabilitas daerah yang

terinfeksi sehinga tampak membesar. Dan sekret yang dikeluarkan terus

menerus akan menumpuk diwaktu tidur yang akan membuat sumbatan dan

terjadi lengket.

c. Pasien tidak mengeluh pandangan kabur ataupun silau

Pada pasien media refraksi masih normal, baik organya maupun fungsinya,

sehingga pandangan pasien tidak kabur. Juga tidak menyebabkan silau karena

fungsi iris untuk midriasis maupun miosis dan fungsi retina masih normal,

sehingga pandangan tidak silau.

Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan data sebagai berikut :

a. VOD 6/6

Berarti visus pasien normal

b. Konjungtiva bulbi dan palpebra hiperemi

Konjungtiva bulbi dan palpebra yang hiperemi dapat disebabkan karena

bendungan atau vasodilatasi pembuluh darah karena telah terjadi infeksi

oleh bakteri ataupun virus.

c. Sekret

Sekret normal mata berwarna jernih namun bila tidak, kemungkinan telah

terjadi kelainan berupa infeksi.

d. Kornea jernih

Berarti organ media refraksi dan fungsinya masih normal dan letak

kelainan bukan berasal dari kornea, tetapi daerah sekitarnya yaitu

conjungtiva bulbi maupun conjungtiva palpebra.

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien pada skenario diagnosis

termungkin pada pasien yaitu konjungtivitis bakteri, konjungtivitis virus atau bisa juga

konjungtivitis alergi. Namun untuk meneggakkan diagnosis pasti, dokter harus melakukan

pemeriksaan lanjutan berupa : pemeriksaan slit lamp, pemeriksaan segmen anterior dan perlu

juga dilakukan uji mikrobiologis agar terapi lebih tepat.

Setelah itu dokter memberikan terapi yang terpat berdasarkan data-data yang

diperoleh sebelumnya. Karena bukan kedaruratan dan dokter bisa menangani sesuai

kompetensi dan fasilitas yang dimiliki. Dan terapi dapat dilakukan sendiri oleh pasien

maupun keluarganya setelah diberikan edukasi oleh dokter maka, pasien diperbolehkan rawat

jalan.

Mata merah, gatal, dan berair.

Mata merah merupakan keluhan yang timbul akibat perubahan warna bola mata yang

sebelumnya berwarna putih menjadi merah. Pada mata normal, sklera terlihat berwarna putih

karena sklera dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan

tembus sinar. Hiperemia konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah

ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah. Bila

terjadi pelebaran pembuluh darah konjungtiva atau episklera atau perdarahan antara

konjungtiva dan sklera maka akan terlihat warna merah pada mata yang sebelumnya

berwarna putih.

Mata merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan

mata akut, misalnya: konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada konjungtiva terdapat

pembuluh darah:

Arteri konjungtiva posterior yang memperdarahi konjungtiva

Arteri siliar anterior atau episklera

Arteri perikornea

Bila terjadi pelebaran pembuluh-pembuluh darah di atas maka akan terjadi mata

merah. Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah dapat juga terjadi akibat pecahnya

salah satu dari kedua pembuluh darah di atas dan darah tertimbun di bawah jaringan

konjungtiva. Keadaan ini disebut perdarahan subkonjungtiva.

a. Injeksi konjungtival

Melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior atau injeksi konjungtival ini

dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi ataupun infeksi jaringan konjungtiva.

Sifat injeksi konjungtival:

Mudah digerakkan dari dasarnya, disebabkan arteri konjungtiva posterior

melekat secara longgar pada konjungtiva bulbi yang mudah dilepas dari

dasarnya sklera.

Didapatkan terutama di daerah forniks

Ukuran pembuluh darah makin besar ke bagian perifer, karena asalnya dari

bagian perifer atau arteri siliar anterior

Berwarna pembuluh darah merah segar

Dengan tetesan adrenalin 1:1000 injeksi akan lenyap sementara

Gatal

Fotofobia tidak ada

Pupil ukuran normal dengan reaksi normal

b. Injeksi siliar

Melebarnya pembuluh darah perikornea (a.siliaris anterior) atau injeksi siliar atau

injeksi perikornea terjadi akibat radang kornea, tukak kornea, benda asing pada

kornea, radang jaringan uvea, glaukoma, endofthalmitis, ataupun panoftalmitis. Sifat

injeksi siliar:

Berwarna lebih ungu

Pembuluh darah tidak tampak

Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan karena

menempel erat dengan jaringan perikornea.

