LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

47
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhubungan dengan berbagai mikroorganisme, dimana mikrooganisme tersebut dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa, tapi hal ini tidak dapat digunakan untuk melihat begian-bagian sel dengan teliti (bentuknya) karena pada dasarnya sel bakteri akan terlihat transparant atau menyesuikan diri sesuai dengan warna sekililingnya. Pengenalan bentuk (morfologi) mikroba, kecuali untuk kelompok mikroalgae harus dilakukan melalui perwarnaan terlebih dahulu. Karena tanpa melalui pewarnaan, maka bentuk tersebut tidak akan dapat diamati secara jelas pewarnaan atau pengecetan terhadap mikroba, banyak dilakukan baik secara langsung (bersama bahan yang ada) ataupun secara tidak langsung (melalui biakan murni).

Transcript of LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

Page 1: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhubungan dengan

berbagai mikroorganisme, dimana mikrooganisme tersebut dapat dilihat

dengan menggunakan mikroskop biasa, tapi hal ini tidak dapat digunakan

untuk melihat begian-bagian sel dengan teliti (bentuknya) karena pada

dasarnya sel bakteri akan terlihat transparant atau menyesuikan diri

sesuai dengan warna sekililingnya.

Pengenalan bentuk (morfologi) mikroba, kecuali untuk kelompok

mikroalgae harus dilakukan melalui perwarnaan terlebih dahulu. Karena

tanpa melalui pewarnaan, maka bentuk tersebut tidak akan dapat diamati

secara jelas pewarnaan atau pengecetan terhadap mikroba, banyak

dilakukan baik secara langsung (bersama bahan yang ada) ataupun

secara tidak langsung (melalui biakan murni).

Selain itu fungsi dari pengecatan ini juga untuk menunjukkan

distribusi dan susunan kimia bagian-bagian sel, membedakan

mikroorganisme yang satu dengan yang lainnya serta untuk menentukan

pH dan potensial oksidasi reduksi ekstra seluler dan intra seluler.

Page 2: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara-cara pengecatan suatu bakteri

atau mikroorganisme.

I.2.2 Tujuan Percobaan

a. Mengamati morfologi bakteri Steptococus mutans, Basillus subtilis,

Proteus vulgaris, Fibrio collera, Pseudomonas aeruginosa,

Lactobacillus acidophilus dengan pewarnaan sederhana dan

pewarnaan negatif.

b. Menentukan jenis bakteri Steptococus mutans, Basillus subtilis,

Proteus vulgaris, Fibrio collera, Pseudomonas aeruginosa,

Lactobacillus acidophilus dengan pewarnaan Gram.

c. Menentukan jenis bakteri bakteri Steptococus mutans, Basillus

subtilis, Proteus vulgaris, Fibrio collera, Pseudomonas aeruginosa,

Lactobacillus acidophilus dengan pewarnaan tahan asam.

d. Menentukan struktur bakteri Steptococus mutans, Basillus subtilis,

Proteus vulgaris, Fibrio collera, Pseudomonas aeruginosa,

Lactobacillus acidophilus dengan pewarnaan kapsul.

e. Menentukan struktur bakteri Steptococus mutans, Basillus subtilis,

Proteus vulgaris, Fibrio collera, Pseudomonas aeruginosa,

Lactobacillus acidophilus dengan pewarnaan spora.

Page 3: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

I.2 Prinsip Percobaan

a. Pengamatan morfologi bakteri Steptococus mutans, Basillus

subtilis, Proteus vulgaris, Fibrio collera, Pseudomonas aeruginosa,

Lactobacillus acidophilus dengan pengecatan zat warna metilen

biru (pewarnaan sederhana) dan pengecatan zat warna nigrosin

(pewarnaan negatif) kemudian diamati di bawah mikroskop dengan

perbesaran .

b. Penentuan jenis bakteri Steptococus mutans, Basillus subtilis,

Proteus vulgaris, Fibrio collera, Pseudomonas aeruginosa,

Lactobacillus acidophilus dengan pewarnaan Gram menggunakan

zat warna kristal violet, larutan mordan, etanol 95% dan safranin

kemudian di amati di bawah mikroskop.

c. Penentuan jenis bakteri Steptococus mutans, Basillus subtilis,

Proteus vulgaris, Fibrio collera, Pseudomonas aeruginosa,

Lactobacillus acidophilus dengan pewarnaan tahan asam

menggunakan zat warna karbol fuchsin dan metilen biru kemudian

di amati di bawah mikroskop.

d. Penentuan struktur bakteri Steptococus mutans, Basillus subtilis,

Proteus vulgaris, Fibrio collera, Pseudomonas aeruginosa,

Lactobacillus acidophilus dengan pewarnaan kapsul menggunakan

zat warna kristal violet lalu dibilas dengan larutan CuSO4, kemudian

diamati di bawah mikroskop

Page 4: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

e. Penentuan struktur bakteri Steptococus mutans, Basillus subtilis,

Proteus vulgaris, Fibrio collera, Pseudomonas aeruginosa,

Lactobacillus acidophilus dengan pewarnaan spora menggunakan

zat warna malachite green dan larutan safranin kemudian diamati di

bawah mikroskop.

