Laporan Pendahuluan Tumor Mediastinum

13
LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR MEDIASTINUM A. Anatomi dan Fisiologi Mediastinum Batas ruang mediastinum, atas: pintu masuk torak s, bawah: diafragma, lateral: pleura mediastinalis, posterior : tulang belakang, anterior : sternum. Karena rongga mediastinum tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan organ penting di sekitarnya dan dapat mengancam jiwa. Kebanyakan tumor mediastinum tumbuh lambat sehingga pasien sering datang setelah tumor cukup besar, disertai keluhan dan tanda akibat penekanan tumor terhadap organ sekitarnya. Secara garis besar mediasti num dibagi atas 4 bagian penting: 1. Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra torakal ke-5 dan bagian bawah sternum. 2. Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafargma didepan  jantung. 3. Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafragma dibelakang jantung. 4. Mediastinum medial (tengah), dari garis batas mediastinum superior ke diafragma di antara mediastinum anterior dan posterior. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003) B. Definisi  Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga di antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003) Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di mediastinum yaitu rongga imaginer di antara paru kiri dan kanan. Mediastinum berisi jantung, pembuluh darah besar, trakea, timus, kelenjar getah bening dan jaringan ikat. (Elisna Syahruddin)

description

Laporan Pendahuluan Tumor Mediastinum

Transcript of Laporan Pendahuluan Tumor Mediastinum

7/14/2019 Laporan Pendahuluan Tumor Mediastinum

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-tumor-mediastinum 1/13

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR MEDIASTINUM

A.  Anatomi dan Fisiologi Mediastinum 

Batas ruang mediastinum, atas: pintu masuk toraks, bawah: diafragma, lateral: pleura

mediastinalis, posterior : tulang belakang, anterior : sternum. Karena rongga mediastinum

tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan organ penting di sekitarnya

dan dapat mengancam jiwa. Kebanyakan tumor mediastinum tumbuh lambat sehingga pasien

sering datang setelah tumor cukup besar, disertai keluhan dan tanda akibat penekanan tumor 

terhadap organ sekitarnya.

Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4 bagian penting:

1.  Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra torakal ke-5

dan bagian bawah sternum.

2.  Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafargma didepan

 jantung.

3.  Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafragma

dibelakang jantung.

4.  Mediastinum medial (tengah), dari garis batas mediastinum superior ke diafragma di

antara mediastinum anterior dan posterior. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,

2003)

B.  Definisi 

Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga

di antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh

darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan

salurannya. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)

Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di mediastinum yaitu rongga

imaginer di antara paru kiri dan kanan. Mediastinum berisi jantung, pembuluh darah besar,

trakea, timus, kelenjar getah bening dan jaringan ikat. (Elisna Syahruddin)

7/14/2019 Laporan Pendahuluan Tumor Mediastinum

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-tumor-mediastinum 2/13

Tumor adalah suatu benjolan abnormal yanga ada pada tubuh, sedangkan

mediastinum adalah suatu rongga yang terdapat antata paru-paru kanan dan paru-paru kiri

yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar 

timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Jadi, Tumor mediastinum

adalah tumor yang berada di daerah mediastinum. Tidak ada hal yang spesifik yang dapat

mencegah tumor mediastinum ini. (dr. Agus Rahmadi, 2010)

C.  Etiologi 

Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor adalah:

1.  Penyebab kimiawi 

Di berbagai negara ditemukan banyak tumor kulit pada pekerja pembersih cerobong

asap. Zat yang mengandung karbon dianggap sebagai penyebabnya.

2.  Faktor genetik (biomolekuler)

Perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan pengaruh

 protein bisa menekan atau meningkatkan perkembangan tumor.

3.  Faktor fisik 

Secara fisik, tumor berkaitan dengan trauma/pukulan berulang-ulang baik trauma fisik 

maupun penyinaran. Penyinaran bisa berupa sinar ultraviolet yang berasal ari sinar 

matahari maupun sinar lain seperti sinar X (rontgen) dan radiasi bom atom.

