Laporan Kasus Psikiatri 2

31
LAPORAN KASUS PSIKIATRI Tanggal pemeriksaan : 19-10-2015 I. IDENTITAS PASIEN Nama : Hj.Rabasiah Umur : 64 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : R.Polong Agama : Islam Pekerjaan : IRT Status perkawinan: Sudah kawin No.RM : 384855 II.RIWAYAT PSIKIATRI Diperoleh dari catatan medis dan autoanamnesis A. Keluhan utama : Cemas B. Riwayatgangguan sekarang : pasien perempuan 64 tahun masuk RSUD Syekh Yusuf Gowa dengan keluhan susah tidur yang dialami sejak tahun 2011 dan rutin kontrol sejak tahun 2011 pula. Keluhan cemas yang dialami pasien disertai gelisah. Jika keluhan tersebut muncul, kadang juga disertai dengan keluhan fisik seperti keringat dingin dan pusing. Pasien mengeluh setiap malam tidak bisa tidur meskipun mata sudah tertutup dan mencoba untuk tidur. Jika sudah tidur, pasien juga mudah

description

gangguan cemas

Transcript of Laporan Kasus Psikiatri 2

Page 1: Laporan Kasus Psikiatri 2

LAPORAN KASUS PSIKIATRI

Tanggal pemeriksaan : 19-10-2015

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Hj.Rabasiah

Umur : 64 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : R.Polong

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Status perkawinan : Sudah kawin

No.RM : 384855

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari catatan medis dan autoanamnesis

