LAPORAN lengkap
Transcript of LAPORAN lengkap
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Secara fisik,
mempunyai panjang garis pantai mencapai 81.000 kilometer dengan jumlah
pulau mencapai lebih dari 17.500 pulau. Luas daratan 1,9 juta km2, sementara
luas perairan 3,1 juta km2. Salah satu pulau yang terletak di indonesia adalah
pulau Sulawesi Selatan (Hankam, 2010).
Propinsi Sulawesi Selatan merupakan wilayah semenanjung yang
berbukit-bukit yang membentang dari bagian utara ke bagian selatan dengan
ketinggian antara 500 - 1.000 meter lebih di atas permukaan laut , yang
didominasi oleh perairan yang di dalamnya mencakup empat buah danau dan
sejumlah sungai yang cukup besar serta beberapa waduk dan perairan umum
yang cukup luas yang mengelilingi sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan.,
serta memiliki kualitas air yang berbeda-beda di setiap wilayahnya. sumber
Perairan yang baik di tentukan oleh kualitas airnya. Kualitas air secara
umum menunjukkan mutu dan kondisi air dikaitkan dengan keperluan tertentu
misalnya kualitas air untuk irigasi dan kualitas air untuk minum. Dalam lingkup
akuarium, secara umum kualitas air mengacu pada cemaran yang dikandung
dalam perairan yang menunjang kehidupan pada ekosistem tersebut. Air yang
jernih bukan berarti air yang baik untuk ikan, jernih bukanlah salah satu syarat
kualitas air . Bahkan sering dijumpai ikan hidup berkembang dan tumbuh
1
dengan subur pada peraian yang terkesan kotor oleh manusia.
Dalam lingkungan periran ikan melakukan interaksi aktif dimana
melakukan pertukaran energi seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), garam-
garaman sisa metabolisme. Pertukaran materi ini terjadi antar muka, pada bahan
berupa membran semipermeabel yang terdapaat pada ikan, jika terdapat suatu
bahan-bahan tertentu dengan jumlah yang tertentu akan mengganggu mekanisme
kerja membran tersebut dan menyebabkan kematian pada ikan. Peduli kualitas air
adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam
penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu
terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik,
biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna) (ICRF, 2010).
Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika
(suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen
terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan
plankton, bakteri, dan sebagainya) (Effendi, 2003).
Berdasarkan pernyataan di atas maka percobaan ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana keadaan parameter pada suatu perairan seperti melihat
apakah situasi yang diperoleh pada saat teori sesuai dengna apa yang ada di
lapangan.
2
1.2 Nama Kegiatan
Studi Ilmiah Perairan (SIP)
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Mengetahui parameter kualitas air dengan mengukur suhu, kecerahan,
dan kedalaman.
1.3.2 Tujuan
- Untuk mengetahu parameter yang digunakan di perairan
- Untuk mengetahui tingkat kesuburan perairan
- Untuk membandingkan teori dan peraktik mengenai parameter kualitas air
1.4 Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Studi Imliah Perairan (SIP) dilaksanakan pada hari Kamis –
Jumat tanggal 20- 21 Juni 2013, di Desa Pakalabbirang, Kec. Bantimurung, Kab.
Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.
1.5 Penanggung Jawab Kegiatan
1. Stering Comite
Kordinator : Ignasius Yalfet Mangago
Anggota : 1. Khaerul Awaluddin
2. Muhammad Yusfi Yusuf
3. Rudi Rahmat
2. Ketua Panitia
Junardiawan sandi ode
3
3. Kordinator Lapangan
Sahrianto
1.6 Personel Pelaksana
NO NAMA NIM TEMPAT TANGGAL LAHIR
1 Jumriani L211 12 605 Pakkabba, 10 Agustus 1994
2 Ulfa Saada L211 12 001 Bone-bone, 10 Juni 1994
3 Yayu Andira L211 12 251 Bone, 04 September 1994
4 Nurliati maria L211 12 256 Simbuang, 17 februari 1993
5 Devi Ariastuti Yusri L211 12 258 U. P , 04 November 1993
6 Nurul Huda Musfirah L211 12 253 Takalar, 30 September 1994
7 Iin Anatul Fitria A.G L211 12 264 Pekkabata, 13 Juni 1993
8 Musa M. Sandalayuk L211 12 265 Gorontalo, 09 Juni 1993
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Air merupakan suatu zat pelarut yang sangat berguna bagi semua mahluk
hidup. Dalam air terkandung berbagai macam unsur-unsur yang membentuk suatu
unit yang saling berkaitan dan sangat berpengaruh terhadap sifat dan kualitas air
itu sendiri.
Salah satu parameter kimia yang ada di dalam parairan yaitu gas
karbondioksida (CO2) yang dipengaruhi kualitas air. Ketersediaan gas ini dalam
perairan jumlahnya lebih sehingga akan mempengaruhi organisme-organisme
yang melakukan proses respirasi sedangkan kekurangan gas ini akan
mempengaruhi organisme dalam proses fotosintesis.
Karbondioksida (CO2) tidak bertambah banyak pada kedalaman yang
lebih besar kecuali di lapisan dekat dengan dasar, demikian pula dengan pH.
Karena Kalsium karbonat yang diendapkan didaerah trophogenic jatuh perlahan-
lahan ke dasar dan bertemu dengan karbondioksida (CO2) agresif didaerah
tropholytic, serta menambah kosentrasinya di lapisan bawah (Barus, 2002).
Untuk mengetahui kadar karbondioksida (CO2) diperlukan metode
pengukuran konsenterasi larutan menggunakan metode titrasi (titrasi asam-basa)
yaitu dengan penambahan indikator.
Sumber Karbondioksida
Karbondioksida merupakan unsur utama dalam proses fotosintesis yang
dibutuhkan oleh fitoplankton dan tumbuhan air. Keberadaan karbondioksida
5
diperairan sangat dibutukan oleh tumbuhan baik yang besar maupun yang kecil
untuk proses fotosintesis (Kordi, 2004).
CO2 juga terbentuk dalam air karena proses dekomposisi (oksidasi) zat
organik oleh mikroorganisme. Umumnya juga terdapat dalam air yang telah
tercemar. Karbondioksida pula diperairan berasal dari difusi atmosfer, air hujan,
air yang melewati tanah organik, dan respirasi tumbuhan dan hewan, serta bakteri
aerob dan anaerob (Efendi, 2003).
Peranan Karbondioksida Dalam Perairan
Karbondioksida (CO2) mempunyai peranan yang sangat besar bagi
kehidupan organisme air. Senyawa tersebut dapat membantu dalam proses
dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri. Namun jika dalam
keadaan yang berlebihan dapat mengganggu bahkan menjadi racun bagi beberapa
jenis ikan (Barus, 2002)
Kandungan CO2 diperairan digunakan untuk melarutkan kapur, yaitu
untuk mengubah senyawa menjadi kalsium bikarbonat Ca(HCO3-). Agar supaya
bikarbonat menjadi mantap sejumlah karbondioksida (CO2) tertentu harus tetap
berada dalam larutan Yang dapat memperbaiki dan mempertahankan kalsium
(Hendra, 1988).
Kadar Karbondioksida
Kadar karbondioksida (CO2) yang baik bagi organisme peraiaran yaitu
kurang lebih 15 ppm. Jika lebih dari itu sangat membahayakan karena
menghambat pengikatan oksigen (O2). Lebih lanjut dikatakan kadar
karbondioksida yang berlebih dapat diatasi dengan melakukan penggantian air
6
secara rutin, mengurangi pertumbuhan ganggang yang terlalu lebat dan
peningkatan peranan kincir air (Mujiman, 1989).
Karbondioksida dari udara selalu bertukar dengan karbondioksida yang
ada di air. Pada air yang tenang pertukaran ini sedikit, proses yang terjadi adalah
difusi. Sehingga kadar yang di perlukan pertukarannya berubah lebih cepat dan
air dipermukaan berpusar menuju kebagian dasar perairan (Sastrawijaya, 2000).
Hubungan Karbondioksida Dengan Parameter Lain
Tinggi dan rendahnya suatu karbondioksida dalam perairan tidak lepas
dari pengaruh parameter lain seperti oksigen, alkalinitas, kesadahan, suhu, cahaya
dan sebagainya. Di mana semakin tinggi karbondioksida, maka oksigen yang di
perlukan bertambah. Konsentrasi karbondioksida sangat erat hubungannya dengan
konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan, karena kandungan karbondioksida
mempunyai konsentrasi yang hampir sama dengan konsentrasi oksigen terlarut
(Soeyasa, 2001).
