Laporan Sosper Fix Print

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pertanian maupun dunia usaha dalam bidang pertanian erat kaitannya dengan aspek-aspek sosiologi yang mencakup kebudayaan, stratifikasi sosial, kelembagaan, dan jaringan sosial. Aspek- aspek tersebut sangat mempengaruhi kemajuan usaha pertanian baik pada tingkat petani maupun pada pedagang produk pertanian itu sendiri. Pada dasarnya pemasaran adalah salah satu sub sistem dalam sistem agribisnis, sehingga pasar memiliki peranan penting dalam kesuksesan agribisnis. Itulah sebabnya, usaha pertanian memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan pemasaran, baik yang dilakukan secara langsung maupun melalui perantara atau distributor. Untuk melakukan hal itu dibutuhkan jaringan sosial yang baik agar dapat memasarkan hasil pertanian tersebut secara maksimal. Pasar sendiri adalah tempat dimana terjadi titik kesepakatan antara harga jual dan harga beli antara penjual dan pembeli.Oleh karena itu aspek-aspek sosiologi memang sangat berperan dalam mempengaruhi kemajuan usaha pada bidang pertanian baik pada tingkat petani, desa, maupun supra desa. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pengaruh perkembangan zaman pada pemasaran hasil 1

Transcript of Laporan Sosper Fix Print

Page 1: Laporan Sosper Fix Print

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia pertanian maupun dunia usaha dalam bidang pertanian erat

kaitannya dengan aspek-aspek sosiologi yang mencakup kebudayaan,

stratifikasi sosial, kelembagaan, dan jaringan sosial. Aspek-aspek tersebut

sangat mempengaruhi kemajuan usaha pertanian baik pada tingkat petani

maupun pada pedagang produk pertanian itu sendiri. Pada dasarnya pemasaran

adalah salah satu sub sistem dalam sistem agribisnis, sehingga pasar memiliki

peranan penting dalam kesuksesan agribisnis.

Itulah sebabnya, usaha pertanian memiliki keterkaitan yang sangat erat

dengan pemasaran, baik yang dilakukan secara langsung maupun melalui

perantara atau distributor. Untuk melakukan hal itu dibutuhkan jaringan sosial

yang baik agar dapat memasarkan hasil pertanian tersebut secara maksimal.

Pasar sendiri adalah tempat dimana terjadi titik kesepakatan antara harga jual

dan harga beli antara penjual dan pembeli.Oleh karena itu aspek-aspek

sosiologi memang sangat berperan dalam mempengaruhi kemajuan usaha

pada bidang pertanian baik pada tingkat petani, desa, maupun supra desa.

Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pengaruh perkembangan

zaman pada pemasaran hasil pertanian , maka perlu diadakan praktikum

sosiologi pertanian dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dan

pemahaman aspek-aspek sosiologis pada tingkat pedagang produk-produk

hasil pertanian, serta para pelaku yang terlibat didalamnya.

Alasan dilakukannya wawancara di Pasar Besar Kota Malang untuk

memenuhi tugas akhir praktikum Sosiologi Pertanian karena Pasar Besar kota

Malang adalah salah satu tempat dimana warga Kota Malang mencari sarana

dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga kita dapat

mengidentifikasi aspek-aspek sosiologis yang ada di Pasar tersebut ataupun di

kehidupan para pedagang.

1

Page 2: Laporan Sosper Fix Print

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa aspek-aspek sosiologi pada tingkat perdagangan produk-produk hasil

pertanian?.

2. Apa pengaruh perkembangan zaman pada pemasaran hasil pertanian?.

1.3 Tujuan

1. Mengetahui aspek-aspek sosiologis pada tingkat pedagang produk-produk

hasil pertanian

2. Mengetahui pengaruh perkembangan zaman pada pemasaran hasil

pertanian.

2

Page 3: Laporan Sosper Fix Print

BAB II

ASPEK SOSIOLOGIS PEDAGANG

2.1 Qur’anul Ilma/125040100111009

2.1.1 Identifikasi Pedagang Hasil Pertanian

Dalam kegiatan akhir praktikum Sosiologi Pertanian, dilakukan

wawancara dengan seorang pedagang di Pasar Besar Kota Malang pada hari

sabtu, 01 Desember 2012. Wawancara tersebut dilakukan pada salah satu

pedagang yang bernama Bapak Ahmad Jainuri yang berusia 33 tahun.

Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh Bapak Ahmad Jainuri yaitu

Sekolah Menengah Atas. Dalam kesehariannya beliau hanya bekerja sebagai

seorang pedagang untuk menghidupi istri dan seorang anaknya. Beliau

mulai bekerja sebagai pedagang pada tahun 2007.

2.1.2 Asal Usul Menjadi Pedagang

Bapak Ahmad Jainuri mengaku bahwa dia mulai bekerja sebagai

pedagang pada tahun 2007, dan sebelum itu beliau bekerja sebagai pekerja

di sebuah toko yang juga menjual produk-produk hasil pertanian milik

orang lain. Pada awal karirnya sebagai seorang pedagang beliau meneruskan

bisnis keluarga yang hanya terdiri dari jengkol, pete, dan jeruk, dengan

modal awal milik pribadi ditambah dengan pinjaman dari tetangga. Beliau

mendapatkan produk-produk tersebut dari supplier yang sudah menjadi

langganannya. Untuk jumlah komoditi yang dijual tiap harinya selalu

berbeda-beda, menyesuaikan dengan kebutuhan dan mekanisme pasar.

2.1.3 Transaksi Jual Beli Hari Ini

Barang yang dijual Pak Ahmad Jainuri tiap harinya tidak selalu

habis dan akan dijual lagi keesokan harinya, namun apabila sudah tidak

memungkinkan dijual maka akan dibuang. Pak Ahmad Jainuri memilih

menjadi pedagang karena sesuai dengan keahlian yang dimilikinya dan

tingkat keberhasilan yang dirasa cukup besar. Beliau memilih menjual

komoditi tersebut karena jengkol masih jarang ditemukan di daerah Malang.

Semua produk yang dijual Pak Ahmad Jainuri dibeli secara kiloan, dan

3

Page 4: Laporan Sosper Fix Print

dibawa ke pasar menggunakan pick-up ataupun sepeda motor yang

merupakan kendaraan sehari-hari beliau. Pak Ahmad Jainuri tidak memberi

perlakuan secara khusus terhadap barang yang diperdagangkan, beliau

hanya mengelap dan apabila dirasa perlu maka akan dicuci. Sedangkan

untuk harga, beliau mengaku menyesuaikan dengan harga yang ada di

pasaran dan menyesuaikan dengan kondisi barang. Pak Ahmad Jainuri biasa

mengambil keuntungan sebesar Rp.1000 sampai Rp.3000 rupiah per kilo,

atau sekitar 18% dari harga belinya dari supplier. Seperti yang dijelaskan

sebelumnya bahwa Pak Ahmad Jainuri mengangkut barang dagangannya ke

pasar menggunakan kendaraan milik pribadi, sehingga tidak ada biaya

angkut atau biaya transport yang dikeluarkan beliau untuk membayar tenaga

kerja. Secara keseluruhan para pedagang hanya mengeluarkan biaya

tambahan sebesar Rp.1000 tiap harinya untuk kebersihan dan biaya retribusi

pada petugas pasar yang tiap harinya rutin keliling ke lapak-lapak tempat

para pedagang berjualan untuk menagihnya. Menurut Pak Ahmad Jainuri

lokasi tempat berjualan (pasar) sangat mempengaruhi jumlah pembeli dan

tingkat penjualan, menurut beliau pasar adalah tempat dimana orang-orang

dari berbagai golongan berkumpul untuk memenuhi kebutuhan sehari-

harinya, jadi kemungkinan untuk meningkatkan keuntungan semakin besar.

Tidak sedikit orang yang membeli barang dagangan Pak Ahmad Jainuri

secara grosir, terutama mereka yang akan memiliki hajatan. Tetapi mereka

tetap membeli produk atau barang dagangan Pak Ahmad Jainuri tersebut

dalam hitungan atau batasan kilogram.

