CRS Endoftalmitis Fix Print

33
Case Report Session ENDOFTALMITIS EKSOGEN Oleh Tiffany Adelina 1110312063 Dieni Rahmatika A 1110312072 Yeap Chen Pan 0810314161 Preseptor dr. Weni Helvinda, Sp.M (K) BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS RSUP M. DJAMIL PADANG 2015

description

endoftalmitis

Transcript of CRS Endoftalmitis Fix Print

Page 1: CRS Endoftalmitis Fix Print

Case Report Session

ENDOFTALMITIS EKSOGEN

Oleh

Tiffany Adelina 1110312063

Dieni Rahmatika A 1110312072

Yeap Chen Pan 0810314161

Preseptor

dr. Weni Helvinda, Sp.M (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP M. DJAMIL PADANG

2015

BAB I

Page 2: CRS Endoftalmitis Fix Print

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi

Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola mata

yang meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam kamera okuli

anterior dan kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini juga dapat membentuk

abses di dalam badan kaca.1

Endoftalmitis dikelompokkan menjadi 2 tipe, yaitu endoftalmitis endogen dan

endoftalmitis eksogen. Endoftalmitis endogen disebabkan oleh penyebaran hematogen

organisme sumber infeksi yang jauh di dalam tubuh (contohnya endokarditis).

Endoftalmitis eksogen merupakan endoftalmitis yang disebabkan oleh inokulasi

langsung organisme dari luar tubuh sebagai komplikasi dari tindakan operasi mata,

benda asing, atau trauma tembus pada mata.1,2

1.2. Klasifikasi

Agen infeksi penyebab endoftalmitis eksogen berasal dari lingkungan luar.

Endoftalmitis eksogen dikategorikan menjadi 2, yaitu endoftalmitits post operasi dan

endoftalmitis post trauma.2

Endoftalmitis Post Operatif

Bakteri penyebab tersering pada endoftalmitis post operatif merupakan flora

normal pada kulit, kelopak mata, bulu mata dan konjungtiva. Endoftalmitis ini sering

terjadi setelah operasi-operasi berikut ini: katarak, implantasi IOL, glaukoma,

keratoplasti, eksisi pterigium, pembedahan strabismus paracentesis, pembedahan

vitreus dan lain-lain.2,3

Endoftalmitis Post Trauma

Endoftalmitis paling sering terjadi setelah trauma mata, yaitu trauma yang

menimbulkan luka robek atau tembus pada mata. Trauma tembus mata bisanya terjadi

di lingkungan yang non-steril, kebanyakan benda yang mengenai mata telah

terkontaminasi dengan berbagai agen infeksius.2

Page 3: CRS Endoftalmitis Fix Print

1.3. Epidemiologi

Sebagian besar endoftalmitis eksogen (sekitar 60%) terjadi setelah operasi

intraokuler. Ketika operasi terlibat dalam penyebabnya, endoftalmitis biasanya akan

muncul 1 minggu setelah operasi. Di Amerika Serikat, endoftalmitis post-operasi

katarak adalah bentuk yang paling sering ditemukan, sekitar 0,1-0,3% operasi disertai

endoftalmitis sebagai komplikasi. Hal ini meningkat dalam 3 tahun terakhir.

Endoftalmitis juga dapat terjadi setelah injeksi intravitreal, walaupun analisa pada

lebih dari 10.000 injeksi menunjukkan resiko terjadinya sekitar 0,029% per injeksi.2

