Laporan kasus psikiatri

29
STATUS PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.H Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 35 tahun Agama : Islam Suku : Minang Pendidikan : Tidak tamat SMA Pekerjaan : saat ini tidak bekerja Status Pernikahan : Belum menikah Alamat : Pringgabaya Lombok Timur Pasien masuk rumah sakit tanggal 16 Februari 2015 pukul 11.51 diantar oleh bapak dan keluarganya. II. RIWAYAT PSIKIATRI Data diperoleh dari : Autoanamnesis pada tanggal 16, 17,18, Februari 2015 Alloanamnesis dari : 1. Tn B, ayah kandung pasien, berusia 65 tahun, buruh tani, tinggal serumah dengan pasien, pada tanggal 16 Februari 2015 Catatan Rekam Medik. A. Keluhan Utama 1

description

Laporan Kasus Psikiatri, Status Psikiatri, Psikiatri, Anamnesis Psikiatri, Pemeriksaan Fisik Psikiatri, Skizofrenia Parnoid

Transcript of Laporan kasus psikiatri

STATUS PSIKIATRII. IDENTITAS PASIEN

Nama

: Tn.H

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Usia

: 35 tahun

Agama

: Islam

Suku

: Minang

Pendidikan

: Tidak tamat SMA

Pekerjaan

: saat ini tidak bekerja

Status Pernikahan : Belum menikah

Alamat

: Pringgabaya Lombok Timur

Pasien masuk rumah sakit tanggal 16 Februari 2015 pukul 11.51 diantar oleh bapak dan keluarganya.II. RIWAYAT PSIKIATRI

Data diperoleh dari :

Autoanamnesis pada tanggal 16, 17,18, Februari 2015 Alloanamnesis dari :

1. Tn B, ayah kandung pasien, berusia 65 tahun, buruh tani, tinggal serumah dengan pasien, pada tanggal 16 Februari 2015 Catatan Rekam Medik.A. Keluhan Utama

Memukul keluarga dan tetangga sejak dua minggu sebelum MRS.B. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang diantar ibu, bapak dan pamannya karena memukul dua orang tetangga, adik dan ibu pasien. Pasien memukul keluarga dan tetangganya karena melihat seperti ada setan di wajah mereka. Pasien mulai melihat setan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluarga pasien juga menceritakan bahwa selama dua minggu terakhir pasien sering bicara sendiri, tertawa sendiri, mengamuk dan sering keluyuran.Pasien juga mengaku merasa kesal karena keinginannya untuk membeli motor tidak terpenuhi. Ia mengaku setiap bulan menyetorkan uang kepada ibunya untuk ditabung, akan tetapi ia merasa bahwa ibunya menggunakan uang tersebut dan tidak ditabung, sehingga ia merasa kesal kepada ibunya. Selain itu ia juga merasa kesal karena keinginannya membuat WC dirumah tidak diijinkan oleh orang tuanya.

Pasien MRS keenam kalinya di RSJ Mutiara Sukma. Untuk keluhan yang sekarang dirasakan muncul karena pasien tidak minum obat selama enam bulan. Keluarga pasien tidak memmberikan obat karena pasien sering tidak mau meminum obatnya serta kadang obat-obatan sering kosong di puskesmas.Sekitar dua minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien sering mengurung diri dikamar dan kadang keluyuran dan tidak pulang. Pasien bicara mulai ngawur dan tidak jelas. Namun pasien tetap masih bisa beraktifitas seperti biasa seperti makan minum bahkan masih bisa pergi bekerja sebagai buruh. Satu minggu sebelum masuk rumah sakit pasien makin sering bicara sendiri, menyanyi dengan suara keras walaupun sudah malam dan sering keluyuran kadang tidak pulang ke rumah. Pasien juga cepat marah terutama pada ibu pasien karena keinginannya untuk membeli motor tidak kunjung dipenuhi.

Satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien semakin sulit dikendalikan, ia mengamuk dan mengancam keluarga dan tetangganya. Saat itu pasien memukul muka dua orang tetangganya sampai pingsan, selain itu pasien juga memukul muka ibu dan adiknya. Pasien mengaku memukul karena melihat bayangan setan dimuka orang-orang yang dia pukul, dan ia ingin mengusir setan tersebut.

Pasien juga merasa dirinya dibicarakan oleh tetanga-tetangga sekitar rumah, ia merasa tetangga-tetangganya sering membicarakan dan mengejeknya karena tidak kunjung menikah.Pasien C. Riwayat Penyakit Dahulu1. Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien sudah lima kali MRS di RSJ Mutiara Sukma. Pertama kali pasien dibawa ke RSJ Mutiara Sukma pada tahun 2002. Saat itu pasien dibawa ke RSJ Mutiara Sukma karena sering keluyuran tanpa mengunakan pakaian. Selain itu pasien sering mengamuk dan bicara sendiri. Pasien mengaku saat itu sering mendengarkan bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk telanjang. Pasien cukup lama dibiarkan dirumah sebelum akhirnya dibawa ke RSJ Mutiara Sukma. Pasien mengaku stresor yang dia alami berawal sejak masih SMA sekitar tahun 1996-1997. Saat itu pasien tidak membayar uang SPP sekolah, karena menggunakan uangnya untuk bermain judi. Setelah kejadian tersebut ia dimarahi oleh kedua orang tuanya, dan diberhentikan dari sekolah. Pasien merasa stres setelah berhenti sekolah karena ia bercita-cita menjadi seorang guru agama islam.Setelah berobat ke RSJ Mutiara Sukma pasien membaik dan berobat jalan di rumah.

Pada tahun 2005 kembali kambuh karena tidak rutin kontrol dan tidak meminum obat dalam waktu yang cukup lama. Saat itu pasien mengamuk dan sering menangis serta bicara sendiri. Saat itu pasien kembali ke RSJ Mutiara Sukma, dan pulang setelah keluhan membaik. Setelah kejadian itu pasien mulai lebih rutin meminum obatnya.

Pada tahun 2012 pasien sebanyak dua kali dibawa ke RSJ Mutiara Sukma karena keluhan yang hampir sama seperti keluhan sebelumnya. Pasien mengaku saat itu keluhannya muncul karena ia stres tidak dibelikan motor oleh ibunya padahal ia merasa sudah menabungkan uangnya yang ia serahkan pada ibunya.

Pada tahun 2013 pasien kembali dibawa ke RSJ Mutiara Sukma karena kembali tidak meminum obatnya dengan teratur. Keluhan yang dirasakan saat itu hampir sama dengan sebelumnya yaitu ia sering keluyuran dan mengamuk dirumah. Ia seperti melihat bayangan muka orang-orang yang sudash meninggal pada saat itu, ia juga sering marah dan merasa ditipu oleh ibunya karena tidak dibelikan motor dan tidak diijinkan membuat WC dirumahnya. Ia sering mendengarkan bisikan-bisikan yang menyuruh pasien untuk memukul dan membunuh ibunya. Saat itu merupakan terakhir kali pasien kambuh, dan setelah dirawat di RSJ Mutiara Sukma keluhan membaik dan pasien berobat jalan dan sudah bisa beraktifitas sehari-hari dan berkerja di rumah. 2. Riwayat Gangguan Medis

Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang mengharuskannya dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan pasien saat ini.3. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat lain

Pasien merupakan seorang perokok aktif sejak ia masih muda, tidak mengkonsumsi alkohol maupun zat psikoaktif.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi.

1. Masa Prenatal dan PerinatalPasien merupakan anak pertama dari empat bersaudara, lahir normal di dukun. Selama masa kehamilan tidak ada masalah yang dialami ibu pasien.2. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)

Pasien tumbuh dan berkembang sehat seperti anak lain. Pasien mendapat ASI dan makanan tambahan sampai usia 2 tahun, setelah itu pasien diberikan susu formula sampai umur 3 tahun. Pasien dapat berjalan pada usia 1 tahun setengah dan mulai berbicara yang dapat dimengerti walaupun belum fasih pada usia 2 tahun. Pada usia 2 tahun pasien mulai dilatih buang air kecil dan buang air besar di kamar mandi, dan usia 3 tahun pasien bisa buang air kecil dan buang air besar di kamar mandi. Pasien masih suka mengompol sampai usia 4 tahun. Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya, pasien mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kedua orang tua dan saudara-saudaranya. 3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)

Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lain. Pasien dapat bermain dan bersekolah seperti anak-anak yang lain. Pergaulan dengan teman seusianya cukup baik , mempunyai prestasi sekolah rata-rata dibandingkan dengan teman sekelasnya. Hubungan pasien dengan ayah dan ibunya serta saudara-saudaranya cukup baik, namun pasien tidak pernah menceritakan masalahnya pada keluarga.4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja

Selama SMP dan SMA, pasien dapat bergaul dengan baik, memiliki cukup banyak teman sebaya dan memiliki beberapa teman akrab. Namun karena banyak begaul dengan teman-teman yang agak nakal pasien pada saat SMA pasien tidak begitu serius dengan pendidikannya sampai pada puncaknya menggunakan uang sekolahnya untuk bermain judi. Sejak saat itu pasien tidak melanjutkan sekolah.5. Riwayat Masa Dewasaa. Riwayat PendidikanPasien tidak bersekolah dengan alasan tidak memiliki biaya. b. Riwayat Pekerjaan.

Pasien bekerja sebagai petani di kebunnya sendiri. Pasien pernah mencoba bekerja menjadi TKI di Malaysia 3 tahun lalu namun hanya satu bulan pasien dipulangkan karena mengamuk di rumah majikannya. c. Riwayat Perkawinan

Pasien sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Namun anak pertama pasien meninggal saat berusia 4 bulan dikarenakan sakit dan pasien tidak memiliki biaya untuk berobat.

d. Riwayat Agama

Pasien beragama Islam, pendidikan agama didapatkan dari ayah, dan gurunya. e. Riwayat PsikoseksualPendidikan seksual tidak pernah diberikan oleh orangtuanya. Pengetahuan tentang pendidikan seksual didapat dari teman-temannya dan televisi. Pasien tidak pernah melakukan hubungan seksual. Sepengetahuan keluarga, pasien pernah berpacaran beberapa kali. f. Aktivitas Sosial

Pasien dahulu sebelum mengalami gangguan jiwa cukup dapat berinteraksi dilingkungan rumahnya. Sering bergaul dan nongkrong dengan teman-teman sebayanya, namun saat dan setelah mengalami gangguan jiwa pasien sering keluyuran dan tidak peduli dengan lingkungan sosialnya.

g. Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien belum pernah melakukan tindakan yang melanggar hukum selama ini.E. Riwayat KeluargaPasien adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Sewaktu lahir sampai dengan sekarang pasien tinggal bersama kedua orangtuanya, lalu pada tahun 2004 orang tuanya bercerai dan pasien tinggal dengan ibu, ibu dari ayah serta sudaranya sebanyak 3 orang. Sekarang tinggal ber-5 dalam 1 rumah, karena saudara perempuan pasien sudah tinggal bersama suaminya.Genogram

F. SITUASI KEHIDUPAN SEKARANG

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, pasien bekerja sebagai buruh di pasar. Uang hasil bekerja sebagian ditabung untuk membeli motor dan sebagian lagi digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasien menyimpan uang tersebut di ibu pasien, dan ditabung oleh ibu pasien ke bank bri. Namun setiap kali pasien ingin melihat buku tabungan tersebut, ibu pasien selalu mengatakan tidak ada dan buku tabungan masih berada di bank. Saat ini pasien tinggal bersama nenek ibu dan dua orang saudaranya. G. Persepsi dan Harapan Keluarga

