Laporan Kasus Ujian Psikiatri

33
LAPORAN KASUS UJIAN PSIKIATRI SKIZOFRENIA PARANOID Oleh: Nisia Putri Rinayu H1A007046 Pembimbing dr. Yolly Dahlia, Sp.KJ

description

Laporan Kasus Ujian Psikiatri

Transcript of Laporan Kasus Ujian Psikiatri

Page 1: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

LAPORAN KASUS UJIAN PSIKIATRI

SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh:

Nisia Putri Rinayu

H1A007046

Pembimbing

dr. Yolly Dahlia, Sp.KJ

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT JIWA

RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

2014

Page 2: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : “Tn.M“

Umur : 35 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Gegutu Rebon, Lingsar

Agama : Islam

Suku : Sasak

Pendidikan : tamat SD

Pekerjaan : saat ini tidak bekerja

Status : Bercerai

Pasien MRS pada tanggal 22 Januari 2014, pukul 10.40 WITA diantar oleh ayah

dan sepupunya.

II. Riwayat Psikiatri

Data diperoleh dari:

Autoanamnesis pada tanggal 22, 23, dan 26 Januari 2014

Alloanamnesis dari :

1. Tn. M, ayah kandung pasien, berusia 65 tahun, tidak bersekolah, bekerja sebagai

petani, tinggal serumah dengan pasien, pada tanggal 22 Januari 2014.

2. Tn. M, sepupu pasien, berusia 35 tahun, tamat SMA, seorang pegawai swasta, tidak

tinggal serumah, pada tanggal 23 dan 26 Januari 2014.

1. Keluhan Utama

Pasien mengamuk sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit

2. Riwayat Gangguan Sekarang

Enam bulan sebelum masuk rumah sakit mantan istri pasien yang sudah

diceraikan sejak sekitar 4 tahun yang lalu kembali dari bekerja sebagai TKW di Arab

Saudi dan berniat untuk mengajak pasien menikah lagi. Istri pasien memberikan uang 1

Page 3: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

juta pada pasien untuk biaya pernikahan tapi malah dipakai pasien untuk membeli

handphone. Menurut sepupu pasien, saat pasien ditanya kenapa pasien tidak mau rujuk

dengan istrinya pasien mengatakan bahwa dia tidak mau menikah supaya keluarga istri

bahagia. Sepupu pasien mengatakan memang hubungan dengan keluarga istri tidak baik

sejak pernikahan pasien dan masalah dengan keluarga istri inilah yang menyebabkan

perceraian mereka. Keluarga istri tidak menyukai pasien karena ekonomi pasien yang

tergolong miskin. Selain itu, sepupu pasien juga mengatakan bahwa sebenarnya pasien

menyukai orang lain dan ingin mengajaknya menikah. Pasien mengatakan bahwa

wanita yang ingin diajak menikah adalah seorang “bebalu” (janda karena bercerai) yang

memiliki satu anak dan sangat cantik. Pasien merasa tidak percaya diri dan takut untuk

mengajak wanita ini menikah karena merasa bahwa wanita itu sangat cantik dan diluar

jangkauannya. Lima bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mulai sering

membangga-banggakan cincin yang dimiliki. Pasien mengatakan bahwa cincinnya

merupakan cincin terbaik dan memiliki kekuatan magis, meskipun pasien tidak pernah

mengatakan apa kekuatan tersebut. Selain cincin, pasien juga membangga-banggakan

semua barang yang dimilikinya seperti handphone miliknya yang menurut pasien

merupakan handphone paling bagus. Pasien juga merasa bahwa dirinya adalah orang

yang sangat tampan meskipun kurang mengurus diri, tapi ketampanannya tidak pernah

berkurang. Sekitar empat bulan sebelum masuk rumah sakit pasien terlihat mulai sering

bicara sendiri, tidak jelas apa yang dibicarakan dan sebagian besar pembicaraannya

tidak dimengerti keluarga. Pasien mengatakan saat itu dia mulai melihat jin Ifrit.

Menurut pasien jin Ifrit tampak sebagai seseorang yang sangat tampan dan rupawan,

mirip seperti dirinya hanya saja bedanya Jin Ifrit memiliki mata berwarna hijau dan

berbadan besar. Jin Ifrit sebenarnya adalah makhluk jahat yang selalu berniat

mengganggu pasien dan anak-anaknya tapi jin Ifrit tidak berani pada pasien sehingga

jin Ifrit selalu menjaga jarak dan tidak pernah berani berulah bila ada pasien. Pasien

mengatakan hal ini bukan karena dia memiliki kekuatan tertentu, dia hanya bergantung

pada Allah. Bahkan pasien mengatakan dia sendiri takut pada jin Ifrit karena badannya

yang besar, karena itu pasien berusaha untuk tidak mengganggu jin Ifrit sehingga si Jin

juga tidak mengganggunya. Pasien mengatakan kadang-kadang dia melihat tiga ekor

kucing yang berkeliaran dirumah sambil mengeong mengganggu pasien. Ketiga kucing

Page 4: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

ini, masing-masing berwarna merah, hitam dan kuning, sebenarnya adalah jin Ifrit

sendiri yang brusaha mengganggu pasien. Hanya dia yang bisa melihat kucing-kucing

ini dan bila orang lain melihat akan membuat mereka ketakutan sehingga pasien tidak

mau memperlihatkan kucing tersebut pada orang lain.