Endoftalmitis post trauma terjadi pada 4-13% trauma tembus okular. Insiden

endoftalmitis akibat trauma tembus di daerah pedesaan lebih tinggi dibanding daerah

bukan pedesaan. Keterlambatan dalam perbaikan trauma tembus bola mata

berhubungan dengan peningkatan risiko endophthalmitis.2

1.4. Etiologi

1. Bakteri – Post Operasi

Endoftalmitis post operasi paling sering disebabkan oleh bakteri gram positif,

umumnya disebabkan oleh Staphylococcus koagulase negatif (Staphylococcus

epidermidis) yang merupakan flora normal konjungtiva. Bakteri gram positif tersering

lainnya yang dapat menyebabkan endoftalmitis post operasi adalah Staphylococus

aureus dan Steptococcus sp. Bakteri gram negatif yang berhubungan dengan

endoftalmitis post operasi adalah P aeruginosa, Proteus dan Haemophillus sp. Bakteri

penyebab endoftalmitis post operasi berdasarkan onsetnya adalah sebagai berikut2,6 :

a. Akut

Endoftalmitis terjadi 1-42 hari setelah operasi

- Staphylococcus epidermidis

- Staphylococcus aureus

- Bakteri gram negatif : Pseudomonas, Proteus, Escherichia coli dan

Miscellaneous ( Serratia, Klebsiella, Bacillus)

- Streptococcus sp

Page 4: CRS Endoftalmitis Fix Print

b. Kronis

Endoftalmitis terjadi 6 minggu – 2 tahun setelah operasi

- Stapylococcus epidermidis

- Propionibacterium acnes

2. Bakteri – Post Trauma

Bakteri yang sering menjadi penyebab endoftalmitis post trauma adalah2,6 :

- Bacillus cereus, adanya riwayat trauma tembus/penetrasi dengan benda

asing intraokuler yang terkontaminasi bahan organik menunjukkan

keterlibatan bakteri ini.2

- Staphylococcal sp

- Streptococcal sp

3. Fungal Post Operatif

Walaupun sangat jarang, ada beberapa jamur yang dapat menyebabkan

endoftalmitis post operasi,2 yaitu :

- Candida

- Aspergillus

- Penicillium

- Volutella

- Neurospora

- Fusarium

4. Fungal Trauma

Berikut jamur yang dapat menyebabkan endoftalmitis post trauma.

- Fusarium

- Aspergilus

1.5. Patofisiologi

Masuknya bakteri ke dalam mata terjadi karena rusaknya rintangan-rintangan

okular. Penetrasi melalui kornea atau sklera mengakibatkan gangguan eksogen pada

mata. Setelah bakteri-bakteri memperoleh jalan masuk ke dalam mata, proliferasi

akan berlangsung dengan cepat. 1,4

Page 5: CRS Endoftalmitis Fix Print

Vitreus bertindak sebagai media yang sangat bagus bagi pertumbuhan bakteri.

Bakteri yang sering menyebabkan endoftalmitis adalah stafilokokus, streptokokus,

pneumokokus, pseudomonas dan bacillus cereus. Bakteri, sebagai benda asing,

memicu suatu respons inflamasi. Masuknya produk-produk inflamasi menyebabkan

tingginya kerusakan pada rintangan okular-darah dan peningkatan rekrutmen sel

inflamasi. 4.5

Kerusakan pada mata terjadi akibat rusaknya sel-sel inflamasi yang melepaskan

enzim-enzim proteilitik serta racun-racun yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri.

Kerusakan terjadi di semua level jaringan yang berhubungan dengan sel-sel inflamasi

dan racun-racun. 6,7

1.6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan objektif

yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

a. Subjekif

Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah1,4,7:

- Fotofobia

- Nyeri pada bola mata

- Penurunan tajam penglihatan

- Nyeri kepala

- Mata terasa bengkak

- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka:

Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata disertai

dengan atau tanpa adanya penetrasi benda asing perlu diperhatikan karena adanya

kemungkinan penyebab eksogen. Mengenai penyebab endogen maka penderita

perlu di anamnesis mengenai ada atau tidaknya riwayat penyakit sistemik yang

dideritanya. Penyakit yang merupakan predisposisi terjadinya endoftalmitis di

antaranya adalah diabetes melitus, AIDS dan SLE yang dapat dihubungkan

dengan imunitas yang rendah. Sedangkan beberapa penyakit infeksi yang dapat

menyebabkan endoftalmitis endogen akibat penyebarannya secara hematogen

Page 6: CRS Endoftalmitis Fix Print

adalah meningitis, endokorditis, infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru dan

pielonefritis3. Untuk endoftalmitis fakoanafilaktik, dapat ditanyakan tentang

adanya riwayat segala subjektif katarak yang diderita pasien sebelumnya.

b. Objektif

Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata

yang terkena dan derajat infeksi/peradangan.8 Pemeriksaan yang dilakukan adalah

pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi. Kelainan fisik yang dapat ditemukan

dapat berupa:4

- Udem Palpebra Superior

- reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis

- Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva

- Udem Kornea

- Kornea keruh

- keratik presipitat

- Bilik mata depan keruh

- Hipopion

- Kekeruhan vitreus

- Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat ataupun

hilang sama sekali.

Gambar 1. Endoftalmitis

Page 7: CRS Endoftalmitis Fix Print

Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam badan kaca

ditemukan masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam

badan kaca, dengan proyeksi sinar yang baik1.

Page 8: CRS Endoftalmitis Fix Print

1.7. Pemeriksaan Penunjang

Metode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan karena bersifat

spesifik untuk mendeteksi mikroorganisme penyebab. Teknik kultur memerlukan

waktu 48 jam – 14 hari. Bahan-bahan yang dikultur diambil dari:4,7

o Cairan dari COA dan corpus viterous

Pada endoftalmitis, biasanya terjadi kekeruhan pada corpus viterous. Oleh

sebab itu, bila dengan pemeriksaan oftalmoskop, fundus tidak terlihat, maka dapat

dilakukan pemeriksaan USG mata.

Page 9: CRS Endoftalmitis Fix Print

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah ada benda asing dalam bola

mata, menilai densitas dari vitreitis yang terjadi dan mengetahui apakah infeksi telah

mencapai retina.4

Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan untuk mengetahui dengan pasti kuman

penyebab endoftalmitis, terutama bila ada penyakit sistemik yang dapat menimbulkan

endoftalmitis, melalui penyebaran secara hematogen. Pemeriksaan penunjang tersebut

dapat berupa:4

o Pemeriksaan darah lengkap, LED, kadar nitrogen, urea darah, kreatinin.

o Foto rontgen thoraks

o USG jantung

o Kultur darah, urin, LCS, sputum, tinja

1.8. Diagnosis

Dengan mengetahui gejala subjektif dan gejala objektif yang didapatkan dari

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosis endoftalmitis sudah

dapat ditegakkan.

1.9. Diagnosis banding

- Panuveitis

- Tumor intraokuler

- Panoftalmitis

1.10. Penatalaksanaan

Tujuan-tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan

mencegah komplikasi-kompliksi.2

Farmakoterapi:

1. Antibiotik

Terapi antibiotik harus komprehensif dan mencakup semua patogen yang dapat

menjadi penyebab endoftalmitis. Antibiotik ini dapat diberikan secara topikal,

subkonjungtiva, intra vitreal dan intravena.

Page 10: CRS Endoftalmitis Fix Print

a. Vancomycin (Vancocin, Vancoled, Lyphocin)

Antibiotik yang ampuh untuk melawan organisme-organisme gram-positive

dan efektif untuk melawan spesies Enterococcus. Diindikasikan untuk para pasien

yang tidak bisa mendapat atau gagal merespons penisilin-penisilin serta

cephalosporins dan yang mengalami infeksi dengan staphylococci yang resisten.

b. Ceftazidime (Ceptaz, Fortaz, Tazicef, Tazidime)

Pilihan utama untuk mengatasi intravitreal gram-negative. Cephalosporin

generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif; kurang ampuh melawan

organisme-organisme gram-positif; lebih efektif melawan organisme-organisme yang

kebal. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengikat satu atau lebih protein

pengikat penisilin.

c.Amikacin (Amikin)

Pilihan kedua bagi injeksi intravitreal untuk mengatasi gram-negative. Untuk

melawan infeksi-infeksi bakteri gram negatif yang kebal terhadap gentamicin dan

tobramycin. Efektif melawan Pseudomonas aeruginosa.

d. Ciprofloxacin (Cipro, Ciloxan)

2. Anti Fungal

Pilihan antifungal yang digunakan adalah Amphotericin B, Voriconazole,

Ketokonazole, Fluconazole, dan Itraconazole.

3. Kortikosteroid

Memiliki sifat-sifat anti-inflamasi. Obat-obat kortikosteroid mengubah

respons kekebalan tubuh terhadap stimulus-stimulus yang berbeda. Pemberian steroid

dimulai setelah 12-24 jam pemberian antibiotik intensif.

a. Prednisolone acetate (Pred Forte)

Mengobati inflamasi-inflamasi akut setelah operasi mata atau jenis gangguan-

gangguan pada mata lainnya. Mengurangi inflamasi dan neovaskularisasi kornea.

Menghambat migrasi leukosit-leukosit polymorphonuclear dan menghentikan

kebocoran pembuluh kapiler. Dalam kasus infeksi-infeksi bakteri, penggunaan

berbarengan obat-obat anti-infeksi dilakukan; jika tanda-tanda dan gejala tidak

membaik setelah 2 hari, periksa kembali pasien.

Page 11: CRS Endoftalmitis Fix Print

b. Dexamethasone (Ocu-Dex)

Untuk bermacam-macam penyakit alergi dan inflamasi. Mengurangi

peradangan dengan cara menghambat perpindahan leukosit-leukosit

polymorphonuclear dan mengurangi kebocoran (permeabilitas) pembuluh kapiler.

Opsional; data klinis masih bertentangan mengenai manfaatnya.

3. Triamcinolone (Aristocort)

Mengobati dermatosis peradangan yang peka terhadap obat-obat steroid.

Mengurangi peradangan dengan menghambat migrasi leukosit-leukosit

polymorphonuclear dan menghentikan kebocoran pembuluh kapiler.

4. Cycloplegics

Mengurangi ciliary spasm yang bisa menyebabkan nyeri. Agen-agen sikloplegik

(cycloplegic) juga adalah mydriatic, dan praktisi harus memastikan bahwa pasien

tidak menderita glukoma. Pengobatan ini bisa memicu serangan angle-closure yang

akut.

Tindakan Bedah (Vitrektomi)

Apabila dengan pengobatan gagal maka dapat dipertimbangkan vitrektomi

untuk melakukan drainase abses dan memungkinkan visualisasi fundus yang lebih

jelas.

1.11. Komplikasi

Penurunan visus dan kebutaan adalah komplikasi endoftalmitis yang tersering.

Bila terjadi komplikasi, perlu dilakukan enukleasi.2

1.12. Prognosis

Fungsi penglihatan pada pasien endoftalmitis sangat tergantung pada kecepatan

diagnosis dan tatalaksana. Prognosisnya sangat bervariasi tergantung penyebab.

Faktor prognostik terpenting adalah visus pada saat diagnosis dan agen penyebab.

Prognosis endoftalmitis endogen secara umum lebih buruk dari eksogen karena

jenis organisme yang menyebabkan endoftalmitis endogen biasanya lebih virulen.

Pada suatu studi retrospektif, meskipun dengan terapi agresif, dikatakan hanya 40%

Page 12: CRS Endoftalmitis Fix Print

pasien dengan visus dapat menghitung jari atau lebih baik.2

LAPORAN KASUS

1. Nama / Kelamin / Umur : Ny. E / 57 tahun

2. Negeri Asal : Batang Limpaung

3. Anamnesa :

Keluhan Utama :

Penglihatan mata kanan kabur sejak 10 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Sebelumnya pasien operasi katarak OD 20 hari yang lalu. 8 hari setelah

operasi mata terasa kabur, nyeri, dan berair.

- Riwayat demam dan sakit kepala setelah operasi (+)

- Mata kanan tampak memutih lebih kurang 1 minggu yang lalu.

- Riwayat operasi katarak OS 4 bulan yang lalu.

- Riwayat hipertensi dan DM (+)

- Riwayat trauma pada mata (-)

Riwayat penyakit dahulu :

- Tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga :

- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

Page 13: CRS Endoftalmitis Fix Print

STATUS OFTALMIKUS

OD OS

Visus tanpa koreksi 1/∞ proyeksi salah 3/50

Visus dengan koreksi - -

Refleks Fundus Sulit dinilai (+)

Silia/ Suprasilia Madarosis (-), Trikiasis (-) Madarosis (-), Trikiasis (-)

Palpebra Superior Edema (+) Edema (-)

Palpebra Inferior Edema (+) Edema (-)

Margo Palpebra Hordeolum (-), kalazion(-) Hordeolum (-), kalazion(-)

Aparat Lakrimal Lakrimasi (+) Lakrimasi (+)

Konjungtiva Tarsalis Folikel (-), hiperemis (-),

papil (-)

Folikel (-), hiperemis (-),

papil (-)

Konjungtiva Fornics Folikel (-), hiperemis (-),

papil (-)

Folikel (-), hiperemis (-),

papil (-)

Konjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (+),

injeksi siliar (+), folikel (-),

papil (-)

Injeksi konjungtiva (-),

injeksi siliar (-), folikel (-),

papil (-)

Sklera Putih Putih

Kornea Edema (+), prolaps iris arah

jam 11

Bening

Kamera Okuli

Anterior

Hipopion (+) Cukup dalam, tenang

Page 14: CRS Endoftalmitis Fix Print

Iris Sulit dinilai Coklat, rugae (+)

Pupil Sulit dinilai Bulat, refleks (+)

Lensa Sulit dinilai Keruh subkapsul post

Korpus Vitreum Sulit dinilai Bening

Fundus Tidak tembus

Media Bening

Papil Optikus Bulat, batas tegas, c/d 0,3-

0,,4

Retina Perdarahan (-), eksudat (-)

Makula Refleks fovea (+)

Aa:vv. Retina 2:3

Tekanan Bulbus Okuli Tidak dilakukan N (palpasi)

Gerakan Bulbus Okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

Posisi Bulbus Okuli Ortho Ortho

Gambar

Laboratorium : Hb : 13,8 gr/dl

Leukosit 9860/mm3

Hitung jenis : 0/3/2/65/26/4

Trombosit : 308.000/mm3

Hematokrit 40%

Mikrobiologik : Coccus gram (+)

PMN > MN

Hifae (-)

Diagnosis : Endoftalmitis eksogen OD

Terapi : LFX ed/ jam OD

Page 15: CRS Endoftalmitis Fix Print

SA 3x1 OD

Cefoperazon 2x1 gr i.v

Bed rest total

DISKUSI

Telah diperiksa seorang pasien wanita usia 57 tahun dengan diagnosis

endoftalmitis eksogen OD. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan edema pada palpebra, injeksi konjungtiva

dan injeksi siliar. Selain itu, terdapat edema pada kornea, prolaps iris arah jam 11 dan

hipopion pada COA.

Terapi pada pasien ini diberikan antibiotika dan SA serta pasien diharuskan

untuk bed rest total.

Page 16: CRS Endoftalmitis Fix Print

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, S.H. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2006.

hal. 175-8.

2. Daniel J Egan, MD. Endophthalmitis. Last updated April 6, 2015. Accessed on

September 20, 2015. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/799431-

overview.

3. Bobrow JC, dkk, 2008. Lens and Cataract. Singapore : American Academy of

Ophtalmology.

4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ilmu Penyakit Mata Untuk

Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke-2, CV. Segung Seto, Jakarta,

2002, hal 167- 171, 188.

5. Wijaya. N., et al, Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-6, 1993, hal 149-150.

6. Robert H Graham. Endopthalmitis Bacterial. Last updated Maret 27, 2014.

Accessed on September 20, 2015. Available at :

http://emedicine.medscape.com/article/1201134-overview.

7. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftamologi umum. Edisi 14. Jakarta : Widya

Medika.

8. Miller, J.W. Endopthalmitis. Diunduh dari www.emedicine.com. Tanggal 22

September 2007.