Ukuran sangat halus terletak di sekitar kornea

Pembuluh darah perikornea tidak menciut bila diberi epinefrin atau adrenalin

1:1000

Hanya lakrimasi

Fotofobia

Sakit tekan yang dalam di skeitar kornea

Pupil iregular kecil (iritis) dan lebar (glaukoma)

Mata gatal dapat disebabkan salah satunya karena reaksi alergi terhadap noninfeksi,

dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari

kontak seperti reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik. Mata gatal merupakan reaksi antibodi

hurmonal terhadap alergen, biasanya dengan riwayat atopi.

Alergen Reaksi hipersensitivitas respon berlebihan reaksi alergi. Dipicu

overproduksi IgE; kompleks IgE-Ag mengaktifkan sel mast mengalami degranulasi

menghasilkan histamin alergi.

Masing-masing bola mata dilindungi di permukaan anterior oleh kelopak mata

(palpebra) tipis dan rambut halus, bulu mata (cilia palpebra), yang terletak di tepi kelopak

mata. Kelopak mata dan bulu mata melindungi mata dari benda asing dan sinar berlebihan. Di

atas masing-masing mata terdapat kelenjar lakrimal sekretorik yang terus menerus

menghasilkan sekresi lakrimal (air mata). Kedipan menyebarkan sekresi lakrimal di seluruh

permukaan luar bola mata dan permukaan dalam kelopak mata. Sekresi lakrimal mengandung

mucus, garam dan enzim antibakterial lisozim. Sekresi lakrimal membersihkan, melindungu,

melembabkan dan melumasi permukaan mata (konjungtiva dan kornea).

Mata berair yang dialami pasien merupakan proses proteksi mata terhadap alergen sehingga

mata mengalami hipersekresi lakrimal.

Palperbra bengkak dan lengket

Dari pemeriksaan yang ditemukan, keadaan mata pasien didapatkan sekret, sekret

yang dihasilkan mata berbeda-beda sifatnya. Sekret merupakan produk dari suatu kelenjar,

pada konjungtiva bulbi dikeluarkan oleh sel goblet, adanya sekret berlebih yang dihasilkan

mata merupakan gejala patologis dari konjungtiva. Macam-macam sifat sekret yang

dihasilkan konjungtiva :

1. Air biasanya ditemukan pada infeksi virus dan alergi.

2. Sekret purulen biasanya ditemukan pada infeksi bakteri clamidia

3. Sekret hiperpurulen biasanya ditemukan pada genococcus atau meningococcus

4. Sekret lengket ditemukan pada alergi ataupun vernal.

5. Sekret serous ditemukan pada pasien adenovirus.

6. Sekret mukous pada penyakit mata kronis

Apabila ada keluhan mata merah, dicurigai adanya paparan benda asing yang terkena

mata, sehingga menimbulkan reaksi inflamasi berupa dilatasi pembuluh darah, reaksi

inflamasi diikuti dengan peningkatan massa jaringan akibat edem, inilah yang menimbulkan

bengkak pada palpebra. Akibat paparan alergi ataupun benda asing yang terkena mata,

menimbulkan injeksi konjungtiva, yang menmicu pengeluaran sekret peradangan. Sekret

peradangan terdiri dari sel plasma (eosinofil, neutrofil dan basofil) bertemu dengan sel goblet

serta fibrin sehingga pembentukan sekre mata menjadi berlebih. Jumlah sekret meningkat

apda waktu mata menutup. Suhu mata sama dg suhu badan, bila suhumata sama dengan suhu

badan maka bakteri berkembang dengan baik di lokasi mata pasien. Pada keadaan tidur, mata

menutup semakin lama, semakin banyak pula sekret yang dihasilkan karena perkembangan

bakteri sangat baik. Sehingga ketika bangun tidur pagi hari tidak dapat membuka mata atau

mata terasa lengket.

Mengapa hanya unilateral

Sampai sekarang belum diketahui etiologi mengapa hanya uilateral. Keadaan mata

merah biasanya unilateral, mata merah bilateral biasanya ditemukan causa mekanis atau

reaksi kimia seperti terkena asap ataupun terkena cairan kimia yang menyebabkan merah

pada kedua mata.