Menurut ayah dan ibunya, keluarga berharap pasien dapat sembuh, sehingga pasien dapat menjalani hidupnya dengan baik dan tidak kembali kambuh lagi. Keluarga tidak mengerti dengan baik penyakit pasien. Menurut keluarganya, pasien kumat karena masalah obat yang tidak dimimun secara teratur.H. Persepsi dan Harapan PasienPasien memiliki keinginan untuk segera pulang dan bekerja seperti biasanya karena pasien sangat ingin membeli motor.III. STATUS MENTAL

Berdasarkan pemeriksaan tanggal 01 Desember 2009.A. Deskripsi Umum

Penampilan

Pasien seorang laki-laki, tampak sesuai usia, penampilan kurang rapi, perawatan diri kurang, baju bersih, tidak menggunakan alas kaki, perawakan sedang, ekspresi wajah tampak biasa.

PsikomotorPasien sering menyanyi sendiri dengan suara keras secara tiba-tiba, namun dapat mengikuti wawancara sampai akhir walaupun perhatian seringkali teralihkan bila ada orang yang lewat.

Sikap terhadap Pemeriksa

Kooperatif. Pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup baik walaupun kadang sering tiba-tiba menyanyi. B. Pembicaraan Spontan, lancar,kuantitias cukup, volume sedang sampai tinggi, intonasi cukup dan artikulasi jelas, menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan pemeriksa.C. Mood dan Afek

Mood

: Irritable, elasi Afek :luas Keserasian : serasi D. Gangguan Persepsi Terdapat halusinasi auditorik : berupa suara setan yang menyuruhnya melakukan hal-hal seperti pergi keluar dari rumah, menyuruhnya ?? Terdapat halusinasi visual : berupa setan yang muncul diwajah keluarga dan tetangganya, kadang juga melihat bayangan-bayangan tidak menggunakan baju yang ia duga sebagai setanE. Pikiran :

Bentuk: non realistis

Proses pikir : asosiasi longgar Isi pikir : ide-ide mirip waham curiga F. Kesadaran dan Kognisi Taraf kesadaran dan Kesiagaaan : kompos mentis, baik. Orientasi

Orang

: kesan baik, pasien tahu dokter yang memeriksanya, perawat dan beberapa pasien lainnya yang berada di bangsal Tempat: kesan baik, pasien tahu saat ini ia berada di bangsal psikiatri. Situasional: kesan baik, pasien dapat mengetahui saat waktu wawancara adalah pagi hari Daya Ingat :

Jangka pendek : baik, pasien dapat mengingat kejadian yang terjadi beberapa hari terakhir sebelum dirawat.

Jangka panjang: baik, pasien dapat menceritakan masa kecilnya dengan baik.

Segera

: baik, pasien dapat menyebutkan kembali 3 buah benda yang disebutkan terapis.

Konsentrasi dan Perhatian : cukup baik, pasien mampu mengikuti wawancara dengan baik namun perhatiannya mudah teralih jika ada sesuatu yg menarik perhatiannya.

Pikiran Abstrak : baik, pasien mengatakan arti bebrapa peribahasa dan beberapa persamaan benda. Intelegensi dan kemampuan Informasi : baik, pasien mengetahui siapa presiden Indonesia, wakil presiden dan beberapa menteri saat ini . G. Pengendalian Impuls

Selama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri,walaupun kadang-kadang sering tiba-tiba menyanyi dan terus-menerus meminta rokok disaat wawancara.H. Daya Nilai dan Tilikan

Daya Nilai Sosial : saat ini cukup baik namuan ada riwayat daya nilai sosialnya buruk ( dia ingin memukul ibunya karena merasa ditipu dan tidak dibelikan motor) Uji Daya Nilai : baik Penilaian daya realita (RTA) : terganggu, dengan adanya ide seperti waham curiga.

Tilikan : derajat 2, pasien tahu dirinya mengalami gangguan dan membutuhkan obat, tetepai disaat yg sama dia jg menyangkal bahwa dirinya sakitI. Taraf Dapat Dipercaya

Secara umum pasien cukup dapat dipercaya.lV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT A. Status Internus

Keadaan

: Baik

Kesadaran

: Kompos mentis

Status Gizi

: cukup. BB : 67 Kg. TB : 170 cm. Tanda-tanda Vital : TD : 110/80 mmHg

Frekuensi Nadi : 90 x/menit

Frekuensi Nafas : 20 x/menit

Suhu : afebris Mata dan THT : Dalam batas normal

Mulut dan gigi : Dalam batas normal

Thorax : Cor-Pulmo dalam batas normal

Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas : Dalam batas normal. B. Status Neurologis

Tanda Rangsang Meningeal : negatif

Tanda-tanda efek ekstrapiramidal

- Tremor tangan

: negatif

- Akatisia

: negatif

- Bradikinesia : negatif

- Cara berjalan

: normal

- Keseimbangan

: baik

- Rigiditas

: negatif

Motorik

: baik

Sensorik

: baikV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNATelah diperiksa seorang laki-laki berusia 35 tahun, agama islam, suku sasak, saat ini tidak bekerja, status belum menikah, datang dengan keluhan utama mengamuk dan memukul keluarga serta tetangganya, bicara sendiri dan keluyuran sejak sejak lima hari sebelum masuk rumah sakit.

Pasien dirawat akibat keluhan memukul keluarga dan tetangganya karena melihat seperti ada setan di wajah mereka. Pasien mulai melihat setan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluarga pasien juga menceritakan bahwa selama dua minggu terakhir pasien sering bicara sendiri, tertawa sendiri, mengamuk dan sering keluyuran. Pasien juga mengaku merasa kesal karena keinginannya untuk membeli motor tidak terpenuhi. Ia mengaku setiap bulan menyetorkan uang kepada ibunya untuk ditabung, akan tetapi ia merasa bahwa ibunya menggunakan uang tersebut dan tidak ditabung, sehingga ia merasa kesal kepada ibunya. Selain itu ia juga merasa kesal karena keinginannya membuat WC dirumah tidak diijinkan oleh orang tuanya. Pasien juga merasa dirinya dibicarakan oleh tetanga-tetangga sekitar rumah, ia merasa tetangga-tetangganya sering membicarakan dan mengejeknya karena tidak kunjung menikah.

Pasien MRS keenam kalinya di RSJ Mutiara Sukma. Untuk keluhan yang sekarang dirasakan muncul karena pasien tidak minum obat selama enam bulan. Keluarga pasien tidak memmberikan obat karena pasien sering tidak mau meminum obatnya serta kadang obat-obatan sering kosong di puskesmas.

Sekitar dua minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien sering mengurung diri dikamar dan kadang keluyuran dan tidak pulang. Pasien bicara mulai ngawur dan tidak jelas. Namun pasien tetap masih bisa beraktifitas seperti biasa seperti makan minum bahkan masih bisa pergi bekerja sebagai buruh.

Satu minggu sebelum masuk rumah sakit pasien makin sering bicara sendiri, menyanyi dengan suara keras walaupun sudah malam dan sering keluyuran kadang tidak pulang ke rumah. Pasien juga cepat marah terutama pada ibu pasien karena keinginannya untuk membeli motor tidak kunjung dipenuhi.

Satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien semakin sulit dikendalikan, ia mengamuk dan mengancam keluarga dan tetangganya. Saat itu pasien memukul muka dua orang tetangganya sampai pingsan, selain itu pasien juga memukul muka ibu dan adiknya. Pasien mengaku memukul karena melihat bayangan setan dimuka orang-orang yang dia pukul, dan ia ingin mengusir setan tersebut.

Karena keluhan-keluhan ini keluarganya membawanya kembali ke RSJ Mutiara Sukma. Selama ini sebelum muncul gejala di atas, pasien tidak mengalami trauma ataupun sakit yang kemudian menyebabkan perubahan perilaku. Pasien juga tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan yang dapat menyebabkan perubahan perilaku. Pasien juga tidak pernah merasakan perasaan sedih yang berlebihan dan berkepanjangan.

Pasien sudah lima kali MRS di RSJ Mutiara Sukma. Pertama kali pasien dibawa ke RSJ Mutiara Sukma pada tahun 2002, kemudian 2005, 2012 sebanyak dua kali dan 2013. Saat itu pertama kali pasien dibawa ke RSJ Mutiara Sukma karena sering keluyuran tanpa mengunakan pakaian. Selain itu pasien sering mengamuk dan bicara sendiri. Pasien mengaku saat itu sering mendengarkan bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk telanjang. Pasien cukup lama dibiarkan dirumah sebelum akhirnya dibawa ke RSJ Mutiara Sukma. Pasien mengaku stresor yang dia alami berawal sejak masih SMA sekitar tahun 1996-1997. Saat itu pasien tidak membayar uang SPP sekolah, karena menggunakan uangnya untuk bermain judi. Setelah kejadian tersebut ia dimarahi oleh kedua orang tuanya, dan diberhentikan dari sekolah. Pasien merasa stres setelah berhenti sekolah karena ia bercita-cita menjadi seorang guru agama islam.Setelah berobat ke RSJ Mutiara Sukma pasien membaik dan berobat jalan di rumah.

Sejak lahir pasien tinggal bersama kedua oran tuanya di rumah yang berukuran sekitar 150 m2. Pada status mental ditemukan seorang laki-laki, sesuai usia, perawatan diri kurang, status gizi cukup. Bicara spontan, Psikomotor hiperaktif, perhatiannya sesekali mudah teralih bila ada orang yang lewat. Sikap kooperatif. Mood elasi dan kadang-kadang irritable. Afek luas, kesan serasi. Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan halusinasi visual. Bentuk pikir non realistik, proses pikir asosiasi longgar, isi pikir adanya ide-ide mirip waham curiga, Kesadaran compos mentis. Orientasi terkesan baik. Daya ingat baik. Konsentrasi/perhatian dan kemampuan visuospasial terkesan cukup. Pikiran abstrak serta intelegensi pasien terkesan buruk. Daya nilai sosial cukup. Uji daya nilai baik. RTA terganggu, tilikan derajat 2.

Pemeriksaan fisik umum dan neurologis dalam batas normal. VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

I. Formulasi DiagnosisPada pasien ini ditemukan adanya pola prilaku atau psikologis yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan penderitaan dan hendaya dalam berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan pasien ini mengalami gangguan jiwa.

Berdasarkan anamnesis mengenai riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami trauma kepala yang dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karena itu diagnosis gangguan mental organik (F00 F09) dapat disingkirkan. Riwayat penggunaan zat psikoaktif sebelum timbulnya gejala gangguan jiwa tidak didapatkan pada pasien sehingga diagnosis gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10 F19) dapat disingkirkan.

Pada pasien ini didapatkan gangguan persepsi yang dominan, gangguan bentuk pikiran berupa penilaian realitas, proses pikir, dan nilai tilikan yang terganggu, serta adanya ide seperti waham curiga. Oleh karena itu pasien dapat dimasukkan kategori gangguan mental psikotik. Berdasarkan kriteria diagnosis PPDGJ III, pasien dapat dimasukkan dalam Skizofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan waham (F20 F29).

Pada pasien tidak didapatkan gangguan suasana perasaan (mood/afektif) sehingga kemungkinan gangguan afektif (F30 F39) bisa disingkirkan.

Secara khusus, pada pasien didapatkan gangguan persepsi berupa adanya halusinasi auditorik dan visual dimana ia melihat setan yang muncul dimuka keluarga dan tetangganya. Selain itu juga sering mendengarkan bisikan-bisikan oleh setan tersebut yang sering menyuruhnya jumpalitan dan pergi keluar rumah. Selain itu terdapat juga adanya suatu ide mirip waham curiga, dimana pasien curiga ibunya memakai uang yang ia tabung untuk membeli motor serta merasa bahwa orang-orang disekitar rumahnya sering membicarakan dan mengolok dia karena tidak kunjung menikah.Jadi, terdapat dua gejala yang menonjol yaitu gangguan persepsi dan isi pikir (halusinasi auditorik visual dan ide mirip waham curiga). Aksis I ditegakkan dengan diagnosis Skizofrenia Paranoid (F20).

Pada Aksis II tidak didapatkan gangguan kepribadian maupun retardasi mental. Pada Aksis III tidak ditemukan kelainan klinis yang bermakna. Pada Aksis IV didapatkan masalah pada lingkungan keluarga terutama dengan istri karena masalah emosi pasien yang sulit untuk dikontrol.

Pada Aksis V berdasarkan Penilaian Fungsi Secara Global/GAF, saat ini pasien berada pada nilai 40-31 (adanya disabilitas dalam hubungan dengan realitas dan komunikasi) dan nilai tertinggi untuk sekurangnya satu bulan selama satu tahun terakhir yaitu 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial).

VII. EVALUASI MULTI AKSIAL

Aksis I : Gangguan Skizofrenia paranoid (F20)Aksis II : Tidak ada diagnosis.Aksis III : Tidak ada diagnosis.

Aksis IV : Masalah ekonomiAksis V : GAF Current 40-31. VIII. DAFTAR MASALAHA. Organobiologik :

Tidak ada masalah. B. Psikologi Perhatian pasien yang kadang masih mudah teralih oleh stresor luar Mood irritabel dan elasi Gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan visual Proses pikir asosiasi longgar , adanya ide mirip waham curiga Tilikan derajat 2C. Lingkungan dan Sosioekonomi

Masalah keluarga, keadaan ekonomi yang kurang untuk membelikan pasien motor. Tidak ada yang memprehatikan dengan khusus pemberian obat terhadap pasienIX. PROGNOSIS Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Hal yang meringankan prognosis 1. Keluarga mendukung kesembuhan pasien

2. Fungsi kognitif pasien masih baik

3. Setiap akhir episode pasien bisa mencapai baselineHal yang memperberat :1. insight derajat 22. kurangnya pengetahuan keluarga dan pasien mengenai gangguan jiwa yang dialami pasien serta pentingnya untuk tetap kontrol minum obat.X. RENCANA PENATALAKSANAANA. Psikofarmaka

1. Haloperidol 3x5mg2. Clorpromazin 1x100 mg

3. Trihexyphenidyl 2x2mgB. Psikoterapi1. Kepada pasien : Psikoterapi suportif : Membina rapport, menunjukkan empati, reassurance.2. Kepada keluarga :

Psikoedukasi mengenai :

Penyakit yang diderita pasien :

Memberi penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan edukatif tentang penyakit pasien ( penyebab, gejala, hubungan antara gejala pada perilaku, perjalanan penyakit, serta prognosis ). Pada akhirnya diharapkan keluarga bisa menerima dan memahami keadaan pasien serta mendukung proses penyembuhannya dan mencegah kekambuhan. Terapi :

Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien ( kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek samping yang mungkin muncul pada pengobatan ). Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara teratur. XI. PEMBAHASANPada pasien ini diagnosis Skizofrenia paranoid ditegakkan karena adanya suatu gangguan persepsi yang dominan disertai dengan ide waham curiga, yang sudah masuk dalam kategori skizofrenia. Gejala ini muncul sudah sangat lama namun kabuh-kambuhan ketika pasien tidak meminum obatnya. Oleh karena gangguan yang dialaminya ini pasien tidak dapat berhubungan dengan lingkungan sekitar, tidak dapat bekerja seperti biasanya.

Skizofrenia sendiri merupakan suatu sindrom yang penyebabnya masih belum diketahui dan perjalanan penyakit memberikan manifestasi yang luas, hal ini bisa muncul karena adanya pengaruh genetik, biologis, sertal budaya. Pada umumnya ditandai dengan adanya suatu penyimpangan fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (tidak wajar atau tumpul). Kesadaran biasanya jernih dan kemampuan intelektual pada sebagian besar kasusu masih terpelihara.

Permasalahan yang diduga merupakan pencetus gangguan psikotik pada pasien ini adalah kontrol minum obat yang tidak teratur serta adanya masalah dengan ibu pasien,karna tidak dibelikan motor. Stressor jelas dan kemampuan kognisi yang masih cukup baik merupakan faktor pendukung untuk prognosis baik. Namun masalah minimnya dukungan keluarga terhadap pengobatan pasien secara kontinu dan sikap pasien yang tidak kooperatif terhadap pengobatan dapat menjadi penghambat dalam terapi. Sehingga dengan pertimbangan tersebut maka prognosis berulangnya gangguan pada pasien adalah buruk, prognosis pada fungsi vital baik karena tidak ada kecenderungan untuk melukai diri sendiri, dan prognosis kembalinya fungsi pasien ke taraf normal kemungkinan adalah buruk karena pasien tidak mau minum obat.Pilihan terapi farmakologis untuk pasien ini yaitu Haloperidol 3x5 mg. Obat ini adalah obat antipsikotik generasi I (tipikal). Obat-obatan ini terutama bekerja dengan memblokade dopamin pada reseptor dopamin neuron pasca sinaps di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal sehingga efektif untuk gejala positif (waham, halusinasi) dan tidak memperburuk gejala negatif. Selain itu diberikan clorpromazin 1 x 100 mg yang merupakan obat antipsikotik generasi I juga untuk memberikan potensi yang lebih tinggi.

Untuk mengatasi kemungkinan efek samping penggunaan haloperidol dan untuk mengurangi gejala distonia pada pasien, ini dapat diatasi dengan pemberian Tryhexiphenidile dengan dosis 2 x 2 mg, dapat dinaikkan sampai 15 mg/hari. Bila pasien kaku sampai tidak bisa menelan, dapat diberi injeksi difenhidramin 25 50 mg/hari secara IM atau IV. Selain itu diberikan alprazolam 0,5 mg dengan dosis 2-4 mg/hari untuk mengatasi keluhan pasien yang sudah 3 hari tidak bisa tidur.

Selain terapi medikamentosa, pada pasien gangguan psikotik perlu mendapat sosioterapi. Psikoedukasi juga perlu diberikan kepada keluarga dan lingkungan sekitar agar tidak terjadi stigmatisasi terhadap pasien, dan membangun sistem pendukung yang kuat untuk menunjang perbaikkan pasien. Sosioedukasi mengajarkan pada pasien bagaimana cara untuk kembali pada masyarakat. Pada sosioedukasi pasien diajarkan untuk tidak malu dengan penyakitnya, dan cara bermasyarakat yang benar sehingga dirinya dapat diterima. Sosioedukasi juga seharusnya dilakukan pada keluarga untuk dapat menerima pasien tanpa stigmatisasi, dan membantu meningkatkan rasa penghargaan dirinya. XII. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien

Berhenti sekolah

Putus berobat

Tidak dibelikan motor

Gejala bicara sendiri, mangamuk

Putus berobat

Putus berobat

Putus berobat

Putus berobat

MRS V

MRS IV

MRS III

MRS I

MRS II

MRS VI

2015

2013

2012

2005

2002

1997

MRS V karena :

Mengamuk

Sulit tidur

Keluyuran tidak menggunakan pakaian

Mudah marah terhadap istri

Faktor Pencetus (tidak dibelikan motor)

Mendengar bisikan (+)

Melihat bayangan (+)

MRS III dan IV karena :

Mengamuk

Merusak barang

Bicara sendiri

Mengurung diri

Keluyuran

Faktor Pencetus tidak rutin minum obat

Mendengar bisikan (+)

Melihat bayangan (+)

Mudah marah terhadap istri

MRS II karena :

Mengamuk

Merusak barang

Bicara sendiri

Mengurung diri

Keluyuran

Faktor Pencetus tidak rutin minum obat

Mendengar bisikan (+)

Melihat bayangan (-)

Mudah marah terhadap istri

MRS I karena :

Mengamuk

Merusak barang

Faktor Pencetus berhenti sekolah

Mendengar bisikan ?

Melihat bayangan (-)

MRS VI karena :

Mengamuk memukul

Faktor Pencetus tidak minum obat

Mendengar bisikan +

Melihat bayangan +

PAGE 2