Laporan lengkap ekstraksi

49
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM “Ekstraksi Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.)” NAMA : ASTRIANI NIM : N111 12 338 KELOMPOK : VI (ENAM) GOLONGAN : JUMAT SIANG ASISTEN : MUHAMMAD AHSAN, S.Si. HELVI SULISTIANI

description

 

Transcript of Laporan lengkap ekstraksi

Page 1: Laporan lengkap ekstraksi

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

“Ekstraksi Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.)”

NAMA : ASTRIANI

NIM : N111 12 338

KELOMPOK : VI (ENAM)

GOLONGAN : JUMAT SIANG

ASISTEN : MUHAMMAD AHSAN, S.Si.

HELVI SULISTIANI

MAKASSAR

2014

Page 2: Laporan lengkap ekstraksi

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tanaman merupakan salah satu sumber senyawa kimia yang

peting dalam pengobatan. Umumnya senyawa kimia ini berupa senyawa

metabolit sekunder berupa seperti alkaloid, flavonoid, fenolik, terpenoid,

steroid, dan lain-lain yang memiliki aktivitas biologis yang beragam. Hal ini

mendorong para ahli kimia untuk megisolasi zat aktif biologis yang

terdapat dalam tanaman. Diharapkan nantinya dapat menghasilkan

berbagai zat kimia yang dapat digunakan sebagai obat, baik untuk

kesehatan manusia maupun agroomi (1).

Berbagai jenis bahan terdapat di alam memiliki jenis, bentuk dan

komposisi yang beragam. Dalam pemanfaatanya, manusia dapat

mengambil seluruh zat dari bahan tersebut atau dapat mengambil

beberapa zat yang dibutuhkannya saja dari suatu bahan. Untuk dapat

mengambil atau memperoleh zat tersebut dapat dilakukan dengan

berbagai proses, salah satunya yaitu ekstraksi (2).

I.2 Maksud dan Tujuan percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Untuk mengetahui dan memahami cara atau tahap-tahap ekstraksi

dan pelarut yang digunakan dalam mengekstraksi sampel herba Putri

Malu.

Page 3: Laporan lengkap ekstraksi

1.2.2 Tujuan Percobaan

Untuk memperoleh ekstrak dari herba Putri Malu dengan metode

ekstraksi dingin (maserasi).

I.3 Prinsip Percobaan

Penyarian zat aktif pada sampel herba Putri Malu yang dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari metanol

pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya. Cairan penyari akan

masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya

perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.

Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh

cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa

tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan

di luar sel dan di dalam sel.

Page 4: Laporan lengkap ekstraksi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat.

Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang

terdapat dalam simplisia (3).

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia

yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan

massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai

terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam

pelarut (3).

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan

menyaring simplisia nabati dan hewani menurut cara yang cocok,

diluar pengaruh matahari yang langsung. Ekstrak kering harus lebih

mudah digerus menjadi serbuk. Terdapat beberapa jenis ekstrak baik

ditinjau dari segi pelarut yang digunakan ataupun hasil akhir dari ekstrak

tersebut (4).

1) Ekstrak air

Menggunakan pelarut air sebagai cairan pengekstraksi. Pelarut air

merupakan pelarut yang mayoritas digunakan dalam proses ekstraksi.

Ekstrak yang dihasilkan dapat langsung digunakan atau diproses kembali

seperti melalui pemekatan atau proses pengeringan (4).

Page 5: Laporan lengkap ekstraksi

2) Tinktur

Sediaan cari yang dibuat dengan cara maserasai ataupun perkolasi

simplisia. Pelarut yang umum digunakan dalam proses produksi tinktur

adalah etanol. Satu bagian simplisia diekstrak dengan menggunakan 2-10

bagian menstrum/ekstraktan (4).

3) Ekstrak cair

Bentuk dari ekstrak cair mirip dengan tinktur namun telah melalui

pemekatan hingga diperoleh ekstrak yang sesuai dengan ketentuan

farmakope (4).

4) Ekstrak encer

Ekstrak encer dibuat seperti halnya ekstrak cair. Namun kadang

masih perlu diproses lebih lanjut (4).

5) Ekstrak kental

Ekstrak ini merupakan ekstrak yang telah mengalami proses

pemekatan. Ekstrak kental sangat mudah untuk menyerap lembab

sehingga mudah untuk ditumbuhi oleh kapang. Pada proses industri

ekstrak kental sudah tidak lagi digunakan, hanya merupakan tahap

perantara sebelum diproses kembali menjadi ekstrak kering (4).