Page 5: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Secara kimia, cat bakteri dapat dibedakan dari bahan organik yang

mengandung cincin benzen yang ditambah gugus kromofor dan gugus

auksokrom. Bermacam-macam pewarnaan yang dilakukan untuk

mewarnai bakteri merupakan modifikasi atau gabungan dari cara

pewarnaan sederhana. Pewarnaan bakteri dapat dibedakan atas

beberapa golongan, yaitu : pewarnaan sederhana, pewarnaan gram,

pewarnaan tahan asam, pewarnaan spora, pewarnaan negatif, dan

pewarnaan kapsul (1:41).

Banyak senyawa organik berwarna (zat pewarna) digunakan untuk

mewarnai mikroorganisme untuk pemeriksaan mikroskopik, telah

dikembangkan teknik-teknik pewarnaan untuk : (1:42).

1. Mengamati dengan lebih baik morfologi mikroorganisme secara kasar.

2. Mengidentifikasikan bagian-bagian struktur sel mikroorganisme

3. Membantu mengidentifikasi dan /atau membedakan mikroorganisme

yang serupa.

Tujuan dari pewarnaan tersebut ialah untuk:

4. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi maupun fungi.

5. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad.

6. Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam

jasad.

Page 6: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

7. Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikasn sehingga

sifat-sifat fisik dan kimia yang ada akan dapat diketahui.Perbedaan

fungsi spora , flagella dan kapsul, yaitu spora berfungsi sebagai alat

perkembangbiakan vegetatif dan sebagai pelindung. Dinding sel

berfungsi sebagai penutup lindung permeabilitas, sedangkan

kapsul berfungsi sebagai penutup pelindung, pelekatan sel

makanan cadangan (2:52).

Bakteri atau mikroorganisme lainnya dapat dilihat dengan

mikroskop biasa tanpa pengecatan yaitu dengan cara-cara khusus

misalnya dengan hanging drop, menggunakan kondensor medan gelap.

Tetapi pengamatan ini lebih sukar dan tidak dapat dipakai untuk melihat

bagian-bagian sel dengan teliti karena sel bakteri transparan atau semi

transparan.Dengan pengecatan dapat dilihat struktur sel mikroorganisme

secara lebih seksama. (3:19)

Sel bakteri amat beragam panjangnya,sel beberapa spesies dapat

berukuran 100 x lebih panjang dari pada sel spesies yang lain,sel-sel

individu bakteri dapat berbentuk seperti elips, bola, batang silindris atau

spiral. Sel bakteri yang berbentuk bulat (bola) disebut kokkus

sebagaimana disebutkan kokus muncul dalam beberapa penataan yang

khas bergantung kepada speciesnya. Sel bakteri berbentuk silindris atau

batang disebut hasil, sedangkan sel bakteri berbentuk spiral terutama

dijumpai sebagai individu-individu sel yang tidak saling melekat. (4:21).

Page 7: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

Petunjuk-petunjuk yang khusus untuk pewarnaan, secara umum

yaitu: (3:15)

1. Bakteri haruslah diambil dari suatu piaraan yang masih muda, kira-

kira umur 24 jam; ini usia yang baik untuk memperlihatkan bentuk

morfologisnya.

2. Bakteri diratakan di atas kaca benda yang bersih benar, seluas

kira-kira 1 cm2. Hindari pengambilan bakteri yang terlalu banyak.

Jika tidak diratakan tipis-tipis akan tertimbun sehingga pemeriksaan

bentuknya tidak akan jelas.

3. Jika sudah kering, sediaan perlu dilewatkan pada nyala api

perlahan-lahan supaya bakteri itu benar-benar melekat pada kaca

benda dan dengan demikian tidak akan terhapus apabila sediaan

dicuci. Jagalah jangan sampai bidang yang mengandung bakteri itu

kena nyala api.

4. Zat warna diteteskan pada bidang yang mengandung bakteri. Zat

warna diberi waktu beberapa lama supaya diserap oleh bakteri

yang sudah kering itu; waktu inipun bergantung dari sifat khas zat

warna yang digunakan.

