Laporan PBL Modul II Penurunan Barat Badan.doc
-
Upload
edhelweyz-machmud -
Category
Documents
-
view
69 -
download
8
Transcript of Laporan PBL Modul II Penurunan Barat Badan.doc
SKENARIO II
PENURUNAN BERAT BADAN
1. KLASIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING
Berdasarkan skenario II bahwa tidak terdapat kata sulit, semua kata yang
terdapat pada skenario dapat dipahami dan dimengerti oleh semua anggota
kelompok.
2. KATA KUNCI
1. Laki-laki umur 30 tahun
2. BB menurun ± 10 kg dalam 3 bulan terakhir
3. Batuk-batuk yang sudah dialami sejak 1 bulan lalu
4. Gangguan kulit (gatal)
Lembar Cek List
Manifestasi
Penyakit
BB menurun
±10 kg dalam
3 bulan
terakhir
Batuk-batuk yg
sdh d alami sejak
1 bulan lalu
Gangguan kulit
(Gatal)
HIV/AIDS + + +
SLE/ Lupus + - +
LEUKEMIA + + -
Dari tabel di atas dapat disimpulkan yang bisa menjadi kata kunci adalah;
1) BB menurun ± 10 kg dalam 3 bulan terakhir.
2) Batuk-batuk yang sudah dialami sejak 1 bulan lalu
Seorang laki-laki umur 30 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan berat
badan menurun kurang lebih 10 Kg dalam 3 bulan terakhir. Laki-laki ini
mengeluh juga batuk-batuk yang sedang dialami sejak 1 bulan lalu dan tidak
sembuh dengan minum obat. Gangguan kulit seperti gatal juga muncul pada
laki-laki ini.
2. MIND MAP
PENURUNAN BERAT BADAN
HIV/AIDS SLE
DEFINISI HIV/AIDS:
AIDS (Acquired immunodeficiency
syndrom) merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya system
kekebalan tubuh oleh virus.
ETIOLOGI:
Penyebab kelainan imun pada AIDS
adalah suatu agen viral yang disebut
HIV dari kelompok virus yang dikenal
dengan retrovirus yang disebut
lympadenopathy associated virus (LAV)
atau Human T-Cell Leukimia Virus.
MANIFESTASI KLINIK:
Bedasarkan gambaran klinik (WHO)
Rasa lelah berkepanjangan
Sesak nafas dan batuk berkepanjangan
Pembengkakkan kelenjar getah bening
Bercak putih atau luka dimulut
Diare lelah dari satu bulan tanpa sebab
yang jelas
Sering demam (> 38 o C ) disertai
keringat malam tanpa sebab
Bercak merah kebiruan (kanker) pada
kulit
Berat bedan menurun secara mencolok
DEFINISI SLE:
SLE ( Sistemik Lupus Erimatosus)
merupakan penyakit rematik
autoimun yang ditandai dengan
adanya inflamasi yang tersebar luas
yang mempengaruhi setiap organ atau
sistem dalam tubuh.
ETIOLOGI:
Faktor Genetik
Faktor Hormonal
Auto Antibodi
Faktor Lingkungan
MANIFESTASI KLINIK
Ruam Malar
Ruam Discoit
Fotosensitifitas
Ulserasi dimulut ataw
Nasofaring
Penurunan Berat Badan
Artritis
Serositis
Kelainan Ginjal
Kelainan Neurologi
Kelainan Hematologi
Kelainan Imunologi
Antibody anty nuklear
positif
DEFINISI LEUKEMIA:
LEUKEMIA merupakan penyakit
dalam klasifikasi kanker pada darah
atau sumsum tulang yang di tandai
oleh perbanyakan secara tak normal.
ETTOLIGI :
1. Radiasi
2. Leukemogenik
3. Herediter
4. Virus
MANIFESTASI KLINIK:
1. Kelelahan
2. Penurunan BB
3. Sering mengalami
perdarahan
4. Pembengkakan internal
5. Berkeringat di malam
hari
6. Berkurangnya kontrol
otot
7. Pernafasan abnormal
seperti sesak nafas dan batuk
LEUKEMIA
3. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1) Mengapa pasien sering ditemukan gejala penurunan badan yang drastis ?
