laporan pbl ekstrem
-
Upload
yaumul-robbi -
Category
Documents
-
view
188 -
download
12
Transcript of laporan pbl ekstrem
Sidang Pleno PBL
Modul Nyeri Ekstremitas
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Kelompok 11
Instruktur: Dr. Pitut
Ketua: Yaumul Robbi Fakhri 2012730109
Sekretaris: Wara Rasyiati 2012730107
Anggota:
1. Sri Nindiana Putri 2012730101
2. Syahputra Sakyrianto 2012730102
3. Tiara Putri N 2012730103
4. Titis Meyliawati 2012730104
5. Tria Listiani 2012730106
6. Tommy Prayoga 2012730105
7. Windy Arnova Dahyani 2012730108
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesaikan laporan PBL modul nyeri ekstremitas.
Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas PBL modul nyeri ekstremitas.
Dalam penulisan laporan ini penulis mengalami berbagai hambatan. Akan tetapi berkat
motivasi dan dukungan berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan laporan PBL ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Pitut ,sebagai tutor, yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dalam tutorial ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kami masih belum sempurna. Karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran untuk laporan ini agar laporan ini lebih baik lagi.
Kami berharap laporan ini akan menmbah wawasan kita mengenai masalah sistem
muskuloskeletal.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 27 Maret 2013
Penulis
daftar isi
Bab 1
Pendahuluan
a. Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal melputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursa.
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan. Struktur
tulang memberikan perlindungan terhadap organ-organ yang penting dalam tubuh seperti
jantung, paru, dan otak. Tulang berfungsi sebagai pemberi bentuk serta tempat
melekatnya otot sehingga tubuh kita dapat bergerak. Disamping itu tulang juga berfungsi
sebagai penghasil sel darah merah dan sel darah putih.
b. Batasan Masalah
Batasan masalah pada modul tutorial muskuloskeletal ini adalah membahas
tentang etiologi, patomekanisme, gambaran klinik, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan dan pencegahan dari penyakit nyeri ekstremitas.
c. Tujuan Pembelajaran
a) Mampu menyebutkan penyakit atau hal apa saja yang mengakibatkan rasa nyeri pada
ekstremitas.
b) Mampu menjelaskan mekanisme nyeri pada ekstremitas akibat sindroma jebakan
c) Mampu menjelaskan penyebab terjadinya sindroma jebakan
d) Mampu membedakan jenis dan bagian saraf yang mengalami jebakan
e) Mampu menjelaskan gejala dan tanda-tanda klinis sindroma jebakan
f) Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang sindroma jebakan
g) Mampu menjelaskan penanganan sindroma jebakan
Bab 2
Pembahasan
i. Skenario
Seorang laki-laki berumur 40 tahun datang berobat ke puskesmas dengan keluhan nyeri
pada bokong sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri bertambah berat bila duduk, namun
berkurang bila berjalan atau berdiri. Hal ini pertama kali dirasakan setelah pasien
mengangkat benda berat di rumahnya. Nyeri dirasakan menjalar ke paha sebelah kanan
bagian luar dan terus menjalar sampai tungkai dan tumit serta disertai sedikit rasa baal.
ii. Klarifikasi Kata Kunci dan kata sulit
Kata atau Kalimat Sulit:
Tidak ada
Kata atau Kalimat Kunci:
o Laki-laki berumur 40 tahun
o Nyeri pada bokong sejak semingu yang lalu
o Bertambah berat bila duduk, namun berkurang bila berjalan atau berdiri
o Nyeri dirasakan setelah mengangkat benda berat
o Nyeri menjalar ke paha sebelah kanan bagian luar sampai tungkai dan tumit
o Disertai sedikir rasa baal
iii. Identifikasi Masalah
1. Apakah faktor usia berpengaruh pada skenario di atas?
2. Mengapa nyeri dirasakan pada daerah bokong?
3. Mengapa nyeri bertambah berat pada saat duduk dan berkurang pada saat berjalan
atau berdiri?
