Laporan Pbl 4 Mentah

download Laporan Pbl 4 Mentah

of 32

Transcript of Laporan Pbl 4 Mentah

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    1/32

    LAPORAN PBL 1

    BLOK NEUROLOGY AND SPESIFIC SENSE SYSTEM (NSS)

    Oh Kisut Ada Apa Denganmu

    Tutor : dr. Mohamad Fakih, MM

    Kelompok 5

    Jatmiko Edi Nugroho G1A011049

    Fachrurozy Irsyad G1A011043

    Agustus Wiji Gunardi G1A011044

    Diana Rizki Ramadhany G1A011045

    Aisyah Aulia Wahida G1A011046

    Desy Ayu Wulandari G1A011047

    Riandi Candra Prayoga G1A011048

    Prakosa Jati Pamungkas G1A011049

    Yahdiyani Razanah G1A011050

    Ratih Rizki Indrayani G1A011051

    Bayu Aji Pamungkas G1A011071

    DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

    JURUSAN KEDOKTERAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    PURWOKERTO

    2013

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    2/32

    I. PENDAHULUAN

    Dalam diskusi PBL empat di Blok NSS ini, dilakukan pembahasan

    mengenai suatu kasus mulai anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

    penunjang, hingga pada akhirnya tercapailah penentuan diagnosis kerja dari

    kasus pasien. PBL 4 di blok NSS ini disimpulkan bahwa pasien mengalami

    cedera kepala sedang dengan hematoma subdural akut. Kasus ini cukup sering

    ditemui di Indonesia, sehingga dokter umum dituntut untuk memiliki kompetensi

    menangani kasus ini.

    Berbagai faktor risiko diketahui berkaitan dengan prevalensi kasus cidera

    kepala tersebut. Pada PBL empat yang dilangsungkan selama dua kali pertemuan

    inilah kelompok kami membahas lebih mendalam tentang penyakit ini. Tidak

    hanya dari segi patogenesis dan patofisiologis saja, namun pembahasan juga

    mencakup penatalaksanaan dari penyakit tersebut.

    Diharapakan setelah membahasnya dalam kelompok kami bisa lebih

    mengerti tentang cidera kepala dan mengerti cara penanganannya.

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    3/32

    II. PEMBAHASAN

    Info 1

    Seorang wanita usia 28 tahun dibawa ke IGD oleh keluarganya karena

    tertabrak mobil saat sedang menyebrang jalan. Menurut keterangan keluarga,

    kejadiannya berlangsung sekita 40 menit sebelum pasien tiba di IGD. Saat itu

    pasien sedang menyebrang jalan tiba-tiba meluncur sebuah mobil dengan

    kecepatan tinggi dan menabrak dari arah kiri pasien. Pasien terplanting dan

    kepalanya membentur tiang listrik yang ada dipinggir jalan.,

    Pasien seketika langsung tidak sadarkan diri ketika sampai di IGD pasien

    tampak gelisah mata tertutup dan sesekali mengerang kesakitan. Pasien kemudian

    muntah menyemprot dan tidak ada kejang.

    A. Klarifikasi Istilah

    1.

    Pengertian membentur/trauma adalah?

    2. Pengertian muntah menyemprot adalah?

    3. Pengertian kejang ?

    Jawab

    1. Muntah menyemprot adalah Muntah yang menyemprot dan biasanya tanpa

    diawali dengan mual karena adanya tekanan intrakranial.

    2. Suatu kondisi dimana otot tubuh berkontraksi dan relaksasi secara cepat

    dan berulang oleh karena abnormalitas sementara dari aktivitas elektrik

    diotak, dapat karena kelainan intracranial,ekstracranial/ metabolik

    (Dorland,2002).

    3.

    Merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi terhadap

    kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak. Cedera otak

    primer merupakan kerusakan yang terjadi pada otak segera setelah trauma,

    sedangkan cedera otak sekunder merupakan kerusakan yang berkembang

    kemudian sebagai komplikasi (Grace & Burley, 2006).

    B. Batasan Masalah

    1. Identitas

    Nama : Ny X 28 tahun

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    4/32

    2. Keadaan Umum: Tidak sadar

    3. Onset: 40 menit sebelum di IGD

    4.

    Kronologi: saat menyebrang jalan tertabrak mobil dari arah kiri dan

    terpental serta kepala pasien membentur tiang listrik di pinggir jalan,

    pasien tampak gelisah, mata tertutup, mengerang kesakitan, dengan

    muntah menyemprot tanpa disertai kejang.

    C. Analisis masalah

    1. Klasifikasi cidera kepala?

    2.

    Mekanisme pasien tidak sadar?

    3. Kapan disebut cidera kepala ?

    4.

    Mekanisme muntah proyektil ?

    5. Mekanisme trauma kepala ?

    6. Tingkat kesadaran Ny x? dengan menggunakan kualitatif?

    7. Fisiologi TIK?

    8.

    Pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan?

    Jawab

    1. Klasifikasi cidera kepala:

    a.

    Berdasarkan mekanisme :

    1)Trauma tumpul/tertutup, dibagi lagi menjadi dua :

    a) High Velocity/kecepatan tinggi .Contoh : kecelakaan lalu

    lintas

    b) Low Velocity .Contoh : kecelakaan kerja, dipukul, terjatuh

    2)Trauma tembus/terbuka Cedera kepala dengan hubungan

    rongga intrakranial dengan atmosfer .Contoh : luka tembah,

    panah, bacok, dll.b. Berdasarkan Morfologi :

    1)Fraktur kranium

    a) Fraktur kalvaria : Dapat berbentuk garis atau bintang,

    depresi atau non depresi, dapat pula terbuka atau tertutup

    (Aritonang, 2007).

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    5/32

    b) Fraktur basis cranii :Dapat dengan atau tanpa paresis N

    VII atau kebocoran cairan cerebrospinal (Aritonang,

    2007).

    c. Lesi Intrakranial

    1)Lesi focal

    a) Hematoma epidural

    Hematoma epidural terletak diantara dura dan calvaria.