5. Kemudian sediaan dicuci dengan alcohol atau asam encer guna

menghilangkan zat warna yang berkelebihan.

6. Sediaan ditunggu keringnya, jangan dipanasi. Jika sudah kering,

sediaan dapat diperiksa dengan mikroskop kalau perlu dengan

menggunakan minyak cedar (minyak imersi atau minyak celup).

Page 8: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

II.2 Uraian Sampel

1. Kristal Violet (7:698)

Nama resmi : Kristal violet

Pemerian : Hablur berwarna hijau tua

Kelarutan : Sukar larut dalam air; agak sukar larut dalam

etanol dan dalam asam asetat glasial P.

Larutannya berwarna lembayung tua.

Kegunaan : Pewarna.

2. Metilen Biru (7:381)

Nama resmi : Methylthionini Chloridum

Nama lain : Biru metilen

RM / BM : C₁₆H₁₈CIN₃S.3H₂O / 373,90

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur hijau tua, berkilauan

Seperti perunggu, tidak berbau atau praktis tidak

berbau. Stabil diudara, larutan dalam air dan

dalam etanol berwarna biru tua.

Kelarutan : Larut dalam air dan dalam kloroform; agak sukar

larut dalam etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai pewarna.

Page 9: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

3. Tembaga (II) sulfat (7:731)

Nama resmi : Cupri sulfas

Nama lain : Tembaga (II) sulfat

RM : CuSO₄

Pemerian : Prisma triklinik atau serbuk hablur; biru.

Kelarutan : Larut dalam tiga bagian air dan dalam tiga bagian

gliserol P, sangat sukar larut dalam etanol (95%)

P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pembilas warna kristal violet.

4. Alkohol (7:65)

Nama resmi : Aethanolum.

Nama lain : Etanol/Alkohol.

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan

mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah

terbakar dengan memberikan nyala biru yang

tidak berasap.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.

Kegunaan : Sebagai larutan pencuci.

5. Air suling (7:96)

Nama resmi : Aqua Destillata.

Nama lain : Air suling/aquades.

Page 10: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

RM/BM : H2O/18,02.

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

dan tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai pelarut, pencuci.

6. Iodium (7:316-317)

Nama resmi : Iodum.

Nama lain : Iodium.

RM/BM : I/126,91.

Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilat, seperti logam;

hitam kelabu, dan bau khas.

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air, dalam

13 Bagian etanol (95%) P, dalam lebih kurang 80

bagian gliserol P dan dalam lebih kurang 4

bagian karbondisulfida P; larut dalam kloroform P

dan dalam karbontetraklorida P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pewarna (larutan Mordan).

7. Hijau malakit (7:1207)

Nama resmi : Malachite green

Nama lain : Hijau malakit, hijau berlian.

RM/BM : C27H34N2O4S/482,64

Pemerian : Hablur, kuning keemasan, mengkilat.

Page 11: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol.

Kegunaan : Sebagai zat warna.

8. Fukhsin basa (7:1175)

Nama resmi : Fukhsin basa, magenta basa.

RM/BM : C20H19N3O.HCl/337,9

Pemerian : Serbuk merah gelap atau hablur hijau dengan kilat

logam yang menunjukan kemurniannya.

Penyimpanan : Dalam wadah terlindung dari cahaya.

Kegunaan : Sebagai komponen karbol fuhksin.

9. KI (7:330)

Nama resmi : Kalii Iodidum

Nama lain : Kalium Iodida

RM/BM : KI/166,00

Pemerian : Hablur heksahedral; transparan atau tidak

berwarna, opak dan putih; atau serbuk butiran

putih. Higroskopik.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut

dalam air mendidih; larut dalam etanol (95%) P;

mudah larut dalam gliserol P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai pewarna (larutan Mordan).

Page 12: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

II.3 Uraian Sampel

II.3.1 Klasifikasi

1. Streptococcus mutans

Kingdom : Monera

Divisi : Firmicutes

Class : Bacilli

Order : Lactobacilalles

Family : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus mutans

2. Bacillus subtilis

Kingdom : Protista

Divisio : Schizophyta

Kelas : Bacteria

Ordo : Eubacteriales

Suku : Bacillaceae

Genus : Bacillus

Spesies : Bacillus subtilis

3. Vibrio cholrerae

Kingdom : Bacteria

Phylum            : Proteobacteria

Clas : Gamma Proteobacteria

Order             : Vibrionales

Page 13: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

Family            : Vibrionaceae

Genus             : Vibrio

Spesies            : Vibrio cholerae

4. Proteus vulgaris

Regnum : Procaryotae

Divisio : Schizophyta

Class : Schizomycetes

Ordo : Eubacteriales

Familia : Enterobacteriaceae

Genus : Proteus

Spesies : Proteus vulgaris

5. Pseudomonas aeruginosa

Regnum : Protista

Divisio : Protophyta

Classis : Schizomycetes

Ordo : Pseudomonales

Familia : Pseudomonaceae

Genus : Pseudomonas

Spesies : Pseudomonas aeruginosa

6. Lactobacillus acidophilus

Kerajaan       : Bacteria

Divisi            : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Page 14: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