2) Mengapa pasien sering mengalami batuk-batuk ?
3) Mengapa pasien sering mengalami gatal ?
4. JAWABAN PERTANYAAN
1. Karena pada pasien imunohematologi memiliki banyak gejala antara lain
gangguan gantrointestinal seperti hilangnya selera makan, mual/muntah,
vomitus, kandidiasi oral serta esofhagus dan diare kronik.
Diare kronik menyebabkan seseorang banyak kehilangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh sedangkan pemasukan makanan dalam tubuh juga
berkurang akibat mual/muntah serta anoreksia. Sehingga penderia
mengalami penurunan badan yang nyata. Selain itu virus dalam tubuh
menyerang pada sistem pencernaan, sehingga makan yang masuk dalam
tubuh tidak dapat dicerna dengan sempurna, akhirnya kebutuhan tubuh
yang seharusnya terpenuhi menjadi berkurang.
2. Karena mengalami penurunan imunologi maka virus mudah menginfeksi
organ lain sehingga mengganggu fungsi organ tersebut. Diantara organ-
organ yang terganggu antara lain bronkus. Dalam bronkus virus ini
merusak dinding bronkus sehingga menyebabkan produksi mucus. adanya
mukus pada sistem pernafasan akan mengakibatkan reflex batuk-batuk.
3. Karena virus masuk kedalam tubuh melalui pertukaran cairan tubuh,
kemudian virus melakukan retrovirus sehingga virus masuk kedalam sel
dan mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menurun, maka terjadi infeksi
opporturnistik kemudian virus menginfeksi sistem integumen, sehingga
pasien mengalami gatal-gatal.
5. TUJUAN PEMBELAJARAN
Untuk mengetahui Manfaat yang didapat dari memakai ART pada penderita
HIV/ AIDS
6. INFORMASI TAMBAHAN
Ada beberapa manfaat dari memakai ART.
1. Mengahambat perjalanan HIV
2. Meningkatkan jumlah Sel CD4
3. Mengurangi jumlah virus dalam darah
4. Merasa lebih baik.
7. KLARIFIKASI INFORMASI
Kita sering mendengar kata AIDS tidak dapat diobati. Ini sebetulnya
salah! Sekarang sudah ada obat yang dapat menekan jumlah HIV, Virus
penyebab AIDS ditubuh kita. Dengan menggunakan obat ART ini ada harapan
HIV tidak ditemukan lagi di dalam darah kita, walaupun masih ada virus di
tempat persembunyian di tubuh kita. (Buku Saku Pengobatan HIV.2014)
8. ANALISA DAN SINTESIS INFORMASI
Pada kasus diatas, seorang laki-laki umur 30 tahun, datang ke poliklinik
dengan keluhan berat badan menurun kurang lebih 10 kg dalam 3 bulan
terakhir. Laki-laki ini mengeluh juga batuk-batuk yang sedang dialami sejak 1
bulan lalu dan tidak sembuh dengan minum obat. Gangguan kulit seperti gatal
juga muncul pada laki-laki ini.
Informasi yang tertera pada skenario menggambarkan gejala–gejala yang
umum pada penyakit imunologi terutama pada gangguan system imun karena
gejala yang ditampakkan adalah penurunan berat badan, batuk-batuk dan
gangguan pada kulit. Sebab ketiga gejala ini dapat memberikan gambaran
bahwa terjadi gangguan pada system imun. Terutama lebih cenderung pada
AIDS, SLE dan LEUKEMIA.
Namun, dalam penetapan diagnosis tetap harus dilakukan pemeriksaan
penunjang karena manifestasi klinis yang diberikan skenario sangatlah umum.
Sehingga masih memerlukan tahap-tahap tertentu seperti pemeriksaan
penunjang lainnya yang memungkinkan dapat menentukan diagnosa yang
tepat pada skrenario ini.
