Laporan Skenario 5 (1)
-
Upload
prima-d-andri -
Category
Documents
-
view
71 -
download
11
description
Transcript of Laporan Skenario 5 (1)
SKENARIO 5
Perawatan Compromised Medic Seorang anak perempuan umur 12 tahun, datang
ke RSGM UNEJ dengan keluhan gigi belakang bawah kanan sakit sejak 3 bulan yang
lalu, sehingga pasien tidak bisa mengunyah makanan pada daerah gigi yang sakit.
Pada gusinya sering sekali muncul benjolan dan keluar nanahnya. Hasil pemeriksaan
intra oral terlihat gigi 46 mengalami karies yang besar, perforasi atap pulpa dan test
vitalitas negatif. Dokter mendiagnosa gigi 46 tersebut abses alveolar. Gambaran
rontgen foto tampak terjadi perforasi bifurkasi dan apek gigi masih terbuka. Pada
anamnesa diketahui pasien mempunyai riwayat pada perdarahannya, maka dilakukan
konsul karena pasien memerlukan tindakan compromised medic supaya perawatan
pada keluhan giginya dapat dilakukan dengan baik.
STEP 1
Clarifying Unfamiliar Terms
1. Compromised medic : secara harfiah compromised berarti beresiko, medic
berarti medikasi, secara luas berarti -seseorang dengan kondisi medis atau
perawatan medis yang rentan terhadap infeksi atau komplikasi serius. -seseorang
yang mengidap satu atau lebih penyakit dan sedang menjalani satu atau lebih
medikasi sebagai perawatan dari penyakitnya tersebut. Kondisi ini harus
dikompromikan dengan general practicioner karena akan mempengaruhi adanya
obat anestesi dan kegawatdaruratan medik. Selain itu kondisi ini juga
berhubungan dengan penurunan sistem imun.
2. Perforasi bifurkasi : kontaknya saluran akar dengan lingkungan luar yang
mencapai dasar cavum pulpa dan bifurkasi
1
STEP 2
Problem Definition
1. Apa perawatan pendahuluan yang tepat untuk pasien pada scenario? (cara
mengetahui pasien dengan riwayat perdarahan dan pengaruhnya)
2. Bagaimana rencana perawatan untuk pasien dengan gangguan perdarahan pada
scenario?
STEP 3
Brainstrorming
1. Gangguan perdarahan bisa dikarenakan :
Defisiensi platelet
Gangguan koagulasi
Gangguan fibrinolitik : pembekuan darah menjadi lebih lama
Dengan kondisi tersebut bisa dilakukan profilaksis untuk menghindari
penyebaran infeksi dengan asam traneksamat, suatu obat anti fibrinolitik
sehingga membuat pembekuan darah lebih cepat. Dokter gigi harus tahu
riwayat perdarahan dari pasien, baik sebab maupun keparahannya. Apakah
adanya gangguan koagulasi itu suatu keturunan atau dapatan. Selain itu juga
riwayat perawatan apa saja yang sebelumnya telah dilakukan. Karena hal ini
akan mempengaruhi rencana perawatan dan resiko yang nantinya bisa timbul.
Hal ini tentu membutuhkan kerjasama dengan ahli kesehatan lain, misalnya
hematologist. Berbagai kelainan perdarahan ini memiliki gejala klinis seperti
pada kulit maupun mukosa. Seperti ekimosis, ulserasi mukosa, hiperplasi
gingival.
2
Perawatan perioperatif : anamnesa, pemeriksaan fisik (ada tidaknya
perdarahan pada gingival, perdarahan spontan), pemeriksaan laboratorium
seperti CTBT atau LED untuk pemeriksaan trombosit. Pemeriksaan
laboratorium perlu dilakukan screening clinical untuk mengetahui jenis
penyakit. Dan juga akan mengetahui dari defisiensi faktor apa saja serta
apakah ada penurunan platelet. Selain itu disertai dengan pemeriksaan
penunjang. Jika pasien anak-anak maka anamnesa bisa dilakukan pada orang
tua atau walinya. Adanya berbagai pemeriksaan ini juga akan mempengaruhi
pemberian obat, seperti analgesic, aspirin, dan NSAIDs sebaiknya dihindari
karena akan menghambat agregasi dari platelet. Selain itu dimungkinkan
hamper semua antibiotic tidak disarankan untuk penderita kelainan
perdarahan, kecuali clindamicin karena resiko alergi rendah. Kinerja antibiotic
memanjangkan pembuluh darah dan metabolisme ginjal meningkat seperti
pembierikan amoxicillin. Karena sebenarnya justru malah pasien sendiri tidak
sadar bahwa dirinya mengalami kelainan perdarahan dan dokter gigi yang
menemukannya.