Satu bulan sebelum masuk rumah sakit pasien semakin gelisah dan cepat marah.

Kadang-kadang sampai mengamuk dan merusak barang dirumah. Bahkan ayah pasien

mengatakan beberapa kali pasien memukul ayahnya karena melawan saat dinasehati.

Menurut keluarga, setelah selesai mengamuk pasien tidak ingat kejadian saat dirinya

mengamuk. Jika tidak sedang mengamuk pasien masih bisa diajak bicara meskipun

sering pembicaraannya tidak nyambung. Pasien juga sering cepat marah dan selalu

curiga orang berniat jahat padanya. Pasien mengatakan bahwa adiknya Wildan merasa

iri pada pasien akibat masalah tanah warisan dari nenek-kakek mereka yang harusnya

jatuh menjadi hak milik pasien tapi malah diambil oleh adiknya tersebut. Pasien juga

mengatakan bahwa adiknya hanya tampak baik didepan saja, tapi sebenarnya hatinya

busuk, Bahkan saudaranya itu memiliki niat untuk menggoreng dan membunuh pasien.

Seminggu sebelum masuk rumah sakit ayah pasien mengatakan pasien semakin gelisah

bahkan pada malah hari pasien tidak tidur sama sekali dan hanya mondar-mandir di

sekitar rumah tanpa tujuan. Bila ditanya atau ditegur pasien malah marah-marah.

Sampai puncaknya pasien mengamuk sehari sebelum masuk rumah sakit. Pasien

dikatakan tiba-tiba mengamuk, merusak barang dirumah dan bahkan berniat membacok

ayahnya yang berusaha menahan amukan pasien. Keluarga dan tetangga berusaha

menenangkan pasien tapi malah dipukul oleh pasien. Hingga akhirnya pasien diringkus

oleh sepuluh orang dan akhirnya dirantai untuk menahan pasien agar tidak mengamuk

lagi. Pasien tidak ingat kejadian saat dirinya mengamuk. Menurut pasien dia sedang

bersemangat untuk bekerja membuat sesuatu dan saat dia tersadar tiba-tiba saja pasien

sudah dalam kondisi kaki dirantai. Pasien berusaha meminta keluarga membuka rantai

dikakinya karena dia harus menyelesaikan pekerjaannya yang banyak tertinggal. Tapi

pasien malah dibawa ke rumah sakit jiwa. Menurut pasien dirinya sebenarnya tidak

sakit. Malah orang yang membawa dan memborgol dirinya, yaitu adiknya Wildan—lah

yang sebenarnya punya masalah karena dia iri pada pasien.

Page 5: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

Karena hal ini, keluarga akhirnya memutuskan untuk membawa pasien berobat ke

RSJ NTB. Sebelum muncul gejala, pasien tidak pernah mengalami trauma dan/atau

sakit yang dapat menyebabkan perubahan perilaku dan mental. Pasien juga tidak ada

mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang lainnya yang dapat menyababkan

perubahan perilaku.

Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 22 Januari 2014, selama tiga hari pertama

perawatan, pasien sudah mulai agak tenang tetapi masih sedikit inkoherensi, assosiasi

longgar, adanya waham kebesaran, waham kejar, halusinasi auditorik dan halusinasi

visual. Tidur pasien cukup. Pasien diberikan terapi dengan tiga macam obat, satu obat

warna merah mudah dan putih diminum tiga kali sehari dan satu obat warna putih

diminum satu kali sehari.

3. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien belum pernah mengalami masalah kejiwaan sebelumnya. Ini adalah pertama

kali pasien dibawa berobat untuk keluhannya yang sekarang.

Riwayat Gangguan Medis

Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang mengharuskannya

dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan

pasien saat ini.

Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat lain

Pasien merupakan perokok aktif. Merokok sekitar 5-12 batang dalam sehari, tidak

pernah mengkonsumsi minuman beralkohol dan tidak pernah menggunakan zat

psikoaktif.

4. Riwayat Kehidupan Pribadi

a. Riwayat prenatal dan perinatal

Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara yang masih hidup. Pasien

merupakan anak yang tidak direncanakan, sama seperti semua kelahiran dalam

keluarga pasien. Kondisi ibu pada saat mengandung tidak diingat oleh ayah pasien,

Page 6: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

tapi ibu pasien dalam keadaan sehat. Pasien lahir ditolong oleh dukun beranak.