Famili   : Lactobacillaceae

Genus : Lactobacillus

Spesies   : L. acidophilus

III.1.2 Morfologi

1. Bacillus subtilis

Termasuk bakteri kelompok batang aerobik, motil karena

flagella. Ciri pembeda yang menonjol dari bakteri ini ialah

kemampuannya membentuk endospora.

2. Proteus vulgaris

Terdapat dalam dua bentuk koloni, satu serupa koloni yang

tipis dengan sel-sel yang bergerak, sedang yang lain agak padat

dengan sel-sel yang tidak bergerak.

3. Lactobacillus acidophilus

adalah salah satu dari delapan genera umum dari bakteri

asam laktat. L.acidophilus dapat tumbuh baik dengan oksigen

ataupun tanpa oksigen, dan bakteri ini dapat hidup pada lingkungan

yang sangat asam sekalipun, seperti pada pH 4-5 atau dibawahnya

dan bakteri ini merupakan bakteri homofermentatif Umumnya

bakteri ini ditemukan di dalam gastro intestinal manusia, hewan,

mulut, dan vagina.

4. Vibrio collera

merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil (batang)

dan bersifat motil (dapat bergerak), memiliki struktur antogenik dari

Page 15: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

antigen flagelar H dan antigen somatik O, gamma-proteobacteria,

mesofilik dan kemoorganotrof, berhabitat alami di lingkungan

akuatik dan umumnya berasosiasi dengan eukariot.

5. P. aeruginosa

termasuk bakteri gram negatif. Bakteri ini bersifat aerob,

katalase positif, oksidase positif, tidak mampu memfermentasi

tetapi dapat mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak berspora,

tidak mempunyai selubung (sheat) dan mempunyai flagel monotrika

(flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu bergerak.

6. Steptococus mutans

Streptococcus mutans merupakan bakteri yang paling

penting dalam proses terjadinya karies gigi. Bakteri ini pertama kali

diisolasi dari plak gigi yang memiliki kecenderungan berbentuk

kokus dengan formasi rantai panjang apabila ditanam pada

medium yang diperkaya seperti pada Brain Heart Infusion (BHI)

Broth sedangkan bila ditanam di media agar akan memperlihatkan

rantai pendek dengan bentuk sel tidak beraturan. Streptococcus

mutans tumbuh dalam suasana fakultatif anaerob.

Page 16: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam Pengecatan mikroorganisme

adalah Botol semprot, botol steril, mikroskop, objek dan deck glass, ose

bulat, ose lurus, pipet tetes, spiritus, dan spoit.

III.I.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam Pengecatan Mikroorganisme

adalah alkohol asamAquadest, biakan bakteri Steptococus mutans,

Basillus subtilis, Proteus vulgaris, Fibrio collera, Pseudomonas

aeruginosa, CuSO4 kertas saring, kristal violet, larutan Karbol Fuksin,

larutan hijau Malakit, larutan Mordan (iodium), larutan Nigrosin, larutan

Safranin, dan metilen biru.

III.2 Cara Kerja

A. Pengamatan morfologi bakteri

1. Pengecatan sederhana

a. Diambil 1 ose suspensi bakteri Steptococus mutans, Basillus

subtilis, Proteus vulgaris, Fibrio collera, Pseudomonas

aeruginosa, Lactobacillus acidophilus (salah satu sesuai

sampel bakteri yang telah ditentukan tiap kelompok)

b. Diratakan diatas objek glass.

c. Difiksasi di atas lampu spiritus.

Page 17: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

d. Ditetesi metilen biru sebanyak 1-2 tetes, dibiarkan selama 1-

2 menit.

e. Dicuci dengan air mengalir, sisa air dikeringkan dengan

kertas saring.

f. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x10.

g . Digambar bentuk morfologinya.

2. Pengecatan negatif

a. Diletakkan setetes nigrosin pada ujung objek glass.

b. Dimasukkan inokulum bakteri Steptococus mutans, Basillus

subtilis, Proteus vulgaris, Fibrio collera, Pseudomonas

aeruginosa, Lactobacillus acidophilus (salah satu sesuai

sampel bakteri yang telah ditentukan tiap kelompok) , dari

ose kedalam

nigrosin, lalu dicampurkan.

c. Diambil objek glass lain lalu diletakkan di sebelah luar

nigrosin dengan posisi miring (30°).

d. Objek glass digeser secara perlahan-lahan hingga

membentuk lapisan tipis.

e. Diamati dibawah mikroskop.