Untuk lebih jelasnya tentang produk-produk hasil pertanian yang

dijual oleh Pak Ahmad Jainuri dari jumlah yang banyak sampai yang

tersedikit dijual dengan tingkat habis atau tidaknya produk-produk tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut,

Nomor Jenis Produk diurut dari Terbanyak ke Tersedikit

1 Jengkol TH/TTH

2 Jeruk TH/TTH

3 Pete TH/TTH

4

Page 5: Laporan Sosper Fix Print

Keterangan: TTH ( Tidak Terjual Habis ), TH ( Terjual Habis )

Tabel 2.1 Jenis Produk yang Dijual Pak Ahmad Jainuri Diurut dari

Terbanyak ke Tersedikit

Seperti yang dituliskan dalam tabel, produk-produk hasil pertanian

yang dijual oleh Pak Ahmad Jainuri rata-rata tiap harinya tidak terjual habis,

menurut Pak Ahmad Jainuri hal ini dipengaruhi oleh selera atau kebutuhan

konsumen. Selain itu Pak Ahmad Jainuri juga memaparkan bahwa dari

semua produk hasil pertanian yang dijual beliau, pete adalah produk yang

tingkat penjualannya paling tinggi atau paling cepat habis, karena paak

ahmad jainuri hanya menjual pete dalam jumlah yang relatif sedikit, hal ini

disebabkan karena pete adalah produk yang tampilan dan tingkat

kesegarannya cepat berubah, jika terlalu lama dibiarkan dalam tempat

terbuka kulit pete biasanya berubah warna menjadi kuning kecoklatan, hal

ini membuat minat konsumen untuk membeli pete berkurang. Sebab yang

lainnya dikarenakan konsumen biasanya cenderung memilih produk yang

tampilannya baik dan kondisinya masih segar.

Menurut Pak Ahmad Jainuri, apabila kondisi barang sudah menurun

kualitas dan tampilannya maka akan membuat Pak Ahmad Jainuri mau tak

mau harus mengurangi harga jual barang tersebut, hal ini justru akan

membuat Pak Ahmad Jainuri rugi. Maka untuk mengantisipasi hal tersebut

sebelum barang atau produk hasil pertanian yang dijual beliau benar-benar

rusak atau busuk, maka beliau lebih memilih untuk menurunkan harga

barang tersebut. Hal tersebut sesuai pada ciri-ciri produk hasil pertanian

yaitu mudah rusak atau tidak tahan lama.

Berikut adalah daftar harga jual dan harga beli Pak Ahmad Jainuri per

satuan produk hasil pertanian yang dijual oleh Pak Ahmad Jainuri,

5

Page 6: Laporan Sosper Fix Print

Jenis Produk Pertanian Jumlah (satuan/ikat)Harga Beli

( Rupiah )

Harga Jual

( Rupiah )

1 Jengkol satuan kg 12000 15000

2 Jeruksatuan kg

6000 7500-8000

3 Pete satuan ikat 8000-900010000-

12000

Tabel 2.2 Data Harga Jual dan Harga Beli Produk Pertanian per Satuan Pak

Ahmad Jainuri

Dari tabel diatas terlihat bahwa Pak Ahmad Jainuri menjual pete

dengan satuan ikat degan harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.8000-

9000/ikat, dan menjualnya lagi kepada para konsumen dengan harga

Rp.10000-12000. Untuk jeruk Pak Ahmad Jainuri membeli dari supplier

atau tengkulak dengan harga sebesar Rp.6000 dan menjualnya pada

konsumen dengan harga sebesar Rp.7500-8000 per kilogramnya. Sedangkan

untuk jengkol Pak Ahmad Jainuri biasa membelinya dari supplier dengan

harga Rp.8000-9000 per satuan kilogramnya, dan menjualnya pada

konsumen dengan harga Rp.10000-12000 per kilogramnya. Menurut Pak

Ahmad Jainuri keuntungan yang beliau ambil sudah sesuai dengan harga

yang ada di pasaran dan biaya yang telah dikeluarkan oleh beliau. Selain itu

beliau juga memperhitungkan agar keuntungan yang diperoleh pada hari itu

dapat diputar balik atau dipakai lagi untuk membeli produk-produk hasil

pertanian lagi untuk dijual pada hari berikutnya. Para pedagang di Pasar

Besar Kota Malang ini rata-rata tidak menghitung berapa modal yang telah

dikeluarkan tiap harinya dan untung yang didapat, tetapi mereka

mengatakan bahwa modal dan untung mereka akan diputar ( dalam bahasa

dagang ) untuk kelanjutan usaha dagangnya.

6

Page 7: Laporan Sosper Fix Print

2.1.4 Dampak Globalisasi Terhadap Pemasaran Produk Pertanian

Sebelum membahas tentang dampak globalisasi terhadap pemasaran

dan produk pertanian, perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang pengertian

dari globalisasi itu sendiri.Globalisasi adalahpertumbuhan yang sangat atas

saling ketergantungan hubungan antara negara-negara di dunia dalam hal

perdagangan dan keuangan ( Princenton N. Lyman,1999 ).

Dari wawancara yang saya lakukan pada Bapak Ahmad Jainuri dapat

diketahui bahwa banyaknya impor hasil pertanian dari luar negeri dan

berkembangnya supermarket di Malang dan kota-kota lainnya di Jawa

Timur beberapa tahun terakhir tidak memberikan pengaruh yang begitu

besar, barang dagangan beliau tetap laku keras atau tetap stabil karena

pelangggan yang membeli secara grosir memilih tetap berlangganan kepada

beliau. Hal ini sangat masuk akal, dikarenakan mereka harus mengeluarkan

biaya lebih jika mereka memih membelinya di supermarket. Menurut bapak

jainuri para konsumen lebih memilih berbelanja di pasar karena kualitas

barang yang ada di pasar dan supermarket sebenarnya relatif sama, mungkin

hanya beda tempat dan kemasannya saja. Orang-orang yang berbelanja di

supermarket biasanya hanya untuk meningkatkan gengsi. Menurut Pak

Ahmad Jainuri adanya supermarket dapat digunakan sebagai plembanding

untuk memberi perlakuan terhadap barang yang diperdagangkan, selain itu

harga di supermarket dapat digunakan sebagai pembanding harga agar para

konsumen tertarik untuk membeli produk hasil pertanian yang dijual.

2.1.5 Informasi Transaksi Diluar Hari Ini

Bapak Ahmad Jainuri mengaku bahwa kondisi jual beli produk

pertanian yang dilakukan pada sehari sebelumnya, seminggu terakhir, 2

minggu terakhir, 3 minggu terakhir dan sebulan terakhir jika dilihat dari

berbagai aspek diantaranya jenis produk, volume produk, asal produk, cara

memperoleh produk dan cara mengangkut produk yang diperjual belikan

relatif sama dalam kurun waktu tersebut diatas. Sedangkan untuk harga

7

Page 8: Laporan Sosper Fix Print

pembelian,harga penjualan, biaya yang dikeluarkan serta keuntungan yang

diperoleh itu tergantung pada perkembangan yang terjadi di pasar, jika

harga naik maka biaya yang dikeluarkan semakin besar dan sebaliknya.

2.2 Gitta Ayu Zerlinda/125040100111012

2.2.1 Identifikasi Pedagang Hasil Pertanian

Dalam pengamatan studi lapang sosiologi pertanian pada tanggal 1

Desember 2012 di Pasar Besar Kota Malang, saya melakukan wawancara

dengan seorang pedagang yang bernama Kasyanto yang berumur 34 tahun.

Pak Kasyanto bertempat tinggal di Kecamatan Karangploso bersama istri

dan 2 anaknya. Berdagang adalah pekerjaan utama Pak Kasyanto.