Interpretasi pemeriksaan fisik

1. Pemeriksaan visus.

Pemeriksaan ini menggunakan kartu baku (kartu Snellen), di mana pada

pemeriksaan ini setiap hurufnya membentuk sudut 5 menit pada jarak tertentu

sehingga huruf pada baris bertanda 60, berarti huruf tersebut membentuk sudut 5

menit pada jarak 60 meter, dan pada baris tanda 30, berarti huruf tersebut membentuk

sudut 5 menit pada jarak 30 meter.

Pada skenario ini ditemukan VOD 6/6 artinya pasien dapat melihat huruf pada

jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat terbaca pada jarak 6 meter,

sehingga visus pasien dikatakan sempurna.

2. Pemeriksaan konjungtiva.

Pada pemeriksaan konjungtiva, menurut skenario, akan didapatkan kedua

konjungtiva (konjungtiva bulbi et palpebra) hiperemi, artinya injeksi konjungtiva

terjadi karena pengaruh alergi, mekanis, ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva,

namun di skenario ini lebih sering oleh infeksi yang menyerang konjungtiva, sehingga

asupan pembuluh darah bertambah banyak, dan memicu kemerahan pada daerah

konjungtiva/episklera.

Injeksi konjungtiva memiliki sifat :

a. Mudah digerakkan dari dasarnya, karena A.konjungtiva posterior

melekat secara longgar pada konjungtiva bulbi yang mudah dilepaskan

dari dasar sklera (hiposklera).

b. Pada radang konjungtiva pembuluh darah ini terutama didapatkan di

daerah palpebra.

c. Ukuran pembuluh darah makin besar ke arah perifer, karena asalnya

dari bagian perifer atau A.siliaris anterior.

d. Berwarna merah segar.

e. Dengan tetes adrenalin 1:1000, injeksi akan hilang dengan sementara.

f. Gatal-gatal.

g. Fotofobia negatif.

h. Pupil berukuran normal dengan reaksi normal (masih memiliki

kemampuan miosis dan midriasis).

3. Pemeriksaan sekret dan kornea.

Sekret merupakan produk kelenjar yang dikeluarkan oleh sel goblet pada

konjungtiva bulbi maupun konjungtiva palpebrae akibat kegagalan mekanisme

pertahanan primer dan/atau sekunder yang berupa perdarahan konjungtiva, lisozim,

maupun imunoglobulin pada lapisan air mata. Sekret konjungtiva bulbi pada

konjungtivitis dapat bersifat:

Air, disebabkan infeksi virus/alergi.

Purulen, disebabkan oleh bakteri/Chlamydia.

Hiperpurulen disebabkan oleh gonococcus/meningococcus.

Mukoid oleh alergi/vernal.

Serosa oleh adenovirus.

Bila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan mikrobiologi

dengan pulasan Gram (mengidentifikasi organisme bakteri) serta pulasan Giemsa

(menetapkan jenis dan morfologi sel) maka didapatkan kemungkinan penyebab

sekret, seperti:

Limfosit-monosit-sel berisi nukleus, sedikit plasma, makan infeksi

mungkin disebabkan oleh virus.

Leukosit polimorfonuklear, kemungkinan penyebabnya adalah bakteri.

Eosinofil, basofil oleh alergi.

Sel epitel dengan badan inklusi basofil sitoplasmik oleh Chlamydia.

Sel datya multinuklear oleh virus herpes simpleks.

Sel-Leber dan sel datya makrofag oleh trakoma.

Keratinisasi dengan filamen karena pemfigus atau mata kering, dan

Badan Guarneri eosinofilik oleh Vaccinia.

Berdasarkan skenario di atas, terlihat bahwa sekret mata dengan eksudat yang

lengket mungkin mengarahkan diagnosis pada konjungtivitis bakterial dengan

penampakan leukosit PMN pada pemeriksaan sitologik serta seringkali bersifat

purulen.

Pada pemeriksaan kornea didapatkan kornea bening, yang menandaskan

bahwa fungsi kornea dalam hal pembiasan masih bersifat baik.