Oleh karena itu berdasarkan gejala-gejala yang terdapat pada scenario
tersebut dapat dimunculkan beberapa diagnosis banding yang masih
memerlukan tahap-tahap tertentu seperti pemeriksaan penunjang lainnya yang
memungkinkan munculnya kausa penyakit dan penegakan diagnosa yang
tepat. Diagnosa bandingnya adalah:
a. HIV/AIDS
b. SLE/ Lupus
c. LEUKEMIA
Manifestasi
Penyakit
BB menurun
±10 kg dalam 3
bulan terakhir
Batuk-batuk yg
sudah dialami sejak
1 bulan lalu
Gangguan kulit
(Gatal)
HIV/AIDS + + +
SLE/Lupus + - +
LEUKEMIA + + -
Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien serta perbandingan yang telah
dilakukan, maka dapat ditetapkan bahwa diferensial diagnosis utama adalah AIDS
(Acquired Immune Deficiency Sindrome). Namun, dalam penetapan diagnosis
tetap harus dilakukan pemeriksaan penunjang agar memperkuat diagnose yang
diangkat. Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis yaitu Berbagai pemeriksaan penunjang seperti : tes antibody seperti
(ELISA, western blot, IFA, RIPA), pelacakan HIV dan pemeriksaan satatus imun.
9. LAPORAN DISKUSI
LAPORAN PENDAHULUAN
HIV/AIDS
A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh vurusyang
disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakan sebagai syndrome
cacat kekebalan tubuh dapatan.
Acquired : Didapat, bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV (Human
immunodeficiency Virus), mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa
tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan
pelbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas
yang jarang terjadi (Center for Disease Control and Prevention ).
2. ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus
(HIV) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retro virus yang ditularkan
oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
3. PATOFISIOLOGI
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans (sel imun) adalah sel-sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus
(HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan
bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120.
Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel
killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah
secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-
300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi (herpeszoster dan
jamur oportunistik) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnyaterjadi infeksi
yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh
dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker
atau dimensia AIDS.
4. GAMBARAN KLINIS
Infeksi HIV memberikan gambaran klinis yang tidak spesifik dengan
spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala ( asimtomatik ) pada stadium
awal sampai pada gejala gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut.
Perjalanan penyakit lambat dan gejala gejala AIDS rata rata baru timbul 10 tahun
sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi. Gambaran klinis yang sesuai
dengan perjalan penyakit dan lebih bermanfaat bagi kepentingan klinik diuraikan
dalam fase-fase berikut.
a. Infeksi Akut
Gejala infeksi akut biasanya timbul sesudah masa inkubasi selama 1-3
bulan. Gejala yang timbul umumnya seperti influenza (flu-like syndrome :
demam, artragia, malaise, anoreksia), gejala kulit (bercak-bercak merah,
urtikaria), gejala syaraf (sakit kepala, nyeri retrobulber, radikulopati, gangguan
kognitif dan afektif), gangguan Gastrointestinal (nausea, vomitus, diare,
kandidiasis orofarings). Pada fase ini penyalit tersebut sangat menul;ar karena
terjadi veremia. Gejala tersebut diatas, merupakan reaksi tubuh terhadap
masuknya virus dan berlangsung kira-kira 1-2 minggu.
b. Infeksi kronis asitomatik
Setelah infeksi akut berlalu maka selama bertahun tahun kemudian,
umumnya sekitar 5 tahun, keadaan penderita tampak baik baik saja, meskipun
sebenarnya terjadi replikasi virus secara lambat di dalam tubuh. Beberapa
penderita mengalami pembesaran kelenjar limfe menyeluruh, meskipun ini
bukanlah hal yang bersifat prognostic dan tidak berpengaruh bagi penderita. Saat
ini sudah mulai terjadi penurunan jumlah sel CD4 sebagai petunjuk menurunnya
kekebalan tubuh penderita.
c. Infeksi Kronik Simtomatik
Fase ini dimulai rata-rata sesudah 5 tahun terkena infeksi HIV. Berbagi
gejala ringan atau berat timbul pada fase ini, tergantung pada tingkat imunitas
penderita.
5. TANDA DAN GEJALA
1. Rasa lelah berkepanjangan
2. Sesak nafas dan batuk berkepanjangan
3. Pembengkakkan kelenjar getah bening
4. Bercak putih atau luka dimulut
5. Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas
6. Sering demam (> 38 o C ) disertai keringat malam tanpa sebab
7. Bercak merah kebiruan (kanker) pada kulit
8. Berat bedan menurun secara mencolok
6. PENATALAKSANAAN
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human
Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan
yang tidak terinfeksi.
Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks
terakhir yang tidak terlindungi.
Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas
status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
Tidak bertukar jarum suntik, jarum tato dan sebagainya.
Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu :
a. Pengendalian infeksi opurtunistik bertujuan menghilangkan, mengendalikan,
dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial atau sepsis. Tindakan
pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan
perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin), disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat
antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi
antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim
pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4
nya <>3. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500mm3.
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus/memutuskan rantai reproduksi virus
pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
Didanosine
Ribavirin
Diedoxycytidine
Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon,
maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian
dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan
keberhasilan terapi AIDS
e. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan
sehat, hindari stress, gizi yang kurang, alkohol dan obat-obatan yang
mengganggu fungsi imun..
f. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
7. KOMPLIKASI
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immuno-
deficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian,
kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia dan isolasi sosial.
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis/ensefalitis. Dengan efek :sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik,
dan maranik endokarditis.
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV).
3. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi,
obatillegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik, demam atritis.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan
inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi
sulit dansakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk,
nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas.
5. Dermatologik Lesi
Kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,
rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
Pandangan : Sarkoma kaposi pada konjungtiva berefek
kebutaan
Pendengaran : Otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Aktivitas/istirahat
Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelahan/malaise, perubahan pola tidur.
Tanda : kelemahan otot, menurunnya massa otot, respons
fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi
jantung, pernapasan.
b) Sirkulasi
Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia),
perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi).
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume
nadi perifer, pucat atau sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
c) Integritas Ego
Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan, mis.,
dukungan keluarga hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup
tertentu, dan distress spiritual; mengkuartikan penampilan : alopesia, lesi
cacat, dan menurunnya berat badan; mengingkari diagnose, merasa tidak
berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, kehilangan control diri,
dan depresi.
Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri; perilaku
marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata yang kurang;
gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang
sama.
d) Eliminasi
Gejala : diare yang interniten, terus menerus, sering dengan atau
tanpa disertai kram abdominal; nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda : feses encer dengan atau tanpa disertai mukus atau darah;
diare pekat yang dering; nyeri tekan abdominal; lesi atau abses rectal,
perianal; perubahan dalam jumlah, warna, dan karakteristik urine.
e) Makanan/cairan
Gejala : tidak napsu makan, perubahan dalam kemampuan
mengenali makan, mual/muntah; disfagia, nyeri retrosternal saat menelan;
penurunan berat badan yang cepat/progresif.
Tanda : dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif;
penurunan berat badan : perawakan kurus, menurunnya lemak
subkutan/massa otot; turgor kulit buruk; lesi pada rongga mulut, adanya
selaput putih dan perubahan warna; kesehatan gigi/gusi yang buruk,
adanya gigi yang tanggal; edema (umum, dependen).
f) Higiene
Gejala : tidak dapat menyelamatkan AKS.
Tanda : memperlihatkan penampilan yang tidak rapi; kekurangan
dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
g) Neurosensori
Gejala : pusing/pening, sakit kepala; perubahan status mental,
kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah;
tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun; kerusakan sensasi atau
indera posisi dan getaran; kelemahan otot, tremor, dan perubahan
ketajaman pennglihatan; kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak
menunjukkan perubahan paling awal).
Tanda : perubahan status mental dengan rentang antara kacau
mental sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran
menurun, apatis, retardasi psikomotor/respons melambat; ide paranoid,
ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis; timbul
refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan
ataksia; tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis;
hemiparesis, kejang; hemoragi retina dan eksudat (renitis CMV).
h) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki; sakit
kepala (keterlibatan SSP); nyeri dada pleuritis.
Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri
tekan; penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang; gerak
otot melindungi bagian yang sakit.
i) Pernapasan
Gejala : ISK sering, menetap; napas pendek yang progresif; batuk
(mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum (tanda
awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam);
bendungan atau sesak pada dada.