    Umumnya terjadi pada regon temporal atau

    temporopariental akibat pecahnya arteri meningea media

    (Aritonang, 2007).

    b)

    Hematoma subdural

    Perdarahan ini sering terjadi akibat robeknya vena-vena

    jembatan yang terletak antara korteks cerebri dan sinus

    venous tempat vena tadi bermuara, namun dapat terjadi

    juga akibat laserasi pembuluh arteri pada permukaan otak

    (Aritonang, 2007).c)

    Hematoma intraserebral

    Kontusio cerebral sangat sering terjadi di frontal dan lobus

    temporal, walau terjadi juga pada setiap bagian otak,

    termasuk batang otak dan cerebellum (Aritonang, 2007).

    2) Lesi difus

    a) Komosio ringan

    Komosio ringan diakibatkan oleh cedera tetapi kesadarantetap tidak terganggu (Aritonang, 2007).

    b) Komosio klasik

    Komosio klasik merupakan cedera yang mengakibatkan

    menurunya atau hilangnya kesadaran. Keadaan ini selalu

    disertai dengan amnesia pasca trauma dan lamanya

    amnesia ini merupakan ukuran beratnya cedera

    (Aritonang, 2007).

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    6/32

    c)Cedera axon difus

    Merupakan suatu keadaan dimana penderita mengalami

    koma pasca cedera yang berlangsung lama dan tidak

    diakibatkan oleh suatu lesi masa atau serangan iskemi

    (Aritonang, 2007).

    Tipe cidera kepala yang lain adalah:

    a. Tipe Cedera Kepala

    1) Tipe 1, yakni seseorang yang tidak melakukan aktivitas (misal,

    berdiri), kemudian ditabrak oleh benda yang bergerak.

    2)

    Tipe 2, yakni seseorang yang tengah melakukan aktivitas (misal,

    berjalan) kemudian menabrak benda yang tidak bergerak (tiang

    listrik, bangunan, dan lain-lain).

    3) Tipe 3, yakni seseorang yang tengah diam dan sedang bertumpu

    pada benda diam (misal, duduk, atau berdiri di depan lemari),

    ditabrak oleh benda yang bergerak (pada orang yang tergencet

    masuk dalam cedera tipe 3 ini).

    b.

    Berdasarkan derajat keparahan (severity)

    Tingkat keparahan cedera kepala saat ini dinilai berdasarkan Skala

    Koma Glasgow yang menilai keparahan tiga aspek verbal, eye, dan

    motorik. Pada pasien yang tidak mempunyai ketiga aspek pada definisi

    tersebut tidak dianggap sebagai koma. Pasien yang bisa membuka

    mata secara spontan, dapat mengikuti perintah serta mempunyai

    orientasi, mempunyai skor total 15 poin. Untuk kegunaan praktis, skor

    total SKG 8 atau kurang menjadi definisi yang sudah umum diterimasebagai pasien cedera kepala kepala berat. Perbedaan antara pasien

    dengan cedera kepala berat dan dengan cedera kepala sedang atau

    ringan karenanya menjadi sangat jelas. Namun perbedaan antara

    cedera kepala sedang dan berat lebih sering memiliki masalah.

    Beberapa menyatakan bahwa pasien cedera kepala dengan jumlah skor

    9 hingga 12 dikelompokkan sebagai cedera kepala sedang, dan skor

    SKG 13 hingga 15 sebagai ringan (Suzanne, 2006).

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    7/32

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    8/32

    Tabel x. Klasifikasi derajat keparahan pada cidera kepala

    (Sumber: Suzanne, 2006)

    2. OZI

    3. Yang termasuk kedalam cedera kepala adalah:

    Adanya riwayat benturan pada kepala

    Adanya laserasi kulit kepala atau dahi

    Penurunan kesadaran walaupun singkat (Aritonang S, 2007)

    4. Mekanisme muntah menyemprot ?

    Pada saat terjadi peningkatan tekanan intrakranial karena adanya

    edema akibat cedera kepala, selanjutnya akan merangsang resseptor

    tekanan intrakranial. Ketika reseptor tekanan intrakranial terangsang akan

    mengakibatkan pusat muntah di dorsolateral formatio reticularis

    terangsang. Selanjutnya formatio retikularis akan menyalurkan rangsang

    motorik melalui nervus vagus. Selanjutnya nervus vagus akan

    menyebabkan kontraksi duodenum dan antrum lambung dan terjadi

    peningkatan tekanan intraabdomen, selain itu nervus vagus juga membuat

    Cedera Kepala Ringan Cedera Kepala Sedang Cedera Kepala Berat

    GCS 1315 GCS 912 GCS 3 8

    kehilangan kesadaran

    (pingsan) atau amnesia

    retrograde < 30 menit

    kehilangan kesadaran

    atau amnesia retrograd

    lebih dari 30 - < 24 jam

    kehilangan kesadaran dan

    atau terjadi amnesia > 24

    jam

    Tidak ada fraktur

    tengkorak

    Dapat mengalami fraktur

    tengkorak

    Mengalami kontusio

    cerebral, laserasi atau

    hematoma intracranial

    tidak ada kontusio

    cerebral maupun

    hematoma

    Dapat terjadi defisit

    neurologis ataupun tidak

    Terjadi defisit neurologis

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    9/32

    spicnter esofagus membuka. Oleh karena itu terjadi muntah menyemprot

    (corwin,2001).

    Gambar 5. Patofisiologi Muntah (Corwin, 2001).