4. Mengapa nyeri dirasakan setelah mengangkat beban berat?
5. Apa yang menyebabkan rasa baal yang terkait pada skenario?
6. Apa bagian saraf yang terkenaa pada skenario di atas?
7. Jelaskan diagnosis banding penyakit skenario di atas?
iv. Jawaban Pertanyaan
1) Faktor usia mempengaruhi proses terjadinya penyakit HNP. Proses degeneratif
mengakibatkan menciutnya anulus fibrosus akibat berkurangnya kadar protein
polisakarida dan kadar komponen air yang mengakibatkan penebalan anulus fibrosus
sehingga anulus fibrosus berkurang keelastisannya. Berikut adalah bagan mekanisme
terjadinya hernia nukleus pulposus:
2) Nyeri yang terjadi akibat adanya penekanan pada saraf di L5 ke S1. akar saraf yang
terkena yaitu S1, pada N. Ischiadicus sehingga menyebabkan nyeri pada saat duduk
dan menyebar ke tumit. Nyeri juga dapat mengakibatkan baal
3) Nyeri bertambah berat saat duduk akibat Spasmus dari otot-otot piriformis, levator
ani dan otot-otot koksigial menyebabkan nyeri bertambah sakit jika duduk. Spasmus
dari otot-otot ini adalah salah satu ciri dari nukleus pulposus.
4) Nyeri dirasakan saat mengangkat beban berat akibat degenerasi diskus dan
ligamentum longitudinal akibat “stres” setiap kali seseorang mengangkat benda berat,
meneggakkan badan secara bertenaga seperti pada waktu terpeleset, dan sebagainya.
Dalam hal itu anulus fibrosus dapat terobek. Reaksi yang kemudian timbul dapat
berupa udema dan perdarahan kecil yang selanjutnya pembentukkan jaringan
ploriferatif. Diskus yang sudah cacat dapat mengalami trauma lagi yang dapat
menimbulkan prostusi dari nukleus pulposus kedalam kanalis vertebralis. Protusi ke
samping dapat menimbulkan nyeri radikular ipsilateral dan protusi ke median tidak
usah menimbulkan manifestasi. Kerusakan pada diskus yang kemudian dapat disusul
dengan protusio diskus sering terjadi pada tingkat lumbal terbawah dan S.1, atau
antara L.4-L.5. Jika sudah terjadi protusio diskus ke lateral, maka “sakit pinggang “
disertai nyeri radikular sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus.
5) Pola umum iskalgia itu adalah sebagai berikut. Nyeri seperti “sakit gigi” atau nyeri
nyut-nyutan seperti bisul mau pecah atau linu nyeri hebat di rasakan bertolak dari
tulang belakang sekitar daerah lumbosakral dan menjalar menurut perjalanan nervus
iskia dikus dan lanjutannya pada nervus fibula komunis dan nervus tibialis. Makin
distal nyeri makin tidak begitu hebat , namun parestesia atau hipestesia di rasakan.
Oleh karena radiks lah yang terangsang. Maka nyeri dan parestesia atau hipestesia
atau sewajarnya di rasakan di kawasan radiks yang bersangkutan. Segmentasi
dermatosa pada permukaan belakang tungkai tidak mudah di kenal. Akan tetapi di
bgian ventral tungkai dan kaki dermatome murni radikular L.3, L.4, L.5, dan S.1
masih dapat di kenali. Daerah dermatomal ini di radiks disebut “autonomus sensory
zone”. Adanya parestesia atau hipestesia pada kawasan sensorik itu merupakan ciri
pola khusus iskalgia akibat iritasi di sekitar radiks posterior. Secara kasar iskalgia
semacam itu di kenal juga sebagai iskalgia diskogenik, walaupuntidak semuanya di
sebabkan oleh “slipped disk” tetapi oleh sebab- sebab yang berada di sekitar
“intervetebral disk”. Berikut mekanisme terjadinya rasa baal:
6) Bagian saraf yang terkena yaitu nervus ischiadicus yang berada di truncus
lumbosacralis. Nervus
ischiadicus mempunyai dua
cabang, yaitu n.tibialis dan
n.fibularis sehingga pasien
mengalami nyeri yang
menjalar hingga ke tungkai.