JUMP 4 : Menginventarisasikan permasalahan-permasalahan secara sistematis dan

pernyataan sementara mengenai permasalahan-permasalahan pada langkah 3

JUMP 5 : Merumuskan tujuan pembelajaran

1. Diferensial diagnosis

2. Pemeriksaan Slit lamp dan Segmen Anterior

3. Tatalaksana

4. Komplikasi dan Prognosis

JUMP 6 : Mengumpulkan informasi baru (Belajar mandiri di rumah )

JUMP 7 : Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru yang diperoleh

Diagnosis Banding

Konjungtivitis

a. mata merah 3 hari yang lalu

b. gatal dan berair

c. kelopak mata bengkak & lengket

d. pandangan kabur dan silau

laki-laki 30 tahun

a. mikrobiologi

b. segmen anterior

c. slit lamp

terapi dan rawat jalan

a. konjungtiva hiperemi

b. terdapat sekret

c. kornea jernih

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah penyakit

mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak

mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu.

Jumlah agen-agen yang patogen dan dapat menyebabkan infeksi pada mata semakin

banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat-obatan topical dan agen

imunosupresif sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien dengan infeksi HIV dan pasien

yang menjalani transplantasi organ dan menjalani terapi imunosupresif.

Konjungtivitis Bakteri

Konjungtivitis bakteri adalah inflamasi konjungtivayang disebabkan oleh bakteri.Pada

konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan matamerah, sekret pada mata.

Etiologi dan Faktor Resiko

Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut,

subakut dan kronik.Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanyadisebabkan oleh N

gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis.Bentukyang akutbiasanya disebabkan oleh

Streptococcus pneumoniadan Haemophilus aegyptyus.Penyebab yang paling sering pada

bentukkonjungtivitis bakteri subakut adalah H influenzadan Escherichia coli, sedangkan

bentuk kronik paling sering terjadipada konjungtivitis sekunderatau pada pasien dengan

obstruksi duktus nasolakrimalis.

Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata

yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit inibiasanya terjadi

pada orangyangterlalu sering kontakdengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi.

Patofisiologi

Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal sepertistreptococci,

staphylococcidan jenisCorynebacterium.Perubahan padamekanisme pertahanan tubuh

ataupun pada jumlah koloni flora normaltersebut dapat menyebabkan infeksi

klinis.Perubahan padaflora normal dapatterjadi karena adanya kontaminasi eksternal,

penyebaran dari organ sekitarataupun melalui aliran darah.

Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab

perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotic.

Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitelyangmeliputi

konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun yang berasal

dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata,

mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip.Adanyagangguan atau kerusakan

padamekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva.

Gejala Klinis(AOA, 2008)

- Injeksi konjungtiva

- Sekret bakteri lebih purulen

- Edema pada kelopak mata

- Tidak ada gangguan visus

- Khas: kelopak mata saling melekat pada pagi hari waktu bangun tidur

Diagnosis

Padasaat anamnesisyang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkinsaja penyakit

berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih tua. Pada pasien

yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular seksual dan riwayat

penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat

penyakityang sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-

obatkemoterapi, riwayat pekerjaanyang mungkin ada hubungannya denganpenyakit, riwayat

alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat penggunaan lensa-kontak.

Konjungtivitis virus

Konjungtivitis virus dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus. Konjungtivitis ini

dapat menyebabkan cacat atau dapat sembuh sendiri, serta dapat lebih lama daripada

konjungtivitis bakteri.

Etiologi dan faktor risiko

Konjungtivitis ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus, namun adenovirus

adalah yang terbanyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virusadalah yang

paling membahayakan.Selain itu penyakit ini jugadapat disebabkan oleh virusVaricella

zoster, picornavirus(enterovirus 70,Coxsackie A24), poxvirus, dan human

immunodeficiencyvirus.

Penyakit inisering terjadi pada orangyangseringkontak dengan penderita dan dapat menular

melalui di droplet pernafasan, kontak denganbenda-bendayang menyebarkan

virus(fomites)dan berada di kolam renang yang terkontaminasi.

Gejala Klinis

Pada keratokonjungtivitisepidemicyang disebabkan oleh adenovirusbiasanya dijumpai

demam dan mata seperti kelilipan, mata berairberat dankadang dijumpai pseudomembran.

Selain itu dijumpai infiltratesubepitel kornea atau keratitis setelah terjadikonjungtivitisdan

bertahan selama lebih dari 2 bulan. Biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran

pernafasan atas dangejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam.

PadakonjungtivitisHerpeticyang disebabkan oleh virus herpes simpleks(HSV)yang

biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri,

fotofobia ringan dan seringdisertaikeratitis herpes.

Konjungtivitis hemoragika akutyang biasanya disebabkan oleh enterovirusdan

coxsackie virusmemiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi

airmata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang

dapat terjadi kimosis.

Diagnosis

Diagnosis difokuskan padagejala-gejala yang membedakan tipe-tipe menurut

penyebabnya.Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan gejala-gejala sistemik maupun

okular, keparahan dan frekuensi gejala,faktor-faktor resiko dan keadaan lingkungan

sekitaruntuk menetapkan diagnosiskonjungtivitis virus (AOA, 2010).Pada anamnesis penting

juga untuk ditanyakan onset, dan juga apakah hanya sebelah mata atau kedua mata yang

terinfeksi.

Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis

bakteriberdasarkangejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaanlanjutan.

Konjungtivitis Alergi

Konjungtivitis alergiadalah bentuk alergi pada mata yang paling sering dan

disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtivayang diperantarai oleh sistem imun. Reaksi

hipersensitivitasyang paling seringterlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi

hipersensitivitas tipe 1.

Etiologi dan Faktor Resiko

Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitisalergi musiman dan

konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanyadikelompokkan dalam satu grup,

keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis atopicdan konjungtivitis papilar raksasa.

Etiologi dan factorrisiko pada konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuaidengan

subkategorinya.Konjungtivitisalergi musiman dan tumbuh-tumbuhan biasanya disebabkan

olehalergi tepung sari, rumput, bulu hewan,dan disertai dengan rinitis alergi serta timbulpada

waktu-waktu tertentu.

Vernal konjungtivitis sering disertai dengan riwayat asma, eksema dan rhinitisalergi

musiman.

Konjungtivitis atopik terjadi pada pasien denganriwayatdermatitis atopik, sedangkan

konjungtivitis papilar raksasa pada pengguna lensa-kontak atau mata buatan dari plastik.

Gejala Klinis

Pada konjungtivitisalergi musimandan alergi tumbuh-tumbuhan keluhan utama adalah

gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan konjungtiva,dan sering ditemukan kemosis berat.

Pasien dengan keratokonjungtivitisvernal sering mengeluhkan mata sangatgataldengan

kotoran matayang berserat, konjungtiva tampak putih susu dan banyak papila halus

dikonjungtiva tarsalis inferior.

Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobiamerupakan keluhan

yang paling sering pada keratokonjungtivitis atopik. Ditemukan jupa tepian palpebra yang

eritematosa dan konjungtiva tampakputih susu. Pada kasusyang berat ketajaman penglihatan

menurun.

Sedangkan padakonjungtivitis papilar raksasa dijumpaitanda dan gejala yang

miripkonjungtivitis vernal.

Diagnosis

Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien sertaobservasi

padagejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi.Gejalayang paling

penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah rasagatalpada mata, yang mungkin saja

disertai mata berair, kemerahan dan fotofobia.

Konjungtivitis Jamur

Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicansdanmerupakan

infeksiyang jarang terjadi.Penyakit ini ditandai dengan adanyabercak putih dan dapat timbul

pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu.Selain Candida

sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi,

danCoccidioidesimmitis walaupun jarang.

Konjungtivitis Parasit

Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksiThelaziacaliforniensis, Loa loa,

Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosomahaematobium, Taenia solium dan

Pthirus pubis walaupun jarang.

Konjungtivitis kimia atau iritatif

Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan

substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi-substansi iritan yang masuk

ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan konjungtivitis, seperti asam, alkali, asap dan

angin, dapat menimbulkan gejala-gejala berupa nyeri, pelebaran pembuluh darah, fotofobia,

dan blefarospasme.

Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka panjang

seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan pengawet yang toksik

atau menimbulkan iritasi.

Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab dan pemakaian

tetesan ringan.

Konjungtivitis lain

Selain disebabkan oleh bakteri, virus, alergi, jamur dan parasit, konjungtivitis juga

dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan penyakit autoimun seperti penyakit tiroid, gout

dan karsinoid.Terapi pada konjungtivitis yang disebabkan oleh penyakit sistemik tersebut

diarahkan pada pengendalian penyakit utama atau penyebabnya.

