88349517 Laporan PBL II

234
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu kebutuhan pokok dan juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi produktivitas dan kualitas sumber daya manusia. Dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-undang nomor 23/1992 menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga. Oleh karena itu negara bertanggung jawab dalam pengaturan hak hidup sehat bagi penduduknya. Pembangunan Kesehatan adalah pembangunan manusia seutuhnya dimana faktor kesehatan turut berperan mulai dari pra konsepsi, bayi, balita, remaja, dewasa hingga usia lanjut. Dalam buku Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.HK.03.01/160/I/2010) ditetapkan Visi dan Misi Kementerian Kesehatan sekaligus juga sebagai Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan selama 5 tahun kedepan

Transcript of 88349517 Laporan PBL II

Page 1: 88349517 Laporan PBL II

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah salah satu kebutuhan pokok dan juga merupakan

faktor penting yang mempengaruhi produktivitas dan kualitas sumber daya

manusia. Dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-

undang nomor 23/1992 menetapkan bahwa kesehatan adalah hak

fundamental setiap warga. Oleh karena itu negara bertanggung jawab

dalam pengaturan hak hidup sehat bagi penduduknya. Pembangunan

Kesehatan adalah pembangunan manusia seutuhnya dimana faktor

kesehatan turut berperan mulai dari pra konsepsi, bayi, balita, remaja,

dewasa hingga usia lanjut.

Dalam buku Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-

2014 (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.HK.03.01/160/I/2010) ditetapkan Visi dan Misi Kementerian Kesehatan

sekaligus juga sebagai Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan selama 5

tahun kedepan (2010-2014). Visi baru yaitu “Masyarakat Sehat Yang

Mandiri dan Berkeadilan” yang akan diwujudkan dengan misi-misi, pertama

yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan

masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani. Kemudian misi

kedua adalah melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin

tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan

Page 2: 88349517 Laporan PBL II

2

berkeadilan. Misi selanjutnya yaitu menjamin ketersediaan dan pemerataan

sumberdaya kesehatan, dan misi terakhir adalah menciptakan tata kelola

yang baik.

Guna mempertegas rumusan Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan

selama 5 tahun kedepan (2010-2014) tersebut, telah ditetapkan pula

indikator-indikatornya secara lebih terinci. Di samping itu, telah ditetapkan

pula target yang ingin dicapai pada 5 tahun mendatang untuk setiap

indikator tersebut. Indikator-indikator yang telah ditetapkan itu terdiri atas

indikator untuk status kesehatan dan gizi masyarakat, indikator untuk

morbiditas akibat penyakit menular, indikator untuk penyediaan anggaran

publik untuk kesehatan, indikator untuk PHBS Rumah Tangga, indikator

untuk tenaga kesehatan, indikator untuk pengendalian penyakit, dan

indikator untuk Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Pengertian Kesehatan Masyarakat Menurut Winslow (1920) dalam

(Notoatmodjo, 2003) menjabarkan bahwa Kesehatan Masyarakat (Public

Health) adalah Ilmu dan Seni : mencegah penyakit, memperpanjang hidup,

dan meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian

masyarakat“ untuk perbaikan sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit-

penyakit menular, pendidikan untuk kebersihan perorangan,

pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk

diagnosis dini dan pengobatan, dan pengembangan rekayasa sosial untuk

menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam

memelihara kesehatannya. Sedangkan menurut Ikatan Dokter Amerika

Page 3: 88349517 Laporan PBL II

3

(1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara,

melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha

pengorganisasian masyarakat.

Adapun Visi dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur yaitu

peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kalimantan Timur terbaik di luar

Jawa dan Bali. Maknanya akses pelayanan komprehensif yang bermutu

dengan mudah diperoleh masyarakat dan tercapainya sasaran MDG’s pada

akhir 2013 dengan pencapaian diatas rata nasional dan lebih baik

dikawasan luar Jawa-Bali. Dengan misi diantaranya adalah memelihara dan

meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu, terjangkau, dan

berkeadilan, memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan

mambangun kemitraan dengan lintas sektor, mengembangkan sumber

daya kesehatan yang memadai dan berkesinambungan, memantapkan

manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel, membangun dan

mengembangkan Sistem Kesehatan Daerah (dinkes.pemprovkaltim).

Dengan visi dan misi dari Departemen Kesehatan RI dan Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur maka Kabupaten Kutai Kartanegara

mulai berfikir untuk sebuah perubahan dalam paradigma lama yang

mengatakan bahwa pembiayaan kesehatan adalah beban anggaran

pembangunan sehingga berangkat dari pradigma lama tersebut kita hanya

mengalokasikan sedikit waktu, biaya dan tenaga kita bagi pembangunan

kesehatan padahal dari sudut pandang ekonomi kesehatan dan dengan

paradigma baru segala bentuk pembiayaan kesehatan adalah sebuah

Page 4: 88349517 Laporan PBL II

4

investasi yaitu sebuah kegiatan yang akan mendatangkan keuntungan di

kemudian hari.

Salah satu desa yang terdapat di Kabupaten Kutai Kartanegara,

Kecamatan Tenggarong Seberang adalah Desa Karang Tunggal. Secara

umum, Desa Karang Tunggal berpenduduk 2947 jiwa atau sekitar 792 KK

dengan luas wilayah kurang lebih 1.300 ha. Desa Karang Tunggal

merupakan desa pemekaran dari Desa Manunggal Jaya pada tahun 2004.

Terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Rejo Makmur, Dusun Rejosari, dan Dusun

Mekar Jaya. Sebelah utara desa ini berbatasan dengan Desa Manunggal

Jaya, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Air Putih Samarinda,

sebelah barat ini berbatasan dengan Desa Bukit Raya dan Desa Tanjung

Batu, sedangkan sebelah timurnya berbatasan dengan Kelurahan Sempaja

Samarinda.

Desa Karang Tunggal merupakan salah satu desa yang terdapat di

Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Desa

Karang Tunggal berpenduduk 2947 jiwa atau sekitar 792 KK dengan luas

wilayah kurang lebih 1.300 ha. Dengan tingkat pendidikan masyarakat

sebagian besar adalah tamat SD/sederajat (18,73%) dan mayoritas

penduduk bekerja pada sektor pertanian (62,61%).

Berdasarkan hasil laporan PBL I pada tahun 2009, masalah-msalah

kesehatan yang terdapat di Dusun Mekar Jaya meliputi masalah Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), masalah kesehatan lingkungan, masalah

Page 5: 88349517 Laporan PBL II

5

Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK), dan masalah Kesehatan Ibu dan

Anak (KIA).

Berdasarkan laporan PBL I tahun 2009, masalah Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) yang terdapat di Dusun Mekar Jaya Desa Karang

Tunggal yaitu masih buruknya penerapan 10 indikator PHBS di rumah

tangga. Misalnya kurangnya ketersediaan air bersih pada 68% responden

dari 100 responden, kemudian hanya 28% responden yang mengkonsumsi

sayur dan buah-buahan setiap harinya, dan hanya 7% responden yang

melakukan aktifitas fisik (berolahraga) setiap hari. Disamping itu

berdasarkan hasil survey, diketahui bahwa 68% responden merokok dan 36

responden diantaranya merokok didalam rumah.

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya, adalah kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimum, sehingga berpengaruh positif terwujudnya status

kesehatan yang optimum pula. Berdasarkan laporan PBL I tahun 2009,

masalah kesehatan lingkungan yang terdapat di Dusun Mekar Jaya Desa

Karang Tunggal yaitu mengenai sampah. Dari 100 responden, sebanyak

86% responden membuang sampah dengan cara dibakar.

Administrasi kesehatan adalah proses menyangkut perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian, dan

penilaian terhadap sumber, tata cara, dan kesanggupan yang tersedia

untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan terhadap kesehatan. Berdasarkan

laporan PBL I tahun 2009, masalah administrasi kebijakan kesehatan yang

terdapat di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal adalah sebesar 69%

Page 6: 88349517 Laporan PBL II

6

responden tidak memiliki jaminan kesehatan. Hal ini disebabkan kurangnya

pengetahuan mengenai jaminan kesehatan (57%) akibat kurangnya

sosialisasi jaminan kesehatan yang diberikan pemerintah seperti Askeskin,

berobat gratis, dll.

Permasalahan selanjutnya adalah mengenai Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA). Berdasarkan laporan PBL I tahun 2009, masalah Kesehatan Ibu dan

Anak (KIA) yang terdapat di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal

adalah masih tingginya angka ibu melahirkan pada usia muda (kurang dari

20 tahun) yaitu sebesar 46,32% responden. Selain itu, masih kurangnya

pengetahuan responden yang dalam hal ini adalah para ibu mengenai ASI

Eksklusif yaitu 83% dari 100 responden. Hal tersebut menyebabkan masih

banyaknya para ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayi

mereka.

Dalam rangka memberdayakan masyarakat untuk meminimilasir

masalah kesehatan, terlebih dahulu dilakukan Focus Group Discussion

(FGD) sebagai metode untuk mengetahui masalah kesehatan yang terjadi

di Desa Karang Tunggal, khususnya Dusun Mekar Jaya.

Berdasarkan masalah kesehatan yang ada di Dusun mekar Jaya Desa

Karang Tunggal tersebut, maka dalam PBL II ini perlu dilakukan intervensi

sebagai solusi penyelesaian masalah kesehatan berdasarkan sumber daya

yang ada.

Page 7: 88349517 Laporan PBL II

7

B. Analisis Situasi Status Kesehatan Masyarakat Dusun Mekar Jaya Desa

Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai

Kartanegara

Berdasarkan latar belakang di atas, situasi status kesehatan

masyarakat Dusun Mekar Jaya di Desa Karang Tunggal dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Ketidaktahuan masyarakat mengenai program JPKMM dengan

presentase 57% dari 100 responden.

2. Tidak dimilikinya Program Pelayanan Kesehatan oleh masyarakat yaitu

sebesar 69% dari 100 responden.

3. Ketidaktahuan ibu mengenai pengertian dan manfaat dari ASI Eksklusif

sebanyak 83% dari 100 responden.

4. Tingginya usia melahirkan pada usia muda (kurang dari 20 tahun) yaitu

sebesar 46,32% dari 95 responden.

5. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pengolahan akhir

sampah rumah tangga yaitu sebesar 86% dari 100 responden (metode

pembuangan sampah dengan cara dibakar).

6. Kurangnya ketersediaan sumber air bersih pada masyarakat yaitu

sebesar 68% dari 100 responden.

7. Masih buruknya penerapan PHBS Rumah Tangga (tidak memenuhi 10

indikator PHBS) pada masyarakat yaitu 0% dari 100 responden.

8. Masih tingginya perilaku merokok di masyarakat yaitu dengan

persentase 68% dari 100 responden.

Page 8: 88349517 Laporan PBL II

8

Sedangkan berdasarkan hasil penggalian masalah kesehatan terbaru

yang dilaksanakan pada hari Jum’at, 21 Januari 2011 ditemukan beberapa

masalah, yaitu :

a. Kurangnya ketersediaan air bersih karena masyarakat masih

menggunakan air bor untuk aktivitas MCK, yang masyarakat

khawatirkan dapat merusak gigi dan kulit. Serta penggunaan air minum

yang didapatkan dari depo air minum isi ulang yang masyarakat

khawatirkan higienitasnya kurang baik.

b. Kurangnya penerapan PHBS di masyarakat terutama pada perilaku

cuci tangan.

c. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Jaminan Kesehatan

Daerah (JAMKESDA) baik dari segi manfaatnya maupun alur untuk

mendapatkannya.

d. Kurangnya pengetahuan masyarakat terutama para ibu mengenai

pengertian dan manfaat pemberian ASI Eksklusif kepada anaknya.

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dan analisis situasi kesehatan masyarakat

di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong

Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara, maka dapat diketahui identifikasi

masalah kesehatan sebagai berikut :

Page 9: 88349517 Laporan PBL II

9

1. Masalah Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK), seperti kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang JAMKESDA, dan kurangnya

masyarakat yang memiliki program pelayanan kesehatan.

2. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), seperti kurangnya

pengetahuan masyarakat mengenai pengertian dan manfaat ASI

Eksklusif serta waktu pemberiannya.

3. Masalah Kesehatan Lingkungan, seperti kurangnya ketersediaan

sumber air bersih dan air minum di lingkungan masyarakat.

4. Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti penerapan

PHBS Rumah Tangga yang masih buruk (perilaku cuci tangan) dan

ketersediaan air bersih yang masih kurang di rumah tangga tersebut.

D. Rumusan Masalah

Bagaimana diagnosa masalah kesehatan dan pengembangan program

kesehatan di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal Kecamatan

Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara ?

Page 10: 88349517 Laporan PBL II

10

BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT

A. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari pelaksanaan PBL II ini adalah agar

mahasiswa mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan intervensi

kesehatan masyarakat sesuai dengan permasalahan dan sumber daya

yang ada di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal Kecamatan

Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.

B. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pelaksanaan PBL II ini memiliki dua tahapan, yaitu

tahapan diagnosis masalah yang meliputi :

1. Tahapan Diagnosis Masalah Kesehatan

a. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melaksanakan identifikasi masalah

kesehatan bersama dengan segala unsur masyarakat di Dusun

Mekar Jaya Desa Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong

Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.

a. Tujuan Khusus

1) Mahasiswa mampu melaksanakan identifikasi masalah

bersama masyarakat.

Page 11: 88349517 Laporan PBL II

11

2) Mahasiswa mampu menyusun prioritas masalah bersama

masyarakat.

3) Mahasiswa mampu menganalisa penyebab masalah.

2. Tahapan Pengembangan Program Kesehatan

a. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengambangkan program kesehatan yang

ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang

ditentukan pada tahap sebelumnya.

b. Tujuan Khusus

1) Mahasiswa mampu memilih program kesehatan sebagai solusi

dari masalah kesehatan masyarakat bersama masyarakat.

2) Mahasiswa mampu melaksanakan proses perencanaan

program kesehatan.

3) Mahasiswa mampu melaksanakan program kesehatan yang

telah dirancang.

4) Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi program

kesehatan.

C. Manfaat

1. Manfaat Bagi Mahasiswa

Adapun manfaat dari pelaksanaan PBL II ini bagi mahasiswa

adalah mahasiswa mampu mendiagnosa masalah kesehatan dan

mengembangkan program kesehatan.

Page 12: 88349517 Laporan PBL II

12

2. Manfaat Bagi Masyarakat

Adapun manfaat dari pelaksanaan PBL II ini bagi masyarakat

adalah agar masyarakat mengetahui masalah-masalah kesehatan yang

menjadi masalah di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal

Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara dan

bagaimana solusi pemecahannya.

3. Manfaat Bagi Instansi Kesehatan

Adapun manfaat dari pelaksanaan PBL II ini adalah membantu

instansi kesehatan dalam rangka menetapkan kebijakan kesehatan

khususnya perencanaan program-program kesehatan.

4. Manfaat Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat UNMUL

Adapun manfaat dari pelaksanaan PBL II ini adalah :

a. Sebagai kegiatan evaluasi penyelenggaraan program pendidikan

Ilmu Kesehatan Masyarakat.

b. Mewujudkan program perguruan tinggi dalam rangka pengabdian

kepada masyarakat.

Page 13: 88349517 Laporan PBL II

13

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK)

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah bagian dari pelayanan

kesehatan yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan

dan mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

(Azwar, 1996)

1. Stratifikasi Pelayanan Kesehatan

Stratifikasi pelayanan kesehatan dibagi menjadi beberapa tingkatan

yaitu :

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama

(Primary Health Services) adalah pelayanan kesehatan yang

bersifat pokok (Basic Health Services), yang sangat dibutuhkan

oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis

untuk meningkatkan derajat kesehatan. Pada umumnya pelayanan

kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan.

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat kedua

(secondary health services) adalah pelayanan kesehatan yang

lebih lanjut, telah bersifat rawat inap dan untuk

Page 14: 88349517 Laporan PBL II

14

menyelenggarakannya dibutuhkan tersedianya tenaga–tenaga

spesialis.

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat ketiga

(tertiary health services) adalah pelayanan kesehatan yang bersifat

lebih kompleks dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga

spesialis (Azwar, 1996).

2. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Untuk dapat disebut sebagai pelayanan kesehatan yang baik, maka

ada beberapa syarat pokok yang harus dipenuhi, yaitu :

a. Tersedia dan berkesinambungan

Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh

masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam

masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.

b. Dapat diterima dan wajar

Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan

dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.

c. Mudah dicapai

Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan disini terutama dari

sudut lokasi, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi

sangat penting.

Page 15: 88349517 Laporan PBL II

15

d. Mudah dijangkau

Pengertian keterjangkauan disini terutama dari sudut biaya,

sehingga harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan yang

sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

e. Bermutu

Artinya lebih kepada tingkat kesempurnaan pelayanan

kesehatan yang disempurnakan, yang di satu pihak dapat

memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain tata

cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar

yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).

3. Sumber Biaya Kesehatan

Secara umum sumber biaya kesehatan dapat dibagi menjadi dua

macam yaitu :

a. Seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah

Seluruh pelayanan kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah

dan pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan secara cuma–

cuma.

b. Sebagian ditanggung oleh masyarakat

Masyarakat diajak berperan serta, baik dalam

menyelenggarakan kesehatan pada waktu memanfaatkan jasa

pelayanan kesehatan. Sehingga pelayanan kesehatan tidaklah

cuma–cuma karena masyarakat diharuskan membayar pelayanan

kesehatan yang dimanfaatkannya (Azwar, 1996)..

Page 16: 88349517 Laporan PBL II

16

4. Pengertian Asuransi

Asuransi adalah suatu upaya untuk memberikan perlindungan

terhadap kemungkinan–kemungkinan yang dapat mengakibatkan

kerugian ekonomi (Breider dan Breadles, 1972).

Asuransi adalah suatu perjanjian dimana si penanggung dengan

menerima suatu premi mengikatkan dirinya untuk memberi ganti rugi

kepada tertanggung yang mungkin diderita karena terjadinya suatu

peristiwa yang mengandung ketidakpastian dan yang akan

mengakibatkan kehilangan, kerugian atau kehilangan suatu keuntungan

(Kitab UU Hukum Dagang, 1987).

5. Macam–Macam Asuransi Kesehatan

Tergantung dari ciri-ciri khusus yang dimiliki, maka asuransi

kesehatan dapat dibedakan atas beberapa macam yaitu:

a. Ditinjau dari pengelola dana

1) Asuransi Kesehatan Pemerintah

2) Asuransi Kesehatan Swasta

b. Ditinjau dari keikutsertaan anggota

1) Asuransi Kesehatan Wajib

2) Asuransi Kesehatan Sukarela

c. Ditinjau dari jenis pelayanan yang ditanggung

1) Menanggung seluruh jenis pelayanan kesehatan

2) Menanggung sebagian pelayanan kesehatan saja

Page 17: 88349517 Laporan PBL II

17

d. Ditinjau dari jumlah dana yang ditanggung

1) Menanggung seluruh biaya kesehatan yang diperlukan

2) Hanya menanggung pelayanan kesehatan dengan biaya tinggi

saja.

e. Ditinjau dari jumlah peserta yang ditanggung

1) Peserta adalah perseorangan

2) Peserta adalah satu keluarga

3) Peserta adalah satu kelompok

a.Ditinjau dari peranan badan asuransi

1) Hanya bertindak sebagai pengelola dana

2) Juga bertindak sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan

g. Ditinjau dari cara pembayaran kepada penyelenggara pelayanan

kesehatan

1) Pembayaran berdasarkan jumlah kunjungan peserta

2) Pembayaran dilakukan di muka (Azwar, 1996).

6. Jamkesda

Program Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) adalah salah

satu program jaminan kesehatan sosial yang diselenggarakan oleh

pemerintah daerah Kabupaten Kutai Kartanegara yang wajib diikuti oleh

setiap penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegara yang belum memiliki

jaminan pemeliharaan kesehatan.

Penyelenggaraan program Jamkesda tersebut merupakan amanat

Undang-Undang No. 12 tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah

Page 18: 88349517 Laporan PBL II

18

beserta peraturan pelaksanaanya dan Undang-Undang No. 40 tahun

2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) pasca

putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

Penyelenggaraan Jamkesda ditetapkan melalui peraturan Bupati

Nomor 16 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Sistem Jaminan

Kesehatan Daerah di Kabupaten Kutai Kartanegara dan sebagai Badan

Penyelenggara Program Jamkesda mempunyai kewenangan untuk

menunjuk Pemberi Pelayanan Kesehatan (PKK) bagi pesertanya.

