LAPORAN lengkap

49
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Secara fisik, mempunyai panjang garis pantai mencapai 81.000 kilometer dengan jumlah pulau mencapai lebih dari 17.500 pulau. Luas daratan 1,9 juta km 2 , sementara luas perairan 3,1 juta km 2 . Salah satu pulau yang terletak di indonesia adalah pulau Sulawesi Selatan (Hankam, 2010). Propinsi Sulawesi Selatan merupakan wilayah semenanjung yang berbukit-bukit yang membentang dari bagian utara ke bagian selatan dengan ketinggian antara 500 - 1.000 meter lebih di atas permukaan laut, yang didominasi oleh perairan yang di dalamnya mencakup empat buah danau dan sejumlah sungai yang cukup besar serta beberapa waduk dan perairan umum yang cukup luas yang mengelilingi sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan., serta memiliki kualitas air yang berbeda-beda di setiap wilayahnya. sumber 1

Transcript of LAPORAN lengkap

Page 1: LAPORAN lengkap

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Secara fisik,

mempunyai panjang garis pantai mencapai 81.000 kilometer dengan jumlah

pulau mencapai lebih dari 17.500 pulau. Luas daratan 1,9 juta km2, sementara

luas perairan 3,1 juta km2. Salah satu pulau yang terletak di indonesia adalah

pulau Sulawesi Selatan (Hankam, 2010).

Propinsi Sulawesi Selatan merupakan wilayah semenanjung yang

berbukit-bukit yang membentang dari bagian utara ke bagian selatan dengan

ketinggian antara 500 - 1.000 meter lebih di atas permukaan laut , yang

didominasi oleh perairan yang di dalamnya mencakup empat buah danau dan

sejumlah sungai yang cukup besar serta beberapa waduk dan perairan umum

yang cukup luas yang mengelilingi sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan.,

serta memiliki kualitas air yang berbeda-beda di setiap wilayahnya. sumber

Perairan yang baik di tentukan oleh kualitas airnya. Kualitas air secara

umum menunjukkan mutu dan kondisi air dikaitkan dengan keperluan tertentu

misalnya kualitas air untuk irigasi dan kualitas air untuk minum. Dalam lingkup

akuarium, secara umum kualitas air mengacu pada cemaran yang dikandung

dalam perairan yang menunjang kehidupan pada ekosistem tersebut. Air yang

jernih bukan berarti air yang baik untuk ikan, jernih bukanlah salah satu syarat

kualitas air . Bahkan sering dijumpai ikan hidup berkembang dan tumbuh

1

Page 2: LAPORAN lengkap

dengan subur pada peraian yang terkesan kotor oleh manusia.

Dalam lingkungan periran ikan melakukan interaksi aktif dimana

melakukan pertukaran energi seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), garam-

garaman sisa metabolisme. Pertukaran materi ini terjadi antar muka, pada bahan

berupa membran semipermeabel yang terdapaat pada ikan, jika terdapat suatu

bahan-bahan tertentu dengan jumlah yang tertentu akan mengganggu mekanisme

kerja membran tersebut dan menyebabkan kematian pada ikan. Peduli kualitas air

adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam

penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu

terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik,

biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna) (ICRF, 2010).

Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika

(suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen

terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan

plankton, bakteri, dan sebagainya) (Effendi, 2003).

Berdasarkan pernyataan di atas maka percobaan ini dilakukan untuk

mengetahui bagaimana keadaan parameter pada suatu perairan seperti melihat

apakah situasi yang diperoleh pada saat teori sesuai dengna apa yang ada di

lapangan.

2

Page 3: LAPORAN lengkap

1.2 Nama Kegiatan

Studi Ilmiah Perairan (SIP)

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Mengetahui parameter kualitas air dengan mengukur suhu, kecerahan,

dan kedalaman.

1.3.2 Tujuan

- Untuk mengetahu parameter yang digunakan di perairan

- Untuk mengetahui tingkat kesuburan perairan

- Untuk membandingkan teori dan peraktik mengenai parameter kualitas air

1.4 Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Studi Imliah Perairan (SIP) dilaksanakan pada hari Kamis –

Jumat tanggal 20- 21 Juni 2013, di Desa Pakalabbirang, Kec. Bantimurung, Kab.

Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.