Beberapa defisiensi fakto, seperti faktor X akan menyebabkan gangguan
koagulasi sistemik, faktor XI ada hubungan dengan anti hemofilik C, dan
faktor XII adanya kecenderungan trombosit.
Perlu diperhatikan bahwa penderita hemophilia tidak sembarangan diberikan
obat karena mungkin obat tersebut diserap ginjal sehingga akan memperberat
kinerja ginjal.
2. Pemeriksaan lalu dilakukan relief of pain selanjutnya dilakukan konsul barulah
perawatan. Untuk relief of pain hindari penggunaan obat NSAIDs, aspirin.
Adanya pemeriksaan laboratorium dan pus di drainage lalu di apeksifikasi
disertai perawatan saluran akar.
3
Perawatan bisa juga dengan ekstraksi setelah itu dilakukan perawatan ortodonsia
atau prostodonsia sesuai keinginan pasien. Jika dengan mempertahankan gigi
bisa dengan perbaikan daerah bifurkasi dengan memakai Ca(OH)2 atau MTA
lalu di tumpat sementara dan selanjutnya ditumpat permanen. Selain itu juga bisa
dilakukan perawtan bifurkasi dengan mengubah gigi molar tersebut menjadi gigi
premolar. Atau bisa juga langsung dengan menggunakan glass ionomer.
Jika melakukan ektraksi maka perlu diperhatikan penggunaan anestesi yang
mempengaruhi dari adanya vasokonstriktor. Setelah itu dievalkuasi 6 bulan
barulah ditumpat.
STEP 4
MAPPING
4
Pasien Compromised medic
Kelainan perdarahan
Pemeriksaan
Perioperatif Laboratorium
Macam gangguan perdarahan
Rencana perawatan Manifestasi di rongga mulut
STEP 5
Learning Objective
1. Pasien compromised medic (definisi dan macam-macam)
2. Macam gangguan perdarahan
a. Manifestasi di rongga mulut
b. Pertimbangan perawatan di kedokteran gigi
3. Rencana perawtan di scenario
STEP 7
LO 1 Pasien compromised medic (definisi, tujuan, dan macam-macam)
a) Definisi compromises medic
Compromised medic, secara harfiah compromised berarti beresiko/berbahaya
dan medic berarti medikasi. Pasien dengan kondisi compromised medic adalah
seorang dengan kondisi medis ataupun perawatam medis yang retan terhadap
infeksi maupun komplikasi serius. Pasien dengan compromised medic seseorang
yang mengidap satu atau lebih penyakit dan sedang menjalani satu atau lebih
perawatan. Aspek yang perlu diperhatikan adalah efek obat anatesi kondisi
pasien serta kegawatdaruratan medis. Pasien Compriomised medic merupakan
pasien yang memerlukan penanganan medis dengan perlakuan khusus sehingga
dalam melakukan perawtan kedokteran gigi tidak merugikan pasien
b) Tujuan compromised medic
Tujuan compromised medic adalah sebagai berikut:
1) Memberikan pertolongan pertama pada pasien, untuk melanjutkan
perawatan gigi yang dikeluhkan oleh pasien
5
2) Menstabilkan keadaan pasien
3) Memberikan perawatan yang sesuai agar dokter gigi dapat bertindak
dengan hati-hati terhadap kondisi sistemik pasien sehingga tidak terjadi
komplikasi
4) Membantu saat pasien merasa cemas atau takut saat perawatan
5) Mengantisipasi dan mengendalikan situasi pada saat pemeriksaan dan
perawatan
6) Agar pasien mendapatkan pelayanan yang holistic, komperhensif dan
professional.
7) Untuk memprediksi suatu risiko yang dapat terjadi dan mempersiapkan
antisipasi
8) Dapat menetapkan konsultasi dan rujukan yang diperlukan
9) Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang tepat
10) Untuk melakukan inform consent yang tepat
c) Macam-macam compromised medic
1) DM
Secara statistik telah dibuktikan bahwa diabetes merupakan
salah satu faktor predisposisi perkembangan penyakit
periodontal.
Pasien diabetes tipe 1 dan 2 terkontrol biasanya dapat
menerima semua tindakan perawatan dental tanpa pencegahan
tertentu.
Konsultasi dengan dokter pasien diwajibkan jika: Pasien
mempunyai komplikasi sistemik diabetes seperti penyakit
jantung atau ginjal, Pasien kesulitan untuk mengontrol diabetes
atau sedang mengonsumsi dosis besar insulin, dan Pasien
mempunyai infeksi oral akut seperti abses periapikal atau
absesperiodontal.
6
2) Hepatitis
Yang menyulitkan adalah apabila penderita mengidap hepatitis b
yang gejalanya tidak nyata. Untuk itu sebaiknya dokter gigi harus
melakukan tindakan asepsis pada diri sendiri, alat-alat yang
digunakan dan pasien itu sendiri.
Penyakit kronik seperti hepatitis dapat menyulitkan pencabutan gigi,
karena dapat menghasilkan infeksi jaringan, penyembuhan yang tidak
sempurna dan penyakit yang semakin memburuk.
3) Kardiovascular
a. Infective endocarditis
Manifestasi pada rongga mulut biasanya ditemukan adanya
petechiae.
Prosedur kedokteran gigi yang melibatkan jaringan gingiva
atau melibatkan daerah periapikal gigi dapat menghasilkan
bakterimia.
Jika diperlukan pemberian profilaksis, antibiotik diberikan 30
menit – 1 jam sebelum perawatan, biasanya amoxicilin 2 g atau
clindamycin 600 mg (untuk penderita alergi penisilin).
b. Hipertensi
Manifestasi di rongga mulut disebabkan karena konsumsi obat
anti-hipertensi, misalnya lesi rongga mulut dan xerostomia.
Menunda perawatan jika tekanan darah ≥ 180/110.
Perawatan kedokteran gigi pada pasien dengan hipertensi tidak
terkontrol yang parah dapat mengakibatkan kondisi yang
serius, seperti : angina, serangan jantung atau stroke.
Meminimalkan stres pada saat perawatan, karena stres akan
meningkatkan tekanan darah yang memperparah kondisi
pasien.
7
Pada pasien yang mengkonsumsi non-selektif beta bloker,
penggunaan vasokonstriktor yang berlebihan berpotensi
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
c. Aritmia
Tidak ada manifestasi yang disebabkan aritmia. Perubahan
rongga mulut yang terjadi (lesi, xerostomia dan perubahan rasa)
merupakan akibat dari konsumsi obat.
Kemungkinan terjadi peningkatan perdarahan yang merupakan
akibat dari penggunaan Coumadin.
Pada pasien yang mengkonsumsi non-selektif beta bloker,
penggunaan epinefrin dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah yang berbahaya.
d. Infark Miocard
Risiko pada pasien dengan riwayat Infark Miocard dibagi
menjadi 3: Risiko tertinggi selama masa 6 bulan pertama
setelah infark miokard, Risiko menengah pada masa 6-12
bulan, dan Risiko terendah setelah 12 bulan
Yang perlu diperhatikan oleh dokter gigi adalah pasien masih
memiliki penyakit aretri koroner. Sebaiknya dilakukan
penundaan hingga risiko rendah (pada 12 tahun setelah terjadi
infark miokard). Meski nantinya pasien sudah melewati masa
12 bulan, harus tetap dilakukan pengawasan terhadap
kemungkinan terjadinya kembali infark miokard dengan
melakukan control dan konsul pada spesialis penyakit dalam.