Tujuan umum Jamkesda ini sendiri dapat meningkatkan status

kesehatan masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara melalui pelayanan

kesehatan dasar dengan menerapkan sistem pelayanan kesehatan

yang bermutu dengan biaya yang terkendali.

a. Prosedur Kepesertaan

1) Seluruh masyarakat yang memiliki KTP Kabupaten Kutai

Kartanegara beserta anggota keluarganya yang belum memiliki

jaminan kesehatandapat menjadi Peserta Program Jamkesda

2) Sebagai bukti kepesertaan Jamkesda, sertiap peserta harus

mempunyai Kartu Peserta Jamkesda (KPJ), yang dapat

dipakai pada saat peserta atau anggota keluarganya akan

berobat di PPK

3) Cara mendapatkan Kartu Peserta Jamkesda (KPJ) adalah :

Page 19: 88349517 Laporan PBL II

19

a) Calon peserta datang ke Puskesmas Induk di wilayah

tempat tinggalnya dengan membawa persyaratan fotocopy

KTP dan fotocopy KK

b) Selanjutnya petugas puskesmas akan melakukan verifikasi

persyaratan tersebut dan bila dianggap memenuhi syarat

maka petugas puskesmas akan menerbitkan Kartu Peserta

Jamkesda Sementara

c) Kartu peserta Jamkesda Sementara harus dibawa setiap

peserta atau anggota keluarganya akan berobat baik di

PPK tingkat I (Puskesmas) maupun PPK tingkat II (Rumah

Sakit)

4) Dalam pendaftaran dan pembuatan Kartu Peserta Jamkesda

Sementara, peserta tidak dipungut biaya apapun

b.Persyaratan Peserta Jamkesda

1) Setiap warga masyarakat yang memiliki KTP Kabupaten Kutai

Kartanegara beserta anggota keluarganya yang belum memiliki

jaminan kesehatan manapun

2) Anggota keluarga yang belum memiliki sistem Jaminan

Kesehatan (tidak masuk ke dalam sistem Jaminan Kesehatan

orang tuanya, seperti ASKES/ Jamsostek, dll)

c. Dasar hukum Jamkesda Kabupaten Kutai Kartanegara:

1) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia

tahun 1945 dan Amandemennya

Page 20: 88349517 Laporan PBL II

20

2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional (UU SJSN)

3) Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja beserta Peraturan Pelaksanaannya

4) Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,

beserta Peraturan Pelaksanaannya

5) Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah

Daerah beserta Peraturan Pelaksanaanya

6) Peraturan Daerah Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara

tentang Struktur Organisasi Perakat Daerah dan Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kutai

Kartanegara

7) Peraturan Bupati Kutai Kartanegara No. 16 Tahun 2008

Tentang Penyelenggaraan sistem Jaminan Kesehatan Daerah

di Kabupaten Kutai Kartanegara

d.Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan Jamkesda

Ruang lingkup pelayanan kesehatan Program Jamkesda di

PPK Puskesmas Induk / Puskesmas Pembantu / Polindes, terdiri

dari :

1) Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)

a) Pemeriksaan dan Pengobatan oleh Dokter Umum

b) Pemeriksaan dan Pengobatan oleh Dokter Gigi

c) Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan

Page 21: 88349517 Laporan PBL II

21

d) Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Ibu Anak

(Imunisasi Tetanus Toxoid untuk ibu, Imunisasi dasar untuk

anak serta ANC)

e) Pelayanan Penunjang Diagnostik

f) Tindakan Medis Sederhana

g) Pemberian Surat Rujukan

2) Rawat Inap Tingkat Pertama, dilakukan di Puskesmas yang

memiliki fasilitas Rawat Inap

a) Kamar perawatan

b) Visit Dokter Umum

c) Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

d) Tindakan Medis sederhana

e) Pemberian Obat Generik/ daftar obat Jamkesda, serta

bahan habis pakai selama masa perawatan

f) Makan

g) Pemberian Surat Rujukan

3) Pelayanan Emergensi (Kegawatdaruratan)

4) Pelayanan Persalinan

a) Biaya persalinan normal diberikan sebesar Rp 500.000,-

(tanpa penyulit)

b) Pelayanan persalinan yang dijamin meliputi :

(1) Kamar perawatan

(2) Pertolongan partus oleh bidan atau dokter umum

Page 22: 88349517 Laporan PBL II

22

(3) Perawatan ibu, meliputi:

(a) Biaya perawatan ibu

(b) Makan 3 kali sehari

(c) Laundry alat-alat Rumah Bersalin

(d) Visit dokter umum

(4) Perawatan bayi, meliputi:

(a) Perawatan bayi tanpa kelainan

(b) Sidik jari

(c) Imunisasi

(5) Perawatan tali pusat, meliputi:

(a) Cuci tali pusat

(b) Pengemasan tali pusat

(c) Penyimpanan ke kantong atau kendil

(6) Tindakan hecting

(7) Perlengkapan partus lainnya, meliputi:

(a) Surat Keterangan Lahir

(b) Peneng bayi

(c) Peneng Ibu

(d) Pembalut

(8) Placenta Manual/ Induksi, yaitu:

(a) Tindakan Manual Placenta

(b) Pelayanan induksi untuk partus tidak maju

Page 23: 88349517 Laporan PBL II

23

c) Pelayanan Pra Rujukan Persalinan yang dijamin, meliputi :

(1) Kamar perawatan

(2) Visit dokter umum

(3) Makan

(4) Obat-obatan

(Juknis Jamkesda Kutai Kartanegara, 2011)

e.Manfaat pengembangan Jamkesda

1) Terwujudnya akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat

yang optimal, bermutu dan efisien

2) Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat sehingga

produktivitas kerja juga meningkat

3) Meningkatnya ekonomi masyarakat sehingga terjadinya

efisiensi APBD

4) Adanya mekanisme fiscal dan sumber pendanaan

pembangunan kesehatan alternative tambahan disamping

mekanisme fiscal dan sumber pendanaan dari APBD

5) Tersedianya database tentang pelayanan kesehatan dan

pembiayaannya sebagai sistem informasi di suatu daerah. Hal

ini akan bermanfaat untuk perencanaan dan masukan dalam

penetapan kebijakan di daerah.

(Mukti dan Moertjahjo, 2008)

Page 24: 88349517 Laporan PBL II

24

Gambar 2.1 Alur Pelayanan Kesehatan Program Jamkesda

(Dinkes Kutai Kartanegara, 2011)

B. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

1. Gizi untuk Kelompok Bayi

Dalam siklus kehidupan manusia, bayi berada dalam masa

pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat. Bayi yang

dilahirkan dengan sehat, pada umur 6 bulan akan mencapai

pertumbuhan atau berat badan 2 kali lipat dari berat badan pada waktu

dilahirkan. Untuk pertumbuhan bayi dengan baik zat-zat gizi yang

sangat dibutuhkan ialah:

a. Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram berat badan.

b. Calsium (Cl).

c. Vitamin D, tetapi karena Indonesia berada di daerah tropis maka

hal ini tidak begitu menjadi masalah.

Berobat Di Rujuk

MembawaKartu Peserta

Membawa Kartu PesertaSurat Rujukan

Peserta

PPK TK 1Puskesmas, Dokter

& Bidan PraktekPPK TK 2

Rumah Sakit

Kasus Emergency (Gawat Darurat)

Page 25: 88349517 Laporan PBL II

25

d. Vitamin A dan K yang harus diberikan sejak post natal.

e. Fe (zat besi) diperlukan karena dalam proses kelahiran sebagian

Fe ikut terbuang (Notoatmodjo, 2003).

2. Air Susu Ibu Eksklusif (ASI Eksklusif)

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan (Depkes RI,

2004). Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.

Pada tahun 2001 World Health Organization / Organisasi Kesehatan

Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama

hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan

sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak

berlaku lagi.

Tabel 2.1 Peralihan ASI ke Makanan dan Kebutuhan Kalori

Umur anak PMT Kebutuhan Kalori0-4 bulan4-9 bulan

9-12 bulan18-24 bulan

24 bulan (2 th.)

ASI sajaMakanan halusMakanan lunak

Makanan semi kerasMakanan dewasa dan

disapih

300 kalori800 kalori

1100 kalori1300 kalori

(Notoatmodjo, 2003)

a. Bagaimana Mencapai ASI Eksklusif

WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut

untuk memulai dan mencapai ASI eksklusif : (WHO, 2001)

1) Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran

2) Menyusui secara ekslusif: hanya ASI. Artinya, tidak ditambah

makanan atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun.

Page 26: 88349517 Laporan PBL II

26

3) Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang

bayi mau, siang dan malam.

4) Tidak menggunakan botol susu maupun empeng.

5) Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan

tangan, disaat tidak bersama anak.

6) Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang.

Setelah ASI ekslusif enam bulan tersebut, bukan berarti

pemberian ASI dihentikan. Seiiring dengan pengenalan makanan

kepada bayi, pemberian ASI tetap dilakukan, sebaiknya menyusui

dua tahun menurut rekomendasi WHO.

b. Manfaat ASI Eksklusif Enam Bulan

Menambahkan manfaat ASI, berikut adalah manfaat ASI

Eksklusif enam bulan daripada hanya empat bulan :

1) Untuk Bayi

a) Melindungi dari infeksi gastrointestinal

b) Bayi yang ASI eksklusif selama enam bulan tingkat

pertumbuhannya sama dengan yang ASI eksklusif hanya

empat bulan.

c) ASI eksklusif enam bulan ternyata tidak menyebabkan

kekurangan zat besi

2) Untuk Ibu

a) Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca

melahirkan, sehingga :

Page 27: 88349517 Laporan PBL II

27

(1) Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias

menunda kehamilan berikutnya.

(2) Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui

tidak membutuhkan zat besi sebanyak ketika

mengalami menstruasi

b) Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu

menyusui enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding

ibu yang menyusui empat bulan (Health Canada, 2004).

3. Gizi Balita

Makanan pendamping ASI diberikan bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi untuk keperluan hidup, memelihara kesehatan dan

untuk aktivitas sehari-hari, menunjang tercapainya tumbuh kembang

yang sempurna, mendidik anak agar terbentuk selera dan pola makan

sehat.

Saat pemberian MP-ASI sebaiknya harus disesuaikan dengan

maturitas saluran pencernaan bayi dan makanan anak. Sebaiknya MP-

ASI baru diberikan pada usia 4 atau 6 bulan dengan alasan kebutuhan

energi bayi untuk pertumbuhan dan aktivitas seamkin bertambah.

Makanan bayi dan anak harus memenuhi syarat-syarat :

a. Dapat memenuhi kebutuhan zat gizi secara adekuat, tidak

berlebihan dan tida kekurangan.

b. Mudah diterima dan dicerna.

Page 28: 88349517 Laporan PBL II

28

c. Jenis makanan dan cara pemberian makanan disesuaikan dengan

usia dan kebiasaan makanan yang sehat.

d. Terjamin kebersihannya dan bebas dari sumber penyakit.

e. Susunan menu seimbang (10-15% protein, 23-35% lemak dan 50-

65% karbohidrat)

Pemberian MP-ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan:

(Notoatmodjo, 2003):

a. Bayi lebih sering menderita diare

b. Bayi lebih sering menderita alergi terhadap zat makan tertentu

c. Terjadi malnutrisi

d. Produk ASI menurun

C. Kesehatan Lingkungan

1. Pengertian Kesehatan Lingkungan

Ilmu kesehatan lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari

hubungan timbal ballik antara faktor kesehatan dan faktor lingkungan.

Untuk dapat mempelajari ilmu kesehatan lingkungan, diperlukan

beberapa pengertian termasuk pengertian dari ekologi, ekosistem,

pencemaran lingkungan, AMDAL, dan dasar-dasar pengelolaan

lingkungan. Kesehatan menyangkut semua segi kehidupan yang

lingkup jangkauannya sangat luas. Salah satu parameter untuk

mengetahui status kesehatan dari suatu daerah adalah angka

kesakitan, yang menunjukkan ratio penyakit di masyarakat. Dalam hal

Page 29: 88349517 Laporan PBL II

29

ini termasuk usaha-usaha peningkatan (promotif), pencegahan

(preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang

bersifat menyeluruh terpadu, dan berkesinambungan.

Banyak faktor yang mempengaruhi usaha kesehatan tersebut di

atas berupa faktor lingkungan fisik/kimia, lingkungan biologik ataupun

lingkungan sosial ekonomi budaya yang bersifat dinamis dan kompleks.

Faktor tersebut dapat mempengaruhi kondisi fisiologis dari manusia

dan dapat menimbulkan penyakit. Akibat ekspansi dan ulah manusia

yang tidak bertanggung jawab dan dapat menyebabkan timbulnya

suatu ketimpangan ekologis, sehingga dapat menimbulkan pencemaran

lingkungan dan akhirnya dapat menimbulkan gangguan fisiologis dan

psikologis pada manusia. (Mukono, 1999)

2. Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya, adalah kondisi atau

keadaan lingkungan yang optimum, sehingga berpengaruh positif

terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup

kesehatan lingkungan tersebut, antara lain mencakup : perumahan, dan

pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,

pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan

ternak (kandang), dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan

usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki

atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia. Agar merupakan

Page 30: 88349517 Laporan PBL II

30

media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi

manusia yang hidup didalamnya.

Mengingat bahwa masalah kesehatan lingkungan di negara-negara

yang sedang berkembang adalah berkisar pada sanitasi (jamban),

penyediaan air minum, perumahan (housing), pembuangan sampah,

dan pembuangan air limbah (air kotor), maka hanya akan dibahas

kelima masalah tersebut. (Notoatmodjo, 2003)

3. Penyediaan Air Bersih (PAB)

a. Pengertian Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-

hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat

diminum setelah dimasak (Permenkes RI No.416 / Menkes / Per /

IX / 1990).

Manusia tidak dapat hidup tanpa air. Air bagi manusia adalah

kebutuhan yang sangat mutlak, karena air adalah zat pembentuk

tubuh manusia yang terbesar, yaitu mencapai 75 % dari bagian

tubuh manusia tanpa jaringan lemak.

Persediaaan air untuk keperluan rumah tangga harus cukup,

baik kualitas maupun kuantitasnya. Air untuk keperluan rumah

tangga harus memenuhi 2 syarat utama, yaitu :

Page 31: 88349517 Laporan PBL II

31

1) Syarat Kuantitas

Syarat kuantitas, yaitu di daerah pedesaan untuk hidup

secara sehat cukup dengan memperoleh 60 / liter / hari / orang,

sedangkan daerah perkotaan 100-150 / liter / hari / orang.

2) Syarat Kualitas

Air rumah tangga harus memenuhi 3 syarat, yaitu :

a) Syarat fisik, yaitu air harus jernih, tidak berbau, tidak

berasa, dan tidak berwarna.

b) Syarat Kimiawi, yaitu air tidak mengandung zat racun

(toksin), tidak mengandung mineral-mineral, dan zat

organik yang lebih tinggi dari jumlah yang di tentukan.

Misalnya zat besi (Fe) tidak boleh lebih dari 0,10 mg per

liter, sulfat tidak boleh lebih dari 250,00 mg per liter, timah

hitam tidak boleh lebih dari 0,05 mg per liter, zat organik

tidak boleh lebih dari 10,00 mg per liter. PH (keasaman)

antara 6-8, kesadahan antara 5-10 derajat Jerman (1

derajat Jerman = 10 mg CaO per liter).

c) Syarat Bakteriologis, yaitu air tidak boleh mengandung

kuman penyakit menular, antarenteria bacillaris dan lain

Cholera dan Paracholera Eltor ; Typhus abdominalis dan

Paratyphus A, B, dan C; Dysenteria amoebica; Hepatitis

infectiosa; Poliomyelitis anterioracuta; dan cacing. Untuk

kepentingan air minum, hendaknya air dimasak sampai

Page 32: 88349517 Laporan PBL II

32

mendidih, agar semua bakteri parasit mati. (Notoatmodjo,

2003)

b. Sumber dan Karakter Air Bersih

1) Sumber Air

a) Air Hujan

Air hujan adalah uap air yang sudah terkondensasi dan

jatuh ke bumi, selain berupa zat cair, air hujan dapat jatuh

ke bumi sebagai zat padat (es/salju).

b) Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang tergenang/mengalir di

atas permukaan tanah dan umumnya merupakan air yang

kurang baik untuk langsung dikonsumsi manusia harus

melalui pengolahan terlebih dahulu.

c) Air Tanah

Air tanah adalah air yang tersimpan/terangkap dalam

lapisan tanah yang mengalami pengisian/penambahan

secara terus-menerus oleh alam.

Air tanah juga merupakan air hujan atau air permukaan

yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk

lapisan air tanah yang disebut aqiuifer. (Waryati, 2006)

2) Sumber Air Bersih

Berbagai sumber air bersih dapat digunakan untuk

kepentingan aktivitas dengan ketentuan harus memenuhi

Page 33: 88349517 Laporan PBL II

33

syarat yang sesuai dari segi konstruksi sarana pengolahan,

pemeliharaan, dan pengawasan kualitasnya. Urutan sumber-

sumber air bersih berdasarkan kemudahan pengolahan dapat

berasal dari :

a) Perusahaan Air Minum (PAM)

b) Air tanah (sumur pompa, sumur bor, dan artesis)

c) Air hujan

3) Karakterisitik Sumber Air

a) Perusahaan Air Minum (PAM), dari segi kualitas relatif

sudah memenuhi syarat (fisik, kimia, dan bakteriologis).

b) Air tanah, mutu air sangat dipengaruhi keadaan geologis

setempat.

c) Air hujan, biasanya bersifat asam, CO2 bebas tinggi,

mineral rendah, kesadahan rendah.

(Daud. A & Rosman, 2003)

4. Pengolahan Air Minum

Air minum harus steril (steril = tidak mengandung hama penyakit

apapun). Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah

pedesaan khususnya tidak terlindung sehingga air tersebut tidak atau

kurang memenuhi persyaratan kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan

terlebih dahulu. 

Pengolahan air untuk diminum dapat dikerjakan dengan 2 cara

berikut :

Page 34: 88349517 Laporan PBL II

34

a. Menggodok atau mendidihkan air, sehingga semua kuman¬kuman

mati. Cara ini membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat

dilakukan secara besar-besaran

b. Dengan menggunakan zat-zat kimia seperti gas chloor, kaporit, dan

lain-lain. Cara ini dapat dilakukan secara besar¬besaran, cepat dan

murah.

Ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain sebagai

berikut: 

a. Pengolahan Secara Alamiah 

Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan dari air

yang diperoleh dari berbagai macam sumber, seperti air danau, air

sungai, air sumur dan sebagainya. Di dalam penyimpanan ini air

dibiarkan untuk beberapa jam di  tempatnya. Kemudian akan terjadi

koagulasi dari zat-zat yang terdapat didalam air dan akhirnya

terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih karena partikel-partikel

yang ada dalam air akan ikut mengendap. 

b. Pengolahan Air dengan Menyaring 

Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan

kerikil, ijuk dan pasir. Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi

dilakukan oleh PAM (Perusahaan Air Minum) yang hasilnya dapat

dikonsumsi umum. 

Page 35: 88349517 Laporan PBL II

35

c. Pengolahan Air dengan Menambahkan Zat Kimia 

Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2 macam yakni zat

kimia yang berfungsi untuk koagulasi dan akhirnya mempercepat

pengendapan (misalnya tawas). Zat kimia yang kedua adalah

berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang

ada didalam air, misalnya klor (Cl). 

d. Pengolahan Air dengan Mengalirkan Udara 

Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau

yang tidak enak, menghilangkan gas-gas yang tak diperlukan,

misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman air. 

e. Pengolahan Air dengan Memanaskan Sampai Mendidih 

Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat pada

air. Pengolahan semacam ini lebih tepat hanya untuk konsumsi

kecil misalnya untuk kebutuhan rumah tangga. Dilihat dari

konsumennya, pengolahan air pada prinsipnya dapat digolongkan

menjadi 2 yakni :

1) Pengolahan Air Minum untuk Umum

2) Penampungan Air Hujan.

Air hujan dapat ditampung didalam suatu dam (danau

buatan) yang dibangun berdasarkan partisipasi masyarakat

setempat. Semua air hujan dialirkan ke danau tersebut melalui

alur-alur air. Kemudian disekitar danau tersebut dibuat sumur

pompa atau sumur gali untuk umum. Air hujan juga dapat

Page 36: 88349517 Laporan PBL II

36

ditampung dengan bak-bak ferosemen dan disekitarnya

dibangun atap-atap untuk mengumpulkan air hujan. Di sekitar

bak tersebut dibuat saluran-saluran keluar untuk pengambilan

air untuk umum. Air hujan baik yang berasal dari sumur (danau)

dan bak penampungan tersebut secara bakteriologik belum

terjamin untuk itu maka kewajiban keluarga-keluarga untuk

memasaknya sendiri misalnya dengan merebus air tersebut.

f. Pengolahan Air Sungai 

Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampung I melalui

saringan kasar yang dapat memisahkan benda-benda padat dalam

partikel besar. Bak penampung I tadi diberi saringan yang terdiri

dari ijuk, pasir, kerikil dan sebagainya. Kemudian air dialirkan ke

bak penampung II. Disini dibubuhkan tawas dan chlor. Dari sini

baru dialirkan ke penduduk atau diambil penduduk sendiri langsung

ke tempat itu. Agar bebas dari bakteri bila air akan diminum masih

memerlukan direbus terlebih dahulu. 

g. Pengolahan Mata Air 

Mata air yang secara alamiah timbul di desa-desa perlu dikelola

dengan melindungi sumber mata air tersebut agar tidak tercemar

oleh kotoran. Dari sini air tersebut dapat dialirkan ke rumah-rumah

penduduk melalui pipa-pipa bambu atau penduduk dapat langsung

mengambilnya sendiri ke sumber yang sudah terlindungi tersebut.

Page 37: 88349517 Laporan PBL II

37

h. Pengolahan Air Untuk Rumah Tangga 

Air sumur pompa terutama air sumur pompa dalam sudah

cukup memenuhi persyaratan kesehatan. Tetapi sumur pompa ini

di daerah pedesaan masih mahal, disamping itu teknologi masih

dianggap tinggi untuk masyarakat pedesaan. Yang lebih umum di

daerah pedesaan adalah sumur gali. 

Agar air sumur pompa gali ini tidak tercemar oleh kotoran di

sekitarnya, perlu adanya syarat-syarat sebagai berikut:

1) Harus ada bibir sumur agar bila musim huujan tiba, air tanah

tidak akan masuk ke dalamnya.

2) Pada bagian atas kurang lebih 3 m dari ppermukaan tanah

harus ditembok, agar air dari atas tidak dapat mengotori air

sumur.

3) Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bbawah sumur tersebut

untuk mengurangi kekeruhan.

4) Sebagai pengganti kerikil, ke dalam sumur ini dapat

dimasukkan suatu zat yang dapat membentuk endapan,

misalnya aluminium sulfat (tawas).

5) Membersihkan air sumur yang keruh ini dapat dilakukan

dengan menyaringnya dengan saringan yang dapat dibuat

sendiri dari kaleng bekas.

Page 38: 88349517 Laporan PBL II

38

i. Air Hujan

Kebutuhan rumah tangga akan air dapat pula dilakukan melalui

penampungan air hujan. Tiap-tiap keluarga dapat melakukan

penampungan air hujan dari atapnya masing¬masing melalui aliran

talang. Pada musim hujan hal ini tidak menjadi masalah tetapi pada

musim kemarau mungkin menjadi masalah. Untuk mengatasi

keluarga memerlukan tempat penampungan air hujan yang lebih

besar agar mempunyai tandon untuk musim kemarau.

(http://www.smallcrab.com/makanan-dan-gizi/609-penyediaan-air-

bersih-dan-sehat)

5. Teknik Penyaringan Air

Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan

untuk mendapatkan air bersih, dan cara yang paling mudah dan paling

umum digunakan adalah dengan membuat saringan air, dan bagi kita

mungkin yang paling tepat adalah membuat penjernih air atau saringan

air sederhana. Perlu diperhatikan, bahwa air bersih yang dihasilkan dari

proses penyaringan air secara sederhana tersebut tidak dapat

menghilangkan sepenuhnya garam yang terlarut di dalam air.

Gunakan destilasi sederhana untuk menghasilkan air yang tidak

mengandung garam. Saran saya, sebelum anda membeli alat / mesin

penjernih air yang harganya ratusan ribu sampai jutaan rupiah, anda

mencoba terlebih dahulu beberapa alternatif cara sederhana dan

Page 39: 88349517 Laporan PBL II

39

mudah guna mendapatkan air bersih dengan cara mempergunakan

filter air / penyaringan air :

a. Saringan Kain Katun

Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun

merupakan teknik penyaringan yang paling sederhana / mudah. Air

keruh disaring dengan menggunakan kain katun yang bersih.

Saringan ini dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme

kecil yang ada dalam air keruh. Air hasil saringan tergantung pada

ketebalan dan kerapatan kain yang digunakan.

 

b. Saringan Kapas

Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik

dari teknik sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain

katun, penyaringan dengan kapas juga dapat membersihkan air

dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh. Hasil

saringan juga tergantung pada ketebalan dan kerapatan kapas

yang digunakan.

Page 40: 88349517 Laporan PBL II

40

 

 

 

c. Aerasi

Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan

oksigen ke dalam air. Dengan diisikannya oksigen ke dalam air

maka zat-zat seperti karbon dioksida serta hidrogen sulfida dan

metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat dikurangi

atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral yang terlarut dalam air

seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan

membentuk lapisan endapan yang nantinya dapat dihilangkan

melalui proses sedimentasi atau filtrasi.

 

Page 41: 88349517 Laporan PBL II

41

d. Saringan Pasir Lambat (SPL)

Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat

dengan menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil

pada bagian bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring

air baku melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian

melewati lapisan kerikil.

 

e. Saringan Pasir Cepat (SPC)

Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat,

terdiri atas lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian

bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila dibandingkan

dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow).

Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati

lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan

pasir.

 

Page 42: 88349517 Laporan PBL II

42

f. Gravity-Fed Filtering System

Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari

Saringan Pasir Cepat(SPC) dan Saringan Pasir Lambat(SPL). Air

bersih dihasilkan melalui dua tahap. Pertama-tama air disaring

menggunakan Saringan Pasir Cepat(SPC). Air hasil penyaringan

tersebut dan kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan

Saringan Pasir Lambat. Dengan dua kali penyaringan tersebut

diharapkan kualitas air bersih yang dihasilkan tersebut dapat lebih

baik. Untuk mengantisipasi debit air hasil penyaringan yang keluar

dari Saringan Pasir Cepat, dapat digunakan beberapa / multi

Saringan Pasir Lambat.