Selain itu saraf yang
terlibat dalam skenario
adalah n.femoralis,
n.obsturatorius, n.glutei
superior dan n.gluteus
inferior
7) Diagnosa banding dari skenario ini adalah sebagai berikut:
Hernia Nukleus Pulposus Spondilolisis Spondilolistesis
Definisi ialah menjebolnya nukleus
pulposus ke dalam kanalis
vertebralis akibat
degenerasi annulus
fibrosus korpus
intervertebral
Deformitas pada tulang
belakang
Ada defek pseudo-asrtosis
yang mengenai lamina
atau arkus neuralis
vertebra
Pergerakan ke depan suatu
vertebra terhadap
vertebra lain di atasnya
Etiologi adanya gaya yang
menekan pada diskus
Adanya degenerasi atau
trauma pada annulus
fibrosus
Factor hereditas
Dapat terjadi juga setelah
suatu stress fraktur atau
fraktur yang terjadi
sebagai suatu trauma
tunggal
• Karena adanya
kelainan degenerative
biasanya terjadi pada
L4-L5
• Akibat defisiensi pada
permukaan
lumbosakral sehingga
memungkinkan
vertebra lumbal V
bergeser ke depan
sacral I dan kelainan
ini bersifat congenital
Gambaran klinis lordosis lumbal yang
mendatar, nyeri tekan
setempat pada tingkat dan
sisi protusio nukleus
pulposus, tes Lasegue dan
Naffziger yang positif, dan
refleks tendon Achilles
yang menurun atau
- Manifestasi skeletal
• LBP & stiffness >
3 bln, berkurang
saat beraktif
• Pergerakan
terbatas vertebra
lumbar pada
bidang sagital &
• Berkurangnya refleks
di ekstremitas
Kelemahan otot
• Adanya tanda
kerusakan saraf saat
pemeriksaan fisik
• Masalah pada
keseimbangan dan
negatif. frontal
• Ekspansi dinding
dada terbatas,
berdasarkan umur
- Manifestasi
ekstraskeletal
• paru-paru
(fibrosis), sindr
kauda-equina,
amiloidosis
nyeri
• Adanya kompresi saraf
dan selip antar tulang
di foto rontgen
mekanisme Herniasi atau ruptur dari
diskus intervertebra adalah
protrusi nukleus pulposus
bersama dengan beberapa
bagian anulus ke dalam
kanalis spinalis atau
foramen intervertebralis.
Karena ligamentum
longitudinalis anterior jauh
lebih kuat daripada
ligamentum longitudinalis
posterior, maka herniasi
diskus hampir selalu
terjadi kearah posterior.
Herniasi tersebut biasanya
menggelembung berupa
massa padat dan tetap
menyatu dengan badan
diskus, walaupun fragmen-
fragmennya kadang-
kadang dapat menekan
keluar menembus
ligamentum longitudinalis
posterior dan masuk dan
berada bebas ke dalam
kanalis spinalis.
Patofisiologinya diduga
iskemia.
Kriteria
diagnosis
• Nyeri akut/ kronis
berhubungan
dengan agen
pencedera fisik;
kompresi saraf,
spasme otot, insisi
pembedahan.
• Gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan nyeri dan
ketidaknyamanan,
spasme otot,
kerusakan
neuromuskuler.