Dalam melakukan prosedur bedah (tipe 4 – 6) hospitalisasi
pasien dibutuhkan
4) Neurologis
a. Alergi
Syok anafilaksis dapat terjadi dalam beberapa menit akibat pasien sensitif
terhadap obat-obatan tertentu dan dapat berkembang menjadi syok. Selalu
8
tanyakan kepada pasien sebelum memberikan obat apapun, apakah ia alergi
terhadap obat tertentu. Anafilaksis dapat terjadi tanpa riwayat alergi dan
serangan tidak terjadi dengan segera. Keadaan ini dapat terjadi setelah
pasien tidak lagi menerima obat itu.
b. Epilepsi
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang
dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang
bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Penanganan saat kejang
pada anak-anak Menghentikan kejang : Diazepam dosis awal 0,3 –
0,5 mg/kgBB/dosis IV (Suntikan Intra Vena) (perlahan-lahan) atau
0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang
belum dapat teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit
kemudian.
5) Penyakit Pulmonal
a. Asma
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas dengan
sejumlah sel dan elemen sel yang berperan.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Pasien Asma, yaitu:
Posisikan pasien harus tenang dan rileks, Mempersiapkan
bronkodilator pada penderita asma bronchial, dan Pada asma
kardial dihindarkan penambahan vasokonstriktor.
b. TBC
Tuberkulosis adalah penyakit granulomatosa kronis menular
yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberkulosa tipe
humanus (jarang tipe M. Bovinus).
Penatalaksanaan dapat dimanifestasikan sebagai tindakan
proteksi dokter gigi terhadap dirinya sendiri dan pasien lain
terhadap proses penularan. Proteksi terhadap diri sendiri
dengan cara menggunakan handscoon dan menggunakan
masker. Untuk memproteksi pasien lain dari penularan bakteri
9
ini, setelah pemakaian alat-alat harus disterilisasi secara
sempurna.
LO 2 Macam gangguan perdarahan (Manifestasi di rongga mulut;
Pertimbangan perawatan di kedokteran gigi)
a) Klasifikasi Gangguan Perdarahan menurut Gupta:
Gangguan perdarahan Contoh
Coagulation Factor deficiencies
Congenital: Hemophilia A dan B Von Willebrand’s disease Other factor defisiensiAcquired: Liver disease Vitamin Kdefisiensi, warfarin use Diseminated intravascular coagulation
Platelet Disorders
Quantitative disorder (trombositopenia):Immune-mediated: Idiopatic Drug-induced Collagen vascular disease
Non-immuned-mediated: Anemia Leukemia Myelofibrosis
Qualitative disorder:Congenital: Glanzmann thrombasthenia
Acquired: Drug-induced Alcoholism
Vascular disorder Purpura Telangiectasia Cushing shindrom
Fibrinolytic Defects Streptokinase therapy Dissemineated intravascular coagulation
10
b) Manifestasi klinis di rongga mulut pada pasien yang mengalami gangguan
perdarahan:
Pasien dengan gangguan perdarahan akan terlihat jelas pada kulit dan membrane
mukosa sesaat setelah terjadi trauma ataupun tindakan invasive lainnya.
Misalnya pada penderita:
1) Liver
Pada penderita liver akan terlihat adanya jaundice spider angiomas,
ecchymosis, dan sedikit tremor saat memegang sesuatu. Kira-kira 50%
penderita liver akan mengalami penurunan jumlah platelet oleh karena
terjadi hiperplenisme akibat efek dari hipertensi portal sehingga
didapatkan adanya ptechiae pada kulit dan mukosa.
2) Hemophilia
Manifestasi di rongga mulut yaitu adanya perdarahan spontan pada
gingival, dan hemarthosis pada sendi TMJ walapun hal ini jarang terjadi.
3) Koagulasi genetic
Pada pasien dengan gangguan koagulasi genetic akan terlihat gambaran
klinis echymosis, hemartrosis, dan dissecting hemotomas.
4) Trombositopeni
Pada pasien dengan jumlah platelet abnormal atau trombositopeni sering
mengalami pthechiae dan ecchymosis.