6) Ekstrak kering (extract sicca)

Ekstrak kering merupakan ekstrak hasil pemekatan yang kemudian

dilanjutkan ke tahap pengeringan. Proses pengeringan dapat dilakukan

dengan berbagai macam cara yaitu dengan menggunakan bahan

tambahan seperti laktosa atau aerosil, menggunakan proses kering beku

Page 6: Laporan lengkap ekstraksi

namun proses ini tidak ekonomis, dan dengan menggunakan proses

semprot kering atau fluid bed drying (4).

7) Ekstrak minyak

Dilakukan dengan cara mensuspensikan simplisia dengan

perbandingan tertentu dalam minyak yang telah dikeringkan, dengan cara

seperti maserasi (4).

8) Oleoresin

Merupakan sediaan yang dibuat dengan cara ekstraksi bahan

oleoresin (mis. Capsicum fructus dan zingiberis rhizom) dengan pelarut

tertetu umumnya etanol (4).

Terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui berkaitan dengan

proses ekstraksi adalah ekstraktan/menstrum yaitu pelarut/campuran

pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi dan rafinat yaitu

sisa/residu dari proses ekstraksi (3).

Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

antara lain (3):

a. Jumlah simplisia yang akan diesktrak

b. Derajat kehalusan simplisia

c. Semakin halus, luas kontak permukaan akan semakin besar sehingga

proses ekstraksi akan lebih optimal.

d. Jenis pelarut yang digunakan

e. Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal

yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang

Page 7: Laporan lengkap ekstraksi

memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik/ terlarut

dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama.

Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut

yaitu (3):

a) Pelarut polar

Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak

senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung

universal digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari

senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu

contoh pelarut polar adalah: air, metanol, etanol, asam asetat.

b) Pelarut semipolar

Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah

dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan

senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah:

aseton, etil asetat, kloroform.

c) Pelarut nonpolar

Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik

untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam

pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak.

Contoh: heksana, eter.

Adapun Beberapa syarat-syarat pelarut yang ideal untuk ekstraksi

yaitui (3):

Page 8: Laporan lengkap ekstraksi

a. Tidak toksik dan ramah lingkungan.

b. Mampu mengekstrak semua senyawa dalam simplisia.

c. Mudah untuk dihilangkan dari ekstrak.

d. Tidak bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisia yang

diekstrak.

e. Murah/ ekonomis.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari ekstraksi yaitu

(3):

1. Lama waktu ekstraksi

Lama ekstraksi akan menentukan banyaknya senyawa-senyawa

yang terambil. Ada waktu saat pelarut/ ekstraktan jenuh. Sehingga tidak

pasti, semakin lama ekstraksi semakin bertambah banyak ekstrak yang

didapatkan.

2. Metode ekstraksi, termasuk suhu yang digunakan.

Terdapat banyak metode ekstraksi. Namun secara ringkas dapat

dibagi berdasarkan suhu yaitu metode ekstraksi dengan cara panas dan

cara dingin. Metode panas digunakan jika senyawa-senyawa yang

terkandung sudah dipastikan tahan panas.

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu

pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga

sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik

di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini

Page 9: Laporan lengkap ekstraksi

akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi

cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.

Seperti yang dijelaskan di atas, pemilihan metode ekstraksi juga

sangat penting untuk mencapai hasil maksimum yang diinginkan. Zat aktif

dalam simplisia mempunyai karakteristik masing-masing, yakni: zat yang

tahan pada pemanasan dan yang tidak tahan pada pemanasan.

Sehingga, metode ekstraksi digolongkan ke dalam 2 golongan, yaitu (5):

1. Metode ekstraksi secara dingin

Metode ekstraksi secara dingin adalah metode ekstraksi yang

didalam proses kerjanya tidak memerlukan pemanasan. Metode ini

dipergunakan untuk bahan-bahan yang tidak tahan terhadap

pemanasandan bahan-bahan yang mempunyai tekstur yang lunak atau

tipis. Metode ini terbagi menjadi (5):

a. Perkolasi

Perkolasi adalah suatu metode ekstraksi diletakkan dalam bejana

atau wadah dan dialiri dengan cairan penyari dari atas ke bawah, di mana

alatnya dilengkapi dengan kran. Cara perkolasi lebih baik dibandingkan

dengan cara maserasi karena aliran cairan penyari menyebabkan adanya

pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih

rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi dan

ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat

mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut maka

Page 10: Laporan lengkap ekstraksi

Gambar 1. Alat Perkolasi

kecepatan pelarut cukup uantuk mengurangi lapisan batas sehingga dapat

meningkatkan perbedaan konsentrasi (5).