2.2.2 Asal Usul Menjadi Pedagang

Awalnya, Pak Kasyanto adalah seorang distributor produk-produk hasil

pertanian yang kemudian pada tahun 2007, beliau mulai berdagang hasil

pertanian, karena menurut beliau keuntungan yang didapatkan dari

berdagang lebih besar daripada menjadi distributor, serta modal yang

diperlukan dirasa lebih sedikit. Semua macam barang yang diperdagangkan

oleh Pak Kasyanto diperoleh dari petani di Batu, tiap harinya Pak Kasyanto

biasa memasok barang dagangan beliau yang berupa produk hasil pertanian,

dalam hal ini adalah sayuran tersebut sebanyak 2 kw/hari. Setiap harinya,

Pak Kasyanto berdagang di Pasar Besar Kota Malang. Perkembangan omzet

dari hari ke hari relatif stabil dan penjualan produk sayuran rata-rata habis

atau laku. Sehingga Pak Kasyanto dapat memperoleh keuntungan yang

besar atau maksimal. Menurut Pak Kasyanto lokasi tempat berjualan juga

sangat mempengaruhi tingkat penjualan dan jumlah pembeli produk

pertanian yang dijual, menurut beliau lokasi atau tampat berjualan yang

strategis akan mengundang banyak pembeli dan penjualan. Pak Kasyanto

juga mengaku bahwa ada sebagian orang yang membeli produk hasil

pertanian yang beliau jual dalam jumlah besar, rata-rata dari mereka yang

membeli dalam jumlah besar adalah pedagang keliling yang menjualnya lagi

ke rumah-rumah.

8

Page 9: Laporan Sosper Fix Print

2.2.3 Transaksi Jual Beli Hari Ini

Jika ada produk atau hasil pertanian yang belum terjual, Pak

Kasyanto biasanya menyusunnya, kemudian dicuci atau dibersihkan dan

disortir. Alasan beliau menjual hasil/produk pertanian adalah karena dicari

banyak orang, mudah dijual, serta cepat terjual, sehingga rata-rata barang

dagangannya cepat terjual habis. Asal produk atau hasil pertanian yang

dijual Pak Kasyanto adalah dari pedagang di daerah Batu. Beliau sehari-

hari membawa produk ke pasar dengan menggunakan mobil pick-up

pribadi , sehingga Pak Kasyanto mengeluarkan biaya tambahan untuk

membeli bahan bakar sebesar Rp.50000 rupiah,sedangkan untuk biaya

pengangkut Pak Kasyanto tiap harinya mengeluarkan biaya Rp.10000

untuk menggaji kuli yang membawakan barang dagangannya masuk

kedalam pasar sampai pada lapak tempat Pak Kasyanto memasarkan

produk hasil pertanian tersebut, seperti halnya pedagang lain di Pasar

Besar Kota Malang ini Pak Kasyanto juga membayar biaya retribusi dan

biaya untuk kebersihan sebesar Rp.1000 rupiah tiap harinya. Jadi secara

keseluruhan biaya tambahan yang dikeluarkan oleh Pak Kasyanto tiap

harinya adalah sebesar Rp.71000. menurut penjelasan yang saya dapat dari

Pak Kasyanto harga produk pertanian yang dijual beliau mulai dari pagi,

siang dan sore adalah tetap. Untuk harga produk pertanian yang dijual

sendiri itu menyesuaikan dengan harga yang berlaku dipasaran , tetapi Pak

Kasyanto biasa mengambil keuntungan sebesar 20% dari harga beli dari

petani, sehingga apabila dikalkulasikan keuntungan yang didapat oleh Pak

Kasyanto tiap harinya adalah Rp.200000. Sumber modal yang digunakan

oleh Pak Kasyanto dalam berdagang sehari-hari adalah sebesar Rp.700000

dan berasal dari modal sendiri.

Berikut adalah daftar table produk-produk pertanian yang dijual oleh

Pak Kasyanto,

Jenis Produk Pertanian Jumlah (satuan/ikat)Harga Beli

(Rupiah )

Harga Jual (Rupiah )

9

Page 10: Laporan Sosper Fix Print

1 Sawi satuan kg 5500 65002 Brokoli satuan kg 3000 35003 Jamur satuan kg 7000 80004 Jagung satuan kg 4000 50005 Wortel satuan buah 2.000 3.0006 Selada satuan kg 10.000 12.0007 Bayam satuan ikat 800 15008 Kangkung Satuan ikat 800 15009 Buncis satuan kg 6500 800010 Timun satuan kg 800 1500

Table 2.3 Data Harga Jual dan Harga Beli Produk Pertanian Pak Kasyanto per

Satuan

Dari tabel diatas terlihat bahwa Pak Kasyanto menjual sawi dengan

satuan kg, harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.5500/kg, dan menjual

ke para konsumen dengan harga Rp.6500. Brokoli dijual dengan satuan kg,

harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.3000/kg, dan menjual ke para

konsumen dengan harga Rp.3500/kg. Jamur dijual dengan satuan kg, harga

beli dari pengepul atau tengkulak Rp.4000/kg, dan menjual ke para

konsumen dengan harga Rp.5000/kg. Jagung dijual dengan satuan kg, harga

beli dari pengepul atau tengkulak Rp.4000/kg, dan menjual ke para

konsumen dengan harga Rp.5000./kg. Wortel dijual dengan satuan buah,

harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.2000/buah, dan menjual ke para

konsumen dengan harga Rp3000/buah. Selada dijual dengan satuan kg,

harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.10000/kg, dan menjual ke para

konsumen dengan harga Rp.12000/kg. Bayam dijual dengan satuan ikat,

harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.800/kg, dan menjual ke para

konsumen dengan harga Rp.1500/kg. Kangkung dijual dengan satuan ikat,

harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.800/ikat, dan menjual ke para

konsumen dengan harga Rp.1500/ikat. Buncis dijual dengan satuan kg,

harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.6500/kg, dan menjual ke para

konsumen dengan harga Rp.8000/kg. Akan tetapi Pak Kasyanto tidak selalu

menjualnya seperti diatas, beliau menjual dagangannya mengikuti

permintaan para konsumen.

10

Page 11: Laporan Sosper Fix Print

Tabel dibawah ini menunjukkan data hasil penjualan Pak Kasyanto

yang habis terjual dan tidak habis terjual. Dan diurutkan dari yang terbanyak

ke yang terkecil.

Jenis Produk diurut dari Terbanyak ke tersedikit1 Sawi TH/TTH 7 Bayam TH/TTH

2 Brokoli TH/TTH 8Kangkun

g TH/TTH3 Jamur TH/TTH 9 Buncis TH/TTH4 Jagung TH/TTH 10 Timun TH/TTH5 Wortel TH/TTH 116 Selada TH/TTH 12

Keterangan: TTH ( Tidak Terjual Habis ), TH ( Terjual Habis )

Tabel 2.4 Jenis Produk yang Dijual Pak Kasyanto Diurut dari Terbanyak ke

Tersedikit

Dari table dapat diketahui tingkat atau daya penjualan Pak Kasyanto

mulai dari barang yang banyak diminati oleh pembeli atau konsumen dan

yang kurang diminati oleh konsumen atau pembeli di pasar, serta barang

atau produk hasil pertanian yang dijual Pak Kasyanto dalam jumlah yang

banyak dan yang paling sedikit. Dari data table diatas dapat dilihat bahwa

Pak Kasyanto menjual sawi dalam jumlah yang paling banyak, hal ini

karena para konsumen banyak yang berminat pada sawi yang harganya

cukup terjangkau dan gizi yang dikandungnya juga banyak. Selain itu ada

beberapa orang yang membeli sawi dalam jumlah yang cukup besar, yang

biasanya digunakan untuk jualan mie goring atau nasi goring dan untuk

dijual lagi keliling perumahan pendudduk. Dari seluruh penjualan yang

dilakukan Pak Kasyanto seperti yang telah dipaparkan sebelumnya Pak

Kasyanto dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp.200000 per harinya,

keuntungan ini menurut Pak Kasyanto cukup lumayan untuk kebutuhan

sehari-hari dan untuk menjadi modal lagi di hari selanjutnya.

2.2.4 Dampak Globalisasi Terhadap Pemasaran Produk Pertanian

11

Page 12: Laporan Sosper Fix Print

Menurut wawancara yang saya lakukan dan berdasarkan

pengalaman Pak Kasyanto selama ini, lokasi pasar juga mempengaruhi

jumlah pembeli dan jumlah penjualan produk pertanian yang dijual.

Semakin strategis lokasi pasar tersebut, maka semakin banyak pula jumlah

pembeli dan jumlah penjualan produk pertanian yang dijual. Di sisi lain,

banyaknya impor hasil pertanian dan berkembangnya supermarket di

Malang beberapa tahun terakhir ini, ternyata tidak terlalu berpengaruh

terhadap pemasaran atau perdagangan hasil pertanian, karena masih banyak

pembeli yang lebih memilih untuk membeli sayuran di pasar.

2.2.5 Informasi Transaksi Diluar Hari Ini

Kondisi jual beli produk pertanian Pak Kasyanto sehari sebelumnya, 2

minggu terakhir, 3 minggu terakhi, dan sebulan terakhir jika dilihat dari

aspek jenis produk yang diperjualbeliakan, volume produk pertanian yang

diperjualbelikan, asal produk yang diperjual belikan, cara mengangkut

produk yang diperjual belikan, harga pembelian, harga penjualan, biaya

yang dikeluarkan, serta keuntungan yang diperoleh adalah relatif sama. Hal

ini tergantung pada permintaan pasar. Selain itu menurut beliau permintaan

konsumen dalam kurun waktu diatas juga relative sama, tetapi jika ada

perubahan harga produk hasil pertanian yang diperdagangkan secara

signifikan maka Pak Kasyanto akan mengurangi pasokkannya, karena

permintaan konsumen juga akan berkurang jika harga barang naik ( mahal ).

2.3 Lailatul Hidayah/125040100111027

2.3.1 Deskripsi Pedagangan Produk Pertanian Sampel

Pedagang yang saya wawancarai pada hari Sabtu, tanggal

01 Desember 2012 bernama Bapak Johan. Beliau tinggal di Kelurahan

Kota Lama, Kecamatan Kedung Kandang bersama istri dan seorang

anaknya yang masih berumur 3 tahun. Beliau berumur 33 tahun dengan

tingkat pendidikan formal SLTA. Beliau hanya bekerja sebagai

pedagang karena tidak memiliki lahan yang bisa digunakan sebagai

12

Page 13: Laporan Sosper Fix Print

usaha sampingan. Beliau memiliki satu sepeda motor untuk sarana

transportasi.

2.3.2 Asal Usul Menjadi Pedagang

Diawal karirnya beliau bekerja pada saudagar cina sejak

tahun 2005. Hingga akhirnya pada tahun 2008 beliau memutuskan utuk

membuka lapak sendiri di Pasar Besar Kota Malang. Produk yang

beliau jual adalah produk-produk hasil pertanian. Barang-barang yang

beliau jual ini, didapatkannya dari para pengepul atau tengkulak yang

sudah menjadi langganan beliau setiap harinya. Jumlah sayuran yang

beliau jual setiap harin berbeda-beda berkisar antara 5-20 kg,

menyesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan pasar.

2.3.3 Transaksi Jual Beli Hari ini

Hari ini (sabtu/01-12-2012), bapak johan menjual berbagai

produk/hasil pertanian yang diantaranya adalah pete, timun, selada,

buncis, pucai, gubis, sawi, brokoli, jeruk nipis, dan sebagainya.

Seebelum dijual beberapa sayur biasanya di sortir kembali. Sayur-sayur

yang tidak layak jual biasanya akan dibuang begitu saja. Semua sayur

dagangan beliau ini, tidak setiap harinya selalu habis terjual, terkadang

masih ada yang tersisa. Serpeti halnya hari ini, masih ada buncis,

brokoli, timun, jeruk nipis dan sebagainya yang belum habis terjual.

Sayur.-sayur yang belum habis terjual ini akan beliau jual kembali esok

harinya, dan harga jualnya pun relatif tetap karena sayuran tersebut

masihdalam keadaan bagus. Beliau mendapatkan sayur-sayur

dagangannya ini dari para tengkulak dan terkadang juga ada para

pengepul yang mengantarkan langsung sayuran mereka ke lapak beliau.

Biasanya Pak Johan mengambil 5-20 kg/unit dari para tengkulak atau

pengepul utuk dijual kembali. Sayuran dijualnya dengan harga kiloan

dan terkadang juga bijian(tergantung pada permintaan pembeli). Jika

ada pembeli yang membeli sayuran dalam jumlah besar biasanya akan

13

Page 14: Laporan Sosper Fix Print

diberikan bonus atau diskon. Dari penjualan sayur-sayurnya ini beliau

mengambil keuntunga berkisar antara Rp.2000-Rp.4000 per kilonya.

Modal awal Pak Johan untuk berdagang ini ±Rp.2.000.000.

Sebagian modal dagang ini beliau peroleh dari hasil pinjam ke

saudaranya. Keuntunga yang diperoleh beliau setiap harinya ±15% dari

modal yang telah dikeluarkan. Keuntungan ini akan diputar kembali

sebagai modal membeli dagangan.

Bapak Johan mengaku alasan beliau memilih menjual produk/hasil

peertanian seperti sayuran ini, karena sayur merupakan salah satu bahan

makanan pokok yang setiap hari dibutuhkan untuk menu makan sehari-

hari. Dan Pak Johan memilih pasar menjadi tempat berdagang karena

mnenurutnya pasar merupakan pilihan kebanyak orang untuk berbelanja

dan sangat mempengaruhi jumlah pembelian dan jumlah penjualan.

Dibawah ini menunjukan tabel jenis, jumlah, harga beli, serta harga

jual produk pertanian yang jual pak Johan.

Jenis Produk Pertanian Jumlah (satuan/ikat) Harga beli Harga Jual1 Daun bawang satuan kg 5500 65002 Kubis satuan kg 3000 50003 Kecambah satuan kg 7000 80004 Jagung satuan kg 4000 50005 Pete satuan kg 10000 120006 Timun satuan kg 800 15007 Brokoli Satuan kg 10000 120008 Selada Satuak kg 8000 100009 Sawi Satuan ikat 1000 3000

10 Pucai Satuan ikat 500 100011 Jeruk nipis Satuan kg 7000 10000

Table 2.5 Jenis, Jumlah, Harga Beli, serta Harga Jual Produk Pertanian yang Jual

Pak Johan

Dari tabel diatas terlihat bahwa pak johan menjual daun bawang

dengan satuan kg, harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.5500/kg,

dan menjual ke para konsumen dengan harga Rp.6500. Kubis dijual

14

Page 15: Laporan Sosper Fix Print

dengan satuan kg, harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.3000/kg,

dan menjual ke para konsumen dengan harga Rp.5000/kg. Kecambah

dijual dengan satuan kg, harga beli dari pengepul atau tengkulak

Rp.7000/kg, dan menjual ke para konsumen dengan harga Rp.8000/kg.

jagung dijual dengan satuan kg, harga beli dari pengepul atau tengkulak

Rp.4000/kg, dan menjual ke para konsumen dengan harga Rp.5000./kg.