4.  Faktor nutrisi

Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang dihasilkan oleh jamur 

 pada kacang dan padi-padian sebagai pencetus timbulnya tumor.

5.  Penyebab bioorganisme

Misalnya virus, pernah dianggap sebagai kunci penyebab tumor dengan ditemukannya

hubungan virus dengan penyakit tumor pada binatang percobaan. Namun ternyata

konsep itu tidak berkembang lanjut pada manusia.

6.  Faktor hormon

7/14/2019 Laporan Pendahuluan Tumor Mediastinum

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-tumor-mediastinum 3/13

Pengaruh hormon dianggap cukup besar, namun mekanisme dan kepastian

 peranannya belum jelas. Pengaruh hormone dalam pertumbuhan tumor bisa dilihat

 pada organ yang banyak dipengaruhi oleh hormone tersebut.

D.  Klasifikasi Tumor Mediastinum 

1.  Timoma

Thymoma adalah tumor yang berasal dari epitel thymus. Ini adalah tumor yang banyak 

terdapat dalam mediastinum bagian depan atas. Dalam golongan umur 50 tahun, tumor ini

terdapat dengan frekuensi yang meningkat. Tidak terdapat preferensi jenis kelamin, suku

 bangsa atau geografi. Gambaran histologiknya dapat sangat bervariasi dan dapat terjadi

komponen limfositik atau tidak. Malignitas ditentukan oleh pertumbuhan infiltrate di dalam

organ-organ sekelilingnya dan tidak dalam bentuk histologiknya. Pada 50% kasus terdapat

keluhan lokal. Thymoma juga dapat berhubungan dengan myasthenia gravis,  pure red cell 

aplasia dan hipogamaglobulinemia. Bagian terbesar Thymoma mempunyai perjalanan klinis

 benigna. Penentuan ada atau tidak adanya penembusan kapsul mempunyai kepentingan

 prognostic. Metastase jarak jauh jarang terjadi. Jika mungkin dikerjakan terapi bedah. (Aru

W. Sudoyo, 2006)

Stage dari Timoma:

1.  Stage I : belum invasi ke sekitar 

2.  Stage II : invasi s/d pleura mediastinalis

3.  Stage III : invasi s/d pericardium

4.  Stage IV : Limphogen / hematogen

5.  Teratoid

2.  Limfoma

Secara keseluruhan, limfoma merupakan keganasan yang paling sering pada

mediastinum. Limfoma adalah tipe kanker yang terjadi pada limfosit (tipe sel darah putih

 pada sistem kekebalan tubuh vertebrata). Terdapat banyak tipe limfoma. Limfoma adalah

 bagian dari grup penyakit yang disebut kanker Hematological. Pada abad ke-19 dan abad ke-

7/14/2019 Laporan Pendahuluan Tumor Mediastinum

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-tumor-mediastinum 4/13

20, penyakit ini disebut penyakit Hodgkin karena ditemukan oleh Thomas Hodgkin tahun

1832. Limfoma dikategorikan sebagai limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin.

3.  Tumor Tiroid

Tumor tiroid merupakan tumor berlobus, yang berasal dari Tiroid.

4.  Kista pericardium

Ini adalah kista dengan dinding yang tipis, terisi cairan jernih yang selalu dapat menempel

 pada perikard dan kadang-kadang berada dalam hubungan terbuka dengan perikard itu. Yang

terbanyak terdapat di ventral, di sudut diafragma jantung. Kista ini juga dikenal sebagai kista

coelom. Kista pleuroperikardial adalah kelainan congenital, tetapi baru muncul manifestasi

 pada usia dewasa. Sampai desenium ke 5 atau 6, ukuran tumor biasanya secara lambat

 bertambah, tetapi jarang sampai lebih dari 10 cm. pada fluoroskopi, kista-kista ini sering

terlihat sebagai rongga-rongga dengan dinding yang tipis dengan perubahan bentuk pada

 pernapasan dalam. Kista-kista coelom di sebelah kanan harus differensiasi dengan lemak 

 parakardial dan dengan hernia diafragmatika melalui foramen Morgagni. Kista-kista ini

sering terdapt, meskipun tentang hal ini tidak ada data yang jelas. Kista ini tidak 

menimbulkan keluhan, infeksi sangat jarang dan malignitasnya tidak diketahui. Karena itu

ekstirpasi hanya diperlukan pada keraguan yang serius mengenai diagnosisnya atau pada

ukuran kista yang sangat besar.