Konjungtivitis juga bisa terjadi sebagai komplikasi dari acne rosacea dan dermatitis

herpetiformis ataupun masalah kulit lainnya pada daerah wajah.(AOA, 2008).

Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan slit-lamp (Biomicroscopy)

Adalah pemeriksaan yang menggunakan mikroskop berdaya rendah dikombinasikan

dengan sumber cahaya intensitas tinggi yang dapat difokuskan untuk bersinar dalam sinar

tipis. Pemeriksaan dilakukan untuk menilai, terutama kelopak mata, kornea, konjungtiva,

sklera, dan iris. Pemeriksaan dilakukan dari luar lalu d lanjutkan kedalam.

Prosedur yang dilakukansebagaiberikut:

1. Pasien menempelkan dagu dan dahi pada sandaran mikroskop yang ada di depannya

yang berfungsi untuk menjaga kepala tetap stabil selama pemeriksaan

2. Pewarnakuning (fluorescein) digunakan untuk membantu memeriksa kornea dan

lapisan air mata. Cairan ini akan di teteskan atau dengan menyentuhkan strip kertas

berwarna ke sklera. Saat berkedip, air mata berfungsi sebagai pembilas dari pewarna

tersebut.

3. Kemudian tetskan midriatikum yang berfungsi untuk memperluas (membesar)

diameter pupil. Midriatikum bekerja selama kurang lebih 15 sampai 20 menit.

Nilaistrukturmata yang terlihat.

4. Pemeriksaan slit-lamp kemudian diulang menggunakan lensa kecil yang lain diadakan

dekat dengan mata, sehingga bagian belakang mata dapat diperiksa.

Indikasi dilakukan pemeriksaan slit-lamp :

1. katarak

2. traumakornea

3. dry eye syndrome

4. degenerasi macula

5. penyumbatanpembuluh retina

6. retinitispigmentosa

7. uveitis

setelah pemeriksaan, pasien dapat mengeluhsilau (sensitivitascahayameningkat) karena

efek dari midriatikum. Selain itu, dapat juga meningkatkan tekanan mata dengan mual dan

nyeri.

B. Pemeriksaan anteriortanpa slit-lamp

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai mata dan adneksanya dengan menggunakan

pencahayaan yang cukup (tanpa slit-lamp). Yang dinilai adalah :

konjungtiva: adakah tanda inflamasi? Atau adanya pendarahan? Adakah secret?

Kornea: kejernihan ,refleksi mata

Bilik mata anterior :apakah intak?

Iris dan pupil? Apakah bentuknya normal?

Lensa: kejernihan

C. Mikrobiologi test

Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan dengan mengkultur bakteri yang berasal dari

discharge mata. Pemeriksaan ini berfungsi untuk identifikasi bakteri penyebab keluhan dan

dapat menentukan antibiotik yang sesuai. Pemerksaan mikrobiologi dilakukan pada penyakit

dengan indikasi infeksi pada mata yang tidak membaik dengan pengobatan sebelumnya yang

diberikan.

Prosedur yang dilakukan:

1. Pemeriksa menggunakan cotton swab steril

2. Swab diusapkan pada permukaan mata atau pada konjungtiva untuk mendapatkan

discharge atau pus

3. Usapkan pada media tanam untuk identifikasi bakteri dan media sensitivitas untuk

menentukan antibiotik yang sesuai.

Normalnya, tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri. Jarang ditemukan resiko tindakan

pada pemeriksaanini, kadang ditemukan nyeri yang dapat tergantung pula pada sensitivitas

nyeri seseorang.

Penatalaksanaan Konjungtivitis

Konjungtivitis Bakteri

Penatalaksanaan

Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya.

Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis

purulen yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi

topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus konjungtivalis

harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret konjungtiva (Ilyas, 2008).

Konjungtivitis Virus

Penatalaksanaan

Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa

umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal atau

sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea (Scott, 2010). Pasien

konjungtivitis juga diberikan instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi

(James, 2005).

Konjungtivitis Alergi

Penatalaksanaan

Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan vasokonstriktor-antihistamin topikal dan

kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid topikal jangka pendek untuk

meredakan gejala lainnya (Vaughan, 2010).

Konjungtivitis Jamur

Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan

infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat

timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain

Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium

serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang (Vaughan, 2010).

