Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
description
Transcript of Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
SKIZOFRENIA PARANOID
1
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Sr
Jenis Kelamin : Laki
Usia : 40 tahun
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan terakhir : SD (sampai kelas 2)
Pekerjaan : Pedagang
Status Pernikahan : Duda
Alamat : Parampuan timur, Labu Api, Lombok Barat.
Pasien masuk rumah sakit tanggal 22 Maret 2015, diantar oleh adik pasien. Ini
merupakan yang ketiga kalinya pasien dirawat di RSJ Mutiara Sukma.
IDENTITAS KELUARGA PASIEN
Nama Keluarga : Tn. Sa
Umur : 29 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan : Adik Pasien
Alamat : Parampuan Timur, Labu Api, Lombok Barat.
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan terkahir : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Status Pernikahan : Menikah
2
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Data diperoleh dari:
Autoanamnesis pada tanggal 24 dan 25 Maret 2015
Alloanamnesis dari:
o Tn.Sa, adik pasien, berusia 29 tahun, tamat SD, bekerja sebagai pedagang
pada tanggal 25 maret 2015 melalui sambungan telpon.
A. Keluhan Utama :
Keluyuran
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Alloanamnesis dari adik pasien:
Pasien Masuk Rumah Sakit yang ke 3 kali di RSJ Mutiara Sukma dikeluhkan
sering keluyuran sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien sering keluyuran
dan tidak pulang terutama pada malam hari. Pasien sering pergi meminta uang dan
makanan pada tetangga sekitar rumahnya, sehingga keluarga merasa malu. 2 hari
sebelum masuk rumah sakit pasien tidak pulang kerumah dan tidak diketahui oleh
keluarga pergi kemana. Beberapa hari terkahir ini pasien terlihat kaku pada seluruh
badannya terutama apabila berjalan dan pasien tampak sangat kesulitan berjalan,
sehingga keluarga membawa pasien berobat ke rumah sakit jiwa mutiara sukma.
Pasien baru saja selesai berobat di rumah sakit jiwa mutiara sukma ± 1 bulan
yang lalu dan mendapat perawatan selama 1 bulan. Pada saat pulang keluarga
mengatakan pasien masih tampak kaku dan pasien masih sering keluyuran.
Awal perubahan perilaku pasien muncul ± 5 tahun yang lalu. Perubahan
perilaku muncul setelah pasien menabrak pohon dengan sepeda motor miliknya
sehingga melukai pinggang, kaki kiri serta tangan kiri pasien, namun tidak sampai
dirawat di rumah sakit. Akibat tabrakan tersebut pasien kesulitan untuk bekerja seperti
biasanya.
Kebutuhan hidup seperti makan dan lainnya, keluarga pasien yang
memenuhinya, dengan rutin membawakan makanan ke rumah pasien tiga kali sehari,
karena salah satu adik pasien juga berprofesi sebagai penjual makanan dan makanan
pasien tetap diantarkan. Keluarga tidak pernah meminta pasien untuk bekerja apalagi
pergi meminta-minta.
3
Autoanamnesis:
Pasien sudah ke 3 kalinya dibawa ke RSJ Mutiara Sukma, menurut pasien,
dirinya dibawa ke RSJ oleh adiknya dikarenakan pasien sering keluyuran. Menurut
pasien, pasien sering keluyuran dikarenakan oleh keluarganya di rumah yang
mengatakan pasien untuk pergi meminta-minta pada tetangga sekitar untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya karena pasien yang sudah tidak dapat bekerja lagi. Namun ketika
ditanya apakah pasien yakin keluarganya yang menyuruh pasien untuk pergi
meminta-minta, pasien ragu, pasien megatakan itu bisa jadi keluarganya atau mungkin
hanya suara-suara, atau mungkin iblis atau Tuhan, tetapi suara tersebut mirip dengan
suara keluarganya sehingga pasien menyangka itu adalah keluarganya. Pasien juga
sering mendengar suara yang selalu membisikkannya namun tidak ada orangnnya,
suara itu berkata tentang berbagai hal, seperti hal-hal yang lucu ataupun
mengomentari perkataan orang lain. Pasien juga sering merasa dipanggil oleh suara-
suara namun pada saat pasien mencari sumber suaranya, sumber suara tersebut tidak
ada.