5.  Tumor neurogenik 

Tumor Neurogen merupakan tumor mediastinal yang terbanyak terdapat, manifestasinya

hampir selalu sebagai tumor bulat atau oval, berbatas licin, terletak jaug di mediastinum

 belakang. Tumor ini dapat berasal dari saraf intercostals, ganglia simpatis, dan dari sel-sel

yang mempunyai cirri kemoreseptor. Tumor ini dapat terjadi pada semua umur, tetapi relative

frekuen pada umur anak. (Aru W. Sudoyo, 2006)

6.  Kista Bronkhogenik 

Kista Bronkogen kebanyakan mempunyai dinding cukup tipis, yang terdiri dari jaringan

ikat, jaringan otot dan kadang-kadang tulang rawan. Kista ini dilapisi epitel rambut getar atau

 planoselular dan terisi lendir putih susu atau jernih. Kista bronkus terletak menempel pada

7/14/2019 Laporan Pendahuluan Tumor Mediastinum

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-tumor-mediastinum 5/13

trakea atau bronkus utama, kebanyakan dorsal dan selalu dekat dengan bifurkatio. Kista ini

dapat tetap asimptomatik tetapi dapat juga menimbulkan keluhan karena kompresi trakea,

 bronki utama atau esophagus. Kecuali itu terdapat bahaya infeksi dan perforasi sehingga

kalau ditemukan diperlukan pengangkatan dengan pembedahan. Gejala dari kista ini adalah

 batuk, sesak napas s/d sianosis.

E.  Patofisiologi 

Sebagaimana bentuk kanker/karsinoma lain, penyebab dari timbulnya karsinoma jaringan

mediastinum belum diketahui secara pasti; namun diduga berbagai faktor predisposisi yang

kompleks berperan dalam menimbulkan manifestasi tumbuhnya jaringan/sel-sel kanker pada

 jaringan mediastinum.

Adanya pertumbuhan sel-sel karsinoma dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat

maupun timbul dalam suatu proses yang memakan waku bertahun-tahun untuk menimbulkan

manifestasi klinik. Adakalanya berbagai bentuk karsinoma sulit terdeteksi secara pasti dan

cepat oleh tim kesehatan. Diperlukan berbagai pemeriksaan akurat untuk menentukan

masalah adanya kanker pada suatu jaringan.

Dengan semakin meningkatnya volume massa sel-sel yang berproliferasi maka secara

mekanik menimbulkan desakan pada jaringan sekitarnya; pelepasan berbagai substansia pada

 jaringan normal seperti prostalandin, radikal bebas dan protein-protein reaktif secara

 berlebihan sebagai ikutan dari timbulnya karsinoma meningkatkan daya rusak sel-sel kanker 

terhadap jaringan sekitarnya; terutama jaringan yang memiliki ikatan yang relatif lemah.

Kanker sebagai bentuk jaringan progresif yang memiliki ikatan yang longgar 

mengakibatkan sel-sel yang dihasilkan dari jaringan kanker lebih mudah untuk pecah dan

menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya (metastase) melalui kelenjar, pembuluh darah

maupun melalui peristiwa mekanis dalam tubuh.

Adanya pertumbuhan sel-sel progresif pada mediastinum secara mekanik menyebabkan

 penekanan (direct pressure/indirect pressure) serta dapat menimbulkan destruksi jaringan

sekitar; yang menimbulkan manifestasi seperti penyakit infeksi pernafasan lain seperti sesak 

nafas, nyeri inspirasi, peningkatan produksi sputum, bahkan batuk darah atau lendir berwarna

merah (hemaptoe) manakala telah melibatkan banyak kerusakan pembuluh darah.