    Tekanan Intrakranial

    Merangsang reseptor

    tekanan intrakranial

    Merangsang pusat muntah di

    dorsolateral formatio reticularis

    Kontraksi duodenum dan antrum lambung

    Tekanan Intraabdomen

    Peristaltik retrograde

    Lambung penuh, diafragma naik

    Tekanan Intratoraks

    Sphincter esophagus

    membuka

    Muntah

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    10/32

    5. Mekanisme trauma kepala

    Secara garis besar mekanisme trauma kepala dapat dikelompokam dalam

    dua tipe yaitu beban static (static loading) dan beban dinamik (dinamik

    loading). Beban static timbul perlahan

    lahan yang dalam hal ini tenaga

    tekanan mengenai kepala secara bertahap. Walaupun sebenarnya mekanisme

    ini tidak lazim, namun hal ini bisa terjadi bila kepala mengalami gencetan atau

    efek tekanan yang lambat dan berlangsung dalam periode yang lebih dari 200

    mili per detik. Bila kekuatan tenaga tersebut cukup besar dapat mengakibatkan

    terjadinya keretakan tulang (egg-shell fracture), fraktur multiple atau kominutif

    dari tengkorak atau dasar tengkorak. Biasanya gangguan kesadaran atau deficit

    neurologis yang khas akibat mekanisme jenis ini masih tidak ada kecuali bila

    deformasi tengkorak demikian hebatnya sehingga menimbulkan kompresi dan

    distorsi jaringan otak, serta selanjutnya mengalami kerusakan yang fatal.

    (Zauner, 2004)

    Mekanisme trauma kepala lebih umum terjadi adalah akibat beban

    dinamik, dimana peristiwa ini berlangsung dalam waktu yang lebih singkat

    (kurang dari 200 mili detik). Durasi pembebanan yang terjadi merupakan salah

    satu faktor yang penting dalam menentukan jenis trauma kepala yang terjadi.

    (Zauner, 2004)

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    11/32

    Gambar XX (diganti angka ya, aku ngga tahu ini gambar ke berapa,

    makasih editor). Mekanisme trauma (Price & Wilson, 2005)

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    12/32

    6. Tingkat kesadaran kualitatif

    Tingkat kesadaran secara kualitatif (Price & Wilson, 2005):

    Istilah Karakteristik

    Sadar

    - Sadar penuh akan sekeliling

    - Orientasi baik terhadap orang,

    tempat, dan waktu

    - kooperatif

    Otomatisme

    - tingkah laku relatif normal

    - kesulitan mengingat apa yang

    baru saja dilakukan

    - mematuhi perintah sederhana

    Konfusi

    - gangguan daya ingat

    - disorientasi waktu, tempat, dan

    orang

    - tidak kooperatif

    Delirium

    - disorientasi waktu, tempat, dan

    orang

    -

    tidak kooperatif

    - agitasi, gelisah

    - sulit dibangunkan

    Stupor

    - diam, tampak tidur

    -

    berespons terhadap rangsang

    suara yang keras

    -

    berespons terhadap rangsang

    nyeri

    Stupor dalam

    - sedikit respons terhadap rangsang

    nyeri

    - sulit dibangunkan

    -

    bisu

    Koma -

    tidak sadar, tubuh flaksid

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    13/32

    -

    tidak ada respons terhadap

    rangsangan nyeri

    - refleks masih ada (muntah,

    kornea)

    koma ireversibel

    dan kematian

    -

    refleks hilang

    - pupil terfiksasi dan dilatasi

    - pernafasan dan denyut jantung

    berhenti

    7. Fisiologi tekanan intrakranial

    Tekanan intra kranial (Intra Cranial Pressure/ICP) merupakan jumlah

    total tekanan yang diberikan oleh otak, darah, dan cairan serebrospinal. ICP

    ini memiliki dinamika yang diatur oleh hal berikut (Singhi & Tiwari,

    2009):

    a.

    Compliance yaitu ambang toleransi otak terhadap peningkatan. Ketika

    ambang ini terlewati, maka peningkatan ICP akan berlangsung cepat.

    b. Cerebral Blood Flow (CBF)

    Pada otak yang mengalami cedera, aliran darah serebral (CBF) ini

    diatur untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan substrat yang cukup ke

    otak. Ketika terjadi vasodilatasi di pembuluh darah otak, maka CBF ini

    juga akan meningkat. Pada saat seseorang mengalami kejang atau

    demam, maka akan terjadi peningkatan metabolisme otak, yang juga

    akan meningkatkan CBF ini.

    c.

    Tekanan perfusi serebral

    Tekanan perfusi serebral (Cerebral Perfusion Pressure/CPP) adalahtekanan yang dibutuhkan agar otak dapat perfusi darah yang adekuat.

    Tekanan ini diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

    CPP = Cerebral Perfusion Pressure

    ICP =Intra Cranial Pressure

    MAP =Mean Arterial Pressure, nilai ini diperoleh dengan rumus

    CPP = MAPICP

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    14/32

    Nilai CPP normal yang biasa digunakan untuk kriteria tekanan minimal

    yang diperlukan mencegah iskemia adalah:

    1)

    orang dewasa > 70 mmHg

    2)

    anak > 50-60 mmHg

    3) bayi/ balita > 40-50 mmHg.

    8. DIANA

    Info 2- terakhir

    Dian tolong ketik infonya ya... makasih ian...

    D. Merumuskan tujuan belajar

    1. DARS dan ARAS?

    2. Jelaskan anatomi meningen?

    3.

    Jelaskan mekanisme trauma terhadap timbulnya cidera kepala?

    4. Jelaskan etiologi perdarahan intracranial?

    5.

    Jelaskan gejala dan tanda perdarahan intracranial?

    6.

    Patofisiologi TIK meningkat dan gejala dan tanda?

    7. Tata laksana perdarahan intracranial?

    8. Jelaskan komplikasi perdarahanintracranial?

    9.

    Peran dokter umum di IGD pada kasus cidera kepala?

    Jawaban:

    1. OZI

    2.

    Anatomi meninges

    Terdiri dari 3 lapisan (sneil,2006)

    a. Durameter

    1)

    Lapisan endosteal

    2) Lapisan meningeal akan membentuk lipatan

    a) Falk cerebri

    b)

    Falk cerebelli

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    15/32

    c) Tentorium cerebelli

    d) Diafragma sellae

    b.

