persentasi kasus skizofrenia paranoid

download persentasi kasus skizofrenia paranoid

of 40

description

skizofrenia paranoid

Transcript of persentasi kasus skizofrenia paranoid

08Fall

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien No. Rekam Medik: 44.62.XX Nama Inisial: Ny. M Jenis kelamin: Perempuan TTL: Medan, 12 januari 1980 Usia: 34 tahun Alamat: Jl. Pemuda 1/3 Pendidikan: Sarjana pertanian Pekerjaan: - Agama: Kristen Status pernikahan: Belum menikah Suku bangsa: Batak Tanggal masuk:07 November 2014 pukul 20.52 di Pavilliun Amino

II. Riwayat Psikiatri Autoanamnesa : 25,28 dan 30 November 2014 di Pavilion Amino. Alloanamnesa: Sabtu, 2 Desember 2014 di Pavilion Amino dengan orang tua pasien (Ny.K ), tante pasien ( Ny.E).A. Keluhan UtamaPasien sering tertawa sendiri dan memukul tetangga kosan tanpa sebab yang jelas.B. Keluhan TambahanMenurut keterangan dari ibu (Ny.K) dan tante pasien (Ny.E) , pasien sering terlihat melamun. C. Riwayat Gangguan SekarangAllo-anamnesis ( 2, 3 Desember 2014 dengan ibu pasien)

Allo-anamnesis ( 2 desember 2014 dengan ibu pasien (Ny.K))

Pasien dibawa ke RSPAD gatot soebroto oleh ibu dan tante pasien yang bernama Ny.K dan Ny.E karena pasien sering tertawa sendiri dan memukul serta melempar sepatu kepada tetangga kosan dimana dia tinggal. Menurut ibu pasien, kemarahan pasien tersebut dilatarbelakangi dengan kecemburuan dan curiga pada tetangga pasien yang lebih cantik dan seksi daripada pasien. Pasien juga takut kalau dia dan ibunya akan di celakai oleh tetangganya tersebut.1 minggu sebelum kejadian tersebut pasien selalu mengawasi gerak-gerik dari tetangga nya tersebut mulai dari pagi berangkat kerja dan pada saat tetangganya tersebut pulang kerja. Sampai pada saat tetangganya tersebut keluar malam dan menggunakan pakaian seksi selalu di perhatikan oleh pasien sampai dia meninggalkan lingkungan kosan untuk pergi keluar. Pasien sampai menunggu tetangganya tersebut pulang. Pada saat pulang pasien selalu memerhatikan tetangganya tersebut dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Sampai pada suatu ketika tepatnya pada pagi hari tetangga pasien ingin berangkat kerja, tanpa pikir panjang pasien langsung mengambil sepatu nya untuk melempar nya kepada tetangganya tersebut. Tetangga pasien tersebut merasa emosi dan kesal karena tidak pernah berbuat tidak baik dan mengusik pasien . Terjadilah pertengkaran diantara keduanya bahkan sampai pasien menjambak tetangganya trsebut dan akhirnya di pisahkan oleh ibu pasien. Setelah di tanyakan langsung oleh pasien kenapa pasien berbuat demikian psien menjawab dia lebih cantik dari aku mah, dia tidak boleh berdandan dan memakai pakaian lebih cantik dan seksi daripada aku pasien berkata demikian sambil menunjukan emosi kekesalannya terhadap tetangganya tersebut. Setelah kejadian tersebut ibu pasien berinisiatif untuk membawa pasien ke RS jiwa, akan tetapi pasien menolak untuk di bawa. Ibu pasien pun berpikiran untuk membohongi nya dengan mengajak dia untuk makan enak, akhirnya pasien pun mau diajak oleh ibu pasien. Pasien pun merasa di bohongi oleh ibunya karena ternyata dirinya di bawa ke RSPAD gatot subroto tepatnya di paviliun amino dan pada akhirnya pasien pun di rawat di sana.Menurut ibu pasien, anaknya tidak pernah mendengar bisikan-bisikan yang menyuruh pasien untuk melakukan tindakan tersebut. Menurutnya ibunya, pasien berbuat demikian karena pasien curiga karena tetangganya lebih cantik dari dia dan takut kalau kecantikannya tersaingi oleh tetangganya tersebut.

Auto-anamnesis ( 30 Desember 2014 di Pavilion Amino)Pasien mengaku awalnya di bawa oleh ibunya ke untuk diajak makan enak di mall. Akan tetapi pasien malah di bohongi oleh ibu dan keluarganya ke RSPAD Gatot Subroto untuk di rawat disana karena sakitnya. Pasien merasa sangat kesal kepada ibu nya dikarenakan dia merasa di bohongi. Pasien merasakan kalau dirinya tidak sakit dan kenapa mesti di bawa ke Rumah sakit. Akhirnya ibu pasien menjelaskan bahwa sebenarnya dirinya di bawa ke Rumah Sakit dikarenakan dirinya telah memukul tetangga nya di kosan tanpa ada alsan yang jelas, pasien pun akhirnya dapat menerimanya. Menurut pengakuan pasien dia melakukan tindakan seperti itu dilatarbelakangi karena pasien tidak mau kalau dirinya di saingi kecantikan dan keseksiannya oleh tengga pasien tersebut. Pasien juga mengaku kalau tetangganya tersebut adalah orang yang nakal dikarenakan tetangganya tersebut sering keluar malam dan membawa cowo yang berbeda-beda kedalam kamarnya. Pasien sudah lama memerhatikan gerak-gerik tetangganya tersebut dan sampai pada suatu ketika psien akhirnya merasa emosinya tidak terbendung dan langsung memukul tetangganya tersebut. Pasien juga mengaku kalau dirinya melakukan tindakan tersebut tanpa adanya bisikan atau suruhan dari seseorang. Pasien juga bersikeras dan tetap mempertahankan alasanya tersebut.