Konjungtivitis Parasit

Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa loa,

Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia solium dan

Pthirus pubis walaupun jarang (Vaughan, 2010).

Konjungtivitis kimia atau iritatif

Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan

substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi-substansi iritan yang masuk

ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan konjungtivitis, seperti asam, alkali, asap dan

angin, dapat menimbulkan gejala-gejala berupa nyeri, pelebaran pembuluh darah, fotofobia,

dan blefarospasme.

Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka

panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan pengawet

yang toksik atau menimbulkan iritasi.

Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab dan

pemakaian tetesan ringan (Vaughan, 2010).

Konjungtivitis lain

Selain disebabkan oleh bakteri, virus, alergi, jamur dan parasit, konjungtivitis juga

dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan penyakit autoimun seperti penyakit tiroid, gout

dan karsinoid. Terapi pada konjungtivitis yang disebabkan oleh penyakit sistemik tersebut

diarahkan pada pengendalian penyakit utama atau penyebabnya (Vaughan, 2010).

Konjungtivitis juga bisa terjadi sebagai komplikasi dari acne rosacea dan dermatitis

herpetiformis ataupun masalah kulit lainnya pada daerah wajah. (AOA, 2008).

Prognosis

KonjungtivitisAlergi

Karena konjungtivitis alergi umumnya akan hilang dengan mudah, prognosisnya baik. .

Komplikasinya sangat jarang, dengan ulkus kornea atau keratoconus jarang terjadi. Meskipun

konjungtivitis alergi mungkin sering terulang kembali,namun jarang menimbulkan kebutaan.

Konjungtivitis virus

Kebanyakan kasus konjungtivitis virus adalah akut, jinak dan self-limiting disease,

meskipun infeksi kronik ada. Infeksi biasanya sembuh spontan sekitar 2-4 minggu.Infiltrat

subepitelial mungkin tertinggal beberapa bulan dan jika berada di aksis penglihatan, akan

menyebabkan penurunan visus. Komplikasi meliputi: keratitis pungtata dengan infiltrat

subepitel, ulserasi kornea dengan kerato konjungtivitis, dan infeksi kronis.

Keratitis epitel dapat menyertai konjungtivitis virus.

Konjungtivitis Bakteri

Konjungtivitis bakteri sangat baik selama tidak ada gejala sisa dan kornea tidak

terkena. Komplikasi berkembang pada pathogen seperti, Chlamydia trachomatis atau N

gonorrhoeae. Komplikasi berlanjut bias terjadi: sepsis dan meningitis dikarenakan N

gonorrhoeae. Infeksi Chlamidia pada bayi barulahir bias mengarah ke pneumonia dan atau

otitis media.

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien mengalami mata merah tanpa penurunan visus penglihatan. Diferential diagnosis yang

paling mendekati untuk penyakit yang diderita pasien adalah konjungtivitis. konjungtivitis

dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Bisa disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan lain-

lain seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Tidak terjadi penurunan visus

disebablan karena gangguanhanya terjadi pada konjungtiva, dan tidak mengenai media

refraksi.

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Proses terjadinya mata merah dapat disertai dengan atau tanpa penurunan visus. Mata merah

tersebut dapat disebabkan oleh pelebaran atau pecahnya pembuluh darah yang

memvaskularisasi bola mata. Pada sekenario diatas, visus pasien normal (6/6), namun disertai

kelopak mata bengkak dan lengket ketika bangun tidur, sehingga kasus tersebut dapat

dikelompokan sebagai mata merah dengan pengelihatan normal dan kotor/sekret. Rasa gatal

dan berair merupakan tanda bahwa mata telah terpajan oleh corpus alienum yang bersifat

iritan. Mata berair merupakan proses proteksi air mata yang dihasilkan aparatus lakrimalis,

mengandung lisozim sebagai bakterisidal.

Terdapat berbagai macam differential diagnosis untuk kasus ini, diantaranya ialah

konjungtivitis. Konjungtivitis pun dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya oleh

bakteri, virus, jamur serta alergi. Masing-masing faktor memberikan manifestasi klinis yang

khas dan berbeda. Untuk mengetahu lebih lanjut penyebab konjungtivitis, harus dilakukan

pemeriksaan penunjang, salah satunya melalui pemeriksaan mikrobiologi, sehingga terapi

yang kelak diberikan sesuai dengan faktor pencetusnya.