Laporan III - Lengkap
-
Upload
rudini-mulya -
Category
Documents
-
view
188 -
download
12
Transcript of Laporan III - Lengkap
TUGAS LAPORAN
PERANCANGAN TATA LETAK
FASILITAS
Disusun Oleh :
Andy Irawan 41610010029
Rudini Mulya 41610010035
Paulus F.P. 41610010004
Herman Santoso p. 41610010001
Aditya Anugrah S. 41610010031
Ikhya Maulana 41610010011
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat-Nya yang melimpah kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan
laporan Tugas Akhir PASTI yang berjudul “Perancangan Tata Letak Fasilitas”,
sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan mata kuliah PASTI pada Jurusan Teknik
Industri, Universitas Mercu Buana.
Tim Penulis menyadari banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak selama
pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan ini sehingga pada kesempatan ini
bermaksud mengucapakan terima kasih.
Tim Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan masukan serta
wawasan bagi pembacanya. Tim Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran
demi kemajuan.
Universitas Mercu Buana
15 Januari 2014
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menghadapi era pasar bebas saat ini, dimana terjadi persaingan
yang sangat ketat, maka perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan produk
dengan biaya murah, kualitas yang baik, dan delivery tepat waktu. Untuk itu
dibutuhkan usaha penekanan biaya dengan cara meningkatkan efektivitas,
efisiensitas, dan produktivitas.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memaksimalkan tata
letak fasilitas produksi. Tata letak fasilitas produksi merupakan elemen dasar yang
sangat penting dari kelancaran proses prosuksi untuk menciptakan produk atau
jasa yang berkualitas dan menentukan daya saing perusahaan. Tata letak fasilitas
yang buruk merupakan pemborosan (waste) yang harus diminimalisi dengan cara
melakukan perbaikan/menata ulang fasilitas.
Tata letak fasilitas yang baik akan mengurangi biaya produksi secara total
tidak hanya pada salah satu proses tetapi pada tiap proses produksi. Pengurangan
ini dapat dilakukan dengan mengurangi pergerakan pemindahan bahan yang tidak
efisien dan merencanakan rute perencanaan yang lebih teliti sesuai dengan aliran
proses produksi yang nantinya diharapkan akan menghasilkan hasil produksi yang
optimal maka dengan adanya penelitian evaluasi dan modifikasi tata letak fasilitas
ini, diharapkan dapat membantu sebagai referensi dalam membangun tata letak
fasilitas produksi yang baik.
Berkaitan dengan masalah tersebut, maka peneliti mencoba menganalisa
tata letak fasilitas produksi yang ada saat ini terkait dengan tipe tata letak dan pola
aliran bahan pada produksi meja laptop portable yang lebih efisien.
1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang yang telah dikemukan di atas maka
masalah yang akan kami angkat adalah:
1. bagaimana merancang tata letak fasilitas produksi meja laptop portable
yang tepat dan efisien sesuai dengan usaha yang didirikan?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah produk Meja Laptop Portable layak untuk diproduksi.
2. Mengetahui apakah pabrik untuk memproduksi Meja Laptop Portable
layak didirikan.
3. Menghindari penanaman modal yang sia-sia.
4. Melihat prospek proyek produksi dimasa mendatang/kedepan.
5. Menyediakan sebuah kerangka kerja yang memungkinkan untuk membuat
estimasi sumberdaya, biaya dan jadwal yang dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Mengetahui apakah usaha ini dapat hidup dan menghasilkan laba.
1.1. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan ini, Kami berpedoman pada kriteria penyusunan
tugas besar dan membaginya dalam enam bab yang saling berkaitan satu sama
lainnya, yaitu dengan format sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan
Diuraikan mengenai latar belakang, tujuan penelitian, rumusan masalah, batasan
dan asumsi, dan sistematika penulisan tugas besar.
Bab II Landasan Teori
Diuraikan mengenai tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi tentang teori-teori
mengenai kelayakan pabrik, pemikiran-pemikiran yang digunakan sebagai
landasan dalam pembahasan serta pemecahan permasalahan dalam mendirikan
pabrik.
Bab III Pengumpulan Dan Pengolahan Data
Diuraikan mengenai data – data yang dibutuhkan untuk menganalisa kelayakan
suatu pabrik serta melakukan pengolahan data untuk mengetahui apakah pabrik
tersebut layak untuk didirikan.
Bab IV Analisa Dan Hasil
Bab ini berisi analisa pemecahan masalah berdasarkan pengolahan data yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya.
Bab V Kesimpulan Dan Saran
Pada bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa data dan saran
-saran bagi pengembangan penelitian selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pemilihan lokasi
Pemilihan lokasi usaha merupakan salah satu keputusan bisnis yang harus
dibuat secara hati-hati. Penelitian-penelitian terdahulu menemukan bahwa lokasi
usaha berhubungan dengan kesuksesan usaha tersebut (Nurul Indarti, 2004).
Namun, penelitian-penelitian tersebut masih didominasi oleh pemilihan lokasi di
sektor manufaktur, industri teknologi tinggi, dan perusahaan besar, dimana
pemilihan lokasi usaha-usaha tersebut didorong oleh pertimbangan besarnya biaya
transportasi bahan produksi.
Von Thunnen mengembangkan teori lokasi pada awal abad 19. Thunnen
melakukan pengamatan di daerah tempat tinggalnya, dari pengamatan tersebut
Thunnen menemukan berbagai komoditas pertanian diusahakan menurut pola
tertentu. Dengan memperhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar.
2.2 operation proses chart (OPC)
Setelah gambar teknik sebagai dasar pertama dalam melakukan
perencanaan teknis dalam perencanaan tata letak pabrik. Gambar teknik adalah
sebagai desain produk dalam merencanakan produk yang akan diproduksi.
Selanjutnya adalah desain proses yang akan dibuat untuk membuat produk dari
gambar teknik yang sudah dibuat Salah satu dari alat grafis ini adalah peta kerja.
Peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk
berkomunikasi secara luas.
Dan sekaligus melalui peta kerja kita bisa mendapatkan informasi-informasi yang
diperlukan untuk memperbaiki suatu metode kerja. Jadi, peta kerja adalah suatu
alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya
kerja produksi). Lewat peta ini kita bisa melihat semua langkah atau kejadian
yang dialami oleh suatu benda kerja. Peta proses operasi merupakan salah satu
dari peta kerja.
