Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

29
BAB I STATUS PENDERITA I. Identifikasi Penderita Nama : Tn. BA Usia : 36 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Menikah sudah ± 10 tahun Suku / Bangsa : Sumatera Pendidikan : Tamat SMA Pekerjaan : Tidak bekerja Agama : Islam Alamat : Angkatan 66, Palembang Datang ke RS : Sabtu, 10 Januari 2013, pukul 13.00 wib. Cara ke RS : Diantar keluarga Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat RS. dr. Ernaldi Bahar Palembang dan di bangsal Cendrawasih RSJ. dr. Ernaldi Bahar Palembang. II. Riwayat Psikiatri Riwayat psikiatri diperoleh dari: 1. Autoanamesiss a. Jum’at, 10 Januari 2013 b. Senin, 13 Januari 2013 c. Rabu, 15 Januari 2013

Transcript of Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

Page 1: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

BAB I

STATUS PENDERITA

I. Identifikasi Penderita

Nama : Tn. BA

Usia : 36 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Menikah sudah ± 10 tahun

Suku / Bangsa : Sumatera

Pendidikan : Tamat SMA

Pekerjaan : Tidak bekerja

Agama : Islam

Alamat : Angkatan 66, Palembang

Datang ke RS : Sabtu, 10 Januari 2013, pukul 13.00 wib.

Cara ke RS : Diantar keluarga

Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat RS. dr. Ernaldi Bahar

Palembang dan di bangsal Cendrawasih RSJ. dr.

Ernaldi Bahar Palembang.

II. Riwayat Psikiatri

Riwayat psikiatri diperoleh dari:

1. Autoanamesiss

a. Jum’at, 10 Januari 2013

b. Senin, 13 Januari 2013

c. Rabu, 15 Januari 2013

2. Alloanamnesis ( Ny.S, 67 tahun, ibu kandung pasien)

a. Jum’at, 10 Januari 2013

b. Selasa, 14 Januari 2013

A. Keluhan Utama

Pasien mengamuk sejak 1 hari yang lalu.

Page 2: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak ± 1 tahun yang lalu pasien pernah mengambil ilmu di Bangka,

pasien ke Bangka diajak oleh temannya, pasien tinggal bersama temannya di

kos-kosan di daerah Bangka. Pasien mengaku mengambil ilmu tersebut

untuk dapat menyembuhkan orang lain yang menderita sakit, sebelum

mendapatkan ilmu tersebut pasien harus melakukan puasa setiap senin dan

kamis, selain itu pasien juga harus banyak beramal kepada orang lain. Pasien

mengaku dengan keluarganya kalau pasien dan temannya belajar dengan

dukun yang sudah terkenal di daerah Bangka. Sudah banyak orang yang

sembuh dari penyakitnya karena berobat dengan dukun tersebut, sehingga

pasien dan temannya tertarik untuk belajar dan mengambil ilmu disana.

Pasien berada di Bangka selama ±1 bulan, pasien terus mengikuti perintah

dukun tersebut untuk melakukan puasa dan terus beramal. Pasien juga sering

disuruh bertapa di gua, pasien bertapa selama 2 hari 2 malam, setelah pulang

dari bertapa teman pasien mengaku kalau pasien sering berbicara sendiri,

pasien berbicara seperti ada orang yang mengajaknya mengobrol, isi bicara

tentang dirinya mendapatkan kekuatan dari penghuni gua untuk

menyembuhkan orang lain. Pasien juga sering mendengarkan bisikan-

bisikan ditelinganya, yang sering membisikkan adalah penghuni gua yang

menemaninya saat bertapa waktu itu. Isi bisikan tentang jampi-jampi yang

jika dibacakan kepada orang yang sakit, orang tersebut dapat sembuh.

Merasa sudah mampu untuk menyembuhkan orang lain, lalu pasien pulang

ke Palembang. Pasien pulang bersama temannya, selama di kapal pasien

selalu ngomong sendiri.

Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien tambah sering ngomong dan senyum-

senyum sendiri, isi bicara masih tetap tentang dirinya dapat menyembuhkan

orang lain, pasien mengaku pasien melihat yang mengajaknya ngobrol,

namun yang mngajaknya ngobrol tambah banyak, bukan hanya penghuni

gua, tetapi para tetuah yang sudah meninggal. Mereka sering membisikkan

kalau dirinya sudah di isi dengan ilmu magic, ilmu tersebut hanya ada pada

dirinya, dan ilmu tersebut hasil dari bertapa kemarin di daerah Bangka.

Keluarga pasien mengaku kalau pasien sering melamun dan jika melamun

Page 3: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

pasien selalu menatap ke atas, jika ditanya oleh keluarganya pasien akan

menjawab, pasien melihat penghuni gua sedang berada diawan. Pasien

mengaku penghuni gua selalu mengikuti dirinya dimanapun pasien berada.

Keluarga pasien juga mengaku kalau pasien susah tidur, pasien sering

gelisah, pasien mengaku karena sering mendengar bisikan-bisikan tersebut

sehingga pasien merasa terganggu dan tidak bisa tidur. Selain itu pasien juga

sering curiga terhadap orang sekelilinganya, pasien mengaku kalau orang

lain akan membunuhnya dan mengambil ilmunya, padahal pasien merasa

susah payah untuk mengambil ilmu tersebut dan harus melakukan puasa

serta bertapa di gua, pasien juga merasa orang sekitar selalu iri dengan

kemampuannya yang dapat menyembuhkan orang lain, padahal keluarga

pasien mengaku tidak ada bukti satupun kalau pasien dapat menyembuhkan

orang sakit. Selain pasien merasa dapat menyembuhkan orang sakit pasien

juga mengaku dapat membelah sungai musi dengan kayu, pasien mengaku

yang dapat melakukan hal tersebut hanya dirinya, karena dirinya telah

ditunjuk oleh penghuni gua untuk mendapatkan ilmu tersebut.

Sejak ± 1 minggu yang lalu pasien pernah keluar rumah, pasien baru

pulang setelah 2 hari berjalan, pasien pulang karena ditemukan oleh

tetangganya, pasien ditemukan oleh tetangganya di sekitaran daerah Gandus,

pasien saat ditemukan sedang berjalan di tengah jalan sehingga membuat

kemacetan dijalan. Pasien mengaku pada saat berjalan pasien disuruh oleh

penghuni gua untuk terus mengikutinya, karena penghuni gua tersebut akan

memberikan ilmu baru jika pasien mengikutinya.

Sejak ± 1 hari SMRS pasien mengamuk dan menghancurkan piring-

piring dirumah, pasien juga memukul istrinya sampai wajah istrinya lebam,

pasien mengaku memukul istrinya karena disuruh oleh bisikan tersebut,

bisikan tersebut memerintahkan untuk memukul istrinya karena untuk

mengusir roh jahat dalam tubuh istrinya.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat trauma kepala (-)

- Riwayat kejang/ epilepsi (-)

- Riwayat alergi obat (-)

Page 4: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

- Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif :

Riwayat penggunaan Zat Psikoaktif disangkal.

- Riwayat Penyakit Sistemik :

Riwayat hipertensi (-).

Riwayat tumor otak (-)

Riwayat nyeri kepala (-)

Riwayat demam lama (-)

Riwayat DM (-)

Riwayat asma (-)

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Selama kehamilan tidak ada gangguan kesehatan, dilahirkan normal

saat usia kehamilan 9 bulan, dilahirkan di rumah dukun dan langsung

menangis.

2. Masa Kanak-kanak (0-3 tahun)

Tumbuh kembang pasien sama dengan anak sebayanya.

3. Masa Pertengahan (3-11 tahun)

Pasien merupakan anak yang baik namun sensitif dan mudah curiga.

4. Masa Kanak Akhir dan Remaja

5. Pasien tumbuh seperti anak seusianya. Pasien memiliki sifat mudah

curiga, sensitif, mudah tersinggung dan kurang pemaaf..