D. Riwayat Gangguan Sebelumnya1. Riwayat Gangguan PsikiatrikPasien pernah memiliki riwayat dirawat di RSJ Grogol di rawat selama 5 hari . kemudian sempat di berikan obat untuk rawat jalan, akan tetapi pasien menolak untuk meminum obat tersebut. Ibu pasien dan tantenya lupa nama obat yang di konsumsi oleh pasien. Setelah keluar dari rumah sakit pasien menjadi semakin mudah marah apabila terjadi sesuatu masalah.2. Riwayat Gangguan MedikPasien mengaku pernah dirawat di RS Caritas sekitar satu minggu karena penyakit demam berdarah dan sakit kuning ketika masih kuliah. Riwayat trauma kepala disangkal, riwayat kejang atau pingsan sebelumnya disangkal, riwayat tumor atau keganasan disangkal.3. Penggunaan Zat Psikoaktif dan AlkoholPasien tidak mengkonsumsi alkohol dan merokok tiap harinya.

III. Riwayat Kehidupan Pribadi1. Riwayat Prenatal dan PerinatalPasien lahir normal dan kelahirannya dibantu oleh dokter. Kelainan saat kelahiran disangkal. Riwayat kesehatan ibu baik selama kehamilan. Tidak terdapat masalah pada saat kehamilan dan persalinan.2. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)Pasien anak ke satu dari tiga bersaudara (,,). Mendapat ASI dari ibu hingga berusia 1 tahun. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan kedua orangtua dan saudara-saudari kandungnya. Pasien paling dekat dengan ibu. Tidak terdapat permasalahan atau gangguan sewaktu kanak-kanak.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)Pasien tumbuh dan berkembang dengan normal. Pasien mengaku bersekolah di SD Pertiwi kota Medan. Menurut kesaksian Ny.K, pasien bukan merupakan anak bandel dan memiliki banyak teman. Pasien sadar dirinya perempuan. Gangguan mengompol atau lainnya disangkal. 4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (pubertas hingga remaja) Menurut Ny. K, pasien bercita-cita ingin menjadi wanita karir yang sukses. Tokoh yang diidolakan adalah afgan. Hubungan dengan orang tua dan saudaranya baik. 5. Riwayat Masa Dewasaa. Riwayat PendidikanPasien mengaku bersekolah di SD Pertiwi kota Medan. Menurut kesaksian Ny.K, pasien bukan merupakan anak bandel dan memiliki banyak teman. Pada tahun 1991 pasien masuk SMP di negri 1 Medan tidak ada masalah dalam sekolahnya . pasien memiliki banyak teman.Pada tahun 1994 pasien masuk di SMA 1 Medan tidak ada masalah dalam sekolahnya. Pasien memiliki banyak teman.Pendidikan terakhir pasien adalah Sarjana pertanian. Pasien kemudian bersama adiknya mengikuti tes masuk Calon Pegawai Negri Sipil (CPNS) tes pertama pasien gagal, sedangkan adik pasien diterima sebagai pegawai negri sipil. Karena pasien merasakan iri dengan adik nya yang masuk pegawai negri, kemudian pasien mengikuti tes yang kedua. Pada saat pengumuman ternyata pasien kembali tidak diterima. Karena pasien pantang menyerah dan tidak mau kalah dengan adiknya maka pasien mengikuti tes CPNS untuk yang ketiga kalinya dan ternyata pasien pun tidak lulus. Pada saat menerima pengumuman tersebut pasien menjadi marah dan membentak serta memaki adik nya, disini terjadi perselisihan dengan adik pasien karena pasien merasa kalau pasien lebih pintar daripada adiknya. Pasien juga merasakan keiriannya kepada adik pasien. Pasien juga sempat menjambak rabut adiknya tersebut. Akhirnya ibu pasien pun melerai perkelahian nya tersebut dan memberikan penjelasan kepada kedua anaknya.

b. Riwayat PekerjaanPasien pernah berkerja di Bank mega dan mengajar di bimbingan belajar KUMON . Namun pasien tidak betah bekerja di karenakan pasien tidak mau di suruh-suruh oleh atasannya. Pasien keluar dari tempat kerjanya satu bulan setelah pasien menerima gaji. Pasien juga curiga kalau atasannya ingin berbuat jahat kepadanya sehingga pasien keluar dari tempat kerjanya tersebut. Pasien juga curiga kalau teman kerjanya akan merebutkan dirinya.

c. Riwayat Pernikahan & HubunganPasien belum menikah. Menurut ibunya, pasien pernah menyukai seorang pria. Tetapi pria tersebut tidak merespon pasien . d. Riwayat Kehidupan beragamaBedasarkan keterangan dari orang tua dan pasien, pasien beragama Kristen protestan . Pasien mengaku rajin pergi ke gereja tiap hari minggu. e. Riwayat HukumPasien tidak mempunyai riwayat hukum. f. Riwayat Aktivitas SosialSebelum perawatan di Paviliun Amino, Ny. K mengatakan bahwa pasien tertutup dan selalu curiga degan seseorang terutama pada cewe yang lebih cantik dari pasien. Pasien tinggal bersama dengan ibunya akan tetapi pasien juga sering mennginap di rumah tantenya. Pernah pada suatu ketika pasien berantem dengan anak dari tantenya tersebut sampai manjambak rambut dari anak tantenya itu. Menurut pengakuan tantenya , pasien melakukan tindakan tersebut karena pasien merasa curiga dengan anak dari tantenya itu akan menyaingi kecantikan dari pasien.g. Riwayat PsikoseksualPasien memiliki orientasi seksual normal, yaitu heteroseksual.