Setelah lahir, pasien tinggal dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya.

b. Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)

Pasien tumbuh dan berkembang sama seperti anak lain. Pasien mendapat ASI,

ayah pasien lupa sampai usia berapa tapi sampai pasien bisa berjalan pasien masih

menyusu. Perkembangannya hampir sama dengan teman sebayanya. Pasien lebih

dulu bisa berjalan daripada bicara. Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya, pasien

mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kedua orang tua dan saudara-saudaranya.

c. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)

Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lain. Pasien dapat bermain dan

bersekolah seperti anak-anak yang lain. Pergaulan dengan teman seusianya cukup

baik, mempunyai prestasi sekolah yang cukup dan tidak pernah tinggal kelas.

Hubungan pasien dengan ayah dan ibunya serta saudara-saudaranya sangat baik.

Pasien tampak sebagai anak yang ceria dan penurut. Orangtua dipandang sebagai

sosok yang harus di hormati, meskipun pasien lebih dekat dengan ibu

d. Masa Kanak-kanak akhir dan remaja (11-18 tahun)

Pasien dapat berinteraksi dengan teman sebaya. Tidak lagi melanjutkan sekolah

setelah lulus SD karena masalah biaya. Sejak saat itu mulai membantu orangtua

bekerja disawah.

e. Masa Dewasa

Riwayat Pendidikan

Pasien menyelesaikan sekolah SD tepat waktu dengan prestasi yang cukup dan tidak

terlalu menonjol. Pasien ingin melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi, tapi

terbentur dengan masalah biaya.

Riwayat Pekerjaan.

Setelah lulus SD, pasien bekerja menggarap sawah ayahnya. Pekerjaan sebagai

buruh sawah masih dikerjakan hingga sekarang. Pasien mengambil alih penuh

pekerjaan menggarap sawah sejak tahun 2002, sedangkan ayah beralih memelihara

sapi sebanyak dua ekor.

Page 7: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

Riwayat Perkawinan

Pasien sudah bercerai dengan istri sekitar 4 tahun lalu. Pasien menikah tahun 2000

atas dasar suka sama suka. Sebelumnya sempat berpacaran selama 3 tahun sampai

akhirnya pasien mengajak menikah. Awal perkawinan hubungan cukup baik, tapi

lama kelamaan hubungan makin tidak bagus. Hal ini diperparah dengan pandangan

keluarga istri yang kurang baik terhadap pasien dikarenakan status ekonominya

yang rendah. Akibat campur tangan keluarga istri pasien akhirnya bercerai dengan

istri 4 tahun yang lalu (akhir tahun 2009). Istri kembali kerumah orangtuanya dan

kedua anak diurus oleh pasien.

Riwayat Agama

Pasien beragama Islam, pendidikan agama didapatkan dari ayah dan guru ngaji

Selama ini pasien rajin beribadah dan menjalankan kewajiban agamanya.

Riwayat Psikoseksual

Pendidikan seksual tidak pernah diberikan oleh orangtuanya. Pengetahuan tentang

pendidikan seksual didapat dari teman-temannya dan televisi. Pasien tidak pernah

melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Sepengetahuan keluarga, pasien

pernah berpacaran beberapa kali sebelum menikah dengan istrinya yang dulu.

Aktivitas Sosial

Pasien dapat bergaul dengan cukup baik di lingkungan rumahnya. Pergaulan dengan

tetangganya cukup baik. Pasien adalah orang yang supel dan mudah bergaul

sehingga mempunyai cukup banyak teman.

Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien belum pernah melakukan tindakan yang melanggar hukum selama ini.

5. Riwayat Keluarga

Pasien adalah anak ketiga dari empat bersaudara yang masih hidup, seorang kakak

pasien meninggal saat masih kecil. Sewaktu lahir sampai dengan sekarang tinggal

bersama orang tuanya dan dua orang anaknya dan adik laki-laki pasien. Ibu pasien

meninggal sekitar 5 tahun yang lalu karena sakit keras. Hubungan pasien dengan kakak-

kakaknya cukup baik, hubungan dengan adiknya tidak baik terutama semenjak beberapa

tahun terakhir dimana pasien dan adiknya memiliki masalah dengan tanah warisan.

Page 8: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

Anak-anak pasien adalah anak yang penurut dan patuh. Hubungan dengan anak-

anaknya cukup baik dan semenjak bercerai dengan istri pasien bertanggung jawab

mengurus kedua anaknya.

Dikeluarga inti tidak ada yang menunjukan tanda-tanda masalah kejiwaan. Tapi

ditemukan adanya riwayat gangguan jiwa pada sepupu ayah pasien. Dirawat 4 bulan

yang lalu dan sampai sekarang masih berobat jalan.