 

 

 

Page 43: 88349517 Laporan PBL II

43

g. Saringan Arang

Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir arang

dengan tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini

sangat efektif dalam menghilangkan bau dan rasa yang ada pada

air baku. Arang yang digunakan dapat berupa arang kayu atau

arang batok kelapa. Untuk hasil yang lebih baik dapat digunakan

arang aktif. Untuk lebih jelasnya dapat lihat bentuk saringan arang

yang direkomendasikan UNICEF pada gambar di bawah ini.

 

h. Saringan air sederhana / tradisional

Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari

saringan pasir arang dan saringan pasir lambat. Pada saringan

tradisional ini selain menggunakan pasir, kerikil, batu dan arang

Page 44: 88349517 Laporan PBL II

44

juga ditambah satu buah lapisan injuk / ijuk yang berasal dari sabut

kelapa.

 

i. Saringan Keramik

Saringan keramik dapat disimpan dalam jangka waktu yang

lama sehingga dapat dipersiapkan dan digunakan untuk keadaan

darurat. Air bersih didapatkan dengan jalan penyaringan melalui

elemen filter keramik. Beberapa filter kramik menggunakan

campuran perak yang berfungsi sebagai disinfektan dan

membunuh bakteri. Ketika proses penyaringan, kotoran yang ada

dalam air baku akan tertahan dan lama kelamaan akan menumpuk

dan menyumbat permukaan filter. Sehingga untuk mencegah

penyumbatan yang terlalu sering maka air baku yang dimasukkan

jangan terlalu keruh atau kotor. Untuk perawatan saringn keramik

ini dapat dilakukan dengan cara menyikat filter keramik tersebut

pada air yang mengalir.

 

Page 45: 88349517 Laporan PBL II

45

j. Saringan Cadas / Jempeng / Lumpang Batu

Saringan cadas atau jempeng ini mirip dengan saringan

keramik. Air disaring dengan menggunakan pori-pori dari batu

cadas. Saringan ini umum digunakan oleh masyarakat desa

Kerobokan, Bali. Saringan tersebut digunakan untuk menyaring air

yang berasal dari sumur gali ataupun dari saluran irigasi sawah.

Seperti halnya saringan keramik, kecepatan air hasil saringan dari

jempeng relatif rendah bila dibandingkan dengan SPL terlebih lagi

SPC.

 

Page 46: 88349517 Laporan PBL II

46

k. Saringan Tanah Liat.

Kendi atau belanga dari tanah liat yang dibakar terlebih dahulu

dibentuk khusus pada bagian bawahnya agar air bersih dapat

keluar dari pori-pori pada bagian dasarnya. 

(http://www.aimyaya.com)

D. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Upaya-upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

sudah dilakukan dalam rangka perubahan perilaku masyarakat menuju

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas

dasar kesadaran sebagai hasil dari pembelajaran yang menjadikan

seseorang dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan

berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Atau

upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu

kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan

membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan

edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui

pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan

pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk

membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri,

dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup

Page 47: 88349517 Laporan PBL II

47

sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Bidang PHBS yaitu :

a. Bidang kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan air

bersih yang mengalir dan sabun, mandi minimal 2x/hari, dll.

b. Bidang Gizi, seperti makan buah dan sayur tiap hari,

mengkonsumsi garam beryodium, menimbang berat badan(BB)

dan tinggi badan (TB) setiap bulan, dll.

c. Bidang Kesling, seperti membuang sampah pada tempatnya,

menggunakan jamban, memberantas jentik, dll. (Depkes RI, 2008)

Menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada

setiap orang bukanlah hal yang mudah, akan tetapi memerlukan proses

yang panjang. Setiap orang hidup dalam tatanannya dan saling

mempengaruhi serta berinteraksi antar pribadi dalam tatanan tersebut.

Memantau, menilai, dan mengukur tingkat kemajuan tatanan adalah

lebih mudah dibandingkan dengan perorangan. Oleh karena itu,

pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dilakukan melalui

pendekatan tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, sekolah, tempat-

tempat umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan. (Depkes RI, 2008)

2. PHBS di Rumah Tangga

Adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar

tahu, mau dan mampu mempraktikkan hidup bersih dan sehat, serta

berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Syarat rumah

tangga sehat yaitu : (Depkes RI, 2008)

Page 48: 88349517 Laporan PBL II

48

a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan)

b. Memberi bayi ASI eksklusif

c. Menimbang bayi dan balita setiap bulan

d. Menggunakan air bersih

e. Mencuci tangan dgn air bersih, mengalir, dan sabun

f. Menggunakan jamban

g. Memberantas jentik di rumah

h. Makan sayur dan buah setiap hari

i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

j. Tidak merokok di dalam rumah

Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga

yaitu : Pasangan Usia Subur, ibu Hamil dan menyusui, anak dan

remaja, usia lanjut, dan pengasuh anak. (Depkes RI, 2008)

Manfaat PHBS di Rumah Tangga

Anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit

Mampu mengupayakan lingkungan sehat

Peningkatan kinerja dan citra Alokasi biaya penanganan masalah kesehatan dapat di alihkan untuk pengembangan lingkungan sehat & penyedian sarana kesehatan merat bermutu & dan terjangkau

Anak tumbuh sehat & cerdas

Mampu mencegah & menanggulangi masalah kesehatan

Menjadi pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pengembangan PHBS di rumah tangga

Page 49: 88349517 Laporan PBL II

49

Produktivitas anggota keluarga meningkat

Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada

 

Pengeluaran biaya dapat di alokasikan untuk pemenuhan gizi keluarga, pendidikan & modal usaha untuk peningkatan pendapatan

Mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat seperti Posyandu, JPKM, tabungan bersalin, arisan jamban, kelompok pemakai air, ambulan desa

 

Sumber : Depkes RI, 2008

3. PHBS di Sekolah

Merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit

yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 10 tahun), yang ternyata

umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan

sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan

masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil

pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,

meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan

lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui

pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah. Manfaat PHBS di sekolah di

antaranya : (Depkes RI, 2008)

a. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik,

guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai

gangguan dan ancaman penyakit

b. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak

pada prestasi belajar peserta didik

Page 50: 88349517 Laporan PBL II

50

c. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat

sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat)

d. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan

e. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain

Sedangkan syarat-syarat sekolah ber-PHBS yaitu :

1) Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun

2) Jajan di kantin sekolah yang sehat

3) Membuang sampah pada tempatnya

4) Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah

5) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap

bulan

6) Tidak merokok di sekolah

7) Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin

8) Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah (Depkes

RI, 2008).

4. Perilaku Mencuci Tangan

Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan

membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air

ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi

bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan

lainnya. Perilaku mencuci tangan berbeda dengan perilaku cuci

tangan yang merujuk pada kata kiasan.

Page 51: 88349517 Laporan PBL II

51

Mencuci tangan baru dikenal pada akhir abad ke 19 dengan tujuan

menjadi sehat saat perilaku dan pelayanan jasa sanitasi menjadi

penyebab penurunan tajam angka kematian dari penyakit menular yang

terdapat pada negara-negara kaya (maju). Perilaku ini diperkenalkan

bersamaan dengan ini isolasi dan pemberlakuan teknik membuang

kotoran yang aman dan penyediaan air bersih dalam jumlah yang

mencukupi.

Cuci tangan merupakan salah satu tindakan yang mudah dan

murah untuk mencegah penyebaran penyakit, virus dan kuman.

Tangan menjadi jembatan bagi bakteri untuk masuk ke dalam tubuh

kita. Agar memperoleh hasil yang maksimal, sebaiknya mengetahui

bagaimana cara mencuci tangan yang benar. Saat ini cuci tangan

sebaiknya sudah menjadi menjadi gaya hidup, satu hal yang terlihat

sepele tetapi sangat berpengaruh terhadap kesehatan, dikarenakan

berbagai penyakit dapat dengan mudahnya masuk kedalam tubuh kita

lewat tangan kita yang tercemar kuman, virus dan penyakit, hal itu bisa

terjadi ketika kita memegang handel pintu, memegang uang, tombol lift,

bersalaman dan lain-lain. Mencuci tangan dengan sabun sudah terbukti

manfaatnya dengan mencuci tangan dengan benar kuman sebagai

sumber penyakit dapat mati. 12 langkah langkah utama membersihkan

tangan dengan sabun dan air :

Page 52: 88349517 Laporan PBL II

52

1. Basuh tangan dengan air

2. Gunakan sabun.

3. Ratakan dengan kedua telapak tangan

4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan

kanan dan sebaliknya

5. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari

6. Jari-jari dalam dari kedua tangan dan saling mengunci

Page 53: 88349517 Laporan PBL II

53

7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan

dan lakukan sebaliknya

8. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di

telapak tangan kiri dan sebaliknya

9. Bilas kedua tangan dengan air.

10. Keringkan dengan handuk/tisue sekali pakai sampai benar-

benar kering

11. Gunakan handuk/tisue tersebut untuk menutup kran dan tangan

Anda kini sudah aman

(http://www.ygdi.org)

E. Promosi Kesehatan

1. Pengertian Promosi Kesehatan

Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan

pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini,

seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE

(Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan

kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak

bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian

dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata,

akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam

rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi

kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan

Page 54: 88349517 Laporan PBL II

54

masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik,

mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan

aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi

lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah

program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa

perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun

dalam organisasi dan lingkungannya.

Menurut Green (cit, Notoatmodjo, 2005), promosi kesehatan adalah

segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang

terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk

memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga

faktor utama, yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi

pengetahuan dan sikap seseorang.

b. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana,

prasarana, dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan

perilaku.

c. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi

seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat,

undang-undang, peraturan-peraturan, surat keputusan.

Page 55: 88349517 Laporan PBL II

55

2. Penyuluhan

Salah satu kegiatan promosi kesehatan adalah pemberian

informasi atau pesan kesehatan berupa kesehatan untuk memberikan

atau meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan agar

memudahkan terjadinya perilaku sehat (Notoatmodjo, 2005).

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan

kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi

dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik

secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan

kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau

mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat (Muninjaya, 2004).

Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal

yang baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk

melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan

juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada

masyarakat, memberi pengetahuan, informasi-informasi, dan

kemampuan-kemampuan baru, agar dapat membentuk sikap dan

berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya. Pada hakekatnya

penyuluhan merupakan suatu kegiatan nonformal dalam rangka

mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang

dicita-citakan (Zulkarimein, 1989).

Page 56: 88349517 Laporan PBL II

56

a. Langkah-langkah Penyuluhan

Untuk melaksanakan program penyuluhan harus membuat

perencanaan penyuluhan terlebih dahulu. Suatu perencanaan yang

baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Dapat dilaksanakan terus menerus.

2) Berorientasi ke masa depan.

3) Dapat menyelesaikan suatu masalah.

4) Mempunyai tujuan.

Menurut Herijulianti (2002) langkah-langkah yang perlu

dilakukan dalam menyusun perencanaan penyuluhan adalah :

1) Analisis Situasi.

Analisis situasi merupakan suatu kegiatan dalam

mengumpulkan data tentang keadaan wilayah, masalah-

masalah sehingga diperoleh informasi yang akurat tentang

masalah yang dihadapi.

2) Penentuan Prioritas Masalah

Mengurutkan masalah dari masalah yang dianggap paling

penting sampai dengan urutan yang kurang penting. Ini dapat

dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, antara lain

dengan cara pembobotan.

3) Penentuan Tujuan

Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku anak dari

perilaku yang tidak sehat ke arah perilaku sehat.

Page 57: 88349517 Laporan PBL II

57

4) Penentuan Sasaran

Sasaran untuk penyuluhan dapat dibedakan menjadi :

a) Masyarakat umum

b) Masyarakat sekolah, sebagai masyarakat yang mudah

dicapai

c) Kelompok masyarakat tertentu, misalnya kader kesehatan

yang membantu menggerakkan dan menyebarkan

informasi.

5) Penentuan Pesan

Pesan merupakan informasi yang akan disampaikan

kepada sasaran. Pesan yang disampaikan harus disesuaikan

dengan sasaran yang akan diberikan penyuluhan.

6) Penentuan Metode

Pemilihan metode biasanya mengacu pada penentuan

tujuan yang ingin dicapai, apakah pengubahan pada tingkat

kognitif, afektif atau psikomotor (contoh : untuk mengubah

kognitif/pengetahuan dapat memilih dengan menggunakan

metode ceramah ataupun diskusi).

7) Penentuan Media

Dalam menyampaikan penyuluhan digunakan media dan

alat bantu peraga. Pemilihan media dan metode yang tepat

serta didukung oleh kemampuan dari tenaga penyuluh

Page 58: 88349517 Laporan PBL II

58

merupakan suatu hal untuk mempermudah proses belajar

mengajar.

8) Penentuan Rencana Penilaian

Penilaian yang dilakukan meliputi : penentuan tujuan

penilaian, penentuan tolak ukur yang akan digunakan untuk

penilaian.

9) Penyusunan Jadwal Kegiatan

Rencana kegiatan dibuat dalam satu kurun waktu dan

terjadwal yang disesuaikan dengan sasaran, tujuan, materi,

media, alat peraga, petugas penyuluh, waktu dan rencana

penilaian.

b. Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.

Semua metode akan baik bila digunakan secara tepat yaitu sesuai

dengan kebutuhan (Notoatmodjo, 2007). Pada garis besarnya

hanya ada dua jenis metode dalam penyuluhan, yaitu :

1) Metode One Way Methode

Menitikberatkan pendidik yang aktif, sedangkan pihak

sasaran tidak diberi kesempatan untuk aktif. Yang termasuk

metode ini adalah : metode ceramah, siaran melalui radio,

pemutaran film, penyebaran selebaran, pameran.

Page 59: 88349517 Laporan PBL II

59

2) Metode Two Way Methode

Pada metode ini terjadi komunikasi dua arah antara

pendidik dan sasaran. Yang termasuk dalam metode ini adalah

wawancara, demonstrasi, sandiwara, simulasi, curah pendapat,

permainan peran (role playing) dan tanya jawab.

Berdasarkan jumlah sasaran, metode yang dapat

digunakan antara lain :

a) Kelompok Besar (lebih dari 15 orang), metode yang baik

untuk kelompok besar ini antara lain adalah ceramah,

demonstrasi dan seminar.

b) Kelompok Kecil (kurang dari 15 orang), metode yang baik

untuk kelompok ini antara lain : diskusi kelompok, curah

pendapat (brain storming), memainkan peran (roleplay).

Adapun metode penyuluhan yang digunakan adalah

metode ceramah, demonstrasi dan praktik.

a) Ceramah

Ceramah merupakan suatu cara dalam menerangkan

dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara

lisan kepada sekelompok sasaran disertai tanya jawab

sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. Ciri-ciri

metode ceramah : ada sekelompok sasaran yang telah

dipersiapkan sebelumnya, ada ide, pengertian dan pesan

tentang kesehatan yang akan disampaikan, tidak adanya

Page 60: 88349517 Laporan PBL II

60

kesempatan bertanya bagi sasaran, bila ada jumlahnya

sangat dibatasi dan menggunakan alat peraga untuk

mempermudah pengertian.

Keuntungan metode ceramah : murah dan mudah

menggunakannya, waktu yang diperlukan dapat

dikendalikan oleh penyuluh, dapat diterima oleh sasaran

yang tidak dapat membaca dan menulis, penyuluh dapat

menjelaskan dengan menekankan bagian yang penting.

Kerugian metode ceramah : tidak dapat memberikan

kesempatan kepada sasaran untuk berpartisipasi secara

pro aktif (sasaran bersifat pasif), cepat membosankan jika

ceramah yang disampaikan kurang menarik sasaran, pesan

yang disampaikan mudah untuk dilupakan oleh sasaran,

sering menimbulkan pengertian lain apabila sasaran kurang

memperhatikan.

b) Demonstrasi

Demonstrasi adalah suatu cara untuk menujukkan

pengertian, ide, dan prosedur tentang sesuatu hal yang

telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan

bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan

dengan menggunakan alat peraga. Metode ini

dipergunakan pada kelompok yang tidak terlalu besar

jumlahnya.

Page 61: 88349517 Laporan PBL II

61

Ciri-ciri demonstrasi : memperlihatkan pada kelompok

bagaimana prosedur untuk membuat sesuatu, dapat

meyakinkan peserta bahwa mereka dapat melakukannya

dan dapat meningkatkan minat sasaran untuk belajar.

Keuntungan demonstrasi : kegiatan ini dapat memberikan

suatu keterampilan tertentu kepada kelompok sasaran,

dapat memudahkan berbagai jenis penjelasan karena

penggunaan bahasa yang lebih terbatas, membantu

sasaran untuk memahami dengan jelas jalannya suatu

proses prosedur yang dilakukan. Kerugian demonstrasi :

tidak dapat dilihat oleh sasaran apabila alat yang digunakan

terlalu kecil atau penempatannya kurang pada tempatnya,

uraian atau penjelasan yang disampaikan kurang jelas,

waktu yang disediakan terbatas sehingga sasaran tidak

dapat diikutsertakan (Taufik, 2007).

c) Praktik

Praktik adalah cara untuk melihat tindakan yang

dilakukan seseorang apakah sudah sesuai dengan yang

diinstruksikan.

c. Alat Bantu Penyuluhan

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau perlengkapan yang

diperlukan penyuluh guna memperlancar kegiatan penyuluhan. Alat

bantu lebih sering disebut alat peraga yang merupakan alat atau

Page 62: 88349517 Laporan PBL II

62

benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh

indera manusia yang berfungsi sebagai alat untuk memperagakan

dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan oleh

penyuluh guna membantu proses belajar mengajar, agar materi

lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran. Pada garis

besarnya hanya ada tiga macam alat bantu, yaitu sebagai berikut :

1) Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu

menstimulasi indera mata (penglihatan pada waktu terjadinya

proses pendidikan). Alat ini ada dua bentuk, yaitu alat yang

diproyeksikan (slide, film, dan film strip) dan alat-alat yang tidak

diproyeksikan.

2) Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu

untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu proses

penyampaian dalam pendidikan, misalnya piringan hitam, radio,

pita suara, dan sebagainya.

3) Alat bantu lihat/dengar (audio-visual aids) seperti televisi dan

video cassete. Alat bantu ini disusun berdasarkan prinsip

bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima

atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera

yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin

banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang

diperoleh. Elgar dale (cit, Notoatmodjo, 2005), membagi alat

bantu alat peraga tersebut atas sebelas macam dan

Page 63: 88349517 Laporan PBL II

63

menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam

sebuah kerucut. Secara berurutan dari intensitas yang paling

kecil sampai yang paling besar alat tersebut adalah sebagai

berikut : 1). Kata-kata; 2). Tulisan; 3). Rekaman; 4). Film; 5).

Televisi; 6). Pameran; 7). Fieldtrip; 8). Demonstrasi; 9).

Sandiwara; 10). Benda Tiruan; 11). Benda Asli. Alat bantu

dalam melakukan penyuluhan sangat membantu agar pesan-

pesan dapat disampaikan lebih jelas dan tepat.

Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat

dibedakan menurut pembuatan dan penggunaannya :

a) Alat peraga yang rumit (complicated) seperti film, film strip,

slide, dan sebagainya yang menggunakan listrik dan

proyektor.

b) Alat peraga sederhana seperti leaflet, model buku

bergambar, benda-benda yang nyata seperti buah-buahan

dan sebagainya. Selain itu juga poster, spanduk, leaflet,

flanel graph, boneka wayang dan sebagainya.

d. Media Penyuluhan

Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk

menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh

penyuluh, baik melalui media cetak, elektronik dan media luar

ruang sehingga sasaran mendapat pengetahuan yang akhirnya

Page 64: 88349517 Laporan PBL II

64

diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap

kesehatan. Menurut bentuknya media penyuluhan dibedakan atas :

1) Media visual : media yang sifatnya dapat dilihat (slide,

transparansi).

2) Media audio : media yang sifatnya dapat didengar (radio).

3) Media audiovisual : media yang dapat didengar dan dilihat

(televisi, film).

4) Media tempat memperagakan (papan tulis, papan tempel,

OHP, papan planel).

5) Media pengalaman nyata atau media tiruan (simulasi, benda

nyata).

6) Media cetakan (buku bacaan, leaflet, folder, poster, brosur).

F. Identifikasi Masalah

Perencanaan pada hakikatnya adalah suatu bentuk rancangan

pemecahan masalah. Oleh sebab itu, langkah awal dalam perencanaan

kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan

masyarakat di lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Sumber

masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dari berbagai cara antara

lain : (Notoatmodjo, 2003)

1. Laporan-laporan kegiatan dari program-program kesehatan yang ada.

2. Surveilans epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit.

Page 65: 88349517 Laporan PBL II

65

3. Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan

perencanaan kesehatan.

4. Hasil kunjungan lapangan supervisi dan sebagainya.

Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah

kesehatan, yakni :

1. Pendekatan Logis

Secara logis, identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan

mengukur mortalitas, morbiditas, dan cacat yang timbul dari penyakit-

penyakit yang ada dalam masyarakat.

2. Pendekatan Pragmatis

Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa

tidak aman yang ditimbulkan penyakit/kecelakaan. Dengan demikian

ukuran pragmatis suatu masalah gangguan kesehatan adalah

gambaran upaya masyarakat untuk memperoleh pengobatan, misalnya

jumlah orang yang datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan.

3. Pendekatan Politis

Dalam pendekatan ini, masalah kesehatan diukur atas dasara

pendapat orang-orang penting dalam suatu masyarakat (pemerintah

atau tokoh-tokoh masyarakat). (Azwar, 2003)

Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data

yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan

Page 66: 88349517 Laporan PBL II

66

menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah

kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari

suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu

permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari

pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah

yang sedang diteliti.

FGD adalah suatu metode riset yang oleh Irwanto (2006)

didefinisikan sebagai “suatu proses pengumpulan informasi mengenai

suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi

kelompok” (Irwanto, 2006). Dengan perkataan lain FGD merupakan

proses pengumpulan informasi bukan melalui wawancara, bukan

perorangan, dan bukan diskusi bebas tanpa topik spesifik. Metode FGD

termasuk metode kualitatif.

Seperti metode kualitatif lainnya (direct observation, indepth

interview, dsb) FGD berupaya menjawab jenis-jenis pertanyaan how-

and why, bukan jenis-jenis pertanyaan what-and-how-many yang khas

untuk metode kuantitatif (survei, dsb). FGD dan metode kualitatif

lainnya sebenarnya lebih sesuai dibandingkan metode kuantitatif untuk

suatu studi yang bertujuan “to generate theories and explanations”

(Morgan and Kruger, 1993).

Page 67: 88349517 Laporan PBL II

67

G. Prioritas Masalah

Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar manager kesehatan

sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik ini

dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan penting dalam

penetapan priotitas. Sekali prioritas ditetapkan, langkah berikutnya dapat

dikatakan merupakan gerakan progresif menuju pelaksanaan. Dalam

penentuan priotitas, aspek penilaian dan kebijaksanaan banyak diperlukan

bersama-sama dengan kecakapan unik untuk mensintesis berbagai rincian

yang relavan. Hal ini merupakan bagian dari proses perencanaan yang

biasanya dikatakan paling naluriah. Namun penetapan prioritas mungkin

dapat lebih jauh beramanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain

bila dibuat eksplisit dan menjadi tindakan yang ditentukan secara jelas.