Nilai alkalinitas akan menurun jika ketersediaan CO2 yang dibutuhkan
untuk fotosintesis tidak memadai. Hal ini karena adanya proses difusi CO2 diudara
kedalam air. Diperairan yang sadah, kandungan karbondioksida tidak terdapat
dalam bentuk gas. Hal ini terjadi adanya pembentukan kalsium dan magnesium
karbonat yang memiliki sifat kelarutan rendah sehingga mengalami presipitasi.
Dampak Karbondioksida
Kelarutan karbondioksida (CO2) menurun diperairan, seiring dengan
menurunnya proses respirasi yang dilakukan oleh organisme yang ada dalam
perairan. Pada siang hari proses respirasi menurun disuatu perairan karena yang
melakukan proses respirasi hanya organisme berupa ikan sedangkan fitoplankton
7
tidak melakukan respirasi melainkan hanya melakukan fotosintesis (Zonnoveld,
1991).
Kurangnya karbondioksida (CO2) terlarut dalam perairan utamanya pada
siang hari dapat mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis yang dilakukan
oleh organisme akuatik dan memperlambat pertumbuhan organisme tersebut
dalam perairan.
Penanggulangan Karbondioksida
Salah satu masalah dalam perairan adalah apabila terjadi peningkatan
kadar karbondioksida terlarut. Hal ini sangat mempengaruhi aktivitas organisme
yang ada di dalam utamanya persaingan dalam proses respirasi. Solusi yang dapat
dilakukan apabila hal tersebut terjadi yaitu dengan cara pengaturan sirkulasi air
dengan teratur dan dapat pula digunakan aerator apabila kondisi perairan kecil
(Barus, 2002). Dikatakan Hendra (1988), penanggulanganya dapat dilakukan
dengan menaikkan pH serta dengan menambahkan senyawa kimia yang bersifat
basa, pada umumnya digunakan kapur.
8
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1 Pra Kegiatan
Jadwal kegiatan studi ilmiah perairan Hmp msp kemapi fikp unhas
yaitu sebagai berikut :
NO MATERI HARI/TGLWAKTU (WITA)
KETERANGAN (Pemateri. PJ, dll)
1 Technical Meeting Kamis, 06 Juni 2013 09.00 – 09.45 Steering Committe
2
Sejarah HMP MSP KEMAPI
FIKP UNHAS dan Struktur
kepenguruan Periode 2012 – 2013
Kamis, 06 Juni 2013 10.00 – 11.30 SAEFUL BAHRI
3 Nitrat (N) dan Phosfat (F) Kamis, 06 Juni 2013 12.00 – 13.00DENNI
ARISTIAWSAN
4 MANAJEMEN PERJALANAN Kamis, 06 Juni 2013 14.00 – 16.00MUHAMMAD YUSFI
YUSUF
5 Organisasi dan Lembaga Sebtu, 08 Juni 2013 14.00 – 15.30ZULUNG ZACH
WALYANDRA
6 BINA FISIK Sabtu, 08 Juni 2013 16.00 – End --____--
7 BINA FISIK Minggu, 09 Juni 2013 16.00 – End --____--
8Oksigen (O2), Karbondioksida
(CO2), dan AlkalinitasSelasa, 11 Juni 2013 10.00 – 11.00
ADHIYAAT RIDHO
AGAM
9 PPGD Selasa,11Juni 2013 11.30 – 13.00TBM CALCANEUZ
FK – UH
10 Suhu (˚C) dan pH Selasa, 11 Juni 2013 14.00 – 15.00 DARNI
12Metode Pendataan dan Sistemtika
LaporanSelasa, 11 Juni 2013 15.00 – 16.00 ABZHAL BASTARIE
11 Survival Kamis, 13 Juni 2013 10.00 – 11.00 IGNASIUS YALFET
12Kepadatan dan Kerapatan
Ekosistem MangroveKamis, 13 Juni 2013 11.00 – 13.00
MUHAMMAD NUR /
ARNOLD
KABANGGA /
SABILI RASAD
9
13 BINA FISIK Jum’at, 14 Juni 2013 16.00 – End --____--
14 BINA FISIK Sabtu, 15 Juni 2013 16.00 – End --____--
15 SIMULASI Minggu, 16 Juni 2013 08.00 – End --____--
16 Pengaplikasian MedanRabu – Kamis,
19 – 20 Juni 2013-
17Masa Tenggang
(Pembuatan Laporan)21 – 28 Juni 2013 -
18 EVALUASISabtu – Minggu,
29 – 30 Juni 2013-
NB : Schedule kegiatansewaktu-waktudapatberubah
3.2 Anggaran Dana
Anggaran dana/pengeluaran Kelompok CO2 yaitu sebagai berikut :
ALAT DAN BAHAN JUMLAH HARGA (Rp)
Botol Sampel
Termometer
Cool Box
Kantong Plastik
Tali Weebing
Roti Tawar
Susu Coklat
Latban
Tali Sechi Disk
Es batu
Garam
20 buah
1
1
5
1 (5 meter)
2 Bungkus
1 Kaleng
1
10 meter
1 Balok
2 Bungkus
Rp. 8.000
Rp. 13.000
Rp. 40.000
Rp. 10.000
Rp. 20.000
Rp. 14.000
Rp. 12.000
Rp. 12.000
Rp. 10.000
Rp. 5.000
Rp. 1.000
TOTAL Rp. 145.000
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sekilas Tentang lokasi Kegiatan
Lokasi pelaksanaan Studi Ilmiah Perairan (SIP) ini bertempat di Desa
Pakalabbirang, kec. Bantimurung, Kab. Maros yang biasa dinamakan sebagai
tebing kura-kura, tp sebelumnya warga setempat tidak tahu kalau ada tebing yang
dinamakan tebing kura-kura karena mereka mengenal nama tebing tersebut
dengan sebutan tebing Balangnge. Dan asal mula dari penamaan tebing ini berasal
dari pengunjung yang datang disana dan menemukan fosil kura-kura di bebatuan
tebing. Menurut cerita warga setempat, pada zaman dahulu memang banyak kura-
kura yang ditemukan orang-orang yang memanjat tebing. Tapi seiring
berkembangnya zaman fosil kura-kura tersebut mulai punah dikarenakan
banyaknya orang-orang yang mengunjungi tebing tersebut dan tercemarnya
lingkungan atau tempatt tinggal kura-kura tersebut sehingga tahun demi tahun
populasinya semakin berkurang bahkan habis dan saat ini sudah tidak ada lagi
yang terdapat di tebing tersebut.
Lokasi tersebut tidak jauh dari pemukiman warga setempat dan sekarang
warga sudah terbiasa dengan kedatangan orang-orang dari luar daerah untuk
melakukan suatu kegiatan di Tebing Kura-kura, baik panjat tebing ataupun
berkemah. Pada Perjalanan ke tebing kura-kura, kita menjumpai hamparan sawah
yang luas serta pemandangan tebing yang terlihat dari jarak jauh. Dan sampai di
tebing tersebut, kita juga mendapat mata air dari pengunungan dan mata air
tersebut di manfaatkan oleh warga setempat untuk mengairi sawah dan kebun
11
mereka bahkan pada zaman dahulu mata air dari pegunungan tersebut dikonsumsi
sebagai air minum karena airnya yang jernih dan tidak tercemar oleh apapun. Tapi
saat ini warga sudah tidak lagi mengkonsumsi air tersebut karena ada beberapa zat
kimia yang sudah mencemari airnya seperti zat yang terkandung pada bahan yang
digunakan untuk memupuk padi di sawah.
4.2 List Kegiatan
Pada hari kamis tanggal 20 juni 2013 pukul 06:00 WITA kami berkumpul di
sekret HMP MSP.
Pada pukul 08:00 WITA kami berangkat ke lokasi Study Ilmiah Perairan
(SIP) yang bertempat di Kab. Maros tepatnya di Tebing Kura-kura.
Perjalanan menuju lokasi Study Ilmiah Perairan (SIP) membutuhkan waktu
± 1 jam.
Pada pukul 10.00 WITA kami sampai di lokasi.
Disana kami diberi waktu untuk persiapan pembukaan SIP dan beristirahat
sejenak.
Pada pukul 11.00 WITA pembukaan SIP.
Pada pukul 12.00 WITA kami istirahat, sholat, dan makan (ISHOMA).
Pada pukul 13.15 WITA kami berangkat menuju lokasi perairan untuk
menguji kedalaman, kecerahan, dan suhu perairan sekitar tebing kura-kura.
Pada pukul 14.00 WITA kami sampai di lokasi tepatnya di stasiun masing-
masing kelompok. Dan memulai pengukuran pertama.
Pada pukul 16.00 WITA semua pengukuran telah selesai dilakukan, dan
waktunya untuk berganti stasiun.
12
Pada pukul 16.30 WITA kami selesai dan dikumpul di sebuah persawahan
dengan memakai masker lumpur.
Pada pukul 17.05 WITA kami kembali diperkemahan.
Pada pukul 17.15 WITA kami bersih-bersih, shalat, dan istirahat.
Pada pukul 19.13 WITA kami makan malam.
Pada pukul 21.25 WITA kami ramah tamah.
Pada pukul 23.30 WITA kami diskusi malam.
Pada pukul 02.04 WITA kami istirahat ( TIDUR )
Pada pukul 05.00 WITA shalat subuh.
Pada pukul 05.45 WITA bangun pagi.
Pada pukul 06.30 WITA kami melakukan streching (Olahraga).
Pada pukul 07.30 WITA kami sarapan.
Pada pukul 08.00 WITA sosialisasi penduduk sekitar.
Pada pukul 10.12 WITA kembali ke perkemahan.
Pada pukul 10.30 WITA kami makan siang.
Pada pukul 11.30 WITA penutupan.
Pada pukul 12.35 WITA kembali ke kampus UNHAS.
Pada pukul 13.35 WITA sampai di kampus UNHAS
4.3 Perolehan Data dan Pembahasan
13
4.3.1 Data di lapangan
Rumus Kecerahan D1+D 2
2
STASIUN 1
Pukul : 13.50
Suhu : a. 28oC
b. 27oC
c. 27oC
Sub 1 :
Kecerahan : D1+D 2
2
: 90+75
2
: 165
2
: 82,5
Kedalaman : 170 Cm
Sub 2 :
Kecerahan : D1+D 2
2
: 70+73
2
: 143
2
: 71,5
14
Kedalaman : 180 Cm
Sub 3 :
Kecerahan : D1+D 2
2
: 60+45
2
: 105
2
: 71,5
Kedalaman : 90 Cm
STASIUN 2
Pukul : 14.06
Suhu : a. 28oC
b. 27oC
c. 28oC
Sub 1 :
Kecerahan : D1+D 2
2
: 72+68
2
: 740
2
: 370
Kedalaman : 74 Cm
15
Sub 2 :
Kecerahan : D1+D 2
2
: 40+20
2
: 602
: 30
Kedalaman : 40 Cm
Sub 3 :
Kecerahan : D1+D 2
2
: 38+30
2
: 682
: 34
Kedalaman : 70 Cm
STASIUN 3
Pukul : 15.00
Suhu : a. 27oC
b. 27oC
c. 27oC
16
Sub 1 :
Kecerahan : D1+D 2
2
: 88+52
2
: 140
2
: 70
Kedalaman : 130 Cm
Sub 2 :
Kecerahan : D1+D 2
2
: 70+50
2
: 120
2
: 60
Kedalaman :80 Cm
Sub 3 :
Kecerahan : D1+D 2
2
: 65+50
2
: 1152
17
: 57,5
Kedalaman : 145 Cm
STASIUN 4
Pukul : 16.00
Suhu : a. 28oC
b. 27oC
c. 27oC
Sub 1 :
Kecerahan : D1+D 2
2
: 80+50
2
: 130
2
: 65
Kedalaman : 135 Cm
Sub 2 :
Kecerahan : D1+D 2
2
: 80+48
2
: 128
2
: 64
18
Kedalaman : 325 Cm
Sub 3 :
Kecerahan : D1+D 2
2
: 75+30
2
: 105
2
: 52,5
Kedalaman : 460 Cm
4.3.2 Data hasil Uji Laboratorium
Adapun Rumus analisis data CO2 yaitu :
CO2=1 OOO× 22× 0 , 0454 ×VTVS
1. Karbon Dioksida (CO2)
Stasiun 1
19
Botol Terang
CO2 ¿1OOO ×22 ×0,0454 ×VT
VS=1 OOO× 22× 0,0454 ×2
25¿
¿ =
79,904
Botol Gelap
CO2 ¿ 1OOO ×22 ×0,0454 ×VTVS
=1 OOO× 22× 0,0454 ×125¿
¿ =
39,952
Stasiun 2
Botol Terang
CO2 ¿1OOO ×22 ×0,0454 ×VT
VS=1 OOO× 22× 0,0454 × o ,5
25¿
¿ =
19,976
Botol Gelap
CO2 ¿1OOO ×22 ×0,0454 ×VT
VS=1 OOO× 22× 0,0454 × o ,5
25¿
¿ =
19,976
Stasiun 3
Botol Terang
CO2 ¿1OOO ×22 ×0,0454 ×VT
VS=1 OOO× 22× 0,0454 ×1
25¿
¿ =
39,952
Botol Gelap
20
CO2 ¿1OOO ×22 ×0,0454 ×VT
VS=1 OOO× 22× 0,0454 × 0,5
25¿
¿ =
19,976
Stasiun 4
Botol Terang
CO2¿ 1OOO ×22 ×0,0454 ×VTVS
=1 OOO× 22× 0,0454 × 0,525¿
=¿¿
19,976
Botol Gelap
CO2 ¿1OOO ×22 ×0,0454 ×VT
VS=1 OOO× 22× 0,0454 × 0,5
25¿
=¿¿
19,976
2. Suhu
STASIUN 1
Pukul : 13.50
Suhu : a. 28oC
b. 27oC
c. 27oC
xki+k2+k3
3 = 28+27+273 = 27,3oc
STASIUN 2
Suhu : a 28oC
b. 27oC
21
c. 28oC
xki+k2+k3
3 = 28+27+283 = 27,6oc
STASIUN 3 :
Suhu : a. 27oC
b. 27oC
c. 27oC
X¿ ki+k 2+k 33
= 27+27+273
= 27oc
STASIUN 4
Suhu : a. 28oC
b. 27oC
c. 27oC
X¿ ki+k 2+k 33
= 28+27+273
= 27,3oc
4.3.3 Pembahasan
Parameter Fisika dan Kimia Perairan Danau
Pengetahuan mengenai kondisi kualitas perairan danau yang dicerminkan
oleh nilai konsentrasi beberapa parameter kualitas air, baik secara fisika maupun
kimia yang sangat diperlukan untuk menghitung suhu, kecerahan, dan kedalaman
diperairan tersebut. Penilaian ini pada dasarnya dilakukan dengan
membandingkan nilai parameter air dari hasil pengukuran di lapangan dengan
literature yang di dapatkan. Salah satu pemanfaatan perairan Danau tebing kura-
22
kura adalah digunakan untuk mengairi sawah dan kebun. Bahkan pada zaman
dahulu mata air dari pegunungan tersebut dikonsumsi sebagai air minum karena
airnya yang jernih dan tidak tercemar oleh apapun. Tapi karena ada beberapa zat
kimia yang sudah mencemari airnya seperti zat yang terkandung pada bahan yang
digunakan untuk memupuk padi di sawah maka saat ini warga sudah tidak lagi
mengkonsumsi air tersebut.
Suhu Perairan
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses
metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau kejadian
suhu yang ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme bahkan dapat
menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuaidengan
musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak tempat
terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air.
Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan, terutama
dalam proses metabolisme. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan
konsumsi oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya kelarutan
oksigen dalam air. Oleh karena itu, maka pada kondisi tersebut organisme akuatik
seringkali tidak mampu memenuhi kadar oksigen terlarut untuk keperluan proses
metabolisme dan respirasi (Effendi, 2003). Adapun sebaran suhu
di perairan Danau tebing kura-kura selama penelitian disajikan pada Gambar
brikut
23
stasiun / jam suhu 1 suhu 2 suhu 3
stasiun 1 (13.50)28˚C 27˚C 27˚C
stasiun 2 (14.06)28˚C 27˚C 28˚C
stasiun 3 (15.00)27˚C 27˚C 27˚C
stasiun 4 (16.00)28˚C 27˚C 27˚C
Hasil pengukuran suhu pada lokasi penelitian secara keseluruhan tidak
memperlihatkan variasi yang besar, bahkan relatif stabil yaitu berkisar antara 27–
28 oC, dengan nilai rata-rata 27,3 oC. Melihat keadaan suhu di daerah enelitian,
dapat disimpulkan bahwa kondisi suhu di perairan Danau tebing kura-kura masih
memenuhi suhu normal. Dengan demikian, perairan Danau tebing kura-kura dapat
digunakan sebagai sumber air baku air minum.
Total Padatan Tersuspensi (TSS), Kecerahan dan Kekeruhan
Padatan tersuspensi terdiri dari komponen terendapkan, bahan melayang
dan komponen tersuspensi koloid. Padatan tersuspensi mengandung bahan
anorganik dan bahan organik. Bahan anorganik antara lain berupa liat dan butiran
pasir, sedangkan bahan organik berupa sisa-sisa tumbuhan dan padatan biologi
lainnya seperti sel alga, bakteri dan sebagainya (Peavy et al., 1986). TSS,
24
kecerahan dan kekeruhan merupakan parameter-parameter yang saling terkait satu
sama lain. Peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi sebanding dengan
peningkatan konsentrasi kekeruhan dan berbanding terbalik dengan kecerahan.
Ketiga parameter tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam
produktivitas perairan. Hal ini berkaitan erat dengan proses fotosintesis dan
respirasi organisme perairan. Keberadaan total padatan tersuspensi di perairan
mempengaruhi intensitas cahaya matahariyang masuk ke dalam badan air.
stasiunsub 1 sub 2 sub 3
kecerahan kedalaman kecerahan kedalaman Kecerahan kedalaman
stasiun 1 82,5 170 71,5 180 71,5 90
stasiun 2 370 74 30 40 34 70
stasiun 3 70 160 60 80 57,5 145
stasiun 4 65 135 64 325 52,5 460
Salah satu parameter kimia yang ada di dalam parairan yaitu gas
karbondioksida (CO2) yang mempengaruhi kualitas air. Ketersediaan gas ini
dalam perairan jumlahnya lebih sehingga akan mempengaruhi organisme-
organisme yang melakukan proses respirasi sedangkan kekurangan gas ini akan
mempengaruhi organisme dalam proses fotosintesis (Barus, 2002).
Dari hasil uji lab diketahui bahwa volume tetrasi Ca2No3 sangat
mempengaruhi suatu larutan agar terjadi perubahan warna menjadi pink.
contohnya sampel yang di ambil dari stasiun 1 pada botol gelap, warnanya
berubah menjadi pink keunguan ketika ditambahkan 1 ml (18 tetes) Ca2No3, dan
ada pula yang berwarna pink pekat, sampel tersebut diambil pada stasiun 3 yaitu
25
botol terang dengan volume tetrasi 1ml (16 tetes).dan selebihnya sisa sampel
tersebut berwana pink bening ketika di tambahkan volume tetrasi Ca2No3 yang
berbeda-beda, hal ini di sebabkan dikarenakan waktu pengambilan sampel yang
berbeda-beda dan kecerahan matahari pada saat pengambilan sampel juga
berperan dalam perubahan larutan menjadi berwarna pink dengan volume yang
beda pula.
Stasiun
CO2
botol terang botol gelap
stasiun 1 79,904 39,952
stasiun 2 19,976 19,976
stasiun 3 39,952 19,976
stasiun 4 19,976 19,976
26
4.4 Data Sosiologi Fisik dan Non Fisik
4.4.1 Data Sosiologi Fisik
Dokumentasi penduduk
Kelompok CO2 dengan Narasumber
Narasumber 1 Narasumber 2
27
Rumah Narasumber 1 Rumah Narasumber 2
Dokumentasi kelurahan
Mahasiswa UNHAS dengan Narasumber di kelurahan
28
SDN 121 Impres Kalabbirang Kantor Kelurahan
4.4.2 Data Sosiologi Non Fisik
Pada hari Jum’at, 21 Juni 2013 pukul 08.00 WITA. Kami kelompok CO2
melakukan sosialisasi penduduk di dua rumah dan kantor kelurahan yang mana
data penduduknya sebagai berikut :
Rumah pertama
Nama : Haris
Umur : 33 tahun
Status : Kepala keluarga
Jumlah keluarga : 4 orang
Pekerjaan : Petani (milik pribadi)
Panen : 2x dalam setahun
Bahasa : Bugis
Kelahiran : 1979
Gaji : Tidak menentu
Lama tinggal : ± 4 tahun
Jenis ikan yang ada : Ikan nila, ikan gabus, dan ikan karter
Hal tentang penyuluhan :Sering diadakan oleh para mahasiswa,
instansi dan dinas.
29
Konflik yg sering terjadi : Konflik tentang perebutan harta gono gini
Penyelesaian konflik : Diselesaikan secara kekeluargaan
Rumah kedua
Nama : Hj. Hasmawati
Umur : 51 tahun
Status : Janda
Jumlah keluarga : 4 orang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama suami : Alm. H. Nurdin
Pekerjaan : Supir
Bahasa : Bugis
Kelahiran : 1962
Penghasilan : Bergantung pada anak
Lama tinggal : Dari lahir
Jenis ikan yang ada : Ikan mas, ikan mujair dan ikan gabus
Hal tentang penyuluhan : Sering diadakan penyuluhan salah satunya
tentang air PAM
30
Bantuan pemerintah : Raskin (Rp 25.000/karung)
Air yg digunakan sehari-hari : air sumur untuk mandi, dan air galon untuk
masak serta minum.
Kantor Kelurahan
Nama : A.M. Jufri, S. Sos.
Jumlah penduduk : 3.788
Penduduk dominan : Petani
Pembagian kelompok tani : Ada
Kendala pada pelaksanaan : Hama, dan gagal panen (faktor alam)
Hal tentang penyuluhan : Pernah ada penyuluhan tambak tapi tidak efektif karna
disebabkan banjir
Pembudidaya ikan : Hanya 1-2 orang
Ritual adat : Ada, tapi jarang dilaksanakan
Suku : Bugis Makassar
Penduduk : ± 4000
Raskin : 200 orang
Fasilitas umum : Posyandu, 3 SMP, 1 SMA, 3 SD, dan 2 TK
31
DATA UMUM PENDUDUK DI DESA KALABBIRANG
NO PerincianWarga negara Orang Asing Jumlah
laki-laki
perempuanlaki-laki
perempuanlaki-laki
perempuanlaki-laki + perempuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1penduduk awal bulan ini
1781 2004 - - 1781 2004 3785
2kelahiran bulan ini
- 1 - - - 1 1
3kematian bulan ini
- - - - - - -
4pendatang bulan ini
1 1 - - 1 1 2
5 pindah bulan ini - - - - - - -
6penduduk akhir bulan ini
1782 2006 - - 1782 2006 3788
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Parameter yang digunakan saat penelitian yaitu sechi disk yang digunakan
untuk mengukur kecerahan pada perairan, termometer yang digunakan
untuk mengukur suhu pada perairan.
Tingkat kesuburan pada perairan tersebut cukup ideal bagi habitat
organisme di perairan.
Ketika dibandingkan hasil praktek dengan teori, hal tersebut memiliki
kesamaan hasil. Salah satu contohnya adalah suhu optimum di perairan yang
tercantum dalam teori dan hasil yang di dapatkan dilapangan sama,
meskipun banyak teori atau referensi yang berbeda-beda pendapat.
5.2 Saran
Saran kami untuk semuanya adalah pada saat melakukan aktivitas atau
suatu kegiatan jaganlah main-main, serta selalu menjaka etika dan kesopanan.
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Wilayah perairan Di Sulawesi selatan.
https://www.google.com/
#sclient=psyab&q=wilayah+perairan+di+sulawesi+selatan&oq=wila
yah+perairan+di+sulawesi+selatan. Diakses pada tanggal 26 Juni
2013
Barus T. A. 2002. Pengantar Limnologi. USU-Press. Medan. Diakses pada
tanggal 27 Juni 2013
Efendi, 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan
lingkungan perairan. KANISIUS (Anggota IKAPI). Yogyakarta.
Diakses pada tanggal 27 Juni 2013
Hendra., Saputra, 1988. Membuat dan Membudidayakan Ikan dalam Kantong
Jaring. CV.Simplex, Jakarta. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013
http://hankam.kompasiana.com/2010/09/04/wilayah-perairan-indonesia-
249326.html. Diakses pada tanggal 26 Juni 2013
Kordi, 2004. Penanggulang Hama dan Penyakit Ikan. Bina Adiaksara,
Jakarta. Diakses pada tanggal 27 Juni 2013
35
Mujiman., A, 1989. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta. Diakses pada
tanggal 27 Juni 2013
Sastrawijaya, 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta. Diakses
pada tanggal 27 Juni 2013
Soeyasa, 2001. Ekologi Perairan. Departemen Kelautan dan Perikanan
Dirjen.Pendidikan Menengah Atas, Jakarta. Diakses pada tanggal 27
Juni 2013
36
37