B. Pengamatan jenis bakteri (pewarnaan diferensial)

1. Pengecatan Gram

a. Disiapkan preparat olesan bakteri Steptococus mutans,

Page 18: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

Basillus subtilis, Proteus vulgaris, Fibrio collera,

Pseudomonas aeruginosa, Lactobacillus acidophilus (salah

satu sesuai sampel bakteri yang telah ditentukan tiap

kelompok) kemudian difiksasi.

b. Diteteskan sebanyak 2-3 tetes kristal violet, dibiarkan

selama1menit kemudian dicuci dengan air mengalir dan

kelebihannya dikeringkan dengan kertas saring.

c. Diteteskan 1 tetes larutan Mordan, dibiarkan selama 30 detik

kemudian dicuci dengan air mengalir dan kelebihannya

dikeringkan dengan kertas saring.

d. Diteteskan 1 tetes etanol 95%, dibiarkan selama 20 detik

kemudian dicuci dengan air mengalir dan kelebihannya

dikeringkan dengan kertas saring.

e. Diteteskan 1 tetes larutan safranin kemudian dicuci dengan

air mengalir dan kelebihannya dikeringkan dengan kertas

saring.

f. Diamati dibawah mikroskop

g. Diamati warna mikroorganismenya.

2. Pengecatan tahan asam

a. Diambil satu ose Steptococus mutans, Basillus subtilis,

Proteus vulgaris, Fibrio collera, Pseudomonas aeruginosa,

Lactobacillus acidophilus (salah satu sesuai sampel bakteri

Page 19: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

yang telah ditentukan tiap kelompok) suspensikan kemudian

diratakan di atas gelas objek

b. Dikering anginkan lalu difiksasi.

c. Preparat ditutup dengan kertas saring.

d. Ditambahkan 1 tetes larutan karbol fuksin kemudian dipanasi

selama 3-5 menit setelah itu dibuka kertas saring,

didinginkan lalu dicuci dengan air mengalir.

e. Dicuci dengan larutan alkohol asam, sibiarkan selama 20

detik lalu dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan.

f. Ditambahkan metilen blue lalu dicuci dengan air mengalir.

g. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x10 dan

diamati warna mikroorganismenya.

h. Diulangi cara yang sama untuk Bacillus subtilis.

C. Pengamatan struktur sel bakteri

1. Pengecatan spora

a. Disterilkan alat-alat

b. Disiapkan preparat olesan bakteri Escherichia coli, Bacillus

subtilis, Staphylococcus aureus, dan Proteus vulgaris,

c. Diambil 1 ose suspensi bakteri lalu diletakkan di atas gelas

objek.

d. Ditutup preparat dengan kertas saring.

e. Diteteskan larutan hijau malakit.

f. Dipanaskan preparat diatas spiritus selama beberapa menit

Page 20: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

hingga preparat tidak terlalu kering

g. Diangkat kertas saring, preparat dicuci dengan air mengalir.

h. Ditetesi dengan safranin.

i. Dikeringkan dengan kertas saring.

j. Diamati dibawah mikroskop.

2. Pengecatan kapsul

a. Disterilkan alat-alat

b. Disiapkan preparat olesan bakteri Steptococus mutans,

Basillus subtilis, Proteus vulgaris, Fibrio collera,

Pseudomonas aeruginosa, Lactobacillus acidophilus (salah

satu sesuai sampel bakteri yang telah ditentukan tiap

kelompok.

c. Diambil 1 ose suspensi bakteri lalu diletakkan di atas gelas

objek.

d. Ditetesi dengan larutan kristal violet hingga menggenangi

preparat.

e. Dibilas dengan CuSO₄, kelebihannya dikeringkan dengan

kertas saring.

f. Diamati dibawah mikroskop

Page 21: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data pengamatan

Kelp.Nama Bakteri (P.

Sederhana) (P.

Negatif)P.

GramP.

SporaP. Kapsul

P. Tahan Asam

1 Streptococcus mutans

Coccus Coccus

2 Bacillus Subtilis Basil Basil + ≠ ≠ √

3 Proteus Vulgaris

4 Fibrio Collera

5 Pseudomonas aeruginosa

6 Lactobacillus

Page 22: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

IV.2 Gambar Pengamatan

1. Gambar Hasil Pengamatan Kelompok 2

2.

2. Gambar Hasil Pengamatan

Kelompok 6

LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

KET : Hasil Pengecatan Sederhana Biakan : Bacillus Subtilis

LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

KET : Hasil Pengecatan Gram Biakan : Bacillus Subtilis

LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

KET : Hasil Pengecatan Spora Biakan : Bacillus Subtilis

LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

KET : Hasil Pengecatan Negatif Biakan : Bacillus Subtilis

LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

KET : Hasil Pengecatan Kapsul Biakan : Bacillus Subtilis

LABORATORIUM MIKROBIOLOGIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

KET : Hasil Pengecatan Tahan Asam Biakan : Bacillus Subtilis

Pengecatan SederhanaLactobacillus

LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Pengecatan NegatifLactobacillus

LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Page 23: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

Pengecatan GramLactobacillus

LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Pengecatan SporaLactobacillus

Pengecatan SederhanaLactobacillus

LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Pengecatan KapsulLactobacillus

Pengecatan SederhanaLactobacillus

LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Pengecatan Tahan AsamLactobacillus

Pengecatan SederhanaLactobacillus

LABORATORIUMMIKROBIOLOGI FARMASIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Page 24: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

BAB V

PEMBAHASAN

Bakeri hidup sulit dilihat dengan mikroskop cahaya biasa,

karena bahan tersebut tampak tidak berwarna, jika diamati sendiri-sendiri,

walaupun biakannya secara keseleruhannya berwarna. Dengan

pengecatan dapat dilihat struktur mikroorganisme lebih seksama.

Pada umumnya olesan terwarnai terhadap mikroorganisme

mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal

seperti spora dan butiran

Pada umumnya olesan terwarnai terhadap mikroorganisme

mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya sturuktur internal

saperti spora dan butiran lainnya. Zat warna dapat juga di gunakan untuk

melihat perbedaan susunan kimia pada struktur mikroorganisme. Zat

warna adalah merupakan garam yang terdiri atas ion positif dan ion

negative. Salah satu diantaranya berwarna. Pada saat warna bersifat

basa, warna tersebut barada pada ion positif yaitu pewarna -CL+,

sedangkan ion negative (Na+ dan zat pewarna -)

Hubungan antara mikroorganisme dengan zat pewarna biasa yang

menunjul disebabkan terutama oleh karena adanya asam nukleat dalam

jumlah yang besar dalam protoplasma selnya. Apabila mikroorganisme

Page 25: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat mikroorganisme bereaksi

dengan ion positif zat warna basa. Kristal violet, safranin dan metil biru

adalah merupakan pewarna basa yang sering digunakan. Cara

pengecatan bakteri atupun pengecatan biologis pada umumnya

mempergunakan lebih dari satu tingkat pengecatan. Hasil-hasil

pengecatan sangat dipengaruhi oleh beberapafaktor seperti fiksasi,

pengaruh substrat, peluntur (dekolorisator) dan lain-lain.

Pada percobaan ini dilakukan pengecatan/pewarnaan bakteri

dengan berdasarkan tiga tujuannya yaitu pengamatan morfologi,

pengamatan jenis bakteri (pewaranaan diferansial) dan pewarnaan

struktur sel bakteri.

1. Pengamatan morfologi bakteri Bacillus Subtilis

a. Pewarnaan sederhana

Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan 1 macam zat

warna untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan

sekelilingnya. Lazimnya prosedur pewarnaan ini menggunakan zat

warna basa. Seperti kristal violet, biru metilen, karbol fuksin basa,

safranin atau hijau malakit. Kadang kala digunakan zat warna

negatif untuk pewarnaan sederhana; zat warna asam yang sering

digunakan adalah nigrosin dan merah kongo.

Pada percobaan ini digunakan bakteri Bacillus Subtilis

dengan zat warna metilen biru. Adapun fungsi penambahan zat

warna tersebut adalah untuk memberikan warna pada sel bakteri

Page 26: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

agar mudah diamati dimana zat warna yang bersifat basa akan

bereaksi dengan struktur sel yang bersifat asam membentuk

kompleks warna.

b. Pewarnaan Negatif

Beberapa mikroba sulit diwarnai dengan zat warna yang

bersifat basa, tetapi mudah dilihat dengan pewarnaan negatif. Pada

metode ini mikroba dicampur dengan tinta Cina atau nigrosin,

kemudian digesekkan di atas kaca obyek. Zat warna tidak akan

mewarnai bakteri, akan tetapi mewarnai lingkungan sekitar bakteri.

Dengan mikroskop, mikroba akan terlihat tidak berwarna dengan

latar belakang berwarna.