Genogram keluarga pasien:

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Tinggal serumah

------ : Bercerai

69thn 69 thn +2008 65thn

45thn 40thn 33thn 47thn 40thn +1990 35thn 28 thn

13thn 7thn

Menikah 1999, bercerai 2009

Page 9: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

6. Situasi Kehidupan Sekarang

Pasien tinggal dengan kedua orang anak, ayahnya dan saudara laki-lakinya.

Kedua saudara perempuan pasien tinggal bersama keluarga mereka. Rumah yang dihuni

keluarga pasien adalah rumah sederhana berlantai satu, atap seng-genteng, lantai semen

dan ukuran sekitar 50 meter persegi dengan 3 kamar tidur, ruang keluarga dan dapur.

Penghasilan diperoleh dari pekerjaan pasien sebagai petani, ayahnya mengurus sapi dan

kadang-kadang dibantu adiknya yang bekerja sebagai buruh serabutan. Penghasilan

dirasa kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pasien bertanggung jawab sebagai kepala keluarga yang harus memenuhi

kebutuhan ayah dan kedua anaknya. Adik laki-laki pasien hanya membantu sesekali

saja. Pekerjaan rumah kebanyakan dikerjakan oleh anak tertua pasien semenjak pasien

bercerai dengan istrinya.

7. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien tidak merasa dirinya memiliki gangguan jiwa. Pasien juga tidak merasa

pernah marah-marah apalagi mengamuk seperti yang dikatakan keluarganya. Pasien

juga merasa bingung kenapa dia dibawa ke RSJP. Menurut pasien saat dia sadar tiba-

tiba saja dia sudah dirantai dan dibawa ke RSJP.

.

III. Status Mental

Berdasarkan pemeriksaan tanggal 22 januari 2014

1. Deskripsi Umum

a. Penampilan

Pasien seorang laki-laki berusia 35 tahun, tampak sesuai usianya, penampilan

kurang rapi, kesan rawat diri cukup.

b. Kesadaran

Jernih.

c. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Pasien cukup tenang selama wawancara, hanya sering menggertakkan gigi

kemungkinan bila pasien tidak menyukai atau tidak berkenan menjawab pertanyaan

Page 10: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

pemeriksa. Kontak mata cukup, kadang pandangan beralih kesana kemari seperti

mengawasi.

d. Pembicaraan

Spontan, cukup lancar, volume cukup, artikulasi jelas, kadang jawaban tidak sesuai

dengan pertanyaan.

e. Sikap Terhadap Pemeriksa

Cukup kooperatif.

2. Alam Perasaan dan Hidup Emosi

a. Mood

Eutimik

b. Afek

Luas.

c. Keserasian

Serasi

3. Fungsi Intelektual

a. Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdasan

Pengetahuan dan kecerdasan sulit dievaluasi.

b. Daya Konsentrasi

Cukup baik. Mampu mengikuti wawancara dengan baik namun kadang-kadang

pandangan teralihkan kesana-kemari seperti pasien mengawasi.

c. Orientasi

Waktu: kesan baik, pasien tahu saat wawancara adalah pagi hari.

Tempat: kesan baik, pasien tahu bahwa tempatnya diwawancara adalah rumah

sakit jiwa

Orang: kesan baik, pasien tahu yang mengantar adalah ayah dan sepupu pasien.

d. Daya ingat

Daya ingat jangka panjang : baik, pasien masih ingat kehidupan masa kecilnya

Page 11: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

Daya ingat masa lalu belum lama : baik, pasien masih ingat kejadian saat dia

bercerai dengan istrinya atau saat istrinya kembali untuk mengajak menikah

lagi.

Daya ingat baru saja : kurang pasien tidak ingat kejadian sebelum dibawa

kemari atau saat dia dikatakan mengamuk.

Daya ingat segera : kurang pasien hanya bisa menyebutkan dua dari tiga benda

yang disebutkan pemeriksa

e. Pikiran Abstrak

Terganggu. Pasien tidak bisa melanjutkan sebuah peribahasa yang disebutkan

pemeriksa juga tidak bisa menjelaskan artinya.

f. Bakat kreatif

Tidak ditemukan

g. Kemampuan menolong diri sendiri

Cukup, pasien mampu mengurus dirinya sendiri.

4. Gangguan Persepsi

a. Halusinasi

Halusinasi auditorik (+): suara jin Ifrit dan kucing mengeong.

Halusinasi visual (+): jin Ifrit dan tiga ekor kucing.

Halusinasi penghidu (-), halusinasi pengecapan (-), halusinasi taktil (-).

b. Ilusi: tidak ada.

c. Depersonalisasi: tidak ada.

d. Derealisasi : tidak ada.

5. Proses Pikir

a. Bentuk Pikir

Non-realistik.

b. Arus Pikir

Asosiasi longgar. Inkoherensi.

c. Isi Pikiran

Preokupasi: (-)

Page 12: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

Waham:

o Waham kejar: pasien mengatakan bahwa saudaranya pak Wildan berniat

menggoreng dia.

o Waham kebesaran: jin Ifrit tidak berani mengganggu dirinya, pasien

merupakan orang yang tampan dan rupawan.

6. Pengendalian Impuls

Cukup. Selama wawancara pasien relatif tenang. Ada riwayat pengendalian impuls

sebelumnya.

7. Daya Nilai

a. Daya nilai sosial : saat ini cukup, ada riwayat daya nilai sosial terganggu karena

pasien sering tiba-tiba marah hingga memukul dan merusak barang.

b. Uji daya nilai : sulit dievaluasi, saat diberikan satu situasi pasien tidak menjawab

apa yang akan dilakukan malah jawabannya melantur dan tidak sesuai pertanyaan.

8. Tilikan

Tilikan derajat 1. Pasien menyangkal penuh bahwa dirinya sakit.

9. Penilaian Daya Realita (Reality Test Ability-RTA)

Terganggu. Adanya waham dan halusinasi.

10. Taraf Dapat Dipercaya

Secara umum tidak dapat dipercaya.

IV. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut

1. Status Generalis

a. Tanda vital

Tekanan darah: 130/80 mmHg

Nadi: 88 x/menit

Pernapasan: 20x/menit

Page 13: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

Suhu: 36,6 0C

b. Kepala-leher

Mata: anemis (-/-). ikterus (-/-), refleks pupil (+/+), isokor.

THT: telinga dbn, hidung tampak jejas (-), krepitasi (-), deviasi septum (-).

Leher: struma (-), pembesaran KGB (-).

c. Thoraks

Cor: S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-).

Pulmo: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing(-/-).

d. Abdomen

Distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), H/L/R :tidak teraba.

e. Sistem urogenital: tidak dievaluasi.

f. Ekstremitas: akral hangat (+), oedem (-).

2. Status Neurologis

a. Pupil: bentuk bulat, isokor (+/+), refleks cahaya (+/+).

b. Gejala rangsangan selaput otak: tidak ditemukan.

c. Gejala peningkatan tekanan intrakranial: tidak didapatkan.

d. Motorik: Normal.

e. Tonus: Normal.

f. Koordinasi: Baik.

g. Turgor: Normal.

h. Refleks: Tidak dievaluasi.

i. Sensibilitas: Baik.

j. Susunan saraf vegetatif: Baik.

k. Fungsi-fungsi luhur: Baik.

l. Gangguan khusus: Tidak ada.

I. Ikhtisar Penemuan Bermakna

Telah diperiksa seorang pasien laki-laki, 35 tahun, agama Islam, suku Sasak, saat ini

tidak bekerja, status sudah bercerai, datang dengan keluha utama mengamuk sehari sebelum

masuk rumah sakit.

Page 14: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

Enam bulan sebelum masuk rumah sakit mantan istri pasien yang sudah diceraikan sejak

sekitar 4 tahun yang lalu kembali dari bekerja sebagai TKW di Arab Saudi dan berniat untuk

mengajak pasien menikah lagi. Tetapi pasien tidak mau rujuk dengan istrinya pasien mengatakan

bahwa dia tidak mau menikah supaya keluarga istri bahagia. Hubungan dengan keluarga istri

yang buruk dan adanya wanita idaman pasien yang dirasa jauh dari jangkauan kemungkinan

menjadi pencetus gangguan jiwa.

Lima bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mulai sering membangga-banggakan

cincin yang dimiliki. Pasien mengatakan bahwa cincinnya merupakan cincin terbaik dan

memiliki kekuatan magis, meskipun pasien tidak pernah mengatakan apa kekuatan tersebut.

Selain cincin, pasien juga membangga-banggakan semua barang yang dimilikinya seperti

handphone miliknya yang menurut pasien merupakan handphone paling bagus. Pasien juga

merasa bahwa dirinya adalah orang yang sangat tampan meskipun kurang mengurus diri, tapi

ketampanannya tidak pernah berkurang.

Sekitar empat bulan sebelum masuk rumah sakit pasien terlihat mulai sering bicara

sendiri, tidak jelas apa yang dibicarakan dan sebagian besar pembicaraannya tidak dimengerti

keluarga. Pasien mengatakan saat itu dia mulai melihat jin Ifrit. Menurut pasien jin Ifrit tampak

sebagai seseorang yang sangat tampan dan rupawan, mirip seperti dirinya hanya saja bedanya Jin

Ifrit memiliki mata berwarna hijau dan berbadan besar. Jin Ifrit sebenarnya adalah makhluk jahat

yang selalu berniat mengganggu pasien dan anak-anaknya tapi jin Ifrit tidak berani pada pasien

sehingga jin Ifrit selalu menjaga jarak dan tidak pernah berani berulah bila ada pasien. Pasien

mengatakan hal ini bukan karena dia memiliki kekuatan tertentu, dia hanya bergantung pada

Allah. Pasien mengatakan kadang-kadang dia melihat tiga ekor kucing yang berkeliaran dirumah

sambil mengeong mengganggu pasien. Ketiga kucing ini, masing-masing berwarna merah, hitam

dan kuning, sebenarnya adalah jin Ifrit sendiri yang brusaha mengganggu pasien.

Satu bulan sebelum masuk rumah sakit pasien semakin gelisah dan cepat marah. Kadang-

kadang sampai mengamuk dan merusak barang dirumah bahkan memukul ayahnya karena

melawan saat dinasehati. Setiap selesai mengamuk pasien tidak ingat kejadian saat dirinya

mengamuk. Pasien juga sering cepat marah dan selalu curiga orang berniat jahat padanya. Pasien

mengatakan bahwa adiknya Wildan merasa iri pada pasien akibat masalah tanah warisan dari

nenek-kakek mereka yang harusnya jatuh menjadi hak milik pasien tapi malah diambil oleh

Page 15: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

adiknya tersebut. Pasien juga mengatakan bahwa adiknya hanya tampak baik didepan saja, tapi

sebenarnya hatinya busuk, Bahkan saudaranya itu memiliki niat untuk menggoreng dan

membunuh pasien.

Seminggu sebelum masuk rumah sakit pasien semakin gelisah bahkan pada malah hari

pasien tidak tidur sama sekali dan hanya mondar-mandir di sekitar rumah tanpa tujuan. Bila

ditanya atau ditegur pasien malah marah-marah. Sampai puncaknya pasien mengamuk sehari

sebelum masuk rumah sakit. Pasien dikatakan tiba-tiba mengamuk, merusak barang dirumah dan

bahkan berniat membacok ayahnya yang berusaha menahan amukan pasien. Keluarga dan

tetangga berusaha menenangkan pasien tapi malah dipukul oleh pasien. Hingga akhirnya pasien

diringkus oleh sepuluh orang dan akhirnya dirantai untuk menahan pasien agar tidak mengamuk

lagi. Pasien tidak ingat kejadian saat dirinya mengamuk. Menurut pasien dia sedang bersemangat

untuk bekerja membuat meubel dan saat dia tersadar tiba-tiba saja pasien sudah dalam kondisi

kaki dirantai.

Sebelum muncul gejala, pasien tidak pernah mengalami trauma dan/atau sakit yang dapat

menyebabkan perubahan perilaku dan mental. Pasien juga tidak ada mengkonsumsi alkohol atau

obat-obatan terlarang lainnya yang dapat menyababkan perubahan perilaku.

Pasien adalah anak ketiga dari empat bersaudara yang masih hidup, seorang kakak pasien

meninggal saat masih kecil. Sewaktu lahir sampai dengan sekarang tinggal bersama orang tuanya

dan dua orang anaknya dan adik laki-laki pasien. Ibu pasien meninggal sekitar 5 tahun yang lalu

karena sakit keras. Hubungan pasien dengan kakak-kakaknya cukup baik, hubungan dengan

adiknya tidak baik terutama semenjak beberapa tahun terakhir dimana pasien dan adiknya

memiliki masalah dengan tanah warisan. Anak-anak pasien adalah anak yang penurut dan patuh.

Hubungan dengan anak-anaknya cukup baik dan semenjak bercerai dengan istri pasien

bertanggung jawab mengurus kedua anaknya.

Dikeluarga inti tidak ada yang menunjukan tanda-tanda masalah kejiwaan. Tapi

ditemukan adanya riwayat gangguan jiwa pada sepupu ayah pasien. Dirawat 4 bulan yang lalu

dan sampai sekarang masih berobat jalan.

Page 16: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 22 Januari 2014, selama tiga hari pertama

perawatan, pasien sudah mulai agak tenang tetapi masih sedikit inkoherensi, assosiasi longgar,

adanya waham kebesaran, waham kejar, halusinasi auditorik dan halusinasi visual. Tidur pasien

cukup. Pasien diberikan terapi dengan tiga macam obat, satu obat warna merah mudah dan putih

diminum tiga kali sehari dan satu obat warna putih diminum satu kali sehari.

Status mental yaitu penampilan: kurang rapi, kesan rawat diri cukup; kesadaran: jernih;

orientasi: cukup; mood: eutimik; afek: luas; gangguan persepsi: halusinasi auditorik (+), visual

(+); isi pikir: waham kebesaran (+), kejar (+); proses pikir: asosiasi longgar, inkoherensi; tilikan

derajat 1. Status generalis dan status neurologis dalam batas normal.

II. Diagnosis Multiaksial

Aksis I : Skizofrenia Paranoid

Aksis II : Tidak ditemukan gangguan kepribadian

Aksis III : Tidak ditemukan kelainan

Aksis IV : hubungan yang tidak baik dengan keluarga mantan istridan keinginan

menikah lagi namu calon yang diinginkan dirasa diluar jangkauan

Aksis V : GAF 20 – 11 (current)

: GAF 100 – 91 (HLPY)

III. Formulasi Diagnosis

Pada pasien ini ditemukan adanya pola prilaku atau psikologis yang secara klinis

bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan penderitaan dan

hendaya dalam berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan

pasien ini mengalami gangguan jiwa.