Keterampilan utama yang diperlukan dalam penentuan prioritas adalah

menyeimbangkan variabel-variabel yang memiliki hubungan kuantitatif yang

sangat berbeda dan dalam kenyataannya terletak dalam skala dimensional

yang berbeda pula. Terlalu sering kesalahan timbul akibat memberikan

penekanan terlalu banyak pada satu dimensi (Azwar, 2003).

Seorang ahli epidemiologi cenderung untuk menilai penetapan prioritas

terutama sebagai suatu masalah penentuan mortalitas dan morbiditas

relative dari masalah-masalah kesehatan tertentu. Pendekatan ini dipakai

secara berlebihan dalam virsi pertama “ Metode Amerika Latin” dalam

perencanaan kesehatan ilmuwan sosial, politikus dan masyarakat umum

cenderung memandang penetapan prioritas sebagi suatu tangapan atas

Page 68: 88349517 Laporan PBL II

68

perasaan popular mengenai hal-hal yang penting. Bagi mereka

pertimbangan-perimbangan yang penting adalah : pertama, apa yang

diinginkan masyarakat untuk dilakukan dan yang kedua adalah program

kesehatan yang dapat diterima. Para administrator cenderung mengkaji

prioritas terutama dalam hubungannya dengan metode perencanaan

kesehatan Amerika Latin sebagai ”kerawanan” masalah-masalah

kesehatan tertentu. Perhatiannya ada pada ketersediaan metode teknis

untuk mengendalikan penyakit-penyakit atau kondisi-kondisi yang

memerlukan perhatian. Keterbatasan paling serius di Negara berkembang

yang bahkan mungkin seringkali lebih berat dari pada kerangka kerja

administrative untuk menyediakan pelayanan dan personil yang diperlukan.

Para ekonomi memberi penekanan khusus pada biaya. Hal ini biasanya

merupakan kendala akhir yang menentukan apa yang akan dilakuakan,

ongkos-ongkos relative berbagai program pengendalian harus

diseimbangkan (Azwar, 2003).

Kebijakan penting dalam menyeimbangkan ongkos perencanaan

kesehatan umumnya adalah menyediakan pelayanan kesehatan

masyarakat secara maksimum dari pada memberian pelayanan dengan

mutu tertinggi kepada sekelompok kecil masyarakat perencanaan

kesehatan harus mengembangkan keterampialan dalam semua disiplin

ilmu yang diperlukan agar dapat melakukan pendekatan perencanaan yang

seimbang. Yang terutama diperlukan adalah indeks-indeks tertentu yang

valid di dalam informasi baik kualitatif maupun kuantitatif yang digunakan

Page 69: 88349517 Laporan PBL II

69

dalam penilaian ini. Tanpa mengindahkan semua usaha pada pengukuran

dan pengelompokan khusus, si perencana akhirnnya harus bersandar pada

elemen-elemen kebijaksanaan yang tak pasti berdasarkan pengalaman

atau evaluasi rencana-rencana sebelumnya dalam membuat keputusan

akhir. Untuk dapat menetapkan prioritas masalah ini, ada beberapa hal

yang harus dilakukan, yakni:

1. Melakukan pengumpulan data

Untuk dapat menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu

tersedia data yang cukup. Untuk itu perlulah dilakuakan pengumpulan

data. Data yang perlu dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan

lingkunagan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehhatan termasuk

keadaan geografis, keadaan pemerintahan, kependudukan, pendidikan,

pekerjaan, mata pencaharian, sosial budaya dan kesehatan.

2. Pengolahan data

Apabila data yang telah berhasil dikumpulkan, maka data tersebut

harus diolah, maksudnya adalah menyusun data yang tersedia

sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-

masing data tersebut. Cara pengolahan data yang dikenal ada tiga

macam, secara manual, elerikal dan mekanik.

3. Penyajian data-data yang telah diolah perlu disajikan

4. Ada tiga macam penyajian yang lazim dipergunakan yakni secara

tekstular, tabular dan grafikal (Azwar, 2003)

5. Pemilihan prioritas masalah

Page 70: 88349517 Laporan PBL II

70

Hasil penyajian data akan memunculkan berbagai masalah. Tidak

semua masalah dapat diselesaikan. Karena itu diperlukan pemilihan

prioritas masalah, dalam arti masalah yang paling penting untuk

diselesaikan. Penentuan prioritas masalah kesehatam adalah suatu

proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan

metode tertentu untuk menetukan urutan masalah dari yang paling

penting sampai dengan kurang penting. Penentuan prioritas

memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni specific, jelas ada

kesenjangan yang dinytakan secara kualitatif dan kuantitatif serta

dirumuskan secara sistematis.

Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang

harus diperhatikan, yakni :

1. Besarnya masalah yang terjadi

2. Perimbangan politik

3. Persepsi masyarakat

4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan (Azwar, 2003)

Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara

sederhana dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni :

1. Scoring Technique

Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan

score (nilai) yang berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan.

Parameter yang dimaksud adalah :

a. Besarnya masalah

Page 71: 88349517 Laporan PBL II

71

b. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan.

c. Kenaikan prevalensi masalah.

d. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut.

e. Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut

terselesaikan.

f. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah.

g. Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatasi

masalah. (Azwar, 2003).

Secara terperinci cara-cara tersebut antara lain:

a. Cara Bryant, cara ini telah dipergunakan dibeberapa Negara yaitu

di Afrika dan Thailand. Cara ini menggunakan 4 macam criteria,

yaitu :

1) Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat

mengganggap masalah tersebut penting.

2) Prevalensi, yakni berapa banyak penduduk yang terkena

dampak yang ditimbulkan penyakit tersebut.

3) Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan

penyakit tersebut.

4) Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan

untuk mengatasinya. Menurut cara ini masing-masing criteria

tersebut diberi scoring, kemudian masing-masing skor

dikalikan. Hasil ini dibandingkan antara masalah-masalah yang

Page 72: 88349517 Laporan PBL II

72

dinilai. Masalah dengan skor tertinggi, akan mendapat prioritas

yang tinggi pula.

b. Cara Ekonometrik, cara ini dipergunakan di Amerika Latin. Criteria

yang dipakai adalah :

1) Magnitude (M), yakni criteria yang menunjukkan besarnya

masalah.

2) Importance (I), yakni ditentukan oleh jenis kelompok penduduk

yang terkena masalah.

3) Vulnerability (V), yakni tidak adanya metode atau cara

penanggulangan yang efektif.

4) Cost (C), yakni biaya yang diperlukan untuk penanggulangan

masalah tersebut. Hubungan keempat criteria dalam

menentukan prioritas masalah (P) adalah sebagai berikut :

P = M.I.V

c. Metode Delbeq & Hanlon

1) Metode Delbeq

Proses penentuan criteria diawali engan pembentukan

kelompok yang akan mendiskusikan, merumuskan dan

menetapkan kriteria. Sumber informasi yang dipergunakan

dapat berasal dari :

(a) Pengetahuan dan pengalaman individual para anggota.

(b) Saran dan pendapat narasumber.

(c) Peraturan pemerintah yang relevan (Azwar, 2003).

Page 73: 88349517 Laporan PBL II

73

(d) Hasil perumusan analisa keadaan dan masalah kesehatan.

Langkah selanjutnya adalah menginventarisir criteria dan

menginventalisir serta mengevaluasi kriteria.

2) Metode Hanlon

Dalam metode Hanlon dibagi menjadi 4 kelompok kriteria,

masing-masing adalah :

(a) Kelompok kriteria A = besarnya masalah.

(b) Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalah.

(c) Kelompok kriteria C = kemudahan penanggulangan

masalah.

(d) Kelompok kriteria D = pearl factor, dimana :

P = kesesuaian,

E = secara ekonomi murah,

A = dapat diterima,

R = tersedianya sumber,

L = legalitas terjamin.

2. Non Scoring Technique

Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai

parameter, dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak

tersedia data, maka akan menetapkan prioritas masalah yang lazim

digunakan adalah :

a. Delphin Technique yaitu pentapan prioritas masalah tersebut

dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang sama

Page 74: 88349517 Laporan PBL II

74

keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui

pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya

dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok,

masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah

yang dicari. (Azwar, 2003).

b. Delbeq Technique yaitu penetapan prioritas masalah dilakukan

melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama

keahliannya. Sehingga diperlukan penjabaran terlebih dahulu untuk

meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa

mempengaruhi peserta. Lalu diminta untuk mengemukakan

beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan adalah

prioritas masalah.

H. Penyebab Masalah

Digunakan untuk mencari penyebab yang paling utama. Untuk

menentukan penyebab masalah ini dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa metode diantaranya yaitu :

a. Metode Tulang Ikan (Fishbone)

Suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara faktor-faktor

penyebab masalah dan akibat yang ditimbulkan. Manfaat dari fishbone

diagram antara lain mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah

serta membangkitkan ide-ide untuk mengatasi permasalahan tersebut

(Subirman, 2008).

Page 75: 88349517 Laporan PBL II

75

Analisa tulang ikan dipakai jika ada perlu untuk mengkategorikan

berbagai sebab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan

dengan cara yang mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu

kita dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses.

Yaitu dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang

berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material, mesin, metode,

waktu/lingkungan (Subirman, 2008).

b. Pohon Masalah

Untuk mengidentifikasikan semua masalah dalam suatu situasi

tertentu dan memperagakan informasi ini sebagai rangkaian hubungan

sebab akibat dilakukan denga teknik pohon masalah.

Pohon masalah adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan

semua masalah dalam suatu situasi tertentu dan memperagakan

informasi ini sebagai rangkaian hubungan sebab akibat. Pohon

masalah dimulai dengan masalah utama. Sebagai hasil analisis situasi

di unit kerja, dianalisis penyebab masalah tersebut dalam forum curah

pendapat. Mulailah dengan rumusan pernyataan masalah yang

dihadapi unit kerja, pikirkan apa akibat yang mungkin timbul dari

masalah tersebut, diskusikan dan tuliskan berbagai alternatif penyebab

masalah tersebut secara bertahap, lukiskan dalam sebuah bagan

pohon.

Pohon masalah dimanfaatkan sebagai analogi/permisalan struktur

dan hubungan antar peristiwa/kejadian, masalah, dan faktor-faktor

Page 76: 88349517 Laporan PBL II

76

terkait yang sudah dirumuskan. Peristiwa/kejadian, masalah, dan/atau

faktor apa (saja) yang menjadi batang tubuh pohon (sebagai

permasalahan inti), menjadi daun/buah (sebagai akibat/dampak yang

ditimbulkan peristiwa/kejadian, masalah, dan faktor lain), atau menjadi

akar (penyebab dasar atas munculnya peristiwa/kejadian, masalah, dan

faktor-faktor terkait).

c. Metode Pendekatan Sistem Normatif Manajemen

Semua proses manajemen/administrasi/apapun aktivitas organisasi

selalu dilihat beberapa sistem yaitu input proses output. Bahkan

dapat melanjutkan ke outcome atau dampak.

I. Program Kesehatan

Perencanaan adalah merupakan inti kegiatan manajemen, karena

semua kegiatan diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan

perencanan itu memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer

untuk menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan

berdaya guna. Banyak batasan perencanaan yang telah dibuat oleh para

ahli.

Dari batasan-batasan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

perencanaan suatu kegiatan atau proses penganalisaan dan pemahaman

sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk

mencapai tujuan-tujuan demi masa depan yang baik. Dar batasan ini dapat

di tarik kesimpulan-kesimpulan antara lain :

Page 77: 88349517 Laporan PBL II

77

1. Perencanaan harus didasarkan kepada analisa dan pemahaman sistem

dengan baik.

2. Perencanaan pada hakekatnya menyusun konsep dan kegiatan yang

akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi.

3. Perencanaan secara implicit mengemban misi organisasi untuk

mencapai hari depan yang lebih baik. (Maidan, 2004).

Secara sederhana dan awam dapat dikatakan bahwa perencanaan

adalah suatu proses yang menghasilkan suatu uarian yang terperinci dan

lengkap tentang suatu program atau kegiatan yang akan dilaksanakan

adalah “Rencana (plan)”. Perencanaan atau rencana itu sendiri banyak

macamnya, antara lain :

1. Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana

1) Rencana jangka panjang (long term planning), yang berlaku antara

10-25 tahun.

2) Rencana jangka menengah (medium range planning), umumnya

hanya berlaku untuk 1 tahun.

2. Dilihat dari tingkatannya

a. Rencana induk (masterplan), lebih menitikberatkan uraian

kebijakan organisasi. Rencana ini mempunyai tujuan jangka

panjang dan mempunyai ruang lingkup yang luas.

b. Rencana operasional (operational planning), lebih menitikberatkan

pada pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan suatu program.

Page 78: 88349517 Laporan PBL II

78

c. Rencana harian (day to dat palnning) ialah rencana harian yang

bersifat rutin.

3. Dilihat dari ruang lingkupnya

a. Rencana strategis (strategic planning), berisikan uraian tentang

kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang

lama. Model rencana ini sulit untuk diubah.

b. Rencana teknis (tactical planning) ialah rencana yang berisi uraian

yang bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-

kegiatannya, asalkan tujuan tidak diubah.

c. Rencana menyeluruh (comprehensive planning) ialah rencana yang

mengandung uraian secara menyeluruh dan lengkap.

d. Rencana terintegrasi (intregrated planning) ialah rencana yang

mengandung uarian yang menyeluruh bersifat terpadu, misalnya

dengan program lain di luar kesehatan.

Meskipun ada berbagai jenis perencanaan berdasarkan aspek-aspek

tersebut diatas, namun prakteknya sulit untuk dipisah-pisahkan seperti

pembagian tersebut. Misalnya berdasarkan tingkatannya suatu rencana

termasuk rencana induk tetapi juga merupakan rencana strategis

berdasarkan ruang lingkupnya dan rencana jangka panjang berdasarkan

jangka waktunya.

Page 79: 88349517 Laporan PBL II

79

J. Proses Perencanaan

Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses, dimulai dari

identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah, perencanaan

pemecahan masalah, implementasi (pelaksanaan pemecahan masalah)

dan evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut akan muncul masalah-masalah

baru kemudian dari masalah-masalah tersebut dipilih prioritas masalah dan

selanjutnya kembali ke siklus semula.

Di bidang kesehatn khususnya, proses perencanaan ini pada umumnya

menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) seperti

bagan Proses Perencanaan. Secara terinci, langkah-langkah perencanaan

kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi Masalah

Perencanaan pada hakekatnya adalah suatu bentuk rancangan

pemecahan masalah. Oleh sebab itu, langkah awal dalam perencanaan

kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan

masyarakat di lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Sumber

masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dari berbagai cara

antara lain :

a. Laporan-laporan kegiatan dari program-program kesehatan yang

ada.

b. Surveilance epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit.

c. Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh

masukan perencanaan kesehatan.

Page 80: 88349517 Laporan PBL II

80

d. Hasil kunjungan lapangan supervisi, dan sebagainya.

Suatu rencana yang baik haruslah mengandung uraian tentang

asumsi perencanaan (planning assumption). Maksudnya adalah

mengetahui dengan jelas berbagai faktor penopang dan ataupun

penghambat yang diperkirakan akan dihadapi apabila rencana tersebut

dilaksanakan. Pengetahuan tentang berbagai faktor penopang dan

ataupun penghambat ini, dalam pekerjaan administrasi dipandang

cukup penting. Dengan diketahuinya berbagai faktor penopang serta

penghambat tersebut akan dapat dilakukan berbagai persiapan,

sedemikian rupa sehingga pelaksanaan rencana akan dapat lebih

lancar. Untuk dapat mengetahui secara lengkap berbagai faktor

penopang serta penghambat, perlu dilakukan kajian seksama tentang

keadaan organiasasi yang akan melaksanakan rencana tersebut.

Kajian yang seperti ini dikenal dengan nama analisis SWOT.

2. Pengertian Analisis SWOT

Pengertian analisis SWOT banyak macamnya. Secara sederhana

dapat diartikan sebagai suatu kajian yang dilakukan terhadap suatu

organisasi sedemikian rupa sehingga diperoleh keterangan yang akurat

tentang berbagai faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan serta

hambatan yang dimiliki dan atau yang dihadapi oleh organisasi.

Page 81: 88349517 Laporan PBL II

81

a. Unsur-unsur SWOT

Dari batasan sederhana ini, segera terlihat dalam analisis

SWOT ditemukan ada empat unsur pokok yang perlu dipahami.

Keempat unsur yang dimaksud adalah :

1. Kekuatan

Yang dimaksud dengan kekuatan (strength) disini adalah

berbagai kelebihan yang bersifat khas yang dimiliki oleh suatu

organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan berperan

besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang

akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapai

tujuan yang dimiliki oleh organisasi.

2. Kelemahan

Yang dimaksud dengan kelemahan (weaknesses) disini

adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas yang dimiliki

oleh suatu organisasi, yang apabila berhasil diatasi akan

berperan besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai

kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga

dalam mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi.

3. Kesempatan

Yang dimaksud dengan kesempatan (Opportunity) ialah

peluang yang bersifat positif yang dihadapi oleh suatu

organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan besar

peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.

Page 82: 88349517 Laporan PBL II

82

4. Hambatan

Yang dimaksud hambatan (threat) ialah kendala yang

bersifat negatif yang dihadapi oleh suatu organisasi, yang

apabila berhasil diatasi akan besar peranannya dalam

mencapai tujuan organisasi.

3. Menetapkan Prioritas Masalah

Penetapan prioritas dinilai oleh sebagian besar manager kesehatan

sebagai inti proses perencanaan. Langkah yang mengarah pada titik

ini, dapat dikatakan sebagai suatu persiapan untuk keputusan penting

dalam penetapan prioritas. Sekali prioritas ditetapkan, langkah

berikutnya dapat dikatakan merupakan gerakan progresif menuju

pelaksanaan. Dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan

kebijaksanaan banyak diperlukan bersama-sama dengan kecakapan

unik untuk mensintesiskan berbagai rincian yang relevan. Hal ini

merupakan bagian dari proses perencanaan yang biasanya dikatakan

paling naluriah. Namun, penetapan prioritas mungkin dapat jauh lebih

bermanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain bila dibuat

eksplisit dan menjadi tindakan yang ditentukan secara jelas.

Untuk dapat menetapkan prioritas masalah ini, ada beberapa hal

yang harus dilakukan, yaitu :

a. Melakukan pengumpulan data untuk dapat menetapkan prioritas

masalah kesehatan, perlu tersedia data yang cukup. Untuk itu

perlulah dilakukan pengumpulan data. Data yang perlu

Page 83: 88349517 Laporan PBL II

83

dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan lingkungan,

perilaku, keturunan, dan pelayan kesehatan, termasuk keadaan

geografis, keadaaan pemerintahan, kependudukan, pendidikan,

pekerjaan, mata pencaharian, sosial budaya dan keadaan

kesehatan

b. Pengolahan data apabila data yang telah berhasil dikumpulkan,

maka data tersebut harus diolah,maksudnya adalah menyusun data

yang tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang

dimiliki oleh masing-masing data tersebut. Cara pengolahan data

yang dikenal ada tiga macam, secara manual, elektrikal dan

mekanik.

c. Penyajian data-data yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga

macam penyajian data yang lajim dipergunakan yakni secara

tekstular, tabular dan grafikal.

d. Pemilihan prioritas masalah hasil penyajian data akan

memunculkan pelbagai masalah. Tidak semua masalah dapat

diselesaikan. Oleh karena itu diperlukan pemilihan prioritas

masalah, dalam arti masalah yang paling penting untuk

diselesaikan. Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu

proses yang dilakukan oleh sekelompok orang yang menggunakan

metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling

penting sampai dengan kurang penting. Penetapan prioritas

memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni spesifik, jelas

Page 84: 88349517 Laporan PBL II

84

ada kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif,

serta dirumuskan secara sistematis.

Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan

yang harus diperhatikan, yakni :

a. Besarnya masalah yang terjadi

b. Pertimbangan politik

c. Persepsi masyarakat

d. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan

Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara

sederhana dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Scoring Tehnique. Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan

dengan memberikan score (nilai) untuk berbagai parameter tertentu

yang telah ditetapkan. Parameter yang dimaksud adalah :

1) Besarnya masalah

2) Berat ringannya akibat yang ditimbulkan

3) Kenaikan prevalensi masalah

4) Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut

5) Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut

terselesaikan.

6) Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah

7) Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan uuntuk

mengatasi masalah.

Page 85: 88349517 Laporan PBL II

85

Dalam menentukan prioritas masalah terdapat salah satu cara

yang mudah yaitu dengan menggunakan analisis CARL

(Capability / kemampuan, Accibillity / kemudahan, Reaccneess /

kesiapan, Levareage / faktor pendukung).

1) Capabillity / kemampuan

Penilaian prioritas masalah dengan mengukur kemampuan

penilai sendiri dalam menyelesaikan masalah yang menjadi

prioritas.

2) Accibillity / kemudahan

Penilaian prioritas masalah dengan mengukur kemudahan

dalam alternatif pemecahan masalah.

2) Reaccneess / kesiapan

Penilaian prioritas masalah dengan mengukur kesiapan

penilaian dalam menyelesaikan masalah yang ada.

3) Levareage / faktor pendukung

Penilaian prioritas masalah dengan mengukur faktor-faktor

yang dapat menunjang dalam penyelesaian masalah.

b. Non Scoring Tehnique.

Teknik ini masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab

itu juga disebut “Nominal Group Technique (NGT)”. Ada 2 NGT

yakni :

Page 86: 88349517 Laporan PBL II

86

1) Delphi Tehnique

Masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang

yang mempunyai keahlian sama. Melalui diskusi tersebut akan

menghasilkan prioritas masalah yang disepkati bersama.

2) Delbeq Tehnique

Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini

adalah juga melalui diskusi kelompok namun peserta diskusi

terdiri dari para peserta yang tidak sama keahliannya maka

sebelumnya dijelaskan dulu sehingga mereka mempunyai

persepsi yang sama terhadap masalah-masalah yang akan

dibahas. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang

disepakati bersama.

e. Menetapkan Tujuan

Menetapkan tujuan perencanaan pada dasarnya adalah membuat

ketetapan-ketetapan tertentu yang ingin dicapai oleh perencanaan

tersebut. Penetapan tujuan yang baik apabila dirumuskan secara

konkret dan dapat diukur. Pada umumnya dibagi dalam tujuan umum

dan tujuan khusus.

a. Tujuan umum

Suatu tujuan masih bersifat umum dan masih dapat dijabarkan

kedalam tujuan-tujuan khusus dan pada umumnya masih abstrak.

Contoh : Meningkatnya status gizi anak balita di Kecamatan

Cibadak.

Page 87: 88349517 Laporan PBL II

87

b. Tujuan khusus

Tujuan-tujuan yang dijabarkan dari tujuan umum. Tujuan

khusus merupakan jembatan untuk tujuan umum, artinya tujuan

umum yang ditetapkan akan tercapai apabila tujuan-tujuan

khususnya tercapai. Contoh : Apabila tujuan umum seperti contoh

tersebut di atas dijabarkan ke dalam tujuan khusus menjadi sebagai

berikut :

1) Meningkatnya perilaku ibu dalam memberikan makanan bergizi

kepada anak balita.

