Laporan Sosper Fix Print
-
Upload
lyla-laila -
Category
Documents
-
view
80 -
download
4
Transcript of Laporan Sosper Fix Print
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia pertanian maupun dunia usaha dalam bidang pertanian erat
kaitannya dengan aspek-aspek sosiologi yang mencakup kebudayaan,
stratifikasi sosial, kelembagaan, dan jaringan sosial. Aspek-aspek tersebut
sangat mempengaruhi kemajuan usaha pertanian baik pada tingkat petani
maupun pada pedagang produk pertanian itu sendiri. Pada dasarnya pemasaran
adalah salah satu sub sistem dalam sistem agribisnis, sehingga pasar memiliki
peranan penting dalam kesuksesan agribisnis.
Itulah sebabnya, usaha pertanian memiliki keterkaitan yang sangat erat
dengan pemasaran, baik yang dilakukan secara langsung maupun melalui
perantara atau distributor. Untuk melakukan hal itu dibutuhkan jaringan sosial
yang baik agar dapat memasarkan hasil pertanian tersebut secara maksimal.
Pasar sendiri adalah tempat dimana terjadi titik kesepakatan antara harga jual
dan harga beli antara penjual dan pembeli.Oleh karena itu aspek-aspek
sosiologi memang sangat berperan dalam mempengaruhi kemajuan usaha
pada bidang pertanian baik pada tingkat petani, desa, maupun supra desa.
Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pengaruh perkembangan
zaman pada pemasaran hasil pertanian , maka perlu diadakan praktikum
sosiologi pertanian dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dan
pemahaman aspek-aspek sosiologis pada tingkat pedagang produk-produk
hasil pertanian, serta para pelaku yang terlibat didalamnya.
Alasan dilakukannya wawancara di Pasar Besar Kota Malang untuk
memenuhi tugas akhir praktikum Sosiologi Pertanian karena Pasar Besar kota
Malang adalah salah satu tempat dimana warga Kota Malang mencari sarana
dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga kita dapat
mengidentifikasi aspek-aspek sosiologis yang ada di Pasar tersebut ataupun di
kehidupan para pedagang.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa aspek-aspek sosiologi pada tingkat perdagangan produk-produk hasil
pertanian?.
2. Apa pengaruh perkembangan zaman pada pemasaran hasil pertanian?.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui aspek-aspek sosiologis pada tingkat pedagang produk-produk
hasil pertanian
2. Mengetahui pengaruh perkembangan zaman pada pemasaran hasil
pertanian.
2
BAB II
ASPEK SOSIOLOGIS PEDAGANG
2.1 Qur’anul Ilma/125040100111009
2.1.1 Identifikasi Pedagang Hasil Pertanian
Dalam kegiatan akhir praktikum Sosiologi Pertanian, dilakukan
wawancara dengan seorang pedagang di Pasar Besar Kota Malang pada hari
sabtu, 01 Desember 2012. Wawancara tersebut dilakukan pada salah satu
pedagang yang bernama Bapak Ahmad Jainuri yang berusia 33 tahun.
Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh Bapak Ahmad Jainuri yaitu
Sekolah Menengah Atas. Dalam kesehariannya beliau hanya bekerja sebagai
seorang pedagang untuk menghidupi istri dan seorang anaknya. Beliau
mulai bekerja sebagai pedagang pada tahun 2007.
2.1.2 Asal Usul Menjadi Pedagang
Bapak Ahmad Jainuri mengaku bahwa dia mulai bekerja sebagai
pedagang pada tahun 2007, dan sebelum itu beliau bekerja sebagai pekerja
di sebuah toko yang juga menjual produk-produk hasil pertanian milik
orang lain. Pada awal karirnya sebagai seorang pedagang beliau meneruskan
bisnis keluarga yang hanya terdiri dari jengkol, pete, dan jeruk, dengan
modal awal milik pribadi ditambah dengan pinjaman dari tetangga. Beliau
mendapatkan produk-produk tersebut dari supplier yang sudah menjadi
langganannya. Untuk jumlah komoditi yang dijual tiap harinya selalu
berbeda-beda, menyesuaikan dengan kebutuhan dan mekanisme pasar.
2.1.3 Transaksi Jual Beli Hari Ini
Barang yang dijual Pak Ahmad Jainuri tiap harinya tidak selalu
habis dan akan dijual lagi keesokan harinya, namun apabila sudah tidak
memungkinkan dijual maka akan dibuang. Pak Ahmad Jainuri memilih
menjadi pedagang karena sesuai dengan keahlian yang dimilikinya dan
tingkat keberhasilan yang dirasa cukup besar. Beliau memilih menjual
komoditi tersebut karena jengkol masih jarang ditemukan di daerah Malang.
Semua produk yang dijual Pak Ahmad Jainuri dibeli secara kiloan, dan
3
dibawa ke pasar menggunakan pick-up ataupun sepeda motor yang
merupakan kendaraan sehari-hari beliau. Pak Ahmad Jainuri tidak memberi
perlakuan secara khusus terhadap barang yang diperdagangkan, beliau
hanya mengelap dan apabila dirasa perlu maka akan dicuci. Sedangkan
untuk harga, beliau mengaku menyesuaikan dengan harga yang ada di
pasaran dan menyesuaikan dengan kondisi barang. Pak Ahmad Jainuri biasa
mengambil keuntungan sebesar Rp.1000 sampai Rp.3000 rupiah per kilo,
atau sekitar 18% dari harga belinya dari supplier. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya bahwa Pak Ahmad Jainuri mengangkut barang dagangannya ke
pasar menggunakan kendaraan milik pribadi, sehingga tidak ada biaya
angkut atau biaya transport yang dikeluarkan beliau untuk membayar tenaga
kerja. Secara keseluruhan para pedagang hanya mengeluarkan biaya
tambahan sebesar Rp.1000 tiap harinya untuk kebersihan dan biaya retribusi
pada petugas pasar yang tiap harinya rutin keliling ke lapak-lapak tempat
para pedagang berjualan untuk menagihnya. Menurut Pak Ahmad Jainuri
lokasi tempat berjualan (pasar) sangat mempengaruhi jumlah pembeli dan
tingkat penjualan, menurut beliau pasar adalah tempat dimana orang-orang
dari berbagai golongan berkumpul untuk memenuhi kebutuhan sehari-
harinya, jadi kemungkinan untuk meningkatkan keuntungan semakin besar.
Tidak sedikit orang yang membeli barang dagangan Pak Ahmad Jainuri
secara grosir, terutama mereka yang akan memiliki hajatan. Tetapi mereka
tetap membeli produk atau barang dagangan Pak Ahmad Jainuri tersebut
dalam hitungan atau batasan kilogram.
Untuk lebih jelasnya tentang produk-produk hasil pertanian yang
dijual oleh Pak Ahmad Jainuri dari jumlah yang banyak sampai yang
tersedikit dijual dengan tingkat habis atau tidaknya produk-produk tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut,
Nomor Jenis Produk diurut dari Terbanyak ke Tersedikit
1 Jengkol TH/TTH
2 Jeruk TH/TTH
3 Pete TH/TTH
4
Keterangan: TTH ( Tidak Terjual Habis ), TH ( Terjual Habis )
Tabel 2.1 Jenis Produk yang Dijual Pak Ahmad Jainuri Diurut dari
Terbanyak ke Tersedikit
Seperti yang dituliskan dalam tabel, produk-produk hasil pertanian
yang dijual oleh Pak Ahmad Jainuri rata-rata tiap harinya tidak terjual habis,
menurut Pak Ahmad Jainuri hal ini dipengaruhi oleh selera atau kebutuhan
konsumen. Selain itu Pak Ahmad Jainuri juga memaparkan bahwa dari
semua produk hasil pertanian yang dijual beliau, pete adalah produk yang
tingkat penjualannya paling tinggi atau paling cepat habis, karena paak
ahmad jainuri hanya menjual pete dalam jumlah yang relatif sedikit, hal ini
disebabkan karena pete adalah produk yang tampilan dan tingkat
kesegarannya cepat berubah, jika terlalu lama dibiarkan dalam tempat
terbuka kulit pete biasanya berubah warna menjadi kuning kecoklatan, hal
ini membuat minat konsumen untuk membeli pete berkurang. Sebab yang
lainnya dikarenakan konsumen biasanya cenderung memilih produk yang
tampilannya baik dan kondisinya masih segar.