    Arachnoidea mater

    1)

    Subdural space : arachnoidea-durameter

    2) Subarachnoidea space : arachnoidea-piameter

    3)

    Granulations arachnoidea > kumpulan vili arachnoidea : tempat

    difusi LCS kedalam darah

    c. Piameter

    1)

    Lapisan meningens yang erat menempel pada otak > membentuk

    gyrus dan sulcus

    2)

    Terdapat pembuluh darah > nutrisi otak dibawahnya.

    3) Gabungan arachnoidea + piameter > leptomeningens

    Gambar meningens cranial

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    16/32

    Vaskularisasi meningens

    a.

    Arteri meningens media

    1)

    Arteri karotis interna > arteri maksilaris > arteri meningens media >masuk tengkorak melalui foramen spinosum yang kemudian

    memperdarahi seluruh konveksitas tengkorak dan durameter.

    b. Arteri meningens anterior

    1) Memperdarahi bagian tengah durameter frontalis dan bagian anterior

    falks cerebri.

    2) Arteri karotis interna > arteri oftalmika > arteri etmoidalis anterior >

    meningens anterior masuk kedalam rongga tengkorak melalui bagian

    anterior lamina kribosa.

    c. Arteri meningens posterior

    1)

    Masuk rongga tengkorak melalui foramen jugulare > memperdarahi

    durameter di fosa kranii posterior

    Persarafan

    a.

    Durameter diatas tentorium dipersarafi oleh cabang-cabang nervus

    trigeminus

    b.

    Bagian infratentorial dipersarafi oleh cabang nervi segmetales superior dan

    nervus vagus

    3. Mekanisme cidera kepala

    Pada mekanisme trauma dibagi menjadi 2 jenis yaitu tumpul dan

    penetrasi. Untuk tumpul dibagi menjadi 2 lagi yaitu dengan kecepatan

    tinggi dan dengan kecepatan rendah. Contoh pada cedera tumpul

    kecepatan tinggi adalah kecelakaan lalu lintas sedangkan kecepatan rendah

    adalah kecelakaan pada sewaktu bekerja (kecelakaan kerja). Untuk cedera

    penetrasi dibagi menjadi 2 jenis yaitu luka tembak dan penetrasi lainnya.

    Penetrasi lainnya contohnya adalah luka bacok pada bagian kepala

    (Harsono, 2003).

    Mekanisme terjadinya kecelakaaan

    a. Translasi Akselerasi Akselerasi apabila kepala bergerak ke suatu

    arah atau tidak bergerak dengan tiba-tiba suatu gaya yang kuat

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    17/32

    searah dengan gerakan kepala, maka kepala akan mendapat

    percepatan (akselerasi) pada arah tersebut.

    b.

    Translasi Deselerasi Deselerasi apabila kepala bergerak dengan

    cepat ke suatu arah secara tiba-tiba dan dihentikan oleh suatu benda

    misalnya kepala menabrak tembok maka kepala tiba-tiba terhenti

    gerakannya (Harsono, 2003).

    4. Etiologi perdarahan intrakranial adalah?

    a. Perdarahan epiduralsuatu akumulasi darah yang terletak diantara

    meningen dan tulang tengkorak.

    Etiologi(price,2005) :

    1) trauma kepala biasanya disertai fraktur pada tulang tengkorak

    dan adanya laserasi arteri

    2) pemakaian obat antikoagulan

    3) hemophilia

    4) penggunaan aspirin

    5)

    Robekan a/v meningea mediana

    6) Ruptur sinus sagitalis/sinus transversum

    b. Perdarahan subdural perdarahan yang terjadi diantara lapisan

    duramater dan arachnoid.

    Etiologi :

    1) Trauma kapitis

    mekanisme

    Tumpul

    penetrasi

    Kecepatan tinggi

    Kecepatan rendah

    Luka tembak

    Luka penetrasi lain

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    18/32

    2) Trauma di tempat lain pada badan yang berakibat terjadinya

    geseranatau putaran otak terhadap duramater, misalnya pada

    orang yang jatuh terduduk.

    3)

    Trauma pada leher karena guncangan pada badan. Hal ini lebih

    mudahterjadi bila ruangan subdura lebar akibat dari atrofi otak,

    misalnya padaorangtua dan juga pada anak anak.

    4) Pecahnya aneurysma atau malformasi pembuluh darah di

    dalamruangan subdura.

    5)

    Gangguan pembekuan darah biasanya berhubungan dengan

    perdarahansubdural yang spontan, dan keganasan ataupun

    perdarahan dari tumorintrakranial.

    6) Pada orang tua, alkoholik, gangguan hati.

    c. Perdarahan subaracnoidperdarahan yang terjadi di rongga

    subaraachnoid.

    Etiologi:

    1) Trauma dan cedera iatrogenik selama pembedahan

    2) malformasi arteriovenosa

    3)

    Perdarahan perimesensefalik

    4) Ruptur aneurisma

    Perdarahan intrakranial juga dapat disebabkan oleh adanya:

    a. Perdarahan epidural (ekstradural) paling sering disebabkan oleh Trauma.

    b. Perdarahan subdural paling umum disebabkan trauma, aneurisma juga

    dapat menyebabkan perdarahan subdural.

    (Baughman, 2000)

    c. Perdarahan subarakhnoid

    1)

    Ruptur aneurismakelemahan kongenital yang umum terjadi pada

    percabangan sirkulus willisi

    2) Malformasi arteriovenosa (angioma)

    3)

    Trauma

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    19/32

    4) Kelemahan pembuluh darah akibat infeksi emboli septik dari

    endokarditis infektif (anourisma mikotik)

    5)

    Koagulopati (Ginsberg Lionel, 2008).

    d.

    Perdarahan intraserebral

    Berdasarkan lokasinya dibedakan menjadi :

    a.

    Perdarahan serebelum

    b. Perdarahan putamen

    c. Perdarahan talamus

    d.

    Perdarahan pons

    Perdarahan Intraserebral paling sering karena hipertensi dan trauma.

    Faktor lain dapat berupa diskrasia darah, efek samping antikoagulan,

    penyalahgunaan obat (kokain), angiopati amiloid, tumor otak, dan AVM

    (Weiner, 2001)

    5.