Berdasarkan anamnesis mengenai riwayat penyakit medis, pasien pernah mengalami

trauma kepalasaat masih kecil, dirawat beberapa hari di RSUP NTB. Tapi setelah sembuh dapat

berfungsi dengan baik secara sosial dan pekerjaan. Riwayat kejang, hipertensi atau penyakit

lainnya yang dapat menimbulkan disfungsi otak tidak ditemukan sebelum menunjukkan gejala

gangguan jiwa. Oleh karena itu diagnosis gangguan mental organik (F00 – F09) dapat

disingkirkan. Riwayat penggunaan zat psikoaktif sebelum timbulnya gejala gangguan jiwa tidak

Page 17: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

didapatkan. Sehingga diagnosis gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan zat psikoaktif

(F10 – F19) dapat disingkirkan.

Pada pasien ini didapatkan gangguan proses pikir, penilaian realitas, dan nilai tilikan yang

terganggu, yaitu didapatkan waham kejar, halusinasi auditorik dan halusinasi visual. Oleh karena

itu pasien dapat dimasukkan kategori gangguan mental psikotik. Berdasarkan kriteria diagnosis

PPDGJ III, pasien dapat dimasukkan dalam Skizofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan

waham (F20 – F29). Pada pasien masih perlu diobservasi adanya gangguan suasana perasaan

(mood/afektif). Karena pada pasien sebulan belakangan didapatkan riwayat mood irritable

(mudah tersinggung). Selain itu didapatkan pula harga diri yang melambung atau kebesaran,

penurunan kebutuhan untuk tidur, dan pikiran yang meloncat-loncat. Meskipun belum memenuhi

kriteria diagnosis manik (diperlukan adanya mood meninggi, atau setidaknya empat kriteria

gejala B bersama mood irritable), observasi terhadap afektif pasien selama pengobatan

diperlukan untuk benar-benar menyingkirkan adanya kemungkinan gangguan afektif (F30 –

F39). Karena masih belum bisa menyingkirkan dengan penuh gangguan afektif, perlu didignosis

banding dengan kemungkinan Skizoafektif tipe manik pada pasien.

Secara khusus, pada pasien didapatkan waham kejar dimana pasien merasa bahwa

saudara sepupunya berniat membunuh dirinya. Pasien juga percaya bahwa semua wanita cantik

punya hati yang busuk/jahat. Terdapat pula waham kebesaran dimana pasien merasa bahwa jin

Ifrit yang sering mengganggu sebenarnya merasa takut pada dirinya. Pasien juga merasa bahwa

dirinya adalah sangat tampan dan rupawan. Terdapat pula halusinasi auditorik dan visual.

Jadi, terdapat dua gejala yang menonjol yaitu gangguan isi pikir dan gangguan persepsi

(berupa waham kebesaran, waham kejar, halusinasi visual dan halusinasi auditorik). Aksis I

ditegakkan dengan diagnosis Skizofrenia Paranoid (F20). Untuk menegakan diagnosis

skizofrenia paranoid perlu dipastikan gejala akan bertahan lebih dari 6 bulan. Karena gejala

psikotik baru muncul sekitar 5 bulan yang lalu perlu dievaluasi lebih lama dan sementara masih

harus di DD dengan Skizofreniform sebelum terbukti tidak.

Pada Aksis II tidak didapatkan gangguan kepribadian maupun retardasi mental. Pada

Aksis III tidak ditemukan kelainan klinis yang bermakna. Pada Aksis IV didapatkan masalah

pada lingkungan keluarga, yaitu hubungan yang buruk antara pasien dengan keluarga mantan

istri dan keinginan untuk menikah dengan wanita yang dirasa diluar jangkauan..

Page 18: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

Pada Aksis V berdasarkan Penilaian Fungsi Secara Global/GAF, saat ini pasien berada

pada nilai 20-11 (ada bahaya mencelakai diri dan/atau orang lain) dan nilai tertinggi untuk

sekurangnya satu bulan selama satu tahun terakhir yaitu 100-91 (tidak ditemukan adanya gejala,

pasien masih berfungsi dengan baik dalam sosial dan pekerjaan).

IV. Daftar Permasalahan

Organobiologik : tidak ditemukan.

Psikologis/Perilaku: perhatian yang kadang sering teralihkan; waham kejar (+);

waham kebesaran (+); halusinasi visual (+); halusinasi auditorik (+); proses pikir

assosiasi longgar dan inkoherensi; RTA terganggu; tilikan derajat 1.