2) Meningkatnya jumlah anak balita yang ditimbang di posyandu.

3) Meningkatnya jumlah anak yang berat badannya naik, dan

sebagainya.

f. Menetapkan Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan yang

akan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Pada umumnya kegiatan mencakup 3 tahap pokok, yakni:

a. Kegiatan pada tahap persiapan, yakni kegiatan-kegiatan yang

dilakukan sebelum kegiatan pokok dilaksanakan, misalnya rapat-

rapat koordinasi, perizinan dan sebagainya.

b. Kegiatan pada tahap pelaksanaan yakni kegiatan pokok program

yang bersangkutan.

c. Kegiatan pada tahap penilaian, yakni kegiatan untuk mengevaluasi

seluruh kegiatan dalam rangka pencapaian program tersebut.

Page 88: 88349517 Laporan PBL II

88

g. Menetapkan Sasaran (Target Group)

Sasaran (target group) adalah kelompok masyarakat tertentu yang

akan digarap oleh program yang direncanakan tersebut. Sasaran

program kesehatan biasanya dibagi dua, yakni :

a. Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenai oleh

program tersebut. Misalnya kalau tujuan umumnya : meningkatkan

ststus gizi anak balita seperti tersebut diatas maka sasaran

langsungnya adalah anak balita.

b. Sasaran tidak langsung, adalah kelompok yang menjadi sasaran

antara program tersebut namun berpengaruh sekali terhadap

sasaran langsung. Misalnya : seperti contoh tersebut di atas, anak

balita sebagai sasaran langsung sedangkan ibu anak balita sebagai

sasaran tidak langsung. Ibu anak balita, khususnya perilaku ibu

dalam memberikan makanan bergizi kepada anak sangat

menentukan status gizi anak balita tersebut.

h. Waktu

Waktu yang ditetapkan dalam perencanaan adalah sangat

tergantung dengan jenis perencanaan yang dibuat serta kegiatan-

kegiatan yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan. Oleh sebab

itu, waktu dan kegiatan sebenarnya dapat dijadikan satu dan disajikan

dalam bentuk matriks, yang disebut gant chart.

Page 89: 88349517 Laporan PBL II

89

i. Organisasi dan staf

Dalam bagian ini digambarkan atau diuraikan organisasi sekaligus

staf atau personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan atau

program tersebut. Disamping itu juga diuraikan tugas (job description)

masing-masing staf pelaksana tersebut. Hal ini penting karena masing-

masing orang yang terlibat dalam program tersebut mengetahui dan

melaksanakan kewajiban.

j. Rencana Anggaran

Uraian tentang biaya-biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan

kegiatan, mulai dari persiapan sampai dengan evaluasi. Biasanya

rincian rencana biaya ini dikelompokkan manjadi :

a. Biaya personalia

b. Biaya operasional

c. Biaya sarana dan fasilitas

d. Biaya penilaian

k. Rencana Evaluasi

Rencana evaluasi sering dilupakan oleh para perencanaan padahal

hal ini sangat penting. Rencana evaluasi adalah suatu uraian tetntang

kegiatan yang akan dilakukan untuk menilai sejauh mana tujuan-tujuan

yang telah ditetapkan tersebut telah tercapai

Page 90: 88349517 Laporan PBL II

90

K. Pelaksanaan Program Kesehatan

Pekerjaan pelaksanaan bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah,

karena dalam melaksanakan suatu rencana terkandung berbagai aktifitas

yang bukan saja satu sama lain saling berhubungan, tetapi juga bersifat

komplek dan majemuk. Kesemua katifitas ini harus dipadukan sedemikian

rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan

memuaskan.

Memadukan berbagai aktifitas yang seperti ini dan apalagi menugaskan

semua orang yang terlibat dalam organisasi untuk melaksanakan aktifitas

yang dimaksud, memerlukan suatu keterampilan khusus. Untuk dapat

melaksanakan suatu rencana, seorang administrator dan ataupun manager,

perlu menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan yang jika

disederhanakan dapat dibedakan atas 6 macam, yaitu :

1. Pengetahuan dan keterampilan motivasi (motivation).

2. Pengetahuan dan keterampilan komunikasi (communication).

3. Pengetahuan dan keterampilan kepemimpinan (leadership).

4. Pengetahuan dan keterampilan pengarahan (directing).

5. Pengetahuan dan keterampilan pengawasan (controlling).

6. Pengetahuan dan keterampilan supervise (supervision).

Untuk melaksanakan program kesehatan, pengetahuan, dan

keterampilan yang seperti ini juga amat diperlukan. Apalagi jika yang ingin

dilaksanakan tersebut adalah program kesehatan masyarakat.

Page 91: 88349517 Laporan PBL II

91

Mudah dipahami karena memanglah ruang lingkup program kesehatan

masyarakat tidak hanya menyangkut pengaturan bawahan yang dimiliki,

tetapi juga masyarakat banyak kepada siapa program kesehatan

masyarakat tersebut ditujukan.

L. Evaluasi Program Kesehatan

1. Pengertian Evaluasi

a. Suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam

mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya (American

Public Health Association).

b. Suatu proses yang memungkinkan administrator mengetahui hasil

programnya dan berdasarkan itu mengadakan penyesuaian untuk

mencapai tujuan secara efektif (klineberg).

2. Terminologi dalam Evaluasi

a. Evaluasi Formatif

Evaluasi pada tahap pengembangan program, jadi sebelum

program dimulai, digunakan untuk mengembangkan program, agar

program itu dapat lebih sesuai dengan situasi dan kondisi sasaran.

b. Evaluasi Proses

Evaluasi terhadap proses untuk memberi gambaran yang

sedang berlangsung dalam suatu program (tentang apa, seberapa

banyak, untuk siapa, kapan, dan oleh siapa).

Page 92: 88349517 Laporan PBL II

92

c. Evaluasi Summatif

Evaluasi untuk memantau program sesudah program

dijalankan, memberikan pernyataan efektifitas suatu program dalam

kurun waktu tertentu.

d. Evaluasi Dampak Program

Evaluasi untuk menilai keseluruhan efektifitas program dalam

menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku sasaran.

e. Evaluasi Hasil

Evaluasi untuk menilai perubahan-perubahan perbaikan dalam

hal morbiditas, mortalitas atau indicator status kesehatan lainnya

untuk sekelompok penduduk tertentu.

f. Efektifitas

Pengukuran seberapa besar program mencapai tujuan yang

sudah ditetapkan sebelumnya.

g. Efisien

Pengukuran cost dari sumber daya yang terpakai untuk

mencapai tujuan program.

h. Analisa Cost Efektif

Pemantauan hubungan antara hasil yang dilihat dengan cost

program, dinyatakan sebagai cost per unit dan dampak yang

dicapai.

Page 93: 88349517 Laporan PBL II

93

i. Intervensi

Kombinasi elemen-elemen program yang dirancang untuk

mencapai perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan,

perilaku dan status kesehatan pada sasaran secara terencana dan

sistemtis pada tempat dan kurun waktu tertentu.

j. Validitas Internal

Seberapa besar pengaruh yang terlihat disebabkan oleh

intervensi yang dilakukan.

k. Validitas Eksternal

Seberapa banyak pengaruh yang terlihat yang disebabkan

intervensi yang diadakan.

Page 94: 88349517 Laporan PBL II

94

BAB IV

METODE KEGIATAN

A. Rancang Bangun Kegiatan

Adapun rancang bangun kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan II

(PBL II) ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis Kegiatan

Jenis kegiatan yang dilakukan adalah survey penentuan masalah

dan intervensi program kesehatan.

2. Alur Kegiatan

Kegiatan Pengalaman Belajar (PBL) II dimulai dari pengumpulan

data secara kuantitatif yang berasal dari hasil survey pada PBL I di

tahun 2009. Kemudian dilakukan identifikasi masalah didapatkan

sejumlah masalah yang berasal dari hasil survey dan masalah insidentil

yang berasal dari masyarakat pada saat pelaksanaan Focuss Group

Discussion (FGD).

Setelah proses identifikasi masalah dilakukan penentuan prioritas

masalah dengan menggunakan metode Bryant. Selanjutnya untuk

menganalisis penyebab masalah digunakan metode fish bone metode

teknik kesepakatan kelompok digunakan untuk menentukan prioritas

program. Perencanaan program dilaksanakan dengan menggunakan

metode diskusi kelompok selanjutnya dilakukan pelaksanaan program

serta evaluasi program.

Page 95: 88349517 Laporan PBL II

95

Gambar 4.1 Alur Kegiatan PBL II

Brainstorming

Bryant

Fish bone

Teknik Kesepakatan Kelompok

Diskusi Kelompok

Analisis Data Sekunder(Data PBL I)

Identifikasi Masalah

Penentuan Prioritas Masalah

Analisa Penyebab Masalah

Perencanaan Program Kesehatan

Pelaksanaan Program Kesehatan

Evaluasi Program Kesehatan

Penentuan Prioritas Program

Page 96: 88349517 Laporan PBL II

96

3. Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Metode Hasil

1. Identifikasi Masalah

Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan meliputi masalah gizi, kesling, epidemiologi, KIA, PKIP dan AKK.

FGD / Brain Storming

Masalah Kesehatan

2. Menyusun Prioritas Masalah

Menyusun prioritas utama dari identifikasi masalah yang ada

Bryant Prioritas Masalah

3. Menganalisis Penyebab Masalah

Menganalisis penyebab masalah yang menjadi prioritas utama

Fishbone Penyebab Masalah

4. Memilih Program Kesehatan

Memilih program kesehatan yang menjadi solusi masalah kesehatan masyarakat

Diskusi Kelompok

Prioritas Program Kesehatan

5. Melaksanakan Proses Perencanaan Program

Melakukan tahapan-tahapan dalam perencanaan

Diskusi kelompok serta diskusi bersama tokoh masyarakat

Perencanaan Program Kesehatan

6. Melaksanakan Program Kesehatan yang telah di rencanakan

Melaksanakan program kesehatan yang terdapat dalam perencanaan program

Diskusi Kelompok

Terlaksana-nya program kesehatan yang direncanakan

7. Melaksanakan evaluasi program

Melihat keberhasilan pelaksanaan program

Evaluasi dampak program

Keberhasilan program

Page 97: 88349517 Laporan PBL II

97

B. Tempat dan Waktu

Adapun tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan ini yaitu di Dusun

Mekar Jaya Desa Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang

Kabupaten Kutai Kartanegara pada tanggal 27 Januari 2011 – 05 Februari

2011.

C. Populasi dan Informan

Adapun populasi dari kegiatan ini yaitu seluruh masyarakat di Desa

Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai

Kartanegara khususnya RT.08, RT.09, RT.10, RT.11, RT.12, RT.13, dan

RT.15 Dusun Mekar Jaya. Sedangkan untuk informan, terdiri dari Kepala

Desa, petugas Puskesmas, kader Posyandu, dan ibu-ibu PKK sebagai

informan formal, dan petugas kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama

sebagai sumber informal.

D. Sasaran

Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat RT.08, RT.09,

RT.10, RT.11, RT.12, RT.13, dan RT.15 Dusun Mekar Jaya di Desa Karang

Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.

Page 98: 88349517 Laporan PBL II

98

E. Metode Pemecahan Masalah

1. Identifikasi Masalah-masalah Kesehatan

a. Tujuan

Menemukan masalah-masalah kesehatan yang ada di RT.08,

RT.09, RT.10, RT.11, RT.12, RT.13, dan RT.15 Dusun Mekar Jaya

di Desa Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang

Kabupaten Kutai Kartanegara.

b. Metode Kegiatan

Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah yaitu

dengan metode brainstorming.

c. Proses Kegiatan

Kegiatan identifikasi masalah dengan cara penyampaian

pendapat (Focus Group Discussion) dengan mengumpulkan fakta-

fakta dari hasil survey PBL I yang lalu dan pemaparan masalah

kesehatan yang sedang ada saat ini oleh pihak mahasiswa 10

orang, perwakilan masyarakat 6 orang, 1 orang Ketua RT, dan 1

orang Kepala Dusun.

d. Hasil Kegiatan

Dari hasil identifikasi masalah menggunakan metode FGD

tersebut, diperoleh masalah kesehatan sebagai berikut :

1) Kurangnya ketersediaan air bersih karena masyarakat masih

menggunakan air bor untuk aktivitas MCK, yang masyarakat

khawatirkan dapat merusak gigi dan kulit. Serta penggunaan air

Page 99: 88349517 Laporan PBL II

99

minum yang didapatkan dari depo air minum isi ulang yang

masyarakat khawatirkan higienitasnya kurang baik.

2) Kurangnya penerapan PHBS di masyarakat terutama pada

perilaku cuci tangan.

3) Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Jaminan

Kesehatan Daerah (JAMKESDA) baik dari segi manfaatnya

maupun alur untuk mendapatkannya.

4) Kurangnya pengetahuan masyarakat terutama para ibu

mengenai pengertian dan manfaat pemberian ASI Eksklusif

kepada anaknya.

2. Penentuan Prioritas Masalah

a. Tujuan

Menentukan 4 besar prioritas masalah dari masalah-masalah

yang diidentifikasi sebelumnya, agar dapat menentukan penyebab

masalah-masalah yang ada.

b. Metode Kegiatan

Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah

yaitu dengan metode Bryant. Cara ini telah digunakan di beberapa

Negara yaitu Afrika dan Thailand. Cara ini menggunakan 4 macam

kriteria, yaitu :

1) Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat

menganggap masalah tersebut penting.

Page 100: 88349517 Laporan PBL II

100

2) Prevalensi, yakni seberapa banyak penduduk yang terkena

penyakit tersebut.

3) Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan

penyakit tersebut.

4) Managebility, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan

untuk mengatasinya.

Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi skoring,

kemudian masing-masing skor ditambahkan. Hasil ini dibandingkan

antara masalah-masalah yang dinilai. Masalah-masalah dengan

skor tertinggi akan mendapat prioritas yang tinggi pula.

c. Proses Kegiatan

Kegiatan penentuan prioritas masalah dilakukan setelah

identifikasi masalah dengan metode Bryant. Tahap ini dilakukan

oleh pihak mahasiswa 8 orang, perwakilan masyarakat 3 orang, 1

orang Ketua RT, dan 1 orang Kepala Desa.

d. Hasil Kegiatan

Tabel 4.2 Prioritas Masalah

Alternatif Masalah P S C M Total Prioritas

Kesehatan

Lingkungan (Sampah)5 5 3 3 225 I

ASI Eksklusif 4 5 3 3 180 II

Status Gizi Balita 3 5 3 3 135 III

Pengetahuan

Kesehatan

3 4 2 3 72 IV

Page 101: 88349517 Laporan PBL II

101

Reproduksi

Berdasarkan penentuan prioritas masalah diatas, dari alternatif

masalah yang ada, keempat masalah tersebut akan diintervensi,

yaitu Kesehatan Lingkungan (Sampah), ASI Eksklusif, Status Gizi

Balita dan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi. Dari keempat

masalah itu akan didiskusikan kembali untuk memecahkan masalah

tersebut, baik kegiatan fisik maupun nonfisik.

3. Penyebab Masalah

a. Tujuan

Mendapatkan penyebab masalah dari 3 besar prioritas masalah

yang ada, agar dapat menentukan program kesehatan yang tepat.

b. Metode Kegiatan

Metode kegiatan yang digunakan untuk menemukan penyebab

masalah yaitu dengan metode Fish Bone.

c. Proses Kegiatan

Kegiatan analisa penyebab masalah dilakukan setelah

menemukan prioritas masalah.

d. Hasil Kegiatan

1) Berdasarkan hasil prioritas masalah yang pertama adalah

masalah air bersih dan air minum.

Page 102: 88349517 Laporan PBL II

102

Fishbone methode

Man Material Machine Time

Methode Money Market

Penjelasan :

Man : - Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai

pengelolaan dan pengolahan air bersih serta

dampak dari mengkonsumsi air yang

terkontaminasi.

- Perilaku masyarakat yang mengkonsumsi air

galon tanpa diolah

- Perilaku memakai air sumur bor

- Kurangnya koordinasi antara pihak desa

dengan petugas kesehatan lingkungan di

Puskesmas setempat.

Methode : -

Material : Tidak tersedia saluran PDAM

Money : -

Machine : -

Market : Kurangnya sosialisasi mengenai air bersih

Air Bersih & Air Minum

Page 103: 88349517 Laporan PBL II

103

Time : -

2) Berdasarkan hasil prioritas masalah yang kedua adalah

masalah Jamkesda.

Fishbone methode

Man Material Machine Time

Methode Money Market

Penjelasan :

Man : - Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

pemanfaatan Jamkesda

- Alur pelayanan Jamkesda yang berbelit-belit

Methode : -

Material : -

Money : Dana pengobatan yang semakin mahal

Machine : -

Market : Kurangnya sosialisasi Jamkesda oleh pihak

Kantor Desa, RT maupun Puskesmas setempat

Time : -

Jamkesda

Page 104: 88349517 Laporan PBL II

104

3) Berdasarkan hasil prioritas masalah yang ketiga adalah

masalah perilaku cuci tangan.

Fishbone methode

Man Material Machine Time

Methode Money Market

Penjelasan :

Man : - Kurangnya kesadaran masyarakat untuk

mencuci tangan

- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

dampak buruk tidak mencuci tangan

Methode : Cara mencuci tangan yang tidak memakai sabun

dan air mengalir

Material : -

Money : -

Machine : -

Market : -

Time : -

Perilaku cuci tangan

Page 105: 88349517 Laporan PBL II

105

4) Berdasarkan hasil prioritas masalah yang keempat adalah

masalah ASI Eksklusif.

Fishbone methode

Man Material Machine Time

Methode Money Market

Penjelasan :

Man : - Kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif

- Pemberian makanan tambahan kepada bayi

yang terlalu dini

Methode : -

Material : -

Money : Susu formula yang cukup terjangkau oleh

masyarakat

Machine : -

Market : Maraknya produk susu formula

Time : ASI yang belum keluar pada ibu nifas

ASI Eksklusif

Page 106: 88349517 Laporan PBL II

106

4. Penentuan Prioritas Program

a. Tujuan

Menentukan prioritas program dari 4 besar prioritas masalah

dan penyebab masalah yang ada.

b. Metode Kegiatan

Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas program

yaitu dengan metode teknik kesepakatan kelompok.

c. Proses Kegiatan

Penentuan prioritas program dilakukan setelah melakukan

analisa penyebab masalah. Tahap ini dilakukan dengan metode

diskusi kelompok PBL.

d. Hasil Kegiatan

Program yang diprioritaskan dari keempat masalah yang ada

adalah program penyuluhan air bersih dan pengolahannya,

kemudian program sosialisasi Jamkesda, program penyuluhan cuci

tangan (PHBS), dan program penyuluhan ASI Eksklusif.

5. Perencanaan Program

a. Tujuan

Tujuan kegiatan adalah agar pelaksanaan program kesehatan

yang direncanakan dapat berjalan dengan lancar.

b. Metode Kegiatan

Metode yang digunakan untuk perencanaan program adalah

diskusi kelompok.

Page 107: 88349517 Laporan PBL II

107

c. Proses Kegiatan

Kegiatan perencanaan program kesehatan dilakukan setelah

penentuan prioritas program setelah sebelumnya dilakukan

pemilihan media promosi kesehatan.

d. Hasil Kegiatan

Hasil perencanaan program kesehatan berupa Program

Rencana Kegiatan (Planning of Action)

Page 108: 88349517 Laporan PBL II

108

Tabel 4.3 Plan of Action

No. Kegiatan Tujuan Sasaran TargetWaktu & Tempat

Penanggung Jawab

Sumber Biaya

Indikator Keberhasilan

1. Non Fisik : Penyuluhan Air Bersih dan Air Minum Sehat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang air bersih dan pengolahannya

Ketua RT, Kadus, perwakilan masyarakat dusun

80% dari undangan hadir

Aula Kantor Desa / tanggal 01 Februari 2011

Armyade, Dessy, dan Fatimah

Swadaya masyarakat dan Tim PBL

Peserta bisa menjawab lebih 80% pertanyaan benar dengan nilai pre-post test :a. Pengeta-huan baik jika responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar dengan bobot nilai lebih dari 3b. Pengeta-huan sedang jika responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar dengan bobot nilai 2

Page 109: 88349517 Laporan PBL II

109

c. Pengeta-huan kurang jika responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar dengan bobot nilai 1

Fisik 1 : Pembagian leaflet tentang air bersih

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang air bersih dan pengolahannya melalui media informasi (poster)

Ketua RT, Kadus, perwakilan masyarakat dusun

80% dari peserta

Posko PBL dan Aula Kantor Desa / tanggal 01 Februari 2011

Armyade, Dessy, dan Fatimah

Swadaya Tim PBL

80% peserta mendapatkan dan membaca leaflet

Fisik 2 :Pembuatan dan Sosialisasi Alat penjernih air

Menciptakan alat penjernih air yang berfungsi membersihkan air dari segi warna, bau, dan rasa.

Kades, PKK, dan perwakilan masyarakat dusun

80% dari sasaran

29 Jan – 04 Februari 2011 / Posko PBL dan di Kediaman Kepala Desa

Armyade, M. Arif, Dessy, dan Fatimah

Swadaya masyarakat dan Tim PBL

Terjadi perubahan air dari segi warna, bau, dan rasa setelah diolah melalui alat tersebut.

Page 110: 88349517 Laporan PBL II

110

2.

Non Fisik : Penyuluhan JAMKESDA

Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Jamkesda

Kades, Ketua RT, Kadus, perwakilan masyarakat dusun

80% dari undangan hadir

Aula Kantor Desa / tanggal 01 Februari 2011

Lioni, Laila, dan M. Arif.

Swadaya masyarakat dan Tim PBL

75% pengetahuan masyarakat meningkat mengenai Jamkesmas melalui hasil pre-postest

Fisik : Pembagian leaflet tentang JAMKESDA

Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Jamkesmas melalui media informasi (leaflet)

Kades, Ketua RT, Kadus, perwakilan masyarakat dusun

80% dari peserta

Posko PBL dan Aula Kantor Desa / tanggal 01 Februari 2011

Lioni, Laila, dan M. Arif.

Swadaya Tim PBL

80% peserta mendapatkan dan membaca leaflet

3.