Menurut Pak Ahmad Jainuri, apabila kondisi barang sudah menurun
kualitas dan tampilannya maka akan membuat Pak Ahmad Jainuri mau tak
mau harus mengurangi harga jual barang tersebut, hal ini justru akan
membuat Pak Ahmad Jainuri rugi. Maka untuk mengantisipasi hal tersebut
sebelum barang atau produk hasil pertanian yang dijual beliau benar-benar
rusak atau busuk, maka beliau lebih memilih untuk menurunkan harga
barang tersebut. Hal tersebut sesuai pada ciri-ciri produk hasil pertanian
yaitu mudah rusak atau tidak tahan lama.
Berikut adalah daftar harga jual dan harga beli Pak Ahmad Jainuri per
satuan produk hasil pertanian yang dijual oleh Pak Ahmad Jainuri,
5
Jenis Produk Pertanian Jumlah (satuan/ikat)Harga Beli
( Rupiah )
Harga Jual
( Rupiah )
1 Jengkol satuan kg 12000 15000
2 Jeruksatuan kg
6000 7500-8000
3 Pete satuan ikat 8000-900010000-
12000
Tabel 2.2 Data Harga Jual dan Harga Beli Produk Pertanian per Satuan Pak
Ahmad Jainuri
Dari tabel diatas terlihat bahwa Pak Ahmad Jainuri menjual pete
dengan satuan ikat degan harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.8000-
9000/ikat, dan menjualnya lagi kepada para konsumen dengan harga
Rp.10000-12000. Untuk jeruk Pak Ahmad Jainuri membeli dari supplier
atau tengkulak dengan harga sebesar Rp.6000 dan menjualnya pada
konsumen dengan harga sebesar Rp.7500-8000 per kilogramnya. Sedangkan
untuk jengkol Pak Ahmad Jainuri biasa membelinya dari supplier dengan
harga Rp.8000-9000 per satuan kilogramnya, dan menjualnya pada
konsumen dengan harga Rp.10000-12000 per kilogramnya. Menurut Pak
Ahmad Jainuri keuntungan yang beliau ambil sudah sesuai dengan harga
yang ada di pasaran dan biaya yang telah dikeluarkan oleh beliau. Selain itu
beliau juga memperhitungkan agar keuntungan yang diperoleh pada hari itu
dapat diputar balik atau dipakai lagi untuk membeli produk-produk hasil
pertanian lagi untuk dijual pada hari berikutnya. Para pedagang di Pasar
Besar Kota Malang ini rata-rata tidak menghitung berapa modal yang telah
dikeluarkan tiap harinya dan untung yang didapat, tetapi mereka
mengatakan bahwa modal dan untung mereka akan diputar ( dalam bahasa
dagang ) untuk kelanjutan usaha dagangnya.
6
2.1.4 Dampak Globalisasi Terhadap Pemasaran Produk Pertanian
Sebelum membahas tentang dampak globalisasi terhadap pemasaran
dan produk pertanian, perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang pengertian
dari globalisasi itu sendiri.Globalisasi adalahpertumbuhan yang sangat atas
saling ketergantungan hubungan antara negara-negara di dunia dalam hal
perdagangan dan keuangan ( Princenton N. Lyman,1999 ).
Dari wawancara yang saya lakukan pada Bapak Ahmad Jainuri dapat
diketahui bahwa banyaknya impor hasil pertanian dari luar negeri dan
berkembangnya supermarket di Malang dan kota-kota lainnya di Jawa
Timur beberapa tahun terakhir tidak memberikan pengaruh yang begitu
besar, barang dagangan beliau tetap laku keras atau tetap stabil karena
pelangggan yang membeli secara grosir memilih tetap berlangganan kepada
beliau. Hal ini sangat masuk akal, dikarenakan mereka harus mengeluarkan
biaya lebih jika mereka memih membelinya di supermarket. Menurut bapak
jainuri para konsumen lebih memilih berbelanja di pasar karena kualitas
barang yang ada di pasar dan supermarket sebenarnya relatif sama, mungkin
hanya beda tempat dan kemasannya saja. Orang-orang yang berbelanja di
supermarket biasanya hanya untuk meningkatkan gengsi. Menurut Pak
Ahmad Jainuri adanya supermarket dapat digunakan sebagai plembanding
untuk memberi perlakuan terhadap barang yang diperdagangkan, selain itu
harga di supermarket dapat digunakan sebagai pembanding harga agar para
konsumen tertarik untuk membeli produk hasil pertanian yang dijual.
2.1.5 Informasi Transaksi Diluar Hari Ini
Bapak Ahmad Jainuri mengaku bahwa kondisi jual beli produk
pertanian yang dilakukan pada sehari sebelumnya, seminggu terakhir, 2
minggu terakhir, 3 minggu terakhir dan sebulan terakhir jika dilihat dari
berbagai aspek diantaranya jenis produk, volume produk, asal produk, cara
memperoleh produk dan cara mengangkut produk yang diperjual belikan
relatif sama dalam kurun waktu tersebut diatas. Sedangkan untuk harga
7
pembelian,harga penjualan, biaya yang dikeluarkan serta keuntungan yang
diperoleh itu tergantung pada perkembangan yang terjadi di pasar, jika
harga naik maka biaya yang dikeluarkan semakin besar dan sebaliknya.
2.2 Gitta Ayu Zerlinda/125040100111012
2.2.1 Identifikasi Pedagang Hasil Pertanian
Dalam pengamatan studi lapang sosiologi pertanian pada tanggal 1
Desember 2012 di Pasar Besar Kota Malang, saya melakukan wawancara
dengan seorang pedagang yang bernama Kasyanto yang berumur 34 tahun.
Pak Kasyanto bertempat tinggal di Kecamatan Karangploso bersama istri
dan 2 anaknya. Berdagang adalah pekerjaan utama Pak Kasyanto.
2.2.2 Asal Usul Menjadi Pedagang
Awalnya, Pak Kasyanto adalah seorang distributor produk-produk hasil
pertanian yang kemudian pada tahun 2007, beliau mulai berdagang hasil
pertanian, karena menurut beliau keuntungan yang didapatkan dari
berdagang lebih besar daripada menjadi distributor, serta modal yang
diperlukan dirasa lebih sedikit. Semua macam barang yang diperdagangkan
oleh Pak Kasyanto diperoleh dari petani di Batu, tiap harinya Pak Kasyanto
biasa memasok barang dagangan beliau yang berupa produk hasil pertanian,
dalam hal ini adalah sayuran tersebut sebanyak 2 kw/hari. Setiap harinya,
Pak Kasyanto berdagang di Pasar Besar Kota Malang. Perkembangan omzet
dari hari ke hari relatif stabil dan penjualan produk sayuran rata-rata habis
atau laku. Sehingga Pak Kasyanto dapat memperoleh keuntungan yang
besar atau maksimal. Menurut Pak Kasyanto lokasi tempat berjualan juga
sangat mempengaruhi tingkat penjualan dan jumlah pembeli produk
pertanian yang dijual, menurut beliau lokasi atau tampat berjualan yang
strategis akan mengundang banyak pembeli dan penjualan. Pak Kasyanto
juga mengaku bahwa ada sebagian orang yang membeli produk hasil
pertanian yang beliau jual dalam jumlah besar, rata-rata dari mereka yang
membeli dalam jumlah besar adalah pedagang keliling yang menjualnya lagi
ke rumah-rumah.