1.5 Penanggung Jawab Kegiatan

1. Stering Comite

Kordinator : Ignasius Yalfet Mangago

Anggota : 1. Khaerul Awaluddin

2. Muhammad Yusfi Yusuf

3. Rudi Rahmat

2. Ketua Panitia

Junardiawan sandi ode

3

Page 4: LAPORAN lengkap

3. Kordinator Lapangan

Sahrianto

1.6 Personel Pelaksana

NO NAMA NIM TEMPAT TANGGAL LAHIR

1 Jumriani L211 12 605 Pakkabba, 10 Agustus 1994

2 Ulfa Saada L211 12 001 Bone-bone, 10 Juni 1994

3 Yayu Andira L211 12 251 Bone, 04 September 1994

4 Nurliati maria L211 12 256 Simbuang, 17 februari 1993

5 Devi Ariastuti Yusri L211 12 258 U. P , 04 November 1993

6 Nurul Huda Musfirah L211 12 253 Takalar, 30 September 1994

7 Iin Anatul Fitria A.G L211 12 264 Pekkabata, 13 Juni 1993

8 Musa M. Sandalayuk L211 12 265 Gorontalo, 09 Juni 1993

4

Page 5: LAPORAN lengkap

BAB II

LANDASAN TEORI

Air merupakan suatu zat pelarut yang sangat berguna bagi semua mahluk

hidup. Dalam air terkandung berbagai macam unsur-unsur yang membentuk suatu

unit yang saling berkaitan dan sangat berpengaruh terhadap sifat dan kualitas air

itu sendiri.

Salah satu parameter kimia yang ada di dalam parairan yaitu gas

karbondioksida (CO2) yang dipengaruhi kualitas air. Ketersediaan gas ini dalam

perairan jumlahnya lebih sehingga akan mempengaruhi organisme-organisme

yang melakukan proses respirasi sedangkan kekurangan gas ini akan

mempengaruhi organisme dalam proses fotosintesis.

Karbondioksida (CO2) tidak bertambah banyak pada kedalaman yang

lebih besar kecuali di lapisan dekat dengan dasar, demikian pula dengan pH.

Karena Kalsium karbonat yang diendapkan didaerah trophogenic jatuh perlahan-

lahan ke dasar dan bertemu dengan karbondioksida (CO2) agresif didaerah

tropholytic, serta menambah kosentrasinya di lapisan bawah (Barus, 2002).

Untuk mengetahui kadar karbondioksida (CO2) diperlukan metode

pengukuran konsenterasi larutan menggunakan metode titrasi (titrasi asam-basa)

yaitu dengan penambahan indikator.

Sumber Karbondioksida

Karbondioksida merupakan unsur utama dalam proses fotosintesis yang

dibutuhkan oleh fitoplankton dan tumbuhan air. Keberadaan karbondioksida

5

Page 6: LAPORAN lengkap

diperairan sangat dibutukan oleh tumbuhan baik yang besar maupun yang kecil

untuk proses fotosintesis (Kordi, 2004).

CO2 juga terbentuk dalam air karena proses dekomposisi (oksidasi) zat

organik oleh mikroorganisme. Umumnya juga terdapat dalam air yang telah

tercemar. Karbondioksida pula diperairan berasal dari difusi atmosfer, air hujan,

air yang melewati tanah organik, dan respirasi tumbuhan dan hewan, serta bakteri

aerob dan anaerob (Efendi, 2003).

Peranan Karbondioksida  Dalam Perairan

Karbondioksida (CO2) mempunyai peranan yang sangat besar bagi

kehidupan organisme air. Senyawa tersebut dapat membantu dalam  proses

dekomposisi  atau  perombakan bahan organik  oleh  bakteri. Namun jika dalam

keadaan yang berlebihan dapat mengganggu bahkan menjadi racun bagi beberapa

jenis ikan (Barus, 2002)

Kandungan CO2 diperairan digunakan untuk melarutkan kapur, yaitu

untuk mengubah senyawa menjadi kalsium bikarbonat Ca(HCO3-). Agar supaya

bikarbonat menjadi mantap sejumlah karbondioksida (CO2) tertentu harus tetap

berada dalam larutan Yang dapat memperbaiki dan mempertahankan kalsium

(Hendra, 1988).

Kadar Karbondioksida

Kadar karbondioksida (CO2) yang baik bagi organisme peraiaran yaitu

kurang lebih 15 ppm. Jika lebih dari itu sangat membahayakan karena

menghambat pengikatan oksigen (O2). Lebih lanjut dikatakan kadar

karbondioksida yang berlebih dapat diatasi dengan melakukan penggantian air

6

Page 7: LAPORAN lengkap

secara rutin, mengurangi pertumbuhan ganggang yang terlalu lebat dan

peningkatan peranan kincir air (Mujiman, 1989).

Karbondioksida dari udara selalu bertukar dengan karbondioksida yang

ada di air. Pada air yang tenang pertukaran ini sedikit, proses yang terjadi adalah

difusi.  Sehingga kadar yang di perlukan pertukarannya berubah lebih cepat dan

air dipermukaan berpusar menuju kebagian dasar perairan (Sastrawijaya, 2000).

