Fito Laporan Lengkap

23
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat berpotensi untuk dikembangkan dalam pencarian senyawa bioaktif. Diantara sekian banyak spesies tumbuhan yang memiliki potensi bioaktifikasi, hanya sebagian kecil yang diteliti secara fitokimia. Tahun terakhir ini penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional mengalami peningkatan yang sangat menggembirakan, hal ini terbukti dengan makin banyaknya obat tradisional yang beredar dipasaran, untuk itu perlu langkah yang tepat dalam usaha pengembangannya dengan cara mengembangkan dan menggalakkan penelitian obat tradisional, sehingga penggunaannya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan bukan berdasarkan pada pengalaman saja. Penggunaan tanaman sudah diketahui efeknya dan khasiatnya tetapi belum diketahui komponen senyawa

Transcript of Fito Laporan Lengkap

Page 1: Fito Laporan Lengkap

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat

berpotensi untuk dikembangkan dalam pencarian senyawa bioaktif.

Diantara sekian banyak spesies tumbuhan yang memiliki potensi

bioaktifikasi, hanya sebagian kecil yang diteliti secara fitokimia.

Tahun terakhir ini penggunaan bahan alam sebagai obat

tradisional mengalami peningkatan yang sangat menggembirakan, hal

ini terbukti dengan makin banyaknya obat tradisional yang beredar

dipasaran, untuk  itu  perlu  langkah  yang  tepat  dalam  usaha

pengembangannya dengan cara mengembangkan dan menggalakkan

penelitian obat tradisional, sehingga penggunaannya dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan bukan berdasarkan pada

pengalaman saja.

Penggunaan tanaman sudah diketahui efeknya dan khasiatnya

tetapi belum diketahui komponen senyawa kimianya. Jika kita

menyadari bahwa tumbuh-tumbuhan dapat mengandung beribu-ribu

kandungan kimia, maka dari itu diperlukan metode  pemisahan,

pemurnian, identifikasi kandungan yang terdapat dalam tumbuhan

yang sifatnya berbedaan dalam jumlah yang banyak itu.

Page 2: Fito Laporan Lengkap

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

mengetahui dan memahami teknik pemisahan kandungan

senyawa dalam tanaman dengan menggunakan metode

kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kolom vakum

(KKV).

I.2.2 Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui prinsip kerja dari kromatografi kolom

vakum (KKV)

2. Untuk memisahkan kandungan kimia dalam daun Murbei

dengan menggunakan kromatografi kolom vakum (KKV)

3. Untuk mengidentifikasi kandungan kimia hasil fraksionasi

dengan menggunakan metode Kromatograpi Lapis Tipis

(KLT).

I.3 Prinsip Percobaan

A. Prinsip Kromatografi Kolom Vakum

Prinsip kerja dari kromatografi kolom vakum adalah

adsorpsi dan partisi, pemisahannya didasarkan pada senyawa –

senyawa yang akan dipisahkan terdistribusi di antara fasa

diam dan fasa gerak dalam perbandingan yang berbeda-

beda. Dimana mekanisme adsorpsinya yaitu mengadsorbsi ion-ion

dan molekul-molekul senyawa pada fase diam dan pemisahannya

berdasarkan kelarutan senyawa dengan eluen yang digunakan.

Page 3: Fito Laporan Lengkap

B. Prinsip Identifikasi KLT

Teknik  pemisahan komponen  kimia secara  cepat

berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi dimana komponen kimia

bergerak terelusi mengikuti naiknya cairan pengembang, oleh

karena perbedaan kemampuan perikatan zat aktif oleh adsorben

dan kelarutan zat dalam pelarut (eluen) sehingga gerakan

komponen kimia mempunyai perbedaan kecepatan yang berbeda-

beda menyebabkan terjadinya pemisahan.

Page 4: Fito Laporan Lengkap

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I.1 Teori umum

Bahan alam yang merupakan sumber bahan baku obat,

khususnya obat tradisional aalah bahan alam yang diperoleh dari

tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral. Penggunaan bagian-bagian

tanaman secara utuh kurang praktis dibanding dengan zat aktifnya

telah di sari. Untuk menyari zat aktif tersebut, diperlukan beberapa

metodo ekstraksi yang disesuaikan dengan sifat-sifat zat aktif dan

tekstur dari bahan alam sehingga dikenal beberapa cara ekstraksi (1).

A. Penguapan ekstrak

1. Pengertian

Penguapan ekstrak dimaksudkan untuk mendapatkan

konsistensi ekstrak yang lebih pekat. Tujuan dilakukannya

penguapan adalah untuk menghilangkan cairan penyari yang

digunakan, agar tidak mengganggu pada proses ekstraksi cair-cair

(corong pisah) atau padat cair (Anonim, 2009).

2. Metode penguapan

Ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu

penguapan sederhana menggunakan pemanasan, penguapan

pada tekanan yang diturunkan, penguapan dengan aliran gas,

beku kering vakum desikator dan oven (Anonim, 2009).

Page 5: Fito Laporan Lengkap

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penguapan, antara lain:

(Anonim, 2009).

a. Periksa lebih dulu oil level pada pompa vakum

b. Bilas labu sampel dengan eter dan ditambahkan larutan

penyari pada penampungan

c. Proses penguapan dilakukan sampai diperoleh ekstrak kental

yang ditandai gelembung udara yang pecah-pecah pada

permukaan ekstrak dalam labu alas bulat.

4. Pembagian ekstrak

Menurut farmakope Indonesia III dikenal tiga macam

ekstrak,yaitu:(Anonim, 2009).

Ekstrak cair : adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil penyarian

bahan alam masih mengandung larutan penyari.

Ekstrakkental : adalah  ekstrak yang  telah mengalami proses

penguapan, dan tidak mengandung cairan

penyarilagi, tetapi konsistensinya tetap cair pada

suhu kamar.

Ekstrak kering : adalah  ekstrak  yang  telah mengalami proses

penguapan  dan  tidak mengandung  pelarut lagi

dan mempunyai konsistensi padat (berwujud

kering).

Page 6: Fito Laporan Lengkap

B. Partisi ekstrak

1.  Partisi cair-cair

Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut

didalam 2 macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau

dengankata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam

pelarut organik dan pelarut air (Anonim, 2009). Ekstraksi cair-cair

biasa juga disebut sebagai metode corongpisah. Jika suatu cairan

ditambahkan ke dalam ekstrak yang telah dilarutkan dalam cairan

lain yang tidak dapat bercampur dengan yang pertama, akan

terbentuk dua lapisan. Satu komponen dari campuran akan

memiliki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut (biasanya disebut

fase) dan setelah beberapa waktu dicapai kesetimbangan

konsentrasi dalam kedua lapisan. Waktu yang diperlukan untuk

tercapainya kesetimbangan biasanya dipersingkat oleh

pencampuran keduanya dalam corong pisah (Ditjen POM, 1986).

Pelarut yang mudah menguap tidak dicampur dengan fase

airyang panas (atau bahkan hangat). Hal ini dapat menyebabkan

peningkatan tekanan uap sangat besar yang dihasilkan sehingga

tutup corong pisah terbang dan isinya tersemprot keluar. Hal ini

dapat jugaterjadi dengan cairan dingin jika terjadi reaksi

eksotermis misal pencampuran asam dan basa, pengenceran

asam-asam kuat (DitjenPOM, 1986). Waktu yang diperlukan untuk

tercapainya kesetimbangan biasanya dipersingkat oleh

Page 7: Fito Laporan Lengkap

percampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah (Ditjen

POM, 1986). Yang sangat penting diperhatikan dalam hal ini

adalah pelarut yang mudah menguap tidak bercampur dengan

fase air yang panas (atau bahkan hangat).  Hal  ini  dapat

menyebabkan  peningkatan tekanan uap sangat besar yang

dihasilkan sehingga tutup corong pisah terbang dan isinya

tersemprot keluar. Hal ini dapat juga terjadi dengan cairan dingin

jika terjadi reaksi eksotermis, misalnya pencampuran asam dan

basa, pengenceran asam - asam kuat. (Fachruddin, 2001).

Beberapa fase organik mudah emulsi dengan fase air,khususnya

jika terdapat partikel kecil atau yang terbentuk oleh pengendapan

(Fachruddin, 2001).

2.  Partisi padat-cair

Partisi padat-cair (lactithing) adalah proses pemisahan untuk

memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam

padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Anonim,

2009). Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak yang telah

dilarutkan dalam cairan lain yang tidak bercampur dengan yang

utama akan terbentuk 2 lapisan. Satu komponen dari campuran

akan memilki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut (biasanya

disebut fase) dan setelah beberapa waktu mencapai

kesetimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan (Anonim, 2009).

Beberapa fase organik mudah membentuk emulsi dengan fase air,

Page 8: Fito Laporan Lengkap

khususnya jika terdapat partikel kecil atau terbentuk oleh

pengendapan. Kelarutan senyawa tidak bermuatan dalam satu

fasepada suhu tertentu tergantung pada kemiripan kepolarannya

dengan fase cair, menggunakan prinsip "like dissolve like".

Molekul bermuatan yang memiliki afinitas tinggi terhadap cairan

dengan sejumlah besarion bermuatan berlawanan dan juga dalam

kasus ini menarik yang berlawanan misalnya senyawa asam akan

lebih larut dalam fase airyang basa daripada yang netral atau

asam. Ratio konsentrasi senyawa dalam kedua fase disebut

koefesien partisi (K). Senyawa yang berbeda akan mempunyai

koefesien partisi yang berbeda, sehingga  jika  satu  senyawa

sangat  polar, koefesien  partisi relatifnya ke fase polar lebih tinggi

daripada senyawa nonpolar (Ditjen POM, 1986).

C. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatogradi lapis tipis adalah suatu metode analisis yang

digunakan untuk memisahkan suatu campuran senyawa secara

cepat dan sederhana. Prinsipnya didasarkan atas paritsi dan

adsorpsi. Zat penyerap merupakan fase stasioner, berupa bubuk

halus dibuat serbarata dan tipis diatas lempeng kaca (Hembing,

1994). 

Fase diam yang umum digunakan adalah silica gel, baik

yang normal fase maupun reversed fase. Pada KLT komponen

bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda mengkuti naiknya

Page 9: Fito Laporan Lengkap

eluen, karena adaya serap adsorben pada komponen-komponen

tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan berbeda

dan hal inilah yangmerupakan atau menyebabkan terjadinya

pemisahan. Perbandingan kecepatan permukaan dari pelarut

dengan jarak yang ditempuh oleh senyawa terlarut merupakan

dasar untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang terdapat

dalam ekstrak atau campuran senyawa tersebut (Hembing, 1994).

II.2 Uraian sampel

II.2.1 Klasifikasi parang romang

Regnum : Plantae

Divisi : Magnoliophita

Subdivisi : Magnolipsida

Class : Dicotiledoneae

Ordo : Urticales

Suku : Urticaceae

Marga : Behmeria

Species : Beohmeria virgata

II.2.2 Kunci Determinasi

168a...131a...127a...

Page 10: Fito Laporan Lengkap

II.2.3 Morfologi tanaman

Parang romang termasuk suku kamboja-kambojaan

tersebar di seluruh nusantara. Dijawa pule tumbuh di hutan jati,

hutan campuran, hutan kecil di pedesaan, ditemukan dari

dataran rendah sampai 900 meter dari permukaan laut. Pule

kadang ditanam dipekarangan dekat pagar atau ditanam

sebagai tanaman hias.

Tanaman berbentuk pohon tinggi 20 – 25 m, batang

lurus, diameternya sampai mencapai 60 cm, berkayu,

percabangan menggarfu, kulit batang rapuh, rasanya sangat

pahit, bergetah putih, daun tunggal, tersusun melingkar 4 – 9

helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 – 15 mm, bentuknya

lonjong samapi langset atau lonjong sampai bulat, permukaan

atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata,pertulangan

menyirip panjang 10 – 23 cm, lebar 3 – 7,5 cm, warnanya hijau.

Perbungaan majemuk tersusun dan malai yang bergagang

panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau

terang sampai putih kekuningan, berambut halus rapat, 2

bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 – 50 cm,

menggantung, biji kecil panjangnya 1,2 – 2 cm, berambut pada

bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya, perbanyakan

dengan biji atau stek batang dan bercabang.

Page 11: Fito Laporan Lengkap

II.2.4 Kegunaan

Akar : Borok

Daun : Disetri, bisul dan karminativ

II.2.5 Cara penggunaan

Akar : 10 mg akar parang romang dihaluskan terlebih

dahulu kemudian di tempelkan pada luka borok.

Duan : 15 lembar daun parang romang di cuci bersih

kemudian direbus selama 15 menit dan disaring

setelah di seduh.

II.2.6 Kandungan kimia

Parang romang mengandung curcumin, cloroplas

keton, flandren, brusina.

II.3 Uraian Bahan

1. Etil asetat

Nama resmi : Etil asetat

RM / BM : C4H8O2 / 18,02

Rumus struktur :

Pemerian : cairan tidak berwarna, mudah menguap,

sangat mudah terbakar.

Page 12: Fito Laporan Lengkap

Kelarutan : larut dalam 15 bagian air, dapat

bercampur dengan etanol (95%)P dan

dengan eter P.

Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai eluen

2. N-heksana

Nama resmi : Hexaminum

Nama lain : Heksamina

RM / BM : C6H12O4 / 140,09

Rumus struktur :

Pemerian : hablur mengkilap, tidak berwarna atau

serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa

membakar dan manis kemudian agak

pahit, jika di panaskan dalam suhu ±

260omenyumblim.

Kelarutan : larut dalam 15 bagian air, dalam 12,5 ml

etanol (95%)P dan dalam lebih kurang 10

bagian kloroformP.

Penyimpanan : disimpan dalam wadah yang tertutup baik

Kegunaan : sebagai eluen

Page 13: Fito Laporan Lengkap

3. Silica Gel

Nama resmi : silica gel

Rumus bangun : SiO2xH2O

Rumus struktur :

Pemerian : hablur mengkilap, tidak berwarna atau

serbuk hablur putih, tidak berbau.

Kelarutan : larut dalam air

Penyimpanan : disimpan dalam wadah yang tertutup baik

Kegunaan : sebagai absorben

Page 14: Fito Laporan Lengkap

BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat yang digunakan

Alat yang di gunakan terdiri dari batang pengaduk,

batang penotol, botol vial, chamber, gelas kimia, lampu UV 254

nm dan 366 nm, lempeng silica gel, gelas kaca, mistar, pipet

tetes, pompa vakum, Erlenmeyer, gelas ukur, kompor listrik,

mangkuk.

III.1.2 Bahan yang digunakan

Aluminium foil, ekstrak parang romang (Boehmeria

virgata), etil asetat, H2SO4 10%, kapas, lempeng KLT, kertas

saring, methanol, N-heksana, tissue, silica.

III. 2 Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dikombinasikan pelarut n-heksan, etil asetat, diantaranyayaitu

a. Hexan 50 ml sebagai pelarut

b. Hexan 30: etil 1

c. Hexan 40 : etil 2

d. Hexan 30 : etil 2

e. Hexan 50 : etil 5

f. Hexan 30 :etil 3

Page 15: Fito Laporan Lengkap

g. Hexan 50: etil 10

h. Hexan 30: etil10

i. Hexan 30:etil 30

j. Hexan 10: etil 50

k. Hexan 5: etil 50

l. Etil 50 ml

m. Etil 20: metanol 20

n. Etil 20: metanol 20

o. Metanol 50 + 20 ml

3. Ditimbang 2 gram ekstrak kering parang romang (Boehmeria

virgata)

4. Ditimbang 20 gram silica ge

5. Dilarutkan ekstrak dengan hexan

6. Digerus ekstrak dengan sedikit demi silica gel hingga terbentuk

serbuk.

7. Sisa silica gel kemudiaan dimasukkan kedalam kolom sambil

menjalankan pompa vakum

8. Dimasukkan hexan untuk memampatkan kolom yang akan

digunakan.

9. Dimasukkan campuran ekstrak parang romang dan silica gel

kedalam kolom, ratakan sedikit lalu di tutup dengan kertas

saring.

Page 16: Fito Laporan Lengkap

10. Dimasukkan satu-persatu kombinasi pelarut kedalam kolom

sambil menjalankan pompa vakum

11. Hasil fraksi di tampung dalam cawan porselin kemudian di

uapkan

12. Ditotolkan larutan ekstrak pada lempeng 10 x 10 cm

13. Dimasukkan lempeng kedalam chamber yang telah di jenuhkan

dengan kombinasi pelarut hexan : etil (5:1)

14. Dikeluarkan lempeng kemudian diamati noda yang terlihat

dengan cahaya tampak, sinar UV 254 dan 366 dan

penyemprotan asam sulfat 10 %.

Page 17: Fito Laporan Lengkap

DAFTAR PUSTAKA

1. Stenis, Van, C,G,G,C, (1986)., “ Flora Unruk Sekolah Di Indonesia”.

2.  Anonim, 2009, ―Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia 1‖, 

UMI, Makassar.

3. Ditjen POM, 1986."Sediaan Galenik", Departemen Kesehatan

RepublikIndonesia, Jakarta

4. Hembing, 1994, "Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia", Jilid

Keempat,Penerbit Kartini,

5. Fachruddin, Tobo. 2001, "Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia

I",Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.