Pasien mulai mendengar suara-suara tersebut semenjak pasien mengalami
kecelakaan sepeda motor, dimana pasien menabrak sebuah pohon. Kecelakaan
tersebut membuat pasien tidak bisa bekerja lagi seperti biasanya karena rasa sakit
pada bagian punggung dan tangan serta kaki kirinya. Pasien juga mengatakan bahwa
setelah kecelakaan tersebut uang pasien habis untuk membiayai pengobatannya. ± 1
tahun setelah kecelakaan tersebut pasien dibawa berobat ke RSJ Mutiara sukma dan
dirawat ± selama 2 minggu dan sembuh.
Setelah keluar dari rumah sakit, istri pasien (yang ke-2) meminta cerai dan
pasien menceraikannya. Pada saat keluar dari rumah sakit jiwa pasien dapat bekerja
lagi, namun tidak masksimal seperti biasanya, pasien sering merasa kelelahan dan
harus menahan sakit pada pinggang serta tangan kirinya. ± 2 tahun setelah pengobatan
yang pertama, ketika pasien sudah merasa dirinya sembuh, pasien menghentikan
sendiri pengobatannya dan ± 1 tahun setelahnya pasien kembali dibawa ke RSJ
dengan keluhan yang sama dan dirawat selama 1 bulan.
Pasien mengatakan merasa dirinya dibicarakan apabila ada sekelompok orang
yang sedang duduk-duduk atau berkumpul sehingga membuat pasien marah. Kadang
juga pasien merasa tersinggung karena tetangga-tetangga pasien yang menganggap
pasien gila padahal pasien tidak gila. Pasien juga sering merasa tersinggung dirinya
4
selalu dianggap bodoh oleh masyarakat sekitar karena pasien tidak bekerja dan tidak
memiliki kemampuan apa-apa padahal pasien sering mengikuti penyuluhan apabila
ada mahasiswa yang datang KKN di kampungnya, dan setiap ada mahasiswa yang
datang KKN pasien selalu diundang ke acara penyuluhan tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu :
1) Riwayat Gangguan Psikiatri
Ini merupakan ketiga kalinya pasien dirawat di rumah sakit jiwa Mutiara
Sukma. Pertama kali pasien dirawat di RSJ mutiara sukma yaitu pada tahun 2011
dan yang ke dua yaitu pada awal tahun 2015, dan sekarang merupakan yang
ketiga kalinya. Pertama kali dirawat pasien datang dengan keluhan yang sama,
yaitu sering keluyuran serta mendengar suara bisikan-bisikan di telinganya, yang
menyuruhnya agar bertobat dan melakukan hal-hal yang baik serta larangan
mencuri. Pada perawatan yang pertama pasien MRS selama ±2 minggu, dan
diperbolehkan pulang namun dengan tetap kontrol rutin.
Setelah balik dari pngobatan, pasien bercerai dengan instrinya, dikatakan
bahwa pasien bercerai dari istrinya karena istrinya yang meminta, karena segala
uang dan harta pasien sudah habis untuk berobat dan sekrang pasien sudah sulit
untuk bekerja lagi. Pasien juga harus membiayai anaknya untuk pulang dari luar
negeri yang bekerja sebagai TKI dan tidak mendapatkan uang disana, sehingga
pasien lah yang membiayai kepulangan anaknya ke Indonesia.
Selama ± 6 bulan pasien kontrol dan minum obat secara teratur. Namun
ketika pasien sudah merasa baik, pasien mengehentikan sendiri pengobatannya
dan kembali marus RSJ Mutiara Sukma pada tahun 2013. Pada saat itu pasien
dikatakan sering keluyuran, sampai hilang berhari-hari, pasien sering tidur di
jalan, dan kadang di masjid-masjid. Pasie menyatakan pada saat itu juga
mendengar suara-suara bisikan, dan sama seperti yang dirasakan pada saat sakit
pertama kali.
.
2) Riwayat Gangguan Medis
Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang
mengharuskannya dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan
dengan keadaan pasien saat ini. Riwayat tekanan darah tinggi (-), sesak napas 5
atau asma (-), trauma kepala berat (-), kejang atau epilepsi (-), riwayat percobaan
bunuh diri (-).
3) Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Lain
Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan psikoaktif. Pasien juga tidak
pernah menggunakan obat-obatan NAPZA. Mengonsumsi alkohol juga disangkal
oleh pasien, pasien merokok namun kadang-kadang saja, tidak rutin.
C. Riwayat Kehidupan Pribadi :
1) Masa Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak ke dua dari delapan bersaudara. Pasien merupakan
anak yang diharapkan dan kelahirannya membawa kegembiraan dalam keluarga.
Kondisi ibu pada saat mengandung pasien tidak dapat digali karena kedua orang
tua pasien telah meninggal dunia dan pasien serta adik pasien juga tidak
mengetahui bagaimana kondisi ibunya pada saat itu. Pasien lahir di rumah.
Setelah lahir, pasien tinggal dan dibesarkan oleh orang tuanya hingga masa
dewasa.
2) Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien tumbuh dan berkembang sehat seperti anak lain. Pasien diasuh oleh
kedua orangtuanya. Tidak ada penyakit berat yang dialami pasien. Pasien diasuh
oleh ayah dan ibu kandungnya. Pasien tidak pernah mengalami sakit berat,
kejang, demam tinggi, ataupun penyakit kuning. Riwayat gangguan pertumbuhan
dan perkembangan pasien normal seperti teman sebayanya. Pasien mendapat ASI
sampai sekitar usia 2 tahun. Pasien tumbuh kembangnya sesuai dengan anak
seusianya. Pasien mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya. Pasien juga
dilatih buang air kecil dan buang air besar oleh kedua orang tuanya.
3) Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tampak sebagai pribadi yang ceria dan bergaul selayaknya dengan
teman-teman seusianya. Pasien memiliki banyak teman Pasien tumbuh dan
berkembang seperti anak-anak lain. Pasien akrab dan baik dengan saudara-
saudaranya walaupun berbeda orang tua laki-laki, pasien punya banyak teman
main, dan pasien mudah bergaul. Pasien tidak terlau diperhatikan oleh orang
tuanya, karna banyaknya saudara pasien, selama kecil, pasien jarang
6
berkomunikasi dengan orang tuanya, hanya kalau perlu saja. Pasien mengatakan
tidak terlalu suka untuk bermain terlalu sering dengan teman-teman lainnya waktu
kecil dan cenderung untuk sendiri di dalam rumah. Namun selama kecil pasien
tidak pernah memiliki masalah dalam hal komunikasi dengan teman-teman
sekitarnya.
Orang tua laki-laki pasien meninggal dunia pada saat usia 5 tahun, dan
disusul oleh orang tua perempuan pasien yaitu pada usia 14 tahun, orang tuaa tiri
laki-laki pasien juga meninggal dalam waktu yang tidak lama setelah orang tua
perempuan pasien meninggal yaitu sekitar 6-8 bulan setelahnya. Semenjak itu
pasien sudah berusaha untuk mencari makan sendiri dengan bekerja sebagai
tukang ataupun buruh, pasien juga bertanggung jawab terhadap adik-adik tirinya.
Pasien dapat bermain dan bersekolah seperti anak-anak yang lain.
Pergaulan dengan teman seusianya cukup baik. Saat SD kelas 2 pasien berhenti
sekolah karena masalah biaya. Orang tua
4) Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien bersekolah hingga SD kelas 2 namun tidak selesai dikarenakan
masalah biaya. Pasien merasa sangat sedih karena tidak dapat melanjutkan
sekolahnya pada saat itu, namun pasien juga mengerti bagaimana kondisi orang
tuanya, selain itu, teman-teman sebaya pasien juga banyak yang sekloha hanya
sampai kelas 1 ataupun kelas 2, bahkan banyak tema-teman pasien yang tidak
sekolah sehingga pasien kadang bersukur bisa sekolah sampai kelas 2. Saat di
sekolah dulu pasien merupakan anak yang ceria pasien banyak memiliki teman.
Selama masa remaja, pasien merupakan anak yang penurut, jarang ada
masalah kenakalan remaja, tidak pernah melarikan diri dari rumah, tidak ada
penggunaan obat-obat terlarang seperti NAPZA, tidak pernah minum alkhohol,
tidak memiliki persoalan mengenai berat badan atau perasaan rendah diri.
5) Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien sekolah sampai SD kelas 2 namun tidak selesai, tidak melanjutkan
karena biaya. Di sekolah pasien tidak pernah mendapatkan rangking namun
juga tidak pernah ketinggalan kelas serta dapat mengikuti teman-teman
lainnya dalam hal pelajaran.
7
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien sebelumnya sempat bekerja sebagai buruh bangunan dan penjual
pakaian keliling. Selama bekerja pasien tidak memiliki masalah. Sekarang
pasien tidak bekerja, pasien mendapat makan sehari-hari diberikan oleh
keluarganya.
c. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah dua kali, dan bercerai dua kali, memiliki dua orang
anak, masing-masing satu dari hasil pernikahan yang pertama dan kedua,
namun anak dari pernikahan yang kedua meninggal pada usia 4 tahun
dikarenakan menderita diare bercampur darah dan anak pasien meninggal di
rumah sakit.
Pada pernikahan yang pertama, pasien mengatakan dirinya bercerai
karena sudah tidak cocok lagi dengan istri dalam berumah tangga dan istrinya
yang sering meminta cerai. Padahal pasien selalu berusaha untuk memenuhi
kebutuhan keluarga seperti masalah ekonomi dan sekolah dari anak-anaknya.
Pasien bercerai ± setelah 8 tahun menikah. Hak asuh anak pasien diberikan
kepada pasien, dan istrinya tidak lama setalh itu menikah lagi dengan pria lain,
ketika ditanya apakah yang menyebabkan istrinya ingin bercerai pasien
mengatakan tidak tahu, namun ada cuga kecurigaan pasien bahwa istrinya
menyukai orang lain dan karena pasien jarang berada dirumah karena sering
pulang malam saat bekerja.
± 1 tahun setelh bercerai pasien menikah untuk yang ke dua kalinya
dan dikaruniai seorang anak laki-laki. Anak tersebut meninggal saat usia 4
tahun dikarenakan diare yang bercampur darah di RSUP NTB, setelah dirawat
selama ± 1 minggu disana. Pasien bercerai dengan istrinya yang ke 2 setelah
pasien mengalami gangguan jiwa dan kondisi ekonomi yang memburuk karena
sudah digunakan untuk pasien berobat. ± 1 minggu setelah pulang dari RSJ,
istri pasien meminta cerai dan pasien pun menceraikannya.
8
d. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam, pendidikan agama didapatkan dari orang tua. Pasien
taat beribadah dan menjalankan kewajiban agamanya. Pasien tetap sholat tepat
waktu dan sering mengaji serta mengikuti pengajian di masjid-masjid.
e. Riwayat Psikoseksual
Pendidikan seksual tidak pernah diberikan oleh orangtuanya. Pengetahuan
tentang pendidikan seksual didapat dari teman-temannya.
f. Aktivitas Sosial
Pasien dapat bergaul dengan cukup baik dengan teman-teman yang sebaya,
pasien memiliki banyak teman karena sifatnya yang ramah. Pergaulan dengan
tetangganya cukup baik, walau kadang pasien merasa sering dibicarakan oleh
tetangganya.
g. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum sampai harus dipenjara.
D. Riwayat Keluarga :
Pasien adalah anak ke-dua dari delapan bersaudara. Pasien saat ini tinggal
bersama anaknya anaknya. Hubungan pasien dengan anaknya baik, hubungan dengan
saudara-saudaranya juga baik. Tidak ada keluarga yang menderita gangguan seperti
pasien.
9
Genogram Keluarga
10
E. Situasi Kehidupan Sekarang :
Pasien tinggal bersama anaknya di rumah pasien. Kebutuhan hidup sehari-hari
pasien dipenuhi oleh adik-adik pasien. Adik-adik pasien tinggal di dekat rumah pasien
dan ada yang bekerja sebagai penjual nasi, sehingga untuk makanan sehari-hari
diantarkan oleh adik pasien. Anak pasien juga bekerja, namun tidak tentu mendapat
pekerjaan, anak pasien bekerja sebagai buruh di pasar, dan kadang sebagai buruh
bangunan. Pasien sudah tidak dapat bekerja lagi karena untuk berdiri dalam waktu
yang lama pun pasien sudah tidak kuat.
F. Persepsi dan Harapan Keluarga :
Keluarga berharap pasien dapat sembuh, sehingga pasien dapat menjalani
hidupnya dengan baik dan tidak kembali kambuh lagi. Keluarga tidak mengerti
dengan baik penyakit pasien dan menganggap penyakitnya ini ada hubungannya
karena jatuh dari motor.
E. Persepsi dan Harapan Pasien :
Pasien saat ini tidak merasa dirinya sakit namun pasien mengatakan butuh
pengobatan agar dirinya sehat.
III. STATUS MENTAL
Berdasarkan pemeriksaan tanggal 25 Maret 2015.
A. Deskripsi Umum :
1) Penampilan
Pasien seorang Laki-laki, tampak sesuai usia, penampilan cukuprapi, rawat diri
kesan baik, baju bersih dan ekspresi wajah tampak sedih.
2) Kesadaran
Jernih
3) Perilaku dan Psikomotor
Normoaktif. Saat wawancara, pasien dapat mengikuti wawancara sampai akhir.
11
4) Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif, pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup baik.
5) Pembicaraan
Spontan, lancar, volume cukup, intonasi cukup dan artikulasi jelas, menjawab
sesuai dengan pertanyaan yang diajukan pemeriksa.
B. Mood dan Afek
Mood : Eutimik
Afek : Luas
Kesesuaian : Sesuai
C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
□ Halusinasi auditorik (+)
Pasien bisa mendengar bisikan suara yang pasien kira adalah keluarganya
yang menyuruhnya terutama untuk memita-minta.
□ Halusinasi visual (-)
□ Halusinasi penghidu (-).
□ Halusinasi pengecapan (-)
□ Halusinasi taktil (-)
2. Depersonalisasi: tidak ditemukan.
3. Derealisasi: tidak ditemukan.
D. Pikiran
Bentuk pikir : Non Realistik
Proses pikir : Baik
Isi pikir : Ide-ide mirip waham curiga (+
12
E. Kesadaran dan Kognisi
a. Taraf Kesadaran dan Kesiagaaan : compos mentis, baik.
b. Orientasi :
Orang kesan baik. Pasien mengenali dokter muda yang memeriksanya
Tempat kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dia berada di RS
Jiwa Mutiara Sukma.
Situasional kesan baik. Pasien dapat mengetahui saat dilakukan
wawancara dan saat itu adalah pagi hari.
c. Daya Ingat :
Jangka pendek baik. Pasien dapat mengingat menu sarapan tadi pagi
dan siang.
Jangka panjangkurang baik. Pasien tidak ingat tanggal lahirnya
ataupun tahun lahirnya, mengalami kesulitan saat menceritakan masa
sekolahnya dulu.
Segera kurang baik. Pasien tida dapat menyebutkan kembali angka-
angka yang disebutkan oleh pemeriksa.
d. Konsentrasi dan Perhatian : cukup baik, pasien dapat mengurangi angka
100 secara berurutan, dan pasien dapat mengeja kata DUNIA secara terbalik.
e. Kemampuan Membaca dan Menulis : kesan baik, pasien dapat membaca
tulisan yang ditunjukkan pemeriksa. Kemampuan menulis kesan baik, pasien
dapat menuliskan namanya dan beberapa kalimat.
f. Kemampuan Visuospasial : baik, pasien dapat mengikuti bentuk gambar
yang dicontohkan oleh pemerksa (segienam dan lingkaran).
g. Pikiran Abstrak : baik, mengetahui persamaan dari beberapa benda,
misalnya anggur, jeruk, apel termasuk kelompok buah-buahan.
h. Intelegensi dan kemampuan informasi: kurang, pasien tidak mengetahui
siapa presiden Indonesia.
13
F. Pengendalian Impuls
Selama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dengan baik, namun ada
riwayat pengendalian impuls yang terganggu saat sebelum dibawa ke RS.
G. Daya Nilai dan Tilikan
Daya Nilai Sosial : Baik.
Uji Daya Nilai : Baik
Penilaian Daya Realita (RTA): terganggu, dengan adanya halusinasi
auditorik.
Tilikan: Derajat 2. Pasien agak sadar bahwa dirinya sakit dan membutuhkan
bantuan, tetapi pada saat yang sama juga menyangkal hal itu.
H. Taraf dapat dipercaya
Secara umum dapat dipercaya.
I. Status Internus :
Keadaan : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
o Tekanan darah : 120/70 mmHg
o Frekuensi nadi : 92 x/menit
o Frekuensi napas : 20 x/menit
o Suhu aksila : afebris
□ Kepala-leher
a. Mata: anemis (-/-). ikterus (-/-), refleks pupil (+/+), isokor.
b. THT: telinga dbn, hidung tampak jejas (-), krepitasi (-), deviasi septum (-).
c. Leher: terlihat kaku,struma (-), pembesaran KGB (-).
□ Thoraks
a. Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop(-).
b. Pulmo : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing(-/-).
□ Abdomen
Distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), H/L/R :tidak teraba.14
□ Sistem urogenital: tidak dievaluasi.
□ Ekstremitas : hangat (+), oedem (-), terdapat vulnus excoriatum pada regio
antebrachii manus dextra dan sinistra serta vulnus excoriatum pada regio pedis
sinistra.
J. Status Neurologis :
Tanda Rangsang Meningeal : tidak ditemukan
Tanda EfekEkstrapiramidal
o Tremor tangan : negatif
o Bradikinesia : negatif
o Cara berjalan : normal
o Keseimbangan : baik
o Rigiditas : negatif
Motorik : baik
Sensorik : baik
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 40 tahun, agama Islam, suku sasak,
sekarang tidak bekerja, status duda, datang dengan keluhan utama sering keluyuran.
Ini merupakan ketiga kali pasien rawat inap di RSJMutiara Sukma.
Pasien dikeluhkan mengamuk keluyuran sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Pasien sering keluyuran dan tidak pulang terutama pada malam hari.
Pasien sering pergi meminta uang dan makanan pada tetangga sekitar rumahnya,
sehingga keluarga merasa malu. Beberapa hari terkahir ini pasien terlihat kaku pada
seluruh badannya terutama apabila berjalan dan pasien tampak sangat kesulitan
berjalan, sehingga keluarga membawa pasien berobat ke rumah sakit jiwa mutiara
sukma.
Pasien mulai mendengar suara-suara tersebut semenjak pasien mengalami
kecelakaan sepeda motor, dimana pasien menabrak sebuah pohon. Kecelakaan
tersebut membuat pasien tidak bisa bekerja lagi seperti biasanya karena rasa sakit
pada bagian punggung dan tangan serta kaki kirinya. Pasien juga mengatakan bahwa
15
setelah kecelakaan tersebut uang pasien habis untuk membiayai pengobatannya. ± 1
tahun setelah kecelakaan tersebut pasien dibawa berobat ke RSJ Mutiara sukma dan
dirawat ± selama 2 minggu dan sembuh.
± 2 tahun setelah pengobatan yang pertama, ketika pasien sudah merasa
dirinya sembuh, pasien menghentikan sendiri pengobatannya dan ± 1 tahun
setelahnya pasien kembali dibawa ke RSJ dengan keluhan yang sama dan dirawat
selama 1 bulan.
Pasien mengatakan merasa dirinya dibicarakan apabila ada sekelompok orang
yang sedang duduk-duduk atau berkumpul sehingga membuat pasien marah. Kadang
juga pasien merasa tersinggung karena tetangga-tetangga pasien yang menganggap
pasien gila padahal pasien tidak gila. Pasien juga sering merasa tersinggung dirinya
selalu dianggap bodoh oleh masyarakat sekitar karena pasien tidak bekerja dan tidak
memiliki kemampuan apa-apa.
Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang mengharuskannya
dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan
pasien saat ini.Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang
mengharuskannya dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan
dengan keadaan pasien saat ini. Riwayat tekanan darah tinggi (-), sesak napas atau
asma (-), trauma kepala (-), kejang atau epilepsi (-),cedera kepala (-), dan kepala yang
lama (-) . Riwayat percobaan bunuh diri (-).Pasien tidak pernah menggunakan obat-
obatan psikoaktif. Pasien juga tidak pernah menggunakan obat-obatan NAPZA.
Mengonsumsi alkohol juga disangkal oleh pasien, pasien juga tidak pernah merokok.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan vital sign dalam batas normal, status mental
didapatkan mood eutimik, afek luas, serasi, halusinasi auditorik (+), halusinasi visual
(-), proses pikir baik, non realistis serta adanya gangguan isi pikiran berupa ide mirip
waham, RTA terganggu dengan tilikan derajat 2. Pemeriksaan fisik lainnya dalam
batas normal.
16
V. FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ini ditemukan adanya pola prilaku atau psikologis yang secara
klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan
penderitaan dan hendaya dalam berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan. Dengan
demikian dapat disimpulkan pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis mengenai riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah
mengalami trauma kepala yang dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum
menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karena itu diagnosis gangguan mental
organik (F00 – F09) dapat disingkirkan. Riwayat penggunaan zat psikoaktif sebelum
timbulnya gejala gangguan jiwa tidak didapatkan pada pasien sehingga diagnosis
gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10 – F19) dapat
disingkirkan.
Pada pasien ini didapatkan gangguan persepsi yang dominan, gangguan
bentuk pikiran berupa penilaian realitas, dan nilai tilikan yang terganggu, serta adanya
ide seperti waham curiga. Oleh karena itu pasien dapat dimasukkan kategori gangguan
mental psikotik. Berdasarkan kriteria diagnosis PPDGJ III, pasien dapat dimasukkan
dalam Skizofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan waham (F20 – F29).
Pada pasien tida didapatkan gangguan suasana perasaan (mood/afektif)
sehingga kemungkinan gangguan afektif (F30 – F39) bisa disingkirkan.
Secara khusus, pada pasien didapatkan gangguan persepsi berupa adanya
halusinasi auditorik. Dimana pasien merasa ada suara-suara yang pasien tidak dapat
melihat orangnya yang menyuruh pasien untuk meinta-minta. Selain itu terdapat juga
adanya suatu ide mirip waham curiga, dimana pasien curiga bahwa orang-orang
disekitarnya sering membicarakannya atau menghakiminya, namun keyakinan itu
masih bisa dipatahkan.
Jadi, terdapat dua gejala yang menonjol yaitu gangguan persepsi (halusinasi
auditorik visual) dan isi pikir(halusinasi auditorik visual dan ide mirip waham curiga).
Aksis I tidak dapat ditegakkan diagnosis skizofrenia paranoid (F20). Pada Aksis II
tidak didapatkan gangguan kepribadian maupun retardasi mental. Pada Aksis III tidak 17
ditemukan kelainan klinis yang bermakna. Pada Aksis IV didapatkan masalah pada
ekonomi pasien sehingga pasien merasa dirinya harus meminta-minta untuk
memenuhi kebutuhannya. Pada Aksis V berdasarkan Penilaian Fungsi Secara
Global/GAF, saat ini pasien berada pada nilai 60-51 (gejala sedang dan diasbilitas
sedang) dan nilai tertinggi untuk sekurangnya satu bulan selama satu tahun terakhir
(Highest Level Past Year) yaitu 90-81 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam sosial).
VI. EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I :F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II: Tidak Ada Diagnosis
Aksis III: Tidak Ada Diagnosis
Aksis IV: Masalah Ekonomi
Aksis V: GAF HLPY 90-81
GAF Current 60-51
VII. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik : tidak ada masalah
B. Psikologis/Perilaku : Keluyuran, halusinasi auditorik (+), RTA terganggu, Tilikian
terganggu.
C. Lingkungan dan Sosioekonomi :
Keluarga yang memiliki pengetahuan yang kurang terhadap penyakit atau
gangguan yang diderita oleh pasien serta pengobatan yang harus diberikan kepada
pasien.
Tingkat pendidikan yang rendah.
18
VIII. RENCANA PENATALAKSANAAN
A. Psikofarmaka :
Haloperidol tablet 2 x 5 mg
Trihexylphenidyl tablet 2 x 2 mg
B. Psikoterapi dan Psikoedukasi :
Kepada pasien dilakukan psikoterapi suportif berupa membinarapport,
menunjukkan empati, reassurance.
Kepada keluarga dilakukan psikoedukasi:
o Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan
antara gejala dengan perilaku, perjalanan penyakit, serta prognosis). Pada
akhirnya diharapkan keluarga bisa menerima dan memahami keadaan pasien
serta mendukung proses penyembuhannya dan mencegah kekambuhan.
o Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien
(kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek samping yang mungkin
muncul pada pengobatan). Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien
kontrol dan minum obat secara teratur.
C. Sosioterapi
Mengembalikan fungsi sosial pasien melalui latihan kembali untuk
berinteraksi dengan pasien-pasien lainnya selama perawatan, dan memberi pengertian
pada pasien bahwa tujuan perawatannya adalah untuk menghilangkan gejala
penyakitnya dan berlatih untuk bisa kembali bermasyarakat.
IX. PROGNOSIS
Hal yang meringankan prognosis :
1. Keluarga mendukung kesembuhan pasien
2. Fungsi kognitif masih baik
3. Tidak ada penggunaan obat-obatan psikoaktif ataupun alkohol
Hal yang memperburukprognosis :
1. Tilikian ( Insight ) derajat 2
2. Kurangnya pengetahuan keluarga dan pasien mengenai gangguan jiwa yang dialami
19
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka prognosis pada pasien ini adalah :
Qua ad vitam : bonam
Qua ad functionam : dubia ad bonam
Qua ad sanationam : dubia ad bonam
X. DISKUSI
Pada pasien ini diagnosis Skizofrenia paranoid ditegakkan karena adanya suatu
gangguan persepsi yang dominan disertai dengan ide mirip waham curiga, yang sudah
masuk dalam kategori skizofrenia. Gangguan persepsi ini muncul sudah sangat lama
namun kambuh ketika pasien tidak meminum obatnya. Oleh karena gangguan yang
dialaminya ini pasien sulit berhubungan dengan lingkungan sekitar.
Skizofrenia sendiri merupakan suatu sindrom yang penyebabnya masih belum
diketahui dan perjalanan penyakit memberikan manifestasi yang luas, hal ini bisa muncul
karena adanya pengaruh genetik, biologis, sertal budaya. Pada umumnya ditandai dengan
adanya suatu penyimpangan fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta
oleh afek yang tidak wajar (tidak wajar atau tumpul). Kesadaran biasanya jernih dan
kemampuan intelektual pada sebagian besar kasusu masih terpelihara.
Permasalahan yang diduga merupakan pencetus gangguan psikotik pada pasien ini
adalah kontrol minum obat yang tidak teratur. Kemampuan kognisi yang masih cukup baik
merupakan faktor pendukung untuk prognosis baik, serta dukungan keluarga yang cukup
juga menjadi pendukung untuk prognosis baik. Prognosis pada fungsi vital baik karena
tidak ada kecenderungan untuk melukai diri sendiri, dan prognosis kembalinya fungsi
pasien ke taraf normal kemungkinan adalah baik, karena pasien masih mau untuk minum
obat dan cukup kooperatif.
Pilihan terapi farmakologis untuk pasien ini yaitu Risperidon 2x2 mg. Obat ini
adalah obat antipsikotik atipikal. Obat-obatan ini terutama bekerja dengan memblokade
dopamin pada reseptor dopamin neuron pasca sinaps di otak, khususnya di sistem limbik
dan sistem ekstrapiramidal sehingga efektif untuk gejala positif dan juga berafinitas
terhadap reseptor serotonin 5 HT2 sehingga efektif juga untuk gejala negatif. Namun pada
pasien ini alasan kenapa diberikan risperidon yaitu karena adanya sindrom ekstrapiramidal
sebelumnya. Pada pasien juga diberikan Tryhexiphenidile, untuk mengurangi efek
20
ekstrapiramidal, dengan dosis 2 x 2 mg, dapat dinaikkan sampai 15 mg/hari. Bila pasien
kaku sampai tidak bisa menelan, dapat diberi injeksi difenhidramin 25 – 50 mg/hari secara
IM atau IV. Selain itu diberikan alprazolam 0,5 mg dengan dosis 2-4 mg/hari untuk
mengatasi keluhan pasien.
Selain terapi medikamentosa, pada pasien gangguan psikotik perlu mendapat
sosioterapi. Psikoedukasi juga perlu diberikan kepada keluarga dan lingkungan sekitar
agar tidak terjadi stigmatisasi terhadap pasien, dan membangun sistem pendukung yang
kuat untuk menunjang perbaikkan pasien. Sosioedukasi mengajarkan pada pasien
bagaimana cara untuk kembali pada masyarakat. Pada sosioedukasi pasien diajarkan untuk
tidak malu dengan penyakitnya, dan cara bermasyarakat yang benar sehingga dirinya
dapat diterima. Sosioedukasi juga seharusnya dilakukan pada keluarga untuk dapat
menerima pasien tanpa stigmatisasi, dan membantu meningkatkan rasa penghargaan
dirinya.
21
XI. RIWAYAT PERJALANAN GANGGUAN JIWA PADA PASIEN
Gambar Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993. Penggolongan
danDiagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK Unika Atma Jaya.
2. Ismail, R Irawati, et al. 2010. Skizofrenia dalam Buku Ajar Psikiatri.edisi 1. Jakarta :
Badan penerbit FKUI.
3. Kaplan HI, Saddock BJ, et al. 2010. Gangguan Berhubungan dengan Zat dalam
Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.. Jakarta : Binarupa
Aksara.
4. Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya :
Airlangga University Press.
5. Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.
Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
0