7/14/2019 Laporan Pendahuluan Tumor Mediastinum

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-tumor-mediastinum 6/13

Kondisi kanker juga meningkatkan resiko timbulnya infeksi sekunder; sehingga kadangkala

manifestasi klinik yang lebih menonjol mengarah pada infeksi saluran nafas seperti

 pneumonia, tuberkulosis walaupun mungkin secara klinik pada kanker ini kurang dijumpai

gejala demam yang menonjol.

F.  Manifestasi Klinis 

1.  Mengeluh sesak nafas, nyeri dada, nyeri dan sesak pada posisi tertentu (menelungkup)

2.  Sekret berlebihan

3.  Batuk dengan atau tanpa dahak 

4.  Riwayat kanker pada keluarga atau pada klien

5.  Pernafasan tidak simetris

6.  Unilateral Flail Chest

7.  Effusi pleura

8.  Egophonia pada daerah sternum

9.  Pekak/redup abnormal pada mediastinum serta basal paru

10. Wheezing unilateral/bilateral

11. Ronchii

G.  Penatalaksanaa 

1.  Pembedahan

Tindakan bedah memegang peranan utama dalam penanggulangan kasus tumor 

mediastinum

2.  Obat-obatan

a.  ImmunoterapiMisalnya interleukin 1 dan alpha interferon

 b.  Kemoterapi

Kemoterapi telah menunjukkan kemampuannya dalam mengobati beberapa jenis

tumor.

c.  Radioterapi

Masalah dalam radioterapi adalah membunuh sel kanker dan sel jaringan normal.

Sedangkan tujuan radioterapi adalah meninggikan kemampuan untuk membunuh

sel tumor dengan kerusakan serendah mungkin pada sel normal.

II. Asuhan Keperawatan 

7/14/2019 Laporan Pendahuluan Tumor Mediastinum

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-tumor-mediastinum 7/13

Pengkajian 

1. Identitas

1.   Nama pasien

2.  Umur : Karsinoma cenderung ditemukan pada usia dewasa3.  Jenis kelamin : Laki-laki lebih beresiko daripada wanita

4.  Suku /Bangsa

5.  Pendidikan

6.  Pekerjaan

7.  Alamat

8.  Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan utama:

Keluhan utama yang sering muncul adalah sesak nafas dan nyeri dada yang berulang

tidak khas, mungkin disertai batuk darah. Pada beberapa kasus sering dilaporkan keluhaninfeksi lebih menjadi sebab klien melakukan pemeriksaan ke rumah sakit.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang

waktu yang relatif lama dan berulang, adanya riwayat tumor pada organ lain, baik pada diri

sendiri maupun dari keluarga. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat

memperberat gejala klinis penderita.

3. Riwayat Penyakit Keluarga

4. Pemeriksaan Per Sistem

a.  Sistem pernafasan (B1)

Data Subyektif: sesak nafas, dada tertekan, nyeri dada berulang

Data Obyektif: hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaanotot diagfragma pernafasan diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan meningkat,

terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, terdengar suara nafas abnormal, egophoni

 b.  Sistem kardiovaskuler (B2)

Data Subyektif: sakit kepala

Data Obyektif: denyut nadi meningkat, disritmia, pembuluh darah vasokontriksi, kualitasdarah menurun.