Hubungan Karbondioksida Dengan Parameter Lain

Tinggi dan rendahnya suatu karbondioksida dalam perairan tidak lepas

dari pengaruh parameter lain seperti oksigen, alkalinitas, kesadahan, suhu, cahaya

dan sebagainya. Di mana semakin tinggi karbondioksida, maka oksigen yang di

perlukan bertambah. Konsentrasi karbondioksida sangat erat hubungannya dengan

konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan, karena kandungan karbondioksida

mempunyai konsentrasi yang hampir sama dengan konsentrasi oksigen terlarut

(Soeyasa, 2001).

Nilai alkalinitas  akan menurun jika ketersediaan CO2  yang dibutuhkan

untuk fotosintesis tidak memadai. Hal ini karena adanya proses difusi CO2 diudara

kedalam air. Diperairan yang sadah, kandungan karbondioksida tidak terdapat

dalam bentuk gas. Hal ini terjadi adanya pembentukan kalsium dan magnesium

karbonat yang memiliki sifat kelarutan rendah sehingga mengalami presipitasi.

Dampak Karbondioksida  

Kelarutan karbondioksida (CO2) menurun diperairan, seiring dengan

menurunnya proses respirasi yang dilakukan oleh organisme yang ada dalam

perairan. Pada siang hari proses respirasi menurun disuatu perairan karena yang

melakukan proses respirasi hanya organisme berupa ikan sedangkan fitoplankton

7

Page 8: LAPORAN lengkap

tidak melakukan respirasi melainkan hanya melakukan fotosintesis (Zonnoveld,

1991).

Kurangnya karbondioksida (CO2) terlarut dalam perairan utamanya pada

siang hari dapat mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis yang dilakukan

oleh organisme akuatik dan memperlambat pertumbuhan organisme tersebut

dalam perairan.

Penanggulangan Karbondioksida 

Salah satu masalah dalam perairan adalah apabila terjadi peningkatan

kadar karbondioksida terlarut. Hal ini sangat mempengaruhi aktivitas organisme

yang ada di dalam utamanya persaingan dalam proses respirasi. Solusi yang dapat

dilakukan apabila hal tersebut terjadi yaitu dengan cara pengaturan sirkulasi air

dengan teratur dan dapat pula digunakan aerator apabila kondisi perairan kecil

(Barus, 2002). Dikatakan Hendra (1988), penanggulanganya dapat dilakukan

dengan menaikkan pH serta dengan menambahkan senyawa kimia yang bersifat

basa, pada umumnya digunakan kapur.

8

Page 9: LAPORAN lengkap

BAB III

METODE KEGIATAN

3.1 Pra Kegiatan

Jadwal kegiatan studi ilmiah perairan Hmp msp kemapi fikp unhas

yaitu sebagai berikut :

NO MATERI HARI/TGLWAKTU (WITA)

KETERANGAN (Pemateri. PJ, dll)

