LAPORAN KASUS VARISELA

17
LAPORAN KASUS VARISELA DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK, MM Oleh : Pandu Satya Widiarto (030.10.218) I. PENDAHULUAN Varisela merupakan infeksi akut primer yang disebabkan oleh virus varisela-zoster 1 penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi ini menyebabkan penyakit varisela sedangkan reaktivitasnya menyebabkan herpes zoster, yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, di masyarakat varisela sering disebut sebagai cacar air, ataupun juga chicken pox. Penyakit kulit varisela sering mengenai anak-anak, namun dapat juga dijumpai pada orang dewasa, transmisi penyakitnya ditularkan melalui udara (aerogen) dan masa penularannya sekitar 7 hari dihitung dari timbulnya gejala kulit 2 . Gejala klinis dimulai dari masa prodromal dimana akan timbul keluhan nyeri kepala, demam, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam jangka waktu beberapa jam dapat berubah menjadi vesikel, dan bentuk vesikel

description

LAPORAN KASUS/CASE VARISELARSUD Kardinah Tegal

Transcript of LAPORAN KASUS VARISELA

LAPORAN KASUS

VARISELA DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI

dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK, MM

Oleh : Pandu Satya Widiarto (030.10.218)

I. PENDAHULUAN

Varisela merupakan infeksi akut primer yang disebabkan oleh virus

varisela-zoster1 penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi ini

menyebabkan penyakit varisela sedangkan reaktivitasnya menyebabkan

herpes zoster, yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala

konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral

tubuh, di masyarakat varisela sering disebut sebagai cacar air, ataupun juga

chicken pox. Penyakit kulit varisela sering mengenai anak-anak, namun

dapat juga dijumpai pada orang dewasa, transmisi penyakitnya ditularkan

melalui udara (aerogen) dan masa penularannya sekitar 7 hari dihitung dari

timbulnya gejala kulit2.

Gejala klinis dimulai dari masa prodromal dimana akan timbul keluhan

nyeri kepala, demam, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul

eritematosa yang dalam jangka waktu beberapa jam dapat berubah menjadi

vesikel, dan bentuk vesikel yang khas yaitu seperti tetesan embun (tear

drop), vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian krusta, sementara

proses ini berlangsung akan timbul vesikel-vesikel lainnya sehingga

menimbulkan gambaran polimorfik.

Laporan WHO mengutip dari penelitian yang dilakukan di Sri Lanka

angka kejadian terbesar menurut usia pada varisela ialah dalam rentan usia

20-29 tahun3. Di Indonesia sendiri insidensi penyakit ini cukup tinggi dan

terbanyak mengenai anak-anak, sedangkan data dari RSUD Kardinah kota

Tegal menyebutkan angka kejadian varisela pada tahun 2014 sebanyak 15

kasus dan terbanyak pada jenis kelamin perempuan berusia rata 11-14 tahun,

sedangkan data bulan Januari-Oktober tahun 2015 sebanyak110 kasus

varisela dana terbanyak pada anak perempuan.

II. KASUS

ANAMNESIS

Keluhan Utama

Seorang perempuan, 35 tahun, beragama Islam, pekerjaan ibu

rumah tangga, sudah menikah dan memiliki satu anak, suku jawa datang

ke RSUD Kardinah kota Tegal dengan keluhan utama terdapat

gelembung pada leher, perut dan punggung yang terasa gatal.

ANAMNESIS KHUSUS

(Secara Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan suami pasien pada

tanggal 4 November 2015)

Empat hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami sakit

kepala disertai demam dan badan terasa lemah dan letih, keluhan ini

disertai rasa mual dan muntah-muntah, serta timbul ruam merah pada

leher dan terdapat gelembung sebesar jarum pentul yang terasa gatal di

leher, dada dan punggung pasien. Keesokan harinya keluhan sakit kepala

semakin hebat dan gelembung semakin besar dan timbul gelembung baru

di lengan atas pasien, pada malam hari pukul 21:00 pasien memeriksakan

dirinya ke IGD RSUD Kardinah dan dirawat, Saat dirawat pasien

mengatakan gelembung berisi cairan tersebut ada yang pecah dan keluar

cairan bening serta lama-kelamaan mengering dan menimbulkan kerak

berwarna kecoklatan dan disekitar kulitnya memerah.

Dua minggu sebelum pasien merasakan keluhan dirinya

mengatakan bahwa kelelahan akibat melakukan aktifitas keluar kota

pulang pergi dan ketika pulang kerumah dirinya terpapar oleh anaknya

yang ternyata mengalami keluhan yang sama dengan pasien saat ini.

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami keluhan kulit yang

sama, dan dirinya tidak merasa bahwa telah tergigit oleh serangga

ataupun terpapar benda panas dan tidak sedang mengkonsumsi obat-

obatan serta jamu.

PEMERIKSAAN FISIK

( Rabu, 4 November 2015)

I. Keadaan umum

Keadaan umum : Baik, tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital :

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 72 x/menit

Suhu : 37,80C

Pernapasan : 18x/menit, Thorakoabdominal

Antropometri

Tinggi badan : 160 cm

Berat badab : 155 kg

Status gizi : Baik

Body Mass Index (BMI): 18,9 kg/m2

Status gizi : cukup

II. Status generalis

Kepala : Normosefali, rambut hitam, tidak mudah dicabut,

distribusi merata

Kulit kepala : kelainan kulit (-)

Mata : Konjungtiva Anemis (+/+) Sklera Ikterik (-/-)

Hidung : Tidak ada septum deviasi, sekret (-)

Mulut :

Sianosis (-)

Karies gigi (-)

Tonsil T1-T1 Tenang

Faring tidak hiperemis

Telinga : Normotia, Benjolan -/-, Nyeri tekan -/-

Leher : Otot bantu pernafasan M. Sternocleidomastoideus

(-), trakea di tengah, deviasi trakea (-), kelenjar

tiroid tidak teraba membesar, pembesaran KGB (-)

Thoraks :

Inspeksi : bentuk simetris, gerak napas simetris, lesi

kulit (+) (Lihat status dermatologikus)

Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan (banyak terdapat

vesikel)

Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan (terdapat

banyak vesikel)

Auskultasi : Sistolik 1 Sistolik 2 reguler, murmur (-),

gallop (-) suara napas vesikular, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen :

Datar, lesi kulit (+) (lihat status dermatologikus) hepar dan

lien tidak teraba membesar, bising usus (+) normal.

Ekstremitas :

Superior : oedem (-), deformitas (-), kelainan kulit

(+) (lihat status dermatologikus), kelainan kuku (-)

Inferior : oedem (-), deformitas (-), kelainan

kulit (+) (lihat status dermatologikus), kelainan

kuku (-)

III. Status Dermatologikus

Distribusi : Generalisata

Ad Regio : Leher, dada, perut, punggung, lengan kanan dan

kiri, tungkai kanan dan kiri

Lesi : Multipel diskret, bentuk bulat, ukuran miliar-

lentikular, sirkumskrip menimbul dari kulit

Efloresensi : Papul eritomatous, vesikel (tear drop) dengan

dasar eritem (+), pustul (+), Erosi (+), krusta (+)

Foto1. kulit bagian leher

Foto2. kulit bagian lengan kanan

Foto3. kulit bagian lengan kiri

Foto4. kulit bagian perut

Foto5. kulit bagian tungkai

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium (Tanggal 3 November 2015)

HematologiLeukosit 5,4 ribu /mm3 5.000-10.000

Eritrosit 4,1 * juta/mm3 4,5-5,5

Hb 9,2* g/dl 12-14Ht 29,7 * % 43-51Trombosit 286 ribu/mm3 150-400

LED(laju endap darah) 9 mm/jam <10MCV 73,6* Femtoliter 82-92MCH 22,6* Picogram 27-31MCHC 31 gr/dl 32-37

KimiaSGOT 47,9 * u/l <35SGPT 21,9 u/l <41

RESUME

Seorang perempuan, 35 tahun, beragama Islam, pekerjaan ibu rumah

tangga, sudah menikah dengan anak satu, suku jawa dirawat di bangsal Lavender

RSUD Kardinah dengan keluhan awal nyeri kepala dan demam yang disertai

dengan munculnya gelembung berisi cairan sejak 1 hari sebelum masuk rumah

sakit, gelembung berisi cairan terasa panas di leher, dada dan perut,

Pada anamnesis didapatkan keluhan gelembung berisi cairan lama

kelamaan membesar dan menjadi banyak, dan menyebar dari mulai perut,

punggung, leher lengan dan tungkai kanan kiri, kemumudian pasien

memeriksakan dirinya di IGD RSUD Kardinah pada hari minggu 1 November

2015 dan pasien dirawat, saat perawatan dirumah sakit beberapa gelembung

tersebut ada yang pecah dan mengeluarkan cairan bening yang lama-kelamaan

mengering dan berkerak berwarna coklat kehitaman dan kulit sekitar menjadi

merah.

Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan hari rabu 4 november 2015,

didapatkan konjungtiva yang anemis dan pada pemeriksaan dermatologikus

didapatkan vesikel yang berbentuk bulat ukuran miliar-lentikular berbatas tegas

yang tersebar di leher, perut, punggung lengan dan tungkai kanan-kiri (regional)

dengan efloresensi papul eritematosa, vesikel (Tear drop) pustul dan krusta.

Pada pemeriksaan penunjang laboratorium darah di dapatkan nilai Hb 9,2

g/dl (dibawah normal), eritrosit 4,1 juta/mm3 (dibawah normal), Ht 29,7 %

(dibawah normal), MCV 73,6 fl (dibawah normal), MCH 22,6 pg (dibawah

normal).

DIAGNOSIS BANDING

1. Varisela + Anemia defisiensi besi

2. Variola + Anemia defisiensi besi

3. Herpes zoster generalisata + Anemia defisiensi besi

DIAGNOSIS KERJA

Varisela dengan anemia defisiensi besi

USULAN PEMERIKSAAN

- Tzanck smear test dengan pewarnaan Giemsa

- Pewarnaan gram

PENATALAKSANAAN

Non Medikamentosa

Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya

mengenai penyakit yang diderita pasien dan pengobatannya.

Meng-edukasi pasien bahwa pemberian obat dan anjuran

dokter harus dilaksanakan demi kebaikan pasien.

Memberi tau pasien agar istirahat yang cukup

Isolasi untuk mencegah penularan terhadap keluarga yang

menunggu.

Jangan menggaruk dan memecahkan gelembung (vesikel)

Medikamentosa

Sistemik

Asiklovir 5x800 mg (per-oral) selama 7 hari

Paracetamol 3x500 mg (per-oral) selama terdapat demam

Amoxicillin 3x500 mg (per-oral) selama 5 hari

Cetirizine 1x10 mg (per-oral) selama 7 hari

Topikal

Fusidic Acid 2% zalf (dioles pada gelembung yang telah

pecah dan luka dikulit 2 kali sehari)

PROGNOSIS

Quo ad vitam : Ad bonam

Quo ad fungtionam : Ad bonam

Quo ad sanationam : Ad bonam

Quo ad cosmeticum : Ad bonam

III. PEMBAHASAN

Varisela merupakan infeksi akut primer yang disebabkan oleh virus

varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala

konstitusi , kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral

tubuh, di masyarakat varisela sering disebut sebagai cacar air, ataupun juga

chicken pox. Penyakit kulit varisela sering mengenai anak-anak, namun

dapat juga dijumpai pada orang dewasa, transmisi penyakitnya ditularkan

melalui udara (aerogen) dan masa penularannya sekitar 7 hari dihitung dari

timbulnya gejala kulit4.

Pada kasus ini pasien merupakan seorang wanita berusia 35 tahun yang

memiliki keluhan awal kepala sakit dan demam, kedua keluhan ini menurut

literatur merupakan gejala awal atau prodromal dari suatu infeksi virus

karena sesaat setelah virus memasuki tubuh host maka terdapat reaksi

pertahanan tubuh yang akan menjadi respon pertama untuk mematikan

antigen dengan manifestasi demam, sakit kepala yang dialami pasien

sebetulnya bisa dikatakan gejala tambahan yang menyertai peningkatan suhu

tubuh, namun keluhan sakit kepala pada pasien dikatakan pernah dialaminya

hal tersebut bisa memungkinkan memang pada pasien pernah memiliki

riwayat vertigo atau penyakit lainnya, namun saat ini alasan yang paling

tepat untuk menjelaskan sakit kepala pasien ialah karena gejala prodromal

dari infeksi virus tersebut, gejala ini didapati pasien karena terpapar oleh

anaknya pasien yang juga memiliki keluhan yang sama, disini kita memiliki

bukti dan alasan proses transmisi (penularan) penyakit yang cukup dekat.

Pasien mengeluhkan timbulnya gelembung berisi cairan berdiameter

kurang dari ½ cm yang muncul setelah beberapa jam demam dan sakit

kepala, dalam pemeriksaan fisik yang telah dilakukan didapatkan bentuk

vesikel seperti tetesan embun (Tear drop) bentuk ini disebut vesikel dan

cukup khas pada penyakit varisela. Dan proses penyebarannya bersifat

sentrifugal yang berarti dari tubuh bagian sentral (perut, dada, punggung)

dan menjalar ke ekstremitas, distribusi tersebut menguatkan infeksi akut

akibat varisela dan dapat menyingkirkan diagnosis banding variola dimana

pada penyakit tersebut distribusi bersifat sentripetal dan ketika papul muncul

maka suhu tubuh akan normal kembali dan pasien tampak sehat.

Gelembung berisi cairan pada leher pasien didapatkan bekas garukan

dimana vesikel menjadi pecah dan mengeluarkan cairan bening yang lama-

kelamaan menjadi mongering dan membentuk krusta. Selain itu di bagian

leher dan perut pasien didapati pustul yang mengindikasikan terdapat infeksi

sekunder pada pasien. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan

penunjang Tzanck test dikarenakan gold standar untuk menegakan diagnosis

ialah melalui anamanesis dan gejala klinis pasien, adapun usulan

pemeriksaan penunjang jika diperlukan ialah untuk menyingkirkan diagnosis

banding, untuk pewarnaan gram diusulkan guna memastikan infeksi

sekunder yang terjadi pada pasien..

Tatalaksana dalam kasus ini meliputi perbaikan keadaan umum dan juga

terapi medikamentosa, menurut litertur pasien dengan varisela diberikan

pengobatan antivirus dan obat simptomatik untuk mengurangi demam sakit

kepala ataupun gatal pada kulit, pada pasien ini diberikan terapi antivirus

berupa asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari, dan sebagai simptomatik

diberikan parasetamol tab 3 x 500mg untuk mengurangi demam dan salep

asam fusidat sebagai pengobatan topical untuk mengurangi infeksi pada lesi

kulit, diberikan antibiotik amoxicillin 3 x 500mg untuk mengatasi infeksi

sekunder pada pasien, Cetirizine 1 x 10 mg untuk meringkan keluhan gatal

pada pasien.

Prognosis kasus ini ialah ad bonam dilihat dari gejala umum yang timbul

dan lesi kulit yang ada serta perkembangan penyakit pasien maka tidak

mengancam jiwa dan dengan edukasi yang dilakukan dengan baik untuk

menjaga imunitas serta menghindari paparan maka kekambuhan bisa

diminimalisir.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Kuswadji. Varisela. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007:112.

2. Djuanda A. Kuswadji. Varisela. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007:112.

3. Apisarnthanarak A, Kilgore P, Pourahmad M, Almuneef MA. Infect Control Hosp Epidemiol 2006, Asia Pac J Public Health. 2010.Sri Lanka :Mc Graw Hill : 349-55.

4. Djuanda A. Kuswadji. Varisela. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007:113.