5) Leukemia akut & kronis
Penderita leukemia akut dan kronis sering menunjukkan gejala ulserasi
pada mukosa oral, hiperplasi gusi, ptechiae, dan ecchymosis pada kulit
dan membrane mukosa serta lymphadenopathy.
c) Pertimbangan Perawatan dengan gangguan perdarahan di kedokteran gigi:
Metode pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi saat
mengidentifikasi pasien dengan kelainan perdarahan adalah membuat riwayat
penyakit secara lengkap, pemeriksaan subjektif dan objektif, dan apabila
dicurigai memiliki gangguan perdarahan dapat dilakukan pemeriksaan
11
laboratoris. Sebelum dilakukan tindakan perawatan gigi apabila ada pasien
kompromis medis terlebih dahulu dilakukan konsul ke dokter spesialis
hematologi.
Pada perawatan pasien compromise medis dibutuhkan banyak pertimbangan
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi atau kegawatdaruratan
yang dapat memperparah kondisi umum pasien. Berikut adalah pertimbangan
yang dilakukan untuk pasien dengan gangguan pembekuan darah pada saat:
1. Preoperative
Sebelum kita melakukan konsultasi ke ahli hematologi, sebaiknya dokter
gigi mengatasi kondisi akut pasien terlebih dahulu dengan pemberian
analgesik dan antibiotik.
a. Analgesic
Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa sakit pasien, beberapa
analgesik dihindari karena memperkuat kerja obat antikoagulan bagi
pasien yang mengkonsumsinya sehingga sangat berpotensi
meningkatkan pendarahan. Bentuk analgesik tersebut adalah golongan
NSAID dan aspirin. Untuk mengantisipasi tindakan tersebut alternatif
yang digunakan dapat menggunakan paracetamol atau codein. Meskipun
paracetamol memiliki daya antiinflamasi yang rendah tetapi lebih aman
digunakan untuk pasien gangguan pendarahan.
b. Antibiotic
Antibiotik diberikan sebagai tindakan profilaksis dan juga diberikan
untuk meningaktkan kondisi pasien terutama etiologi bakteri. Antibiotik
sangat rentan diberikan sembarangan pada pasien gangguan pendarahan.
Antibiotik mexolactam,cefoperazon, N-methyl thiotetrazole
(NMTT) dapat menginhibisi pelepasan dan aktivitas vitamin K
yang dihasilkan oleh sel hati
Antibiotik golongan β-Laktam seperti (sulfonamid, tetracyclin,
chloramfenicol, metronidazol, dll) ternyata memiliki reseptor yang
ada platelet sehingga dapat menggangu fungsi platelet. Biasanya
12
antibiotik golongan ini merupakan etiologi dapatan dari penyakit
Nonthrombocitopenic purpura.
Menurut ASA ada banyak sekali antibiotik yang apabilan diberikan
bersamaan dengan pasien yang mengkonsumsi warfarin. Karena
interaksi antara keduanya dapat menghambat aktivitas vitamin K
dan menghambat faktor pembekuan darah II, VII, IX, X sehingga
menghambat pembentukan gumpalan darah. Berikut tabel antibiotik
dan analgesik obat tersebut.
Paling aman diberikan pada pasien gangguan pendarahan adalah
antibiotik amoxicilin dan clindamycin berikut dosis obat tersebut.
PROPHYLACTIC REGIMENS FOR DENTAL, ORAL,
RESPIRATORYTRACT, OR ESOPHAGEAL PROCEDURES
(NO FOLLOW-UP DOSE RECOMMENDED)
Standard general prophylaxis
Adults : Amoxicillin 2.0 g
Children: 50 mg/kg PO 1 hour before procedure
Unable to take medications
Adults : Ampicillin 2.0 g IM or IV
Children: 50 mg/kg IM or IV within 30 minutes before
procedure
Penicillin-allergic
Adults : Clindamycin 600 mg;
Children: 20 mg/kg PO 1 hour before procedure OR
Adults : Cephalexin, Cefadroxil 2.0 g;
Children:50 mg/kg PO 1 hour before procedure OR
Adults : Azithromycin, Clarithromycin 500 mg;
Children: 15 mg/kg PO 1 hour before procedure
Penicillin-allergic and Clindamycin unable to take
Adults : 600 mg;
Children: 20 mg/kg IV within 30 minutes before oral
13
Medications procedureOR
Adults : Cefazolin*: 1.0 g;
Children: 25 mg/kg IM or IV within 30 minutes before
procedure
2. Operative
Pada saat melakukan tindakan operative, operator harus melakukan dengan
hati-hati agar tidak memperparah keadaan pasien. Hal hal yang perlu
diperhatikan pada saat melakukan perawatan antara lain:
Pada perawatan periodontal:
Perawatan periodontal dapat menjadi salah satu pencetus terjadinya
perdarahan. Pemberian periodontal dressing dengan atau tanpa
topical antifibriolytic agents dapat merupakan cara dalam
menghentikan perdarahan. Pemakaian obat kumur yang mengandung
14
chlorhexidine gluconate dapat menjaga kebersihan mulut. Pemberian
penerangan secara lengkap bagi pasien sebelum tindakan merupakan
langkah awal yang baik, sehingga pasien akan mengerti
kemungkinan komplikasi-komplikasi yang akan terjadi.