    Gejala dan tanda peningkatan TIK?

    a. Subyektif

    1) Nyeri kepala, biasanya lebih berat pada malam hari

    2)

    Muntah secara menyemprot

    3) Apatis

    b. Tanda-tanda peringatan

    1) Konfusi

    2) Gangguan pernafasan

    3) Bradikardi

    4) Hipertensi

    5)

    Cerebellar fit6) Pupil melebar

    c. Tanda mata

    1) Papil edema

    2)

    Bintik buta melebar

    3) Serangan ambliopia

    4) Kelumpuhan occulomotorius

    5)

    Kelumpuhan nervus VI (FK UWKS, 2008).

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    20/32

    6. Patofisiologi peningkatan TIK

    Peningkatan tekanan intrakranial dapat disebabkan oleh beberapa hal

    seperti tumor otak, infeksi, peradangan, atau hipertensi berat. Sehingga

    perlu adanya pengaturan pada sistem intrakranial. Pengatur tekanan

    intrakranial adalah setiap kompartemen yang menyusun yaitu darah,

    jaringan ikat, dan LCS. Peningkatan TIK dapat dibagi menjadi 4 stadium

    (Corwin Elizabeth J, 2009).

    Stadium pertama dimana terjadi peningkatan volume di otakbaik

    darah, LCS, atau jaringan otak. Jika salah satu mengalami kenaikan yang

    lain maka akan berusaha untuk menurunkan. Dengan cara mengurangi

    produksi LCS, meningkatkan reabsorpsi, dan vasokonstriksi vena. Jika

    mekanisme awal ini berhasil maka disebut sebagai mekanisme kompensasi

    (Corwin Elizabeth J, 2009).

    Stadium kedua, merupakan kelanjutan dari stadium pertama dimana

    mekanisme kompensasi yang dilakukan terganggu, sehingga tetap terjadi

    peningkatan volume pada otak. Ketika volume itrakranial meningkat maka

    otak akan memberiperintah untuk melakukan vasokontriksi pada arteri-

    arteri pada serebri agar cairan cepat keluar. Tetapi ketika cairan keluar

    terlalu cepat atau > 40% maka akan mengakibatkan kondisi hipoksia dan

    hiperkapnia pada serebrum. Ketika serebrum mengalami hipoksia maka

    fungsi otak menurun dan terjadi penurunan kesadaran, perubahan nafas,

    dan perubahan pupil (Corwin Elizabeth J, 2009).

    Stadium ketiga, dapat terjadi jika pada stadium yang kedua masih

    berlanjut, dimana hipoksia yang terjadi diserebri merangsang serebrum

    untuk melakukan dilatasi pada arteri-arteri serebri untuk memenuhipasokan kebutuhan nutrisi. Ketika arteri dilatasi dan banyak volume cairan

    yang masuk, justru dapat memperburuk kondisi peningkatan intrakranial

    akibatnya terjadi mekanisme dekompensasi sehingga arteriole dan kapiler

    yang seharunya memperdarahi serebrum akan mengalami penekanan dan

    dapat mengakibatkan suplai nutrien ke otak semakin terganggu, sehingga

    sel saraf menjadi rusak terjadi penurunan kesadaran, perubahan pola nafas,

    hilangnya refleks pupil.kekurangan nutrien pada otak khususnya oksigen

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    21/32

    membuat arteri di serebrum mengalami refleks sehingga TIK justru akan

    semakin meningkat (Corwin Elizabeth J, 2009).

    Stadium empat, terjadi ketika TIK sangat tinggi sehingga dapat

    mengakibatkan herniasi. Jika TIK terus meningkat maka suatu saat TIK

    akan memiliki tekanan yang sama dengan tekanan darah sistol, kondisi ini

    dapat mengakibatkan adanya perfusi serebrum terhenti (Corwin Elizabeth

    J, 2009).

    Setelah TIK meningkat maka akan terjadi desakan pada organ-

    organ yang berada di rongga intrakranial termasuk batang otak, batang

    otak merupakan pusat baroreseptor dan kemoreseptor atau pusat muntah,

    jika terjadi desakan maka akan merangsang medula oblongata, yang

    menimbulkan reaksi motorik yang dihantarkan melalui Nervus V, VII, IX,

    X, dan XII untuk bagian atas abdomen, sedangkan bagian bawah akan

    dihantarkan oleh Nervus spinalis yang merangsang kontraksi otot-otot

    abdomen dan diafragma (Guyton dan Hall, 2008).

    Rangsangan motorik akan mensimulasi terjadi inspirasi dalam

    yang diikuti dengan pengangkatan os hyoid (Nervus IX dan X) dan laring.

    Kemudian spingter esofagus superior akan terbuka, diikuti dengan

    menutupnya glotis, selanjutnya terjadi pengangkatan palatum mole

    sehingga menutup nares posterior. Konstraksi kuat yang terjadi pada otot-

    otot abdomen dan diafragma mengakibatkan peningkatan tekanan

    intragastrika dan terjadi dorongan pada isis lambung. Selanjutnya spingter

    esofagus superior akan membuka dan terjadilah muntah yang menyemprot

    pada penderita peningkatan tekanan intrakranial (Guyton dan Hall, 2008).

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    22/32

    Gambar 5. Patofisiologi Muntah (Corwin, 2001).

    7.

    Tatalaksana perdarahan intrakraniala. Penanganan Kegawatdaruratan

    1)Stabilisasi pasien dengan ABC

    2)Airway, menjaga jalan nafas

    3)Breathing, memastikan ventilasi berjalan dengan baik

    4)Circulation, jaga sirkulasi darah pasien (Japardi, 2004).

    b. Terapi Konservatif

    1)Analgetik, misal dengan pemberian NSAID.