1 Technical Meeting Kamis, 06 Juni 2013 09.00 – 09.45 Steering Committe

2

Sejarah HMP MSP KEMAPI

FIKP UNHAS dan Struktur

kepenguruan Periode 2012 – 2013

Kamis, 06 Juni 2013 10.00 – 11.30 SAEFUL BAHRI

3 Nitrat (N) dan Phosfat (F) Kamis, 06 Juni 2013 12.00 – 13.00DENNI

ARISTIAWSAN

4 MANAJEMEN PERJALANAN Kamis, 06 Juni 2013 14.00 – 16.00MUHAMMAD YUSFI

YUSUF

5 Organisasi dan Lembaga Sebtu, 08 Juni 2013 14.00 – 15.30ZULUNG ZACH

WALYANDRA

6 BINA FISIK Sabtu, 08 Juni 2013 16.00 – End --____--

7 BINA FISIK Minggu, 09 Juni 2013 16.00 – End --____--

8Oksigen (O2), Karbondioksida

(CO2), dan AlkalinitasSelasa, 11 Juni 2013 10.00 – 11.00

ADHIYAAT RIDHO

AGAM

9 PPGD Selasa,11Juni 2013 11.30 – 13.00TBM CALCANEUZ

FK – UH

10 Suhu (˚C) dan pH Selasa, 11 Juni 2013 14.00 – 15.00 DARNI

12Metode Pendataan dan Sistemtika

LaporanSelasa, 11 Juni 2013 15.00 – 16.00 ABZHAL BASTARIE

11 Survival Kamis, 13 Juni 2013 10.00 – 11.00 IGNASIUS YALFET

12Kepadatan dan Kerapatan

Ekosistem MangroveKamis, 13 Juni 2013 11.00 – 13.00

MUHAMMAD NUR /

ARNOLD

KABANGGA /

SABILI RASAD

9

Page 10: LAPORAN lengkap

13 BINA FISIK Jum’at, 14 Juni 2013 16.00 – End --____--

14 BINA FISIK Sabtu, 15 Juni 2013 16.00 – End --____--

15 SIMULASI Minggu, 16 Juni 2013 08.00 – End --____--

16 Pengaplikasian MedanRabu – Kamis,

19 – 20 Juni 2013-

17Masa Tenggang

(Pembuatan Laporan)21 – 28 Juni 2013 -

18 EVALUASISabtu – Minggu,

29 – 30 Juni 2013-

NB : Schedule kegiatansewaktu-waktudapatberubah

3.2 Anggaran Dana

Anggaran dana/pengeluaran Kelompok CO2 yaitu sebagai berikut :

ALAT DAN BAHAN JUMLAH HARGA (Rp)

Botol Sampel

Termometer

Cool Box

Kantong Plastik

Tali Weebing

Roti Tawar

Susu Coklat

Latban

Tali Sechi Disk

Es batu

Garam

20 buah

1

1

5

1 (5 meter)

2 Bungkus

1 Kaleng

1

10 meter

1 Balok

2 Bungkus

Rp. 8.000

Rp. 13.000

Rp. 40.000

Rp. 10.000

Rp. 20.000

Rp. 14.000

Rp. 12.000

Rp. 12.000

Rp. 10.000

Rp. 5.000

Rp. 1.000

TOTAL Rp. 145.000

10

Page 11: LAPORAN lengkap

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sekilas Tentang lokasi Kegiatan

Lokasi pelaksanaan Studi Ilmiah Perairan (SIP) ini bertempat di Desa

Pakalabbirang, kec. Bantimurung, Kab. Maros yang biasa dinamakan sebagai

tebing kura-kura, tp sebelumnya warga setempat tidak tahu kalau ada tebing yang

dinamakan tebing kura-kura karena mereka mengenal nama tebing tersebut

dengan sebutan tebing Balangnge. Dan asal mula dari penamaan tebing ini berasal

dari pengunjung yang datang disana dan menemukan fosil kura-kura di bebatuan

tebing. Menurut cerita warga setempat, pada zaman dahulu memang banyak kura-

kura yang ditemukan orang-orang yang memanjat tebing. Tapi seiring

berkembangnya zaman fosil kura-kura tersebut mulai punah dikarenakan

banyaknya orang-orang yang mengunjungi tebing tersebut dan tercemarnya

lingkungan atau tempatt tinggal kura-kura tersebut sehingga tahun demi tahun

populasinya semakin berkurang bahkan habis dan saat ini sudah tidak ada lagi

yang terdapat di tebing tersebut.

Lokasi tersebut tidak jauh dari pemukiman warga setempat dan sekarang

warga sudah terbiasa dengan kedatangan orang-orang dari luar daerah untuk

melakukan suatu kegiatan di Tebing Kura-kura, baik panjat tebing ataupun

berkemah. Pada Perjalanan ke tebing kura-kura, kita menjumpai hamparan sawah

yang luas serta pemandangan tebing yang terlihat dari jarak jauh. Dan sampai di

tebing tersebut, kita juga mendapat mata air dari pengunungan dan mata air

tersebut di manfaatkan oleh warga setempat untuk mengairi sawah dan kebun

11

Page 12: LAPORAN lengkap

mereka bahkan pada zaman dahulu mata air dari pegunungan tersebut dikonsumsi

sebagai air minum karena airnya yang jernih dan tidak tercemar oleh apapun. Tapi

saat ini warga sudah tidak lagi mengkonsumsi air tersebut karena ada beberapa zat

kimia yang sudah mencemari airnya seperti zat yang terkandung pada bahan yang

digunakan untuk memupuk padi di sawah.

4.2 List Kegiatan

Pada hari kamis tanggal 20 juni 2013 pukul 06:00 WITA kami berkumpul di

sekret HMP MSP.

Pada pukul 08:00 WITA kami berangkat ke lokasi Study Ilmiah Perairan

(SIP) yang bertempat di Kab. Maros tepatnya di Tebing Kura-kura.

Perjalanan menuju lokasi Study Ilmiah Perairan (SIP) membutuhkan waktu

± 1 jam.

Pada pukul 10.00 WITA kami sampai di lokasi.

Disana kami diberi waktu untuk persiapan pembukaan SIP dan beristirahat

sejenak.

Pada pukul 11.00 WITA pembukaan SIP.

Pada pukul 12.00 WITA kami istirahat, sholat, dan makan (ISHOMA).