Tanda : takipneu, distress pernapasan; perubahan pada bunyi
napas/bunyi napas adventisius; sputum : kuning (pada pneumonia yang
menghasilkan sputum).
j) Keamanan
Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses
penyembuhannya; riwayat menjalani transfuse darah yang sering atau
berulang (mis., hemophilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis);
riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut; riwayat/
berulangnya infeksi dengan HPS; demam berulang; suhu rendah
peningkatan suhu intermitten/memuncak; berkeringat malam.
Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ruam, mis., eczema,
eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/warna mola;
mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya; rectum luka-
luka perianal atau abses; timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe
pada dua area tubuh atau lebih (mis., leher, ketiak, paha); menurunnya
kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.
k) Seksualitas
Gejala : riwayat perilaku berisiko tinggi yakni mengadakan
hubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual
multiple, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks anal;
menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks;
penggunaan kondom yang tidak konsisten; menggunakan pil pencegah
kehamilan (meingkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang
diperkirakan dapat terpajan karena peningkatan kekeringan/iriabilitas
vagina).
Tanda : kehamilan atau risiko terhadap hamil; genitalia :
menifestasi kulit (mis., herpes, kutil); rabas.
l) Interaksi soocial
Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis.,
kehilangan kerabat/orang terdekat, teman, pendukung. Rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan
pendapatan; isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang
meninggal karena AIDS; mempertanyakan kemampuan untuk tetap
mandiri, tidak mampu membuat rencana.
Tanda : perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat;
aktivitas yang tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.
m) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : kegagalan untuk megikuti perawatan, melanjutkan
perilaku berisiko tinggi (mis., seksual ataupun penggunaan obat-obatan
IV); penggunaan/penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok,
penyalahgunaan alkohol.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1) Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan Tubuh (00002)
Domain 2 : Nutrisi
Kelas1 : Makan
2) Kerusakan Integritas kulit (00046)
Domain 11 : Keamanan / Perlindungan
Kelas 2 : Cedera Fisik
3) Ketidakefektifan Pola Nafas (00032)
Domain 4 : Aktivitas / Istirahat
Kelas 4 : Respon Kardiovaskuler / Pulmonal
3. Evaluasi Keperawatan
1. Menunjukkan berat badan stabil
2. Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.
3. Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif
ASUHAN KEPERAWATANPADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI
“HIV/AIDS”
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Jenis kelamin : laki – laki
Umur : 30 tahun
b. Pengkajian persistem
Makanan/cairan
Tanda : Penurunan berat badan yang cepat/progresif.
Pernapasan
Gejala : Batuk (mulai dari sedang sampai parah).
Integument
Gejala : Gangguan kulit (gatal-gatal)
2. IDENTIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Klien mengeluh berat badan menurun kurang
lebih 10 Kg dalam 3 bulan terakhir
2. Klien mengeluh batuk-batuk.
3. Klien mengeluh gatal
Seorang laki-laki umur 30 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan berat
badan menurun kurang lebih 10 Kg dalam 3 bulan terakhir.Laki-laki ini
mengeluh juga batuk-batuk yang sedang dialami sejak 1 bulan lalu, dan tidak
sembuh dengan minum obat.Gangguan kulit seperti gatal juga muncul pada
laki-laki ini
Seorang laki-laki umur 30 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan berat
badan menurun kurang lebih 10 Kg dalam 3 bulan terakhir.Laki-laki ini
mengeluh juga batuk-batuk yang sedang dialami sejak 1 bulan lalu, dan tidak
sembuh dengan minum obat.Gangguan kulit seperti gatal juga muncul pada
laki-laki ini
3. ANALISIS DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Klien mengeluh
berat badan menurun kurang lebih 10 Kg dalam 3 bulan
Pengobatan yang tidak berhasil
Gatal pada kulit
AIDS
Infeksi oportunistik
Invasi kuman, perbaikan jaringan
Metabolism meningkat
Kebutuhan nutrisi meningkat
Intake tidak seimbangan
kompensasi tubuh mengambil makanan cadangan di otot
Penurunan massa tubuh
Penurunan berat badan
Pemenuhan nutrisi dalam tubuh
tidak adekuat
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
Ketidak seimbangan
nutrisi
2 DS :
Klien mengeluh
gatal
AIDS
Infeksi oportunistik
Menginfeksi system integument
Gatal-gatal
RESTI KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT
Resti kerusakan
integritas kulit
PENYIMPANGAN KDM AIDS
Infeksi darah
HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Masuk ke dalam tubuh melalui pertukaran cairan tubuh (hubungan sex, darah, ASI)
Virus melakukan retrovirus
Virus masuk ke dalam sel (Limfosit)
Virus mematikan sel – sel T4 (CD4)
Sistem kekebalan tubuh ↓ (Immunodeficiency)
HIV/AIDS
Infeksi opportunistik
Menginfeksi sistem integumen
Gatal - gatal
RESIKO TINGGIKERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT
Invasi kuman, perbaikan jaringan
Kebutuhan nutrisi meningkat
Intake tidak seimbang
Menginfeksisaluran pernapasan
Menginfeksi bronkus
Produksi mukus ↑
BERSIHAN JALAN NAPAS TAK EFEKTIF
Batuk - batuk
Berat badan KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
Penurunan masa tubuh
Metabolism meningkat
Kompensasi tubuh mengambil cadangan
makanan di otot
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Kerusakan integritas kulit
5. PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Kerusakan integritas
6. INTERVENSI KEPERAWATAN
NoDiagnosa
Kepererawatan Tujuan dan Ktiteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1.