Non Fisik : Penyuluhan PHBS (Cuci Tangan)

Meningkatkan pengetahuan tentang cuci tangan yang baik dan benar sejak usia dini

Seluruh siswa-siswi SDN 021 Karang Tunggal

100% dari siswa-siswi SDN 021 Karang Tunggal

Halaman SDN 021 Karang Tunggal / tanggal 29 Januari 2011

Fitri dan Kartina

Swadaya Tim PBL dan pihak sekolah

80% dari siswa-siswi mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar

Fisik :Pembuatan poster cuci

Meningkatkan pengetahuan siswa-siswi

Seluruh siswa-siswi SDN 021

100% dari siswa-siswi SDN

Posko Tim PBL / 28

Fitri dan Kartina

Swadaya Tim PBL

80% dari siswa-siswi mambaca

Page 111: 88349517 Laporan PBL II

111

tangan

mengenai cuci tangan melalui media informasi (poster)

Karang Tunggal

021 Karang Tunggal

Januari 2011

poster dan menerapkan cuci tangan yang baik dan benar

4. Non Fisik : Penyuluhan ASI Eksklusif

Meningkatkan pengetahuan para wanita dan ibu tentang pengertian ASI Eksklusif dan manfaatnya

Ibu-ibu PKK, para wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu menyusui di Dusun Mekar Jaya

75% dari undangan hadir

Kantor PKK / tanggal 03 Februari 2011

Erina, Erlita, dan Fembriana

Swadaya masyarakat dan Tim PBL

Peserta bisa menjawab lebih 80% pertanyaan benar dengan nilai pre-post test :a. Pengeta-huan baik jika responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar dengan bobot nilai lebih dari 4-6b. Pengeta-huan sedang jika responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar dengan bobot

Page 112: 88349517 Laporan PBL II

112

nilai 3c. Pengeta-huan kurang jika responden bisa menjawab pertanyaan dengan benar dengan bobot nilai 1-2

Fisik 1 :Pembagian leaflet tentang ASI Eksklusif

Meningkatkan pengetahuan para wanita dan ibu tentang pengertian ASI Eksklusif dan manfaatnya melalui media informasi (leaflet)

Ibu-ibu PKK, para wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu menyusui di Dusun Mekar Jaya

75% dari peserta

Posko Tim PBL dan Kantor PKK / tanggal 03 Februari 2011

Erina, Erlita, dan Fembriana

Swadaya Tim PBL

75% peserta mendapatkan dan membaca leaflet.

Fisik 2 :Pembagian stiker ASI Eksklusif

Mensosialisasikan program gerakan “6 bulan ASI Eksklusif” kepada para peserta penyuluhan ASI Eksklusif

Ibu-ibu PKK, para wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu menyusui di Dusun Mekar Jaya

75% dari peserta

Posko Tim PBL dan Kantor PKK / tanggal 03 Februari 2011

Erina, Erlita, dan Fembriana

Swadaya Tim PBL

75% peserta mendapatkan dan menempelkan stiker tersebut di rumah mereka sehingga pesan kesehatan

Page 113: 88349517 Laporan PBL II

113

dapat tersampaikan kepada orang lain juga.

Page 114: 88349517 Laporan PBL II

114

BAB V

HASIL

A. Pelaksanaan Program Kesehatan PBL II Dusun Mekar Jaya Desa

Karang Tunggal

1. Penyuluhan Cuci Tangan

a. Tujuan Kegiatan

Meningkatkan pengetahuan tentang cuci tangan yang baik

dan benar sejak usia dini.

b. Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan ini adalah seluruh siswa-siswi kelas I-VI

SDN 021 Desa Karang Tunggal.

c. Pelaksanaan Kegiatan

1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penyuluhan cuci tangan dilaksanakan pada hari Sabtu

tanggal 29 Januari 2011 dari pukul 09.00 – 10.30 WITA.

Bertempat di halaman SDN 021 Desa Karang Tunggal.

2) Metode Pelaksanaan Penyuluhan

Metode pelaksanaan penyuluhan cuci tangan ini

adalah dengan penyampaian materi dan menggunakan

metode demonstrasi (senam cuci tangan) dan praktek.

Senam cuci tangan tersebut diiringi oleh musik dan

nyanyian cuci tangan, sedangkan untuk gerakan senam

Page 115: 88349517 Laporan PBL II

115

merupakan hasil kreasi sendiri oleh tim PBL. Dalam

penyuluhan ini digunakan media informasi kesehatan

seperti poster dan puzzle. Adapun materi penyuluhan

yang disampaikan yaitu mengenai alasan mengapa harus

mencuci tangan, resiko apabila tidak mencuci tangan, tata

cara dan urutan mencuci tangan yang baik dan benar,

serta waktu yang tepat untuk mencuci tangan.

3) Penanggung Jawab Pelaksana

Penanggung Jawab : Kartina W. Dan Fitri Noviyani

MC : Dessy Nur Rosidah

Pemateri : Laila Puspitasari dan Lioni Farahita

Humas : Lioni Farahita

Perlengkapan : M. Arif, Armyade, Fembriana Wiwik

Notulen : Erina Widya Astuti

Dokumentasi : Kartina Wulandari

Transport : Erlita Budiarti

Instruktur : Fitri Noviyani dan Fatimah M. Noor

4) Susunan Acara

- Pembukaan

- Sambutan Kepala Sekolah SDN 021 Karang Tunggal

- Penyampaian Materi

- Senam Cuci Tangan

- Games

Page 116: 88349517 Laporan PBL II

116

- Penutup

5) Rincian Biaya

Kertas kado Rp 7.500

Tissu Rp 25.000

Sabun cuci tangan Rp 20.000

Permen Rp 17.000

Buku tulis Rp 40.000

Tinta Printer Rp 19.000

Total Rp 128.500

d. Pihak Terlibat

Pihak guru SDN 021 Desa Karang Tunggal.

e. Hasil Kegiatan

Penyampaian materi berjalan tepat waktu, antusias

peserta yang tinggi dengan tingkat kehadiran hampir 100%

dari jumlah siswa yang ada yaitu sebanyak 213 siswa,

terlaksananya senam cuci tangan yang dilakukan oleh seluruh

siswa-siswi SDN 021 Karang Tunggal dimana gerakan yang

dilakukan merupakan gerakan urutan cuci tangan yang baik

dan benar, tingginya tingkat keberanian siswa untuk maju

menjawab pertanyaan dan mempraktekkan senam cuci

tangan dengan baik dan benar.

Page 117: 88349517 Laporan PBL II

117

2. Pembuatan Poster Cuci Tangan

a. Tujuan Kegiatan

Meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SDN 021 Desa

Karang Tunggal mengenai cuci tangan melalui media

informasi yaitu poster.

b. Sasaran Kegiatan

Seluruh siswa-siswi kelas I-VI SDN 021 Desa Karang

Tunggal.

c. Pelaksanaan Kegiatan

1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pembuatan poster cuci tangan dikerjakan pada

tanggal 27 Januari 2011 dan dipasang di SDN 021 pada

hari Sabtu tanggal 29 Januari 2011 seusai penyuluhan

cuci tangan tepatnya pada pukul 10.30 WITA.

2) Metode Pelaksanaan

Metode pemasangan poster cuci tangan yaitu

dilaksanakan dengan memberikan poster kepada pihak

sekolah dan memasangnya di dinding sekolah yang sering

dilalui para siswa.

3) Penanggung Jawab Pelaksana

Penanggung Jawab : Kartina Wulandari dan Fitri

Noviyani

Desain poster : Lioni Farahita

Page 118: 88349517 Laporan PBL II

118

4) Rincian biaya

Pencetakan dua buah poster mengeluarkan biaya

sebesar Rp 20.000,-.

d. Hasil Kegiatan

Terpasangnya poster cuci tangan di lingkungan sekolah

untuk meningkatkan pengetahuan para siswa SDN 021 Desa

Karang Tunggal yang sebelumnya kedua poster tersebut

diserahkan secara simbolik dari mahasiswa PBL kepada pihak

sekolah.

e. Isi Poster

Poster tersebut memuat konten atau isi yaitu gambar dan

tulisan mengenai tahapan atau urutan cara mencuci tangan

yang baik dan benar.

3. Penyuluhan Jamkesda

a. Tujuan Kegiatan

Tujuan kegiatan dari penyuluhan Jamkesda yaitu

pemberian informasi serta sosialisasi Jamkesda Kabupaten

Kutai Kertanegara kepada masyarakat.

b. Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan penyuluhan Jamkesda ini adalah warga

Dusun Mekar Jaya RT. 08, RT. 09, RT. 11, RT. 12, RT. 13,

RT.15 termasuk didalamnya adalah para Ketua RT dan

Page 119: 88349517 Laporan PBL II

119

beberapa perwakilan masyarakat Dusun Mekar Jaya Desa

Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang.

c. Pelaksanaan Kegiatan

1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penyuluhan Jamkesda dilaksanakan di Aula Kantor

Desa Karang Tunggal yang biasa disebut Balai

Pertemuan Umum (BPU) Desa Karang Tunggal pada hari

Selasa tanggal 01 Februari 2011 pukul 20.30 - 22.00

WITA.

2) Metode Pelaksanaan Penyuluhan

Penyuluhan Jamkesda dilaksanakan dengan metode

diskusi kelompok besar dimana sebelumnya ada

penyampaian materi Jamkesda oleh Tim PBL. Dimana,

jumlah pesertanya lebih dari 15 orang dengan pembagian

leaflet di akhir acara untuk perluasan informasi kepada

orang yang ada disekitarnya. Adapun materi yang

diberikan yaitu mengenai pengertian Jamkesda, tujuan,

sasaran, persyaratan, dan pendaftaran peserta, dan alur

pelayanan kesehatan Jamkesda. Seluruh konten atau isi

materi penyuluhan tersebut diperoleh dari buku Petunjuk

Teknis Program Jamkesda PKK Tingkat I Kabupaten Kutai

Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011.

Sebelum dan sesudah penyuluhan, para peserta terlebih

Page 120: 88349517 Laporan PBL II

120

dahulu diberikan pre-test dan post-test untuk mengukur

tingkat pengetahuan masyarakat mengenai Jamkesda.

3) Penanggung Jawab Pelaksana

Penanggung Jawab : Lioni, Laila, dan M.Arif

MC + Moderator : Kartina Wulandari

Pemateri : Muhammad Arif

Dokumentasi : Fitri Noviyani dan Fatimah M. Noor

Perlengkapan : Erlitha, Armyade, Fembriana Wiwik

Notulen : Erina Widya Astuti

Konsumsi : Laila P. dan Dessy Nur Rosidah

Korlap : Lioni Farahita

4) Susunan Acara

- Pre test

- Pembukaan

- Do’a

- Sambutan Korlap dan Kepala Desa Karang Tunggal

- Penyampaian Materi Jamkesda

- Penyampaian Materi Air Bersih

- Diskusi

- Post test

- Door prize

- Penutup

Page 121: 88349517 Laporan PBL II

121

5) Rincian Biaya

Souvenir Rp 85.000

Pulpen Rp 64.800

Jam dan baterai Rp 25.500

Kertas minyak Rp 6.000

Foto copy kuesioner Rp 60.000

Konsumsi Rp 106.000

Aqua Rp 36.000

Mika kue Rp 24.000

Door prize Rp 110.000

Jam dinding Rp 16.000

Total Rp 533.300

d. Pihak Terlibat

Dalam penyuluhan Jamkesda ini pihak yang terlibat

adalah pihak Puskesmas Karang Tunggal yaitu Ibu Mei

Purwanti yang bertugas sebagai narasumber yang

memberikan informasi lebih lanjut mengenai Jamkesda.

e. Hasil Kegiatan

Penyuluhan Jamkesda yang dilaksanakan pada tanggal

01 Februari 2011 ini digabung dengan pelaksanaan

penyuluhan air bersih. Tingkat kehadiran peserta telah

mencapai 80% yaitu 28 peserta yang terdiri dari Kepala Desa,

Kepala Dusun, Ketua RT, serta perwakilan masyarakat dari

Page 122: 88349517 Laporan PBL II

122

masing-masing RT. Untuk tingkat antusiasme peserta, dapat

dikatakan baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya peserta

yang bertanya dan berdiskusi dengan narasumber untuk

mengetahui segala sesuatu tentang Jamkesda.

Untuk tingkat pengetahuan peserta mengenai Jamkesda

sebelum diberikan materi pada penyuluhan Jamkesda, diukur

melalui hasil pre-test, hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Pengetahuan Peserta saat Pre-test Penyuluhan

Jamkesda RT. 08, RT. 09, RT. 10, RT. 11, RT. 12, RT. 13 dan

RT, 15 Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal Tahun 2011

No.Tingkat

PengetahuanJumlah Persentase (%)

1. Baik 2 8 %

2. Sedang 11 44 %

3. Kurang 12 48 %

Jumlah 25 100%

Dari tabel 5.1 diatas diketahui bahwa sebelum diberikan

materi, peserta penyuluhan Jamkesda yang tingkat

pengetahuannya baik mengenai Jamkesda hanya ada 8 %,

sedangkan yang berpengetahuan sedang ada 44%, dan yang

berpengetahuan rendah ada 48%.

Page 123: 88349517 Laporan PBL II

123

Untuk tingkat pengetahuan peserta mengenai Jamkesda

setelah diberikan materi pada penyuluhan Jamkesda, diukur

melalui hasil post-test, hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Peserta saat Post-test

Penyuluhan Jamkesda RT. 08, RT. 09, RT. 10, RT. 11, RT. 12,

RT. 13 dan RT, 15 Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal

Tahun 2011

No.Tingkat

PengetahuanJumlah Persentase (%)

1. Baik 21 84 %

2. Sedang 4 16 %

Jumlah 25 100%

Dari tabel 5.2 diatas diketahui bahwa setelah diberikan

materi, peserta penyuluhan Jamkesda yang tingkat

pengetahuannya baik mengenai Jamkesda sebesar 84%,

sedangkan yang berpengetahuan sedang hanya ada 16%.

4. Pembagian Leaflet Jamkesda

a. Tujuan Kegiatan

Meningkatkan pengetahuan masyarakat Desa Karang

Tunggal mengenai Jamkesda melalui media informasi yaitu

leaflet. Selain itu leaflet yang dibagikan sebagai perluasan

informasi kepada orang yang ada disekitarnya.

Page 124: 88349517 Laporan PBL II

124

b. Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan pembagian leaflet Jamkesda ini adalah

warga Dusun Mekar Jaya RT. 08, RT. 09, RT. 11, RT. 12, RT.

13, RT.15 termasuk didalamnya adalah para Ketua RT dan

beberapa perwakilan masyarakat Dusun Mekar Jaya Desa

Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang yang

menjadi peserta penyuluhan Jamkesda.

c. Pelaksanaan Kegiatan

1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pembuatan leaflet Jamkesda dikerjakan oleh tim PBL

pada tanggal 31 Januari 2011 dan dibagikan pada hari

Selasa tanggal 01 Februari 2011 kepada seluruh peserta

seusai penyuluhan Jamkesda di Aula Kantor Desa Karang

Tunggal tepatnya pada pukul 22.00 WITA.

2) Metode Pembagian Leaflet

Metode pembagian leaflet tentang Jamkesda yaitu

dilaksanakan dengan membagi leaflet setelah penyuluhan

Jamkesda.

3) Penanggung Jawab Pelaksana

Penanggung Jawab : Lioni F, Laila P, dan M. Arif

Desain leaflet : Lioni Farahita

Page 125: 88349517 Laporan PBL II

125

4) Rincian Biaya

Biaya fotokopi leaflet tentang Jamkesda ini

mengeluarkan biaya sebesar Rp 10.000,-.

d. Pihak Terlibat

Dalam pembuatan leaflet Jamkesda ini pihak yang terlibat

adalah pihak Puskesmas Karang Tunggal yang memberikan

materi Jamkesda dari buku Petunjuk Teknis Program

Jamkesda PKK Tingkat I Kabupaten Kutai Kartanegara.

e. Hasil Kegiatan

Terbaginya dan dibacanya leaflet Jamkesda kepada

seluruh peserta penyuluhan Jamkesda. Sehingga ada 25

lembar leaflet yang diberikan sesuai jumlah kehadiran peserta

dan target pencapaiannya adalah 80% yaitu 25 peserta dari

35 undangan yang diharapkan kehadirannya.

f. Isi leaflet

Konten atau isi materi yang dimuat dalam leaflet terdiri

dari pengertian Jamkesda, siapa yang berhak menerima

Jamkesda, prosedur kepesertaan, cara mendapatkan

Jamkesda, pelayanan kesehatan yang ditanggung Jamkesda,

dan alur pelayanan kesehatan. Seluruh konten atau isi leaflet

tersebut diperoleh dari buku Petunjuk Teknis Program

Jamkesda PKK Tingkat I Kabupaten Kutai Kartanegara

Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011.

Page 126: 88349517 Laporan PBL II

126

5. Penyuluhan Air Bersih

a. Tujuan Kegiatan

Tujuan kegiatan dari penyuluhan air bersih yaitu

pemberian informasi serta meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang kriteria air bersih serta dampak yang

ditimbulkan apabila menggunakan air yang tidak bersih atau

yang sudah terkontaminasi dan memberikan pengetahuan

kepada masyarakat bagaimana cara sederhana menguji

kualitas kimia dan biologi air di tingkat rumah tangga.

b. Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan penyuluhan air bersih ini adalah warga

Dusun Mekar Jaya RT. 08, RT. 09, RT. 11, RT. 12, RT. 13,

RT.15 termasuk didalamnya adalah para Ketua RT dan

beberapa perwakilan masyarakat Dusun Mekar Jaya Desa

Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang.

c. Pelaksanaan Kegiatan

1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penyuluhan air bersih dilaksanakan di Aula Kantor

Desa Karang Tunggal yang biasa disebut Balai

Pertemuan Umum (BPU) Desa Karang Tunggal pada hari

Selasa tanggal 01 Februari 2011 pukul 20.30 - 22.00

WITA setelah penyuluhan Jamkesda.

Page 127: 88349517 Laporan PBL II

127

2) Metode Pelaksanaan Penyuluhan

Penyuluhan air bersih dilaksanakan dengan metode

diskusi kelompok besar dimana sebelumnya ada

penyampaian materi air bersih oleh Tim PBL. Dimana,

jumlah pesertanya lebih dari 15 orang dengan pembagian

leaflet di akhir acara untuk perluasan informasi kepada

orang yang ada disekitarnya. Adapun materi yang

diberikan yaitu mengenai pengertian air bersih, ciri-ciri air

bersih, resiko yang ditimbulkan oleh penggunaan air tidak

bersih, cara pengolahan air bersih, dan cara sederhana

untuk menguji kualitas air rumah tangga. Sebelum dan

sesudah penyuluhan, para peserta terlebih dahulu

diberikan pre-test dan post-test untuk mengukur tingkat

pengetahuan masyarakat mengenai air bersih.

3) Penanggung Jawab Pelaksana

Penanggung Jawab : Lioni, Laila, dan M.Arif

MC + Moderator : Kartina Wulandari

Pemateri : Armyade

Dokumentasi : Fitri Noviyani dan Fatimah M. Noor

Perlengkapan : Erlitha, Armyade, Fembriana Wiwik

Notulen : Erina Widya Astuti

Konsumsi : Laila P. dan Dessy Nur Rosidah

Korlap : Lioni Farahita

Page 128: 88349517 Laporan PBL II

128

4) Susunan Acara

- Pre test

- Pembukaan

- Do’a

- Sambutan Korlap dan Kepala Desa Karang Tunggal

- Penyampaian Materi Jamkesda

- Penyampaian Materi Air Bersih

- Diskusi

- Post test

- Door prize

- Penutup

5) Rincian Biaya

Souvenir Rp 85.000

Pulpen Rp 64.800

Jam dan baterai Rp 25.500

Kertas minyak Rp 6.000

Foto copy kuesioner Rp 60.000

Konsumsi Rp 106.000

Aqua Rp 36.000

Mika kue Rp 24.000

Door prize Rp 110.000

Jam dinding Rp 16.000

Total Rp 533.300

Page 129: 88349517 Laporan PBL II

129

d. Pihak Terlibat

Dalam penyuluhan Jamkesda ini pihak yang terlibat

adalah pihak Puskesmas Karang Tunggal yaitu Bapak Bato

S.Sos yang bertugas sebagai narasumber yang memberikan

informasi lebih lanjut mengenai air bersih.

e. Hasil Kegiatan

Penyuluhan air bersih yang dilaksanakan pada tanggal 01

Februari 2011 ini digabung dengan pelaksanaan penyuluhan

Jamkesda. Tingkat kehadiran peserta telah mencapai 80%

yaitu 28 peserta yang terdiri dari Kepala Desa, Kepala Dusun,

Ketua RT, serta perwakilan masyarakat dari masing-masing

RT. Untuk tingkat antusiasme peserta, dapat dikatakan baik.

Hal ini ditandai dengan banyaknya peserta yang bertanya dan

berdiskusi dengan narasumber untuk mengetahui segala

sesuatu tentang air bersih.

Untuk tingkat pengetahuan peserta mengenai air bersih

sebelum diberikan materi pada penyuluhan air bersih, diukur

melalui hasil pre-test, hasilnya adalah sebagai berikut :

Page 130: 88349517 Laporan PBL II

130

Tabel 5.3 Distribusi Pengetahuan Peserta saat Pre-test

Penyuluhan Air Bersih RT. 08, RT. 09, RT. 10, RT. 11,

RT. 12, RT. 13 dan RT, 15 Dusun Mekar Jaya Desa Karang

Tunggal Tahun 2011

No.Tingkat

PengetahuanJumlah Persentase (%)

1. Kurang 13 52 %

2. Sedang 1 4 %

3. Baik 11 44 %

Jumlah 25 100%

Dari tabel 5.3 diatas diketahui bahwa sebelum diberikan

materi, dari 25 peserta penyuluhan air bersih yang tingkat

pengetahuannya baik mengenai air bersih ada 44%,

sedangkan yang berpengetahuan sedang ada 4%, dan yang

berpengetahuan rendah ada 52%.

Untuk tingkat pengetahuan peserta mengenai air bersih

setelah diberikan materi pada penyuluhan air bersih, diukur

melalui hasil post-test, hasilnya adalah sebagai berikut :

Page 131: 88349517 Laporan PBL II

131

Tabel 5.4 Distribusi Pengetahuan Peserta saat Post-test

Penyuluhan Air Bersih RT. 08, RT. 09, RT. 10, RT. 11,

RT. 12, RT. 13 dan RT, 15 Dusun Mekar Jaya Desa Karang

Tunggal Tahun 2011

No.Tingkat

PengetahuanJumlah Persentase (%)

1. Kurang 2 8 %

2. Sedang 1 4 %

3. Baik 22 88%

Jumlah 25 100%

Dari tabel 5.4 diatas diketahui bahwa setelah diberikan

materi, peserta penyuluhan air bersih yang tingkat

pengetahuannya baik mengenai air bersih sebesar 88%,

sedangkan yang berpengetahuan sedang ada 4%, dan yang

berpengetahuan kurang hanya ada 8%.

6. Pembagian Leaflet Air Bersih

a. Tujuan Kegiatan

Meningkatkan pengetahuan masyarakat Desa Karang

Tunggal mengenai air bersih melalui media informasi yaitu

leaflet. Selain itu leaflet yang dibagikan sebagai perluasan

informasi kepada orang yang ada disekitarnya.

Page 132: 88349517 Laporan PBL II

132

b. Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan pembagian leaflet air bersih ini adalah

warga Dusun Mekar Jaya RT. 08, RT. 09, RT. 11, RT. 12, RT.

13, RT.15 termasuk didalamnya adalah para Ketua RT dan

beberapa perwakilan masyarakat Dusun Mekar Jaya Desa

Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang yang

menjadi peserta penyuluhan air bersih.

c. Pelaksanaan Kegiatan

1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pembuatan leaflet air bersih dikerjakan oleh tim PBL

pada tanggal 31 Januari 2011 dan dibagikan pada hari

Selasa tanggal 01 Februari 2011 kepada seluruh peserta

seusai penyuluhan air bersih di Aula Kantor Desa Karang

Tunggal tepatnya pada pukul 22.00 WITA.

2) Metode Pembagian Leaflet

Metode pembagian leaflet tentang air bersih yaitu

dilaksanakan dengan membagi leaflet setelah penyuluhan

air bersih bersamaan dengan pembagian leaflet

Jamkesda.