Peta proses operasi (operation process chart) merupakan suatu diagram yang
menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai
urutan-urutan proses dan pemeriksaan. Sejak dari awal proses sampai menjadi
produk utuh maupun sebagai komponen,dan juga memuat informasi-informasi
yang dibutuhkan. Informasi-informasi yang bisa didapatkan dalam peta proses
operasi adalah sebagai berikut:
Bahan baku dan bahan penunjang yang dibutuhkan (dipresentasikan
dengan garis panah horizontal)
Operasi yang dibutuhkan pada masing-masing komponen atau bagian dari
bahan baku (direpresentasikan dalam lingkaran)
Waktu yang dibutuhkan dalam proses
Mesin atau alat yang digunakan dalam operasi
Scrap (geram) yang dihasilkan (dibuang) dalam proses
Dalam setiap peta proses operasi kegiatan dalam bentuk lambang atau simbol
yang telah dibakukan adalah sebagai berikut:
1. Operasi
Yaitu suatu kegiatan operasi yang terjadi apabila benda kerja mengalami
perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawinya. Operasi merupakan kegiatan
yang paling banyak terjadi dalam suatu proses yang biasanya terjadi di suatu
mesin atau stasiun kerja.
2. Pemeriksaan (Inspeksi)
Yaitu suatu kegiatan pemeriksaan terhadap benda kerja atau peralatan, baik
dari segi kualitas maupun kuantitas. Lambing ini digunakan untuk melakukan
pemeriksaan terhadap suatu objek tertentu agar sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
3. Aktifitas gabungan
Yaitu suatu kegiatan yang terjadi apabila aktivitas operasi dan pemeriksaan
dilakukan secara bersamaanatau pada satu tempat benda.
4. Penyimpanan
Yaitu suatu kegiatan menyimpan benda kerja untuk waktu yang cukup lama.
Jika benda kerja tersebut akan diambil kembali biasanya melakukan prosedur
perizinan tertentu.
2.2.1 Prinsip-Prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi
Untuk bisa menggambarkan peta proses operasi dengan baik, ada beberapa
prinsipyang perlu diikuti sebagai berkut:
Pada bagian kiri paling atas menyatakan No. Peta, Nama, Kapasitas dan
Efisiensi.
Pada bagian tengah atas terdapat Nama Perusahaan, Engineering Consultant,
Operation Process Chart, dan Kursi Kuliah.
Sedangkan pada bagian atas sebelah kanan terdapat Nama Dosen, Nama
Asisten dosen, Tanggal Dipetakan, dan Tanggal Disetujui.
Material yang akan diproses diletakan diatas horizontal yang menunjukan
bahwa material tersebut masuk kedalam proses.
Lambang-lambang ditempelkan dalam arah vertikal, yang menunjukan
terjadinya perubaha proses.
Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri
dan prinsipnya sama dengan penomoran dalam proses operasi.
Agar diperoleh gambar peta proses operasi yang baik, produk yang paling baik
memerlukan operasi, harus dipetakan terlebih dahulu, berarti dipetakan dengan
garis vertikal disebelah kanan halaman kertas.
Setelah semua proses dipetakan dengan lengkap, pada bagian akhir halaman
dibuat ringkasannya. Yang memuat informasi-informasi seperti : jumlah
keseluruhan informasi, jumlah keseluruhan pemeriksaan, dan jumlah waktu
keseluruhan yang dibutuhkan dalam membuat produk jadi.
Membuat surat penawaran untuk peta proses operasi yang ditujukan pada
dosen masing-masing kelas, yang disertai oleh landasan teori yang
mendukungnya.
2.3 Routing sheet
Untuk membuat peta proses operasi membutuhkan sutau dokumen utama
yang dikenal dengan nama Master Route Sheet atau Routing Sheet. Yang
merupakan tahap awal yang harus di!akukan sebe!um kegiatan produksi dimulai
adalah mengidentifikasi ataupun menentukan urut-urutan mesin/peralatan, proses
dan operasi yang sesuai dengan kebutuhan dan efisiensi. Digunakan untuk
mengetahui jalannya proses produksi dari komponen-komponen kursi kita dapat
menggunakan pola peta proses produksi. Hasi identifkasi ataupun penentuan ini
biasanya disajikan dalarn bentuk apa yang dinamakan dengan Routing Sheet.
Routing Sheet ini merupakan hal yang sangat penting bagi pengawasan
produksi, karena merupakan penentuan mutu produk yang akan dibuat, dan berapa
lama waktu yang diperlukan untuk mengerjakan setiap kegiatan produk tersebut.
Pada umumnya, selain menyajikan urut-urutan mesin/peralatan, proses dan
operasi, routing sheet ini juga memuat antara lain kapasitas mesin/peraiatan, %
scrap, serta jumlah kebutuhan bahan/mesin/peralatan. Sehingga untuk keperluan
perhitungan kebutuhan bahan, mesin ataupun peralatan, routing sheet ini dapat
dipergunakan. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum membuat Routing sheet
adalah sebagal berikut :
1. Bahan/material yang digunakan untuk memproduksi suatu produk.
2. Banyaknya satuan unit produk yang akan dibuat.
3. Urut-urutan kegiatan yang sifatnya tetap.
4. Peralatan yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan.
5. Komponen- komponen untuk assembling setelah diprcduksi.
2.3.1 Tujuan pembuatan routing sheet
1. mengetahui aliran pross yang dialami oleh bahan bakuuntk tiap jenis
komponen dengan mengetahui jumlah mesinnya.
2. Sebagai dasar dalam penentuan tata letaj pabrik
3. Sebagai alat untuk memperbaiki cara kerja yang sedang dilakukan
4. Dengan diketahuinya lama waktu pelaksanaan kegiatan, ditentukan
pemanfaatan fasilitas produk.
2.4 Multy Proses Product Chart (MPPC)
Satu teknik analisa lainnya yang menyerupai peta kerja dan juga
dipergunakan untuk menganalisa aliran bahan adalah Multy Product Procees
Chart ( MPPC ). Teknik analisa ini mengambil dasar penyajian dari Operation
Process Chart ( OPC ), hanya saja pada MPPC ini penggambaran proses operasi di
pisahkan menjadi sub bagian tersendiri, yaitu : Rough Lumber, Fabrikasi dan
Assembling, yang dapat di persamakan dari ketiga peta itu adalah dapat
dipergunakan untuk berkomunikasi secara luas, jelas dan sistematis.
2.4.1 Pengertian
Apabila didefinisikan MPPC merupakan suatu diagram yang
menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami oleh bahan, baik
bahan baku maupun bahan tambahan, seperti urutan-urutan operasi, pemeriksaan
dan penyimpanan, serta dalam menggambarkannya dipisahkan antara Rough
Lumber, Fabrikasi dan Assembling, atau dapat di katakan MPPC adalah suatu
peta yang menggambarkan jumlah pemakaian kebutuhan mesin dari Routing
Sheet.
Simbol-simbol yang di pergunakan dalam MPPC ini sama dengan simbol-
simbol yang di gunakan pada OPC, antara lain operasi, pemeriksaan dan
penyimpanan. Hanya saja pada cara penomorannya dilakukan berdasarkan urutan-
urutan proses operasi perkomponen
2.4.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari MPPC adalah :
Menentukan berapa banyak kebutuhan mesin
Menunjukkan keterkaitan produksi antara komponen-komponen produk
Sebagai pedoman dalam menjalankan proses produksi
Sebagai alat kerja yang memberikan informasi yang berguna dalam perbaikan
sistem.