8
2.2.3 Transaksi Jual Beli Hari Ini
Jika ada produk atau hasil pertanian yang belum terjual, Pak
Kasyanto biasanya menyusunnya, kemudian dicuci atau dibersihkan dan
disortir. Alasan beliau menjual hasil/produk pertanian adalah karena dicari
banyak orang, mudah dijual, serta cepat terjual, sehingga rata-rata barang
dagangannya cepat terjual habis. Asal produk atau hasil pertanian yang
dijual Pak Kasyanto adalah dari pedagang di daerah Batu. Beliau sehari-
hari membawa produk ke pasar dengan menggunakan mobil pick-up
pribadi , sehingga Pak Kasyanto mengeluarkan biaya tambahan untuk
membeli bahan bakar sebesar Rp.50000 rupiah,sedangkan untuk biaya
pengangkut Pak Kasyanto tiap harinya mengeluarkan biaya Rp.10000
untuk menggaji kuli yang membawakan barang dagangannya masuk
kedalam pasar sampai pada lapak tempat Pak Kasyanto memasarkan
produk hasil pertanian tersebut, seperti halnya pedagang lain di Pasar
Besar Kota Malang ini Pak Kasyanto juga membayar biaya retribusi dan
biaya untuk kebersihan sebesar Rp.1000 rupiah tiap harinya. Jadi secara
keseluruhan biaya tambahan yang dikeluarkan oleh Pak Kasyanto tiap
harinya adalah sebesar Rp.71000. menurut penjelasan yang saya dapat dari
Pak Kasyanto harga produk pertanian yang dijual beliau mulai dari pagi,
siang dan sore adalah tetap. Untuk harga produk pertanian yang dijual
sendiri itu menyesuaikan dengan harga yang berlaku dipasaran , tetapi Pak
Kasyanto biasa mengambil keuntungan sebesar 20% dari harga beli dari
petani, sehingga apabila dikalkulasikan keuntungan yang didapat oleh Pak
Kasyanto tiap harinya adalah Rp.200000. Sumber modal yang digunakan
oleh Pak Kasyanto dalam berdagang sehari-hari adalah sebesar Rp.700000
dan berasal dari modal sendiri.
Berikut adalah daftar table produk-produk pertanian yang dijual oleh
Pak Kasyanto,
Jenis Produk Pertanian Jumlah (satuan/ikat)Harga Beli
(Rupiah )
Harga Jual (Rupiah )
9
1 Sawi satuan kg 5500 65002 Brokoli satuan kg 3000 35003 Jamur satuan kg 7000 80004 Jagung satuan kg 4000 50005 Wortel satuan buah 2.000 3.0006 Selada satuan kg 10.000 12.0007 Bayam satuan ikat 800 15008 Kangkung Satuan ikat 800 15009 Buncis satuan kg 6500 800010 Timun satuan kg 800 1500
Table 2.3 Data Harga Jual dan Harga Beli Produk Pertanian Pak Kasyanto per
Satuan
Dari tabel diatas terlihat bahwa Pak Kasyanto menjual sawi dengan
satuan kg, harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.5500/kg, dan menjual
ke para konsumen dengan harga Rp.6500. Brokoli dijual dengan satuan kg,
harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.3000/kg, dan menjual ke para
konsumen dengan harga Rp.3500/kg. Jamur dijual dengan satuan kg, harga
beli dari pengepul atau tengkulak Rp.4000/kg, dan menjual ke para
konsumen dengan harga Rp.5000/kg. Jagung dijual dengan satuan kg, harga
beli dari pengepul atau tengkulak Rp.4000/kg, dan menjual ke para
konsumen dengan harga Rp.5000./kg. Wortel dijual dengan satuan buah,
harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.2000/buah, dan menjual ke para
konsumen dengan harga Rp3000/buah. Selada dijual dengan satuan kg,
harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.10000/kg, dan menjual ke para
konsumen dengan harga Rp.12000/kg. Bayam dijual dengan satuan ikat,
harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.800/kg, dan menjual ke para
konsumen dengan harga Rp.1500/kg. Kangkung dijual dengan satuan ikat,
harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.800/ikat, dan menjual ke para
konsumen dengan harga Rp.1500/ikat. Buncis dijual dengan satuan kg,
harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.6500/kg, dan menjual ke para
konsumen dengan harga Rp.8000/kg. Akan tetapi Pak Kasyanto tidak selalu
menjualnya seperti diatas, beliau menjual dagangannya mengikuti
permintaan para konsumen.
10
Tabel dibawah ini menunjukkan data hasil penjualan Pak Kasyanto
yang habis terjual dan tidak habis terjual. Dan diurutkan dari yang terbanyak
ke yang terkecil.
Jenis Produk diurut dari Terbanyak ke tersedikit1 Sawi TH/TTH 7 Bayam TH/TTH
2 Brokoli TH/TTH 8Kangkun
g TH/TTH3 Jamur TH/TTH 9 Buncis TH/TTH4 Jagung TH/TTH 10 Timun TH/TTH5 Wortel TH/TTH 116 Selada TH/TTH 12
Keterangan: TTH ( Tidak Terjual Habis ), TH ( Terjual Habis )
Tabel 2.4 Jenis Produk yang Dijual Pak Kasyanto Diurut dari Terbanyak ke
Tersedikit
Dari table dapat diketahui tingkat atau daya penjualan Pak Kasyanto
mulai dari barang yang banyak diminati oleh pembeli atau konsumen dan
yang kurang diminati oleh konsumen atau pembeli di pasar, serta barang
atau produk hasil pertanian yang dijual Pak Kasyanto dalam jumlah yang
banyak dan yang paling sedikit. Dari data table diatas dapat dilihat bahwa
Pak Kasyanto menjual sawi dalam jumlah yang paling banyak, hal ini
karena para konsumen banyak yang berminat pada sawi yang harganya
cukup terjangkau dan gizi yang dikandungnya juga banyak. Selain itu ada
beberapa orang yang membeli sawi dalam jumlah yang cukup besar, yang
biasanya digunakan untuk jualan mie goring atau nasi goring dan untuk
dijual lagi keliling perumahan pendudduk. Dari seluruh penjualan yang
dilakukan Pak Kasyanto seperti yang telah dipaparkan sebelumnya Pak
Kasyanto dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp.200000 per harinya,
keuntungan ini menurut Pak Kasyanto cukup lumayan untuk kebutuhan
sehari-hari dan untuk menjadi modal lagi di hari selanjutnya.
2.2.4 Dampak Globalisasi Terhadap Pemasaran Produk Pertanian
11
Menurut wawancara yang saya lakukan dan berdasarkan
pengalaman Pak Kasyanto selama ini, lokasi pasar juga mempengaruhi
jumlah pembeli dan jumlah penjualan produk pertanian yang dijual.
Semakin strategis lokasi pasar tersebut, maka semakin banyak pula jumlah
pembeli dan jumlah penjualan produk pertanian yang dijual. Di sisi lain,
banyaknya impor hasil pertanian dan berkembangnya supermarket di
Malang beberapa tahun terakhir ini, ternyata tidak terlalu berpengaruh
terhadap pemasaran atau perdagangan hasil pertanian, karena masih banyak
pembeli yang lebih memilih untuk membeli sayuran di pasar.