    Tekanan Intrakranial

    Merangsang reseptor tekanan

    intrakranial

    Merangsang pusat muntah di dorsolateral

    formatio reticularis

    Kontraksi duodenum dan antrum lambung

    Tekanan Intraabdomen

    Peristaltik retrograde

    Lambung penuh, diafragma naik

    Tekanan Intratoraks

    Sphincter esophagus

    membuka

    Muntah

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    23/32

    2)Terapi diuretik, menggunakan manitol 20% dengan dosis 0,5-1

    mg/kgBB setiap pemberian. Pemberian dilakukan setiap 4-6 jam.

    3)

    Antikonvulsan, misal dengan pemberian fenitoin (diazepam)

    4)

    Antibiotik, digunakan antibiotik yang dapat menembus sawar darah

    otak, misalnya cephalosporin.

    5)

    Kortikosteroid, berguna untuk mengurangi edema serebri pada tumor

    otak. akan tetapi manfaatnya pada cedera kepala tidak terbukti, oleh

    karena itu sekarang tidak digunakan lagi pada kasus cedera kepala

    (Japardi, 2004).

    Sebelumnya terlebih dahulu sebagai dokter harus mengerti tujuan

    dilakukan penangan medis (Price dan Lorraine, 2005):

    1)

    Mempertahankan MAP sebesar 80 mmHg atau lebih

    2) Mengobati demam secara agresif

    3) Mempertahankan saturasi oksigen ideal Sa02100 %

    4)

    Menghindari hiperventilasi

    5) Mencegah keseimbangan nitrogen negatif dengan makanan per

    enteral atau hiper alimentasi6)

    Penanganan peningkatan ICP secara agresif

    Kemudian dilakukan tindakan pembedahan untuk perdarahan intrakranial.

    Kriteria sederhana sebagai patokan indikasi tindakan operasi adalah

    (Satyanegara, 2010):

    1) Lesi massa intra atau ekstra-aksial yang menyebabkan pergeseran

    garis tengah (pembuluh darah serebral anterior) yang melebihi 5

    mm.2) Lesi massa ekstra-aksial yang tebalnya melebihi 5 mm dari tabula

    interna tengkorak dan berkaitan dengan pergeseran arteri serebri

    anterior dan media.

    3) Lesi massa ekstra-aksial bilateral dengan tebal melebihi 5 mm dari

    tabula eksterna (kecuali bila ada atrofi otak)

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    24/32

    4) Lesi massa intra-aksial lobus temporalis yang menyebabkan

    elevasi hebat dari arteri serebri media atau menyebabkan

    pergeseran garis tengah.

    Manajemen

    Manajemen pada perdarahan intracranial dilakukan setelah dilakukan stabilisasi

    berupa pemeriksaan airway, breathing, dan circulation sampai tahap ditransfer

    menuju ruang operasi bila diperlukan.

    1.

    Endotrakeal intubasi untuk pasien dengan penurunan kesadaran dan airway

    yang buruk

    2.

    Turunkan MAP hingga 130mmHg, namun jangan sampai hipotensi

    3. Stabilisasi vital sign, dilanjutkan dengan CTscansesuai kebutuhan

    4. Intubasi dan hiperventilasi jika tekanan intrakranial meningkat. Segera

    inisisasikan manitol untuk kontrol lebih lanjut

    5. Pertahankan euvolemia, dengan normotonik ketimbang cairan hipotonik

    untuk mempertahankan perfusi otak tanpa memperburuk edema otak

    6.

    Hindari hipertermia

    7. Koreksi koagulopati yang teridentifikasi dengan transfusi fresh frozen

    plasma, vitamin K, protamin, atau platelet.

    8.

    Beri fospenitoin atau antikonvulsan untuk kejang atau hemoragik lobar

    9. Fasilitasi transfer menuju ruang operasi atau ICU

    (Honner, 2011)

    Operasi

    Perlu atau tidaknya tindakan operasi ditentukan dengan beberapa pertimbangan

    sebagai berikut (Liebeskind, 2013) :

    1. Pertimbangkan managemen nonoperasi untuk pasien dengan defisit

    neuroologi yang minimal atau volum hemoragi intraserebral < 10 ml

    2. Pertimbangkan operasi pada pasien :

    a. Hemoragi serebellar >3cm

    b.

    Hemoragi dengan lesi struktur vaskular

    c.

    Pasien muda dengan hemoragi lobar

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    25/32

    3. Pertimbangan operasi lain :

    a. Clinical course dan waktu

    b.

    Usia pasien dan kondisi komorbiditas

    c.

    Etiologi

    d. Lokasi hematoma

    e.

    Efek luas dan pola drainase

    4. Pendekatan operasi (surgical approaches):

    a. Kraniotomi dan evakuasi clot dibawah pengawasan langsung

    b.

    Aspirasi stereotactic dengan agen trombolitik

    c. Evaluasi endoskopik

    Non medikamentosa

    Perl diperhatikan mengenai diet dan juga aktifitas, terutama pasca evaluasi pasien

    maupun pasca operasi pada pasien dengan perdarahan intracranial (Liebeskind,

    2013) :

    1. Makan

    Dibutuh initial feeding sesegera mungkin. Dapat diberikan dengan

    naosgastrik atau alat prekutaneous.

    2. Aktivitas

    a. Bedrestselama 24 jam pertama

    b. diikuti dengan peningkatan aktivitas yang progresif

    c. hindari usaha/ kegiatan berlebihan

    Medikamentosa

    1.

    AntihipertensifDibawah ini adalah tabel obat yang digunakan sebagai antihipertensi pada

    kasus perdarahan intrakranial.

    Tabel. obat antihipertensi (Biffi, 2011)

    Labetolol nicardipin Diuretik osmotik

    Fungsi Untuk mencegah

    exaserbasi hemoragi

    intraserebral.

    Untuk mencegah

    exaserbasi hemoragi

    intraserebral.