Pada perawatan orthodonti:
Pemakaian alat ortodonti lepasan dan cekat dapat dilakukan, namun
tetap diperhatikan kekuatan tekan yang akan mengenai gusi agar
perdarahan tidak terjadi. Menjaga kebersihan gigi dan mulut
merupakan persyaratan utama agar perdarahan spontan tidak terjadi.
Pada saat melakukan restorasi:
Pemakaian matrix dan wedges saat penambalan perlu diperhatikan
dengan benar. Luka yang diakibatkan karena pemakaian yang salah
dapat menjadi masalah saat melakukan penambalan.
Pada saat melakukan perawatan endodontic:
Perawatan endodontik konvensional sangat dianjurkan bagi pasien
dengan gangguan perdarahan, oleh karena pemakaian jarum
endodontik yang melebihi apeks akan menyebabkan perdarahan
terus-menerus sehingga sehingga akan mengendap di dalam saluran
akar.
Pada saat melakukan anastesi:
Rasa sakit pada gigi dapat ditanggulangi dengan memberikan
parasetamol atau asetaminofen. Penggunaan aspirin harus dihindari
oleh karena dapat menjadi menimbulkan penghambatan agregasi
platelet. Apabila akan memberikan NSAID hendaknya melakukan
konsultasi terlebih dahulu dengan ahli hematologi oleh karena
golongan obat ini dapat menimbulkan penghambatan agregasi
platelet. Anesthesi lokal dengan cara infiltrasi pada daerah bukal,
intra papilary, dan intraligamen tidak memerlukan obat anti
hemostatik namun anesthesi dengan cara blok mandibula dan
infiltrasi lingual harus diberikan anti hemostatik.
15
Dental management pada pasien dengan gangguan peradaran, yaitu:
1. Anemia
sewaktu datang ke tempat praktek dokter gigi gejala klinis yang
tampak pada pasien anemia diantaranya pada penderita anemia ini
terdapat ciri khusus yaitu wajah yang terlihat pucat, disertai dengan
letih lemah dan lesu serta pada rongga mulut pasien terlihat mukosa
yang pucat serta adanya kandida. Kekambuhan yang sewaktu waktu
terjadi pada penderita anemia pada saat melakukan perawatan gigi
yaitu apabila terjadi pingsan, mual dan muntah karena pada penderita
anemia ini kurangnya nafsu makan sehingga proses pengkosongan
lambung sangat cepat.
Apabila terjadi pingsan maka gunakan prinsip P,A,B,C,D yaitu
position,aitway dan breathing, coreective definitife,sebisa mungkin
menjaga jalan nafas dan meletakkan pasien senyaman mungkin.
Apabila pasien mengalami letih lemah dan lesu sebaiknya dihentikan
perawatan dan diberi minum yang hangat seperti the hangat dll.
Meminimalkan tindakan bedah karena apabila terjadi pendarahan
maka kondisi pasien akan semakin buruk.
2. Hemophilia
Hentikan perawatan jika pasien terlihat lemas dan pucat.
Hindari penggunaan aspirin karena dapat meningkatkan perdarahan.
Meningkatkan faktor koagulasi VIII
Dsmopresin digunakan untuk peningkatan sementara faktor
koagulasi VIII melalu pelepasan endogen VIII. Lebih efektif
dikombinasi dengan antifibrinolitik.