h. Riwayat KeluargaPasien anak ke dua dari tiga bersaudara (,,). Pasien hidup dalam keluarga yang berkecukupan. Hubungan antar keluarga baik. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki gangguan jiwa seperti pasien. Pada usia 12 tahun ayah pasien meninggal karena sakit. Semenjak kejadian tersbeut pasien menjadi lebih dekat dengan ibunya. Pasien menjadi sering mengingatkan ibunya untuk tidak menikah lagi karena psien takut kalau mempunyai ayah tiri,pasien takut kalau ayah tirinya nanti tidak sebaik ayah nya dulu dan pasien juga takut kalau ayah tirinya tersebut akan menyakiti hati ibu, kaka dan adiknya. Sehingga setiap ibu pasien menelpon pasti akan selalu di tayakan oleh pasien itu telpon dari siapa dan mau apa telpon ibunya. Pada usia 20 tahun kaka pasien yang bernama Lindung meninggal karena hanyut di bawa ombak pada saat sekeluarga sedang libiran di pulau Nias. Pasien sangat sedih seklai, sampai pada saaat kejadian tersebut pasien terus mencari kakanya tersebut sampai ke tengah-tengah laut dengan cara menghikuti tim evakuasi dan sampai akhirnya kaka pasien tersebut tidak di temukan lagi jasadnya. Setelah kejadian itu pasien menjadi sanat kehilangan kakanya

Genogram

Keterangan:Laki-LakiMeninggal PerempuanPasien

i. Situasi Kehidupan sekarangSebelum perawatan Paviliun Amino, pasien tinggal bersama ibunya di daerah rawamangun. Kebutuhan sehari-hari disediakan oleh ibunya. Pasien sekarang tidak bekerja dikarenakan pasien tidak mau disuruh-suruh oleh atasannya dan karena pasien merasa banyak yang mengawasi dia . Pasien sekarang hanya membantu ibunya untuk membersihkan rumah .

j. Persepsi Pasien tentang diri dan kehidupanSaat ini pasien menganggap dirinya sebagai seorang yang tidak sakit. Pasien mengatakan bahwa sekarang dirinya menjadi lebih baik dari pada sebelum di rawat, lebih baiknya adalah pasien menjadi tidak gampang curiga pada seseorang. Pasien juga merasakan kalau hidupnya lebih teratur karena makan dan tidur ada jadwalnya. Pasien juga merasakan kalau teman-teman yanhg berada di tempat pasien di rawat sangat baik-baik dan mau mendengar segala keluh kesah dari pasien. k. Persepsi Keluarga terhadap PasienKeluarga pasien mengetahui bahwa pasien menderita gangguan jiwa dan pasien butuh pengobatan. Keluarga berharap pasien bisa sembuh kembali. Keluarga pasien tidak menyangka hal ini dapat terjadi pada pasien. l. Mimpi, Fantasi, dan Nilai-NilaiPasien mengatakan tidurnya enak dan tidak pernah mimpi buruk. Ketika ditanya, pasien tampak tersinggung dan curiga. Pasien berharap untuk segera pulang ke rumah karena pasien merasa bosan di ruang perawatan.

IV. Status Mental1. Deskripsi Umuma. PenampilanPasien berjenis kelamin perempuan berusia 34 tahun dengan penampilan sesuai usia, postur tubuh tegak, kulit sawo matang, rambut panjang terurai sampai dada, potongan kuku rapih. Pasien memakai baju tidur berwarna putih-biru lengan pendek dengan celana senada sampai lutut dan memakai selimut. Tidak tampak tanda kecemasan seperti telapak tangan yang basah, mata membelalak atau terlihat tegang.b. Perilaku & Aktivitas PsikomotorPasien duduk dengan tenang di atas kasur menghadap pemeriksa selama wawancara. Kontak mata dengan pemeriksa tidak terjaga baik. c. Sikap terhadap PemeriksaPasien tidak kooperatif dan kurang bersahabat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pemeriksa. Pasien menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pemeriksa, akan tetapi pasien terkadang enggan menjawab pertanyaan. 2. Alam Perasaan (Mood dan Afek)a. Mood Eutimik ( mood dalam rentang normal, menyatakan tidak adanya mood yang depresi atau melambung )b. Afek Luas (rentang emosi lengkap diekspresikan sesuai) dan sesuai (appropriate). Respons emosional yang dirasa saat ini harmonis dengan gagasan, pikiran, atau bicara yang menyertai. Dapat terlihat dari ekspresi wajah, nada suara, dan gerak tubuh.

c. KeserasianSerasi antara apa yang diutarakan dan afek yang terlihat.

3. PembicaraanBicara kurang spontan, volume suara cukup, intonasi rendah, artikulasi jelas, pasien hanya menjawab dengan beberapa kata. Isi pembicaraan dapat dimengerti dan pasien menjawab sesuai dengan pertanyaannya, namun terkadang kontak mata pasien saat berbicara tidak fokus kearah lawan bicara dan mudah terdistraksi dengan suara-suara diluar ruangan.4. Gangguan PersepsiSaat diwawancara, pasien menyangkal adanya halusinasi. Namun, perilaku pasien menunjukkan perilaku halusinatorik (pasien sering tersenyum sendiri ketika sedang tidak ditanya).5. Pikirana. Proses Pikir & Alur Berpikir Pasien memiliki asosiasi baik dimana merupakan aliran pikiran berupa perpindahan ide dari satu subjek ke subjek lain saling berhubungan. Proses pikir koheren (pikiran yang secara umum dapat dipahami, pikiran atau kata-kata yang keluar saling berhubungan, sehingga terbentuk organisasi yang baik), logis, banyak, cepat dan jawaban sesuai.b. Isi PikiranPasien memiliki gangguan isi pikir, seperti waham kejar (kepercayaan yang salah pada seseorang yang merasa dirinya dilecehkan, dicurangi atau dikejar, sering ditemukan pada pasien dengan kasus hukum yang memiliki kecenderungan patologis untuk mengambil tindakan hukum karena adanya suatu perlakuan salah yang imajiner). 6. Sensorium & Kognisia. Kesiagaan & Taraf Kesadaran: Kesiagaan baik dan kesadaran compos mentis OrientasiWaktu: Pasien dapat membedakan waktu pagi, siang, dan malam. Pasien mengetahui tanggal dan hari pemeriksaan.Tempat: Pasien mengetahui bawah dirinya sedang dirawat di Pavilion Amino RSPAD Gatot Soebroto.Orang: Pasien dapat mengingat identitas lengkapnya, nama orang tua dan saudara-saudarinya.b. Ingatan Jangka Panjang: Pasien dapat mengingat tanggal lahir, nama sekolah, nama lengkap anggota keluarga dan peristiwa ayah dan kaka pasien meninggal. Jangka Sedang: baik, pasien dapat mengingat kegiatannya dengan teman satu ruangannya dalam seminggu terakhir Jangka Pendek: Secara umum dari wawancara dapat disimpulkan bahwa keterangan pasien tidak dapat dipercaya sepenuhnya, karena pasien memiliki kecurigaan yang kuat sehingga ada kecenderungan menutupi informasi. Pemeriksa harus melakukan konfirmasi terhadap keluarga pasien. Segera: Pasien dapat mengingat dan mengulang 5 kata-kata yang dikatakan pemeriksa secara berurutan.c. Konsentrasi & PerhatianKurang baik, karena pasien saat diberikan pertanyaan berhitung yang sederhana memerlukan waktu yang lama untuk berpikir. Saat wawancara, perhatian pasien seringkali teralihkan dengan suara-suara diluar ruangan.d. Kemampuan Membaca & MenulisTidak dapat dieksplorasi. Pasien menolak untuk menulis karena merasa curiga.e. Kemampuan Visuo-spasialBaik, pasien dapat menunjukan jarum jam dengan benar.f. Pikiran AbstrakBaik, pasien mengetahui arti peribahasa berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian.g. Inteligensi & Daya InformasiPasien dapat menjawab nama presiden RI dan wakil presiden RI pada saat ini.

7. Pengendalian ImpulsSaat ini baik. Pasien sadar terhadap perilaku sopan dan dapat menilai bahaya bagi diri sendiri maupun orang lain.8. Daya Nilai & Tilikana. Daya Nilai Sosial: Pasien bersikap sopan terhadap dokter spesialis kesehatan jiwa, dokter residen, dokter muda, perawat, dan pasien Pavilion Amino lainnya. b. Uji Daya Nilai: baik.c. Penilaian Realita: RTA baik.d. Tilikan: Derajat 2, pasien menyadari sakit dan membutuhkan terapi agar sembuh dari penyakitnya.9. Taraf dapat dipercaya (realiabilitas)Secara umum dari wawancara dapat disimpulkan bahwa keterangan pasien tidak dapat dipercaya sepenuhnya, karena pasien memiliki kecurigaan yang kuat sehingga ada kecenderungan menutupi informasi. Pemeriksa harus melakukan konfirmasi terhadap keluarga pasien.

V. Pemeriksan Diagnosis Lebih Lanjut1. Status Interna Keadaan Umum: baik Kesadaran: compos mentis Status Gizi: baik (BB: 54 kg; TB: 169 cm; IMT: 18,9) Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Hidung: sekret (-), konka edema (-/-), deviasi septum (-) Telinga: membran timpani intak, serumen (+/+) Mulut: gigi lengkap 32 buah, karang gigi (-), karies (-) Leher: pembesaran KGB (-) tiroid (-) Paru: SN vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-) Jantung: BJ I-II reguler, murmur (-/-), gallop (-/-) Abdomen: BU 6-8x/menit, hepar/lien tak teraba, nyeri (-) Ekstremitas: dalam batas normal Kulit: dalam batas normal Tanda Vitala. Tekanan Darah: 120/80 mmHgb. Nadi: 80x/menitc. Frekuensi Nafas: 20x/menitd. Suhu: 36.5oC2. Status Neurologis GCS: 15 (E4M6V5) Tanda rangsang meningeal: negatif Tanda efek ekstrapiramidali. Tremor: negatifii. Akatisia: negatifiii. Bradikinesia: negatifiv. Rigiditas: negatif Cara berjalan: normal Keseimbangan : normal Motorik:55

55

Sensorik: normal

I. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan LaboratoriumHematologi rutin Hemoglobin: 12,8 g/dL Hematokrit: 37 % Eritrosit: 4,1 juta/L* (di bawah nilai normal) Leukosit: 8.310 /L Hitung Jenisa. Basofil: 0 %b. Eosinofil: 3 %c. Neutrofil Batang: 2 %d. Neutrofil Segmen: 68 %e. Limfosit: 20 %f. Monosit: 7 % Trombosit: 282.000 /L MCV: 90 fL MCH: 31 pg MCHC: 35 g/dL RDW: 12,2 % Kimia Klinik SGOT (AST: 25 U/L SGPT (ALT): 12 U/L Ureum: 22 mg/dL Kreatinin: 0,9 mg/dL Glukosa Darah: 155 mg/dL* (di atas nilai normal)VI. Ikhtisar Penemuan Hasil BermaknaTelah dilakukan pemeriksaan terhadap pasien, Ny. M, berusia 34 tahun, beragama kristen protestan, dengan pendidikan S1 pertanian dan pasien tidak bekerja. Pasien belum menikah. Pasien dibawa untuk di rawat di Pavilion Amino pada tanggal 07 November 2014 dan ini merupakan perawatan pertama kalinya di Pavilion Amin. Pasien di bawa berobat oleh ibu dan keluarganya dengan keluhan utama pasien Pasien sering tertawa sendiri dan memukul tetangga kosan tanpa sebab yang jelas.Ibu dan tante pasien mengatakan bahwa pasien sering terlihat melamun dan marah-marah tanpa ada alasan yang jelas. Pasien waktu itu memukul tetangga kosannya dengan sepatu di karenakan pasien merasa kalau tetangga kosannya tersebut tidak baik terhadap dirinya dan pasien juga takut merasa tersaingi oleh kecantikan dan keseksiannya tetangganya tersebut. Menurut pasien tidak ada yang boleh lebih cantik daripada dirinya sendiri.Berdasarkan pemeriksaan status mental, penampilan pasien berjenis kelamin perempuan berusia 34 tahun dengan penampilan sesuai usia, postur tubuh tegak, kulit sawo matang, rambut panjang terurai sampai dada, potongan kuku rapih. Pasien memakai baju tidur berwarma putih-biru lengan pendek dengan celana senada sampai lutut dan memakai selimut. Tidak tampak tanda kecemasan seperti telapak tangan yang basah, mata membenglakak atau terlihat tegang. Pada perilaku dan aktivitas motorik, pasien duduk dengan tenang di atas kasur menggunakan selimut. Kontak mata kurang terjaga. Sikap terhadap pemeriksa adalah pasien kurang kooperatif, selama wawancara pasien menjawab pertanyaan-pertanyaan pemeriksa namun ada beberapa pertanyaan yang enggan dijawab dan pasien terkesan penuh kecurigaan selama pemeriksaan. Pasien juga kerap menanyakan kembali pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada pasien. Pasien juga menolak untuk melakukan beberapa pemeriksaan yang diberikan. Mood eutimik, afek luas (rentang emosi lengkap diekspresikan sesuai) dan sesuai (appropriate), didapat keserasian antara apa yang diutarakan dan afek. Pembicaraan kurang spontan, volume suara cukup, intonasi rendah, artikulasi jelas, pasien hanya menjawab dengan beberapa kata. Isi pembicaraan dapat dimengerti dan pasien menjawab sesuai pertanyaannya, namun terkadang kontak mata pasien saat berbicara tidak fokus kearah lawan bicara dan mudah terdistraksi dengan suara-suara diluar ruangan. Pada persepsi, pasien menyangkal adanya halusinasi. Namun, perilaku pasien menunjukan perilaku halusinatorik (pasien sering tersenyum sendiri ketika sedang tidak ditanya). Proses pikir pasien memiliki asosiasi baik, koheren, logis, banyak, cepat dan jawaban sesuai. Isi pikir pasien memiliki gangguan isis pikir, seperti waham kejar (kepercayaan yang salah pada seseorang yang merasa dirinya dilecehkan, dicurangi atau dikejar. Orientasi baik. Derajat tilikan 2, pasien menyadari sakit dan membutuhkan terapi agar sembuh dari penyakitnya..Tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik umum dan neurologis.VII. Formulasi DiagnostikAksis IBerdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis, riwayat perjalan penyakit, dan pemeriksaan, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku dan alam pikir yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya berat (disability) dalam kemampuan menilai realitas, fungsi mental, dan fungsi kehidupan sehari-hari yang bermanifestasi dengan gejala tidak mampu bekerja, menjalin hubungan sosial dan menjalankan kehidupan rutin pasien. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis, pasien tidak pernah menderita penyakit yang secara fisiologis menganggu fungsi otak, seperti cidera/ trauma kepala atau penyakit lain yang berhubungan dengan gangguan jiwa. Pada pemeriksaan fisik dan neurologis juga tidak ditemukan keadaan yang dapat menunjukkan gangguan fungsi otak. Oleh sebab itu, diagnosis gangguan mental organik (F00-F09) dapat disingkirkan.Dari autoanamnesis dan alloanamnesis diketahui pula bahwa tidak terdapat riwayat pengguanaan zat psikoaktif ataupun alkohol, sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-F19) dapat disingkirkan. Pada pasien ini didapatkan gangguan terhadap penilaian realita berupa riwayat halusinasi auditorik dan halusinasi visual), adanya waham paranoid (+), waham presekutorik/ kejar (+), waham referensi (+), waham ketidaksetiaan/ cemburu (+), sering marah-marah (perilaku kacau, sikap larut dalam dirinya sendiri (self-absorbed attitude), penarikan diri secara sosial, serta tilikan pasien terganggu. Dari penemuan tersebut dapat dikatakan bahwa pasien memiliki gangguan psikotik dimana telah terjadi hendaya berat dalam menilai realitas berupa RTA yang terganggu dan tilikan (insight) yang juga terganggu sehingga bermanifestasi berupa adanya waham, halusinasi, pembicaraan kacau, dan perilaku kacau yang menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya berat (disability/ impaiement) pada pasien. Berdasarkan uraian tersebut, maka berdasarkan PPDGJ III pasien pada aksis I memenuhi kriteria diagnostik F20.0 Skizofrenia Paranoid, yakni terpenuhinya kriteria umum diagnosis skizofrenia dimana ditemukannya penyimpangan fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta disertai halusinasi dan waham yang menonjol.Pada pasien juga ditemukan kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis yaitu ketidakpatuhan terhadap pengobatan. Dengan demikian ditambahkan diagnose ketidakpatuhan terhadap pengobatan (Z91.1) pada aksis I.

Aksis IIBerdasarkan auto-anamnesis dan allo-anamnesis, pasien menderita gangguan kepribadian cemas menghindarF60.6 Gangguan kepribadian cemas menghindarPedoman diagnostik: Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:a) Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif;b) Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain;c) Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial;d) Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disukai;e) Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik;f) Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut ditolak, dikritik, dan tidak didukung. Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari di atasPada pasien yang nampak adalah poin a, b, dan c.

Aksis IIITidak ada diagnosa untuk aksis III karena tidak ditemukan kelainan fisiologis pada riwayat penyakit pasien dan dari hasil pemeriksaan fisik. Aksis IVPada pasien ditemukan adanya masalah berkaitan dengan lingkungan sosial ( pertemuan dan percintaan ) yaitu pasien tidak memiliki teman atau sahabat sejak kecil. Pasien juga belum pernah berpacaran hingga umur 34 tahun.Aksis VPenilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assesment of Functioning (GAF) menurut PPDGJ III didapatkan pada Aksis V GAF HLPY (Highest Level Past Year) adalah 70, beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik. Penilaian GAF ini berdasarkan pada keluhan yang dimiliki pasien.

GAF current (saat ini) adalah 40, dimana 40-31 adalah: beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi. Penilaian GAF ini berdasarkan pada keluhan yang muncul kembali sejak 2 hari SMRS (tanggal 23 Oktober 2013) dimana terdapat kesulitan dan gangguan yang nyata dalam menjalani kegiatan sosial, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari.Evaluasi Multi-Aksial (PPDGJ-III)Aksis I:F20.0 Skizofrenia ParanoidAksis II:F60.6 Gangguan Kepribadian Cemas (Menghindar) Aksis III:Tidak ada (none)Aksis IV:Masalah relasi dengan lingkungan sekitar dan keluargaAksis V: GAF current (saat ini) adalah 40. GAF HLPY (highest level past year) adalah 70.

VIII. Formulasi Psikodinamik Organobiologik: tidak ada PsikologikMood: eutimikAfek: luas dan sesuai (approriate)Gangguan Persepsi: Halusinasi (-), perilaku halusinatorik (+)Proses Pikir: asosiasi baik, koheren, logis, banyak, cepatdan jawaban sesuaiIsi Pikir: normalTilikan: derajat 2, RTA baik

Lingkungan & SosioekonomiMasalah yang berkaitan dengan pekerjaan. IX. Penatalaksanaan Psikofarmaka Serequel 2 x 300 mg Depakote 2 x 250 mg Psikoterapi & intervensi psikososial Terhadap pasien Terapi Suportif Mengembangkan hubungan terapeutik yang membuat pasien merasa nyaman dan diterima, berempati dan hangat mendengarkan pasien, serta memahami hal-hal yang menjadi perhatian pasien dan menolongnya untuk menentukan arah tujuan. Tujuan terapi adalah mengevaluasi situasi kehidupan saat ini berserta kekuatan dan kelemahannya, dan selanjutnya membantu pasien melakukan hubungan realistic terhadap apa saja yang memungkinkan untuk dapat berfungsi lebih baik.

Sosial Skill Training Bertujuan untuk memperbaiki fungsi social penderita mulai dari hal yang paling sederhana seperti bagaimana mengurus aktivitas hidup sehari-hari, mengajarkan perilaku adaptif, menjelaskan aturan minum obat, melatih kemampuan untuk mendeteksi tanda-tanda awal kekambuhan dan segera mencari bantuan dan melatih kemampuan untuk melakukan hubungan interpersonal dengan orang yang baru dikenal oleh pasien seperti bagaimana cara memulai suatu percakapan, bagaimana mengekspresikan ekspresinya (ekspresi emosi yang konstruktif) serta mendidik pasien untuk dapat mencari jalan keluar dalam menyelesaiakan suatu masalah.

Terhadap keluarga Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, edukatif, dan informatif mengenai keadaan pasien sehingga keluarga dapat mengerti dan menerima keadaan pasien serta memberi dukungan kepada pasien. Menjelaskan mengenai terapi yang diberikan serta menyarankan untuk senantiasa memberi dukungan selama masa pengobatan (suportif) Memberikan konseling kepada keluarga yakni membantu keluarga menerima dan menghadapi kondisi pasien.

X. Prognosis1. Quo ad vitam: dubia ad bonam2. Quo ad functionam: dubia ad bonam3. Quo ad sanationam: dubia ad malamHal yang memperberat prognosis: Kurangnya dukungan dari keluarga pasien untuk minum obat dan melakukan kontrol rawat jalan Adanya gejala psikotikHal yang memperingan prognosis: Onset pada masa dewasa Gangguan yang baru berlangsung 1 tahun Tidak ditemukan idea tau rencana bunuh diri Tidak ditemukan riwayat dalam keluarga yang menderita gangguan jiwa Tidak terdapat masalah/ konflik dalam hubungan keluarga

XI. DISKUSIPada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku atau pola psikologis yang secara klinis cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (disability/impairment) di dalam fungsi psikososial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ-III dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa.Berdasarkan PPDGJ-III, skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetic, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta afek yang Adapun pedoman diagnostik dari skizofrenia berdasarkan PPDGJ III adalah: Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):a. - thought eco = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau thought insertion or withdrawal = isipikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus); delusional perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c. Halusinasi auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuhd. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain). Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relavan, atau neologisme;c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea negativisme, mutisme, dan stupor;d. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neruoleptika; Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal) Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviuor), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.Pada pasien ini terdapat halusinasi visual yang berupa orang-orang ras China, waham kejar (kepercayaan yang salah pada seseorang yang merasa dirinya dilecehkan, dicurangi atau dikejar, sering ditemukan pada pasien dengan kasus hukum yang memiliki kecenderungan patologis untuk mengambil tindakan hukum karena adanya suatu perlakuan salah yang imajiner). Gangguan pada pasien terjadi 7 tahun yang lalu, sehingga gangguan telah berlangsung lebih dari satu tahun. Pada pasien ini telah terjadi perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan terutama pada aspek kehidupan sosial dan pekerjaan. Sehingga pada pasien ini telah terpenuhi pedoman diagnostik dari skizofrenia.Berdasarkan PPDGJ-III kriteria diagnosis untuk Skizofrenia Paranoid adalah: A. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofreniaB. Sebagai tambahan: Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas; Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relative tidak nyata/tidak menonjol.Pada pasien ini memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia paranoid.Berdasarkan diagnosis diatas, psikofarmaka yang dipilih adalah:A. Seroquel 2 x 300 mg (PO) diberikan 2 kali sehariSeroquel termasuk ke dalam obat anti depresi golongan atipikal. Obat ini memiliki afinitas terhadap reseptor dopamine (D2), serotonin (5HT2) dan bersifat agonis parsial terhadap reseptor serotonin 5HT1A yang diperkirakan mendasari efektivitas obat ini untuk gejala positif maupun negatif skizofrenia. Sediaan oral Seroquel berupa tablet 25 dan 100 mg.

B. Depakote 2 x 250 mg (PO) diberikan 2 kali sehariDepakote termasuk ke dalam obat anti mania. Depakote merupakan alternative terapi yang penting sebagai pengganti lithium dalam penggunaan dengan tujuan pemeliharaan dalam kasus gangguan bipolar, penderita dengan riwayat disforia atau mania campuran, gangguan anxietas, atau penyakit otak organik. Sediaan oral Depakote berupa tablet 250 mg.

SKIZOFRENIADefinisi :Suatu deskripsi sidrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronik atau deteriorating) yang luas, disertai sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.Pada umumnya ditandai oleh: Penyimpangan yg fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi Afek yang tidak wajar (inappopriate) atau tumpul (blunted Namun, kesadaran jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran fungsi kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

PEDOMAN DIAGNOSTIK PPDGJ III Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) Thought echo = isi pikiran diri sendiri yang berulang/ bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran berulang, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;

Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; Delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

Halusinasi auditorik: suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara); atau jenus suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas: Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus; Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan tidak relevan, atau neologisme; Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor; Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau penggunaan medikasi neuroleptika.Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat seuatu, sikap larut dalam dirinya sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

F20SKIZOFRENIA F20.0 Skizofrenia paranoid F20.1 Skizofrenia hebefrenik F20.2 Skizofrenia katatonik F20.3 Skizofrenia tak terinci F20.4 Depresi pasca-skizofrenia F20.5 Skizofrenia residual F20.6 Skizofrenia simpleks F20.8 Skizofrenia lainnya F20.9 Skizofrenia YTT

F20.0 Skizofrenia ParanoidPedoman Diagnostik: Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia Sebagai tambahan: Halusinasi dan/atau waham harus menonjol:a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada, tetapi jarang menonjol;c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau kepasrahan (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas; Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta katatonik secara relatif tidak menonjol.

F20.1 Skizofrenia HebefrenikPedoman diagnostik: Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai usia 15-25 tahun) Kepribadian premorbid menunjukkan cirri khas: pemalas dan sering menyendiri (solitary), namun harus demikian untuk menentukan diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan:a) Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta mannerism; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;b) Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerism, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakal, dan ungkapan kata yang diulang-ulang.c) Proses piker mengalami disorganisasi dan pembicaraan tidak menentu serta inkoheren Waham atau halusinasi mungkin ada tetapi tidak menonjol F20.2 Skizofrenia KatatonikPedoman diagnostik: Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Selama dua minggu atau lebih terdapat satu atau lebih gejala berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya:a) Stupor atau mutisme b) Gaduh gelisah c) Mematung d) Negativisme e) Rigiditas f) Fleksibilitas serea g) Otomatisme perintah

PEDOMAN DIAGNOSTIK DSM IV-TR Gejala karakteristikDua atau lebih dari berikut ini yg ditemukan dalam waktu yg bermakna selama periode 1 bulan, yaitu:1. Waham2. Halusinasi3. Bicara kacau misal sering menyimpang / inkoheren4. perilaku kacau atau katatonik yang nyata5. Gejala negatif : pendataran afek, alogia, evoliaCatatan : Dibutuhkan hanya 1 kriteria A jika Waham bizar atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengomentari perilaku atau pikiran seseorang, atau dua atau lebih suara yang berbincang satu dg lainnya. Fungsi sosial / pekerjaanSatu atau lebih fungsi bidang utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri dengan jelas menurun. DurasiGejala menetap sedikitnya 6 bulan, termasuk yang 1 bulan yang memenuhi kriteria A. Dan dapat termasuk periode prodromal atau residual, tanda dari gangguan mungkin dimanifestasikan oleh hanya gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang tercantum pada kriteria A yang timbul dalam bentuk yang kurang jelas (misalnya keyakinan aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim) Penyingkiran skizoafektif dan gangguan mood: tidak ada episode depresi mayor, manik, campuran. Serta jika episode mood terjadi selama fase aktif, durasi relatif singkat Penyingkiran kondisi medis umum atau bukan karena efek langsung zat (misal penyalahgunaan zat, pengobatan). Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif : jika ada riwayat autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosis skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yg menonjol juga timbul sedikitnya 1 bulan.

OBAT ANTI-PSIKOTIKHipotesis : sindrom psikosis berkaitan dengan neurotransmiter dopamin yang meningkat / hiperaktivitas sistem dopaminergik sentral.Mekanisme kerja obat : mem-blokade dopamin pada reseptor paska-sinaptik neuron di otak, khususnya sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (disebut dengan dopamin D2 receptor antagonists). Obat golongan baru, obat-obat atipikal, lebih variatif bekerjanya, sebagai dopamin D2 reseptor antagonis dan serotonin 5HT2 reseptor antagonis.

PROFIL EFEK SAMPING Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik /parasimpatolitik : mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguanirama jantung). Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkinson : tremor, bradikinesia, rigiditas). Gangguan endokrin ( amenorrhoe, gynaecomastia), metabolik (jaundice), hematologik (agranulocytosis), biasanya pada pemakaian jangka panjang. Efek samping irreversible : Tardive dyskinesia, langkah yang sebaiknya dilakukan : dicoba berikan Reserpine 2,5mg/h (sbg dopamin depleting agent), ganti obat antipsikotik, yg paling baik Clozapine 50 100 mg/h. Jangan diberikan obat antiparkinson atau L-dopa karena akan memperburuk keadaan.

INTERAKSI OBAT Antipsikotik + antipsikotik Potensiasi efek samping, tidak ada bukti lebih efektif Antipsikotik + TCA Efek samping antikolinergik meningkat Antipsikotik + antiansietas Efek sedasi meningkat (bermanfaat untuk gejala agitasi dan gaduh gelisah) Antipsikotik + ECT Antipsikotik tidak boleh diberikan sebelum ECT (electro-convulsion therapy) Antipsikotik + antikonvulsi Ambang kejang turun, sehingga mudah kambuh kejangnya, maka ditingkatkan dosis antikonvulsan. Antipsikotik + antasid Efektivitas antipsikotik turun (gangguan absorbsi)

PENGATURAN DOSIS Memulai dengan dosis awal dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai dosis efektif (sampai timbul supresi gejala / peredaan sidroma), evaluasi tiap 2 minggu dan naikkan sampai dosis optimal selanjutnya pertahankan 8-12 minggu (stabilisasi), lalu turunkan tiap 2minggu mencapai dosis maintenance pertahankan 6 bulan sampai dengan 2 tahun, selanjutnya tappering off (turunkan secara bertahap tiap 2-4minggu) lalu stop. Efek obat antipsikosis relatif lama, sampai beberapa hari, maka tidak langsung menimbulkan kambuh stl obat dihentikan, biasanya satu bulan baru muncul sindrom psikosis. Umumnya dosis dipertahankan 3 bulan sampai dengan 1 tahun setelah semua gejala mereda sama sekali. Penghentian mendadak dapat menimbulkan Cholinergic rebound manifestasinya :Gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing, gemetar, dll. Mereda dengan pemberian anticholinergic agent yaitu SA 0,25mg im, THP 3x1 Antipsikosis long action / depo, di indikasikan pada tidak mau / sulit teratur makan obat, dan tidak efektif dg PO, terapi ini hanya unt stabilisasi dan pemeliharaan (maintenance therapy). Dosis awal 0,5 cc / 2mggu pada bln pertama, selanjutnya tingkatkan menjadi 1cc/bl

EFEK SAMPING DAN CARA MENGATASI1. HIPOTENSI ORTOSTATIKKarena efek alfa adrenergic blokade, cara mengatasi dengan: Noradrenalin (effortil, IM) bersifat alfa adrenergic stimulator. Jangan diberi adrenalin karena sebagai alfa dan beta adrenergic stimulator, karena pengaruh beta adrenergicnya akan tetap menimbulkan shock Setah mendapatkan injeksi CPZ (misal), tetaplah berbaring selama 5 sd 10 menit.

2. GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL / SINDROM PARKINSON Berupa: rigiditas, bradikardi, dan tremorCara mengatasi: THP (Artane) 3x2mg Sulfas atropin 0,5 - 0,75mg IM, setah teratasi, turunkan dosis secara bertahap, untuk menentukan apakah masih memerlukan antiparkinson.(Jangan menggunakan antiParkinson lebih dari 3 bulan, resiko kena atropin toxic syndrome).

3. SINDROM NEUROLEPTIK MALIGNA (SNM)Ciri: Suhu badan lebih dari 38 derajat C (hyperpyrexia) Sindrom ekstrapiramidal berat (rigidity) Disfungsi otonomik (inkontinensia urinae) Perubahan status mental Perubahan tingkat kesadaran Gejala terse but timbul dan berkembang dengan cepat.Cara untuk mengatasinya: Hentikan segera obat antipsikosis Perawatan suportif Berikan obat dopamin agonis (bromokriptin 7,5 sd 60 mg/hr, L-dopa 2 x 100mg, amantadin 200mg/hr)

4. Rapid Neuroleptization Tidakan secara cepat untuk mengurangi sidrome psikosis yang memerlukan tindakan segera : Haloperidol 5-10mg IM, ulangi setiap 30 mnt, dosis masimum 100mg/24 jam. Biasanya unt mengatasi gejala akut sindrom psikosis : agitasi, hiperaktivitas psikomotor, impulsif menyerang, gadhu gelisah, destruktif, dll.

KONTRAINDIKASI OBAT ANTI-PSIKOSIS1. Penyakit hati (hepato tosik)2. Penyakit darah (hemato toksik)3. Epilepsi (menurunkan ambang kejang)4. Kelainan jantung (menghambat irama jantung)5. Fibris yang tinggi (thermoregulator di SSP)6. Ketergantungan alkohol (penekanan SSP meningkat)7. Penyakit SSP (Parkinson, tumor otak dll).8. Gangguan kesadaran disebabkan CNS-Depression (kesadaran akan makin memburuk)

PEMAKAIAN KHUSUS1. Thioridazine dosis kecil untuk pasien anak dengan hiperaktif, emosional labil dan perilaku destruktif. Juga pasien usia lanjut dengan ggn emosional (anxietas, depresi, agitasi) dg dosis 20-200mg/hr.2. Haloperidol dosis kecil untuk gilles de la Tourette`s Syndrome sangat efektif.Gejalanya berupa : Gerakan gerakan involuntary, berulang, cepat, tanpa tujuan, melibatkan banyak kelompok otot (tic). Terdapat tic vokal multipel seperti suara Klik, dengusan, batuk, menggeram, menyalak, atau kata kotor/koprolalia. Pasien mampu menahan tic secara volunter selama beberapa menit sampai jam. Biasanya timbul mulai umur 2 sd 15 th. NoGenerikPatensedianDosis anjuran

1.

2.

3.

4.

CPZ

Haloperidol

Perphenazine

Fluphenazine

LARGACTIL

SERENACE

TRILAVON

ANATENSOLMODECATE25 mg/100Mg

0.5/1.5/5mg

2/4/8 mg

2.5/5 mg25 mg/ml150 600 mg

5-15 mg

12-24 mg

10-15 mg25 mg / 2-4 minggu

noGenerikPatensediaanDosis Anjuran

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.Levomepromazine

Trifluoperazine

Thioridazin

Sulpiride

Pimozid

Risperidon

ClozapineNOZINAN

STELAZIN

MELLERIL

DOCMATIL FORTEORAP

RISPERDAL

CLOZARIL25 mg

1/5 mg

50/100 mg200 mg

1 / 4 mg

1,2,3 MG

25,100 mg25-60 mg

10-15 mg

150-600 mg

300-600 mg

1-4 mg

2-6 MG

25-100 mg

DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gagguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ III). Cetakan pertama. Jakarta 1993.2. Agus, Dharmady. Psikopatologi: Dasar di dalam Memahami Tanda dan Gejala dari Suatu Gangguan Jiwa. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jawa, 2003.3. Kaplan H, Sadock, Grebb J. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Jilid 1 & 2. Tangerang: Binarupsa Aksara, 2010.4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan gangguan Skizofrenia. 2011.5. Gunawan, Sulistia Gan. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007.

20[Type text]

Page 28