1.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Domain 2 Kelas 1No. Dx 00002Definisi Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.Batasan Karakteristik :☺ Klien mengeluh berat
badan menurun kurang lebih 10 kg dalam 3 bulan terakhir
☺ Pengobatan yang tidak berhasil
NOC :Kriteria Hasil :1. Adanya Peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan2. Berat badan sesuai dengan tingi
badan3. Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi4. Tidak ada tanda tanda
mallnutrisi.5. Menunjukkan fungsi pengecapan
dari menelan.6. Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti.
NIC :1. Observasi kemampuan klien
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, apa ada alergi makanan
2. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
3. Timbang berat badan klien pada interval yang tepat
Manajemen penyuluhan 1. Berikan informasi mengenai
makanan yang bergizi dan tidak mahal dan bagaimana memuhinya
2. Berikan informasi mengenai metode perencanaan membuat catatan makanan harian
Manajemen kolaboratif1. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk penentuan kebutuhan gizi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penentuan kebutuhan gizi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2.
2.
Kerusakan integritas kulit Domain 11 Kelas 2No. Dx 00046Definisi : Perubahan epidermis dan dermisBatasan karakterisitik :Data Subyektif : ☺ Klien mengeluh gatal
NOC :Kriteria Hasil :
● Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
● Perfusi jaringan baik● Menunjukkan pemahaman dalam
proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang
● Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.
NIC :Manajemen Presure1. Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang longgar
2. Monitor tanda dan gejala infeksi 3. Hindari kerutan pada tempat
tidur4. Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering5. Monitor kulit akan adanya
kemerahan6. Monitor aktivitasManajemen penyuluhan 1. Memberikan informasi kepada
pasien pada saat mandi menggunakan sabun dan air hangat
2. Instruksikan pasien untuk menginfor-masikan jika terjadi perubahan pada kulit pasien
Manajemen kolaboratif1. Kolaborasi untuk medikasi dan
terapi untuk proses penyakit yang mendasari untuk program penyembuhan luka
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. EGC. Jakarta
Heather T. Herdman. 2012. Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. EGC. Jakarta
http://www.smallcrab.com/kesehatan/655-mengenal-secara-singkat-fungsi-dan-bagian-bagian-darah.html
http://drdjebrut.wordpress.com/2010/11/23/penyebab-anemia-karena-penyakit-kronis.html
http://asromedika.blogspot.com/2011/07/pendekatan-diagnostic-untuk-penderita.html
http://www.morphostlab.com/artikel/anemia-aplastik-siapa-takut-kenali-ciri-ciri-dan-pencegahannya.html
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Buku Saku Pengobatan HIV untuk ODHA dan Komunitas. Kemenkes RI. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Konseling dan Tes HIV atas Inisiasi Petugas Kesehatan, Pedoman Penerapan. Ditjen P2PL, Kemenkes RI. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Penerapan, Layanan Komprehensif HIV-IMS. Ditjen P2PL, Kemenkes RI. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar: Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC.