Fito Skrining

41
SKRINING FITOKIMIA SECARA KLT BAB I TUJUAN PRAKTIKUM Menyusun berbagai kriteria untuk meyakinkan kebenaran identifikasi kandungan kimia yang ada dalam tumbuhan. Menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun/efek yang bermanfaat yang ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan bila diuji dengan sistem biologi. Mengintegrasikan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan. Menemukan permasalahan dalam kaitan dengan identifikasi kandungan kimia yang ada dalam tumbuhan. Mengidentifikasi kandungan kimia tumbuhan secara KLT (Kromatografi Lapis Tipis). Mengidentifikasi senyawa minyak atsiri, terpenoid bebas, flavonoid bebas, alkaloid, antrakuinon, saponin, glikosida jantung, glikosida flavonoid, glilkosida HCN dan tanin yang diduga terdapat dalam ekstrak simplisia yang sudah disiapkan. Melihat hasil kromatografi berupa bercak noda yang spesifik pada saat di fluoresensi dengan sinar UV 254 nm dan UV 365 nm serta pada saat disemprot dengan penampak noda. 1

description

laporan praktikum

Transcript of Fito Skrining

SKRINING FITOKIMIA SECARA KLT

SKRINING FITOKIMIA SECARA KLT

BAB I

TUJUAN PRAKTIKUM Menyusun berbagai kriteria untuk meyakinkan kebenaran identifikasi kandungan kimia yang ada dalam tumbuhan.

Menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun/efek yang bermanfaat yang ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan bila diuji dengan sistem biologi.

Mengintegrasikan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.

Menemukan permasalahan dalam kaitan dengan identifikasi kandungan kimia yang ada dalam tumbuhan. Mengidentifikasi kandungan kimia tumbuhan secara KLT (Kromatografi Lapis Tipis). Mengidentifikasi senyawa minyak atsiri, terpenoid bebas, flavonoid bebas, alkaloid, antrakuinon, saponin, glikosida jantung, glikosida flavonoid, glilkosida HCN dan tanin yang diduga terdapat dalam ekstrak simplisia yang sudah disiapkan. Melihat hasil kromatografi berupa bercak noda yang spesifik pada saat di fluoresensi dengan sinar UV 254 nm dan UV 365 nm serta pada saat

disemprot dengan penampak noda.BAB IIMETODE KERJAA. BAHAN

1. Serbuk simplisia X 5gram 11. Asam asetat

2. Heksan 12. Aquadem

3. Kloroform 13. Larutan 5% KOH dalam metanol

4. Etanol 70% 14. Pereaksi anisaldehid H2SO4 pekat

5. Na2SO4 Eksikatus Pereaksi 15. Antimon (III) Klorida dalam Kloroform

6. Toluen 16. Pereaksi Dragendorf

7. Etil asetat 17. Pereaksi uap amonia

8. Metanol 18. FeCl39. n-Propanolol 19. Na pikrat

10. Gelatin

B. ALAT

1. Gelas ukur10. Statif dan Klem

2. Pengaduk kaca 11. Batu didih

3. Pendingin balik 12. Chamber

4. Corong 13. Lempeng tipis Silika Gel

5. Lempeng Tipis Selulosa14. Pipa Kapiler

6. Beaker Glass15. Kertas saring

7. Kapas16. Vial, oven, bunsen, dan korek api

8. Aluminium foil17. Papan tetes

9. Tabung reaksi

C. CARA KERJA

Persiapan Ekstrak Uji

1. Serbuk ditimbang seberat + 5 gram simplisia P dan dimasukkan ke dalam

labu alas bulat, tambah sedikit batu didih.

2. Tambahkan dengan pelarut non polar (heksan ad terendam + 50ml).

3. Direfluks selama 30 menit.

4. Setelah 30 menit, saring dengan corong dan kertas saring, masukkan dalam

erlenmeyer kecil.

5. Filtrat ditambah Na2SO4 eksikatus, didiamkan selama 30 menit lalu

dipekatkan, kemudian sari heksan yang sudah pekat masukkan ke dalam

vial dan beri label.

6. Ampas diangin-anginkan sampai sisa pelarut heksan habis menguap.

7. Ampas yang sudah kering dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditambahkan

pelarut yang semipolar (kloroform ad terendam + 50ml).

8. Direfluks selama 30 menit.9. Setelah 30 menit, saring dengan corong dan kertas saring, masukkan dalam

erlenmeyer kecil.

10. Filtrat ditambah dengan Na2SO4 eksikatus, didiamkan selama 30 menit lalu

dipekatkan, kemudian sari kloroform yang sudah pekat masukkan ke

dalam vial dan beri label.

11. Ampas diangin-anginkan sampai sisa pelarut kloroform habis menguap.

12. Ampas yang sudah kering dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditambahkan

pelarut yang polar (etanol ad terendam + 50ml).

13. Direfluks selama 30 menit.

14. Setelah 30 menit saring dengan corong dan kertas saring, masukkan dalam

erlenmeyer kecil, lalu dipekatkan. Kemudian sari etanol dengan 70% yang

sudah pekat dimasukkan ke dalam vial dan beri label.

Skema Kerja

5 g serbuk simplisia B

- Ditambahkan 50 ml heksan + batu didih

- Refluks selama 30 menit dengan pelarut heksan

- Saring

Ampas Fase heksan

- ditambah kloroform 50 ml+ Na2SO4 eksikatus,

- Refluks selama 30 menit ,didiamkan 30 menit, saring

- Saring Filtrat heksan bebas air diuapkan diatas w.b ad

Fase CHCl3 Ampas kering

- + Na2SO4 - ditambah etanol 50 ml- ditambahkan pelarut

eksikatus,- Refluks selama 30 menit heksan 1-2 ml

diamkan 30 menit- Saring

- SaringFiltrat CHCl3 Ampas Fase Etanol Filtrat heksan bebas air bebas air dibuang - diuapkan diatas

- diuapkan diatas wb ad kering

wb ad kering- di tambah pelarut

- di tambah pelarut etanol 1-2 ml

CHCl3 1-2 ml KLT 1

- Minyak AtsiriEkstrak fase CHCl3 Ekstrak fase Etanol - Terpenoid Bebas KLT 2 KLT 3

- Alkaloid - Saponin

- Flavonoid bebas- Glikosida Flavonoid

- Antrakuinon - Glikosida Jantung

Gambar : refluks penyiapan larutan uji

Pelaksanaan KLT

1. Filtrat pada masing-masing fase yang sudah dipekatkan, disiapkan untuk pelaksanaan KLT.

2. Penyiapan fase diam.Dilakukan penotolan pada lempeng KLT dengan menggunakan pipa kapiler, ditunggu sampai kering.

A : ditotolkan 1 kapiler

B : ditotolkan 2 kapiler

Aturan sesuai gambar berikut :

-------------------- 0.5 Cm 8 Cm

--------------------

1.5 Cm3. Penyiapan Fase gerak

Disiapkan fase gerak sejumlah 10 ml dengan komposisi yang sesuai untuk masing-masing sistem. Ditunggu sampai jenuh (kertas saring basah sampai atas).

Fase gerak dituang, kemudian bagian atas chamber

ditutup kertas saring

4. Kemudian dilakukan eluasi pada masing-masing fase gerak

5. Tata Cara Pelaksanaan KLT

1. Fase Heksan

Dari ekstrak fase heksan dapat mengandung senyawa-senyawa nonpolar, antara

lain minyak atsiri dan terpenoid bebas. Tata cara pelaksanaan KLT untuk

masing-masing komponen berbeda-beda.

Minyak atsiri

Fase diam

: Silica gel GF 254 (diaktifkan 1050C selama 30 menit).

Fase Gerak

: Toluen : etil asetat ( 93 : 7 ).Penampak noda: Pereaksi anisaldehid H2SO4 pekat (dipanaskan 1100C,

selama 5-10 menit).

Cuplikan

: Sari heksan (5-10 l).

Suatu simplisia dikatakan mengandung minyak atsiri apabila memberikan noda yang berwarna biru, hijau, merah, atau coklat pada sinar tampak. Beberapa senyawa juga berfluoresensi dibawah sinar UV 365 nm.

Terpenoid Bebas

Fase diam

: Silica gel GF 254 (diaktifkan 1050C selama 30 menit).

Fase Gerak

: Heksan : etil asetat ( 1 : 1) dan kloroform : metanol ( 10:1 )

Penampak noda: Pereaksi antimon (III) Klkorida dalam kloroform

( dipanaskan pada 1000C, selama 10 menit ).

Cuplikan

: Sari heksan (5-10 l).

Suatu simplisia dikatakan mengandung triterpenoid bebas apabila memberikan noda yang berwarna merah-ungu atau biru pada sinar tampak. Beberapa senyawa juga berfluoresensi hijau dibawah sinar UV 365 nm.

Skema Kerja Uji Minyak Atsiri

memberikan noda yang berwarna biru, hijau, merah, atau coklat pada sinar tampak. Beberapa senyawa juga berfluoresensi dibawah sinar UV 365 nm.

Skema Kerja Uji Terpenoid Bebas

memberikan noda yang berwarna merah-ungu atau biru pada sinar tampak. Beberapa senyawa juga berfluoresensi hijau dibawah sinar UV 365 nm.

2. Fase Kloroform

Dari ekstrak fase kloroform dapat mengandung senyawa-senyawa polar, antara

lain alkaloid, antrakuinon, dan flavonoid bebas. Tata cara pelaksanaan KLT

untuk masing-masing komponen berbeda-beda.

Alkaloid

Fase diam

: Silica gel GF 254 (diaktifkan 1050C selama 30 menit).

Fase Gerak

: Etil asetat : Metanol:air (100 : 3,5 : 10)

Penampak noda: Pereaksi Dragendorf

- UV 254 nm ( tanpa penampak noda ) memadamkan

Fluoresensi

- UV 365 nm ( tanpa penampak noda ) berfluoresensi

biru atau kuningCuplikan

: Sari eter (5-10 l).

Suatu simplisia dikatakan mengandung alkaloid apabila memberikan noda yang berwarna coklat atau pada sinar tampak. Warna biasanya tidak stabil Flavonoid Bebas

Fase diam

: Silica gel GF 254 (diaktifkan 1050C selama 30 menit).

Fase Gerak

: Kloroform : etil asetat ( 60 : 40 ) Penampak noda: Pereaksi uap amonia ( warna kuning) yang cepat memudar.

- UV 254 nm ( tanpa penampak noda ) memadamkan

Fluoresensi ( biru gelap )

- UV 365 nm ( tanpa penampak noda ) berfluoresensi

Kuning, biru atau hijau.

Cuplikan

: Sari eter (5-10 l).

Suatu simplisia dikatakan mengandung flavonoid bebas apabila memberikan noda dengan gambaran seperti diatas. Antrakuinon

Fase diam

: Silica gel GF 254 (diaktifkan 1050C selama 30 menit).

Fase Gerak

: n-propanolol : Etil asetat : air ( 40 : 40 : 30 )

Penampak noda: Larutan 5% KOH dalam metanol, diamati pada sinar

tampak san sinar UV 365 nmCuplikan

: Sari eter (5-10 l).

Suatu simplisia dikatakan mengandung antrakuinon apabila memberikan noda yang berwarna merah pada sinar tampak dan berfluoresensi merah dibawah UV 254 nm. Antron dan antrol memberikan noda berwarna kuning

( sinar tampak ) dan berfluoresensi kuning di bawah UV 365 nm.

Skema kerja Uji Alkaloid

Suatu simplisia dikatakan mengandung alkaloid apabila memberikan noda yang berwarna coklat atau pada sinar tampak. Warna biasanya tidak stabil

Skema Kerja Uji Flavonoid bebas

Suatu simplisia dikatakan mengandung flavonoid bebas apabila memberikan noda dengan gambaran seperti diatas.

Skema kerja Uji Antrakuinon

Suatu simplisia dikatakan mengandung antrakuinon apabila memberikan noda yang berwarna merah pada sinar tampak dan berfluoresensi merah dibawah UV 365 nm. Antron dan antrol memberikan noda berwarna kuning( sinar tampak ) dan berfluoresensi kuning di bawah UV 365 nm.

3. Fase Etanol

Dari ekstrak fase kloroform dapat mengandung senyawa-senyawa polar, antara

lain glikosida flavonoid dan saponin. Tata cara pelaksanaan KLT

untuk masing-masing komponen berbeda-beda.

Glikosida Jantung

Fase diam

: Silica gel GF 254 (diaktifkan 1050C selama 30 menit).

Fase Gerak

: Etil asetat : metanol : air ( 81 : 11 : 8 )Penampak noda: Pereaksi Raymond ( m-Dinitrobenzen dan alkali ).

Cuplikan

: Sari etanol 70% (5-10 l).

Suatu simplisia dikatakan mengandung glikosida jantung apabila

memberikan noda berwarna merah, merah-jingga, atau violet pada sinar

tampak Saponin

Fase diam

: Silica gel GF 254 (diaktifkan 1050C selama 30 menit).

Fase Gerak

: Kloroform : metanol : air ( 64 : 50 : 10 )

Penampak noda: Pereaksi Anisaldehid H2SO4 pekat ( dipanaskan 1100C,

selama 10 menit).

Cuplikan

: Sari etanol 70% (5-10 l).

Suatu simplisia dikatakan mengandung saponin apabila memberikan noda

berwarna biru, atau biru violet, kadang-kadang kekuningan. Glikosida Flavonoid

Fase diam

: Selulosa (diaktifkan 1050C selama 30 menit).

Fase Gerak

: Asam asetat 15%

Penampak noda: Pereaksi uap amonia, kemudian dilihat di UV 365 nm

Cuplikan

: Sari etanol 70% (5-10 l).

Suatu simplisia dikatakan mengandung glikosida flavonoid apabila

memberikan noda berwarna kuning ( cepat memudar ) dan dibawah UV 365

nm berfluoresensi.

Skema kerja Glikosida Jantung

Suatu simplisia dikatakan mengandung glikosida jantung apabila memberikan noda berwarna merah, merah-jingga, atau violet pada sinar tampak

Skema Kerja Glikosida Flavonoid

Suatu simplisia dikatakan mengandung glikosida flavonoid apabila memberikan noda berwarna kuning ( cepat memudar ) dan dibawah UV 365 nm berfluoresensi.

Skema Kerja Uji Saponin

Suatu simplisia dikatakan mengandung saponin apabila memberikan noda berwarna biru, atau biru violet, kadang-kadang kekuningan.

Identifikasi Glikosida HCN1. Timbang serbuk simplisia 2 gram, masukkan erlenmeyer

2. Tambahkan larutan HCl 2N encer secukupnya sampai serbuk tenggelam3. Tutup dengan kertas saring yang sudah ditetesi denga Na pikrat, dipanaskan dengan penangas air selama 1 jam4. Apabila mengandung glikosida HCN, maka kertas saring akan berwarna merah

Skema Kerja Glikosida HCN

Identifikasi Tanin

A. Uji FeCl31. Pipet ekstrak simplisia dalam etanol 80% ke papan tetes

2. Tambahkan beberapa tetes larutan FeCl33. apabila mengandung tanin akan berwarna biru-hitam/endapan ( hidrolyzable tanin ) atau biru-hijau/endapan ( condensed tanin )

B. Skema Kerja Uji FeCl3 C. Uji Gelatin

1. Ekstrak simplisia dalam etanol 80% masukkan ke dalam tabung reaksi dalam jumlah yang sama. Tabung I sebagai kontrol dan tabung II sebagai uji.

2. Tambahkan larutan gelatin 1% ke dalam tabung II

3. Amati dan bandingkan. Apabila pada tabung II terbentuk endapan maka simplisia tersebut mengandung tanin

Skema Kerja Uji Gelatin

D. Perhitungan Rf

Rf = Jarak yang ditempuh bercak

Jarak yang ditempuh fase gerakRf ( Retardation factor atau faktor retardasi ) adalah perbandingan antara jarak migrasi senyawa kimia dengan jarak migrasi fase gerak. Secara kualitatif dapat dipakai untuk mengetahui apakah senyawa yang diidentifikasi sama dengan bakunya.

BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASANI. KLT dari sari Heksan :

1. Minyak atsiri

Hasil KLT :

Dengan penampak noda: warna merah

Gambar :

Harga Rf :

Rf 1= 4 cm/ 8 cm= 0,5

Pembahasan :

Simplisia (mengandung) minyak atsiri dibuktikan dengan (timbulnya) warna coklat, hijau dan merah saat diberi reagen Anisaldhehid H2SO4 pekat. Sebab pada minyak atsiri mempunyai gugus terpen yang beraksi membentuk warna coklat, hijau dan merah. Selain itu, dapat dilihat dari fluoresensi biru pada UV 365 nm.

2. Terpenoid Bebas

Hasil KLT :

Dengan penampak noda: tidak berwarna

Gambar :

Harga Rf :

Rf : 0

Pembahasan :

Simplisia (mengandung) terpenoid bebas apabila memberikan noda yang berwarna merah-ungu, atau biru. Simplisia P tidak mengandung terpenoid.II. KLT dari sari Eter :1. Alkaloid

Hasil KLT :

Dengan penampak noda: kuning

Gambar :

Harga Rf :

Rf = 2cm / 8 cm = 0,25

Pembahasan :

Simplisia dikatakan positif mengandung alkaloid jika dengan penambahan pereaksi Dregandrof memberikan warna jingga hingga coklat.

Simplisia P tidak mengandung alkaloid karena tidak tampak noda jingga hingga coklat. Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat alkalis sebab mengandung nitrogen heterosiklik yang disitesis dalam tumbuh-tumbuhan dari asam-asam amino dan turunannya.

2. Flavonoid Bebas

Hasil KLT :

Sebelum diuapkan memberikan warna Gambar :

Harga Rf :

Rf = 3 cm / 8 cm = 0,375

Pembahasan :

Simplisia P dikatakan mengandung flavonoid bebas karena memberikan noda kuning semakin terang bila dilewatkan di atas uap ammonia. Flavonoid berupa senyawa fenol yang bila ditambah basa atau ammonia akan berwarna kuning.3. Antrakuinon

Hasil KLT :

Di bawah sinar UV 365 nm : tidak berfluorosensi

Gambar :

Harga Rf :

Rf = 5,5 cm / 8 cm = 0,6875

Pembahasan :

Simplisia P tidak mengandung antrakuinon karena saat dilihat di bawah sinar UV 365 nm tidak berfluoresensi merah.

Antrakuinon merupakan salah satu dari pigmen quinon yang memiliki kromofor yang terdiri dari dua ikatan rangkap karbon-karbon. Antrakuinon merupakan quinon yang terhidroksilasi dan bersifat senyawa fenol serta mungkin terdapat in vivo dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol tidak berwarna, kadang-kadang berupa dimer.

III. KLT dari sari Etanol 70% :

1. Saponin

Hasil KLT :

Dengan penampak noda:

Gambar :

Harga Rf :

Rf =6cm/8cm:0,75

Pembahasan :

Simplisia P tidak mengandung saponin, karena saat diberi penampak noda tidak terlihat warna biru/biru violet seperti yang dipersyaratkan.

Saponin ini dapat dideteksi dengan anisaldehid-asam sulfat karena memiliki struktur terpen yang dapat bereaksi dengan pereaksi membentuk noda berwarna viru atau violet.

2. Glikosida Jantung

Hasil KLT :

Dengan penampak noda : tidak ada noda

Gambar :

Harga Rf :

Rf = 6,5 cm/8cm=0,812 cm

Pembahasan :

Simplisia P tidak mengandung glikosida jantung karena tidak memberikan noda berwarna merah, merah jingga atau violet saat diberi pereaksi Raymond.

3. Glikosida Flavonoid

Hasil KLT :

Di bawah sinar UV 365 nm : tidak berfluorosensi biru

Gambar :

Harga Rf :

Rf = 5cm/8cm=0,625 cm

Pembahasan :

Simplisia P tidak mengandung glikosida flavonoid karena tidak memberikan noda berwarna kuning saat diberi uap ammonia. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan terikat pada gula sebagai glikosida flavonoid dan aglikon flavonoid. Flavonoid berupa senyawa fenol yang bila ditambah basa / ammonia akan menjadi warna kuning.

IV. Identifikasi Tanin :

Hasil :

1. Dengan garam gelatin tidak terbentuk endapan 2. Dengan FeCl3 tidak terjadi warna biru hitamGambar :

Pembahasan :

Untuk identifikasi tannin dapat dipakai pereaksi FeCl3 dan penambahan garam gelatin. Uji tersebut dikatakan positif jika terbentuk endapan putih jika ditambah garam gelatin dan terlihat warna biru hitam jika ditambah FeCl3.

V. Identifikasi Saponin :

Hasil :

Ekstrak etanol + air yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu dikocok tidak menghasilkan buih setinggi 3 cm.

Gambar :

Pembahasan :

Pada uji saponin negatif karena tidak terdapat buih setelah dikocok kuat, berbeda

dengan larutan kontrol yang berisi saponin ditambah air yang menghasilkan buih

setinggi 3 cm.VI. Identifikasi HCN :

Hasil :

Kertas saring yang ditetesi Na-Pikrat (semula berwarna kuning ) lalu dipanaskan

diatas waterbath selama 30 menit tidak berubah menjadi merah bata.

Gambar :

Pembahasan :

Simplisia tidak mengandung glikosida HCN karena warna kertas saring yang

ditambah Na-pikrat tidak berubah warna, sebab jika mengandung glikosida HCN akan

terbentuk warna merah akibat reaksi HCN dan Na-pikrat.BAB IV

Kesimpulan

Dari identifikasi simplisia B diperoleh hasil sebagai berikut :

Kromatografi Lapis Tipis

EkstrakSenyawa HasilKeterangan

n-HeksanMinyak atsiri(+)Tampak noda warna merah

Terpenoid bebas(-)Tidak bewarna

Kloroform Alkaloid (-)Setelah disemprot dengan dragendorf tidak timbul noda berwarna coklat

Flavonoid bebas(+)Dilewatkan diatas uap NH3 muncul noda kuning.

Antrakinon(-)Tidak tampak noda berwarna merah atau kuning pada UV 365nm.

Etanol 80%Glikosida jantung(-)Tidak tampak noda berwarna merah, merah-jingga, sampai violet setelah disemprot dengan pereaksi Raymond

Saponin(-)Tidak tampak noda berwarna biru/biru violet setelah disemprot Anisaldehid-H2SO4

Glikosida flavonoid(-)Tidak tampak Noda berwarna kuning setelah dilewatkan diatas uap NH3 yang cepat memudar.

Spot TestHasilKeterangan

Test SaponinUji buih(-)Tidak terbentuk buih

Test TanninUji dengan FeCl3(-)Tetap hijau

Uji dengan Gelatin(-)Tidak menimbulkan endapan

Test HCN(-)Pada kertas saring yang diberi Na-pikrat dan dipanaskan tidak timbul warna merah jingga

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. (1987), Analisis obat tradisional, jilid I.

2. Wagner, H., Bladt, S., & Zgainski, E.M. (1984), Plant Drug Analysis,

Springer-Verlag, Berlin Heidenberg New York Tokyo.

3. Harborne, JB. (1987), Metode Fitokimia penuntun cara modern

menganalisis tumbuhan (terjemahan Kosasih P. Dan Iwan S.), Penerbit

ITB-Bandung.

4. Stahl, E. (1969), Thin-Layer Chromatography, Springer-Verlag, Berlin

Heidenberg New York.Lempeng yang sudah ditotoli dengan cuplikan

Dimasukkan dalam chamber yang sudah jenuh dengan fase gerak

Dieluasi sampai batas

dieluasi

Dikeluarkan

dieluasi

Dibiarkan eluen menguap

dieluasi

Ditetesi dengan penampak noda, dilihat dengan sinar UV 254 nm dan 365 nm

Masukkan dalam chamber, biarkan jenuh

Setelah chamber jenuh, masukkan lempeng yang telah ditotolkan ekstrak

Menyiapkan Fase gerak toluen:etil asetat 93:7 (10 ml)

Lempeng tereluasi

Lempeng dikeluarkan dan dikeringkan

Diuji pada sinar UV 365 nm

Diuji pada sinar UV 254 nm

Diberi Pereaksi Pereaksi antimon (III) Klorida dalam kloroform

keringkan

dipanaskan 1000C, selama 10 menit.

Dokumentasi

Dilihat noda yang tampak

Masukkan dalam chamber, biarkan jenuh

Setelah chamber jenuh, masukkan lempeng yang telah ditotolkan ekstrak

Menyiapkan Fase gerak heksan:etil asetat 1:1 (10 ml)

Lempeng tereluasi

Lempeng dikeluarkan dan dikeringkan

Diuji pada sinar UV 365 nm

Diuji pada sinar UV 254 nm

Diberi Pereaksi anisaldehid H2SO4 pekat

keringkan

dipanaskan 1100C, selama 5-10 menit.

Dokumentasi

Dilihat noda yang tampak

Lempeng tereluasi

Masukkan dalam chamber, biarkan jenuh

Setelah chamber jenuh, masukkan lempeng yang telah ditotolkan ekstrak

Menyiapkan Fase gerak Etil asetat : Metanol:air (100 : 3,5 : 10) (10 ml)

Lempeng dikeluarkan dan dikeringkan

Diuji pada sinar UV 365 nm

Diuji pada sinar UV 254 nm

Diberi Pereaksi Dragendorf

keringkan

Dilihat noda yang tampak

Dokumentasi

Lempeng tereluasi

Masukkan dalam chamber, biarkan jenuh

Setelah chamber jenuh, masukkan lempeng yang telah ditotolkan ekstrak

Menyiapkan Fase gerak Kloroform : etil asetat ( 60 : 40 ) (10 ml)

Lempeng dikeluarkan dan dikeringkan

Diuji pada sinar UV 365 nm

Diuji pada sinar UV 254 nm

Diberi Pereaksi uap amonia ( warna kuning) yang cepat memudar

keringkan

Dilihat noda yang tampak

Dokumentasi

Lempeng tereluasi

Masukkan dalam chamber, biarkan jenuh

Setelah chamber jenuh, masukkan lempeng yang telah ditotolkan ekstrak

Menyiapkan Fase gerak n-propanolol : Etil asetat : air ( 40 : 40 : 30 ) (10 ml)

Lempeng dikeluarkan dan dikeringkan

Diuji pada sinar UV 365 nm

Diuji pada sinar UV 254 nm

Diberi Pereaksi Larutan 5% KOH dalam metanol

keringkan

Dilihat noda yang tampak

Dokumentasi

Lempeng tereluasi

Masukkan dalam chamber, biarkan jenuh

Setelah chamber jenuh, masukkan lempeng yang telah ditotolkan ekstrak

Menyiapkan Fase gerak Etil asetat : metanol : air ( 81 : 11 : 8 ) (10 ml)

Lempeng dikeluarkan dan dikeringkan

Diuji pada sinar UV 365 nm

Diuji pada sinar UV 254 nm

Diberi Pereaksi Raymond

( m-Dinitrobenzen dan alkali ).

keringkan

Dilihat noda yang tampak

Dokumentasi

Lempeng tereluasi

Masukkan dalam chamber, biarkan jenuh

Setelah chamber jenuh, masukkan lempeng yang telah ditotolkan ekstrak

Menyiapkan Fase gerak Asam asetat 15%

(10 ml)

Lempeng dikeluarkan dan dikeringkan

Diuji pada sinar UV 365 nm

Diuji pada sinar UV 254 nm

Diberi Pereaksi Raymond

( m-Dinitrobenzen dan alkali ).

keringkan

Dilihat noda yang tampak

Dokumentasi

Lempeng tereluasi

Masukkan dalam chamber, biarkan jenuh

Setelah chamber jenuh, masukkan lempeng yang telah ditotolkan ekstrak

Menyiapkan Fase gerak Kloroform : metanol : air ( 64 : 50 : 10 ) (10 ml)

Lempeng dikeluarkan dan dikeringkan

Diuji pada sinar UV 365 nm

Diuji pada sinar UV 254 nm

Diberi Pereaksi Anisaldehid H2SO4 pekat

keringkan

dipanaskan 1100C, selama 10 menit.

Dilihat noda yang tampak

Dokumentasi

amati perubahan warna pada kertas saring

panaskan dengan penangas air selama 1 jam

tutup dengan kertas saring + Na pikrat

tambahkan larutan HCl 2N, ad serbuk tenggelam

serbuk simplisia 2 gram, masukkan erlenmeyer

Amati perubahan warna/endapan yang terbentuk

Tambahkan larutan FeCl3

Teteskan pada papan tetes

Ekstrak simplisia X dalam etanol

Ekstrak simplisia X dalam etanol

Dimasukkan pada tabung reaksi

Ukur buih yang terbentuk

Kocok dengan kuat, diamkan selama 30 menit

Tambahkan air ke dalam tabung reaksi

PAGE 1