Selain itu, keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah

tambahan yaitu sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya

adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas

dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama

proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.

Prinsip perkolasi yaitu penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara

serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia

dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat

berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia

tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia

yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh

karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler

yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan,

lalu dipekatkan (5).

Page 11: Laporan lengkap ekstraksi

Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk corong,

tabung, dan paruh. Pemilihan perkulator tergantung pada jenis serbuk

simplisia yang akan disari. Perkulator berbentuk tabung biasanya

digunakan untuk pembuatan ekstrak atau tingtur dengan kadar tinggi;

perkulator berbentuk corong biasanya digunakan untuk pembuatan

ekstrak atau tingtur dengan kadar rendah (5).

b. Maserasi

Maserasi adalah suatu metode penyarian zat aktif dengan cara

perendaman selama 3 x 5 hari dimana tiap lima hari diadakan pergantian

pelarut sambil diaduk sekali-kali (5).

Maserasi merupakan penyarian secara sederhana karena

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.

Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah

menggunakan pelarut penyari tertentuk selama beberapa hari sambil

sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya. Selama ini dikenal

ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman

ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut

tersebut ada yang bersifat bisa campur air (contohnya air sendiri, disebut

pelarut polar), ada juga pelarut yang bersifat tidak campur air (contohnya

aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik). Metode

Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar.

Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam pelarut

yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus

Page 12: Laporan lengkap ekstraksi

Gambar 2. Maserasi

dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan

karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses

pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk

ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%,

sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (nol%)

akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini

akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju

keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di

dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah

terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”). Dalam kondisi ini,

proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel

akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50% (5).

Metode maserasi dapat dilakukan modifikasi seperti berikut (5):

1) Modifikasi maserasi melingkar

Maserasi melingkar adalah penyarian yang dilakukan dengan

menggunakan cairan penyari yang selalu bergerak dan menyebar

Page 13: Laporan lengkap ekstraksi

(berkesinambungan) sehingga kejenuhan cairan penyari merata.

Keuntungan cara ini adalah :

a) Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas

b) Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam sehingga akan

memperkecil kepekatan setempat

c) Waktu yang diperlukan lebih pendek

2) Modifikasi maserasi digesti

Maserasi digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan

pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40 – 500C. Cara ini hanya dapat

dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.

Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan seperti :

a) Kekentalan pelarut berkurang yang dapat mengakibatkan

berkurangnya lapisan – lapisan batas

b) Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat sehingga pemanasan

tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan

c) Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding

terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh

pada kecepatan difusi

3) Modifikasi maserasi melingkar bertingkat

Maserasi melingkar bertingkat sama dengan masrerasi melingkar

tetapi pada maserasi melingkar bertingkat dilengkapi dengan beberapa

bejana penampungan sehingga tingkat kejenuhan cairan penyari setiap

bejana berbeda-beda.

Page 14: Laporan lengkap ekstraksi

4) Modifikasi remaserasi

Remaserasi adalah penyaringan yang dilakukan dengan membagi

dua cairan yang digunakan, kemudian seluruh serbuk simplisia dimaserasi

dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas,

ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.

5) Modifikasi dengan mesin pengaduk

Penggunaan mesin pengaduk yang dapat berputar terus-menerus

waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam

maserasi dapat selesai. Keuntungan dari metode ini adalah (5):

1) Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam

2) Biaya operasionalnya relatif rendah

3) Prosesnya relatif hemat penyari

4) Tanpa pemanasan

Sedangkan, kelemahan dari metode ini adalah (5):

1) Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu

terekstraksi sebesar 50% saja

2) Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.

c. Soxhletasi

Soxhletasi adalah proses penyarian secara berkesinambungan

dimana cairan penyari dipanaskan hingga menghasilkan uap yang naik

melalui kondensor dan dikondensasikan menjadi molekul-molekul cairan

penyari yang akan turun menyari zat aktif yang ada di dalam simplisia

yang selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melalui

Page 15: Laporan lengkap ekstraksi

Gambar 3. Alat Soxhlet

pipa sifon, proses berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna yang

ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika

diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak menampakkan noda lagi

(5).