Pada pukul 13.15 WITA kami berangkat menuju lokasi perairan untuk

menguji kedalaman, kecerahan, dan suhu perairan sekitar tebing kura-kura.

Pada pukul 14.00 WITA kami sampai di lokasi tepatnya di stasiun masing-

masing kelompok. Dan memulai pengukuran pertama.

Pada pukul 16.00 WITA semua pengukuran telah selesai dilakukan, dan

waktunya untuk berganti stasiun.

12

Page 13: LAPORAN lengkap

Pada pukul 16.30 WITA kami selesai dan dikumpul di sebuah persawahan

dengan memakai masker lumpur.

Pada pukul 17.05 WITA kami kembali diperkemahan.

Pada pukul 17.15 WITA kami bersih-bersih, shalat, dan istirahat.

Pada pukul 19.13 WITA kami makan malam.

Pada pukul 21.25 WITA kami ramah tamah.

Pada pukul 23.30 WITA kami diskusi malam.

Pada pukul 02.04 WITA kami istirahat ( TIDUR )

Pada pukul 05.00 WITA shalat subuh.

Pada pukul 05.45 WITA bangun pagi.

Pada pukul 06.30 WITA kami melakukan streching (Olahraga).

Pada pukul 07.30 WITA kami sarapan.

Pada pukul 08.00 WITA sosialisasi penduduk sekitar.

Pada pukul 10.12 WITA kembali ke perkemahan.

Pada pukul 10.30 WITA kami makan siang.

Pada pukul 11.30 WITA penutupan.

Pada pukul 12.35 WITA kembali ke kampus UNHAS.

Pada pukul 13.35 WITA sampai di kampus UNHAS

4.3 Perolehan Data dan Pembahasan

13

Page 14: LAPORAN lengkap

4.3.1 Data di lapangan

Rumus Kecerahan D1+D 2

2

STASIUN 1

Pukul : 13.50

Suhu : a. 28oC

b. 27oC

c. 27oC

Sub 1 :

Kecerahan : D1+D 2

2

: 90+75

2

: 165

2

: 82,5

Kedalaman : 170 Cm

Sub 2 :

Kecerahan : D1+D 2

2

: 70+73

2

: 143

2

: 71,5

14

Page 15: LAPORAN lengkap

Kedalaman : 180 Cm

Sub 3 :

Kecerahan : D1+D 2

2

: 60+45

2

: 105

2

: 71,5

Kedalaman : 90 Cm

STASIUN 2

Pukul : 14.06

Suhu : a. 28oC

b. 27oC

c. 28oC

Sub 1 :

Kecerahan : D1+D 2

2

: 72+68

2

: 740

2

: 370

Kedalaman : 74 Cm

15

Page 16: LAPORAN lengkap

Sub 2 :

Kecerahan : D1+D 2

2

: 40+20

2

: 602

: 30

Kedalaman : 40 Cm

Sub 3 :

Kecerahan : D1+D 2

2

: 38+30

2

: 682

: 34

Kedalaman : 70 Cm

STASIUN 3

Pukul : 15.00

Suhu : a. 27oC

b. 27oC

c. 27oC

16

Page 17: LAPORAN lengkap

Sub 1 :

Kecerahan : D1+D 2

2

: 88+52

2

: 140

2

: 70

Kedalaman : 130 Cm

Sub 2 :

Kecerahan : D1+D 2

2

: 70+50

2

: 120

2

: 60

Kedalaman :80 Cm

Sub 3 :

Kecerahan : D1+D 2

2

: 65+50

2

: 1152

17

Page 18: LAPORAN lengkap

: 57,5

Kedalaman : 145 Cm

STASIUN 4

Pukul : 16.00

Suhu : a. 28oC

b. 27oC

c. 27oC

Sub 1 :

Kecerahan : D1+D 2

2

: 80+50

2

: 130

2

: 65

Kedalaman : 135 Cm

Sub 2 :

Kecerahan : D1+D 2

2

: 80+48

2

: 128

2

: 64

18

Page 19: LAPORAN lengkap

Kedalaman : 325 Cm

Sub 3 :

Kecerahan : D1+D 2

2

: 75+30

2

: 105

2

: 52,5

Kedalaman : 460 Cm

4.3.2 Data hasil Uji Laboratorium

Adapun Rumus analisis data CO2 yaitu :