    Untuk

    mengurangi

    tekana intrakranial

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    26/32

    dan pengobatan

    edema serebral

    Jalur Peroral (PO), IV Peroral (PO) IV

    Dosis Oral :

    100mg, 200 400 mg

    (lanjutan) per 12 jam

    (2x sehari)

    IV:

    20mg setelah 2mnt

    pertama, 40-80 mg 10

    menit selanjutnya

    Oral :

    20-40mg per 8 jam

    atau 30-60 mg per

    12jam

    IV :

    5mg/jam dengan

    infus lambat

    (50mL/jam) awal;

    dapat ditingkatkan

    menjadi 2.5 mg/jam

    setiap 15 menit;

    1.5-2g/kg IV infus

    selama 30-60

    menit

    durasi Oral :

    selama 2-3 hari

    - -

    Dosis

    maksimal

    Oral :2400 mg/hari

    IV : 300mg

    IV : 15 mg/jam -

    2. Antipiretik

    Dapat digunakan acetaminofen (Tylenol, Feverall, Aspirin Free Anacin).

    untuk menurunkan demam dan mengurangi nyeri kepala (Liebeskind, 2013).

    a. immediate-release

    dosis :325-650 mg PO/PR tiap 4hari PRN, atau 500 mg PO tiap 8hari

    PRNb. extended-release

    dosis 2 capsules (1300 mg) PO tiap 8hari PRN

    (Liebeskind, 2013)

    3. Antikonvulsan

    Untuk pencegahan kejang yang dapat dipicu oleh kerusakan kortikal

    (Liebeskind, 2013).

    a.

    Kejang Status Epilepticus

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    27/32

    Dosis : 15-20 mg/kg IV, infus dengan kecepatan 100-150 mg/menit

    b. Nonemergent Seizure

    Dosis : 10-20 mg/kg IV/IM

    c.

    Maintenance awal

    Dosis : 4-6 mg/kg/hari IV/IM

    (Liebeskind, 2013)

    4. Antidotum

    Dapat berupa Phytonadione, vitamin K (Konakion, Mephyton, Aqua

    MEPHYTON) Untuk mengembalikan parameter koagulasi (Liebeskind, 2013)

    a. Suplemen nutrisi

    Direkomendasikan untuk daily intake(RDA)

    Dosis : pria: 120 mcg/hari PO, wanita: 90 mcg/hari PO

    b. Hypoprothrombinemia

    Dosis : 2.5-10 mg PO/IV/IV/SC; bisa dinaikkan PRN sampai 25 mg atau,

    sampai 50 mg (jarang); dapat diulang 6-8 jam

    c. Heparin Neutralization

    Dosis : 1-1.5 mg per 100 USP units of heparin; tidak melebihi 50 mg

    Dilakukan juga Monitor APTT (Activated Partial Thromboplastin Time)

    5-15 menit, selanjutnya 2-8 jam.

    (Liebeskind, 2013)

    5. Antasid

    Untuk mencegah ulserasi gastrik berkaitan dengan hemoragi intraserebral

    digunakan famotidine (Liebeskind, 2013).

    a. Ulserasi Duodenal

    Dosis :1) akut : 20 mg PO/IV tiap 12jam atau 40 mg PO menjelang tidur

    selama 4-8 minggu

    2) Maintenance: 20 mg PO menjelang tidur

    b.

    Benign Gastric Ulcer

    Dosis : 40 mg PO menjelang tidur

    c. Gastroesophageal Reflux Disease

    Dosis : 20 mg PO tiap 12jam selama 6 minggu

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    28/32

    Bila engan esofagitis dosis : 20-40 mg PO tiap 12jam selama >12 minggu

    (Liebeskind, 2013)

    8.

    Komplikasi yang dapat terjadi pada perdarahan intrakranial

    a.

    Trauma lahir

    Pada anak dapat terjadi kista porensefalusyang terbentuk pada daerah sisa

    hematom. Kista ini terdiri dari jaringan glia yang bereaksi setelah terjadi

    perdarahan. Manifestasi klinis dari adanya kista ini adalah adanya retardasi

    mental pada sang anak, ataupun hemiparesis (Mardjono & Sidharta, 2012).

    b.

    Trauma pada orang dewasa

    1) Epilepsi post trauma

    Hal ini dapat terjadi karena pada saat terjadi cedera atau perdarahan

    pada otak, maka akan terbentuk jaringan parut (sikatriks) sikatriks ini

    dapat menghalangi difusi neurotransmitter acetilcholine (ACh)di otak.

    Akibatnya ACh ini akan tertimbun di bawah sikatriks dan dapat

    mencetuskan sel-sel yang terdapat di dalam korteks serebri untuk

    melepaskan muatan elektrik. Manifestasi yang terjadi adalah adanya

    epilepsi pada pasien tersebut (Mardjono & Sidharta, 2012).

    2)

    Neurosis post trauma (Mardjono & Sidharta, 2012)

    a) Sakit kepala

    b) Cepat tersinggung

    c) Cepat capel

    d) Intelegensi menurun

    9. Peran dokter umum di IGD pada kasus cidera kepala adalah

    a. Penanganan kasus-kasus cedera kepala di unit gawat darurat

    didasarkan atas patokan pemantauan dan penanganan terhadappenderita secara umum yaitu perhatian urutan prioritas terhadap 6B

    yakni :

    1) Breathing

    Obstruksi jalan napas perlu segera dibebaskan dengan tindakan-

    tindakan : suction, intubasi, tracheostomi.

    2) Blood

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    29/32

    Mencakup pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan

    laboratorium darah (Hb, Leukosit). Peningkatan tekanan darah dan

    denyut nadi yang menurun mencirikan adanya suatu peninggian

    tekanan intracranial sebaliknya tekanan darah yang menurun dan

    makin cepatnya denyut nadi menandakan adanya syok

    hipovolemik akibat perdarahan.

    3) Brain

    Langkah awal penilaian keadaan otak ditekankan terhadap respons-

    respons mata, fungsi motorik, dan fungsi verbal (GCS). Perubahan

    respons ini merupakan implikasi adanya perbaikan atau perburukan

    cedera kepala.

    4) Bladder

    Kandung kemih yang penuh akan dapat menyebabkan penderita

    mengejan sehingga tekanan intracranial cenderung meningkat.