Alat soxhlet dibuat dari bahan gelas yang terbagi atas 3 bagian

yaitu bagian tengah untuk menampung serbuk simplisia yang akan

diekstraksi dengan pipa pada kiri dan kanan, serta satu untuk jalannya

larutan yang terkondensasi kembali ke labu alas bulat. Dibagian atas

soxhlet dilengkapi dengan alat pendingin balik untuk mengkondensasi uap

menjadi cairan penyari yang dipakai tidak terlalu banyak. Sedangkan pada

bagian bawah terdapat labu alas bulat yang berisi cairan penyari (5).

Pada soxhletasi pelarut pengekstraksi yang mula-mula ada dalam

labu dipanaskan sehingga menguap. Uap pelarut ini naik melalui pipa

pengalir uap dan cell pendingin sehingga mengembun dan menetes pada

bahan yang diekstraksi. Cairan ini menggenangi bahan yang diekstrak

dan bila tingginya melebihi tinggi sifon, maka akan keluar dan mengalir ke

dalam labu penampung ekstrak. Ekstrak yang terkumpul dipanaskan

Page 16: Laporan lengkap ekstraksi

sehingga pelarunya menguap tetapi substansinya tinggal pada

penampung. Dengan demikian terjadilah pendaur-ualngan (recycling)

pelarut dan bahan tiap kali diekstraksi dengan pelarut yang segar (5).

Keuntungan dari alat ini adalah (5):

1) Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung

diperoleh hasil yang lebih pekat.

2) Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni sehingga dapat

menyari zat aktif yang banyak.

3) Penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan, tanpa

menambah volume cairan penyari.

4) Dapat digunakan untuk simplisia yang mengandung zat aktif yang

tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.

Kerugian dari alat ini adalah (5):

1) Larutan dipanaskan terus-menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan

pemanasan kurang cocok. Ini dapat diperbaiki dengan menambahkan

peralatan untuk mengurangi tekanan udara.

2) Cairan penyari didihkan terus-menerus sehingga cairan penyari yang

baik harus murni atau campuran azaotrop.

3) Alat terlalu mahal.

4) Pada saat satu kali ekstraksi sampel yang digunakan sedikit .

2. Metode ekstraksi secara panas

Metode ekstraksi secara panas adalah metode ekstraksi yang di

dalam prosesnya dibantu dengan pemanasan. Pemanasan dapat

Page 17: Laporan lengkap ekstraksi

mempercepat terjadinya proses ekstraksi karena cairan penyari akan lebih

mudah menembus rongga-rongga sel simplisia dan melarutkan zat aktif

yang ada dalam sel simplisia tersebut. Metode ini diperuntukkan untuk

simplisia yang mengandung zat aktif yang tahan terhadap pemanasan

dan simplisia yang mempunyai tekstur keras seperti kulit, biji, dan kayu.

Yang termasuk ekstraksi secara panas adalah (5):

a. Ekstraksi secara refluks

Refluks adalah penyarian yang termasuk dalam metode

berkesinambunan, cairan penyari secara kontinyu menyari zat aktif dalam

simplisia. Cara ini digunakan untuk simplisia yang kandungan zat aktifnya

tahan terhadap pemanasan. Pemanasan dimaksudkan untuk

mempermudah cairan penyari menenmbus dinding sel simplisia karena

dengan pemnasan sel simplisia mengalami pengembangan sehingga

rongga-rongga selnya terbuka dengan demikian pelarut mudah mencapai

zat aktif di dalam sel dan diluar sel cepat tercapai dan menyebabkan pross

ekstraksi cepat pula tercapai. Selain itu pemanasan dapat memurnikan

cairan penyari melaui proses kondensasi. Simplisia yang dapat diekstraksi

dengan cara ini adalah yang mempunyai kompoinen kimia yang tahan

pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, kulit

batang (5).

Prinsip kerja dari metode ini, yaitu pada rangkaian refluks ini terjadi

empat proses, yaitu proses heating, evaporating, kondensasi dan coolong.

Heating terjadi pada saat feed dipanaskan di labu didih, evaporating

Page 18: Laporan lengkap ekstraksi

Gambar 4. Alat Refluks

(penguapan) terjadi ketika feed mencapai titik didih dan berubah fase

menjadi uap yang kemudian uap tersebut masuk ke kondensor dalam.