CO2=1 OOO× 22× 0 , 0454 ×VTVS

1. Karbon Dioksida (CO2)

Stasiun 1

19

Page 20: LAPORAN lengkap

Botol Terang

CO2 ¿1OOO ×22 ×0,0454 ×VT

VS=1 OOO× 22× 0,0454 ×2

25¿

¿ =

79,904

Botol Gelap

CO2 ¿ 1OOO ×22 ×0,0454 ×VTVS

=1 OOO× 22× 0,0454 ×125¿

¿ =

39,952

Stasiun 2

Botol Terang

CO2 ¿1OOO ×22 ×0,0454 ×VT

VS=1 OOO× 22× 0,0454 × o ,5

25¿

¿ =

19,976

Botol Gelap

CO2 ¿1OOO ×22 ×0,0454 ×VT

VS=1 OOO× 22× 0,0454 × o ,5

25¿

¿ =

19,976

Stasiun 3

Botol Terang

CO2 ¿1OOO ×22 ×0,0454 ×VT

VS=1 OOO× 22× 0,0454 ×1

25¿

¿ =

39,952

Botol Gelap

20

Page 21: LAPORAN lengkap

CO2 ¿1OOO ×22 ×0,0454 ×VT

VS=1 OOO× 22× 0,0454 × 0,5

25¿

¿ =

19,976

Stasiun 4

Botol Terang

CO2¿ 1OOO ×22 ×0,0454 ×VTVS

=1 OOO× 22× 0,0454 × 0,525¿

=¿¿

19,976

Botol Gelap

CO2 ¿1OOO ×22 ×0,0454 ×VT

VS=1 OOO× 22× 0,0454 × 0,5

25¿

=¿¿

19,976

2. Suhu

STASIUN 1

Pukul : 13.50

Suhu : a. 28oC

b. 27oC

c. 27oC

xki+k2+k3

3 = 28+27+273 = 27,3oc

STASIUN 2

Suhu : a 28oC

b. 27oC

21

Page 22: LAPORAN lengkap

c. 28oC

xki+k2+k3

3 = 28+27+283 = 27,6oc

STASIUN 3 :

Suhu : a. 27oC

b. 27oC

c. 27oC

X¿ ki+k 2+k 33

= 27+27+273

= 27oc

STASIUN 4

Suhu : a. 28oC

b. 27oC

c. 27oC

X¿ ki+k 2+k 33

= 28+27+273

= 27,3oc

4.3.3 Pembahasan

Parameter Fisika dan Kimia Perairan Danau

Pengetahuan mengenai kondisi kualitas perairan danau yang dicerminkan

oleh nilai konsentrasi beberapa parameter kualitas air, baik secara fisika maupun

kimia yang sangat diperlukan untuk menghitung suhu, kecerahan, dan kedalaman

diperairan tersebut. Penilaian ini pada dasarnya dilakukan dengan

membandingkan nilai parameter air dari hasil pengukuran di lapangan dengan

literature yang di dapatkan. Salah satu pemanfaatan perairan Danau tebing kura-

22

Page 23: LAPORAN lengkap

kura adalah digunakan untuk mengairi sawah dan kebun. Bahkan pada zaman

dahulu mata air dari pegunungan tersebut dikonsumsi sebagai air minum karena

airnya yang jernih dan tidak tercemar oleh apapun. Tapi karena ada beberapa zat

kimia yang sudah mencemari airnya seperti zat yang terkandung pada bahan yang

digunakan untuk memupuk padi di sawah maka saat ini warga sudah tidak lagi

mengkonsumsi air tersebut.

Suhu Perairan

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses

metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau kejadian

suhu yang ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme bahkan dapat

menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuaidengan

musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak tempat

terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air.

Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan, terutama

dalam proses metabolisme. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan

konsumsi oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya kelarutan

oksigen dalam air. Oleh karena itu, maka pada kondisi tersebut organisme akuatik

seringkali tidak mampu memenuhi kadar oksigen terlarut untuk keperluan proses

metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003). Adapun sebaran suhu

di perairan Danau tebing kura-kura selama penelitian disajikan pada Gambar

brikut

23

Page 24: LAPORAN lengkap

stasiun / jam suhu 1 suhu 2 suhu 3

stasiun 1 (13.50)28˚C 27˚C 27˚C

stasiun 2 (14.06)28˚C 27˚C 28˚C

stasiun 3 (15.00)27˚C 27˚C 27˚C

stasiun 4 (16.00)28˚C 27˚C 27˚C

Hasil pengukuran suhu pada lokasi penelitian secara keseluruhan tidak

memperlihatkan variasi yang besar, bahkan relatif stabil yaitu berkisar antara 27–

28 oC, dengan nilai rata-rata 27,3 oC. Melihat keadaan suhu di daerah enelitian,

dapat disimpulkan bahwa kondisi suhu di perairan Danau tebing kura-kura masih

memenuhi suhu normal. Dengan demikian, perairan Danau tebing kura-kura dapat

digunakan sebagai sumber air baku air minum.