3) Penanggung Jawab Pelaksana

Penanggung Jawab : Armyade, Dessy N, dan Fatimah

Desain leaflet : Lioni Farahita

Page 133: 88349517 Laporan PBL II

133

4) Rincian Biaya

Biaya fotokopi leaflet tentang air bersih ini

mengeluarkan biaya sebesar Rp 10.000,-.

d. Hasil Kegiatan

Terbaginya dan dibacanya leaflet air bersih kepada

seluruh peserta penyuluhan air bersih. Sehingga ada 25

lembar leaflet yang diberikan sesuai jumlah kehadiran peserta

dan target pencapaiannya adalah 80% yaitu 25 peserta dari

35 undangan yang diharapkan kehadirannya.

e. Isi Leaflet

Konten atau isi materi yang dimuat dalam leaflet terdiri

dari pengertian air bersih, ciri-ciri air bersih, resiko yang

ditimbulkan oleh penggunaan air tidak bersih, cara

pengolahan air bersih, dan cara sederhana untuk menguji

kualitas air rumah tangga.

7. Pembuatan dan Sosialisasi Alat Penjernih Air

a. Tujuan Kegiatan

Menciptakan alat penjernih air yang berfungsi

membersihkan air dari segi warna, bau, dan rasa. Serta untuk

memberikan percontohan kepada warga bagaimana cara

membuat alat penjernih air sederhana, sehingga dapat

mengatasi permasalahan air di lingkungan Dusun Mekar Jaya

Desa Karang Tunggal Kabupaten Kutai Kartanegara.

Page 134: 88349517 Laporan PBL II

134

b. Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan ini adalah Kepala Desa, PKK, Ketua RT

dan perwakilan masyarakat Dusun Mekar Jaya.

c. Pelaksanaan Kegiatan

1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Proses pembuatan alat penjernih tersebut

dilaksanakan mulai dari tanggal 31 Januari 2011 hingga

tanggal 03 Februari 2011 bertempat di posko kelompok

VII PBL II. Sedangkan kegiatan sosialisasi dan

percobaannya dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 04

Februari 2011 pada pukul 10.00 – 11.00 WITA di

kediaman Bapak Kepala Desa Karang Tunggal.

2) Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan program ini adalah dengan

mempelajari tata cara pembuatan alat penjernih air,

pembelian alat dan bahan, uji coba, sosialisasi, dan

selanjutnya penyerahan alat penjernih air kepada Kepala

Desa Karang Tunggal.

3) Penanggung Jawab Pelaksana

Penanggung Jawab : Armyade, Dessy N, dan Fatimah

Pembuat Alat : Armyade dan M. Arif

4) Rincian Biaya

Karbon Aktif 2 kg @Rp 150.000 Rp 300.000

Page 135: 88349517 Laporan PBL II

135

Zeloid 4 bungkus @Rp 15.000 Rp 60.000

Pasir Silika 6 kg @Rp 10.000 Rp 60.000

Ijuk Rp 50.000

Pipa 4 Inci Rp 15.000

Pipa 3 inci Rp 10.000

Pipa ½ inci Rp 30.000

Batang T 3 batang @Rp 2.000 Rp 6.000

Elbow 4 biji @Rp 1.500 Rp 6.000

Stop Kran 3 biji @Rp 7.000 Rp 21.000

Noksel 2 buah @Rp. 3.000 Rp 6.000

Drat masuk 2 biji @Rp. 1.500 Rp 3.000

Lem Pipa Rp 7.000

Lem Besi 2 buah @Rp 10.000 Rp 20.000

Selotif Karet Rp 2.000

Dop Pipa 3 biji @ Rp 15.000 Rp 45.000

Dop Drat 3 biji @ Rp. 18.000 Rp 54.000

Filter 0,5 micron Rp 20.000

Total Rp 715.000

d. Pihak Terlibat

Kabid Penyehatan Lingkungan (PL) Puskesmas Teluk

dalam sebagai pembimbing dan memberikan buku panduan

pembuatan alat penjernih air yang berjudul “Merakit Sendiri

Alat Penjernih Air Untuk Rumah Tangga’ karya Sujana

Page 136: 88349517 Laporan PBL II

136

Alamsyah. Pihak yang juga ikut terlibat adalah Kepala Desa

Karang Tunggal dan Badan Perwakilan Desa Karang Tunggal

yang memfasilitasi lokasi dan sarana-prasarana uji coba alat

tersebut.

e. Hasil Kegiatan

Dari hasil percobaan alat filter penjernih air di Rumah

Kepada Desa Karang Tunggal dengan sumber air baku

adalah air sumur bor dengan karakteristik berbau, berasa dan

jernih, Setelah pemasangan alat di rumah tersebut hasil air

mengalami perubahan fisik air menjadi tidak berbau, tidak

berasa dan air menjadi lebih jernih.

Untuk mengetahui kualitas kimia air, dilakukan percobaan

sederhana dengan menggunakan teh. Dari percobaan

tersebut perbandingan kepekatan air teh diantara dua sampel

air berbeda. Tingkat kepekatan warna teh pada sampel air

yang belum diberi perlakuan (filterisasi) lebih pekat

dibandingkan dengan sampel air yang telah diberi perlakuan

(filterisasi).

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa alat filter

penjernih air sangat efektif dalam mengatasi masalah air yang

di alami warga Dusun Mekar Jaya Desa Karang tunggal

Kecamatan Tenggarong Seberang.

Page 137: 88349517 Laporan PBL II

137

8. Penyuluhan ASI Eksklusif

a. Tujuan Kegiatan

Meningkatkan pengetahuan wanita dan ibu tentang

pengertian ASI Eksklusif dan manfaatnya.

b. Sasaran Kegiatan

Para wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu menyusui di

Dusun Mekar Jaya serta ibu-ibu PKK Desa Karang Tunggal.

Dalam pelaksanaannya peserta yang hadir adalah sebanyak

24 orang yaitu para ibu-ibu PKK Desa Karang Tunggal.

c. Pelaksanaan Kegiatan

1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 3

Februari 2011 bertempat di Kantor PKK Desa Karang

Tunggal. Acara ini dimulai dari pukul 16.00 – 17.00 WITA.

2) Metode Pelaksanaan Penyuluhan

Penyuluhan ASI Eksklusif dilaksanakan dengan

metode diskusi kelompok besar dimana sebelumnya ada

penyampaian materi ASI Eksklusif oleh Tim PBL. Dimana,

jumlah pesertanya lebih dari 15 orang dengan pembagian

leaflet di akhir acara untuk perluasan informasi kepada

orang yang ada disekitarnya. Adapun materi yang

diberikan yaitu mengenai pengertian ASI Eksklusif,

pentingnya ASI Eksklusif, manfaat ASI Eksklusif bagi bayi

Page 138: 88349517 Laporan PBL II

138

dan ibu, serta resiko yang ditimbulkan akibat pemberian

cairan selain ASI sebelum bayi berusia 6 bulan. Sebelum

dan sesudah penyuluhan, para peserta terlebih dahulu

diberikan pre-test dan post-test untuk mengukur tingkat

pengetahuan masyarakat mengenai ASI Eksklusif.

3) Penanggung Jawab Pelaksana

Penanggung Jawab : Erina Widya Astuti, Fembriana

Wiwik, dan Erlita Budhiarti.

Pembawa Acara : Kartina Wulandari

Pemateri : Erina Widya Astuti

Seksi Perpubdekdok : M. Arif, Armyade, Fitri Noviyani.

Seksi Konsumsi : Dessy Nur Rosidah, Laila P.

Notulen : Lioni Farahita

Operator : Fatimah M. Noor

4) Susunan Acara

Susunan acara penyuluhan ASI Eksklusif tersebut

adalah :

- Pembukaan

- Pre test

- Pemutaran video ASI Eksklusif

- Penyampaian materi

- Diskusi dan tanya jawab

- Post test

Page 139: 88349517 Laporan PBL II

139

- Pembagian leaflet ASI Eksklusif

- Pembagian stiker ASI Eksklusif

5) Pengeluaran Dana

Kue Rp 80.000

Air mineral Rp 17.000

Fotokopi leaflet Rp 10.000

Souvenir Rp 20.000

Pulpen Rp 30.000

Total Rp 157.000

d. Pihak Terlibat

Dalam kegiatan penyuluhan ASI Eksklusif ini melibatkan

pihak Puskesmas Teluk Dalam yaitu Ibu Bidan Andriani,

A.Md.Keb. sebagai narasumber.

e. Hasil Kegiatan

Terlaksananya seluruh rangkaian kegiatan penyuluhan

ASI Eksklusif yang disertai dengan meningkatnya

pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif. Selain itu tingkat

antusiasme peserta cukup tinggi yang ditandai dengan

banyaknya peserta yang bertanya. Tingkat kehadiran peserta

mencapai 96% yaitu 24 peserta dari 25 peserta yang

diharapkan kehadirannya yang terdiri dari Ibu-ibu PKK, wanita

usia subur, dan ibu hamil..

Page 140: 88349517 Laporan PBL II

140

Untuk tingkat pengetahuan peserta mengenai ASI Ekslusif

sebelum diberikan materi pada penyuluhan ASI Ekslusif,

diukur melalui hasil pre-test, hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 5.5 Distribusi Pengetahuan Peserta saat Pre-test

Penyuluhan ASI Ekslusif RT. 08, RT. 09, RT. 10, RT.

11, RT. 12, RT. 13 dan RT, 15 Dusun Mekar Jaya Desa Karang

Tunggal Tahun 2011

No.Tingkat

PengetahuanJumlah Persentase (%)

1. Sedang 1 4,2 %

2. Baik 23 95,8 %

Jumlah 24 100%

Dari tabel 5.5 diatas diketahui bahwa sebelum diberikan

materi, dari 24 peserta penyuluhan ASI Ekslusif yang tingkat

pengetahuannya baik mengenai ASI Ekslusif sebesar 95,8%,

sedangkan yang berpengetahuan sedang hanya sebesar

4,2%.

Untuk tingkat pengetahuan peserta mengenai ASI Ekslusif

setelah diberikan materi pada penyuluhan ASI Ekslusif, diukur

melalui hasil post-test, hasilnya adalah sebagai berikut :

Page 141: 88349517 Laporan PBL II

141

Tabel 5.6 Distribusi Pengetahuan Peserta saat Post-test

Penyuluhan ASI Ekslusif RT. 08, RT. 09, RT. 10, RT.

11, RT. 12, RT. 13 dan RT, 15 Dusun Mekar Jaya Desa Karang

Tunggal Tahun 2011

No.Tingkat

PengetahuanJumlah Persentase (%)

1. Baik 24 100%

Jumlah 24 100%

Dari tabel 5.6 diatas diketahui bahwa setelah diberikan

materi, peserta penyuluhan ASI Ekslusif yang tingkat

pengetahuannya baik mengenai ASI Ekslusif mencapai

persentase 100% dari 24 peserta.

9. Pembuatan Leaflet ASI Eksklusif

a. Tujuan Kegiatan

Meningkatkan pengetahuan wanita dan ibu tentang

pengertian ASI Eksklusif dan manfaatnya melalui media

informasi yaitu leaflet.

b. Sasaran Kegiatan

Para wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu menyusui di

Dusun Mekar Jaya serta ibu-ibu PKK Desa Karang Tunggal.

Page 142: 88349517 Laporan PBL II

142

c. Pelaksanaan Kegiatan

1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pembuatan leaflet dilaksanakan pada tanggal 27

Januari 2011 dan dibagikan kepada peserta penyuluhan

pada akhir kegiatan Penyuluhan ASI Eksklusif di Kantor

PKK yaitu pada hari Kamis tanggal 03 Februari 2011

tepatnya pada pukul 17.00 WITA.

2) Metode Pembagian Leaflet

Metode pembagian leaflet tentang ASI Eksklusif yaitu

dilaksanakan dengan membagi leaflet setelah berakhirnya

penyuluhan ASI Eksklusif.

3) Penanggung Jawab Pelaksana

Penanggung Jawab : Erina Widya Astuti, Fembriana

Wiwik, dan Erlita Budhiarti.

Desain leaflet : Lioni Farahita

4) Pengeluaran Dana

Fotokopi leaflet ASI Eksklusif mengeluarkan biaya

sebesar Rp 10.000,-.

d. Hasil Kegiatan

Terbaginya dan dibacanya leaflet ASI Eksklusif pada para

peserta penyuluhan dan diperolehnya informasi untuk

meningkatkan pengetahuan peserta mengenai pengertian dan

manfaat ASI Eksklusif. Sehingga ada 24 lembar leaflet yang

Page 143: 88349517 Laporan PBL II

143

diberikan sesuai jumlah kehadiran peserta dan pencapaiannya

adalah 95,8% yaitu 24 peserta dari 25 undangan yang

diharapkan kehadirannya.

e. Isi Leaflet

Isi atau konten leaflet ASI Eksklusif yaitu memuat

pengertian ASI Eksklusif, manfaat ASI Eksklusif untuk ibu dan

bayi, serta langkah-langkah ASI Eksklusif.

10. Pembuatan Stiker ASI Eksklusif

a. Tujuan Kegiatan

Mensosialisasikan program ASI Eksklusif kepada yaitu 6

bulan pemberian ASI Eksklusif kepada bayi.

b. Sasaran Kegiatan

Para peserta yang hadir pada penyuluhan ASI Eksklusif

yaitu para wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu-ibu PKK.

c. Pelaksanaan Kegiatan

1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pembuatan stiker dilaksanakan pada tanggal 28

Januari 2011 dan dibagikan kepada peserta penyuluhan

pada akhir kegiatan Penyuluhan ASI Eksklusif di Kantor

PKK yaitu pada hari Kamis tanggal 03 Februari 2011.

2) Metode Pembagian Stiker

Metode pembagian stiker tentang ASI Eksklusif yaitu

dilaksanakan pasca membagi leaflet setelah berakhirnya

Page 144: 88349517 Laporan PBL II

144

penyuluhan ASI Eksklusif. Saat membagikan stiker, tim

PBL sambil meminta kepada para peserta untuk

menempelkan stiker tersebut di rumah mereka.

3) Penanggung Jawab Pelaksana

Penanggung Jawab : Erina Widya Astuti, Fembriana

Wiwik, dan Erlita Budhiarti.

Desain stiker : Lioni Farahita

4) Pengeluaran Dana

Pembelian kertas stiker mengeluarkan biaya sebesar

Rp 10.000,-.

d. Hasil Kegiatan

Terbaginya stiker ASI Eksklusif pada para peserta

penyuluhan dan diperolehnya informasi untuk meningkatkan

pengetahuan peserta mengenai program ASI Eksklusif.

Sehingga ada 24 buah stiker yang diberikan sesuai jumlah

kehadiran peserta dan pencapaiannya adalah 95,8% yaitu 24

peserta dari 25 undangan yang diharapkan kehadirannya.

e. Isi Stiker

Stiker berisi slogan “ 6 Bulan ASI Eksklusif ! ”

Page 145: 88349517 Laporan PBL II

145

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Situasi Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal Pada

Pelaksanaan PBL II

Situasi Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal saat

pelaksanaan Pengalaman Belajar Lapangan II (PBL II) telah banyak

berubah dibandingkan dengan pada saat pengambilan sampel di

Pengalaman Belajar Lapangan I (PBL I) pada tahun 2009. Hal ini

terlihat dari beberapa infrastruktur desa yang ada, seperti jalan raya

desa yang hampir 99% telah dilakukan pengaspalan. Selain itu di

Dusun Mekar Jaya khususnya, terjadi penambahan RT yang

dahulunya hanya berjumlah 6 RT (yaitu RT.08, RT.09, RT.10, RT.11,

RT.12, dan RT.13), saat ini bertambah menjadi 7 RT yaitu yaitu

RT.08, RT.09, RT.10, RT.11, RT.12, RT.13, dan RT.15.

B. Diagnosis Masalah

1. Identifikasi Masalah

Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah

kesehatan yang ada di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal

Kecamatan Tenggarong Seberang adalah metode brain storming

dan Focus Group Discussion (FGD).

Page 146: 88349517 Laporan PBL II

146

Brain storming atau curah pendapat merupakan modifikasi

diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi

kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin kelompok

memancing dengan satu masalah kemudian tiap peserta

memberikan tanggapan terhadap permasalahan yang

disampaikan. Tanggapan tersebut ditampung dan ditulis. Sebelum

semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi

komentar oleh siapa pun. Setelah semua anggota mengeluarkan

pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan terjadilah

diskusi (Azwar, 2003).

Sedangkan FGD adalah suatu metode riset yang oleh Irwanto

(2006) didefinisikan sebagai “suatu proses pengumpulan informasi

mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik

melalui diskusi kelompok” (Irwanto, 2006). Dengan perkataan lain

FGD merupakan proses pengumpulan informasi bukan melalui

wawancara, bukan perorangan, dan bukan diskusi bebas tanpa

topik spesifik. Metode FGD termasuk metode kualitatif.

Seperti metode kualitatif lainnya (direct observation, indepth

interview, dsb) FGD berupaya menjawab jenis-jenis pertanyaan

how-and why, bukan jenis-jenis pertanyaan what-and-how-many

yang khas untuk metode kuantitatif (survei, dsb). FGD dan metode

kualitatif lainnya sebenarnya lebih sesuai dibandingkan metode

Page 147: 88349517 Laporan PBL II

147

kuantitatif untuk suatu studi yang bertujuan “to generate theories

and explanations” (Morgan and Kruger, 1993).

Dari hasil FGD bersama masyarakat pada hari Jum’at tanggal

21 Januari 2011, diketahui bahwa permasalahan kesehatan yang

sedang terjadi di Dusun Mekar Jaya adalah kurangnya

pengetahuan masyarakat mengenai Jamkesda, kurangnya

ketersediaan air bersih, kurangnya penerapan PHBS (cuci

tangan), dan kurangnya pengetahuan masyarakat terutama wanita

mengenai pengertian dan manfaat ASI Eksklusif.

2. Penentuan Prioritas Masalah

Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah

kesehatan di Dusun Mekar Jaya Kecamatan Tenggarong

Seberang adalah metode Bryant. Cara ini telah digunakan di

beberapa Negara yaitu Afrika dan Thailand. Cara ini

menggunakan 4 macam kriteria, yaitu :

a) Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat

menganggap masalah tersebut penting.

b) Prevalensi, yakni seberapa banyak penduduk yang terkena

penyakit tersebut.

c) Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan

penyakit tersebut.

d) Managebility, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan

untuk mengatasinya.

Page 148: 88349517 Laporan PBL II

148

Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut diberi

skoring, kemudian masing-masing skor ditambahkan. Hasil ini

dibandingkan antara masalah-masalah yang dinilai. Masalah-

masalah dengan skor tertinggi akan mendapat prioritas yang tinggi

pula.

Berdasarkan penentuan prioritas masalah diatas, maka

didapatkan empat masalah yang akan diintervensi, yaitu

mengenai Jamkesda, air bersih, PHBS cuci tangan, dan ASI

Eksklusif.

3. Penyebab Masalah

Metode yang digunakan untuk menentukan penyebab

masalah kesehatan di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal

Kecamatan Tenggarong Seberang adalah metode Fishbone.

Dimana, masyarakat kurang mengerti mengenai apa yang

dimaksud dengan Jamkesda dan pengolahan air bersih. Selain itu

kesadaran masyarakat untuk menerapkan PHBS dalam hal ini

perilaku mencuci tangan masih rendah. Dan selanjutnya adalah

kurangnya pengetahuan masyarakat terutama wanita mengenai

ASI Eksklusif.

C. Penentuan Prioritas Program

Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas program

dalam penyelesaian masalah kesehatan di Dusun Mekar Jaya,

Page 149: 88349517 Laporan PBL II

149

Desa Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang adalah

kesepakatan masyarakat dan kelompok PBL. Berdasarkan

kesepakatan masyarakat dengan kelompok PBL, maka

didapatkan prioritas program yaitu penyuluhan air bersih dan

pembuatan alat penjernih air, penyuluhan JAMKESDA,

penyuluhan cuci tangan dan penyuluhan Asi Eksklusif.

D. Pelaksanaan Program Kesehatan

1. Penyuluhan Cuci Tangan dan Pembuatan Poster Cuci Tangan

Promosi kesehatan di sekolah dibuat untuk memperluas

manfaat kesehatan masyarakat dengan cara meningkatkan

pengetahuan dan perilaku kesehatan dan sanitasi pada anak-

anak sekolah dasar. Selain itu promosi kesehatan sekolah

bertujuan agar murid-murid tersebut bertindak sebagai agen

perubahan bagi orang tua, saudara-saudara, tetangga dan kawan-

kawan mereka.

Program promosi kesehatan di sekolah harus diintegrasikan

ke dalam program usaha kesehatan sekolah, melalui koordinasi

dengan tim pembina UKS ditingkat kecamatan, kabupaten,

provinsi dan pusat. Promosi kesehatan sekolah harus

dikoordinasikan dengan program penyuluhan kesehatan yang

dilakukan oleh puskesmas, dinas kesehatan kabupaten, dinas

kesehatan provinsi dan departemen kesehatan pusat.

Page 150: 88349517 Laporan PBL II

150

Keberhasilan promosi kesehatan di sekolah banyak

dipengaruhi oleh hubungan jaringan komunikasi antara cabang

dinas pendidikan (termasuk kepala sekolah, guru, komite sekolah,

orang tua siswa), Puskesmas (pimpinan puskesmas, sanitarian,

staf puskesmas lainnya, bidan desa), serta tokoh masyarakat

(aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi

kemasyarakatan, serta semua anggota masyarakat).

Kegiatan penyuluhan cuci tangan dilaksanakan di SDN 021

Desa Karang Tunggal yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal

29 Januari 2011 dengan sasaran seluruh siswa-siswi kelas I

sampa kelas VI. Tujuan kegiatan meningkatkan pengetahuan

tentang cuci tangan yang baik dan benar sejak usia dini. Kegiatan

penyuluhan ini menggunakan metode penyampaian materi,

demonstrasi, dan praktek dimana dilakukan senam cuci tangan

yang mencakup gerakan mencuci tangan yang baik dan benar.

Penyuluhan cuci tangan ini mencapai target perencanaan yaitu

100% siswa yang bersekolah di SDN 021 Desa Karang Tunggal

yaitu sebanyak 213 siswa.

Peningkatan pengetahuan para siswa mengenai cuci tangan

diketahui dari keaktifan mereka dalam memperagakan kembali

senam cuci tangan yang telah di contohkan oleh tim PBL. Tim

PBL juga sebelumnya telah mempersiapkan 20 pertanyaan

seputar cuci tangan yang diajukan kepada para siswa setelah

Page 151: 88349517 Laporan PBL II

151

diberikan materi dengan metode reward (hadiah). Alhasil dari 20

pertanyaan yang diajukan, masing-masing 20 siswa mampu

menjawabnya dengan baik dan benar. Metode lainnya yang

digunakan adalah dengan mengadakan games/permainan

menggunakan puzzle sederhana. Puzzle tersebut memuat gambar

tentang urutan mencuci tangan yang harus bisa disusun oleh para

siswa. Dalam metode permainan tersebut, para siswa juga bisa

menyusunnya dengan benar.

Untuk membantu para siswa SDN 021 dalam mengingat

selalu cara mencuci tangan yang baik dan benar serta agar

mereka selalu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,

maka poster cuci tangan yang dipasang oleh tim PBL di

lingkungan SDN 021 Desa Karang Tunggal sangat membantu hal

tersebut sebagai media informasi kesehatan.

Kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan penyuluhan cuci

tangan adalah praktek cuci tangan menggunakan air mengalir

tidak terlaksana karena terbatasnya sarana dan prasana yaitu air

bersih mengingat Desa Karang Tunggal yang cukup sulit dalam

mengakses air bersih.