Cooling terjadi di dalam ember, di dalam ember kita masukkan batu es

dan air, sehingga ketika kita menghidupkan pompa, air dingin akan

mengalir dari bawah menuju kondensor luar, air harus dialirkan dari bawah

kondensor bukan dari atas agar tidak ada turbulensi udara yang

menghalangi dan agar air terisi penuh. Proses yang terakhir adalah

kondensasi (Pengembunan), proses ini terjadi di kondensor, jadi terjadi

perbedaan suhu antara kondensor dalam yang berisi uap panas dengan

kondensor luar yang berisikan air dingin, hal ini menyebabkan penurunan

suhu dan perubahan fase dari steam tersebut untuk menjadi liquid kembali

(5).

Prosedur dari sintesis dengan metode refluks adalah Semua

reaktan atau bahannya dimasukkan dalam labu bundar leher tiga.

Kemudian dimasukkan batang magnet stirer setelah kondensor pendingin

air terpasang Campuran diaduk dan direfluks selama waktu tertentu

sesuai dengan reaksinya. Pengaturan suhu dilakukan pada penangas air,

minyak atau pasir sesuai dengan kebutuhan reaksi. Pelarut akan

Page 19: Laporan lengkap ekstraksi

Gambar 5. Alat Infudasi

mengekstraksi dengan panas, terus akan menguap sebagai senyawa

murni dan kemudian terdinginkan dalam kondensor, turun lagi ke wadah,

pengekstraksi lagi. Demikian seterusnya berlangsung secara

berkesinambungan sampai penyaringan sempurna. Penggantian pelarut

dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh

dikumpulkan dan dipekatkan. Gas N2 dimasukkan pada salah satu leher

dari labu bundar. Dilakukan dengan menggunakan alat destilasi, dengan

merendam simplisia dengan pelarut/solven dan memanaskannya hingga

suhu tertentu. Pelarut yang menguap sebagian akan mengembung

kembali kemudian masuk ke dalam campuran simplisia kembali, dan

sebagian ada yang menguap (5).

b. Ekstraksi secara infundasi

Infudasi merupakan metode penyarian dengan cara menyari

simplisia dalam air pada suhu 90OC selama 15 menit. Infundasi

merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat

kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian

dengan metode ini menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil dan mudah

tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh

dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Umumnya

digunakan untuk simplisia yang mempunyai jaringan lunak, yang

mengandung minyak atsiri, dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama

(6).

Page 20: Laporan lengkap ekstraksi

Pada metode infudasi terlebih dahulu harus dibuatkan infus. Cara

pembuatannya, yaitu (6):

1) Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali bobot bahan,

untuk bunga 4 kali bobot bahan dan untuk karagen 10 kali bobot

bahan.

2) Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit

pada suhu 900 – 980C. Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 10

bagian bahan. Pada simplisia tertentu tidak diambil 10 bagian bahan.

Hal ini di sebabkan karena:

a) Kandungan simplisia kelarutannya terbatas, misalnya kulit kina

digunakan 6 bagian.

b) Disesuaikan dengan cara penggunaannya dalam pengobatan,

misalnya daun kumis kucing, sekali minum infuse 100cc karena itu

diambil 1/2 bagian.

c) Berlendir, misalnya karagen digunakan 11/2 bagian

d) Daya kerjanya keras, misalnya digitalis digunakan 1/2 bagian.

3) Untuk memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambah bahan

kimia misalnya asam sitrat untuk infuse kina dan Kalium atau Natrium

karbonat untuk infuse kelembak

4) Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan

yang mengandung bahan yang mudah menguap.

5) Simplisia yang digunakan untuk pembuatan infuse harus mempunyai

derajat kehalusan tertentu.

Page 21: Laporan lengkap ekstraksi

Prosedur pengerjaan selanjutnya, yaitu simplisia yang telah

dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang telah ditetapkan

dicampur dengan air secukupnya dalam sebuah panci. Kemudian

dipanaskan dalam tangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu dalam

panci mencapai 900C, sambil sekali-sekali diaduk. Infuse diserkai sewaktu

masih panas melalui kain flannel. Untuk mencukupi kekurangan air,

ditambahkan air mendidih melalui ampasnya. Infuse simplisia yang

mengandung minyak atsiri harus diserkai setelah dingin. Infuse asam jawa

dan simplisia yang berlendir tidak boleh diperas. Infuse kulit kina biasanya

ditambah dengan asam sitrat sepersepuluh dari bobot simplisia. Asam

jawa sebelum dipakai dibuang bijinya dan sebelum direbus dibuat

massaseperti bubur. Buah adas dan dan buah adas manis dipecah

terlebih dahulu (6).

Keuntungan dari metode infudasi, antara lain (6):

1) Unit alat yang dipakai sederhana,

2) Biaya operasionalnya relatif rendah

Sedangkan, kerugiannya adalah:

1) Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap

kembali,apabila kelarutannya sudah mendingin (lewat jenuh).

2) Hilangnya zat-zat atsiri

3) Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama,dismping itu simplisia

yang mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan

Page 22: Laporan lengkap ekstraksi

Gambar 6. Alat Destilasi

menggumpal dan menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat

tersebut.

c. Ekstraksi Secara Destilasi Uap Air

Destilasi uap air dapat digunakan untuk menyari simplisia yang

mengandung minyak menguap, mempunyai titik didih yang tinggi pada

tekanan udara normal dan biasanya pada proses pemanasan

kemungkinan akan kerusakan zat aktif dan mencegah kerusakan tersebut

maka dilakukan penyarian secara destilasi uap air (5).

Berdasarkan proses kerjanya penyulingan dapat digolongkan

menjadi 3 cara yaitu (5):

1) Penyulingan dengan air

Prinsip kerjanya adalah penyulingan diisi air sampai volumenya hampir

separuh, lalu dipanaskan. Sebelum air mendidih sampel dimasukkan ke

dalam ketel penyulingan, sehingga air dan minyak atsiri menguap secra

bersamaan ke dalam kondensor pendingin dan mengalami

Page 23: Laporan lengkap ekstraksi

pengembunan dan mencair kembali yang selanjutrnya dilairkan ke alat

pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air.

2) Penyulingan dengan air dan uap

Prinsip kerjanya adalah penyulingan diisi air sampai pada batas

saringan. Sampel diletakkan di atas saringan, sehingga sampel tidak

berhubungan langsung dengan air mendidih akan tetapi akan

berhubungan dengan uap air di mana air yang menguap akan

membawa partikel minyak atsiri dan dialirkan melalui pipa ke

kondensor sehingga terjadi pengembunan dan uap air bercampur

minyak atsiri tersebut akan mencair kembali dan selanjutnya dialirkan

ke alat pemisah untuk memisahkan minyak atsiri dan air.

3) Penyulingan dengan uap

Prinsip kerjanya pada dasarnya sama dengan uap ketel dan ketel

penyulingan terpisah. Ketel uap yang berisi air dipanaskan, lalu uapnya

dilairkan ke ketel penyulingan yang berisi sampel, sehingga partikel-

partikel minyak atsiri pada sampel akan terbawa bersama uap menuju

kondensor selanjutnya diembunkan kemudian mencair dan mengalir ke

alat pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air

d. Rotary Evaporator

Rotary evaporator ialah alat yang biasa digunakan di laboratorium

kimia untuk mengefisienkan dan mempercepat pemisahan pelarut dari

suatu larutan. Alat ini menggunakan prinsip vakum destilasi, sehingga

tekanan akan menurun dan pelarut akan menguap dibawah titik didhnya.

Page 24: Laporan lengkap ekstraksi

Rotary evaporator sering digunakan dibandingkan dengan alat lain yang

memiliki fungsi sama karena alat ini mampu menguapkan pelarut dibawah

titik didih sehingga zat yang terkandung di dalam pelarut tidak rusak oleh

suhu tinggi (7).

Rotary evaporator bekerja seperti alat destilasi. Pemansan pada

rotary evaporator menggunakan penangas air yang dibantu dengan

rotavapor akan memutar labu yang berisi sampel oleh rotavapor sehingga

pemanasan akan lebih merata. Selain itu, penurunan tekanan diberikan

ketika labu yang berisi sampel diputar menyebabkan penguapan lebih

cepat. Dengan adanya pemutaran labu maka penguapan pun menjadi

lebih cepat terjadi. Pompa vakum digunakan untuk menguapkan larutan

agar naik ke kondensor yang selanjutnya akan diubah kembali ke dalam

bentuk cair (7).

Labu disimpan dalam labu alas bulat dengan volume 2/3 bagian

dari volume labu alas bulat yang digunakan, kemudian waterbath

dipanaskan sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan. Setelah suhu

tercapai, labu alas bulat dipasang dengan kuat pada ujung rotor yang

menghubungkan dengan kondensor. Aliran air pendingin dan pompa

vakum dijalankan, kemudian tombol rotar diputar dengan kecepatan yang

diinginkan.