2.5 Ongkos Material Handling (OMH)
Di dalam merancang Tata Letak Pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan
(material handling) merupakan salah satu faktor yang cukup penting untuk
diperhatikan dan diperhitungkan. Aktivitas pemindahan tersebut dapat ditentukan
dengan terlebih dahulu memperhatikan aliran bahan yang terjadi dalam suatu
operasi. Selanjutnya hal yang harus diperhatikan adalah type lay out yang akan
digunakan. Ongkos material handling adalah ongkos yang dikeluarkan untuk
melakukan pemindahan material dari satu departemen menuju departemen yang
lain untuk dilakukannya proses produksi selanjutnya.
MaterialHandling adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan mengenai peminda
han,pengepakan dan penyimpanan, pengepakkan danpenyimpanan semuajenis /be
ntuk material / bahan yang terjadi di dalam pabrik termasuk pemindahan bahan
baku kepabrik serta pemindahan barang jadi sampai ketangan konsumen. Seni dan
ilmu pengetahuan dari perpindahan, penyimpanan, perlindungan dan pengawasan
material penanganan material dalam jumlah yang tepat dari material yang sesuai,
dalam kondisi yang baik, pada tempat yang cocok, pada waktu yang tepat, pada
posisi yang benar, dalam urutan yang sesuai, dengan biaya yang murah dan
menggunakan metode yang benar.
Tujuan Ongkos Material Handling adalah menjaga atau mengembangkan
kualitas produk, mengurangi kerusakan dan memberikan perlindungan terhdap
material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi:
1. Menghemat penggunaan luas lantai
2. Mengurangi beban manusia dan kecelakaan
3. Meningkatkan semangat kerja
4. Mengurangi biaya handling/penanganan
5. Mengurangi biaya over head
6. Mengurangi biaya produksi
Keguanaan luas lantai adalah saat digunakan dalam membantu untuk
perhitungan OngkosMaterial Handling (OMH) antar departemen, sesuai dengan
luas lantai hasil perhitungan.
2.5.1 Prinsip-Prinsip Material Handling
1. Right Material : Material yang disediakan sesuai dengan yang
dipesan oleh bagian produksi, akan lebih akurat jika menggunakan
peralatan otomatis.
2. Right Mount : Jumlah yang disediakan oleh bagian material handling
sesuai jumlah kebutuhan.
3. Right Condition : Sesuai dengan keinginan konsumen (misal tidak
rusak, kondisi barang dipak atau tidak dipak, diurut penyusunannya,
dlan lain-lain).
4. Right Place : Menempatkan material langsung dilokasi akhir siap
untuk digunakan, tidak di tengah-tengah perjalanan (misal di gang).
5. Right Sequence : Urutan penanganan material yang efisien misalnya
dengan penyederhanaan kerja, efisiensi manufakturing.
6. Right Cost : Mendesain bentuk yang efisien sehingga biaya menjadi
efisien ‘Not the lowest cost’.
7. Right time : On time delivery, jika proses material handling di dalam
pabrik dilakukan dengan peralatan otomatis syarat ini akan lebih
mudah dicapai.
Beberapa aktivitas pemindahan bahan yang perlu diperhitungkan adalah sebagai
berikut:
a. Pemindahan bahan dari gudang bahan baku (Receiving) menuju
departemen fabrikasi maupun departemen assembling.
b. Pemindahan bahan yang terjadi dari satu departemen menuju
departemen yang lainnya.
c. Pemindahan bahan dari departemen assembling menuju gudang
bahan jadi (Shipping)
d. Alat Angkut yang Dipergunakan Pemilihan jenis alat angkut
didasari terhadap besar beban material yang harus dipindahkan,
dimana jenis alat angkut yang dipergunakan bergantung pada
spesifikasi alat angkut dalam melakukan operasinya. Beberapa
alat-alat angkut yang biasa dipergunakan adalah :
e. Alat angkut dengan menggunakan Tenaga Manusia < 20 Kg.
f. Alat angkut dengan menggunakan Walky Fallet (20 – 50 Kg).
g. Alat angkut dengan menggunakan Lift Truck (diatas 50 Kg).
Setelah ditentukan alat angkut yang akan digunakan, maka selanjutnya dapat
ditentukan ongkos alat angkut berdasarkan jarak tempuh (meter gerakan)./ jarak
pengangkutan.
Pemilihan peralatan pemindahan bahan juga dapat diklarifikasikan pada
gerakan dasar perpindahan yang akan dilakukan oleh peralatan tersebut. Gerakan
perpindahan ini dapat di bedakan atas :
Lintasan tetap atau fleksibel.
Gerakan perpindahan yang terputus-putus atau continue.
Jarak lintasan perpindahan jauh dekat.
Perpindahan bahan diselenggarakan didalam atau diluar pabrik.
Gerakan perpindahan kearah vertical, Horizontal, membentuk sudut
ataukah merupakan kurva.
2.6 Activity Relationship Chart (ARC)
Teknik ideal untuk desain relationship antara setiap kelompok aktivitas
yang saling berkaitan. Perencanaan aktivitas relationship menggunakan ARC
sebagai instrumen analisa dalam pengerjaannnya
Kegunaan ARC adalah :
1. Penyusunan urutan pendahuluan bagi peta dari-ke
2. Lokasi relatif dari pusat kerja atau departemen dalam satu kantor
3. Lokasi kegiatan dalam satu usaha pelayanan
4. Lokasi pusat kerja dalam operasi perawatan atau perbaikan
5. Lokasi nisbi dari daerah pelayanan satu kegiatan dengan yang lainnya,
serta alasannya.
6. Memperoleh satu landasan bagi penyusunan daerah selanjutnya.
Langkah-langkah pembuatan ARC adalah :
1. Penyusunan urutan pendahuluan bagi peta dari-ke
2. Lokasi relatif dari pusat kerja atau departemen dalam satu kantor
3. Lokasi kegiatan dalam satu usaha pelayanan
4. Lokasi pusat kerja dalam operasi perawatan atau perbaikan
5. Lokasi nisbi dari daerah pelayanan satu kegiatan dengan yang lainnya,
serta alasannya.
6. Memperoleh satu landasan bagi penyusunan daerah selanjutnya.
Kode pembuatan ARC adalah dalam pembuatan ARC kode derajat relationship
yang menggunakan hurup-hurup (A, E, I, O, U, X) diletakkan pada bagian atas
kotak.
Sedangkan alasan derajat relationship dimasukan di kotak bawah contoh sebagai
berikut:
Contoh derajat relationship
Kode Alasan
1 Urutan aliran material
2 Membutukan area yang sama
3 Intensitas hubungan dokumen dan personalia yang sama
4 Debu dan bising
5 Bau dan kotot
A
z
Aturan derajat relationship
KODE PERSENTASE KETERANGAN
A 5 %
dari banyaknya total relationship yang terjadi E 10 %
I 15 %
O 20 %
U dan X : Tidak ada batasan
Total Relationship
Total relationship N, dapat dihitung berdasarkan jumlah departemen atau
pusat kerja dengan menggunakan rumus[1]
sebagai berikut:
Bila n = jumlah departemen dalam pabrik. Misalkan depatemen berjumlah 25
maka:
= 300 Relationship
A tidak boleh lebih dari 15 relationship (300 x 5% = 15). Begitupun selanjutnya,
Total relationship E dan I tidak boleh lebih dari 30 dan 45 relationship
Bila n = 6 maka Total Relatisonship =
= 15 Relationship
Contoh ARC
Pusat Kegiatan Relationship
1
1 Assembly 2
O 3
2 Kantor E 4
U U 5
3 Gudang O I 6
A O I
4 Pengiriman U U 1
U U 2
5 R. Istirahat U 3
U 4
6 R. Alat 5
6
KODE ALASAN
1 Urutan aliran material
2 Membutukan area yang sama
3 Intensitas hubungan dokumen dan personalia yang sama
4 Debu dan bising
5 Bau dan kotot
2.7 Activity Relationship Diagram (ARD)
ARD pendekatan ini menggambarkan ARD dengan hubungan garis yang
menunjukan besarnya derajat relationship antara aktivitas yang satu dengan
aktivitas lainya.
Pembuatan ARD dalam SLP mempertimbangkan dengan meng
kombinasikan dua aspek yaitu:
Aspek Kuantitatif (Aliran Material)
Aspek Kualitatif (ARC)
Contoh ARD :
2.8 Area Alocation Diagram (AAD)
Area Alocation Diagram merupakan lanjutan dari ARC. Dimana dalam ARC
telah diketahui kesimpulan tingkat kepentingan antar aktivitas dengan demikian
berarti bahwa ada sebagian aktivitas harus dekat dengan aktivitas yang lainnya
dan ada juga sebaliknya. Atau dapat dikatakan bahwa hubungan antar aktivitas
mempengaruhi tingkat kedekatan antar tata letak aktivitas tersebut. Kedekatan
tata letak aktivitas tersebut ditentukan dalam bentuk Area Alocation Diagram.
Adapun dasar pertimbangan dalam prosedur pengaloaksian area ini adalah
sebagai berikut :
Aliran produksi, material, peralatan
ARC, informasi aliran, aliran personil, hubungan fisikal
Tempat yang dibutuhkan
ARD
AAD ini merupakan lanjutan penganalisaan tata letak setelah ARC, maka
sesuai dengan persoalan ARC diatas maka dapat dibuat AAD-nya. AAD
merupakan Template secara global informasi yang dapat dilihat hanya
pemanfaatan area saja, sedangkan gambar visualisasi secara lengkap dapat
dilihat pada template yang merupakan hasil akhir dari penganalisaan dan
perencanaan tata letak pabrik.
Contoh gambar AAD :
2.9 Template
Template merupakan suatu gambaran yang telah jelas dari tata letak pabrik
yang akan dibuat dan merupakan gambaran detail dari AAD yang telah dibuat.
Informasi yang dapat dilihat pada Template :
a. Tata letak kantor dan peralatannya
b. Tata letak pelayanan yang ada di pabrik, misalnya jalan, kantin, sarana olah
raga, dan lain-lain.
c. Tata letak bagian produksi, misalnya receiving, pabrikasi, assembling,
shipping.
d. Aliran setiap material, mulai dari receiving sampai dengan shipping
RECEIVING &
SHIPPING
LOCKER ROOM
STOCK ROOM
OFFICE
PRODUCTION
FOOD SERVICE
MAINTENANCE
TOOL ROOM
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi pada dasarnya adalah menentukan suatu tempat atau lokasi
yang tepat untuk suatu perisahaan atau perkantoran atau lokasi untuk tujuan
tertentu, dengan memperhitungkan kelebihan dan kekurangan lokasi tersebut.
Dalam pemilihan lokasi kita akan membandingkan suatu lokasi dengan lokasi
lainnya, berdasarkan nilai break even point lokasi tersebut.
No. Keterangan Jakarta Tangerang
FC
Biayatenagakerja 7 orang/Tahun 140.000.000 140.250.000
BiayaListrik / Tahun 3.890.000 3.890.000
Biaya Air / Yahun 1.080.000 110.000
BiayaPerawatan / Tahun 1.200.000 1.150.000
Biayaadministrasi / Tahun 600.000 700.000
Pajakbumidanbanguna / Tahun 120.000 120.000
Sewamobilselamasetahun / Tahun 800.000 720.000
SewaBangunandan Tanah setahun 8.000.000 8.400.000
Total = 155.690.000 154.940.000
VC Ongkosburuh / unit 3.500 3.600
Ongkosoperasi / unit 3.000 3.500
Total 6.500 7.100
Jika dianggap persamaan linier maka:
BEP = FC+(VC x Unit/Th)
Jakarta = 155.690.000 + (6.500 × 5.000) = Rp. 188.190.000
Tangerang = 154.940.000 + (7.100 × 5.000) = Rp. 190.440.000
3.2 Operation produksi chart
OPC adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses
yang dialami oleh bahan baku yag meliputi urutan proses operasi dan
pemeriksaan. Pembuatan OPC ini merupakan tahap pertama dalam urutan untuk
merencanakan tata letak pabrik.
Bagan 3.2.1 OPC (Operation product chart)
3.3 Flow Process Chart
Berikut adalah gambaran skematik/diagram yang menunjukkan seluruh
langkah dalam suatu proses pembuatan tas laptop dan menunjukkan
bagaimana langkah itu saling mengadakan interaksi satu sama lain.
RINGKASAN WORK INSTRUKSI
Proses : Binder Bag
Activity Number of step
Time (min) Distance (ft)
Operation
16 130
Beginning : Badan Binder bag
Transportation 9 11 17,5
Inspection 1 5
Ending : Storage
Delay
Store 1
Step No Time (min)
Distance (meter)
Description
1 5
Memotong Alas Atas
2 1 2 Mengebor Alas Atas
3 15 Mengamplas Alas Atas
4 0,83 1 Mengecat Alas Atas
5 5 Memotong kaki meja 1
6 1 2 Mengebor kaki meja 1
7 10 Mengamplas kaki meja
1
8 1 2 Mengecat kaki meja 1
9 5 Merakit kaki meja 1
10 0,83 1 Memotong kaki meja 2
11 10 Mengebor kaki meja 2
12 1 2 Mengamplas kaki meja
2
13 10 Mengecat kaki meja 2
14 1 Merakit kaki meja 2
15 15 Perakitan utama
16 1 Inspeksi
3.4 Routing Sheet
Routing sheet di butuhkan untuk merencanakan tata letak pabrik, Routing
sheet ini digunakan untuk :
1. Menghitung jumlah mesin yang diperlukan
2. Menghitung jumlah part yang harus dipersiapkan dalam usaha
memperoleh sejumlah produk jadi yang diinginkan.