6. Masa Dewasa

a. Riwayat pendidikan

Pasien tamat SMA

b. Riwayat pekerjaan

Pasien tidak bekerja

c. Riwayat pernikahan

Pasien menikah pada tahun 2003 dengan perempuan pilihan

sendiri. Istri pasien adalah seorang ibu rumah tangga, hubungan

rumah tangga harmonis. Pasien dikaruniai 2 orang anak laki-laki.

d. Agama

Page 5: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

Pasien beragama islam, pasien jarang sholat.

e. Aktivitas sosial

Menurut istri pasien, pasien jarang mengikuti kegiatan sosial, lebih

sering dirumah. Karena sifatnya yang sensitive sehingga

masyarakat malas untuk mengajak ngobrol kepada pasien.

f. Riwayat keluarga

Pasien merupakan anak kedua dari 8 bersaudara, memiliki

1 orang kakak perempuan, 4 orang adik perempuan dan 2 orang

adik laki-laki. Tidak terdapat keluarga pasien yang memiliki

riwayat yang sama.

: Pasien usia 56 tahun

g. Situasi kehidupan sekarang

Pasien tinggal dirumah orang tuanya bersama anak-

anaknya. Status ekonomi pasien menengah ke bawah.

h. Persepsi pasien tentang diri dan lingkungannya

Pasien menggambarkan dirinya sebagai orang yang dipilih

oleh penghuni gua untuk menyemuhkan orang sakit dan pasien

juga mengaku hanya dirinya yang mampu membelah sungai musi

hanya dengan sebatang kayu.

i. Persepsi keluarga tentang diri pasien

Istri pasien menggambarkan pasien menggambarkan pasien

sebagai orang yang baik dan ramah, namun memang cenderung

pemarah dan mudah curiga serta sensitif. Istri pasien berharap

suaminya dapat sembuh dan dapat berkumpul lagi seperti dulu.

Menurut istrinya semenjak pasien sakit seperti ini pasien tidak mau

Page 6: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

melakukan aktivitas apapun, sebelumnya pasien mau mencari kerja

untuk mencari uang, namun sekarang tidak lagi semenjak sakit.

j. Riwayat pelanggaran hukum

Pasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum

maupun berurusan dengan pihak berwajib.

III. Pemeriksaan Status Mental

Pemeriksaan di lakukan pada tanggal 10 Januari 2013

A. Gambaran Umum :

Penampilan

Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 36 tahun dengan

penampilan sesuai dengan usia. Pada saat wawancara pasien

menggunakan baju kaos berwarna putih dan celana dasar hitam serta

menggunakan sandal jepit berwarna biru.

Perilaku dan Akitivitas psikomotor

Selama wawancara pasien duduk dengan gelisah di kursi. Kontak

mata pasien dengan pemeriksa kurang, emosinya tidak terkendali.

Sikap terhadap pemeriksa

Pasien kurang kooperatif dalam bercerita dan menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa. Pasien menolak untuk

wawancara yang lebih lanjut. Pasien menyangkal bila ia sakit.

B. Mood dan afek

Mood : irritable

Afek : Appropriate

Keserasian : serasi dalam hal pikiran, perasaan, dan perilaku

C. Pembicaraan

Bicara lancar, spontan, jumlah cukup, volume suara naik-turun,

intonasi cukup, artikulasi jelas dan isi pembicaraan kadang tidak dapat

dimengerti.

D. Gangguan Persepsi

Dari hasil wawancara :

Page 7: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

- Halusinasi Auditorik (+)

- Halusinasi Visual (+)

E. Pikiran

Bentuk pikiran

1. Produktivitas : Pikiran yang cepat dan menjawab dengan cepat.

2. Kontinuitas : asosiasi longgar.

3. Hendaya berbahasa : Tidak ada

Isi pikiran

Ditemukan waham kejar (+) waham kebesaran (+), delusion of control

(+)

F. Sensorium dan kognitif

Taraf kesadaran

Compos mentis

Orientasi

Waktu : Baik, pasien dapat membedakan waktu saat pagi,

siang dan malam.

Tempat : Baik, pasien mengetahui bahwa dirinya berada di

RSJ ERBA Palembang.

Personal : Baik, Pasien dapat mengenali dokter pemeriksa,

anak dan saudara yang mengantarnya.

Daya ingat

Jangka Panjang :

Baik pasien dapat mengingat keluarga besarnya dan kisah

pernikahannya.