Pete dijual dengan satuan kg, harga beli dari pengepul atau tengkulak

Rp.10000/kg, dan menjual ke para konsumen dengan harga

Rp.12000/kg. Timun dijual dengan satuan kg, harga beli dari pengepul

atau tengkulak Rp.800/kg, dan menjual ke para konsumen dengan harga

Rp.1500/kg. Brokoli dijual dengan satuan kg, harga beli dari pengepul

atau tengkulak Rp.10000/kg, dan menjual ke para konsumen dengan

harga Rp.12000/kg. Selada dijual dengan satuan kg, harga beli dari

pengepul atau tengkulak Rp.8000/kg, dan menjual ke para konsumen

dengan harga Rp.10000/kg. Sawi dijual dengan satuan ikat, harga beli

dari pengepul atau tengkulak Rp.1000/ikat, dan menjual ke para

konsumen dengan harga Rp.3000/ikat. Pucai dijual dengan satuan ikat,

harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.500/ikat, dan menjual ke

para konsumen dengan harga Rp.1000/ikat. Jeruk dijual dengan satuan

kg, harga beli dari pengepul atau tengkulak Rp.7000/kg, dan menjual ke

para konsumen dengan harga Rp.10000/kg. Akan tetapi Pak Johan tidak

selalu menjualnya seperti diatas, beliau menjual dagangannya

mengikuti permintaan para konsumen.

Tabel dibawah ini menunjukkan data hasil penjualan Pak Johan yang

habis terjual dan tidak habis terjual. Dan diurutkan dari yang terbanyak

ke yang terkecil.

Jenis Produk diurut dari Terbanyak ke tersedikit

1 Sawi TH/TTH 7Jeruk nipis TH/TTH

2 Kubis TH/TTH 8 Pete TH/TTH

3 kecambah TH/TTH 9Daun bawang TH/TTH

4 Jagung TH/TTH10

Telur asin TH/TTH

15

Page 16: Laporan Sosper Fix Print

5 Selada TH/TTH11 Brokoli TH/TTH

6 Timun TH/TTH12 pucai TH/TTH

Table 2.6 Data Hasil Penjualan Pak Johan yang Habis Terjual dan Tidak Habis Terjual

Dari tabel diatas terlihat bahwa tidak setiap harinya dagangan Pak

Johan habis. Menurut beliau habis dan tidaknya dagangannya ini

ditentukan oleh permintaan pasar. Dari tabel juga terlihat bahwa sawi

dan daun bawang habis tejual karena peminat sawi cukup banyak, tidak

hanya ibu rumah tangga yang membeli sawi dagangannya ini terkadang

ada pula penjual mie ayam atau penjual sayur-sayuran yang membeli

sawinya dalam jumlah banyak.

2.3.4 Dampak Globalisasi Terhadap Pemasaran Produk Pertanian

Dari wawancara yang saya lakukan kepada pada Bapak Johan

dapat diketahui bahwa banyaknya impor hasil pertanian dari luar negeri

dan berkembangnya supermarket di Malang dan Jawa Timur beberapa

tahun terakhir ini tidak memberikan pengaruh yang begitu besar, karena

barang yang diperdagangkan beliau tetap laku keras dan tetap stabil

setiap harinya, menurut beliau orang yang cenderung membeli barang-

barang di supermarket karena suasana dan keadaan sekitarnya yang

bersih berbeda dengan keadaan pasar yang alami. Selain itu perbedaan

harga yang cukup jauh menyebabkan para konsumen memilih untuk

membeli sayuran di pasar yang lebih murah dibandingkan dengan

supermarket yang harganya relatif lebih mahal.

2.3.5 Informasi Transaksi Diluar Hari Ini

Bapak Johan mengaku bahwa kondisi jual beli produk pertanian

yang dilakukan pada sehari sebelumnya, seminggu terakhir, 2 minggu

terakhir, 3 minggu terakhir dan sebulan terakhir dilihat dari beberapa

aspek diantaranya jenis produk, volume produk, asal produk, cara

memperoleh produk dan cara mengangkut produk yang diperjual

belikan relatif sama dalam jangka waktu tersebut. Sedangkan untuk

16

Page 17: Laporan Sosper Fix Print

harga pembelian, harga penjualan, biaya yang dikeluarkan serta

keuntungan yang diperoleh juga relatif sama. Tergantung pada

perkembangan yang terjadi di pasar, jika harga naik maka biaya yang

dikeluarkan semakin besar begitu juga sebaliknya.

2.4 Nova Putra Pratama/125040100111038

2.4.1 Identifikasi Pedagang Hasil Pertanian

Nama pedagang yang saya wawancarai pada kunjungan lapang

Sosiologi Pertanian ke Pasar Besar Kota Malang bernama Ibu Ani.

Beliau berumur 41 tahun dan bertempat tinggal di Desa Buring

Kecamatan Kedung Kandang. Tingkat pendidikan formal yang telah

ditempuh oleh Ibu Ani adalah SMA ( Sekolah Menengah Atas). Ibu Ani

aini tinggal bersama 3 orang anggota keluarga. Selain bekerja sebgai

pedagang produk pertanian Ibu Ani juga bekerja sebagai tukang cuci

sebagai sampingan. Hasil dari pekerjaan cuci ini dapa menambah

penghasilan keluarganya sehari-hari.

2.4.2 Asal Usul Menjadi Pedagang

Sebelum menjadi pedagang produk-produk hasil pertanian, pada

tahun 2003 Ibu Ani bekerja sebagai pedagang kaki lima. Pada awalnya

Ibu Ani berusaha memahami pasar dan akhirnya beliau berjualan

produk hasil pertanian karena menurut beliau untung yang didapatkan

dari berjualan dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

keluarganya. Setiap harinya Ibu Ani memperoleh barang dagangannya

dari pemasok dan dikirim oleh para kuli angkut atau tukang becak. Ibu

Ani memilih berjualan pisang, pepaya, sirsak, alpukat karena pengaruh

modal dan kondisi pasar. Ibu Ani menggunakan uangnya sendiri untuk

modal usahanya. Sedangkan untuk perkembangan omzet Ibu Ani selalu

memutar pendapaatan yang diperolehnya agar tetap mendapat

keuntungan.

2.4.3 Transaksi Jual Beli Hari Ini

17

Page 18: Laporan Sosper Fix Print

Dalam kesehariannya berdasarkan wawancara yang saya lakukan

barang dagangan yang dijual oleh Ibu Ani tidak selalu habis dan akan

dijual lagi pada keesokan harinya. Seperti yang telah dijelaskan diatas

bahwa Ibu Ani memperoleh produk pertanian yang dijualnya dari

pemasok atau dari petani desa dengan hitungan kilogram dan diantar

oleh kuli angkut ataupun becak, sehingga Ibu Ani memiliki biaya

tambahan sebesar Rp.20.000 sampai Rp.25.000. Ibu Ani hanya

menyortir barang dagangannya untuk memastikan kualitas. Pada

tanggal 1 Desember 2012, Ibu Ani mengeluuarkan biaya sebesar

Rp.250.000 untuk membeli produk pertanian yang akan dijual dan

biaya angkutnya. Ibu Ani mengaku hanya mengambil keuntungan

sebesar Rp.500 sampai Rp.1000 per satuan produk yang dijual, Ibu ani

biasanya akan menurunkan harga barang yang dijualnya daripada dijual

keesokan harinya dan kualitasnya menurun. Pada umumnya para

pembeli hanya membeli barang dagangan Ibu Ani hanya dalam jumlah

kecil untuk kebutuhan sendiri. Menurut pengalaman Ibu Ani lokasi

pasar lebih strategis dibanding tempat lain.

Dibawah ini menunjukan tabel jenis, jumlah, harga beli, serta harga

jual produk pertanian yang dijual Ibu Ani.

No. Jenis Produk

PertanianJumlah

(satuan/ikat) Harga beli

Harga

jual

1 Pisang Satuan sisir 5300 6000

2 Papaya Satuan kg 5000 6500

3 Alpukat Satuan kg 7500 8000

4 Sirsat Satuan kg 9500 11000

Table 2.7 Data Jenis, Jumlah, Harga Beli, serta Harga Jual Produk Pertanian yang Dijual Ibu Ani

Dari tabel diatas menunjukak jenis produk pertanian, jumlah, harga

beli, serta harga jual dagangan Ibu Ani. Ibu Ani menjual pisang dengan

satuan sisir, harga beli dari pemasokRp.5300/kg, dan menjual ke para

konsumen dengan harga Rp.6000. Pepaya dijual dengan satuan kg,

18

Page 19: Laporan Sosper Fix Print

harga beli dari pemasok Rp.5000/kg, dan menjual ke para konsumen

dengan harga Rp.6500/kg. Alpukat dijual dengan satuan kg, harga beli

dari pemasokRp.7500/kg, dan menjual ke para konsumen dengan harga

Rp.8000/kg. Sirsat dijual dengan satuan kg, harga beli dari pemasok

Rp.9500/kg, dan menjual ke para konsumen dengan harga

Rp.11000/kg. Akan tetapi Ibu Ani tidak selalu menjualnya buah-buahan

seperti diatas, terkadang beliau menjual dagangannya mengikuti

permintaan para konsumen.