Menggantikan faktot VIII
Pilihan untuk penggantian faktor koagulasi VIII adalah faktor VIII
terkonsentrasi, fresh frozen plasma dan cryoprecipitate.
Menghambat fibrinolisis
16
Segera bawa ke rumah sakit apabila kondisi pasien semakin
memburuk.
3. Leukemia
Manajemen yang diberikan merupakan Causatif dan Suportif,
dikarenakan untuk menghilangkan secara permanen manifestasi oral
yaitu dengan memperbaiki keadaan umum terlebih dahulu.
Pencabutan atau ekstraksi gigi tidak dianjurkan atau dihindari karena
ditakutkan terjadi resiko infeksi berat, perdarahan, dan anemia. Bila
terpaksa dilakukan ekstraksi, dpat dibantu dengan transfusi darah dan
pemberian antibiotik.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dokter gigi terhadap penderita
leukemia :
DHE; yaitu memberitahukan kepada pasien untuk selalu menjaga
kesehatan gigi dan mulutnya agar tidak menjadi fokal infeksi
yang berhubungan dengan penyakit yang diderita. Seperti
pemilihan sikat gigi dan cara menyikat gigi yang benar, waktu
dan frekuensi menyikat gigi yang tepat, serta penggunaan sikat
lidah.
Penggunaan obat kumur dengan kandungan chlorhexidine 0,2%,
dapat mengendalikan infeksi pada pembengkakan gingiva
Terapi antibiotik spesifik ini diperlukan untuk ulserasi yang
terjadi pada mukosa.
17
LO 3 Rencana Perawatan berdasarkan kasus di scenario
Perawatan yang dapat dilakukan pada kasus di scenario meliputi perawatan
endodontic ataupun eksodonsi. Untuk kasus gigi yang mengalami perforasi bifurkasi,
ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan rencana perawatan
yang akan diberikan. Pertimbangan – pertimbangan tersebut adalah :
1. Level
Perforasi dapat terjadi pada bagian koronal, tengah ataupun pada bagian
sepertiga apical dari gigi. Prognosis perforasi radikular pada sepertiga apical
dan sepertiga tengah gigi lebih baik daripada sepertiga koronal gigi atau pada
lantai pulpa pada gigi yang memiliki akar multiple.
2. Lokasi
Perforasi terjadi secara circum,ferensial pada aspek distal, bukal, lingual atau
mesial dari akar. Akses ke bagian ini merupakan pertimabnagn yang harus
diambil ketika memilih rencana perawatan.
3. Ukuran dan bentuk
Dimensi dan bentuk perforasi mempengaruhi penutupan yang baik. Semakin
besar perforasinya, semakin banyak area yang harus ditutup.
4. Waktu
Perforasi yang terjadi pada gigi mengakibatkan reaksi inflamasi pada jaringan
di dekatnya. Oleh karena itu, untuk mengurangi kehilangan perlekatan yang
lebih lanjut, perforasi harus ditutup sesegera mungkin.
Perawatan pada Kasus di scenario:
a. Perawatan Konservasi
Perawatan Endodontik
Sebelumnya didahului dengan penutupan perforasi bifurkasinya bisa
dengan Mineral Trioxide Aggregate (MTA), Glass Ionomer, Calcium
Hydroxide. Lalu baru dilakukan perawatan saluran akar. Perawatan ini
18
mimiliki resiko rendah pada pasien dengan gangguan perdarahan.
Tetapi perawatan ini membutuhkan berkali-kali kunjungan.
Perawatan endodontic dapat berupa penutupan perforasi dengan
menggunakan MTA apabila ukurannya kecil. Namun di scenario tidak
dijelaskan seberapa besar perforasi tersebut terjadi serta bagaimana
kondisi jaringan periodontalnya sehingga sulit untuk mengetahui
apakah gigi tersebut layak dipertahankan atau tidak di dalam rongga
mulut. Namun, jika ingin dilakukan terapi endodontic, selain
melakukan penutupan bifurkasi dokter gigi juga harus melakukan
apeksifikasi. MTA juga dapat digunakan untuk prosedur apeksifikasi
pada kasus di scenario, karena MTA terbukti menginisisasi
pembentukan sementum lebih cepat daripada kalsium hidroksida.