Total Padatan Tersuspensi (TSS), Kecerahan dan Kekeruhan

Padatan tersuspensi terdiri dari komponen terendapkan, bahan melayang

dan komponen tersuspensi koloid. Padatan tersuspensi mengandung bahan

anorganik dan bahan organik. Bahan anorganik antara lain berupa liat dan butiran

pasir, sedangkan bahan organik berupa sisa-sisa tumbuhan dan padatan biologi

lainnya seperti sel alga, bakteri dan sebagainya (Peavy et al., 1986). TSS,

24

Page 25: LAPORAN lengkap

kecerahan dan kekeruhan merupakan parameter-parameter yang saling terkait satu

sama lain. Peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi sebanding dengan

peningkatan konsentrasi kekeruhan dan berbanding terbalik dengan kecerahan.

Ketiga parameter tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam

produktivitas perairan. Hal ini berkaitan erat dengan proses fotosintesis dan

respirasi organisme perairan. Keberadaan total padatan tersuspensi di perairan

mempengaruhi intensitas cahaya matahariyang masuk ke dalam badan air.

stasiunsub 1 sub 2 sub 3

kecerahan kedalaman kecerahan kedalaman Kecerahan kedalaman

stasiun 1 82,5 170 71,5 180 71,5 90

stasiun 2 370 74 30 40 34 70

stasiun 3 70 160 60 80 57,5 145

stasiun 4 65 135 64 325 52,5 460

Salah satu parameter kimia yang ada di dalam parairan yaitu gas

karbondioksida (CO2) yang mempengaruhi kualitas air. Ketersediaan gas ini

dalam perairan jumlahnya lebih sehingga akan mempengaruhi organisme-

organisme yang melakukan proses respirasi sedangkan kekurangan gas ini akan

mempengaruhi organisme dalam proses fotosintesis (Barus, 2002).

Dari hasil uji lab diketahui bahwa volume tetrasi Ca2No3 sangat

mempengaruhi suatu larutan agar terjadi perubahan warna menjadi pink.

contohnya sampel yang di ambil dari stasiun 1 pada botol gelap, warnanya

berubah menjadi pink keunguan ketika ditambahkan 1 ml (18 tetes) Ca2No3, dan

ada pula yang berwarna pink pekat, sampel tersebut diambil pada stasiun 3 yaitu

25

Page 26: LAPORAN lengkap

botol terang dengan volume tetrasi 1ml (16 tetes).dan selebihnya sisa sampel

tersebut berwana pink bening ketika di tambahkan volume tetrasi Ca2No3 yang

berbeda-beda, hal ini di sebabkan dikarenakan waktu pengambilan sampel yang

berbeda-beda dan kecerahan matahari pada saat pengambilan sampel juga

berperan dalam perubahan larutan menjadi berwarna pink dengan volume yang

beda pula.

Stasiun

CO2

botol terang botol gelap

stasiun 1 79,904 39,952

stasiun 2 19,976 19,976

stasiun 3 39,952 19,976

stasiun 4 19,976 19,976

26

Page 27: LAPORAN lengkap

4.4 Data Sosiologi Fisik dan Non Fisik

4.4.1 Data Sosiologi Fisik

Dokumentasi penduduk

Kelompok CO2 dengan Narasumber

Narasumber 1 Narasumber 2

27

Page 28: LAPORAN lengkap

Rumah Narasumber 1 Rumah Narasumber 2

Dokumentasi kelurahan

Mahasiswa UNHAS dengan Narasumber di kelurahan

28

Page 29: LAPORAN lengkap

SDN 121 Impres Kalabbirang Kantor Kelurahan

4.4.2 Data Sosiologi Non Fisik

Pada hari Jum’at, 21 Juni 2013 pukul 08.00 WITA. Kami kelompok CO2

melakukan sosialisasi penduduk di dua rumah dan kantor kelurahan yang mana

data penduduknya sebagai berikut :

Rumah pertama

Nama : Haris

Umur : 33 tahun

Status : Kepala keluarga

Jumlah keluarga : 4 orang

Pekerjaan : Petani (milik pribadi)

Panen : 2x dalam setahun

Bahasa : Bugis

Kelahiran : 1979

Gaji : Tidak menentu

Lama tinggal : ± 4 tahun

Jenis ikan yang ada : Ikan nila, ikan gabus, dan ikan karter

Hal tentang penyuluhan :Sering diadakan oleh para mahasiswa,

instansi dan dinas.