Tabel dibawah ini menunjukkan data hasil penjualan Ibu Ani yang

habis terjual dan tidak habis terjual. Dan diurutkan dari yang terbanyak

ke yang terkecil.

Jenis Produk diurut dari Terbanyak ke tersedikit1 Pisang TH/TTH 3 Sirsat TH/TTH2 Alpukat TH/TTH 4 Papaya TH/TTH

Keterangan: TTH ( Tidak Terjual Habis ), TH ( Terjual Habis )

Tabel 2.8 Jenis Produk yang Dijual Ibu Ani Diurut Dari yang

Terbanyak ke Tersedikit

Dari table diatas dapat diketahui tingkat atau daya penjualan Ibu

Ani dimulai dari barang yang banyak paling banyak diminati oleh

pembeli atau konsumen dan yang kurang diminati oleh konsumen atau

pembeli di pasar, serta barang atau produk hasil pertanian yang dijual

Ibu Ani dalam jumlah yang banyak dan yang paling sedikit. Dari data

table diatas dapat dilihat bahwa buah pisang merupakan buah yang

paling banyak diminati. Menurut Ibu Ani pisang menjadi kegemaran

para konsumen karena harga pisang yang cukup murah. Selain murah,

pisang juga mempunyai banyak gizi serta vitamin yang berguna bagi

tubuh. Tidak jarang paara konsumen membeli pisang Ibu Ani dalam

jumlah yang tidak sedikit. Hal ini kebanyakan disebabkan karena

pisang telah menjadi makanan wajib dalam berbagai acara, contohnya

pada acara hajatan atau pada acara pernikahan.

19

Page 20: Laporan Sosper Fix Print

2.4.4 Dampak Globalisasi Terhadap Pemasaran Produk Pertanian

Sebagai seorang pedagang produk hasil pertanian Ibu Ani cukup

merasa dirugikan dengan adanya impor hasil pertanian dan

berkembangnya supermarket yang ada sekarang ini, salah satu dampak

negtifnya adalah harga barang semakin tinggi karena permintaan akan

produk semakin tinggi sedangkan persediaan yang ada dari para petani

hanya sedikit. Hal ini membuat modal yang dikeluarkan oleh Ibu Ani

harus lebih besar, yang belum tentu sesuai dengan keuntungan yang

didapatkan.

2.4.5 Informasi Transaksi Diluar Hari Ini

Aspek yang

diamatiKemarin

Dalam

Minggu

Terakhir

2 Minggu

Terakhir

3 Minggu

Terakhir

Sebulah

Terakhir

1. Jenis Produk

yang

diperjualbelika

n

Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama

2. Volune produk

pertanian yang

diperjualbelika

n

Berbeda Berbeda Berbeda Berbeda Berbeda

3. Asal produk

yang

diperjualbelika

n

Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama

4. Cara

memperoleh

produk yang

diperjualbelika

Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama

20

Page 21: Laporan Sosper Fix Print

n

5. Cara

mengangkut

produk yang

diperjualbelika

n

Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama

6. Harga

PembelianRelatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama

7. Harga

PenjualanRelatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama

8. Biaya yang

dikeluarkanBerbeda Berbeda Berbeda Berbeda Berbeda

9. Keuntungan

yang diperolehBerbeda Berbeda Berbeda Berbeda Berbeda

Table 2.9 Data Transaksi ibu Ani Diluar Hari Ini

Table diatas menunjukakan data kondisi jual beli produk

pertanianyang dilakukan oleh Ibu Ani sehai sebelun, seminggu terakhir,

dua minggu terakhir, tiga minggu terakhir, dan sebulan terakhir dilihat

dari beberapa aspek, diantaranya jenis produk, volume produk, asal

produk, cara memperoleh produk, cara mengangkut produk yang

diperjual belikan, harga pembelian, harga penjualan, biaya yang di

keluaarkan, serta keuntungan yang diperoleh.

Untuk jenis produk yang diperjualbelikan, asal produk yang

diperjualbelika, cara memperoleh produk yang diperjualbelikan, cara

mengangkut produk yang diperjualbelikan, harga pembelian, dan harga

penjualan relatife sama. Sedangkan untuk volume produk pertanian

yang diperjualbelikan Ibu Ani berdeda, beliau menyesuaikan dengan

pesanan dan kebutuhan konssumen. Biaya yang dikeluarkan Ibu Ani

pun berbeda, tergantung pasda jumlah atau banyaknya barang. Dan

keuntungan Ibu Anijuga berbeda-beda, keuntungan yang beliau peroleh

tergantung pada banyaknya jumlah barang yang telah terjual.

21

Page 22: Laporan Sosper Fix Print

2.5 Septy Putri Erika Nugroho/125040100111005

2.5.1 Identifikasi Pedagang Hasil Pertanian

Pedagang hasil produksi pertanian adalah seseorang yang

berjualan hasil-hasil pertanian seperti buah-buahan, sayur mayur,

rempah-rempah dan palawija. Disini saya akan melapokan hasil

wawancara kami pada saat fieldtrip. Tepatnya saya dan kelompok saya

mewawancarai pedagang sayur mayur. Pada hari minggu tanggal 1

Desember 2012, saya dan kelompok saya pergi fieldtrip ke pasar besar

Malang yang letaknya tepat di jantung kota malang di kelurahan

sukoharjo, kecamatan klojen. Saya mewawancarai seorang penjual

sayur mayur yang bernama Ibu Artina .Beliau Saat ini usianya tepat

berumur 6 tahun, beliau berasal dari daerah kota garam yaitu Madura.

Namun saat ini Ibu Artina sudah resmi menjadi Arema. Ibu Artina

membeli sebuah rumah di daerah Kota Lama sehingga saat ini Ibu

Artina sudah menetap sebagai warga Malang. Dia mengawali karirnya

sebagai pedagang sayur pada tahun 1960-an, pada saat itu umurnya

genap 13 tahun dan dia baru saja menikah. Dengan umur yang masih

sedemikaian Ibu 8 anak itu hanya mengenyam bangku pendidikan

hingga Sekolah Dasar. Pekerjaan sebagai pedagang sayur mayur adalah

pekerjaan utama beliau, beliau hanya mengandalkan pekerjaan ini.

Ibu Artina mengaku bahwa ini adalah profesi yang pertama dia

kerjakan dan hingga saat ini belum pernah berganti dengan pekerjaan

yang lainnya, karena dia merasa bahwa pekerjaan yang bisa dia lakukan

dan yang cocok hanya sebagai tukang sayur. Selain itu beliau tidak

memiliki sawah atau ladang (petani) yang biasanya pedagang sayur lain

gunakan sebagai kerja sampingan, dikarenakan pendapatannya yang

hanya segitu-segitu saja dari hasil ualan sayur. Karena Ibu Artina saat

ini sudah berumur. Kasminto, anak keempat yang sering membantu Ibu

Artina berjualan di pasar, dan kebetulan pada saat saya fiealdtrip

Kasminto sedang membatu Ibu Artina yang ternyata sekaligus

menjemput Ibu Artina. Kasminto sekarang berumur sekitar 43 tahun.

Kasminto lah yang setiap hari mengantar dan menjemput Ibu Artina,

22

Page 23: Laporan Sosper Fix Print

dan yang hingga saat ini masih satu atap dengan Ibu Artina walaupun

Kasminto sudah menikah. Oleh karena itu hasil dari jualan sayur mayur

di pasar digunakan untuk menghidupi 8 kepala yang hidup dibawah

atap rumah ibuArtina.

2.5.2 Asal Usul Menjadi Pedagang

Awalnya Ibu Artina merantau kemalang bersama suaminya yang

baru saja menikah 1 bulan, dan awal mula Ibu Artina berjualan sayur

dia bingung mencari kerja kesan kemari namun dia tidak menemukan

harus berkerja apa, lalu dia pergi kepasar bersama suami tercinta

mencari sesuatu yang bisa dimakan siang nanti. Sesampinya di pasar

ibu memiliki ide berjualan sayuran untuk menyambung hidupnya di

kota singo edan ini, tepat pada tahun 1960 Ibu Artina dan suami

mengawali karir sebagai pedagang sayuran.

Awal mulanya beliau memiliki modal dari sisa pernikahannya

sebesar Rp.20.000,- Dari modal sebesar Rp20.000,- tersebut beliau

memulai karirnya. Hari demi hari berlalu, bisnis Ibu Artina semakin

berkembang dia bisa mencukupi uang dapur dan bisa menabung untuk

beli rumah di kawasan Kota Lama, Kecamatan Kedung Kandang yang

hingga saat ini ditepatinya bersama anak dan cucunya. Bisnis sayur Ibu

Artina terus berkembang dan pernah sampai puncak kejayaan tapi

sayang pada saat zaman krisis moneter usaha ibu mengalami kerugiaan

akibat harga yang tidak stabil. Namun karena kegigihan ibu untuk

berjuang untuk mempertahankan bisnisnya Ibu Artina hingga saat ini

masih bisa berjualan walapun dengan lapak yang kecil sehingga

mempengaruhi keanekaragaman komoditas sayuran yang di jual oleh

Ibu Artina, pada saat sebelum krisis moneter ibu menjual beraneka

ragam sayuran. Mulai dari sayuran yang tidak tahan lama (mudah busuk

) seperti sawi, bayam, tomat dll, hingga sayuran yang tahan lama seperti

kentang, timun, kencur, jenkol, sayur dsb.

23

Page 24: Laporan Sosper Fix Print

2.5.3 Transaksi Jual Beli Hari ini

Setiap hari untuk mendapatkan sayuran yang akan dijual dengan

cara memesan kepada pengepul atau petani, maka barang yang di

minta ibu akan dikirim ke lapak Ibu Artina karna ibu sudah memiliki

partner biasanya barang jualan ibu akan di beli mlijjo (sebutan tukan

sayur keliling di daerah malang dan sekitarnya). Dan sebagian akan di

jual ecaran di lapaknya. Hari ini ibu menjual timun,tomat , kentang dll.

Karena menurut Ibu Artina hasil pertanian yang ini lebih tahan lama

sehingga mengurangi kerugian karena busuk.

Agar lebih jelas mengenai transaksi jual beli Ibu Artina lihatlah

tabel dibawah ini.

Jenis Produk diurut dari Terbanyak ke tersedikit

1 Timun TH/TTH

2 Tomat TH/TTH

4 Kentang TH/TTH

5 TH/TTH

Keterangan : TH (TerjualHabis) dan TTH (TidakTerjualHabis)

Table 2.10 Data Transaksi Jual Beli Ibu Artina Hari Ini (Tanggal 1

Desember 2012)

Jika ada sayuran yang belum terjual biasnya Ibu Artina melakukan

persotiran, untuk hasi persotiran yang jelek ibu bisanya membawa

pulang untuk dipakai sendiri atau terkadang di jualdibawah harga

dengan melakukan persotiran, memiasahkan yang jelek dan yang baik

ibu berfikir bahawa itu akan membuat pembeli lebih tertarik untuk

membeli. Karna barang dagangan Ibu Artina terlihan segar dan

menarik.

Laba yang diperoleh oleh Ibu Artina bila dirata-rata adalah sekitar

seratus sampai dua ratus ribu per harinya, hal ini dapat menjadi lebih

tinggi jika Ibu Artina menjual barang dagangannya secara eceran.

Tetapi Ibu Artina juga menjual produk hasil pertanian yang dijualnya

24

Page 25: Laporan Sosper Fix Print

kepada mlijo (penjual sayur keliling), jika Ibu Artina menjal produk

pertanian yang diperdagangkan pada pedagang sayur keliling, maka

keuntungan yang diperoleh Ibu Artina tidak maksimal, tetapi jika

dihitung dan dipertimbangkan lebih baik menjual kepada mlijo

disbanding menjualnya sendiri secara eceran, karena jika tidak banyak

yang membeli sayuran atau barang dagangan yang dijual oleh Ibu

Artina, sayuran tersebut akan layu dan mengurangi harga jual. Untuk

lebih jelasnya berikut daftar harga jual dan harga beli produk hasil

pertanian yang dijual oleh Ibu Artina,

Jenis Produk Pertanian

Jumlah

(satuan/ikat)

Harga Beli

( rupiah )

Harga Jual

( rupiah )

1 Tomat Satugangan an kg 2300 3000

2 Kentang satuan kg 6500 8000

3 Timun satuan kg 2000 3000

Tabel 2.11 Daftar Harga Jual dan Harga Beli Jenis Produk Pertanian Ibu Artina

per Satuan Barang

2.5.4 Dampak Globalisasi Terhadap Pemasaran Produk Pertanian

Pengaruh globalisasi, menurut Ibu Artina saat ini terdapat 2

pengaruh, yaitu positif dan negatifnya. Dapat dijabarkan seperti berikut:

Pengaruh positif: lebih gampang dalam akses belinya sebagai pelanggan

dan mampu mengetahui harga-harga di supermarket sebagai

pembanding harga.

Pengaruh negatif: pembeli pasar tradisional lebih sedikit tidak sebanyak

dahulu, mungkin karena adanya supermarket yang menawarkan

kenyamanan tempat belanja ( indor, ber-AC, tidak ada preman pasar,

bersih, dsb. ), meskipun kualitas barang yang dijual sama.

25

Page 26: Laporan Sosper Fix Print

Padahal jika mereka berfikir lebih panjang membeli sayuran di pasar

tradisonal lebih menguntungkan karena harganya yang sangat miring,

membeli di pasar tradisional memiliki seni, melihat berbagai macam sifat

orang dan bisa terlatih berinteraksi secara baik antara penjual dan pembeli.

2.5.5 Informasi Transaksi Diluar Hari Ini

Aspek yang

diamatiKemarin

Dalam

Minggu

Terakhir

2 Minggu

Terakhir

3 Minggu

Terakhir

Sebulah

Terakhir

10. Jenis

Produk yang

diperjualbelikan

Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama

11. Volune

produk

pertanian yang

diperjualbelikan

Berbeda,

sesuai

pesanan dan

kebutuhan

konsumen

Berbeda,

sesuai

pesanan dan

kebutuhan

konsumen

Berbeda,

sesuai

pesanan dan

kebutuhan

konsumen

Berbeda,

sesuai

pesanan dan

kebutuhan

konsumen

Berbeda,

sesuai

pesanan dan

kebutuhan

konsumen

12. Asal produk

yang

diperjualbelikan

Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama

13. Cara

memperoleh

produk yang

diperjualbelikan

Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama

14. Cara

mengangkut

produk yang

diperjualbelikan

Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama

15. Harga

PembelianRelatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama

16. Harga Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama Relatif sama

26

Page 27: Laporan Sosper Fix Print

Penjualan

17. Biaya yang

dikeluarkan

Berbeda,

tergantung

volume

barang

Berbeda,

tergantung

volume

barang

Berbeda,

tergantung

volume

barang

Berbeda,

tergantung

volume

barang

Berbeda,

tergantung

volume

barang

18. Keuntungan

yang diperoleh

Berbeda,

tergantung

jumlah

barang yang

terjual

Berbeda,

tergantung

jumlah

barang yang

terjual

Berbeda,

tergantung

jumlah

barang yang

terjual

Berbeda,

tergantung

jumlah

barang yang

terjual

Berbeda,

tergantung

jumlah

barang yang

terjual

Tabel 2.12 Data Transaksi Ibu Artina Diluar Hari Ini

2.6 Rangkuman

Dari kelima pedagang yang telah kelompok kita wawancarai diantaranya

adalah Bapak Ahmad Jainuri, Ibu Artina, Ibu Ani, Bapak Johan dan Bapak

Kasyanto mengaku bahwa berdagang adalah pekerjaan utama mereka, karena

mereka merasa bahwa berdagang itu sesuai dengan skill atau kemampuan yang

mereka miliki. Jika ditanya kenapa memilih berdagang produk hasil pertanian?

Rata-rata diantara mereka mengaku bahwa keuntungan yang didapat dari

berjualan produk hasil pertanian itu lumayan, karena produk-produk hasil

pertanian merupakan kebutuhan pokok, jadi dalam kesehariannya barang

dagangannya pasti ada yang terjual entah itu hanya balik modal atau mendapat

keuntungan.

Berdasarkan wawancara yang kelompok kami lakukan pada kelima orang

pedagang tersebut mayoritas dari mereka memaparkan bahwa modal yang dipakai

untuk kesehariannya dalam berdagang adalah modal pribadi, dan untuk membeli

produk hasil pertanian yang diperdagangkan pada hari selanjutnya adalah

perputaran dari hasil yang mereka peroleh pada hari sebelumnya.

Secara keseluruhan para pedagang mengaku bahwa globalisasi dengan

banyaknya supermarket di Jawa timur khususnya di daerah Malang tidak memberi

efek atau dampak yang begitu signifikan, karena pada kenyataannya barang

27

Page 28: Laporan Sosper Fix Print

dagangan mereka yang berupa produk hasil pertanian tetap laku di pasaran.

Dengan adanya globalisasi yang berupa banyak dibangunnya supermarket justru

digunakan sebagai pembanding oleh para pedagang, entah dalam segi harga

ataupun perlakuan yang diberikan terhadap barang dagangannya.

Dalam menentukan harga para pedagang menyesuaikan dengan kondisi

barang yang dijual, permintaan pembeli dan kondisi pasar, yang dimaksud kondisi

pasar disini adalah harga barang yang dijual ( produk hasil pertanian ) di pasaran,

jika harga beli barang dari tengkulak atau petani dirasa mahal atau naik maka para

pedagang akan menaikkan harga jual barang tersebut agar tidak mengalami

kerugian. Selain itu para pedagang juga melihat seberapa besar permintaan

konsumen atau pembeli terhadap barang yang dijual, jika permintaan banyak

maka para pedagang akan menaikkan harga jual barang. Sedangakan yang

dimaksud dengan kondisi barang adalah seberapa segar dan seberapa baik kualitas

barang yang dijual, jika kualitas atau kesegaran barang menurun maka para

pedagang akan mengurangi harga jual barang tersebut. Keuntungan yang

ditargetkan oleh para pedagang di Pasar Besar Kota Malang ini rata-rata ±20%

dari harga beli mereka dari petani atau tengkulak.

Para pedagang narasumber mengatakan bahwa kondisi jual beli produk

pertanian yang dilakukan pada sehari sebelumnya, seminggu terakhir, 2 minggu

terakhir, 3 minggu terakhir dan sebulan terakhir jika dilihat dari berbagai aspek

diantaranya jenis produk, volume produk, asal produk, cara memperoleh produk

dan cara mengangkut produk yang diperjual belikan relatif sama dalam kurun

waktu tersebut. Sedangkan untuk harga pembelian,harga penjualan, biaya yang

dikeluarkan serta keuntungan yang diperoleh itu tergantung pada perkembangan

yang terjadi di pasar, jika harga naik maka biaya yang dikeluarkan semakin besar

dan sebaliknya jika harga turun.

28

Page 29: Laporan Sosper Fix Print

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil wawancara pedagang di Pasar Besar Kota Malang, dapat

disimpulkan bahwa para pedagang mengambil produk pertanian yang dijual dari

para tengkulak atau petani. Produk yang mereka ambil dari para tengkulak atau

petani jumlahnya berbeda-beda, tergantung pada permintaan pasar. Para pedagang

rata-rata menentukan harga berdasarkan permintaan konsumen dan menyesuaikan

dengan harga pasar ( pedagang lain ). Para pedagang rata-rata mengambil

keuntungan sebesar ±20% dari harga beli mereka dari supplier atau petani.

Hampir semua pedagang yang kami wawancarai mengaku bahwa

globalisasi tidak begitu berpengaruh terhadap penjualan mereka, meski telah

banyak supermarket yang dibangun di Kota Malang tidak menyebabkan pasar

menjadi sepi dari pembeli. Hal ini terlihat dengan tetap terjualnya dagangan

mereka setiap hari, bahkan bisa sampai habis. Dengan banyaknya supermarket

justru digunakan sebagai alat pembanding oleh para pedagang, baik dari segi

harga ataupun penampilan barang yang dijual.

Pada deskripsi pedagang yang bernama Bapak Ahmad Jainuri disebutkan

bahwa tiap hari para pedagang yang ada di Pasar Besar Kota Malang membayar

biaya kebersihan sebesar Rp1000 yang ditagih oleh petugas pasar secara rutin. Hal

ini berarti lembaga yang ada di pasar ini berperan aktif dalam menertibkan

pedagang yang ada di dalam pasar.

29

Page 30: Laporan Sosper Fix Print

Dari hasil wawancara juga terdapat perbedaan jumlah barang yang dijual

oleh setiap pedagang, ada yang menjual lebih dari lima macam komoditas hasil

pertanian da nada yang menjualn kurang dari lima macam. Hal ini dapt digunakan

untuk mengetahui tingkatan stratifikasi sosial yang terjadi diantara para pedagang.

Selain itu dapat disimpulkan bahwa para pedagang telah memiliki jaringan sosial

yang cukup luas, hal ini dapat dilihat bahwa untuk mendapatkan barang yang akan

diperdagangkan para pedagang memesan atau membelinya secara langsung pada

supplier atau petani yang telah menjadi langganannya. Hal tersebut juga dapat

dilihat dari banyaknya pembeli yang telah berlangganan pada pedagang terebut.

3.2 Saran

Sebagai pedagang harus mengetahui strategi berdagang. Pemilihan lokasi

yang tepat sangat berpengaruh dalam proses jual beli. Pedagang juga harus

mengetahui kebutuhan pasar sehingga dapat mempertimbangkan pemilihan

barang dagangan. Naik turunnya harga juga harus menjadi prioritas utama

sehingga pedagang dapat terhindar dari kerugian yang besar. Dalam mengambil

keuntungan, pedangang tidak perlu mengambil untung yang terlalu tinggi, karena

pembeli lebih memilih harga murah.

Pedagang juga harus kreatif dalam menyiasati dagangan yang tidak laku

hari ini sehingga esok harinya dapat dijual kembali tabpa membuat pembeli

merasa dirugikan. Dalam penjualannya, pedagang juga harus pandai melihat

keinginan pembeli karena pembeli tidak hanya membeli dalam bentuk per kilo

namun ada juga yang ingin membeli hanya per biji, bahkan dalam bentuk

grosiran. Namun dari semua hal di atas, komunikasi dengan pembelilah yang

paling utama, keramahan merupakan nilai tambah, karena dengan komunikasi

yang baik, pembeli akan merasa menjadi teman dari pedagang sehingga pembeli

akan memilih kembali berbelanja pada pedagang tersebut.

30

Page 31: Laporan Sosper Fix Print

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Radar Jaya Offset

Wahyono Francis dkk. 2001. Pangan, Kearifan Lokal dan Keanekaragaman Hayati. Yogyakarta : Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas

31

Page 32: Laporan Sosper Fix Print

LAMPIRAN

32

Page 33: Laporan Sosper Fix Print

33

Page 34: Laporan Sosper Fix Print

34