2.2.5 Informasi Transaksi Diluar Hari Ini
Kondisi jual beli produk pertanian Pak Kasyanto sehari sebelumnya, 2
minggu terakhir, 3 minggu terakhi, dan sebulan terakhir jika dilihat dari
aspek jenis produk yang diperjualbeliakan, volume produk pertanian yang
diperjualbelikan, asal produk yang diperjual belikan, cara mengangkut
produk yang diperjual belikan, harga pembelian, harga penjualan, biaya
yang dikeluarkan, serta keuntungan yang diperoleh adalah relatif sama. Hal
ini tergantung pada permintaan pasar. Selain itu menurut beliau permintaan
konsumen dalam kurun waktu diatas juga relative sama, tetapi jika ada
perubahan harga produk hasil pertanian yang diperdagangkan secara
signifikan maka Pak Kasyanto akan mengurangi pasokkannya, karena
permintaan konsumen juga akan berkurang jika harga barang naik ( mahal ).
2.3 Lailatul Hidayah/125040100111027
2.3.1 Deskripsi Pedagangan Produk Pertanian Sampel
Pedagang yang saya wawancarai pada hari Sabtu, tanggal
01 Desember 2012 bernama Bapak Johan. Beliau tinggal di Kelurahan
Kota Lama, Kecamatan Kedung Kandang bersama istri dan seorang
anaknya yang masih berumur 3 tahun. Beliau berumur 33 tahun dengan
tingkat pendidikan formal SLTA. Beliau hanya bekerja sebagai
pedagang karena tidak memiliki lahan yang bisa digunakan sebagai
12
usaha sampingan. Beliau memiliki satu sepeda motor untuk sarana
transportasi.
2.3.2 Asal Usul Menjadi Pedagang
Diawal karirnya beliau bekerja pada saudagar cina sejak
tahun 2005. Hingga akhirnya pada tahun 2008 beliau memutuskan utuk
membuka lapak sendiri di Pasar Besar Kota Malang. Produk yang
beliau jual adalah produk-produk hasil pertanian. Barang-barang yang
beliau jual ini, didapatkannya dari para pengepul atau tengkulak yang
sudah menjadi langganan beliau setiap harinya. Jumlah sayuran yang
beliau jual setiap harin berbeda-beda berkisar antara 5-20 kg,
menyesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan pasar.
2.3.3 Transaksi Jual Beli Hari ini
Hari ini (sabtu/01-12-2012), bapak johan menjual berbagai
produk/hasil pertanian yang diantaranya adalah pete, timun, selada,
buncis, pucai, gubis, sawi, brokoli, jeruk nipis, dan sebagainya.
Seebelum dijual beberapa sayur biasanya di sortir kembali. Sayur-sayur
yang tidak layak jual biasanya akan dibuang begitu saja. Semua sayur
dagangan beliau ini, tidak setiap harinya selalu habis terjual, terkadang
masih ada yang tersisa. Serpeti halnya hari ini, masih ada buncis,
brokoli, timun, jeruk nipis dan sebagainya yang belum habis terjual.
Sayur.-sayur yang belum habis terjual ini akan beliau jual kembali esok
harinya, dan harga jualnya pun relatif tetap karena sayuran tersebut
masihdalam keadaan bagus. Beliau mendapatkan sayur-sayur
dagangannya ini dari para tengkulak dan terkadang juga ada para
pengepul yang mengantarkan langsung sayuran mereka ke lapak beliau.
Biasanya Pak Johan mengambil 5-20 kg/unit dari para tengkulak atau
pengepul utuk dijual kembali. Sayuran dijualnya dengan harga kiloan
dan terkadang juga bijian(tergantung pada permintaan pembeli). Jika
ada pembeli yang membeli sayuran dalam jumlah besar biasanya akan
13
diberikan bonus atau diskon. Dari penjualan sayur-sayurnya ini beliau
mengambil keuntunga berkisar antara Rp.2000-Rp.4000 per kilonya.
Modal awal Pak Johan untuk berdagang ini ±Rp.2.000.000.
Sebagian modal dagang ini beliau peroleh dari hasil pinjam ke
saudaranya. Keuntunga yang diperoleh beliau setiap harinya ±15% dari
modal yang telah dikeluarkan. Keuntungan ini akan diputar kembali
sebagai modal membeli dagangan.
Bapak Johan mengaku alasan beliau memilih menjual produk/hasil
peertanian seperti sayuran ini, karena sayur merupakan salah satu bahan
makanan pokok yang setiap hari dibutuhkan untuk menu makan sehari-
hari. Dan Pak Johan memilih pasar menjadi tempat berdagang karena
mnenurutnya pasar merupakan pilihan kebanyak orang untuk berbelanja
dan sangat mempengaruhi jumlah pembelian dan jumlah penjualan.
Dibawah ini menunjukan tabel jenis, jumlah, harga beli, serta harga
jual produk pertanian yang jual pak Johan.
Jenis Produk Pertanian Jumlah (satuan/ikat) Harga beli Harga Jual1 Daun bawang satuan kg 5500 65002 Kubis satuan kg 3000 50003 Kecambah satuan kg 7000 80004 Jagung satuan kg 4000 50005 Pete satuan kg 10000 120006 Timun satuan kg 800 15007 Brokoli Satuan kg 10000 120008 Selada Satuak kg 8000 100009 Sawi Satuan ikat 1000 3000
10 Pucai Satuan ikat 500 100011 Jeruk nipis Satuan kg 7000 10000
Table 2.5 Jenis, Jumlah, Harga Beli, serta Harga Jual Produk Pertanian yang Jual
Pak Johan
Dari tabel diatas terlihat bahwa pak johan menjual daun bawang
dengan satuan kg, harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.5500/kg,
dan menjual ke para konsumen dengan harga Rp.6500. Kubis dijual
14
dengan satuan kg, harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.3000/kg,
dan menjual ke para konsumen dengan harga Rp.5000/kg. Kecambah
dijual dengan satuan kg, harga beli dari pengepul atau tengkulak
Rp.7000/kg, dan menjual ke para konsumen dengan harga Rp.8000/kg.
jagung dijual dengan satuan kg, harga beli dari pengepul atau tengkulak
Rp.4000/kg, dan menjual ke para konsumen dengan harga Rp.5000./kg.
Pete dijual dengan satuan kg, harga beli dari pengepul atau tengkulak
Rp.10000/kg, dan menjual ke para konsumen dengan harga
Rp.12000/kg. Timun dijual dengan satuan kg, harga beli dari pengepul
atau tengkulak Rp.800/kg, dan menjual ke para konsumen dengan harga
Rp.1500/kg. Brokoli dijual dengan satuan kg, harga beli dari pengepul
atau tengkulak Rp.10000/kg, dan menjual ke para konsumen dengan
harga Rp.12000/kg. Selada dijual dengan satuan kg, harga beli dari
pengepul atau tengkulak Rp.8000/kg, dan menjual ke para konsumen
dengan harga Rp.10000/kg. Sawi dijual dengan satuan ikat, harga beli
dari pengepul atau tengkulak Rp.1000/ikat, dan menjual ke para
konsumen dengan harga Rp.3000/ikat. Pucai dijual dengan satuan ikat,
harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.500/ikat, dan menjual ke
para konsumen dengan harga Rp.1000/ikat. Jeruk dijual dengan satuan
kg, harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.7000/kg, dan menjual ke
para konsumen dengan harga Rp.10000/kg. Akan tetapi Pak Johan tidak
selalu menjualnya seperti diatas, beliau menjual dagangannya
mengikuti permintaan para konsumen.