29

Page 30: LAPORAN lengkap

Konflik yg sering terjadi : Konflik tentang perebutan harta gono gini

Penyelesaian konflik : Diselesaikan secara kekeluargaan

Rumah kedua

Nama : Hj. Hasmawati

Umur : 51 tahun

Status : Janda

Jumlah keluarga : 4 orang

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Nama suami : Alm. H. Nurdin

Pekerjaan : Supir

Bahasa : Bugis

Kelahiran : 1962

Penghasilan : Bergantung pada anak

Lama tinggal : Dari lahir

Jenis ikan yang ada : Ikan mas, ikan mujair dan ikan gabus

Hal tentang penyuluhan : Sering diadakan penyuluhan salah satunya

tentang air PAM

30

Page 31: LAPORAN lengkap

Bantuan pemerintah : Raskin (Rp 25.000/karung)

Air yg digunakan sehari-hari : air sumur untuk mandi, dan air galon untuk

masak serta minum.

Kantor Kelurahan

Nama : A.M. Jufri, S. Sos.

Jumlah penduduk : 3.788

Penduduk dominan : Petani

Pembagian kelompok tani : Ada

Kendala pada pelaksanaan : Hama, dan gagal panen (faktor alam)

Hal tentang penyuluhan : Pernah ada penyuluhan tambak tapi tidak efektif karna

disebabkan banjir

Pembudidaya ikan : Hanya 1-2 orang

Ritual adat : Ada, tapi jarang dilaksanakan

Suku : Bugis Makassar

Penduduk : ± 4000

Raskin : 200 orang

Fasilitas umum : Posyandu, 3 SMP, 1 SMA, 3 SD, dan 2 TK

31

Page 32: LAPORAN lengkap

DATA UMUM PENDUDUK DI DESA KALABBIRANG

NO PerincianWarga negara Orang Asing Jumlah

laki-laki

perempuanlaki-laki

perempuanlaki-laki

perempuanlaki-laki + perempuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1penduduk awal bulan ini

1781 2004 -   - 1781 2004 3785

2kelahiran bulan ini

- 1 -  -   - 1 1

3kematian bulan ini

- -  - -   - -   -

4pendatang bulan ini

1 1  -  - 1 1 2

5 pindah bulan ini - -   - -   - -  - 

6penduduk akhir bulan ini

1782 2006  - -  1782 2006 3788

32

Page 33: LAPORAN lengkap

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Parameter yang digunakan saat penelitian yaitu sechi disk yang digunakan

untuk mengukur kecerahan pada perairan, termometer yang digunakan

untuk mengukur suhu pada perairan.

Tingkat kesuburan pada perairan tersebut cukup ideal bagi habitat

organisme di perairan.

Ketika dibandingkan hasil praktek dengan teori, hal tersebut memiliki

kesamaan hasil. Salah satu contohnya adalah suhu optimum di perairan yang

tercantum dalam teori dan hasil yang di dapatkan dilapangan sama,

meskipun banyak teori atau referensi yang berbeda-beda pendapat.

5.2 Saran

Saran kami untuk semuanya adalah pada saat melakukan aktivitas atau

suatu kegiatan jaganlah main-main, serta selalu menjaka etika dan kesopanan.

33

Page 34: LAPORAN lengkap

34

Page 35: LAPORAN lengkap

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Wilayah perairan Di Sulawesi selatan.

https://www.google.com/

#sclient=psyab&q=wilayah+perairan+di+sulawesi+selatan&oq=wila

yah+perairan+di+sulawesi+selatan. Diakses pada tanggal 26 Juni

2013

Barus T. A. 2002.  Pengantar Limnologi.  USU-Press.  Medan. Diakses pada

tanggal 27 Juni 2013

Efendi, 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan

lingkungan perairan. KANISIUS (Anggota IKAPI). Yogyakarta.

Diakses pada tanggal 27 Juni 2013

Hendra., Saputra, 1988.  Membuat dan Membudidayakan Ikan dalam Kantong

Jaring.  CV.Simplex, Jakarta. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013

http://hankam.kompasiana.com/2010/09/04/wilayah-perairan-indonesia-

249326.html. Diakses pada tanggal 26 Juni 2013

Kordi, 2004.  Penanggulang Hama dan Penyakit Ikan.  Bina Adiaksara,

Jakarta. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013

35

Page 36: LAPORAN lengkap

Mujiman., A, 1989.  Makanan Ikan.  Penebar Swadaya, Jakarta. Diakses pada

tanggal 27 Juni 2013

Sastrawijaya, 2000.  Pencemaran Lingkungan.  Rineka Cipta, Jakarta. Diakses

pada tanggal 27 Juni 2013

Soeyasa, 2001. Ekologi Perairan. Departemen Kelautan dan Perikanan

Dirjen.Pendidikan Menengah Atas, Jakarta. Diakses pada tanggal 27

Juni 2013

36

Page 37: LAPORAN lengkap

37