2. Penyuluhan Jamkesda dan Pembagian Leaflet Jamkesda

Menurut Green (dalam, Notoatmodjo, 2005), promosi

kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan

dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan

Page 152: 88349517 Laporan PBL II

152

organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan

lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Maka penyuluhan

merupakan intervensi yang cocok bagi meningkatkan

pengetahuan tentang Jamkesda.

Berdasarkan tujuan kegiatan penyuluhan Jamkesda dan

pembagian leaflet Jamkesda yaitu pemberian informasi serta

sosialisasi Jamkesda Kabupaten Kutai Kartanegara kepada

masyarakat yang termasuk didalamnya mengenai tujuan program

Jamkesda, sasaran program Jamkesda, persyaratan peserta

Jamkesda, prosedur kepesertaan program Jamkesda dan alur

pelayanan kesehatan program Jamkesda.

Program Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) adalah

salah satu program jaminan kesehatan sosial yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Kutai

Kartanegara yang wajib diikuti oleh setiap penduduk di Kabupaten

Kutai Kartanegara yang belum memiliki jaminan pemeliharaan

kesehatan.

Pelaksanaan penyuluhan Jamkesda dan pembagian leaflet

yang dilakukan pada tanggal 1 Februari 2011 bertempat di Balai

Pertemuan Umum (BPU) Desa Karang Tunggal. Acara ini di hadiri

oleh Kepala Desa Karang Tunggal, BPD (Badan

Permusyawaratan Desa) Karang Tunggal, LPM (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat) Karang Tunggal, Kepala Dusun

Page 153: 88349517 Laporan PBL II

153

Mekar Jaya, para Ketua RT (RT. 08, RT. 09, RT. 10, RT. 11, RT.

12, RT. 13 dan RT, 15), perwakilan Puskesmas Teluk Dalam yang

juga sebagai narasumber serta perwakilan masyarakat (RT. 08,

RT. 09, RT. 10, RT. 11, RT. 12, RT. 13 dan RT, 15).

Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu

metode pendidikan kelompok besar, dimana pesertanya lebih dari

15 orang. Metode yang baik untuk kelompok ini yaitu metode

ceramah. Metode ceramah digunakan untuk sasaran

berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah yaitu :

a. Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah sendiri

menguasai materi dari apa yang diceramahkan. Untuk itu

penceramah harus memepersiapkan diri dengan :

1) Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih

baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema

2) Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah

singkat, slide, transparan, sound sistem dan sebagainya

3) Cara penyampaiannya dapat dimengerti dan dipahami

oleh peserta yang hadir

b. Pelaksanaan

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah apabila

penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah.

Page 154: 88349517 Laporan PBL II

154

Untuk dapat menguasai sasaran ceramah (dalam arti

psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai

berikut :

1) Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh

bersikap ragu-ragu dan gelisah

2) Suara hendaknya cukup keras dan jelas

3) Pandangan harus tertuju keseluruh peserta ceramah

4) Berdiri di depan (pertengahan), tidak boleh duduk

5) Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal

mungkin (Notoadmodjo, 2003)

Saat kegiatan berlangsung, peserta tampak aktif dalam

diskusi serta tanya jawab yang dilakukan. Dikarenakan sosialisasi

program Jamkesda Kabupaten Kutai Kartanegara ini sendiri masih

sangat kurang kepada masyarakat terutama masyarakat Dusun

Mekar Jaya serta peluncuran program ini sendiri baru dilakukan

oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pada awal bulan

Januari 2011. Oleh karena itu kegiatan penyuluhan dan

pembagian leaflet Jamkesda selain sebagai upaya pemberian

informasi juga sebagai upaya memfasilitasi dan advokasi bagi

stakeholder Desa Karang Tunggal, Puskesmas Teluk Dalam serta

perwakilan masyarakat RT. 08, RT. 09, RT. 10, RT. 11, RT. 12,

RT. 13 dan RT, 15, agar program Jamkesda ini tersebar secara

merata di kalangan masyarakat.

Page 155: 88349517 Laporan PBL II

155

Pendekatan yang dilakukan dalam intervensi ini adalah

dengan menggunakan teknik one group pre test and post tes

design, yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk menilai satu

kelompok saja secara utuh (Notoatmodjo, 2005). Melalui pre and

post test, diketahui bahwa sebelum intervensi pengetahuan

masyarakat akan program Jamkesda hanya 52%, namun setelah

diberikan penyuluhan pengetahuan masyarakat meningkat hingga

100%, dimana terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat

sebesar 48%. Kemudian didapatkan hasil berdasarkan

perhitungan jumlah responden dengan tingkat pengetahuan baik

dan sedang dalam penilaian pre-test adalah 13 peserta dari 25

peserta. Untuk penilaian kuestioner post-test terdapat 25 peserta

atau seluruh peserta dengan tingkat pengetahuan baik dan

sedang bagi peserta yang mengikuti penyuluhan.

Tingkat pengetahuan responden terbagi menjadi 3 tingkatan,

yaitu pengetahuan baik, pengetahuan sedang, dan pengetahuan

kurang. Dari hasil perhitungan kuesioner pre-test diketahui bahwa

12 peserta berpengetahuan kurang, 11 peserta berpengetahuan

sedang dan 2 peserta berpengetahuan baik.

Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner post-test diketahui

bahwa 21 peserta berpengetahuan baik, 4 peserta

berpengetahuan sedang, dan tidak ada peserta berpengetahuan

kurang.

Page 156: 88349517 Laporan PBL II

156

Kendala dalam kegiatan ini yaitu keterlambatan pada

mulainya acara, dikarenakan warga masyarakat yang masih sibuk

dengan aktivitas masing-masing serta narasumber yang kesulitan

untuk mengakses tempat berlangsungnya kegiatan.

3. Penyuluhan Air Bersih, Pembagian Leaflet Air Bersih, dan

Pembuatan Alat Penjernih Air

Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari sebaiknya

adalah air yang memenuhi kriteria sebagai air bersih. Air bersih

merupakan air yang dapat digunalan untuk keperluan sehari-hari

yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat

diminum apabila telah dimasak. Sedangkan yang dinamakan air

minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tahap

proses pengolahan memenuhi syarat kesehatan dan dapat

langsung diminum. Persyaratan terbaru seperti yang telah

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia memulai

Kepmenkes RI Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002/Tanggal 29 Juli

2002 (Waluyo, 2005).

Penyuluhan air bersih yang dilaksanakan menggunakan

beberapa pendekatan metode pendidikan kesehatan. Pada

penyampaian materi menggunakan metode ceramah serta

simulasi percobaan sederhana uji kualitas kimia air. Selanjutnya

pada sesi tanya jawab menggunakan metode seminar yang

dilakukan oleh narasumber dari Puskesmas Teluk Dalam. Peserta

Page 157: 88349517 Laporan PBL II

157

dalam kegiatan ini diambil secara acak pada setiap rukun

tetangga (RT) masing-masing adalah 5 orang perwakilan.

Hasil pre dan post test menunjukkan efektifitas kegiatan

penyuluhan memberikan nilai positif untuk pengetahuan

responden dalam hal mengenal air bersih. Dimana presentasenya

pada pre test adalah 52% responden dengan dengan

pengetahuan kurang, 4% responden dengan pengetahuan

sedang, dan 44% responden dengan pengetahuan baik.

Sedangkan pada post test hanya 8% responden dengan

pengetahuan kurang, 4% responden dengan pengetahuan

sedang, dan 88% resonden dengan pengetahuan baik. Dengan

demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa penyuluhan air bersih

sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat

mengenai air bersih.

Hal ini didukung oleh adanya faktor predisposisi dalam bentuk

pemberian informasi atau pesan dalam mengenal air bersih

dengan tujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai

air bersih.

Dalam Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah hasil ‘tahu’

dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga, pengetahuan kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

Page 158: 88349517 Laporan PBL II

158

tindakan seseorang (overt behavior). Tingkat pengetahuan

memang tidak selalu berkorelasi dengan perilaku yang baik,

namun demikian mengetahui ciri-ciri air bersih, dampak buruk

kesehatan mengkonsumsi air yang tidak memenuhi syarat

kesehatan dan cara mengetahu air yang sehat melalu percobaan

sederhana merupakan langkah awal yang perlu diketahui

masyarakat dengan resiko tinggi untuk mengkonsumsi air didesa

yang mayoritas bersumber dari sumur bor.

Sebagai upaya tindak lanjut dari permasalahan penyedian air

bersih di Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal, Tim PBL

melakukan demonstrasi dan percontohan sebuah alat penjernih

air sederhana pada salah satu rumah warga. Hal ini bertujuan

untuk memberikan praktek percontohan sederhana yang dapat

dilakukan dalam mengatasi permasalahan air bersih

dimasyarakat.

Hal ini sejalan dengan pernyataan yang menyatakan bahwa

kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari (knowledge) dan

disikapi (attitude) melainkan harus dikerjakan atau dilaksanakan

dalam kehidupan sehari-hari (practice). Hal ini berarti bahwa

tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat

dapat mempraktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri (health life

style) (Notoatmodjo, 2005).

Page 159: 88349517 Laporan PBL II

159

Demikian pula berdasarkan teori Skinner (1938) dalam

Notoatmodjo (2005) perilaku manusia dikelompokkan menjadi dua

yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Respon dalam prilaku

tertutup masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,

persepsi dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Metode

yang digunakan dalam perubahan sikap mengatasi permasalahan

air bersih adalah dengan menggunakan metode pengembangan

keahlian (skill development). Karena dengan menggunkan metode

ini dapat melakukan pemberdayaan masyarakat, sehubungan ada

beberapa masyarakat yang memiliki keahlian dalam bidang sumur

bor (tukang gali sumur) yang akhirnya bertujuan sebagai fasilitator

keberlanjutan program mengatasi air bersih di Dusun Mekar Jaya

tersebut.

Dari hasil percobaan alat filter penjernih air di Rumah Kepada

Desa Karang Tunggal dengan sumber air baku adalah air sumur

bor dengan karakteristik berbau, berasa dan jernih, Setelah

pemasangan alat di rumah tersebut hasil air mengalami

perubahan fisik air menjadi tidak berbau, tidak berasa dan air

menjadi lebih jernih. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

alat filter penjernih air sangat efektif dalam mengatasi masalah air

yang di alami warga dusun mekar Jaya Desa Karang tunggal

Kecamatan Tenggarong Seberang. Sehingga air yang diberi

Page 160: 88349517 Laporan PBL II

160

perlakuan menggunakan alat penjernih air dapat memenuhi syarat

kesehatan dari segi fisik yaitu bau, rasa, dan warna.

Kendala yang dialami dalam pelaksanaan kegiatan ini

terutama terdapat pada pembuatan alat penjernih air. Untuk

mendapatkan alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan, tim PBL

harus kembali ke kota Samarinda beberapa kali untuk membeli

dan mendapatkan alat dan bahan yang diperlukan.

4. Penyuluhan ASI Eksklusif, Pembagian Leaflet, dan

Pembagian Stiker ASI Eksklusif

Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan

atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada

masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan harapan bahwa

dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok, atau

individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang

lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat

berpengaruh terhadap perilakunya. Dengan kata lain, dengan

adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap

perubahan perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan tujuan kegiatan dari penyuluhan ASI Eksklusif

adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama

para wanita dan para ibu mengenai apa yang dimaksud dengan

ASI Eksklusif. Kegiatan penyuluhan dibantu dengan media

informasi tambahan seperti leaflet dan stiker yang diharapkan

Page 161: 88349517 Laporan PBL II

161

mampu menjadi perluasan informasi dari peserta penyuluhan

kepada orang lain disekitar mereka. Stiker ASI Eksklusif bertujuan

mensosialisasikan program ASI Eksklusif 6 bulan kepada bayi.

Dalam kegiatan penyuluhan ASI Eksklusif, metode yang

digunakan adalah metode ceramah dan diskusi. Setelah

penyampaian materi oleh tim PBL, ada sesi tanya-jawab dan

diskusi dari peserta. Tim PBL menghadirkan tokoh masyarakat

yang juga merupakan seorang tenaga kesehatan (bidan) di Desa

Karang Tunggal sebagai narasumber dan penjawab pertanyaan

yang diajukan peserta. Dengan hadirnya ibu bidan tersebut,

tingkat antusiasme masyarakat sangat tinggi untuk bertanya dan

berdiskusi mengenai permasalahan yang terkait dengan ASI.

Dari segi tingkat kehadiran telah mencapai target yaitu 96%

kehadiran, terdiri dari ibu-ibu PKK, wanita usia subur, ibu hamil,

dan ibu menyusui. Hasil pre dan post test menunjukkan efektifitas

kegiatan penyuluhan memberikan nilai positif untuk pengetahuan

responden dalam hal mengenal ASI Eksklusif. Dimana

presentasenya pada pre test adalah 4,2% responden dengan

dengan pengetahuan sedang dan 95,8% responden dengan

pengetahuan baik. Sedangkan pada post test 100% responden

berpengetahuan pengetahuan baik. Dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa penyuluhan ASI Eksklusif sangat efektif

dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai ASI

Page 162: 88349517 Laporan PBL II

162

Eksklusif. Terlihat bahwa sebagian besar pengetahuan para ibu

sudah baik mengenai ASI Eksklusif, namun tidak demikian dalam

praktek pemberiannya. Hampir seluruh ibu yang hadir dalam

penyuluhan tersebut tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayi

mereka dengan berbagai macam alasan seperti rasa kasihan

pada anak apabila tidak diberi makanan tambahan. Namun

permasalahan tersebut dapat diberikan solusinya oleh

narasumber yaitu ibu Bidan Andriani, A.Md.,Keb.

Tidak ada kendala yang berarti dalam pelaksanaan kegiatan

ini.

E. Evaluasi Program Kesehatan

1. Input

Dalam pelaksanaan program, alat dan bahan yang digunakan

berasal dari dua sumber yaitu swadaya mahasiswa PBL (tim PBL)

dan swadaya masyarakat. Pendanaan yang berasal dari swadaya

masyarakat adalah alat dan bahan pembuatan alat penjernih air.

Sedangkan pendanaan yang berasal dari swadaya mahasiswa

PBL (Tim PBL) adalah pada kegiatan pembuatan media untuk

penyuluhan Jamkesda, penyuluhan air bersih, dan penyuluhan

ASI Eksklusif, serta penyediaan konsumsi pada masing-masing

kegiatan.

Page 163: 88349517 Laporan PBL II

163

Tim PBL membuat leaflet dan stiker penyuluhan Jamkesda,

air bersih, dan ASI Eksklusif, serta poster dan puzzle penyuluhan

cuci tangan. Selain itu pada pelaksanaan penyuluhan cuci tangan,

tim PBL menyiapkan bahan, seperti sabun cuci tangan, hadiah /

doorprize sebagai reward bagi siswa yang mampu menjawab

pertanyaan yang diajukan dan yang mampu mempraktekkan

senam cuci tangan.

2. Proses

Semua program telah berjalan sesuai rencana yang telah

ditentukan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Warga Dusun Mekar Jaya yang menjadi peserta penyuluhan

terlihat antusias dibuktikan dengan banyaknya warga yang hadir

serta ikut berpartisipasi aktif dalam diskusi pada akhir acara.

Namun, terkendala oleh keterbatasan waktu karena acara

penyelenggaraan pada malam hari yaitu penyuluhan Jamkesda

dan penyuluhan air bersih. Sedangkan pada program pembuatan

alat penjernih air, kendala yang terjadi adalah dalam mendapatkan

alat dan bahan-bahan yang tidak terjangkau di lokasi PBL II,

sehingga tim PBL harus kembali ke Samarinda beberapa kali

untuk mendapatkan alat dan bahan yang diperlukan. Sedangkan

untuk penyuluhan cuci tangan dan ASI Eksklusif berjalan dengan

lancar dan tidak ada kendala berarti. Antusiasme peserta

Page 164: 88349517 Laporan PBL II

164

penyuluhan tersebut cukup tinggi ditandai dengan banyaknya

peserta yang mengajukan pertanyaan dan berdiskusi.

3. Output

Keberhasilan pelaksanaan program dilihat dari diskusi yang

dilakukan pada proses penyuluhan dan terjadinya peningkatan

pengetahuan masyarakat mengenai air bersih, Jamkesda, dan

ASI Eksklusif (dilihat dari perbandingan hasil pre-test dan post-

test). Sedangkan untuk penyuluhan cuci tangan, keberhasilan

pelaksanaannya dilihat dari kemampuan para siswa-siswi SDN

021 mempraktekkan senam cuci tangan yang diperagakan oleh

tim PBL. Untuk pembuatan alat penjernih air, keberhasilan terlihat

dari perubahan fisik pada air yang berupa perubahan bau, warna,

dan rasa setelah melalui alat penjernih air. Antusiasme

masyarakat dalam kegiatan uji coba alat penjernih ini juga tinggi.

Page 165: 88349517 Laporan PBL II

165

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil diagnosa masalah dan pengembangan program

kesehatan yang dilaksanakan di RT.08, RT.09, RT.10, RT.11, RT.12,

RT.13, dan RT.15 Dusun Mekar Jaya Desa Karang Tunggal

Tenggarong Seberang yang dilakukan mulai tanggal 27 Januari

sampai dengan 05 Februari 2011 diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Identifikasi masalah dengan menggunakan metode curah

pendapat (Brain Storming) serta Focus Group Discussion (FGD)

dan dapat diketahui bahwa masalah kesehatan yang ada di Dusun

Mekar Jaya antara lain meliputi permasalahan air bersih,

pengetahuan masyarakat mengenai Jamkesda, permasalahan

penerapan PHBS (perilaku cuci tangan), dan permasalahan

pemahaman masyarakat mengenai ASI Eksklusif.

2. Prioritas masalah disusun dengan menggunakan metode Bryant

dan dapat diketahui bahwa prioritas masalah kesehatan yang ada

di Dusun Mekar Jaya yaitu permasalahan kesehatan lingkungan,

permasalahan Administrasi Kebijakan kesehatan (AKK),

permasalahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan

permasalahan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Page 166: 88349517 Laporan PBL II

166

3. Analisa penyebab masalah disusun dengan menggunakan

metode fish bone. Penyebab masalahnya antara lain adalah

masyarakat kurang mengerti mengenai apa yang dimaksud

dengan Jamkesda dan pengolahan air bersih. Selain itu

kesadaran masyarakat untuk menerapkan PHBS dalam hal ini

perilaku mencuci tangan masih rendah. Dan selanjutnya adalah

kurangnya pengetahuan masyarakat terutama wanita mengenai

ASI Eksklusif.

4. Alternatif pemecahan masalah sampah adalah penyuluhan

kesehatan terhadap masyarakat air bersih, Jamkesda, PHBS cuci

tangan, dan ASI Eksklusif. Pembuatan media promosi kesehatan

air bersih, Jamkesda, PHBS cuci tangan, dan ASI Eksklusif seperti

poster, stiker, dan leaflet, pemberdayaan masyarakat, dengan

melibatkan stakeholder terkait seperti pihak Puskesmas untuk

program air bersih, jamkesda, dan ASI Eksklusif. Untuk

pemecahan masalah sulitnya air bersih, maka dibuat sebuah alat

penjernih air.

5. Prioritas pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan

metode Focus Group Discussion (FGD) dimana masing – masing

pihak mencurahkan pendapatnya untuk mencari prioritas masalah.

Pemecahan permasalahan adalah dengan melakukan:

penyuluhan, pembuatan media informasi kesehatan dan

pembuatan alat penjernih air.

Page 167: 88349517 Laporan PBL II

167

6. Metode pelaksanaan program kesehatan untuk masalah air

bersih: adalah penyuluhan air bersih, pembagian leaflet, dan

pembuatan alat penjernih air. Sedangkan untuk permasalahan

Jamkesda, PHBS, dan ASI Eksklusif program kesehatan yang

dilakukan adalah penyuluhan, pembagian leaflet dan poster.

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program adalah

penyuluhan dengan metode ceramah, diskusi, praktek, dan

demonstrasi.

7. Evaluasi program kesehatan dilakukan di Dusun Mekar Jaya Desa

Karang Tunggal. Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan

metode diskusi kelompok PBL II berdasarkan hasil yang diperoleh

disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.

B. Saran

Sehubungan dengan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas

maka disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Diharapkan petugas kesehatan di Puskesmas melakukan

penyuluhan secara berkala kepada masyarakat mengenai

masalah-masalah kesehatan yang ada, khususnya mengenai

masalah kesehatan lingkungan.

2. Diharapkan peran aktif tokoh masyarakat baik dari Kepala Desa,

Kepala Dusun, maupun Ketua RT dalam permasalahan Jamkesda

yang masih banyak belum diketahui masyarakat. Selain itu para

Page 168: 88349517 Laporan PBL II

168

masyarakat juga dapat aktif mencari informasi kepada pihak

Puskesmas dan bekerjasama secara rutin.

3. Diharapkan pihak Puskesmas khususnya bagian Kesling

melakukan pengecekan terhadao air yang ada di masyarakat.

sehingga apabila terkontaminasi, pihak Puskesmas dapat

memberitahukan kepada masyarakat mengenai dampak dari air

yang terkontaminasi tersebut.

4. Diharapkan pihak Puskesmas dapat bekerjasama dengan pihak

sekolah dalam rangka memberikan pendidikan kesehatan kepada

murid SD.

5. Diharapkan peran aktif pihak Puskesmas, Ibu-ibu PKK, dan

masyarakat dalam mendukung Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

terutama dalam program ASI Eksklusif.

Page 169: 88349517 Laporan PBL II

169

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Sujana. 2007. Merakit Sendiri Alat Penjernih Air Untuk Rumah Tangga. Jakarta : Kawan Pustaka.

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan (Edisi Ketiga). Jakarta : Binarupa Aksara.

-------------------. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara. 2011. Petunjuk Pelaksana dan Petunjuk Teknis Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) di PPK Tingkat I. Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.

Daud, A, dan Rosman. 2003. Aspek Kesehatan Penyediaan Air Bersih. Makassar : FKM UH.

Daud, A. 2004. Pencemaran Air dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Makassar : FKM UH.

Departemen Kesehatan RepubIik Indonesia. 2004. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua Persen. Jakarta.

-------------------. 2008. Panduan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta.

D.L. Morgan and R.A. Kruger. 1993. When to Use Focus Group and Why, , in ed. D.L. Morgan Successful Focus Groups, pp.

Health Canada. 2004. Exclusive Breastfeeding Duration - 2004 Health Canada Recommendation.

Herijulianti. 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : EGC.

Indrawati.1995. Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Page 170: 88349517 Laporan PBL II

170

Irwanto. 2006. Focused Group Discussion. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Maidin, Alimin. 2004. Dasar-dasar Administrasi Kebijakan Kesehatan. Makassar.

Mukono, H.J. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga Surabaya : University Press.

Muninjaya, Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Nasution, Zulkarimein. 1989. Teknologi Komunikasi Dalam Perspektif. Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2015 (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.HK.03.01/160/I/2010).

Suririnah, 1999. www.infoibu.com. Jadwal Imunisasi / Vaksinasi. Tanggal Akses 7 Juli 2009.

WHO. Exclusive Breastfeeding. 2001.

http://www.smallcrab.com/makanan-dan-gizi/609-penyediaan-air-bersih-

dan-sehat

http://www.aimyaya.com

http://www.ygdi.org