    5)

    Bone

    Adanya fraktur mengakibatkan nyeri yang juga pada gilirannya

    akan mengakibatkan kenaikan tekanan intra kranial.b.

    Anamnesa

    1) jenis dan waktu kecelakaan

    2) riwayat penurunan kesadaran

    3)

    riwayat amnesia (anterograd, retrograd)

    4) gejala kenaikan TIK

    c. Pemeriksaan fisik

    d.

    Foto polos dan CT scane. Selama hari pertama perawatan di rumah sakit pelu dilakukan

    pemeriksaan neurologis setiap setengah jam sekali, sedangkan follow

    up sken tomografi computer otak pada hari ke tiga bila ada perburukan

    neurologis.

    Menurut sjamsuhidajat (2004) tugas dokter umum pada penanganan

    perdarahan intrakranial di IGD adalah

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    30/32

    1. Mencari informasi

    a. menanyakan bagaimana pasien bisa kehilangan kesadaran?Apakah

    pasien langsung tidak sadar sesaat setelah kejadian atau pasien sempat

    sadar kembali sebelum akhirnya tidak sadar (luside interval).

    b. Menyakan apakah pasien mempunyai riwayat sakit kepala dan muntah

    karena hal ini dapat mengidentifikasi adanya peningkatan tekanan

    intrakranial.

    c. Menanyakan apakah pasien mengalami kejang atau tidak.

    d.

    Menanyakan bagaimana ilustrasi kejadian (Sjamsuhidajat, et al, 2004).

    2.

    Stabilisasikan kondisi pasien dengan A B C

    3. Melakukan pemeriksaan fisik :

    a. Pemeriksaan tanda vital

    b.

    Pemeriksaan GCS

    c. Pemeriksaan pupil

    d. Pemeriksaan motorik

    e.

    Pemeriksaan tanda fraktur basis cranii ( racoon eyes, battle sign, rinorea,

    otorea)

    f.

    Pemeriksaan luka di kepala dan di seluruh tubuh pasien

    g.

    Pemeriksaan luka terbuka sehingga otak dapat terlihat dari luar

    (Sjamsuhidajat, et al, 2004).

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    31/32

    Daftar Pustaka

    Aritonang, Sahat. 2007. Hubungan Kadar Gula Darah Dengan Outcome Cedera

    Kepala Tertutup Derajat Sedang Berat Dengan Gambaran Brain Ct Scan

    Dalam Batas Normal (Tesis).Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP

    Baughman, Diane C., JoAnn C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah.

    Jakarta : EGC

    Biffi A, Devan WJ, Anderson CD, et al. 2011 Statin use and outcome after

    intracerebral hemorrhage: Case-control study and meta-analysis.Neurology.

    May 3 2011

    Corwin, E.J. 2001.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

    Corwin, E.J. 2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta. EGC

    Dorland.2002 .Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.jakarta : EGC

    Fakultas Kedokteran UWKS. 2008. Peningkatan Tekanan Intrakranial. Available

    at:http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Ilmu%20Penyakit%20Sara

    f/PENINGKATAN%20%20TEKANAN%20%20INTRAKRANIAL%20%5

    BCompatibility%20Mode%5D.pdf

    Ginsberg, Loinel. 2008. Lecture Notes Neurologi. Jakarta : Erlangga Medical

    Series

    Grace, Pierce A. Burley, Neil R. 2006.At a glance ilmu bedah Edisi ketiga.

    Jakarta: Erlangga.

    Guyton & Hall. 2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta: EGC

    Hall Medical.2004.

    Harsono. 2003. Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Yogyakarta: Gajah Mada

    University Press.

    Honner SK, Singh A, Cheung PT, Alter HJ, Dutaret CG, Patel AK, et al. 2011.

    Emergency Department Control of Blood Pressure In Intracerebral

    Hemorrhage.J Emerg Med. Oct 2011

    Isselbacher, Kurt, et.al. 1999. Harrison Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam

    jilid 1. Jakarta : EGC

    Japardi, Iskandar. 2004 .Penatalaksanaan Cedera kepala secara operatif . Bagian

    Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

    Liebeskind, David S., et al. 2013. Intracranial Hemorrhage Treatment &

    Management. Tersedia di :http://emedicine.medscape.com/article/1163977-

    treatment#a1128 (terakhir di akses 22 Maret 2014)

    Mardjono M, Sidharta P. 2008. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Penerbit Dian

    Rakyat.

    Mardjono, M., & Sidharta, P. 2012. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian

    Rakyat.

  • 7/21/2019 Laporan Pbl 4 Mentah

    32/32

    Price, S. A., & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

    Penyakit. Jakarta: EGC.

    Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2005.Patofisiologi : Konsep Klinis

    Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.

    Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Edisi

    6.Jakarta : EGC

    Satyanegara. 2010.Ilmu Bedah Saraf Satyanegara. Jakarta : PT Gramedia

    Pustaka Utama.

    Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum

    Sherwood, Lauralee. 2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sel. Jakarta : EGC

    Sidharta, Priguna. 1999. Tata Pemeriksaan Dalam Neurologi. Jakarta : Dian

    RakyatSinghi, S., & Tiwari, L. 2009. Management of Intracranial Hypertension. Indian J

    Pediatr, 519-529.

    Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. BukuAjarIlmuBedah. Edisi 2. Jakarta:

    EGC. Hal.820-821.

    Snell, R.S. 2006. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa KedokteranEd. 5.

    Jakarta: EGC.

    Suzanne CS & Brenda GB. 2006.Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta: EGC

    Wahjoepramono, Eka. 2005. Cedera Kepala. Lippokarawaci : Universitas Pelita

    Harapan.

    Weiner, Howard L., Lawrence P. Levitt. 2001. Buku Saku Neurologi Edisi 5.

    Jakarta : EGC

    Zauner A, Muizelaar J P. Brain metabolism and cerebral blood flow.In :.Reilly P,

    Bullock R.Editors. Head injury. 3 rd ed. London:Chapman nad