A. Keluhan utama : Cemas

B. Riwayatgangguan sekarang : pasien perempuan 64 tahun masuk RSUD

Syekh Yusuf Gowa dengan keluhan susah tidur yang dialami sejak tahun

2011 dan rutin kontrol sejak tahun 2011 pula. Keluhan cemas yang

dialami pasien disertai gelisah. Jika keluhan tersebut muncul, kadang juga

disertai dengan keluhan fisik seperti keringat dingin dan pusing. Pasien

mengeluh setiap malam tidak bisa tidur meskipun mata sudah tertutup dan

mencoba untuk tidur. Jika sudah tidur, pasien juga mudah terbangun dan

susah untuk melanjutkan tidur kembali. Selain itu pasien kadang merasa

gelisah tanpa alasan yang jelas atau dalam kata lain pasien sendiri tidak

tau hal apa yang membuatnya gelisah. Saat pasien ditanyai mengenai

saudaranyam pasien kemudian menangis dan mengaku sering merasa

sedih jika teringat dengan adiknya (saudara yang keempat) yang sudah

meninggal. Adik pasien tersebut meninggal pada tahun 2011 lalu sebelum

pasien naik ke Tanah Suci. Pasien merasa sedih karena kepergiannya ke

Page 2: Laporan Kasus Psikiatri 2

Tanah Suci itu karena dimotivasi dan dibantu secara finansial oleh

adiknya tersebut namun 40 hari sebelum kepergian pasien ke Tanah suci,

adiknya meninggal dunia tiba-tiba tanpa diketahui penyakitnya. Selain itu,

pasien memang paling dekat dengan adiknya tersebut dibandingkan

dengan keluarga yang lain. Pasien juga kadang merasa sedih ketika

melihat keponakannya (anak dari adiknya) karena teringat akan adiknya

tersebut yang sudah meninggal. Pasien bahkan tidak mau pergi ke rumah

adiknya tersebut karena teringat dengan adiknya, perasaannya tiba-tiba

tidak enak dan tidak tenang. Pasien juga merasa cemas dan takut jika

mendengar berita kematian siapapun. Ia merasa takut akan kematian dan

merasa trauma atas kematian adiknya tersebut, hingga pasien sering

menutup telinga jika mendengar suara sirine ambulanc dikarenakan

teringat akan adiknya tersebut yang pada saat ia sakit, ia dilarikan ke

RSUD Syekh Yusuf menggunakan ambulance juga. Selain itu, pasien

juga sering terpikir akan tetangganya yang iri hati dengannya yang

notabene adalah keluarganya sendiri (sepupu dari suami pasien). Hal itu

dirasakan sejak tahun 1982 saat pasien punya usaha warung kecil-kecilan

yang lumayan pembeli dan penghasilannya sehingga tetangganya tersebut

merasa iri kepadanya. Pada saat itu, pasien juga berjualan di suatu sekolah

dan bersebelahan dengan tetangganya tersebut. Jualan pasien selalu terjual

habis sedangkan jualan tetangganya tidak. Tetangganya tersebut pun tidak

mengajak bicara dan seakan marah dengan pasien tapi pasien hanya

bersabar saja dan tetap berpikir positif. Jika pasien sakit, tetangga

sekaligus keluarganya tersebut tidak pernah menanyai kabarnya dan

menjenguk pasien meskipun beliau tau jika pasien sedang dalam keadaan

sakit. Pihak keluarga dalam hal ini suami dan anak-anak dari pasien

sering menyarankan dan menasehati pasien untuk tidak memikirkan hal

tersebut yang nantinya akan merugikan bagi diri pasien sendiri dan

menimbulkan stress. Pasien masih aktif dalam pekerjaan sehari-hari tapi

mudah lelah dan masih sering berkomunikasi dan berkunjung ke rumah

tetangga sambil bercerita. Sejak tahun 2011 pasien mengaku sering

Page 3: Laporan Kasus Psikiatri 2

berobat ke berbagai dukun selama 7 bulan, pasien juga sering

memeriksakan diri ke puskesmas, dokter spesialis saraf, dan dokter

spesialis jantung hingga menghabiskan banyak uang. Pasien juga

menderita kolesterol tinggi serta tensi sering rendah dan berobat ke

berbagai dokter sehingga keluhan fisiknya tersebut membaik namun

keluhan cemas dan susah tidur yang mengganggunya selama ini tidak

juga hilang. Setelah itu pasien kemudian disarankan untuk berobat ke poli

jiwa dan mengalami perbaikan.

- Hendaya/disfungsi:

Hendaya sosial (-)

Hendaya pekerjaan (-)

Hendaya waktu senggang (+)

- Faktor stresssor psikososial

Diduga karena pasien merasa tertekan akan kepergian (meninggal

dunia) adik yang paling dekat dan baik dengannya.

C. Riwayat gangguan sebelumnya

1. Riwayat penyakit dahulu:

Infeksi (-)

Trauma (-)

Kejang (-)

Penyakit lain : kadar kolesterol yang tinggi

2. Riwayat penggunaan zat psikoaktif:

Merokok (-)

Alkohol (-)

Napza (-)

D. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya:

Tidak ada

E. Riwayat kehidupan pribadi

1. Riwayat prenatal dan perinatal

Lahir normal dirumah ditolong dukun

Ibu pasien tidak mengalami masalah selama pasien dikandung

Page 4: Laporan Kasus Psikiatri 2

2. Riwayat masa kanak awal-pertengahan

a. Usia 1-3 tahun

Pasien mendapat ASI hingga umur 2 tahun

Toilte training dilakukan dengan baik

Pertumbuhan dan perkembangan baik dan sesuai usianya.

b. Usia 3-5 tahun

Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak sebayanya

c. Usia 6-11 tahun

Mampu bergaul dan bekerja sama dengan teman sebayanya di

sekolah

Pasien hanya bersekolah sampai kelas 2 SD (tidak tamat SD)

Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak sebayanya

3. Riwayat masa kanak akhir-remaja

Hubungan dengan keluarga baik.

Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak sebayanya

Pasien adalah sosok yang ramah terhadap semua orang

4. Riwayat masa dewasa

a. Riwayat pendidikan

Riwayat pendidikan terakhir kelas 2 SD (tidak tamat SD)

Tingkat pengetahuan setara dengan tingkat pendidikan (pasien

lemah dalam berhitung namun cukup pandai dalam urusan uang

dikarenakan pasien sudah buka usaha sejak lama, dan pasien bisa

membaca)

b. Riwayat pekerjaan

Pasien pernah membuka usaha berjualan

Sekarang pasien hanya merupakan ibu rumah tangga dan

membantu pekerjaan suami (mengurus sapi dan sawah)

c. Riwayat pernikahan

Pasien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak

d. Riwayat keluarga

Pasien adalah anak ke 3 dari 7 bersaudara (Pr,Pr,Pr,Pr,Lk,Pr,Lk)

Page 5: Laporan Kasus Psikiatri 2

Pasien paling dekat dengan saudaranya yang ke4 namun sudah

meninggal.

Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada

e. Riwayat kehidupan sosial

Hubungan dengan tetangga dan teman-teman sekitar diakui baik.

f. Riwayat agama

Pasien beragama Islam dan beribadah dengan teratur

g. Situasi kehidupan sekarang

Pasien tinggal bersama suami dan anak-anaknya

Keluarga lumayan tercukupi secara finansial (dengan usaha suami

menjual sapi dan mengurus sawah)

h. Riwayat kriminalitas

Pasien tidak pernah menjadi korban, pelaku, ataupun saksi pada

suatu kasus kriminal

i. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

Pasien bertekad untuk sembuh, bersabar atas segala cobaan hidup

yang diberikan Tuhan untuknya

j. Riwayat psikoseksual

Tidak ditemukan gangguan

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Pemeriksaan status mental dilakukan pada saat pasien kontrol di poli pada

tanggal 19 Oktober 2015

a. Deskripsi umum

1. Penampilan : seorang wanita, wajah sesuai umur, kulit sawo matang,

memakai songkok haji berwarana biru hitam, baju terusan biru dengan

manik perak, serta sendal karet warna kulit. Perawakan sedang.

2. Kesadaran :

Kesadaran baik saat dilakukan wawancara

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor :

Pasien tampak tenang saat dilakukan wawancara

Page 6: Laporan Kasus Psikiatri 2

4. Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif

b. Keadaan afektif

1. Mood : eutimik

2. Afek : luas

3. Serasi : serasi

4. Empati : dapat dirabarasakan

c. Pembicaraan : gaya bicara spontan

d. Gangguan persepsi :

1. Halusinasi : (-)

2. Ilusi : (-)

3. Depersonalisas : (-)

4. Derealisasi : (-)

e. Pikiran :

1. Bentuk pikir : Realistik

2. Arus pikir : Relevan

3. Isi pikiran : gangguan isi pikir (-)

f. Fungsi intelektual (kognitif)

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : Tingkat

pengetahuan setara dengan tingkat pendidikan (pasien lemah dalam

berhitung namun cukup pandai dalam urusan uang dikarenakan pasien

sudah buka usaha sejak lama, dan pasien bisa membaca)

2. Orientasi :

a. Waktu : Baik

b. Tempat : Baik

c. Orang : Baik

3. Daya ingat :

a. Jangka panjang: cukup

b. Jangka sedang : cukup

c. Jangka pendek : Baik

d. Jangka segera : Baik

4. Konsentrasi dan perhatian: cukup

Page 7: Laporan Kasus Psikiatri 2

5. Kapasitas berbahasa, membaca, dan menulis : Baik, hendaya

berbahasa (-)

6. Pikiran abstrak : kurang

7. Bakat kreatif : menjahit

8. Kemampuan menolong sendiri : cukup

g. Pengendalian impuls : terganggu

h. Daya nilai dan tilikan :

Norma sosial : baik

Uji daya nilai : baik

Penilaian realitas : baik

Tilikan : derajat 6 (sadar bahwa dirinya sakit dan

perlu pengobatan)

i. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS

Status internus :

Keadaan umum : pusing, sakit kepala, lemas, tangan berkeringat

TD : 90/60 mmHg S : 36,2 C

N : 88x/mnt P : 20x/mnt

Status neurologis

GCS : E4M6V5 (compos mentis)

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien perempuan 64 tahun masuk RSUD Syekh Yusuf Gowa dengan

keluhan cemas yang dialami sejak tahun 2011 dan rutin kontrol sejak tahun 2011

pula. Keluhan cemas yang dialami pasien disertai dengan susah tidur dan kadang

gelisah. Jika keluhan tersebut muncul, kadang juga disertai dengan keluhan fisik

seperti keringat dingin dan pusing. Pasien mengeluh setiap malam tidak bisa tidur

meskipun mata sudah tertutup dan mencoba untuk tidur. Jika sudah tidur, pasien

juga mudah terbangun dan susah untuk melanjutkan tidur kembali. Selain itu

Page 8: Laporan Kasus Psikiatri 2

pasien kadang merasa gelisah tanpa alasan yang jelas atau dalam kata lain pasien

sendiri tidak tau hal apa yang membuatnya gelisah. Saat pasien ditanyai mengenai

saudaranyam pasien kemudian menangis dan mengaku sering merasa sedih jika

teringat dengan adiknya (saudara yang keempat) yang sudah meninggal. Adik

pasien tersebut meninggal pada tahun 2011 lalu sebelum pasien naik ke Tanah

Suci. Pasien merasa sedih karena kepergiannya ke Tanah Suci itu karena

dimotivasi dan dibantu secara finansial oleh adiknya tersebut namun 40 hari

sebelum kepergian pasien ke Tanah suci, adiknya meninggal dunia tiba-tiba tanpa

diketahui penyakitnya. Selain itu, pasien memang paling dekat dengan adiknya

tersebut dibandingkan dengan keluarga yang lain. Pasien juga kadang merasa

sedih ketika melihat keponakannya (anak dari adiknya) karena teringat akan

adiknya tersebut yang sudah meninggal. Pasien bahkan tidak mau pergi ke rumah

adiknya tersebut karena teringat dengan adiknya, perasaannya tiba-tiba tidak enak

dan tidak tenang. Pasien juga merasa cemas dan takut jika mendengar berita

kematian siapapun. Ia merasa takut akan kematian dan merasa trauma atas

kematian adiknya tersebut, hingga pasien sering menutup telinga jika mendengar

suara sirine ambulanc dikarenakan teringat akan adiknya tersebut yang pada saat

ia sakit, ia dilarikan ke RSUD Syekh Yusuf menggunakan ambulance juga. Selain

itu, pasien juga sering terpikir akan tetangganya yang iri hati dengannya yang

notabene adalah keluarganya sendiri (sepupu dari suami pasien). Hal itu dirasakan

sejak tahun 1982 saat pasien punya usaha warung kecil-kecilan yang lumayan

pembeli dan penghasilannya sehingga tetangganya tersebut merasa iri kepadanya.

Pada saat itu, pasien juga berjualan di suatu sekolah dan bersebelahan dengan

tetangganya tersebut. Jualan pasien selalu terjual habis sedangkan jualan

tetangganya tidak. Tetangganya tersebut pun tidak mengajak bicara dan seakan

marah dengan pasien tapi pasien hanya bersabar saja dan tetap berpikir positif.

Jika pasien sakit, tetangga sekaligus keluarganya tersebut tidak pernah menanyai

kabarnya dan menjenguk pasien meskipun beliau tau jika pasien sedang dalam

keadaan sakit. Pihak keluarga dalam hal ini suami dan anak-anak dari pasien

sering menyarankan dan menasehati pasien untuk tidak memikirkan hal tersebut

yang nantinya akan merugikan bagi diri pasien sendiri dan menimbulkan stress.

Page 9: Laporan Kasus Psikiatri 2

Pasien masih aktif dalam pekerjaan sehari-hari tapi mudah lelah dan masih sering

berkomunikasi dan berkunjung ke rumah tetangga sambil bercerita. Sejak tahun

2011 pasien mengaku sering berobat ke berbagai dukun selama 7 bulan, pasien

juga sering memeriksakan diri ke puskesmas, dokter spesialis saraf, dan dokter

spesialis jantung hingga menghabiskan banyak uang. Pasien juga menderita

kolesterol tinggi serta tensi sering rendah dan berobat ke berbagai dokter sehingga

keluhan fisiknya tersebut membaik namun keluhan cemas dan susah tidur yang

mengganggunya selama ini tidak juga hilang. Setelah itu pasien kemudian

disarankan untuk berobat ke poli jiwa dan mengalami perbaikan.

- Hendaya/disfungsi:

Hendaya sosial (-)

Hendaya pekerjaan (-)

Hendaya waktu senggang (+)

- Faktor stresssor psikososial

Diduga karena pasien merasa tertekan akan kepergian (meninggal

dunia) adik yang paling dekat dan baik dengannya.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan penampilan seorang wanita,

wajah sesuai umur, kulit sawo matang, memakai songkok haji berwarana biru

hitam, baju terusan biru dengan manik perak, serta sendal karet warna kulit.

Perawakan sedang. Kesadaran baik, perilaku dan aktivitas motorik pasien tenang

saat dilakukan wawancara. Ditemukan mood yang eutimik dengan afek luas dan

serasi, serta empati dapat dirabarasakan. Gaya bicara spontan, tidak terdapat

gangguan persepsi. Tidka terdapat gangguan pikiran baik dari segi bentuk, arus,

dan isi pikiran. Taraf pendidikan sesuai dengan tingkat pendidikan, tidak ada

gangguan orientasi dan daya ingat. Pasien tampak penuh konsentrasi dan

perhatian, pikiran abstrak kurang, kemampuan menolong diri sendiri baik. Tidak

ada gangguan daya nilai, dan tilikan derajat 6 (pasien merasa bahwa dirinya sakit

dan perlu pengobatan.

Page 10: Laporan Kasus Psikiatri 2

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL (berdasarkan PPDGJ III dan DSM-IV

yang dikaitkan dengan ICD-10)

Aksis I: Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan

status mental didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu berupa pola

perilaku cemas. Perubahan pola perilaku cemas yang dialami

menimbulkan distress dan disabilitas dalam aktivitas kehidupan sehari-hari

sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita gangguan jiwa.

Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat melainkan

ditemukan hendaya ringan berupa hendaya pekerjaan dan penggunaan

waktu senggang sehingga didiagnosis Gangguan Jiwa Non-Psikotik.

Pada pemeriksaan status internus dan neurologik tidak ditemukan adanya

kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat

disingkirkan dan didiagnosis Gangguan Jiwa Non-Psikotik Non

Organik.

Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental

didapatkan keluhan cemas dengan mood yang hipotimia,serta afek yang

appropriate maka didiagnosis Gangguan Anxietas Lainnya

(ICD-10/PPDGJ III: F41). Pada pasien ini terdapat gejala-gejala

anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan

rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri,

dan ditemukan gejala otonom yang menyertai anxietas pada pasien ini

berupa keringat dingin sehingga berdasarkan Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) Gangguan campuran Anxietas

dan Depresi (ICD-10/PPDGJ III: F 41.2)

Aksis II : Dari hasil alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status

mental tidak didapatkan ciri kepribadian khas yang mengarah ke gangguan

kepribadian (tidak ada diagnosis)

Aksis III : hiperkolesterolemia

Page 11: Laporan Kasus Psikiatri 2

Aksis IV : Diduga karena pasien merasa tertekan akan kepergian (meninggal

dunia) adik yang paling dekat dan baik dengannya.

Aksis V : GAF scale 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)

VII. DIAGNOSA BANDING

1. Gangguan cemas menyeluruh

2. Gangguan cemas ytt

3. Gangguan panik

4. Gangguan stress pasca trauma

VIII. PROGNOSIS

Dubia ad bonam

Faktor pendukung:

- Keluarga mendukung kesembuhan pasien

- Faktor stressor psikososial diketahui

Faktor penghambat :

- Lingkungan pasien yakni tetangga yang sekaligus keluarganya yang

menjadi pemicu beban pikiran pasien

- Onset penyakit yang sudah lama

IX. RENCANA TERAPI

1. Farmakoterapi

Fluoxetine 20 mg 1 dd I pagi

Alprazolam 0,5 mg 1 dd I malam

2. Psikoterapi

Suportif :

Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien sehingga

dapat membantu pasien dalam memahami dan cara menghadapi

penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang

Page 12: Laporan Kasus Psikiatri 2

mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau

minum obat secara teratur.

Sosioterapi :

Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga bisa

menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta

menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses

penyembuhan dan keteraturan pengobatan.

X. FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya saat

kunjungan berikutnya di poli jiwa RSUD Jiwa Syekh Yusuf

XI. DISKUSI

Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat

menekan kehidupan seseoarang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau

bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi. Menurut

Kaplan, Sadock, dan Grebb kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu

yang mengancam, dan merupakan hal normal terjadi menyertai

perkembangan, perubahan, dan pengalaman baru atau yang belum pernah

dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Namun cemas

yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat

fungsi seseorang dalam kehidupannya.

Ada beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain:

- Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian

menimbulkan rasa takut dan cemas. Pasien ini mencemaskan berbagai hal,

mulai dari kecemasan terhadap dirinya sendiri mengenai kemungkinan

mengidap penyakit berat hingga kecemasan terhadap orang lain misalnya

merasa cemas ketika anak dari sepupu (keponakan) terlambat 1 jam pulang

dari sekolah dan pasien mulai berpikir kemungkinan-kemungkinan negatif

sehingga keponakannnya terlambat pulang.

Page 13: Laporan Kasus Psikiatri 2

- Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan

sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable,

akan tetapi sering juga dihinggapi depresi. Terkait dengan pasien ini yang

mengalami emosi yang kuat dan tidak stabil berupa perasaan depresi akan

masalah tanggungjawab sebagai kepala keluarga serta pikiran menjadi

bahan pembicaraan yang negatif bagi dirinya.

- Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of

persecution (delusi yang dikejar-kejar). Namun pada pasien ini tidak

terdapat gejala tersebut.

- Sering merasa mual dan muntah, badan terasa sangat lelah, banyak

berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare. Sebagian dari gejala

diatas dialami juga oleh pasien ini yakni kecemasannya kerap kali disertai

dengan banyak berkeringat/keringat dingin, gemetar, mudah lelah dan

bahkan sakit kepala.

- Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan

jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi. Pada pasien inipun

terjadi gejala demikian yakni tekanan darah yang tinggi.

Adapun yang mengklsifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis

gejala, diantaranya yaitu:

- Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar,

banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa

lemas, panas dingin, mudah marah dan tersinggung.

- Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar,

terguncang, melekat dan dependen.

- Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan

terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,

keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan

akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercamput

aduk dan kebingungan, sulit berkonsentrasi.

Page 14: Laporan Kasus Psikiatri 2

Ciri utama sindrom anxietas terdiri atas meningkatnya keterjagaan,

meningkatnya aktivitas simpatetik dan perasaan subjektif ketakutan serta

kecemasan.

Jaras saraf ascendens yang mengandung noradrenalin dan 5-

hidroksitriptamin menginervasi lobus limbik dan neokortex. Meningkatnya

aktivitas saraf noradrenergik akan menimbulkan meningkatnya keterjagaan;

meningkatnya aktivitas saraf 5-hidroksitriptamin akan meningkatkan respons

terhadap stimulus yang bersivat aversif.

Antagonis reseptor serotonin (5-HT2) terbukti bersifat anxiolitik. Efek ini

didapat dengan menurunkan sensitivitas reseptor 5HT-2.

Saraf yang mengandung GABA (gamma-amino butyric acid) merupakan

sistem inhibisi utama di otak. Ia menurunkan aktivitas neuron lain termasuk

neuron monoamin. Obat yang meningkatkan fungsi GABA (barbiturat dan

benzodiazepin) merupakan anxiolitik yang poten. Benzodiazepin, bekerja

melalui reseptor yang berada di lobus limbik dan neokortex, memodulasi

reseptor GABA-A postsinapsnya sehingga meningkatkan efek GABA. Karena

itulah pasien ini diberikan farmakoterapi berupa golongan benzodiazepin

(Alprazolam) yang awitan kerjanya cepat, dikonsumsi biasanya antara 4-6

minggu, setelah itu secara perlahan-lahan diturunkan dosisnya sampai akhirnya

dihentikan. Pasien juga diberikan obat golongan SSRI (serotonine selective

reuptake inhibitors) yakni fluoxetine. Obat dapat diberikan dalam 3-6 bulan

atau lebih, etrgantung kondisi individu, agar kadarnya stabil dalam darah

sehingga dapat mencegah kekambuhan.

Page 15: Laporan Kasus Psikiatri 2

AUTOANAMNESIS

Dokter Muda (DM), Pasien (P)

Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2015 saat

pasien kontrol ke poli jiwa RSUD Syekh Yusuf

DM : assalamualaikum ibu

P : waalaikumsalam dok

DM : bisa saya minta waktunya sebentar untuk saya tanya-tanya

seputar keluhan dan kehidupannya ibu?

P : iye, bisa dok

DM : perkenalkan saya dokter muda Ayu yang bertugas di poli

jiwa sekarang. Dengan ibu siapa ini?

P : Hj.Rabasia

DM : datang sama siapa ibu?

P : sendiri dok

DM : ibu, apa keluhannya sampai ibu berobat disini?

P : awal sakit dok?

DM : iya, ibu

P : awalnya saya berobat disini karena cemas

DM : sejak kapan itu ibu keluhannya?

P : dari tahun 2011 dok

DM : sejak itu, selain keluhan cemas, apa lagi keluhan lain yang

ibu rasakan?

P : tidak bisa tidur juga

DM : sampai sekarang itu keluhannya ibu?

P : berkurang mi dok, saya rajin kontrol disini

DM : jadi sejak tahun 2011, ibu berobat disini?

P : tahun 2012 pi saya baru berobat disini dok

DM : sebelumnya ibu berobat dimana?

Page 16: Laporan Kasus Psikiatri 2

P : saya keliling cari dukun untuk berobat karena saya pikir

sakit non medis, saya juga pernah periksakan diri ke

puskesmas, dokter saraf, sama dokter jantung

DM : memangnya ada keluhan lain atau sakitnya ibu yang

berkaitan dengan jantung?

P : saya sering keringat dingin juga dok, jadi saya periksa di

dokter jantung, terus ada kolesterol ku juga

DM : betul ibu ada penyakit jantung memang? Terus bagaimana

setelah berobat ke berbagai dokter apa keluhannya ibu

berkurang?

P : tidak ada penyakit jantung dok, Cuma kolesterol tinggi

saja. Saya juga sudah berobat ke dukun selama 7 bulan tapi

tidak ada hasilnya, banyak mi juga dokter saya datangi

sampai habis uangnya suamiku tapi tidak ada perubahan

saya rasa. Pas pi saya berobat disini baru enak saya rasa

DM : sudah lama juga keluhan tidak bisa tidur nya ibu?

P : iye dok

DM : apakah susahki memulai tidur, atau gampangki terbangun

kalau sudah tidur mungkin?

P : iye begitu dok. Biasa saya coba tidur dengan tutup mata

tapi tetap tidak bisa tidur, saya masih dengar orang-orang

dirumah bicara-bicara. Terus kalau sudah tidur sebentar,

terus tiba-tiba bangun, tidak bisami tidur kembali sampai

pagi.

DM : ibu, adakah sesuatu hal tertentu yang membuat ibu cemas?

P : biasa saya tidak tau alasan sebetulnya apa yang buat saya

cemas, tiba-tiba saja dok.

DM : cemasnya muncul setiap hari ibu?

P : tidak dok, kadang-kadang saja. Cuma tidurku yang sering

terganggu

Page 17: Laporan Kasus Psikiatri 2

DM : atau ada saat-saat tertentu misalnya kita cemas ibu?

Ataukah ibu susah tidur karena ada yang ibu pikir?

P : tidak ada ji dok

DM : ibu sudah menikah?

P : sudah dok

DM : berapa anaknya ibu?

P : 3 dok

DM : baik-baik ji hubungan dalam keluarga ibu? Dengan suami,

anak-anak?

P : alhamdulillah baikji dok

DM : ibu berapa bersaudara?

P : 7 dok

DM : kita anak ke berapa ibu?

P : anak ke-3

DM : kalau hubungan dengan saudara ta semua baik-baikji ibu?

P : (menangis) ada adikku yang paling dekatka tapi sudah

meninggal

DM : kapan meninggalnya ibu?

P : tahun 2011 sebelum saya ke tanah suci

DM : meninggalnya karena apa ibu?

P : tidak tau juga apa penyakitnya tapi sempat di bawa ke RS

sini dok

DM : bisa tolong ibu ceritakan kenapa ibu menangis ingat

adiknya? Ada kejadian yang ibu ingat?

P : saya sedih dok kalau ingat itu adikku, dia yang suruh saya

ke tanah suci, bahkan sampai mau bantuka untuk biayanya.

Tapi tidak lama, dia meninggal. Pas 40 hari meninggalnya,

adami panggilannya namaku untuk dapat giliran itu tahun

ke tanah suci

DM : jadi ibu sedih karena tidak sempatki na liat ke tanah suci,

padahal dia mi yang motivasiki?

Page 18: Laporan Kasus Psikiatri 2

P : iye dok (menangis)

DM : memang diantara semua saudara, ibu paling dekat sama

itu adikta? Dia anak ke berapa ibu?

P : iye dok, saya paling dekat dengan beliau. Dia anak ke-4.

Pas dibawahku.

DM : kalau ada masalah, ibu paling sering cerita dengan siapa?

P : dengan itumi adikku yang sudah meninggal makanya saya

sedih sekali pas dia meninggal.

DM : mungkin itumi yang jadi beban pikiran ta selama ini ibu?

Keluhan ta pertama kali muncul setelah adikta meninggal

atau sebelumnya?

P : meninggalpi adikku baru begini ka dok

DM : sekarang ibu masih teringat sekali dengan adikta di’? atau

adapi hal tertentu baru kita langsung ingat? Misalnya kayak

begini yang kalau di tanya pi tentang saudara, baru kita

teringat?

P : biasa biar ku liat keponakanku yang anaknya itu adikku,

menangis ka juga karena langusngka teringat sama adikku

yang meninggal. Biasa juga kalau ada suara ambulans saya

tutup telinga

DM : ibu teringat juga dengan adiknya kalau ada suara

ambulans? Kenapa ibu?

P : karena adikku sempat dibawa ke RS pakai ambulans.

DM : ibu sering juga mimpikan itu adikta?

P : tidakji dok. Cuma waktu saya ke tanah suci, saya sempat

liat dia di Madinah padahal dia sudah meninggal waktu

saya ke tanah suci.

DM : ada lagi masalah lain yang menggangguta selama ini ibu?

P : itu juga dok, ada tetangga yang sepertinya iri hati dengan

keluargaku

Page 19: Laporan Kasus Psikiatri 2

DM : iri hati bagaimana ibu? Awal mulanya bagaimana? Bisa

ibu tolong ceritakan

P : jadi begini, waktu anak pertama ku masih kecil sekitar

tahun 1982 saya buka usaha kecil-kecilan (buka warung),

alhamdulillah pembelinya. Saya juga jualan di sekolah,

kebetulan itu tetanggaku jualan juga disana, saya

bersebelahan. Kalau pulang, jualan ku selalu habis

sedangkan dia tidak. Trus dia kayak marah-marah dan tidak

ajak bicara saya kalau pulang dalam keadaan jualanku habis

sedangkan dia tidak.

DM : memang betul tetanggata iri hati atau mungkin perasaanta

ji ibu?

P : sepertinya memang iri hati dok. sebetulnya bukan Cuma

sekedar tetangga, tapi dia juga sepupu satu kalinya

suamiku. Biasa kalau dia tau saya sakit, dia lewat saja

didepan rumah, tidak singgah jenguk, tidak pernah juga

tanya kabarnya saya bagaimana.

DM : sampai sekarang itu jadi beban pikiran ta ibu? Jadi

hubunganta dengan tetanggata tidak baik? Jadi kita tidak

pernah berkomunikasi lagi dengan beliau?

P : tidakji juga dok. saya tetap ajak bicara. Suami dan anak-

anak juga nasehati saya untuk tidak terlalu dipikir masalah

itu.

DM : ibu masih bisa ji bekerja sehari-hari dirumah?

P : iye masih bisa ji dok. tapi cepat capek, jadi biasa kalau

sudah mencuci, saya istirahat dulu sebentar baru lanjut lagi

menyapu misalnya

DM : ibu teratur minum obat?

P : iya teratur dok

DM : ibu apa pendidikan terakhir ta?

P : SD dok

Page 20: Laporan Kasus Psikiatri 2

DM : tamat SD ibu?

P : tidak dok, sampai kelas 2 ji

DM : ibu bisa hitung? Saya tes ya. 100-7 berapa ibu?

P : saya tidak bisa kalau bilangan besar dok

DM : tapi kalau uang kita tau ji hitung-hitung?

P : iya, tauji dok karena saya pernah buka usaha dulu

DM : kalau membaca, ibu tauji? Coba kita baca ini ( menunjuk

ke tulisan “NAMA”)

P : NAMA

DM : ibu kita tau ji sekarang dimana? Siang atau malam?

P : di poli jiwa dok. siang

DM : kita tauji dengan siapa ibu ditanya-tanya sekarang?

P : dengan dokter muda (senyum)

DM : ada bakat tertentu ta ibu? Misalnya menjahit, memasak,

menyanyi

P : tau ka menjahit dok

DM : ibu, kita rasa ji dirita sakit? Dan perluki berobat? Ibu ada

niat sembuhji?

P : iye dok makanya saya rajin kontrol disini

DM : iya ibu aji, saya pikir sampai disini dulu perbincangan ta

ibu. Terimakasih sudah sempatkan waktunya. Terimakasih

juga sudah kasih kepercayaan ke saya dengan menceritakan

semua keluhan sampai masalahnya ibu di rumah. Tetap

diminum teratur obatnya ibu, semoga ibu juga cepat

sembuh. Aamiin. Assalamualaikum

P : terimakasih banyak dok. waalaikumsalam