7/14/2019 Laporan Pendahuluan Tumor Mediastinum

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-tumor-mediastinum 8/13

c.  Sistem Persarafan (B3)

Data Subyektif: gelisah, penurunan kesadaran

Data Obyektif: letargi

d.  Sistem Perkemihan (B4)

Data Subyektif: -

Data Obyektif: produksi urine menurun

e.  Sistem Pencernaan (B5)

Data Subyektif: mual, kadang muntah, anoreksia, disfagia, nyeri telan

Data Obyektif: konsistensi feses normal/diare, berat badan turun, penurunan intake makanan

f.  Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)

Data Subyektif: lemah, cepat lelah

Data Obyektif: kulit pucat, sianosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat, suhu kulit meningkat /normal, tonus otot menurun, nyeri otot, retraksi paru dan

 penggunaan otot aksesoris pernafasan, flail chest

g.  Sistem Endokrin (B7)

5. Pengkajian Psikososial

6. Personal Hygiene dan Kebiasaan

Perokok berat dapat terkena penyakit tumor mediastinum.

7. Pengkajian Spiritual

8. Pemeriksaan Penunjang

1.  Hb: menurun/normal

2.  Analisa Gas Darah: asidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar 

karbon darah meningkat/normal

3.  Elektrolit: Natrium/kalsium menurun/normal

4.  Pemeriksaan diagnostik 

a.  Rontgenografi

7/14/2019 Laporan Pendahuluan Tumor Mediastinum

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-tumor-mediastinum 9/13

 b.  USG

c.  USG Germ Cell Mediastinum

d.  Tomografi Komputerisasi

e.  Magnetic Resonance Imaging (MRI)

f.  Biopsy

Analisa Data 

Data  Etiologi  Masalah Keperawatan 

DS : sesak nafas dan

 batuk klien mengeluh

DO : batuk (baik 

 produktif maupun non

 produktif), sesak nafas,

takipnea, retraksi,

demam, ronki, sianosis.

Sel tumor membesar 

Vena leher mengembang

Resiko tertekannya faring

dan laring

Saluran nafas tersumbat

Ketidakefektifan pola nafas

DS : letargi, demam.,

muntah, diare,

membrana mukosa

kering, turgor kulit

 buruk, penurunan

output urine.

Tumor mediastinum

Dilakukan kemoterapi

Diare

Gangguan keseimbangan

Cairan berhubungan dengan:

1.  Penurunan intake

cairan

2.  Peningkatan IWL

akibat pernafasancepat dan demam,

efek chemoteraphi.

DS : klien mengeluh

sesak nafas

DO : anoreksia, mual,

muntah,

Terbentuknya formasi

tumor 

Kompresi

esofagus

Perubahan Nutrisi

7/14/2019 Laporan Pendahuluan Tumor Mediastinum

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-tumor-mediastinum 10/13

Gangguan menelan

DS : malaise

DO : badan klien lemah

Tumor mediastinum

Dilakukan radioterapi

Badan lemah

Intoleransi aktivitas

Intervensi 

a.  Diagnosa: Ketidakefektifan pola nafas b.d adaptasi fisik tidak adekuat sekunder 

terhadap penekanan jaringan paru oleh sel tumor.

Tujuan: Keefektifan pola nafas

Kriteria Hasil: Suara nafas paru relatif bersih, laju nafas dalam rentang normal dan tidak 

terdapat batuk, cyanosis, haluaran hidung, retraksi.

 No. Intervensi Rasional

1. Lakukan pengkajian tiap 4 jam

terhadap RR, S, dan tanda-tanda

keefektifan jalan napas

Evaluasi dan reassessment terhadap

tindakan yang akan/telah diberikan

2. Lakukan Phisioterapi dada secara

terjadwal.

Mengeluarkan sekresi jalan nafas,

mencegah obstruksi3. Berikan oksigen lembab, kaji

keefektifan terapi.

Meningkatkan suplai oksigen

aringan paru.

4. Berikan antibiotic dan antipiretik 

sesuai order, kaji keefektifan dan efek 

samping ( diare )

Menurunkan resiko infeksi

sekunder.