Tabel dibawah ini menunjukkan data hasil penjualan Pak Johan yang
habis terjual dan tidak habis terjual. Dan diurutkan dari yang terbanyak
ke yang terkecil.
Jenis Produk diurut dari Terbanyak ke tersedikit
1 Sawi TH/TTH 7Jeruk nipis TH/TTH
2 Kubis TH/TTH 8 Pete TH/TTH
3 kecambah TH/TTH 9Daun bawang TH/TTH
4 Jagung TH/TTH10
Telur asin TH/TTH
15
5 Selada TH/TTH11 Brokoli TH/TTH
6 Timun TH/TTH12 pucai TH/TTH
Table 2.6 Data Hasil Penjualan Pak Johan yang Habis Terjual dan Tidak Habis Terjual
Dari tabel diatas terlihat bahwa tidak setiap harinya dagangan Pak
Johan habis. Menurut beliau habis dan tidaknya dagangannya ini
ditentukan oleh permintaan pasar. Dari tabel juga terlihat bahwa sawi
dan daun bawang habis tejual karena peminat sawi cukup banyak, tidak
hanya ibu rumah tangga yang membeli sawi dagangannya ini terkadang
ada pula penjual mie ayam atau penjual sayur-sayuran yang membeli
sawinya dalam jumlah banyak.
2.3.4 Dampak Globalisasi Terhadap Pemasaran Produk Pertanian
Dari wawancara yang saya lakukan kepada pada Bapak Johan
dapat diketahui bahwa banyaknya impor hasil pertanian dari luar negeri
dan berkembangnya supermarket di Malang dan Jawa Timur beberapa
tahun terakhir ini tidak memberikan pengaruh yang begitu besar, karena
barang yang diperdagangkan beliau tetap laku keras dan tetap stabil
setiap harinya, menurut beliau orang yang cenderung membeli barang-
barang di supermarket karena suasana dan keadaan sekitarnya yang
bersih berbeda dengan keadaan pasar yang alami. Selain itu perbedaan
harga yang cukup jauh menyebabkan para konsumen memilih untuk
membeli sayuran di pasar yang lebih murah dibandingkan dengan
supermarket yang harganya relatif lebih mahal.
2.3.5 Informasi Transaksi Diluar Hari Ini
Bapak Johan mengaku bahwa kondisi jual beli produk pertanian
yang dilakukan pada sehari sebelumnya, seminggu terakhir, 2 minggu
terakhir, 3 minggu terakhir dan sebulan terakhir dilihat dari beberapa
aspek diantaranya jenis produk, volume produk, asal produk, cara
memperoleh produk dan cara mengangkut produk yang diperjual
belikan relatif sama dalam jangka waktu tersebut. Sedangkan untuk
16
harga pembelian, harga penjualan, biaya yang dikeluarkan serta
keuntungan yang diperoleh juga relatif sama. Tergantung pada
perkembangan yang terjadi di pasar, jika harga naik maka biaya yang
dikeluarkan semakin besar begitu juga sebaliknya.
2.4 Nova Putra Pratama/125040100111038
2.4.1 Identifikasi Pedagang Hasil Pertanian
Nama pedagang yang saya wawancarai pada kunjungan lapang
Sosiologi Pertanian ke Pasar Besar Kota Malang bernama Ibu Ani.
Beliau berumur 41 tahun dan bertempat tinggal di Desa Buring
Kecamatan Kedung Kandang. Tingkat pendidikan formal yang telah
ditempuh oleh Ibu Ani adalah SMA ( Sekolah Menengah Atas). Ibu Ani
aini tinggal bersama 3 orang anggota keluarga. Selain bekerja sebgai
pedagang produk pertanian Ibu Ani juga bekerja sebagai tukang cuci
sebagai sampingan. Hasil dari pekerjaan cuci ini dapa menambah
penghasilan keluarganya sehari-hari.
2.4.2 Asal Usul Menjadi Pedagang
Sebelum menjadi pedagang produk-produk hasil pertanian, pada
tahun 2003 Ibu Ani bekerja sebagai pedagang kaki lima. Pada awalnya
Ibu Ani berusaha memahami pasar dan akhirnya beliau berjualan
produk hasil pertanian karena menurut beliau untung yang didapatkan
dari berjualan dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
keluarganya. Setiap harinya Ibu Ani memperoleh barang dagangannya
dari pemasok dan dikirim oleh para kuli angkut atau tukang becak. Ibu
Ani memilih berjualan pisang, pepaya, sirsak, alpukat karena pengaruh
modal dan kondisi pasar. Ibu Ani menggunakan uangnya sendiri untuk
modal usahanya. Sedangkan untuk perkembangan omzet Ibu Ani selalu
memutar pendapaatan yang diperolehnya agar tetap mendapat
keuntungan.
2.4.3 Transaksi Jual Beli Hari Ini
17
Dalam kesehariannya berdasarkan wawancara yang saya lakukan
barang dagangan yang dijual oleh Ibu Ani tidak selalu habis dan akan
dijual lagi pada keesokan harinya. Seperti yang telah dijelaskan diatas
bahwa Ibu Ani memperoleh produk pertanian yang dijualnya dari
pemasok atau dari petani desa dengan hitungan kilogram dan diantar
oleh kuli angkut ataupun becak, sehingga Ibu Ani memiliki biaya
tambahan sebesar Rp.20.000 sampai Rp.25.000. Ibu Ani hanya
menyortir barang dagangannya untuk memastikan kualitas. Pada
tanggal 1 Desember 2012, Ibu Ani mengeluuarkan biaya sebesar
Rp.250.000 untuk membeli produk pertanian yang akan dijual dan
biaya angkutnya. Ibu Ani mengaku hanya mengambil keuntungan
sebesar Rp.500 sampai Rp.1000 per satuan produk yang dijual, Ibu ani
biasanya akan menurunkan harga barang yang dijualnya daripada dijual
keesokan harinya dan kualitasnya menurun. Pada umumnya para
pembeli hanya membeli barang dagangan Ibu Ani hanya dalam jumlah
kecil untuk kebutuhan sendiri. Menurut pengalaman Ibu Ani lokasi
pasar lebih strategis dibanding tempat lain.
Dibawah ini menunjukan tabel jenis, jumlah, harga beli, serta harga
jual produk pertanian yang dijual Ibu Ani.
No. Jenis Produk
PertanianJumlah
(satuan/ikat) Harga beli
Harga
jual
1 Pisang Satuan sisir 5300 6000
2 Papaya Satuan kg 5000 6500
3 Alpukat Satuan kg 7500 8000
4 Sirsat Satuan kg 9500 11000
Table 2.7 Data Jenis, Jumlah, Harga Beli, serta Harga Jual Produk Pertanian yang Dijual Ibu Ani
Dari tabel diatas menunjukak jenis produk pertanian, jumlah, harga
beli, serta harga jual dagangan Ibu Ani. Ibu Ani menjual pisang dengan
satuan sisir, harga beli dari pemasokRp.5300/kg, dan menjual ke para
konsumen dengan harga Rp.6000. Pepaya dijual dengan satuan kg,
18
harga beli dari pemasok Rp.5000/kg, dan menjual ke para konsumen
dengan harga Rp.6500/kg. Alpukat dijual dengan satuan kg, harga beli
dari pemasokRp.7500/kg, dan menjual ke para konsumen dengan harga
Rp.8000/kg. Sirsat dijual dengan satuan kg, harga beli dari pemasok
Rp.9500/kg, dan menjual ke para konsumen dengan harga
Rp.11000/kg. Akan tetapi Ibu Ani tidak selalu menjualnya buah-buahan
seperti diatas, terkadang beliau menjual dagangannya mengikuti
permintaan para konsumen.