• Konstipasi
berhubungan
dengan imobilisasi,
penurunan aktivitas
fisik
Ø LBP & stiffness > 3
bln, berkurang saat
beraktif
Ø Pergerakan terbatas
vertebra lumbar pada
bidang sagital & frontal
Ø Ekspansi dinding dada
terbatas,
Berkurangnya refleks di
ekstremitas
Kelemahan otot
Adanya tanda kerusakan
saraf saat pemeriksaan
fisik
Masalah pada
keseimbangan dan
nyeri
Adanya kompresi saraf
dan selip antar tulang
di foto rontgen
Penatalaksanaan Pembedahan
• Disektomi
• Laminektomi
• Laminotomi
Immobilisasi
Traksi
Meredakan nyeri
prosedur diagnosis dan
terapi konservativ
sepertipada penyakit
diskus. Indikasi operasi
juga sama yaitu adanya
kompresi medula spinalis,
kelemahan otot atau nyeri
yang sukar di hilangkan
• terapi konservatif
terdiri dari pembatasan
aktivitas dan
melakukan latihan
fleksi. Korset lumbal
bermanfaat untuk
memberikan stabilitas
tulang belakang
*pembedahan.
Pemeriksaan
penunjang
X-ray anatomi tulang
belakang.
MRI standar emas jaringan
lunak
pemeriksaan fisik seperti
nyeri tekan dan jangkauan
gerak. pemeriksaan X-ray,
CT-scan atau MRI
pemeriksaan fisik berupa
palpasi dan
pemeriksaan radiologis
berupa foto polos
vertebra lumbal, bone
scan (SPECT scan),
dan CT-scan.
komplikasi Setelah periode waktu
tertentu, timbul nyeri
pinggul dan sisi posterior
atau porterolateral paha
serta tungkai sisi yang
terkena, yang biasanya di
sebut skiatik atau iskalgia,
Pada spondilosis yang
bersifat bilateral, vetebra
dapat bergerak ke depan
dan akan menimbulkan
spondilostesis.
gejala ini sering di sertai
rasa baal dan kesemutan.
Selain itu, pada keadaan
tidak lazim dimana
protrasi diskus sentral
terjadi dengan adanya
kanalis spinalis yang pada
regio lumbal , kompresi
kauda ekuina dapat timbul,
dengan paraparesis dan
hilangnya tinus sfunger,
sindrom klaudikasio palsu
telah dilaporkan dengan
nyeri tungkai bila
beraktivitas , akibat
sekunder dari kompresi
intermiten kauda ekuina.
Patofisiologisnya di sebut
iskemia.
prognosis HNP sembuh dalam
waktu 1 bulan sampai 1
tahun tanpa operasi. Pasien
yang herniasi parah dan
akan sembuh dalam waktu
yang lama seitar 2 – 4
tahun. Pasien yang tidak
parah akan sembuh dalam
watu 6 minggu.
Spondilosis tida memiliki
gejala apapun.
Kebanyakan nyeri
punggung dan leher. Dan
membaik setelah beberapa
minngu.
Spondiolistesis umumnya
dalam kondisi baik.
Namun dapat menjadi
kronis menyebabkan
kecacatan bahan
kematian.
Bab 3
Penutup
Berdasarkan kata kunci dan tanda-tanda yang terdapat di skenario, pasien diduga
mengalami hernia nukleus pulposus. Penyakit ini terjadi akibat protrusi nukleus pulposus
ke kanalis spinalis akibat trauma. Penyakit ini memiliki gejala nyeri saat duduk, adanya
spasme refleksdan terdapat rasa baal.
Penyakit ini dapat disembuhkan dengan cara terapi konservatif yaitu menggunakan
korset lumbal latihan fisik, menghindari aktivitas berlebihan yang dapat menyebabkan
trauma pada tulang belakang dan kompres panas. Terapi konservatif juga dapat di
kombinasikan dengan terapi farmakologik dengan cara pemberian analgesik dan OAINS.
Jika kondisi pasien sudah parah maka tindakan operasi menjadi jalan pengobatan
terakhir.
Daftar Pustaka
Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Atlas anatomi Sobotta edisi 23. Jakarta:EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC