Laporan kasus schizophrenia paranoid wiwit.doc
-
Upload
tastiimoey -
Category
Documents
-
view
109 -
download
10
Transcript of Laporan kasus schizophrenia paranoid wiwit.doc
BAB I
STATUS PENDERITA
I. Identifikasi Penderita
Nama : Tn. Z
Usia : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah sudah ± 30 tahun
Suku / Bangsa : Sumatera
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Karang Baru, Banyu Asin
Datang ke RS : Kamis, 8 Januari 2013, pukul 22.00 wib.
Cara ke RS : Diantar keluarga
Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat RS. dr. Ernaldi Bahar
Palembang dan di bangsal Merpati RS. dr. Ernaldi
Bahar Palembang.
II. Riwayat Psikiatri
Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamesiss
a. Kamis, 8 Januari 2013
b. Senin, 9 Januari 2013
c. Rabu, 10 Januari 2013
2. Alloanamnesis ( Tn.S, 27 tahun, adik kandung pasien)
a. Kamis, 8 Januari 2013
b. Selasa, 9 Januari 2013.
A. Keluhan Utama
Pasien mengamuk dan membawa senjata tajam sejak 4 hari yang lalu.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 10 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di RSJ Erba Palembang,
keluarga pasien mengaku pada saat mau dirawat pasien sering mengamuk,
menghancurkan piring-piring dirumah, serta ingin membunuh tetangganya,
karena pasien sering mengamuk dan tetangga pasien sudah resah dengan
perilaku pasien sehingga pasien di bawa oleh keluarganya ke RSJ Erba
Palembang untuk dirawat inap. Pasien dirawat dengan diagnosis
“skizofrenia paranoid”
Sejak 9 tahun yang lalu pasien pulang dari RSJ Erba Palembang dengan
perbaikan, keluarga pasien mengaku pasien tidak lagi mengamuk, pasien
sudah mau beraktivitas seperti keluarga yang lain, kegiatan pasien diisi
dengan bertani. Keluarga pasien mengaku perilaku pasien sama seperti
orang lain. Namun, pasien tidak lagi kontrol ke RS Erba Palembang dan
tidak mengkonsumsi obat lagi. Pasien bilang kalau dirinya sudah sembuh
jadi pasien tidak mau meminum obat dan kontrol ulang ke RSJ Erba
Palembang dan keluarga pun ikut menyetujui permintaan pasien.
Sejak 1 bulan yang lalu keluarga pasien mengaku terjadi masalah
pertengkaran dengan tetangga pasien, yaitu masalah sengketa tanah. Mulai
saat itu pasien sering bericara sendiri dan isi bicara tentang masalah
tanahnya yang direbut oleh tetangganya. Pasien juga sering terlihat senyum-
senyum sendiri seperti ada orang disampingnya. Pasien mengaku kalau dia
akan berusaha untuk mendapatkan tanahnya kembali. Jika tanahnya dijual
bisa mendapatkan uang 1 milyar dan akan dibagi-bagikan kepada anak-
anaknya, padahal anaknya mengaku tanah hanya 1 kapling dan letaknya di
dusun bukan dipinggir jalan dan tidak mungkin laku terjual sebanyak itu.
Sejak 1 minggu yang lalu keluarga pasien mengaku kalau pasien susah
tidur, dan pasien sering gelisah. Pasien diajak keluarganya untuk berobat ke
mantri, kemudian pasien dikasih obat penenang. Obat tersebut adalah
diazepam, obat diberikan sebanyak 1 tablet, pemberian hanya 1 kali saja.
Namun keluarga pasien merasa obat tersebut tidak ampuh untuk pasien,
pasien tetap saja gelisah.
Sejak 4 hari yang lalu pasien sering mengamuk, pasien juga sering
curiga terhadap orang sekitarnya, curiga kalau orang lain ingin meracuninya
lewat makanan. Apapun yang diberikan oleh keluarganya untuk pasien akan
dibuangnya, pasien sering mendengar suara-suara ditelinganya, suara
tersebut menyuruh pasien untuk keluar rumah karena akan ada orang yang
mau membunuhnya jika tetap berada di rumah. Pasien pernah keluar rumah
pada malam hari ketika keluarga yang lain sedang tidur dan kembali pada
pagi hari karena ditemukan oleh tetangganya. Pasien mengaku keluar rumah
pada malam hari lebih aman karena tidak ada yang melihatnya, pasien juga
mengaku ada temannya yang mengajak pasien keluar rumah. Teman yang
mengajaknya itu adalah roh romi temannya yang sudah meninggal. Pasien
juga mengaku bisa melihat masa depan, pasien bercerita tentang keadaan
Negara Indonesia yang akan makmur dan sejahtera, namun yang bisa
melakukan hal itu hanya dirinya saja, karena dirinya adalah titisan dari
dewa.
Sejak 1 hari yang lalu keluarga pasien mengaku kalau pasien membawa
senjata tajam keluar rumah, pasien mengaku senjata tajam itu untuk
membunuh tetangganya yang merebut tanahnya, pasien dibisikkan oleh roh
temannya untuk membunuh tetangganya, karena tetangganya akan datang
kerumah pasien untuk membunuhnya. Pasien langsung dibawa ke mantri
terdekat dan diberi obat diazepam lagi sebanyak 2 tablet kemudian pasien
dirante oleh keluarganya. Lalu pasien dibawa ke RSJ Erba Palembang masih
dalam keadaan terikat.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat trauma kepala (-)
- Riwayat kejang/ epilepsi (-)
- Riwayat alergi obat (-)
- Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif :
Riwayat penggunaan Zat Psikoaktif disangkal.
- Riwayat Penyakit Sistemik :
Riwayat hipertensi (-).
Riwayat tumor otak (-)
Riwayat nyeri kepala (-)
Riwayat demam lama (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat asma (-)
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Selama kehamilan tidak ada gangguan kesehatan, dilahirkan normal
saat usia kehamilan 9 bulan, dilahirkan di rumah dukun dan langsung
menangis.
2. Masa Kanak-kanak (0-3 tahun)
Tumbuh kembang pasien sama dengan anak sebayanya.
3. Masa Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien anak yang biasa saja, dapat mengikuti pelajaran disekolah,
perilakunya tidak terlalu mencolok dengan anak lain dan bermain
dengan anak seusianya.
4. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien tumbuh seperti anak seusianya, namun pasien jarang bergaul
dengan teman sebayanya, pasien lebih senang dirumah, pasien juga
pendiam jarang mengobrol dengan siapapun, jika ada masalah pasien
tidak pernah cerita.
5. Masa Dewasa
a. Riwayat pendidikan
Pasien tamat SD
b. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai petani
c. Riwayat pernikahan
Pasien menikah pada tahun 1983 dengan perempuan pilihan
sendiri. Istri pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan sudah
meninggal sejak 4 tahun yang lalu, hubungan rumah tangga
harmonis. Pasien dikaruniai 5 orang anak. 3 orang anak perempuan
dan 2 orang anak laki-laki.
d. Agama
Pasien beragama islam, pasien jarang sholat.
e. Aktivitas sosial
Menurut anak pasien, pasien jarang mengikuti kegiatan sosial,
lebih sering dirumah.
f. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari 5 bersaudara, memiliki
1 orang kakak perempuan dan tiga orang adik laki-laki. Terdapat
keluarga pasien yang memiliki gangguan jiwa yang sama, yaitu
paman pasien.
: Pasien usia 56 tahun
g. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal dirumah sendiri bersama anak-anaknya.
Status ekonomi pasien menengah ke bawah.
h. Persepsi pasien tentang diri dan lingkungannya
Pasien menggambarkan dirinya sebagai utusan dewa yang
dapat melihat masa yang akan datang. Selain itu pasien berharap
bisa mengambil tanahnya kembali dari tetangganya. Pasien
merasakan kalau orang disekitarnya membecinya dan ingin
membunuhnya.
i. Persepsi keluarga tentang diri pasien
Anak pasien menggambarkan pasien sebagai orang yang
baik dan ramah terhadap orang disekitarnya, namun memang
pasien jarang keluar rumah untuk mengikuti kegiatan sosial. Anak
pasien berharap pasien bisa sembuh, sehingga dapat berkumpul
lagi dengan keluarga. Sebenarnya anak pasien merasa malu dengan
tetangga kalau ayahnya mempunyai gangguan kejiwaan, namun
anaknya harus bisa menerima ayahnya karena anaknya sadar kalau
anak harus berbakti kepada orang tua.
j. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum
maupun berurusan dengan pihak berwajib.
III. Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan di lakukan pada tanggal 8 Januari 2013
A. Gambaran Umum :
Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 56 tahun dengan
penampilan sesuai dengan usia. Pada saat wawancara pasien
menggunakan baju kaos berwarna putih dan celana dasar hitam serta
menggunakan sandal jepit berwarna biru. Perawatan diri cukup baik.
Kaki dan tangan pasien diikat dengan kain.
Perilaku dan Akitivitas psikomotor
Selama wawancara pasien masih terikat dengan kain pada tangan
dan kakinya, pasien sudah diikat dari rumahnya, ikatan kain belum
dilepas karena pasien berusaha untuk kabur. Kontak mata pasien
dengan pemeriksa baik, emosinya stabil.
Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif dalam bercerita dan menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh pemeriksa. Pasien tidak dapat dihentikan jika diajak
bicara. Pasien menyangkal bila ia sakit.
B. Mood dan afek
Mood : eutimik
Afek : Appropriate
Keserasian : serasi dalam hal pikiran, perasaan, dan perilaku
C. Pembicaraan
Bicara lancar, spontan, jumlah banyak, volume suara stabil,
intonasi cukup, artikulasi jelas dan isi pembicaraan kadang tidak dapat
dimengerti.
D. Gangguan Persepsi
Dari hasil wawancara :
- Halusinasi Auditorik (+)
- Halusinasi Visual (+)
- Logore (+)
E. Pikiran
Bentuk pikiran
1. Produktivitas : Pikiran yang cepat dan menjawab dengan cepat.
2. Kontinuitas : asosiasi longgar.
3. Hendaya berbahasa : Tidak ada
Isi pikiran
Ditemukan waham curiga (+) dan waham kebesaran (+)
F. Sensorium dan kognitif
Taraf kesadaran
Compos mentis
Orientasi
Waktu : Baik, pasien dapat membedakan waktu saat pagi,
siang dan malam.
Tempat : Baik, pasien mengetahui bahwa dirinya berada di
RSJ ERBA Palembang.
Personal : Baik, Pasien dapat mengenali dokter pemeriksa,
anak dan saudara yang mengantarnya.
Daya ingat
Jangka Panjang :
Baik pasien dapat mengingat keluarga besarnya dan kisah
pernikahannya.
Jangka sedang :
Baik, pasien dapat mengingat dengan siapa ia datang dan kapan ia
datang ke RS ERBA Palembang.
Jangka pendek :
Baik, pasien dapat mengingat kemana ia pergi sebelum dibawa ke
RS ERBA Palembang.
Jangka Segera :
Baik, pasien tidak mengalami kesulitan untuk mengulang 6 angka
maju dan selanjutnya mundur.
Konsentrasi dan perhatian
Baik, pasien tidak mengalami kesalahan saat melakukan pengurangan
50-10 dan seterusnya serta dapat mengeja kata ”lampu” dari belakang.
Kemampuan membaca dan menulis
Pasien dapat membaca dan menulis
Kemampuan visuospasial
Baik, pasien dapat mengambarkan jam dan memperlihatkan arah jarum
panjang dan jarum pendek dengan baik.
Pikiran abstrak
Baik, pasien dapat mengartikan peribahasa sederhana yang diberikan
oleh pemeriksa “berakit-rakit dahulu berenang-renang kemudian”
maupun peribahasa lain.
Intelegenesia dan kemampuan informasi
Baik, pasien dapat menjawab dengan benar nama presiden RI dan
nama presiden pertama RI.
Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien masih bisa berpakaian serta masih dapat makan, minum,
dan mandi sendiri.
G. Pengendalian impuls
Selama wawancara yang pertama pasien dapat mengendalikan diri dan
berperilaku baik terhadap pemeriksa. Pasien tidak berhenti ngomong
kalau diajak bicara.
H. Daya Nilai dan tilikan
Daya Nilai Sosial
Baik, pasien bersikap sopan terhadap dokter, koas, perawat dan seluruh
penghuni bangsal merpati.
Penilaian Realita
Terganggu, karena pasien kurang mampu membedakan antara hal
yang nyata dan tidak nyata.
Tilikan
Derajat 1, pasien menyangkal menderita penyakit.
I. Reliabilitas
Secara umum, dapat dipercaya baik alloananmnesis maupun
autoanamnesis.
IV. Pemeriksaan Diagnosa Lebih Lanjut
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 10 januari 2013.
A. Status Interna
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi : terlihat cukup
Tanda – tanda vital
TD : 120/80 mmHg
Pulse : 99x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,4 OC
Kepala
Mata : Konjungtiva tidak anemik, Sklera tidak ikterik
Hidung : NCH (-/-)
Mulut : Bibir kering (-), caries (+), stomatitis (-)
Leher : Pembesaran KGB(-)
Thorax
Cor : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler kiri dan kanan, wheezing dan rhonki (-)
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, bising usus normal
Ekstrimitas : Akral hangat, capillary refill time <2”, edema (-)
Kulit : dalam batas normal
B. Status Neurologis
GCS 15
- E : membuka mata spontan (4)
- V : berbicara spontan (5)
- M : gerakan sesuai perintah (6)
Tanda Rangsangan Meningeal : Negatif
Tanda efek ekstrapiramidal : Tidak ada tremor, bradikinesia (-),
dan rigiditas (-).
Motorik : 5/5/5/5
Sensorik : Baik
Refleks fisiologis : normal
Refleks patologis : tidak ditemukan refleks patologis
V. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Berdasarkan wawancara didapatkan informasi bahwa pasien seorang
laki-laki berusia 56 tahun, agama islam, suku Sumatera, pekerjaan petani,
status duda. Pasien dirawat dengan keluhan sering mengamuk,sering bicara
dan senyum-senyum sendiri serta curiga terhadap orang sekitar.
Pada pemeriksaan status mental pada tanggal 8 Januari 2013
didapatkan seseorang laki-laki , penampilan sesuai dengan usia, berbadan
kurus, perawatan diri cukup. Perilaku dan aktivitas psikomotorik pasien
selama wawancara pasien masih terikat dengan kain pada tangan dan
kakinya, pasien sudah diikat dari rumahnya, ikatan kain belum dilepas
karena pasien berusaha untuk kabur. Kontak mata pasien dengan pemeriksa
baik, emosinya terkendali. Sikap terhadap pemeriksa, pasien kooperatif
dalam bercerita dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa.
Pasien menyangkal bila ia sakit. Mood eutimik, afek appropriate,
pembicaraan dengan afek sesuai. Pada gangguan persepsi ditemukan
halusinasi visual, halusinasi auditorik dan logore. Bentuk pikiran non
realistik, isi pikir waham curiga dan waham kebesaran, dengan proses isi
pikir asosiasi longgar, RTA terganggu dengan tilikan derajat satu. Pada
pemeriksaan fisik Interna dan pemeriksaan yang lain tidak ditemukan
kelainan.
VI. Formulasi Diagnosis
Aksis I :
Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan
pemeriksaan, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan
perasaan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan
(distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial.
Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien
ini mengalami suatu gangguan jiwa.
Selain itu, berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien
tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara
fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala
gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik dapat
disingkirkan (F00-09). Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan
alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang
menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya
gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat
disingkirkan (F10-19).
Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita karena
adanya psikopatologi gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan
visual. Gangguan isi pikir yaitu waham curiga dan waham kebesaran. Juga
tidak pernah mengalami perasaan sedih atau senang yang berlebihan dan
menetap dalam periode tertentu. Gejala tersebut dialami pasien selama
kurang lebih dari 1 bulan dan gejala ini pernah dialami pasien 10 tahun yang
lalu sampai pasien dirawat di RSJ Erba Palembang, sehingga dapat
digolongkan kedalam gangguan psikotik kelompok skizofrenia (F20), maka
berdasarkan PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk aksis I adalah
Skizofrenia Paranoid Berulang (F20.x3).
Aksis II
Pada pasien ini didapatkan informasi yang bermakna dari riwayat
premorbid, riwayat kehidupan pribadi pada masa kanak, remaja, dan dewasa
yaitu pasien jarang bergaul dengan teman sebayanya, pasien lebih senang
dirumah, pasien juga pendiam jarang mengobrol dengan siapapun, jika ada
masalah pasien tidak pernah cerita. Sehingga untuk aksis II F 60.1
Gangguan Kepribadian Skizoid.
Aksis III
Pada pasien ini berdasarkan pemeriksaan fisik tidak ditemukan
kelainan.
Aksis IV
Pada pasien ini memiliki masalah sengketa tanah
Aksis V
GAF pada saat ini adalah 60-51 gejala sedang (moderate),
disabilitas sedang
VII. Diagnosis Multiaksial
Aksis I : F20.x3 Skizofrenia paranoid episodik berulang
Aksis II : F60.1 Gangguan Kepribadian Skizoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah sengketa tanah
Aksis V : GAF Scale 60 - 51
VIII. Daftar Masalah
A. Organobiologik
Ada faktor genetik gangguan kejiwaan (Paman pasien)
B. Psikologik
Mood : Irritable
Afek : Eutimik
Keserasian : Sesuai
Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik (+) , halusinasi visual (+), dan
logore (+)
Isi pikir : waham curiga (+) dan waham kebesaran (+)
RTA : Terganggu
Tilikan : Derajat 1
C. Lingkungan dan Sosioekonomi
Pasien tinggal bersama 3 orang anaknya, 2 anaknya yang lain sudah
berkeluarga dan tinggal dirumahnya sendiri, pasien bekerja sebagai petani
yang mengurus sawahnya sendiri. Hubungan pasien dengan tetangga
sebelum keadaan pasien seperti ini baik-baik saja, namun karena keadaan
pasien yang seperti ini pasien dijauhi oleh tetangga karena tetangga takut
kalau pasien nanti mengamuk. Status ekonomi pasien menengah ke bawah.
IX. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam
Ad Fungsionam : dubia ad malam
X. Rencana Terapi
A. Psikofarmaka
Anti Agitasi
Injeksi Haloperidol (IM) 2x1 amp, diberikan selama 3 hari
Anti Psikotik
Risperidon 2x2mg
Anti Anxietas
Lorazepam 1x1mg
Anti Parkinson
Trihexyphenidyl 2x2mg
B. Psikoterapi
Supportif
Memberikan dukungan kepada penderita untuk meningkatkan rasa percaya
diri individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang
baik sehingga memotivasi penderita agar dapat menjalankan fungsi
sosialnya dengan baik.
Psikoedukasi
o Diberikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit
yang dialami penderita serta pengobatannya sehingga keluarga
dapat memahami dan menerima kondisi penderita untuk minum
obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala
kekambuhan secara dini.
o Dilakukan pendekatan pada keluarga dan lingkungan melalui
edukasi bahwa pada dasarnya gangguan jiwa adalah sama dengan
penyakit yang lain. Diharapkan stigma yang selama ini
menganggap penderita gangguan jiwa merupakan aib dan harus
diasingkan dapat segera dihilangkan. Keluarga dan lingkungan
sekitar diharapkan mampu membantu dan mendukung proses
penyembuhan pasien dan tetangga-tetangga di lingkungan sekitar
mengikutsertakan pasien dalam kegiatan rutin warga (untuk
mengatasi rasa rendah diri pasien sebagai pasien gangguan jiwa).
o Keluarga pasien diinformasikan dan diajarkan cara merawat,
memperlakukan pasien dengan benar karena pasien gangguan jiwa
memerlukan perhatian khusus. Keluarga dianjurkan untuk
mengawasi pasien saat minum obat dan memastikan pasien
meminum obat dengan rutin di rumah (untuk mengatasi
ketidakdisiplinan minum obat keluarga juga dianjurkan untuk
menghargai pasien seperti orang sehat, memberikan pasien
kesibukan agar pasien tidak melamun dan keluarga diharapkan
dapat membesarkan hati pasien serta tetap berusaha untuk terus
berkomunikasi dan memberikan perhatian yang lebih terhadap
pasien.
XI. Pandangan Islam
Faktor pemicu terjadinya gangguan jiwa sering terjadi pada orang yang
imannya rapuh, dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman yang artinya :
“ Demi jiwa dan kesempurnaan (ciptaan)-Nya. Allah menghilangkan kepada
jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaa. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
melakukan proses tazkiyah (pembinaan takwa) dalam dirinya, sebaliknya
merugilah orang-orang yang mengotori jiwa (mengikuti hawa dalam pembinaan
jiwanya) atau tadsiyat al nafs. (Q.S. Asy-Syamsy : 7-10).
Berdasarkan ayat tersebut, Allah menekankan kepada kaum muslim agar
mengisi jiwa dengan iman dan takwa. Karena dalam islam, pembinan dan
pengembangan jiwa yang baik. Jika yang bersih dari hawa nafsu sejatinya akan
terisi oleh iman dan takwa yang akan berubah kesehatan secara mental. Iman dan
takwa memiliki relevansi yang sangat erat dengan masalah kejiwaan.
BAB II
DISKUSI
Diagnosis skizofrenia paranoid episodik berulang ditegakkan atas dasar
adanya gangguan persepsi halusinasi auditorik dan visual serta gangguan isi pikir
berupa waham kejar dan waham kebesaran, hal ini telah berlangsung sekitar 4
bulan yang lalu dan hal ini pernah terjadi sebelumnya 10 tahun yang lalu.
Pada penderita dengan kondisi ini dipilih terapi menggunakan antiagitasi
berupa injeksi Haloperidol 2x1amp (IM), antipsikotik berupa risperidone 2x2mg,
antianxietas berupa lorazepam 1x1mg, dan juga mengingat efek samping yang
diakibatkan oleh antipsikotik sehingga diberikan Trihexyphenidyl 2x2mg.
Indikasi pemberian risperidone adalah terapi pada skizofrenia akut dan
kronik serta pada kondisi psikosis yang lain, dengan gejala-gejala tambahan
(seperti; halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan dan rasa permusuhan)
dan atau dengan gejala-gejala negatif yang terlihat nyata (seperti; blunted affect,
menarik diri dari lingkungan sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga
mengurangi gejala afektif (seperti; depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang
berhubungan dengan skizofrenia. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui
hambatan terhadap reseptor serotonin dan dopamine.
Trihexylphenidil diberikan apabila terjadi efek samping ekstrapiramidal.
Semua antagonis reseptor dopamin berkaitan dengan efek samping ekstra
piramidal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas dopamin pada
ganglia basalis, yang diakibatkan karena afinitasnya terhadap reseptor D2.
Pada penderita ini juga diberikan terapi lain berupa psikoterapi. Dalam hal
ini diberikan edukasi terhadap penderita agar memahami gangguannya lebih
lanjut, cara pengobatan dan penanganannya, efek samping yang dapat muncul,
serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan dalam minum obat. Intervensi
langsung dan dukungan terhadap penderita untuk meningkatkan rasa percaya diri
individu, perbaikan fungsi spenderitaial, dan pencapaian kualitas hidup yang baik.
Memotivasi penderita agar tidak merasa putus asa dan semangat dalam menjalani
hidup.
Prognosis penderita ini adalah dubia dan gejala ini bisa berulang karena
adanya riwayat gangguan psikiatri dalam keluarga. Bila pasien taat menjalani
terapi, adanya motivasi penderita untuk sembuh, serta adanya dukungan dari
keluarga yang cukup maka akan membantu perbaikan pasien.
TABEL FOLLOW UP
Rabu, 8 Januari 2013
KU baik, os tampak gelisah, pasien tidak bisa tidur, kontak (+), pasien dapat makan, minum dan mandi. Waham (+), Halusinasi (+), logore (+). TD = 120/70 mmHg.Emosi : stabil Th/ :Inj. Haloperidol 2 x 1 ampulRisperidon 2x2mg Lorazepam 1x1 mgTrihexipenidil 2x 2mg
Kamis, 9 Januari 2013
KU baik, os sering berjalan mondar-mandir, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Waham (+), Halusinasi (+),logore (+) TD = 110/70 mmHg.Emosi : stabil Th/ :Inj. Haloperidol 2 x 1 ampulRisperidon 2x2mg Lorazepam 1x1 mgTrihexipenidil 2x 2mg
Jum’at, 10 Januari 2013
KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Halusinasi (+), waham (+) TD = 110/70 mmHg.mmHg.Emosi : stabil Th/ :Inj. Haloperidol 2 x 1 ampulRisperidon 2x2mg Lorazepam 1x1 mgTrihexipenidil 2x 2mg
Sabtu, 11 Januari 2013
KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Halusinasi (+), waham (+). TD = 150/80 mmHg.Emosi : stabil Th/ :Risperidon 2x2mg Lorazepam 1x1 mgTrihexipenidil 2x 2mg
Senin, 12 Januari 2013
KU, os tampak tenang, kontak (+), os bisa mengurus diri dan tidak bisa tidur, Waham (+) Halusinasi (+). TD = 110/70 mmHg.Emosi : stabilTh/ :Risperidon 2x2mg Lorazepam 1x1 mgTrihexipenidil 2x 2mg
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ and Sadock VA. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, Lippincott Williams & Wilkins 10th
Edition. 2007.
2. Tim Psikiatri FKUI. 2005. Buku Ajar: Psikiatri. Jakarta: FK UI Press.
3. Dadang Hawari. Alqur’an Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa. Jogjakarta:
PT Dhana Bhakti Prima Yasa. 2004.
4. Irwan,M, dkk. Penatalaksanaan Skizofrenia
(http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2008/06/penatalaksanaan-
skizofrenia_files-of-drsmedpdp.pdf, Diakses 11 Januari 2013)
5. Jager M, Hintermayr M, Bottlender R, Strauss A, Möller HJ, Course and
outcome of first-admitted patients with acute and transient psychotic
disorders (ICD-10:F23) Focus on relapses and social adjustment, Eur Arch
Psychiatry Clin Neurosci. 2003.
6. Marneros A, Pillmann F, Haring A, Balzuweit S, Blöink R, Features of acute
and transient psychotic disorders, Eur Arch Psychiatry Clin Neurosci. 2003.
7. Maslim Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga. Penerbit
bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK- Atma Jaya. Jakarta, 2007.
8. Simanjuntak, Y. Faktor Resiko Terjadinya Relaps Pada Pasien Skizofrenia
Paranoid
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6360/1/08E00835.pdf,
Diakses 11 Januari 2013)