Pada percobaan ini digunakan bakteri Bacillus subtilis dengan

zat warna nigrosin yang bermuatan negatif. Adapun fungsi

penambahan zat warna yang bermuatan negatif yaitu akan

menyebabkan zat warna tersebut mewarnai permukaan sel bakteri

yang bermuatan positif. Mekanisme pewarnaannya yaitu zat warna

yang bermuatan negatif akan bereaksi dengan permukaan sel

bakteri membentuk kompleks warna sehingga struktur sel akan

terlihat bening atau transparan.

Pada pewarnaan bakteri Bacillus subtilis terlihat latar

belakang berwarna putih dan bagian dinding sel berwarna hitam.

Adapun faktor kesalahan yang mungkin terjadi dalam percobaan ini

Page 27: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

adalah ulasan yang terlalu tebal atau yang terlalu tipis sehingga

sukar diamati.

Page 28: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

3. Pengamatan jenis bakteri (pewarnaan diferensial)

a. Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram memilah bakteri mejadi kelompok Gram

positif dan Gram negatif. Bakteri-Gram positif berwarna ungu

disebabkan kompleks zat warna kristal violet-yodium tetap

dipertahankan meskipun diberi larutan pemucat, sedangkan bakteri

Gram-negatif berwarna merah karena kompleks tersebut larut

sewaktu pemberian larutan pemucat dan kemudian mengambil zat

warna kedua yang berwarna merah. Perbedaan hasil dalam

pewarnaan ini disebabkan perbedaan struktur kedua kelompok

bakteri tersebut.

Pada percobaan ini digunakan bakteri Bacillus subtilis dengan

kristal violet sebagai zat pewarna awal, larutan mordan yaitu

iodium, etanol 95% sebagai larutan pemucat/peluntur warna dan

safranin sebagai zat warna kedua.

Pemberian kristal violet akan menyebabkan bakteri tersebut

berwarna ungu, lalu ditambahkan larutan mordan (iodium) yang

berfungsi untuk meningkatkan afinitas pengikatan zat warna oleh

bakteri menjadi lebih kuat. Selanjutnya ditambahkan larutan

pemucat untuk melarutkan zat warna dimana bakteri Gram positif

akan tetap berwarna ungu karena kompleks persenyawaan kristal

violet-iodium tetap terikat pada dinding sel. Sedangkan pada

bakteri Gram negatif berwarna pucat atau tidak berwarna karena

Page 29: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

larutan pemucat melarutkan lipida dan menyebabkan pori-pori

dinding sel membesar, sehingga meningkatkan daya larut

persenyawaan kristal violet-iodium pada dinding sel. Pada

percobaan ini diketahui bahwa bakteri Bacillus subtilis merupakan

bakteri gram positif.

b. Pewarnaan tahan asam

Pewarnaan Ziehl-Neelsen atau pewarnaan tahan asam

memilahkan kelompok Mycobacterium dan Nocardia dari bakteri

lainnya. Kelompok bakteri ini disebut tahan asam karena dapat

mempertahankan zat warna pertama (karbol fuksin) sewaktu dicuci

dengan larutan pemucat.

Pada percobaan ini digunakan bakteri Bacillus subtilis dengan

karbol fuksin sebagai zat warna awal, alcohol-asam sebagai larutan

pemucat dan metilen biru sebagai zat pewarna kedua.

Pada pewarnaan tahan asam, diadakan pemanasan yang

berfungsi agar zat warna dapat masuk ke dalam sel bakteri yang

dilapisi oleh lipid. Zat warna awal yaitu karbol fuksin merupakan

fuksin basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5%. Fenol

digunakan sebagai pelarut untuk membantu perasukan zat warna

ke dalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Selanjutnya

ditambahkan larutan pemucat untuk melarutkan zat warna. Dan

biru metilen sebagai zat warna kedua tidak akan menyebabkan

perubahan warna merah pada bakteri tahan asam sedangkan pada

Page 30: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

bakteri tidak tahan asam biru metilen akan diikat oleh sel bakteri

yang tidak berwarna.

Pada pewarnaan bakteri Bacillus subtilis terlihat sel bakteri

berwarna biru bakteri Bacillus subtilis merupakan bakteri tidak

tahan asam.

3. Pengamatan struktur sel bakteri

a. Pewarnaan kasul

Kapsul berfungsi untuk melekatkan diri pada permukaan dan

melindungi bakteri terhadap sel fagosit. Lapisan kapsul cukup tebal,

sehingga dapat dilihat dengan mikroskop cahaya, namun demikian

sulit diwarnai sehingga digunakan pewarnaan spesimen atau

prosedur pewarnaan khusus lainnya. Pada pewarnaan spesimen,

latar belakang diwarnai zat warna spesimen, sedangkan bakteri

diwarnai dengan zat basa. Kapsel tidak akan menyerap warna

sehingga terlihat sebagai lapisan terang-tembus dengan latar

belakang yang berwarna.