5. Lakukan pengecekan hitung SDM dan

 photo thoraks

Evaluasi terhadap keefektifan

sirkulasi oksigen, evaluasi kondisi

aringan paru

6. Lakukan suction secara bertahap Membantu pembersihan jalan nafas.

7. Catat hasil pulse oximeter bilaterpasang, tiap 2-4 jam.

Evaluasi berkala keberhasilan terapitindakan tim kesehatan

7/14/2019 Laporan Pendahuluan Tumor Mediastinum

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-tumor-mediastinum 11/13

 

 b. Diagnosa: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare

akibat khemoterapi.

Tujuan: Asupan cairan dan elektrolit dapat di penuhi.

Kriteria Hasil: a) Intake adekuat

 b) Tidak adanya muntah dan diare

c) Suhu tubuh dalam batas normal

 No. Intervensi Rasional

1. Catat intake dan output Evaluasi ketat kebuituhan intake dan

output

2. Kaji dan catat suhu setiap 4 jam

tanda deficit cairan.

Meyakinkan terpenuhi kebutuhan cairan.

3. Catat pengeluaran feses tiap 4 jam

atau bila perlu.

Evaluasi objektif sederhana deficit

volume cairan.

4. Lakukan perawatan mulut tiap 4

am

Meningkatkan bersihan saluran cerna,

meningkatkan nafsu makan/ minum.

c. Perubahan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,

muntah, peningkatan konsumsi kalori sekunder terhadap infeksi/ proliferasi sel dan

efek radiasi/chemoterapi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan status

nutrisi terpenuhi.

Kriteria Hasil :

- Status nutrisi terpenuhi

- nafsu makan klien timbul kembali

- berat badan normal

- jumlah Hb dan albumin normal

7/14/2019 Laporan Pendahuluan Tumor Mediastinum

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-tumor-mediastinum 12/13

No  Intervensi  Rasional 

1 Kaji sejauh mana

ketidakadekuatan nutrisi klien

Menganalisa penyebab melaksanakan

intervensi.

2 Timbang berat badan sesuai

indikasi

Mengawasi keefektifan secara diet

3 Memeberikan asupan nutrisi

sesuai kebutuhan

Kebutuhan pasien akan nutrisi

terpenuhi

4 Anjurkan makan sedikit tapi

sering

Tidak memberi rasa bosan dan

 pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan

5 Anjurkan kebersihan oral

sebelum makan

Mulut yang bersih meningkatkan

nafsu makan.

6 Kolaborasi ahli gizi pemberian

makanan yang bervariasi.

Makanan yang bervariasi dapat

meningkatkan nafsu makan klien.

7 Kolaborasi dengan dokter dalam

 pemberian suplemen dan obat-

obatan peningkat nafsu makan.

Menstimulasi nafsu makan dan

mempertahankan intake nutrisi yang

adekuat.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan distres pernafasan, latergi, penurunan

intake, demam.

Tujuan : Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.

Kriteria hasil :Perilaku menampakkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri, pasien

mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivtas tanpa dibantu, koordinasi otot;

tulang dan anggota gerak lainnya baik.

 No Intervensi Rasional

1 Rencanakan periode istirahat yang

cukup.

Mengurangi aktivitas yang tidak 

diperlukan, dan energi terkumpul

dapat digunakan untuk aktivitasseperlunya secar optimal.

2 Berikan latihan aktivitas secara

 bertahap

Tahapan-tahapan yang diberikan

membantu proses aktivitas secara

 perlahan dengan menghemat tenaga

namun tujuan yang tepat, mobilisasi

dini.

3 Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan sesuai kebutuhan

Mengurangi pemakaian energi

sampai kekuatan pasien pulih

kembali

4 Setelah latihan dan aktivitas kaji

respons pasien

Menjaga kemungkinan adanya

respons abnormal dari tubuh

7/14/2019 Laporan Pendahuluan Tumor Mediastinum

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-pendahuluan-tumor-mediastinum 13/13

sebagai akibat dari latihan

Implementasi 

Pada tahap ini ntuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana

 perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan

efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon

 pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan

 perawatan.

Evaluasi 

Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan

yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai. Evaluasi

merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon

 pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian

 berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil yang mungkin diperlukan.