Tabel dibawah ini menunjukkan data hasil penjualan Ibu Ani yang
habis terjual dan tidak habis terjual. Dan diurutkan dari yang terbanyak
ke yang terkecil.
Jenis Produk diurut dari Terbanyak ke tersedikit1 Pisang TH/TTH 3 Sirsat TH/TTH2 Alpukat TH/TTH 4 Papaya TH/TTH
Keterangan: TTH ( Tidak Terjual Habis ), TH ( Terjual Habis )
Tabel 2.8 Jenis Produk yang Dijual Ibu Ani Diurut Dari yang
Terbanyak ke Tersedikit
Dari table diatas dapat diketahui tingkat atau daya penjualan Ibu
Ani dimulai dari barang yang banyak paling banyak diminati oleh
pembeli atau konsumen dan yang kurang diminati oleh konsumen atau
pembeli di pasar, serta barang atau produk hasil pertanian yang dijual
Ibu Ani dalam jumlah yang banyak dan yang paling sedikit. Dari data
table diatas dapat dilihat bahwa buah pisang merupakan buah yang
paling banyak diminati. Menurut Ibu Ani pisang menjadi kegemaran
para konsumen karena harga pisang yang cukup murah. Selain murah,
pisang juga mempunyai banyak gizi serta vitamin yang berguna bagi
tubuh. Tidak jarang paara konsumen membeli pisang Ibu Ani dalam
jumlah yang tidak sedikit. Hal ini kebanyakan disebabkan karena
pisang telah menjadi makanan wajib dalam berbagai acara, contohnya
pada acara hajatan atau pada acara pernikahan.
19
2.4.4 Dampak Globalisasi Terhadap Pemasaran Produk Pertanian
Sebagai seorang pedagang produk hasil pertanian Ibu Ani cukup
merasa dirugikan dengan adanya impor hasil pertanian dan
berkembangnya supermarket yang ada sekarang ini, salah satu dampak
negtifnya adalah harga barang semakin tinggi karena permintaan akan
produk semakin tinggi sedangkan persediaan yang ada dari para petani
hanya sedikit. Hal ini membuat modal yang dikeluarkan oleh Ibu Ani
harus lebih besar, yang belum tentu sesuai dengan keuntungan yang
didapatkan.
2.4.5 Informasi Transaksi Diluar Hari Ini
Aspek yang
diamatiKemarin
Dalam
Minggu
Terakhir
2 Minggu
Terakhir
3 Minggu
Terakhir
Sebulah
Terakhir
1. Jenis Produk
yang
diperjualbelika
n
Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama
2. Volune produk
pertanian yang
diperjualbelika
n
Berbeda Berbeda Berbeda Berbeda Berbeda
3. Asal produk
yang
diperjualbelika
n
Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama
4. Cara
memperoleh
produk yang
diperjualbelika
Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama
20
n
5. Cara
mengangkut
produk yang
diperjualbelika
n
Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama
6. Harga
PembelianRelatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama
7. Harga
PenjualanRelatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama
8. Biaya yang
dikeluarkanBerbeda Berbeda Berbeda Berbeda Berbeda
9. Keuntungan
yang diperolehBerbeda Berbeda Berbeda Berbeda Berbeda
Table 2.9 Data Transaksi ibu Ani Diluar Hari Ini
Table diatas menunjukakan data kondisi jual beli produk
pertanianyang dilakukan oleh Ibu Ani sehai sebelun, seminggu terakhir,
dua minggu terakhir, tiga minggu terakhir, dan sebulan terakhir dilihat
dari beberapa aspek, diantaranya jenis produk, volume produk, asal
produk, cara memperoleh produk, cara mengangkut produk yang
diperjual belikan, harga pembelian, harga penjualan, biaya yang di
keluaarkan, serta keuntungan yang diperoleh.
Untuk jenis produk yang diperjualbelikan, asal produk yang
diperjualbelika, cara memperoleh produk yang diperjualbelikan, cara
mengangkut produk yang diperjualbelikan, harga pembelian, dan harga
penjualan relatife sama. Sedangkan untuk volume produk pertanian
yang diperjualbelikan Ibu Ani berdeda, beliau menyesuaikan dengan
pesanan dan kebutuhan konssumen. Biaya yang dikeluarkan Ibu Ani
pun berbeda, tergantung pasda jumlah atau banyaknya barang. Dan
keuntungan Ibu Anijuga berbeda-beda, keuntungan yang beliau peroleh
tergantung pada banyaknya jumlah barang yang telah terjual.
21
2.5 Septy Putri Erika Nugroho/125040100111005
2.5.1 Identifikasi Pedagang Hasil Pertanian
Pedagang hasil produksi pertanian adalah seseorang yang
berjualan hasil-hasil pertanian seperti buah-buahan, sayur mayur,
rempah-rempah dan palawija. Disini saya akan melapokan hasil
wawancara kami pada saat fieldtrip. Tepatnya saya dan kelompok saya
mewawancarai pedagang sayur mayur. Pada hari minggu tanggal 1
Desember 2012, saya dan kelompok saya pergi fieldtrip ke pasar besar
Malang yang letaknya tepat di jantung kota malang di kelurahan
sukoharjo, kecamatan klojen. Saya mewawancarai seorang penjual
sayur mayur yang bernama Ibu Artina .Beliau Saat ini usianya tepat
berumur 6 tahun, beliau berasal dari daerah kota garam yaitu Madura.
Namun saat ini Ibu Artina sudah resmi menjadi Arema. Ibu Artina
membeli sebuah rumah di daerah Kota Lama sehingga saat ini Ibu
Artina sudah menetap sebagai warga Malang. Dia mengawali karirnya
sebagai pedagang sayur pada tahun 1960-an, pada saat itu umurnya
genap 13 tahun dan dia baru saja menikah. Dengan umur yang masih
sedemikaian Ibu 8 anak itu hanya mengenyam bangku pendidikan
hingga Sekolah Dasar. Pekerjaan sebagai pedagang sayur mayur adalah
pekerjaan utama beliau, beliau hanya mengandalkan pekerjaan ini.
Ibu Artina mengaku bahwa ini adalah profesi yang pertama dia
kerjakan dan hingga saat ini belum pernah berganti dengan pekerjaan
yang lainnya, karena dia merasa bahwa pekerjaan yang bisa dia lakukan
dan yang cocok hanya sebagai tukang sayur. Selain itu beliau tidak
memiliki sawah atau ladang (petani) yang biasanya pedagang sayur lain
gunakan sebagai kerja sampingan, dikarenakan pendapatannya yang
hanya segitu-segitu saja dari hasil ualan sayur. Karena Ibu Artina saat
ini sudah berumur. Kasminto, anak keempat yang sering membantu Ibu
Artina berjualan di pasar, dan kebetulan pada saat saya fiealdtrip
Kasminto sedang membatu Ibu Artina yang ternyata sekaligus
menjemput Ibu Artina. Kasminto sekarang berumur sekitar 43 tahun.
Kasminto lah yang setiap hari mengantar dan menjemput Ibu Artina,
22
dan yang hingga saat ini masih satu atap dengan Ibu Artina walaupun
Kasminto sudah menikah. Oleh karena itu hasil dari jualan sayur mayur
di pasar digunakan untuk menghidupi 8 kepala yang hidup dibawah
atap rumah ibuArtina.
2.5.2 Asal Usul Menjadi Pedagang
Awalnya Ibu Artina merantau kemalang bersama suaminya yang
baru saja menikah 1 bulan, dan awal mula Ibu Artina berjualan sayur
dia bingung mencari kerja kesan kemari namun dia tidak menemukan
harus berkerja apa, lalu dia pergi kepasar bersama suami tercinta
mencari sesuatu yang bisa dimakan siang nanti. Sesampinya di pasar
ibu memiliki ide berjualan sayuran untuk menyambung hidupnya di
kota singo edan ini, tepat pada tahun 1960 Ibu Artina dan suami
mengawali karir sebagai pedagang sayuran.
Awal mulanya beliau memiliki modal dari sisa pernikahannya
sebesar Rp.20.000,- Dari modal sebesar Rp20.000,- tersebut beliau
memulai karirnya. Hari demi hari berlalu, bisnis Ibu Artina semakin
berkembang dia bisa mencukupi uang dapur dan bisa menabung untuk
beli rumah di kawasan Kota Lama, Kecamatan Kedung Kandang yang
hingga saat ini ditepatinya bersama anak dan cucunya. Bisnis sayur Ibu
Artina terus berkembang dan pernah sampai puncak kejayaan tapi
sayang pada saat zaman krisis moneter usaha ibu mengalami kerugiaan
akibat harga yang tidak stabil. Namun karena kegigihan ibu untuk
berjuang untuk mempertahankan bisnisnya Ibu Artina hingga saat ini
masih bisa berjualan walapun dengan lapak yang kecil sehingga
mempengaruhi keanekaragaman komoditas sayuran yang di jual oleh
Ibu Artina, pada saat sebelum krisis moneter ibu menjual beraneka
ragam sayuran. Mulai dari sayuran yang tidak tahan lama (mudah busuk
) seperti sawi, bayam, tomat dll, hingga sayuran yang tahan lama seperti
kentang, timun, kencur, jenkol, sayur dsb.
23
2.5.3 Transaksi Jual Beli Hari ini
Setiap hari untuk mendapatkan sayuran yang akan dijual dengan
cara memesan kepada pengepul atau petani, maka barang yang di
minta ibu akan dikirim ke lapak Ibu Artina karna ibu sudah memiliki
partner biasanya barang jualan ibu akan di beli mlijjo (sebutan tukan
sayur keliling di daerah malang dan sekitarnya). Dan sebagian akan di
jual ecaran di lapaknya. Hari ini ibu menjual timun,tomat , kentang dll.
Karena menurut Ibu Artina hasil pertanian yang ini lebih tahan lama
sehingga mengurangi kerugian karena busuk.
Agar lebih jelas mengenai transaksi jual beli Ibu Artina lihatlah
tabel dibawah ini.
Jenis Produk diurut dari Terbanyak ke tersedikit
1 Timun TH/TTH
2 Tomat TH/TTH
4 Kentang TH/TTH
5 TH/TTH
Keterangan : TH (TerjualHabis) dan TTH (TidakTerjualHabis)
Table 2.10 Data Transaksi Jual Beli Ibu Artina Hari Ini (Tanggal 1
Desember 2012)
Jika ada sayuran yang belum terjual biasnya Ibu Artina melakukan
persotiran, untuk hasi persotiran yang jelek ibu bisanya membawa
pulang untuk dipakai sendiri atau terkadang di jualdibawah harga
dengan melakukan persotiran, memiasahkan yang jelek dan yang baik
ibu berfikir bahawa itu akan membuat pembeli lebih tertarik untuk
membeli. Karna barang dagangan Ibu Artina terlihan segar dan
menarik.
Laba yang diperoleh oleh Ibu Artina bila dirata-rata adalah sekitar
seratus sampai dua ratus ribu per harinya, hal ini dapat menjadi lebih
tinggi jika Ibu Artina menjual barang dagangannya secara eceran.
Tetapi Ibu Artina juga menjual produk hasil pertanian yang dijualnya
24
kepada mlijo (penjual sayur keliling), jika Ibu Artina menjal produk
pertanian yang diperdagangkan pada pedagang sayur keliling, maka
keuntungan yang diperoleh Ibu Artina tidak maksimal, tetapi jika
dihitung dan dipertimbangkan lebih baik menjual kepada mlijo
disbanding menjualnya sendiri secara eceran, karena jika tidak banyak
yang membeli sayuran atau barang dagangan yang dijual oleh Ibu
Artina, sayuran tersebut akan layu dan mengurangi harga jual. Untuk
lebih jelasnya berikut daftar harga jual dan harga beli produk hasil
pertanian yang dijual oleh Ibu Artina,
Jenis Produk Pertanian
Jumlah
(satuan/ikat)
Harga Beli
( rupiah )
Harga Jual
( rupiah )
1 Tomat Satugangan an kg 2300 3000
2 Kentang satuan kg 6500 8000
3 Timun satuan kg 2000 3000
Tabel 2.11 Daftar Harga Jual dan Harga Beli Jenis Produk Pertanian Ibu Artina
per Satuan Barang
2.5.4 Dampak Globalisasi Terhadap Pemasaran Produk Pertanian
Pengaruh globalisasi, menurut Ibu Artina saat ini terdapat 2
pengaruh, yaitu positif dan negatifnya. Dapat dijabarkan seperti berikut:
Pengaruh positif: lebih gampang dalam akses belinya sebagai pelanggan
dan mampu mengetahui harga-harga di supermarket sebagai
pembanding harga.
Pengaruh negatif: pembeli pasar tradisional lebih sedikit tidak sebanyak
dahulu, mungkin karena adanya supermarket yang menawarkan
kenyamanan tempat belanja ( indor, ber-AC, tidak ada preman pasar,
bersih, dsb. ), meskipun kualitas barang yang dijual sama.
25
Padahal jika mereka berfikir lebih panjang membeli sayuran di pasar
tradisonal lebih menguntungkan karena harganya yang sangat miring,
membeli di pasar tradisional memiliki seni, melihat berbagai macam sifat
orang dan bisa terlatih berinteraksi secara baik antara penjual dan pembeli.
2.5.5 Informasi Transaksi Diluar Hari Ini
Aspek yang
diamatiKemarin
Dalam
Minggu
Terakhir
2 Minggu
Terakhir
3 Minggu
Terakhir
Sebulah
Terakhir
10. Jenis
Produk yang
diperjualbelikan
Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama
11. Volune
produk
pertanian yang
diperjualbelikan
Berbeda,
sesuai
pesanan dan
kebutuhan
konsumen
Berbeda,
sesuai
pesanan dan
kebutuhan
konsumen
Berbeda,
sesuai
pesanan dan
kebutuhan
konsumen
Berbeda,
sesuai
pesanan dan
kebutuhan
konsumen
Berbeda,
sesuai
pesanan dan
kebutuhan
konsumen
12. Asal produk
yang
diperjualbelikan
Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama
13. Cara
memperoleh
produk yang
diperjualbelikan
Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama
14. Cara
mengangkut
produk yang
diperjualbelikan
Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama
15. Harga
PembelianRelatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama
16. Harga Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama
26
Penjualan
17. Biaya yang
dikeluarkan
Berbeda,
tergantung
volume
barang
Berbeda,
tergantung
volume
barang
Berbeda,
tergantung
volume
barang
Berbeda,
tergantung
volume
barang
Berbeda,
tergantung
volume
barang
18. Keuntungan
yang diperoleh
Berbeda,
tergantung
jumlah
barang yang
terjual
Berbeda,
tergantung
jumlah
barang yang
terjual
Berbeda,
tergantung
jumlah
barang yang
terjual
Berbeda,
tergantung
jumlah
barang yang
terjual
Berbeda,
tergantung
jumlah
barang yang
terjual
Tabel 2.12 Data Transaksi Ibu Artina Diluar Hari Ini
2.6 Rangkuman
Dari kelima pedagang yang telah kelompok kita wawancarai diantaranya
adalah Bapak Ahmad Jainuri, Ibu Artina, Ibu Ani, Bapak Johan dan Bapak
Kasyanto mengaku bahwa berdagang adalah pekerjaan utama mereka, karena
mereka merasa bahwa berdagang itu sesuai dengan skill atau kemampuan yang
mereka miliki. Jika ditanya kenapa memilih berdagang produk hasil pertanian?