Pada percobaan ini digunakan bakteri Bacillus subtilis dengan

kristal violet sebagai zat warna dan dibilas dengan CuSO4.

Pemberian kristal violet akan menyebabkan bakteri tersebut

berwarna ungu, pembilasan dengan CuSO4 untuk membilas

kelebihan kristal violet.

Page 31: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

Pada pewarnaan bakteri Bacillus subtilis tidak terlihat kapsul

yang transparan atau bening dengan latar belakang yang berwarna

ungu.

b. Pewarnaan spora

Spora pada bakteri merupakan struktur yang tahan panas dan

bahan kimia. Spora dibentuk oleh bakteri tertentu untuk mengatasi

lingkungan yang tidak menguntungkan bagi bakteri. Lapisan luar

spora merupakan penahan yang baik terhadap bahan kimia,

sehingga spora sukar diwarnai. Spora bakteri dapat diwarnai

dengan dipanaskan. Pemanasan menyebabkan lapisan luar spora

mengembang, sehingga zat warna dapat masuk. Sedangkan

pendinginan bertujuan agar zat warna terperangkap pada spora.

Pada percobaan ini digunakan bakteri Bacillus subtilis dengan

penambahan larutan hijau malakit sebagai zat warna awal dan

larutan safranin sebagai zat warna kedua. Pemberian larutan hijau

malakit ini akan menyebabkan bakteri tersebut berwarna hijau

sedangkan larutan safranin akan mewarnai spora menjadi

berwarna merah. Pada percobaan ini juga digunakan kertas saring

sebagai penutup untuk menghindari penguapan yang tidak merata

dan menjaga agar sediaan tidak kering

Pada pewarnaan bakteri Bacillus subtilis terlihat sel berwarna

merah yang merupakan sel vegetatifnya. Hasil ini sesuai dengan

literatur.

Page 32: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Bakteri Streptococcus mutans berbentuk bulat, merupakan bakteri

gram negative, memiliki kapsul dan tidak memiliki spora dan

merupakan bakteri tahan asam.

2. Bakteri bacillus subtilis berbentuk basil, merupakan bakteri gram

positif, tidak memiliki kapsul dan spora dan merupakan bakteri tahan

asam.

3. Bakteri proteus vulgaris merupakan bakteri berbentuk basil,

merupakan gram negative, tidak memiliki kapsul dan tidak tahan

asam.

4. Bakteri Fibrio collera merupakan bakteri berbentuk basil, merupakan

bakteri gram negative, memiliki spora, tidak memiliki kapsul dan tidak

tahan asam.

5. Bakteri Pseudomonas aeruginosa berbentuk coccus, merupakan

bakteri gram negative, tidak memiliki spora, memiliki kapsul dan

bukan merupakan bakteri tahan asam.

6. Bakteri Lactobacillus merupakan bakteri berbentuk basil, termasuk

bakteri gram negative, memiliki spora, tidak berkapsul dan

merupakan bakteri tahan asam.

Page 33: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

B. SARAN

Sebaiknya pada praktikum digunakan bakteri yang masih baru,

karena pada pengecatan gram bakteri yang seharusnya masuk dalam

gram positif malah menjadi gram negative.

Page 34: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Lay W. Bibiana, (1994), “Analisis Mikroba di Laboratorium”, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta

2. Oetomo Hadi, Ratnasari, (1990), Mikrobiologi Dasar dalam Praktek

Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium, PT Gramedia,

Jakarta.

3. Djide, Natsir, M., Drs., (2005), Penuntun Praktikum Mikrobiologi

Farmasi Dasar”, Unhas, Makassar

4. Djide, Natsir, M., Drs., dan Sartini, (2005), “Mikrobiologi farmasi Dasar”,

Unhas, Makassar

5. Ray, B, (1994), “Analisis Mikroba”, PT. Raja Gravindo Persada”,

Jakarta

6. Ditjen POM, (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, Depkes RI,

Jakarta

7. Ditjen POM, (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi IV, Depkes RI,

Jakarta

8. Buchanan, R.E., (1974),” Bergey’s Mannual of Determinative

Bacteriology”, Eight edition , The Williams and Wilkins

Company, Baltimore, United States of America.

Page 35: LAPORAN LENGKAP PENGECATAN.doc

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN LENGKAP GOLONGAN

Pengecatan Mikroorganisme

OLEH

KELOMPOK II

GOLONGAN SABTU PAGI

ASISTEN : AYU NIRWANA LANDOMANG

MAKASSAR

2014