Terdapat beberapa bagian alat rotary evaporator, diantaranya (7):

Page 25: Laporan lengkap ekstraksi

Gambar 6. Rotavapor

1. Pendingin. Berfungsi mendinginkan air yang akan dipompakan ke

kondensor.

2. Kondensor. Berfungsi untuk mengubah uap menjadi bentuk cair

kembali.

3. Penangas Air/Watherbath. Digunakan untuk memanaskan sampel

dengan suhu yang dapat diatur sesuai kebutuhan.

4. Pompa Vakum. Pompa vakum digunakan untuk mengatur tekanan

dalam labu, sehingga mempermudah penguapan sampel.

Page 26: Laporan lengkap ekstraksi

II. 2 Klasifikasi

Klasifikasi tanaman Putri Malu yaitu sebagai berikut (8):

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Mimosa

Spesies : Mimosa pudica, Linn

II.3 Kandungan Kimia

Daun Mimosa pudica, Linn mengandung asam askorbat, beta

karotene, thiamin, potasium, phosphor dan zat besi. Sedangkan daun

batang dan akar Mimosa pudica mengandung senyawa mimosin, asam

pipekolinat, tannin, alkaloid, dan saponin. Selain itu, juga mengandung

triterpenoid, sterol, polifenol dan flavonoid (9).

II.4 Khasiat dan Cara Penggunaan

Herba Putri Malu mempunyai banyak khasiat seperti digunakan

untuk pengobatan:

1. Untuk pemakaian luar.

Cara Penggunaan:

Giling herba segar sampai halus, lalu bubuhkan ke bagian tubuh yang

sakit, seperti luka, radang kulit bernanah (piodermi), bengkak terpukul

(memar), buah zakar bengkak dan cacar ular (herpes zoster).

Page 27: Laporan lengkap ekstraksi

2. Sulit tidur.

Cara Penggunaan:

Cuci 30 g herba putri malu segar, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai

tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum

sebelum tidur Sediakan bahan segar heba putri malu dan sawi langit

(masing-masing 15 g) dan 30 g calincing segar (oxalis corniculata L.).

Cuci bahan-bahan lalu rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas.

Setelah dingin saring dan air saringannya diminum sebelum tidur.

3. Cacingan (ascariasis).

Cara Penggunaan:

Cuci 15-30 g herba putri malu, alu rebus dengan 3 gelas air samapi

tersisa 1 gelas. Setelah dingin saring dan air saringannya diminum

malam ahri sebelum tidur Batu saluran kencing Cuci 20 g herba putri

malu segar, lalu rebus dalam 2 gelas air samapi tersisa separonya.

Setelah dingin, saring dan air saringannta diminum sekaligus.

Sebaiknya ramuan ini diminum pada malam hari.

4. Bronkitis kronis

Cara Penggunaan:

Sediakan herba segar putri malu dan pegagan (masing-masing 30 g)

lalu cuci sampai bersih. Tambahkan 3 gelas air, lalu rebus sampai

tersisa separonya. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum

sehari 3 kali masing-masing 1/2 gelas. Cuci 60 g putri malu segar, lalu

potong-potong seperlunya. rebus dalam 3 gelas air dengan api kecil

Page 28: Laporan lengkap ekstraksi

sampai tersisa 1 gelas. Stelah dingin saring dan air saringannya

diminum untuk 2 kali minum, pagi dan sore hari. Ramuan ini diminum

untuk 10 hari (10).

II.5 Habitat

Tumbuhan Putri Malu dapat tumbuh dimana saja dengan begitu

suburnya disekitar kita. Putri malu dapat tumbuh secara liar dimana saja,

dan tanaman ini tidak memerlukan perawatan yang khusus misalnya

seperti pemupukan atau penyiraman. Tanaman putri malu bisa tumbuh

dimana saja diatas permukaan tanah, baik diatas permukaan tanah yang

lembab maupun diatas permukaan tanah yang gersang. Tumbuhan Putri

Malu biasanya tumbuh diatas tanah yang lapang baik itu diladang,

diperkebunan, diperkarangan rumah dan pada tempat yang lainnya

disekitar kita (9).

Page 29: Laporan lengkap ekstraksi

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alumunium

foil, batang pengaduk, beaker glass, blender kering, cawan porselin, kain

saring, kertas saring, sendok tanduk besi, dan toples.

III.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah simplisia

kering herba Putri Malu, dan pelarut metanol.

III.2 Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang simplisia kering herba Putri Malu yang telah diserbukkan

sebanyak 100 gram.