Perawatan dengan bikuspidasi
Bikuspidasi merupakan pemisahan/ pembelahan akar gigi ganda mulai
dari mahkota hingga bifurkasi arah bukolingual secara bedah dan kedua
belahan mahkota serta akar tetap dipertahankan. Biasanya dilakukan
pada gigi molar bawah yang mengalami kerusakan tulang yang terbatas
pada daerah bifurkasi. Setelah gigi dibelah secara hemiseksi dan dikuret
didaerah bifurkasinya, masing – masing bagian dapat direstorasi
menyerupai premolar
Indikasi :
Adanya perforasi pada bifurkasi
Kelainan peridonsium pada furkasi gigi
Karies pada daerah servikal ke arah furkasi
Kontraindikasi :
Adanya furkasi yang dalam
Restorasi tidak dapat dilakukan
Adanya kelainan peridonsium
PSA tidak dapat dilakuakan
Adanya fusi pada akar gigi
19
b. Perawatan Eksodonsi
Pencabutan gigi 46 diindikasikan, karena pada gigi tersebut telah terjadi
perforasi bifurkasi dan pasien dengan riwayat perdarahan harus menghindari
perawatan long term (jangka lama). Menurut World Federation of Hemophilia
Tahun 2006 menyebutkan, pada pasien tersebut dapat dilakukan ekstraksi
gigi, namun harus dilakukan konsul terlebih dahulu ke hematologist untuk
dikontrol nilai trombositnya. Dan dokter gigi harus menghindari pemberian
obat yang bisa memperparah seperti NSAIDs karena dapat memperparah
perdarahan dengan menghambat agregasi platelet. Setelah perdarahannya
sudah terkontrol, dimana pada pasien tersebut telah mendapatkan medikasi
perdarahannya selama 10 hari sebelum dilakukannya ekstraksi. Namun
ekstaksinya dengan meminimalkan resiko perdarahan, memar, dan hematom.
Pre-Operatif
Memastikan rongga mulut dalam keadaan sehat. Penggunan Antibakteri
(Clorhexidin). Mempertimbangan menggunakan agen antifibrinolitik seperti
Asam Traksenamat.
Periperatif
Kumur dengan klorhedisin selama 2 menit sebelum anestesi lokal. Melakukan
ektraksi atraumatically. Lalu melakukan ekstraksi, dan dilanjutkan drainase.
Saat melakukan ekstraksi, dapat mengendalikan perdarahan lokal, bila terjadi
perdarahan yang terus-menerus bisa langsung dilakukan suture dan packing
pada gingiva bila magin terbuka. Menggunakan hemostastik lokal bila
diindikasikan.
Post Operatif
Tidak berkumur kurang lebih 24 jam
Tidak merokok selama 24 jam
Makan makanan halus selama 24 jam
Tidak boleh melakukan aktivitas berat
20
Analgesik digunakan jika diperlukan, seperti parasetamol
(asetaminofen)
Berkumur dengan air garam (1 sendok teh - satu gelas air hangat)
digunakan 4x sehari setelah ekstraksi selama 7 hari
Bisa menggunakan obat kumur antibakteri, seperti klorheksidin
21
Daftar Pustaka
Brewer Andrew, Elvira Correa Maria. 2006. Guidline for Dental Treatment of
Patients with Inherited Bleeding Disorders. Canada. May; 3-5
Coste Lucci, Armaldo. 2008. The Use of Mineral Trioxide Aggregate to Repair
Iatrogenic Perforations (Journal)
Grossman, dkk. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek edisi 11. Jakarta : EGC.
Little, James W, et al. 2013. Dental Management of The Medically Compromised
Medic 8th Edition.
McNicol. 2006. Bleeding Disoders: Characterization, Dental Considerations and
Management. November; 827g-827h
Rose, Louis, F. & Donald kaye. 1997. Buku Ajar Penyakit Dalam untuk Kedokteran
Gigi
Walton, Richard., dkk. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia Edisi 3. Jakarta:
EGC
Wray, David, dkk. 2003. Textbook of General ang Oral Surgery. Philadelphia:
Churchill Livingstone
22