Jangka sedang :

Baik, pasien dapat mengingat dengan siapa ia datang dan kapan ia

datang ke RS ERBA Palembang.

Jangka pendek :

Page 8: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

Baik, pasien dapat mengingat kemana ia pergi sebelum dibawa ke

RS ERBA Palembang.

Jangka Segera :

Baik, pasien tidak mengalami kesulitan untuk mengulang 6 angka

maju dan selanjutnya mundur.

Konsentrasi dan perhatian

Baik, pasien tidak mengalami kesalahan saat melakukan pengurangan

50-10 dan seterusnya serta dapat mengeja kata ”lampu” dari belakang.

Kemampuan membaca dan menulis

Pasien dapat membaca dan menulis

Kemampuan visuospasial

Baik, pasien dapat mengambarkan jam dan memperlihatkan arah jarum

panjang dan jarum pendek dengan baik.

Pikiran abstrak

Baik, pasien dapat mengartikan peribahasa sederhana yang diberikan

oleh pemeriksa “berakit-rakit dahulu berenang-renang kemudian”

maupun peribahasa lain.

Intelegenesia dan kemampuan informasi

Baik, pasien dapat menjawab dengan benar nama presiden RI dan

nama presiden pertama RI.

Kemampuan menolong diri sendiri

Baik, pasien masih bisa berpakaian serta masih dapat makan, minum,

dan mandi sendiri.

G. Pengendalian impuls

Selama wawancara yang pertama pasien kurang dapat

mengendalikan diri dan berperilaku. Pasien menolak diwawancarai lebih

lanjut, dan menyangkal bahwa is sakit.

H. Daya Nilai dan tilikan

Page 9: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

Daya Nilai Sosial

Baik, pasien bersikap sopan terhadap dokter, koas, perawat dan seluruh

penghuni bangsal merpati.

Penilaian Realita

Terganggu, karena pasien kurang mampu membedakan antara hal

yang nyata dan tidak nyata.

Tilikan

Derajat 1, pasien menyangkal menderita penyakit.

I. Reliabilitas

Secara umum, dapat dipercaya baik alloananmnesis maupun

autoanamnesis.

IV. Pemeriksaan Diagnosa Lebih Lanjut

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 10 januari 2013.

A. Status Interna

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Status Gizi : terlihat cukup

Tanda – tanda vital

TD : 120/80 mmHg

Pulse : 99x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36,4 OC

Kepala

Mata : Konjungtiva tidak anemik, Sklera tidak ikterik

Hidung : NCH (-/-)

Mulut : Bibir kering (-), caries (+), stomatitis (-)

Leher : Pembesaran KGB(-)

Thorax

Cor : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Vesikuler kiri dan kanan, wheezing dan rhonki (-)

Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, bising usus normal

Page 10: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

Ekstrimitas : Akral hangat, capillary refill time <2”, edema (-)

Kulit : dalam batas normal

B. Status Neurologis

GCS 15

- E : membuka mata spontan (4)

- V : berbicara spontan (5)

- M : gerakan sesuai perintah (6)

Tanda Rangsangan Meningeal : Negatif

Tanda efek ekstrapiramidal : Tidak ada tremor, bradikinesia (-),

dan rigiditas (-).

Motorik : 5/5/5/5

Sensorik : Baik

Refleks fisiologis : normal

Refleks patologis : tidak ditemukan refleks patologis

V. Ikhtisar Penemuan Bermakna

Berdasarkan wawancara didapatkan informasi bahwa pasien seorang

laki-laki berusia 36 tahun, agama islam, suku Sumatera, pekerjaan tidak

ada, status menikah. Pasien dirawat dengan keluhan sering

mengamuk,sering bicara dan senyum-senyum sendiri serta curiga terhadap

orang sekitar.

Pada pemeriksaan status mental pada tanggal 10 Januari 2013

didapatkan seseorang laki-laki , penampilan sesuai dengan usia, berbadan

kurus, perawatan diri cukup. Perilaku dan aktivitas psikomotorik pasien

selama wawancara pasien duduk dengan gelisah di kursi. Kontak mata

pasien dengan pemeriksa kurang, emosinya tidak terkendali. Sikap terhadap

pemeriksa, pasien kurang kooperatif dalam bercerita dan menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa. Pasien menolak untuk wawancara

yang lebih lanjut. Pasien menyangkal bila ia sakit. Mood irritable, afek

appropriate, pembicaraan dengan afek sesuai. Pada gangguan persepsi

ditemukan halusinasi visual dan auditorik. Bentuk pikiran non realistik, isi

pikir waham kejar , waham kebesaran dan delusion of control , dengan

Page 11: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

proses isi pikir asosiasi longgar, RTA terganggu dengan tilikan derajat satu.

Pada pemeriksaan fisik Interna dan pemeriksaan yang lain tidak ditemukan

kelainan.

VI. Formulasi Diagnosis

Aksis I :

Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan

pemeriksaan, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan

perasaan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan

(distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial.

Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien

ini mengalami suatu gangguan jiwa.

Selain itu, berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien

tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara

fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala

gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik dapat

disingkirkan (F00-09). Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan

alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang

menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya

gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat

disingkirkan (F10-19).

Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita karena

adanya psikopatologi gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan

visual. Gangguan isi pikir yaitu waham kejar, waham kebesaran dan

delusion of control. Juga tidak pernah mengalami perasaan sedih atau

senang yang berlebihan dan menetap dalam periode tertentu. Gejala tersebut

dialami pasien selama kurang lebih dari 1 tahun sehingga dapat digolongkan

kedalam gangguan psikotik kelompok skizofrenia (F20), maka berdasarkan

PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk aksis I adalah Skizofrenia

Paranoid (F20.00).

Aksis II

Page 12: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

Pada pasien ini didapatkan informasi yang bermakna dari riwayat

premorbid, riwayat kehidupan pribadi pada masa kanak, remaja, dan dewasa

yaitu ia punya mudah curiga sehingga untuk aksis II F 60.0 Gangguan

Kepribadian paranoid.

Aksis III

Pada pasien ini berdasarkan pemeriksaan fisik tidak ditemukan

kelainan.

Aksis IV

Pada pasien ini memiliki masalah

Aksis V

GAF pada saat ini adalah 60-51 gejala sedang (moderate),

disabilitas sedang

VII. Diagnosis Multiaksial

Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid (F20.00)

Aksis II : F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah sengketa tanah

Aksis V : GAF Scale 60 - 51  

VIII. Daftar Masalah

A. Organobiologik

Tidak ada faktor genetik gangguan kejiwaan

B. Psikologik

Mood : Irritable

Afek : Appropriate

Keserasian : Sesuai

Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik (+) , halusinasi visual (+).

Isi pikir : waham kejar (+), waham kebesaran (+) dan

delusion of control (+).

RTA : Terganggu

Page 13: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

Tilikan : Derajat 1

C. Lingkungan dan Sosioekonomi

Pasien tinggal bersama orang tua, istri dan 2 orang anaknya, pasien

tidak mau bekerja semenjak pasien sakit seperti ini. Hubungan pasien

dengan tetangga sebelum keadaan pasien seperti ini baik-baik saja, namun

memang pasien memiliki sifat mudah tersinggung, sehingga tetangga jarang

untuk mengobrol dengan pasien. Pasien lebih sering dirumah. Status

ekonomi pasien menengah ke bawah.

IX. Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia

Ad Fungsionam : dubia ad bonam

X. Rencana Terapi

A. Psikofarmaka

Anti Psikotik

Risperidon 2x2mg

Anti Anxietas

Lorazepam 2x0,5mg

Anti Parkinson

Trihexyphenidyl 2x2mg

B. Psikoterapi

Supportif

Page 14: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

Memberikan dukungan kepada penderita untuk meningkatkan rasa percaya

diri individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang

baik sehingga memotivasi penderita agar dapat menjalankan fungsi

sosialnya dengan baik.

Psikoedukasi

o Diberikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit

yang dialami penderita serta pengobatannya sehingga keluarga

dapat memahami dan menerima kondisi penderita untuk minum

obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala

kekambuhan secara dini.

o Dilakukan pendekatan pada keluarga dan lingkungan melalui

edukasi bahwa pada dasarnya gangguan jiwa adalah sama dengan

penyakit yang lain. Diharapkan stigma yang selama ini

menganggap penderita gangguan jiwa merupakan aib dan harus

diasingkan dapat segera dihilangkan. Keluarga dan lingkungan

sekitar diharapkan mampu membantu dan mendukung proses

penyembuhan pasien dan tetangga-tetangga di lingkungan sekitar

mengikutsertakan pasien dalam kegiatan rutin warga (untuk

mengatasi rasa rendah diri pasien sebagai pasien gangguan jiwa).

o Keluarga pasien diinformasikan dan diajarkan cara merawat,

memperlakukan pasien dengan benar karena pasien gangguan jiwa

memerlukan perhatian khusus. Keluarga dianjurkan untuk

mengawasi pasien saat minum obat dan memastikan pasien

meminum obat dengan rutin di rumah (untuk mengatasi

ketidakdisiplinan minum obat keluarga juga dianjurkan untuk

menghargai pasien seperti orang sehat, memberikan pasien

kesibukan agar pasien tidak melamun dan keluarga diharapkan

dapat membesarkan hati pasien serta tetap berusaha untuk terus

berkomunikasi dan memberikan perhatian yang lebih terhadap

pasien.

XI. Pandangan Islam

Page 15: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

Faktor pemicu terjadinya gangguan jiwa sering terjadi pada orang yang

imannya rapuh, dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman yang artinya :

“ Demi jiwa dan kesempurnaan (ciptaan)-Nya. Allah menghilangkan kepada

jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaa. Sesungguhnya beruntunglah orang yang

melakukan proses tazkiyah (pembinaan takwa) dalam dirinya, sebaliknya

merugilah orang-orang yang mengotori jiwa (mengikuti hawa dalam pembinaan

jiwanya) atau tadsiyat al nafs. (Q.S. Asy-Syamsy : 7-10).

Berdasarkan ayat tersebut, Allah menekankan kepada kaum muslim agar

mengisi jiwa dengan iman dan takwa. Karena dalam islam, pembinan dan

pengembangan jiwa yang baik. Jika yang bersih dari hawa nafsu sejatinya akan

terisi oleh iman dan takwa yang akan berubah kesehatan secara mental. Iman dan

takwa memiliki relevansi yang sangat erat dengan masalah kejiwaan.

BAB II

Page 16: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

DISKUSI

Diagnosis skizofrenia paranoid ditegakkan atas dasar adanya gangguan

persepsi halusinasi auditorik dan visual serta gangguan isi pikir berupa waham

kejar, waham kebesaran, dan delusion of control hal ini telah berlangsung sekitar

1 tahun yang lalu.

Pengobatan pada pasien ini dipilih risperidone dengan dosis awal 2 mg

diberikan 2 kali perhari. Karena risperidon merupakan obat antipsikotik atipikal

dengan efek samping yang minimal.

Indikasi pemberiannya adalah terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta

pada kondisi psikosis yang lain, dengan gejala-gejala tambahan (seperti;

halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan dan rasa permusuhan) dan atau

dengan gejala-gejala negatif yang terlihat nyata (seperti; blunted affect, menarik

diri dari lingkungan sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga mengurangi gejala

afektif (seperti; depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan dengan

skizofrenia. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap

reseptor serotonin dan dopamine.

Pemberian obat-obatan antipsikotik diberikan dari dosis terkecil yang

menimbulkan efek terapeutik, dalam hal ini pemberian Risperidone yaitu :

2 mg/hari, 1-2 x sehari, jika belum ada perbaikan, dinaikkan menjadi

4 mg/hari, 1-2 x sehari, jika belum ada perbaikan, dinaikkan menjadi

6 mg/hari, 1-2 x sehari. Dosis umum Risperidon adalah 3-6 mg per hari.

Trihexylphenidil diberikan apabila terjadi efek samping ekstrapiramidal.

Semua antagonis reseptor dopamin berkaitan dengan efek samping ekstra

piramidal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas dopamin pada

ganglia basalis, yang diakibatkan karena afinitasnya terhadap reseptor D2.

Selain menggunakan terapi psikofarmaka, pasien juga ditunjang dengan

psikoterapi. Psikoterapi suportif berujuan agar pasien merasa aman, diterima, dan

dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami

gangguan proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan proses

pikir, serta adanya gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.

Page 17: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

Prognosis penderita ini adalah dubia dan gejala ini bisa berulang karena

adanya riwayat gangguan psikiatri dalam keluarga. Bila pasien taat menjalani

terapi, adanya motivasi penderita untuk sembuh, serta adanya dukungan dari

keluarga yang cukup maka akan membantu perbaikan pasien.

Page 18: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

TABEL FOLLOW UP

Senin, 13 Januari 2013

KU baik, os tampak bingung, kontak (+), pasien dapat makan, minum, mandi, dan tidur cukup. Waham (+), Halusinasi (+). TD = 120/70 mmHg.Emosi : labil Th/ :Risperidon 2x2mg Lorazepam 1x0,5 mgTrihexipenidil 2x 2mg

Selasa, 14 Januari 2013

KU baik, os tampak bingung, cenderung mengikuti kemauan sendiri, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Waham (+), Halusinasi (+),TD = 110/70 mmHg.Emosi : labil Th/ :Risperidon 2x2mg Lorazepam 1x0,5 mgTrihexipenidil 2x 2mg

Rabu, 15 Januari 2013

KU baik, os tampak gelisah, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Halusinasi (+), waham (+) TD = 110/70 mmHg.mmHg.Emosi : stabil Th/ :Risperidon 2x2mg Lorazepam 1x0,5 mgTrihexipenidil 2x 2mg

Kamis, 16 Januari 2013

KU baik, os tampak tenang, kontak (+), os bisa makan, minum, mandi dan tidur. Halusinasi (+), waham (+). TD = 150/80 mmHg.Emosi : stabil Th/ :Risperidon 2x2mg Lorazepam 1x1 mgTrihexipenidil 2x 2mg

Jum’at, 17 Januari 2013

KU, os tampak tenang, kontak (+), os bisa mengurus diri dan tidak bisa tidur, Waham (+) Halusinasi (+). TD = 110/70 mmHg.Emosi : stabilTh/ :Risperidon 2x2mg Lorazepam 1x1 mgTrihexipenidil 2x 2mg

Sabtu, 18 Januari 2013

KU, os tampak tenang, kontak (+), os bisa mengurus diri dan tidur cukup, Waham (+) Halusinasi (+). TD = 110/70 mmHg.Emosi : stabil

Page 19: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

Th/ :Risperidon 2x2mg Lorazepam 1x1 mgTrihexipenidil 2x 2mg

Minggu, 19 Januari 2013

Senin, 20 Januari 2013

Selasa, 21 Januari 2013

Page 20: Laporan Kasus Schizophrenia Paranoid

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ and Sadock VA. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, Lippincott Williams & Wilkins 10th

Edition. 2007.

2. Tim Psikiatri FKUI. 2005. Buku Ajar: Psikiatri. Jakarta: FK UI Press.

3. Dadang Hawari. Alqur’an Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa. Jogjakarta:

PT Dhana Bhakti Prima Yasa. 2004.

4. Irwan,M, dkk. Penatalaksanaan Skizofrenia

(http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2008/06/penatalaksanaan-

skizofrenia_files-of-drsmedpdp.pdf, Diakses 11 Januari 2013)

5. Jager M, Hintermayr M, Bottlender R, Strauss A, Möller HJ, Course and

outcome of first-admitted patients with acute and transient psychotic

disorders (ICD-10:F23) Focus on relapses and social adjustment, Eur Arch

Psychiatry Clin Neurosci. 2003.

6. Marneros A, Pillmann F, Haring A, Balzuweit S, Blöink R, Features of acute

and transient psychotic disorders, Eur Arch Psychiatry Clin Neurosci. 2003.

7. Maslim Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga. Penerbit

bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK- Atma Jaya. Jakarta, 2007.

8. Simanjuntak, Y. Faktor Resiko Terjadinya Relaps Pada Pasien Skizofrenia

Paranoid

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6360/1/08E00835.pdf,

Diakses 11 Januari 2013)