3. Simplisia dimasukkan ke dalam toples dan direndam dengan cairan

penyari metanol sebanyak 1L.

4. Dilakukan pengadukan dan toples ditutup rapat-rapat

5. Didiamkan hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan

di luar sel dan di dalam sel yang ditandai dengan terjadinya

perubahan warna menjadi pekat pada cairan penyari.

6. Disaring simplisia yang telah dimaserasi dengan kain saring dan

kertas saring.

7. Diuapkan pelarutnya hingga terbentuk ekstrak kental.

Page 30: Laporan lengkap ekstraksi

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan

1. Metode ekstraksi : Maserasi

2. Berat sampel yang diekstraksi : 57,46 gram

3. Volume larutan penyari : 1 liter

4. Berat ekstrak kental : 2,71 gram

5. % Rendamen : Bobot ekstrakBobot sampel

× 100%

: 2,71100

× 100%

: 2,71%

IV.2 Gambar

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDIN

Proses maserasi dengan larutan metanol

Ekstrak herba Putri Malu(Momosa pudica L.)

Page 31: Laporan lengkap ekstraksi
Page 32: Laporan lengkap ekstraksi

BAB V

PEMBAHASAN

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari

suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi

atas dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen

tersebut. Ekstraksi biasa digunakan untuk memisahkan dua zat

berdasarkan perbedaan kelarutan.

Pada praktikum ini, dilakukan ekstraksi simplisia herba Putri Malu

yang telah diserbukkan sebanyak 100 gram dengan menggunakan

metode maserasi. Metode ini dipilih karena zat aktif yang terdapat pada

simplisia tidak tahan dengan adanya pemanasan oleh karena itu maserasi

merupakan metode yang baik karena tidak melibatkan pemanasan dalam

prosesnya dan juga metode ini sangat sederhana.

Adapun pelarut atau cairan penyari yang digunakan adalah metanol

karena banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan

alam karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder dan

mempunyai titik didih rendah (67,50c) sehingga mudah untuk diuapkan

dan juga ekonomis.

Dari hasil ekstraksi dapat diperoleh ekstrak kental sebanyak 2,71

gram. Hasil yang diperoleh terbilang sedikit, hal ini kemungkinan

disebabkan karena hal-hal berikut:

a. Jumlah sampel yang diekstraksi sedikit

Page 33: Laporan lengkap ekstraksi

b. Waktu maserasi yang singkat sehingga pelarut belum dapat menarik

senyawa-senyawa yang terdapat pada sampel sehingga belum

mencapai titik keseimbangan.

c. Tidak dilakukan proses remaserasi.

Page 34: Laporan lengkap ekstraksi

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan diperoleh ekstrak kental dari herba Putri Malu

sebanyak 2,71 gram yang dilakukan dengan metode ekstraksi dingin yaitu

metode perkolasi dengan menggunakan pelarut metanol.

VI.2 Saran

Arahan dan penjelasan dari asisten sangat dibutuhkan untuk

mempermudah proses praktikum sehingga dapat diperoleh hasi

pengamatan yang sesuai dan memuaskan.

Page 35: Laporan lengkap ekstraksi

DAFTAR PUSTAKA

1. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

2. Dirjen POM. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

3. Ansel, Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI Press.

4. Wijaya, H. M Hembing. 1992. Tanaman berkhasiat obat di Indonesia cetakan 1. Jakarta:

5. Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press

6. Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jakarta : Depkes RI.

7. Ayu pengestu. Rotary evaporator dan ultraviolet lamp. http://ebookbrowse.com/pm-long-wave-uv-lamp-pdf-d123036005. 2011. (Diakses 5 April 2014)

8. Dalimartha S. 2008. 1001 Resep Herbal. Penebar Swadaya : Jakarta. Hal 56-57

9. Syahid, Muhammad Arif Nur. 2009. Pengaruh Ekstrak putri malu Terhadap Ascaris Suum In Vitro. Surakarta: Fakultas Kedokteran Sebelas Maret.

10.Metri Waldi, 1991. Khasiat Herba Putri Malu. Jurusan Farmasi FMIPA UNAND

Page 36: Laporan lengkap ekstraksi

Ditimbang simplisia 100 g

Direndam dengan 1 liter metanol di dalam toples, tutup rapat

Rendam selama 3-5 hari

Saring dengan kain putih dan kertas saring

Filtrat diambil dan diuapkan pelarutnya hingga diperoleh ekstrak yang kental

Ditimbang bobot ekstrak kental

LAMPIRAN

Skema Kerja