Rata-rata diantara mereka mengaku bahwa keuntungan yang didapat dari
berjualan produk hasil pertanian itu lumayan, karena produk-produk hasil
pertanian merupakan kebutuhan pokok, jadi dalam kesehariannya barang
dagangannya pasti ada yang terjual entah itu hanya balik modal atau mendapat
keuntungan.
Berdasarkan wawancara yang kelompok kami lakukan pada kelima orang
pedagang tersebut mayoritas dari mereka memaparkan bahwa modal yang dipakai
untuk kesehariannya dalam berdagang adalah modal pribadi, dan untuk membeli
produk hasil pertanian yang diperdagangkan pada hari selanjutnya adalah
perputaran dari hasil yang mereka peroleh pada hari sebelumnya.
Secara keseluruhan para pedagang mengaku bahwa globalisasi dengan
banyaknya supermarket di Jawa timur khususnya di daerah Malang tidak memberi
efek atau dampak yang begitu signifikan, karena pada kenyataannya barang
27
dagangan mereka yang berupa produk hasil pertanian tetap laku di pasaran.
Dengan adanya globalisasi yang berupa banyak dibangunnya supermarket justru
digunakan sebagai pembanding oleh para pedagang, entah dalam segi harga
ataupun perlakuan yang diberikan terhadap barang dagangannya.
Dalam menentukan harga para pedagang menyesuaikan dengan kondisi
barang yang dijual, permintaan pembeli dan kondisi pasar, yang dimaksud kondisi
pasar disini adalah harga barang yang dijual ( produk hasil pertanian ) di pasaran,
jika harga beli barang dari tengkulak atau petani dirasa mahal atau naik maka para
pedagang akan menaikkan harga jual barang tersebut agar tidak mengalami
kerugian. Selain itu para pedagang juga melihat seberapa besar permintaan
konsumen atau pembeli terhadap barang yang dijual, jika permintaan banyak
maka para pedagang akan menaikkan harga jual barang. Sedangakan yang
dimaksud dengan kondisi barang adalah seberapa segar dan seberapa baik kualitas
barang yang dijual, jika kualitas atau kesegaran barang menurun maka para
pedagang akan mengurangi harga jual barang tersebut. Keuntungan yang
ditargetkan oleh para pedagang di Pasar Besar Kota Malang ini rata-rata ±20%
dari harga beli mereka dari petani atau tengkulak.
Para pedagang narasumber mengatakan bahwa kondisi jual beli produk
pertanian yang dilakukan pada sehari sebelumnya, seminggu terakhir, 2 minggu
terakhir, 3 minggu terakhir dan sebulan terakhir jika dilihat dari berbagai aspek
diantaranya jenis produk, volume produk, asal produk, cara memperoleh produk
dan cara mengangkut produk yang diperjual belikan relatif sama dalam kurun
waktu tersebut. Sedangkan untuk harga pembelian,harga penjualan, biaya yang
dikeluarkan serta keuntungan yang diperoleh itu tergantung pada perkembangan
yang terjadi di pasar, jika harga naik maka biaya yang dikeluarkan semakin besar
dan sebaliknya jika harga turun.
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil wawancara pedagang di Pasar Besar Kota Malang, dapat
disimpulkan bahwa para pedagang mengambil produk pertanian yang dijual dari
para tengkulak atau petani. Produk yang mereka ambil dari para tengkulak atau
petani jumlahnya berbeda-beda, tergantung pada permintaan pasar. Para pedagang
rata-rata menentukan harga berdasarkan permintaan konsumen dan menyesuaikan
dengan harga pasar ( pedagang lain ). Para pedagang rata-rata mengambil
keuntungan sebesar ±20% dari harga beli mereka dari supplier atau petani.
Hampir semua pedagang yang kami wawancarai mengaku bahwa
globalisasi tidak begitu berpengaruh terhadap penjualan mereka, meski telah
banyak supermarket yang dibangun di Kota Malang tidak menyebabkan pasar
menjadi sepi dari pembeli. Hal ini terlihat dengan tetap terjualnya dagangan
mereka setiap hari, bahkan bisa sampai habis. Dengan banyaknya supermarket
justru digunakan sebagai alat pembanding oleh para pedagang, baik dari segi
harga ataupun penampilan barang yang dijual.
Pada deskripsi pedagang yang bernama Bapak Ahmad Jainuri disebutkan
bahwa tiap hari para pedagang yang ada di Pasar Besar Kota Malang membayar
biaya kebersihan sebesar Rp1000 yang ditagih oleh petugas pasar secara rutin. Hal
ini berarti lembaga yang ada di pasar ini berperan aktif dalam menertibkan
pedagang yang ada di dalam pasar.
29
Dari hasil wawancara juga terdapat perbedaan jumlah barang yang dijual
oleh setiap pedagang, ada yang menjual lebih dari lima macam komoditas hasil
pertanian da nada yang menjualn kurang dari lima macam. Hal ini dapt digunakan
untuk mengetahui tingkatan stratifikasi sosial yang terjadi diantara para pedagang.
Selain itu dapat disimpulkan bahwa para pedagang telah memiliki jaringan sosial
yang cukup luas, hal ini dapat dilihat bahwa untuk mendapatkan barang yang akan
diperdagangkan para pedagang memesan atau membelinya secara langsung pada
supplier atau petani yang telah menjadi langganannya. Hal tersebut juga dapat
dilihat dari banyaknya pembeli yang telah berlangganan pada pedagang terebut.
3.2 Saran
Sebagai pedagang harus mengetahui strategi berdagang. Pemilihan lokasi
yang tepat sangat berpengaruh dalam proses jual beli. Pedagang juga harus
mengetahui kebutuhan pasar sehingga dapat mempertimbangkan pemilihan
barang dagangan. Naik turunnya harga juga harus menjadi prioritas utama
sehingga pedagang dapat terhindar dari kerugian yang besar. Dalam mengambil
keuntungan, pedangang tidak perlu mengambil untung yang terlalu tinggi, karena
pembeli lebih memilih harga murah.
Pedagang juga harus kreatif dalam menyiasati dagangan yang tidak laku
hari ini sehingga esok harinya dapat dijual kembali tabpa membuat pembeli
merasa dirugikan. Dalam penjualannya, pedagang juga harus pandai melihat
keinginan pembeli karena pembeli tidak hanya membeli dalam bentuk per kilo
namun ada juga yang ingin membeli hanya per biji, bahkan dalam bentuk
grosiran. Namun dari semua hal di atas, komunikasi dengan pembelilah yang
paling utama, keramahan merupakan nilai tambah, karena dengan komunikasi
yang baik, pembeli akan merasa menjadi teman dari pedagang sehingga pembeli
akan memilih kembali berbelanja pada pedagang tersebut.
30
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Radar Jaya Offset
Wahyono Francis dkk. 2001. Pangan, Kearifan Lokal dan Keanekaragaman Hayati. Yogyakarta : Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas
31
LAMPIRAN
32
33
34