No.
Op. Deskripsi
Msn
(alat)
waktu
proses
(menit)
produksi
mesin
/menit
%
Scrap
Bahan
Diminta
Bahan
Dipersiapk
an
Effisien
si Msn
Kebutuhan
mesin
Teori Aktual
O-1 Memotong Alas Atas Mesin
Potong 2 30 0,980 30 30 1,00 1,00 1
O-2 Mengebor Alas Atas mesin bor 1,5 40 0,950 40 40 1,00 0,03 1
O-3 Mengamplas Alas Atas mesin bor 1,5 40 0,920 40 40 1,00 0,03 1
O-4 Mengecat Alas Atas compresor 2,5 24 0,890 24 24 1,00 0,04 1
O-5 Memotong kaki meja 1 Mesin
potong 2 30 0,860 30 30 1,00 0,03 1
O-6 Mengebor kaki meja 1 mesin bor 1,5 40 0,830 40 40 1,00 0,03 1
O-7 Mengamplas kaki meja 1 mesin bor 1,5 40 0,800 40 40 1,00 0,03 1
O-8 Mengecat kaki meja 1 compresor 2,5 24 0,770 24 24 1,00 0,04 1 O-9 Merakit kaki meja 1 compresor 1,5 40 0,740 40 40 1,00 0,03 1
O-10 Memotong kaki meja 2 Mesin
potong 2 30 0,710 30 30 1,00 0,03 1
O-11 Mengebor kaki meja 2 mesin bor 1,5 40 0,680 40 40 1,00 0,03 1 O-12 Mengamplas kaki meja 2 mesin bor 1,5 40 0,650 40 40 1,00 0,03 1 O-13 Mengecat kaki meja 2 compresor 2,5 24 0,620 24 24 1,00 0,04 1 O-14 Merakit kaki meja 2 compresor 1,5 40 0,590 40 40 1,00 0,03 1 O-15 Perakitan utama Finish
goods 3 20 0,560 20 20 1,00 0,05 1
O-16 Inspeksi operator 1,5 40 0,530 40 40 1,00 0,03 1
Bagan 3.3.1 Table Routing sheet
3.5 MPPC (Multi Proses Product Chart)
Setelah OPC dan routing sheet terpenuhi maka langkah selanjutnya adalah
membuat MPPC. MPPC di perlukan untuk mengetahui banyak mesin, dan untuk
mengetahui operasi yang dilakukan masing-masing bahan baku.
No
Operasi
Alas Meja A
Alas Meja B
Kaki meja K
Kaki meja K
Baut Accessories
1 storage
2 Meja Pabrikasi
3 Meja Potong
4 Mesin Bor
5 Mesin Serut
6 Assembling
7 Mesin Compresor
8 Inspeksi
9 Gudang Produk Jadi
Total = 9 5 5 6 5 4
Bagan 3.4.1 Table MPPC (Multi Proses Product Chart)
3.6 Kebutuhan Luas Lantai Pabrik
Pada tahap ini akan dilakukan analisa perhitungan luas lantai yang
dibutuhkan dalam mendirikan pabrik pembuatan tas laptop, berikut adalah
perhitungan luas lantai pabrik:
Fabrikasi
1.1 Luas Lantai Produksi
Berikut adalah perhitungan luas lantai yang dibutuhkan untuk bagia
produksi:
Nama Mesin Departemen Jumlah
Mesin
Ukuran (m) Luas Mesin
(m2)
Luas
Seluruh
Mesin
(m2)
Toleransi
Bahan
(100%)
Allowan
ce
(200%)
Total
Luas/Departe
men (m2) P L
Mesin Potong
Departeme
Produksi
2 1 2 2 2 2,00 4 8,00
Mesin Bor 2 1,5 0.5 0.75 0,75 0,75 1,5 3,00
Mesin
Compresor 1 1 1 1 1 1,00 3 5,00
Meja
Perakitan 1 1,5 1 1,5 1,5 1,50 3 6,00
Meja Packing 1 1,5 1 1.5 1.5 1,50 3 6,00
TOTAL 28,00
3.7 Ongkos Material Handling
Langkah awal dalam menaganlisi biaya material handling maka perlu diketahui
dulu jumlah departemen dan jarak perpindahan yang disajikan pada tabel
berikut:
a) Gudang Bahan Baku
b) Dept. Pemotongan
c) Dept. Pengeboran
d) Dept. Compresor
e) Dept. Perakitan
f) Dept. QC dan Packing
g) Gudang Produk jadi
h) Kantor
Tabel 3.7.1 Aliran Material Antar Departemen
Dari
Ke A B C D E F G H
A
10 X X X X X X
B 10
10 X X X X X
C X 10
10 X X X X
D X X 10
10 X X X
E X X X 10
10 X X
F X X X X 10
10 X
G X X X X X 10
X
H X X X X X X X
Untuk mengetahui biaya material handling maka langkah awal perlu fiketahui
dahulu jarak antar departemen dan frekuensi perpindahan material adalah sebagai
berikut:
Tabel Frekuensi perpindahan material dan jarak antar departemen
No. Dari Alat Angkut
Material
Frekuensi
Perpindahan
Jarak
(m)
Frekuensi ×
Jarak (m)
1 A – B Manual 10 2 20
2 B – C Manual 10 2 20
3 C – D Manual 10 3 30
4 D – E Manual 10 3 30
5 E – F Manual 10 2 20
6 F – G Manual 10 3 30
7 B – A Manual 10 2 20
8 C – B Manual 10 2 20
9 D – C Manual 10 3 30
10 E – D Manual 10 3 30
11 F – E Manual 10 2 20
12 G – F Manual 10 3 30
Total = 120 30 300
Sebelum melangkah ke proses perhitungan OMH maka perlu diketahui
dahulu biaya ongkos perpindahan per meter sebagai berikut:
Tabel Ongkos Perpindahan Material perhari
Stasiun Kerja
waktu
Proses
(menit)
Terdiri Dari gaji pekerja ongkos
pemindahan
material (unit)
frekuensi
produk
dipindahkan
ongkos
perpindahan Waktu
Pengerjaan
waktu
Perpindahan menit
Gudang bahan baku 6 8 2 183,34 366,68 15 5500,2
Pemotongan 4,5 8 2 183,34 366,68 15 5500,2
Pengeboran 4,5 8 2 183,34 366,68 15 5500,2
Compresor +
Amplas 10,5 16 3 183,34
550,02 15 8250,3
Perakitan 3 4 2 183,34 366,68 15 5500,2
qc dan packing 2 2 3 183,34 550,02 15 8250,3
Total 38501,4
Langkah selanjutnya aadalah menghitung Ongkos Material Handling per
meter dengan menggunakan rumus:
OMH perMeter = TotalJarak
perharin Perpindaha Ongkos
OMH perMeter = m 450
38.501,4 Rp.
Ongkos OMH/Meter : Rp. 85,55
Dengan demikian maka OMH dalam sebulan dapat diketahui dengan
perhitungan sebagai berikut:
OMH perBulan = (OMH perMeter × Total jarak perpindahan) × 30 hari
OMH perBulan = (Rp. 85,55 × 450) × 30
OMH perBulan = Rp. 1.154.250
3.8 Activity Relationship Chart (ARC)
Dalam industri pada umumnya terdapat sejumlah kegiatan atau aktivitas
yang menunjang jalannya suatu industri. Setiap kegiatan atau aktivitas tersebut
saling berhubungan (berinteraksi) antara satu dengan lainnya, dan yang paling
penting diketahui bahwa setiap kegiatan tersebut membutuhkan tempat untuk
melaksanakannya. Aktifitas atau kegiatan tersebut diatas dapat berupa aktivitas
produksi, administrasi, assembling, inventory, dll.
Sebagaimana diketahui diatas bahwa setiap kegiatan atau aktifitas tersebut
saling berhubungan antara satu dengan lainnya ditinjau dari beberapa kriteria,
maka dalam perencanaan tata letak pabrik harus dilakukan penganalisaan yang
optimal. Teknik yang digunakan sebagai alat untuk menganalisa hubungan antar
aktifitas yang ada adalah Activity Relationship Chart.
Tabel 3.7.1 Jenis Departemen Industri Tas Laptop
No. Jenis Pusat Kegiatan / Departemen
1 Gudang Bahan Baku
2 Dept. Penggambaran Pola
3 Dept. Pemotongan
4 Dept. Penjahitan
5 Dept. Perakitan
6 Dept. QC dan Packing
7 Gudang Produk Jadi
8 Kantor
Bedasarkan hasil kajian dari data desain pabrik memerlukan 8 pusat
kegiatan untuk menunjang kegiatan produksi taslaptop, pusat-puasat
kegiatan sebenarnya terdiri atas unit-unit kegiatan yang kecil. Namun, atas
pertimbangan efesiensi penggunaan luas lantai, tim perancang melakukan
penggabungan. Setelah seluruh departemen diketahui maka langkh
selanjutnya adalah melakukan analisis derajat relationship yang
menggunakan kode hurup-hurup (A, E, I, O, U, X) yang didapat dengan
merumuskan alasan tingkat hubungan antar departemen sebagai berikut:
Tabel alasn hubungan atar pusat kegiatan
Setelah diketahui apa saja alasan kedekatan dan alasan menjauh maka
kode derajat relationship dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kode Derajat Kedekatan Atar Pusat Kegiatan
KODE DERAJAT RELATIONSHIP Alasan Hubungan
A Mutlak Penting 3 Alasan Mendekat
E Sangat Penting 2 Alasan Mendekat
I Penting 1 Alasan Mendekat
O Biasa
Kode Alasan
1 Urutan aliran bahan
2 Membutukan area yang sama
3 Intensitas hubungan dokumen dan personalia yang sama
4 Debu dan bising
5 Bau dan kotot
Kedekatan
Menjauh
U Tidak Penting 1 Alasan Menjauh
X Tidak Diinginkan 2 Alasan Menjauh
Langkah selanjutnya yaitu memasukkan alasan setiap pasangan
departemen pada ARC yang didasarkan pada relationship antar aktivitas
sesuai dengan alasan hubungan tiap departemen yang disajikan pada
diagram berikut:
Gambar 3.7.2 Diagram ARC Hubungan Aktifitas
Langkah selanjutnya untuk mempermudah penganalisaan selanjutnya
maka hubungan antar aktivitas tersebut dibuat kedalam kertas kerja (work
sheet) yang dibuat sebagai berikut :
Tabel 3.7.3 Work Sheet ARC
WORK SHEET FOR ACTIVITY RELATIONSHIP CHART
NO. ACTIVITY DEGREE OF CLOSENESS
A E I O U X
1 Gudang Bahan Baku - 2 7,8 3,5 4 -
2 Dept. Penggambaran Pola 3 1 4 5,7,8 - -
3 Dept. Pemotongan 2 4 5 1 6,7 8
4 Dept. Penjahitan - 3,5 2 6 1,7 8
5 Dept. Perakitan - 4,6 3 1,7,8,2 - -
6 Dept. QC dan Packing - 5,7 - 4,8,2 3 -
7 Gudang Produk Jadi - 6 8,1 5,2 4,3 -
8 Kantor - - 7,1 6,5,2 - 3,4
Gambar 3.7.4 Block Template ARC
Tabel 3.7.5 Total Space Requirement Sheet
No Pusat Kegiatan
Lantai Kebutuhan
Modul (2 x 2) Dimensi
(m x m) Luas (m
2)
1 Gudang Bahan Baku 3 x 5 15 4
2 Dept. Penggambaran Pola 4 x 4 16 4
3 Dept. Pemotongan 4 x 4 16 4
4 Dept. Penjahitan 5 x 5 25 6
5 Dept. Perakitan 4 x 4 16 4
6 Dept. QC dan Packing 8 x 4 25 8
7 Gudang Produk Jadi 3 x 5 15 4
8 Kantor 8 x 4 32 8
Total 160 39
Berdasarkan kebutuhan modul yang diperlukan sebanyak 39 modul. Maka
area template dibuat minimal 39 modul.
3.9 Activity Relationship Diagram (ARD)
Bedasarkan ARC yang telah diketahui, maka dapat ditarik kesimpulan
tingkat kepentingan antar aktivitas, dengan demikian berarti bahwa ada
sebagian aktivitas yang harus dekat dengan aktivitas yang lainnya dan ada
juga sebaliknya. Untuk menentukan penempatan letak lokasi
departemen yang satu dengan departemen yang lain dan menggambarkan
hubungan derajat relationship antar aktivitas, dan membantu
perencanaan untuk menghubungkan masing-masing aktivitas secara tepat,
maka langkah selanjutnya adalah membuat ARD dengan metode block
layout yang dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 3.8.1 Diagram ARD Block Layout
Bedasarkan gambar diatas dapat diketahui Ruang kantor tidak dapat
berada dekat Dept. Pemotongan dan Penjahitan dikarenakan suara bising
dan getaran mesin yang menggangu, sedangkan Dept. Penggambaran Pola
dan Dept. Pemotongan harus berada bersebelahan bedasarkan derajat relasi
yang menunjukkan kode A. Block Layout ini adalah yang terbaik yang
kami pilih bedasarkan layout by process.
4.9 Area Allocating Diagram (AAD)
AAD merupakan Template secara global informasi yang dapat dilihat
hanya pemanfaatan area saja, sedangkan gambar visualisasi secara lengkap
dapat dilihat pada template yang merupakan hasil akhir dari penganalisaan
dan perencanaan tata letak pabrik. Dengan demikian untuk mengetahui
hubungan antar aktivitas mempengaruhi tingkat kedekatan antar tata letak
aktivitas tersebut maka tata letak aktivitas tersebut ditentukan dalam
bentuk Area Alocation Diagram (AAD) yang akan diuraikan sebagai
berikut:
Gambar 4.9.1 Area Alocating Diagram ADD
No Pusat Kegiatan
Lantai Kebutuhan
Modul (2 x 2) Dimensi
(m x m) Luas (m
2)
1 Gudang Bahan Baku 3 x 5 15 4
2 Dept. Penggambaran Pola 4 x 4 16 4
3 Dept. Pemotongan 4 x 4 16 4
4 Dept. Penjahitan 5 x 5 25 6
5 Dept. Perakitan 4 x 4 16 4
6 Dept. QC dan Packing 8 x 4 25 8
7 Gudang Produk Jadi 3 x 5 15 4
8 Kantor 8 x 4 32 8
Total 160 39
BAB IV
ANALISIS DAN HASIL
4.1 Analisis
Analisis merupakan suatu kegiatan kajian untuk mencari hasil kebenaran dari
kegiatan yang sudah dilakukan untuk perbaikan kegiatan dimasa yang akan
datang. Analisis yang akan dibahas pada bab empat ini merupakan analisis dari
perancangan tataletak fasilitas yang terdiri dari:
1. Pemilihan lokasi.
2. Operation produksi chart (OPC).
3. Routing sheet.
4. Multi proses product chart (MPPC)
5. Ongkos material handling (OMH).
6. From to chart.
7. Activity relationship chart (ARC).
8. Activity relationship diagram (ARD).
9. Area alocation diagram (ADD).
10. Template.
4.1.1 Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi pabrik ini dilakukan karena tersedianya lahan kosong
yang sudah tersedia bangunan namun belum digunakan. Kami memanfaatkannya
unntuk tempat produksi serta kantor dari fan chair table dengan alasan
meminimalisasi peyewaan lahan atau pembelian lahan utuk lokasi kantor dan
tempat produksi.
4.1.2 Operation Produksi Chart (OPC).
Aktifitas pembuatan OPC dilakukan sesuai dengan produk yang akan di
buat serta bahan baku untuk pembuatan produk, Operasi yang dibutuhkan pada
masing-masing komponen atau bagian dari bahan baku, waktu yang dibutuhkan
dalam proses, mesin atau alat yang digunakan, Scrap (gram) yang dihasilkan
(dibuang) dalam proses, serta luasnya ukuran pabrik yang tersedia. Produk yang
akan kami buat berupa fan chair table yaitu, penggabungan dua buah produk
(kursi kuliah dan kipas pendingin laptop). Analisis untuk pembuatan pabrik fan
chair table ini terdiri dari 9 lini produksi, 1 lokasi inspeksi.
Banyaknya melahirkan lini produksi karena dalam proses pembuatan
produk harus dilakukan pembongkaran meja dari kursi yang memerlukan 3 lini
produksi (pelepasan, pemotongan dan melubangi), perakitan kembali serta
menggabungkan dengan engsel slide 1 lini produksi, perakitan meja kursi, kursi
dan cooling pad 1 lini, 1 lini inspeksi dan 4 storage berupa pemeriksaan bahan
baku dari 4 raw material yang akan digunakan.
4.1.3 Routing Sheet
Pembuatan routing sheet di sesuaikan dengan mesin dan alat kerja untuk
membuat fan cair table. Beberapa alat pembantu keja yang dibutuhkan untuk
pembuatan fan chair table adalah obeng (proses dissable), gerinda (proses
cutting), bor (proses drilling), serta obeng (proses assembling). Serta melakukan
perhitungan scrap%, efisiensi dari masing-masing alat kerja atau mesin yang
digunakan dan menentukan banyaknya alat kerja atau mesin yang di perlukan.
4.1.4 Multi Proses Product Chart (MPPC).
Pada multi proses product chart produksi fan chair table bertujuan sebagai
pedoman dalam menjalankan proses produksi. Beberapa hubungan antara bahan
baku, alat kerja atau mesin dan proses produksi fan chair table antara lain:
Alur dari colling pad melewati proses dissamble, cutting, drilling
dan assembling.
Alur dari engsel slide melewati proses dissamble, cutting, drilling
dan assembling.
Alur dari meja kursi melewati proses dissamble, cutting, drilling
dan assembling.
Alur dari kursi melewati dissamble, cutting, drilling, assembling
dan inspection.
4.1.5 Ongkos Material Handling (OMH).
Analisis yang dilakukan untuk pembuatan OMH adalah dari perhitungan
“jarak angkut tiap jamdibagi dengan total biaya (depresiasi ditambah operator).
4.1.6 From to Chart.
Melakukan dua jarak, yang pertama jarak peraktivitas dan perhitungan durasi
(jam) dalam penggunaan trolley. Asumsi yang digunakan dalam penggunaan
troleey untuk per-aktivitas adalah 60 menit
4.6.7 Activity Relationship Chart (ARC).
Hubungan anatara interaksi satu bagian pabrik dengan bagian lainnya pada
pabrik dapat ditentukan dengan ARC baik hubungan dekat ataupun hubungan
jauh. Pada pabrik fan chair table memiliki 10 bagian pada pabrik. Untuk
melakukan penilaian hubungan antar bagian-bagian pabrik perusahaan fan chair
table menggunakan simbol-simbol ( “A” untuk status mutlak penting, “E” untuk
status sangat penting, “I” untuk status cukup penting, “O” untuk status biasa, “U”
untuk status tidak perlu dan “X” untuk status tidak diinginkan). Sedangkan, untuk
hubungan peletakan antar bagian-baguan pada pabrik menggunakan penilaian
(“1” untuk dalam area yang sama, “2” saling berkaitan dengan lebih dari satu area,
“3” intensitas hubungan antara dokumen dengan manusia yang sama, “4” untuk
debu dan bisisng, “5” untuk bau dan kotor, “6” untuk membutuhkan operator).
4.6.8 Activity Relationship Diagram (ARD).
Pada ARD menentukan nilai-nilai hubungan antar ruangan pada pabrik
sama dengan ARC. Pada ARD adalah membentuk lingkaran untuk menentukan
hubungan-hibungan pada setiap ruangan pada bagian pabrik fan chair table
dengan menggunakan warna agar lebih mudah di baca. Untuk pemberian
penilaian antar hubungan dengan warna menggunakan kode- kode warna
(“Hitam” untuk status mutlak penting, “Oranye” untuk status sangat penting,
“Hijau” untuk status cukup penting, “Biru” untuk status biasa, “Coklat” untuk
status tidak perlu dan “Ungu” untuk status tidak diinginkan).
4.1.9 Area Alocation Diagram (AAD).
Pembuatan area alocation diagram pada perusahaan fan chair table masih
menggunakan penggambaran manual yang sederhana untuk menginformasikan
aliran produksi dan penempatan bagian pabrik.
4.1.10 Template.
Template yang dibuat pada perusahaan fan chair table adalah lanjutan dari
penggambaran AAD yang digambar lagi lebih spesifik sengan menggunakan
aplikasi CAD.
4.2 Hasil
Hasil adalah sesuatu yang sudah dibuat. Jadi pemaparah hasil dari bab 4
ini adalah hasil pengolahan pembuatan tataletak fasilitas/pabrik yang dilakukan di
perusahaan fan chair table. Hasil yang akan dipaparkan antara lain hasil:
4.2.1 Pemilihan Lokasi.
Pemilihan lokasi pada dasarnya adalah menentukan suatu tempat atau
lokasi yang tepat untuk suatu perusahaan atau perkantoran atau lokasi untuk
tujuan tertentu, dengan memperhitungkan kelebihan dan kekurangan lokasi
tersebut. Dalam pemilihan lokasi kita akan membandingkan suatu lokasi dengan
lokasi lainnya, berdasarkan nilai break even point lokasi tersebut.
Tanggerang
Pajak / tahun 120.000
Listrik / tahun 1.770.744
Ongkos buruh / bulan 1.800.000
Ongkos operasi / unit 3.000
Setelah dilakukan analisa untuk pemilihan lokasi yang sangat baik dan tepat
adalah wilayah Tangerang dengan pertimbang sebagai berikut:
a. Pajak bangunan per tahun jauh lebih murah ketimbang wilayah jakarta
dan bogor
b. Biaya pemakaian listrik lebih murah ketimbang bogor meskipun
sedikit lebih mahal dari jakarta
c. Ongkos buruh per bulan lebih murah ketimbang jakarta dan bogor
d. Ongkos operasi yang relatif standar dari jakarta dan bogor
4.2.2 Operation Process Chart (OPC).
Berikut adalah hasil Operation Process Chart pada pembuatan Fan Chair Table :
Komponen yang dipakai dalam proses adalah:
1. Kursi kuliah
2. Engsel slide
3. Meja kursi
4. Fan laptop
4.2.3 Routing Sheet.
Berikut ini adalah hasil dari routing sheet.
No.
Op.
Deskripsi Msn
(alat)
Produk
Msn /
jam
%
Scrap
Bahan
Diminta
Bahan
Dipersiapkan
Effisiensi
Msn
Kebutuhan
mesin
Teori Aktual
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Dissamble Obeng 0.357 0 0.357 0.357 38% 1.053 1
2 Cutting Gerinda 0.357 5% 0.357 0.376 39.57% 1.108 1
3 Drilling Bor 0.357 2% 0.357 0.364 38.36% 1.074 1
4 Assembling Obeng 0.357 0% 0.357 0.397 44.09% 1.235 1
5 Inspection Person 0.357 0% 0.357 0.397 44.09% 1.235 1
4.2.4 Multi Process Product Chart (MPPC).
Berikut ini adalah hasil dari multi product chart.
No Perakitan Fabrikasi mesin aktual 1 storage
colling pad
engsel slide
meja kursi
kursi
4
2 Dissamble 1
3 Cutting
1
4 Drilling
1
5 Assembling
4
6 Inspection
1
7 TOTAL 2 2 5 3 12
4.2.5 Ongkos Material Handling (OMH).
Dibawah ini adalah hasil dari perhitungan ongkos material handling.
Depresiasi = (Rp. 300.000,- x 1th x 1hari) / (5th x 300 hari x 7 jam)
= Rp. 28,-/ jam
Jarak Pengangkutan Tiap Jam =128.1 m/hari / 7 jam
= 896.7 m/jam
Total Biaya = (Depresiasi + Operator)
= 28+ 12.857,14
= Rp. 12.885,71/jam
Ongkos Material Handling (OMH/M) = 12.885,71 / 896,7
= Rp.14,37/m
4.2.6 Activity Relationship Chart.
Hasil dari aktivitas relationship berupa chart.
Dari Ke
A B C D E F G H I J
A
5.29 5.29 X X X X X X X
B 5.29
X 8.18 X X X X X X
C 5.29 X
X X X 7.89 X X X
D X 8.18 X
6.56 X X X X X
E X X X 6.56
5.79 X X X X
F X X X X 5.79
8.23 X X X
G X X 7.89 X X 8.23
7.36 X X
H X X X X X X 7.36
4.63 X
I X X X X X X X 4.63
4.83
J X X X X X X X X 4.83
Dari
Ke A B C D E F G H I J
A
10 1 X X X X X X X
B 10
X 10 X X X X X X
C 1 X
X X X 1 X X X
D X 10 X
10 X X X X X
Keterangan :
Jarak antar
aktivitas
Keterangan :
Frekuensi
Trolley
E X X X 10
10 X X X X
F X X X X 10
10 X X X
G X X 1 X X 10
10 X X
H X X X X X X 10
10 X
I X X X X X X X 10
10
J X X X X X X X X 10
Aktivitas Frekuensi (M) Frekuensi (M) Durasi (Jam)
A - B 9.33 10 0.88
A - C 1 1 0.09
B - D 9.33 10 1.36
C - G 1 1 0.13
D - E 9.33 10 1.09
E - F 9.33 10 0.97
F - G 9.33 10 1.37
G-H 9.33 10 1.23
H - I 9.33 10 0.77
I - J 9.33 10 0.81
8.70
Keterangan : Perhitungan durasi (jam) dalam penggunaan trolley. Asumsi yang
digunakan dalam penggunaan troleey untuk per-aktivitas adalah 60 menit.
4.2.7 Activity Relationship Diagram (ARD).
Hasil dari activity relationship diagram.
Keterangan
A Mutlak Penting
E Sangat Penting
I Cukup Penting
O Biasa
U Tidak Perlu
X Tidak Diinginkan
1 Berada dalam area yang sama
2 Saling berkaitan dengan lebih dari satu area
3 Intensitas hubungan antara dokumen dengan manusia yang sama
4 Debu dan bising
5 Bau dan Kotor
6 Membutuhkan operator
4.2.8 Area Relation Diagram (ARD).
Hasil dari area relation diagram.
Keterangan
1 aliran proses
2 memudahkan pemindahan bahan
3 membutuhkan informasi & tenaga kerja yang sama
4 menimbulkan bau, bising, panas, debu, kotor
5 Keselamatan
sandi
A mutlak penting
E sangat penting
I cukup penting
O biasa
U tidak perlu
X tidak di inginkan
Keterangan
1 kantor
2 gudang
3 receiving area
4 disambling area
5 cutting area
6 drilling area
7 Inspection
8 shipping
9 rest room
10 pembuangan limbah
4.2.9 Area Alocation Diagram (AAD).
Loading Dock
Raw
Material
(Chair)
Raw
Material
(Fan)
Assembly Area
Inspection
Shepping Area
Office
Rest
Room
Drill Area
Cutting
Area
Dissable
Area
Werehouse
4.2.10 Template.
BAB IV
KESIMPULAN DAN EVALUASI