Keluarga, Lingkungan dan Sosial Budaya: Hubungan dengan keluarga istri buruk;

hubungan dengan adik kurang baik; mengidamkan wanita yang dirasa diluar

jangkauan; ekonomi keluarga yang termasuk kelompok ekonomi menengah

kebawah.

V. Rencana Terapi

1. Psikofarmasi

Risperidon 2x1mg

Lorazepam 0 – 0 – 0,5 mg

Tryhexyphenidil: 2 x 2 mg

2. Psikoedukasi

Psikoedukasi pada pasien bertujuan untuk mendukung proses terapi, membantu

pasien dalam menemukan cara mengatasi masalahnya, dan mencegah timbulnya gejala

yang sama saat pasien mendapat stressor psikologis.

Edukasi terhadap pasien, yaitu:

Secara bertahap sesuai dengan kembalinya kemampuan penilaian realitas pada

pasien, memberi informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang

dideritanya, gejala-gejala, dampak, faktor-faktor penyebab, pengobatan,

komplikasi, prognosis, dan risiko kekambuhan agar pasien tetap taat meminum

obat dan segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa di kemudian hari.

Page 19: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

Meyakinkan bahwa semua gejala yang muncul dapat dihilangkan dengan minum

obat secara teratur.

Memotivasi pasien untuk berobat teratur.

Edukasi terhadap keluarga :

Memberikan edukasi dan informasi mengenai penyakit pasien, gejala, faktor-

faktor pemicu, pengobatan, komplikasi, prognosis, dan risiko kekambuhan di

kemudian hari.

Meminta keluarga untuk mendukung pasien pada saat-saat setelah sakit agar

pasien dapat mengalami sembuh remisi.

3. Psikoterapi

Psikoterapi yang diberikan kepada pasien adalah psikoterapi suportif yaitu yang

bertujuan untuk memperkuat fungsi defensif pasien terhadap keyakinannya yang non-

realistik, memperluas fungsi pengendalian dengan metode pengendalian baru,

memperbaiki kemampuan adaptif pasien. Psikoterapi ini dicapai dengan pendekatan

bimbingan dan reassurance.

4. Sosioterapi

Mengembalikan fungsi sosial pasien melalui latihan kembali untuk berinteraksi

dengan pasien-pasien lainnya selama perawatan, dan memberi pengertian pada pasien

bahwa tujuan perawatannya adalah untuk menghilangkan gejala penyakitnya dan berlatih

untuk bisa kembali bermasyarakat di lingkungannya setelah keluar dari rumah sakit.

Memberi penjelasan kepada keluarga mengenai keadaan yang dialami pasien sehingga

keluarga dapat menciptakan lingkungan yang optimal bagi pemulihan pasien,

menurunkan stigmatisasi dan diskriminasi terutama pada keluarga dan masyarakat

sekitar. Keluarga perlu diberi edukasi dalam upaya mendukung penyembuhan pasien

berupa terapi pasien yang akan membutuhkan waktu lama sehingga diharapkan dapat

berperan sebagai PMO bagi pasien.

Page 20: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

VI. Prognosis

Faktor pendukung:

a. Faktor pencetus cukup jelas

b. Ini merupakan episode pertama

c. Gejala positif tanpa gejala negatif

Faktor penghambat:

a. Riwayat penyerangan

b. Bercerai dengan istri

Berdasarkan faktor-faktor di atas, prognosis pasien ini adalah:

Ad Vitam : bonam

Ad Functionam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad malam

VII. Pembahasan

Pada pasien ini ditemukan gejala bermakna berupa mengamuk, menyerang orang lain,

marah-marah, berkata kasar, bicara sendiri. Sedangkan dalam pemeriksaan status mental

didapatkan adanya waham kejar, waham kebesaran, dan halusinasi visual dan auditorik. Gejala-

gejala yang timbul pada pasien merupakan gejala psikotik, dan karena gangguan penilaian realita

telah mengganggu kehidupan dan fungsi global pasien, selama lebih dari satu bulan, maka

gejala-gejala tersebut memenuhi sebagian kriteria skizofrenia.

Sesuai dengan pedoman diagnosis berdasarkan PPDGJ III/ICD 10, beberapa

kemungkinan diagnosis dapat disingkirkan dari pasien. Tidak dijumpai adanya gangguan

neurologis, riwayat kejang, riwayat trauma, atau gangguan pada intelektual pasien, sehingga

gejala psikosis pada pasien tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk gangguan mental organik.

Pada pengamatan selama perawatan, laporan keluarga, dan penjelasan dari pasien ditemukan

tidak adanya gejala gangguan mood pada pasien sehingga diagnosis Skizoafektif dapat

disingkirkan. Pasien bukan merupakan pengguna alkohol dan NAPZA sehingga gangguan

mental perilaku akibat penggunaaan zat dapat disingkirkan.

Permasalahan yang diduga merupakan pencetus gangguan psikotik pada pasien ini adalah

masalah hubungan dengan keluarga mantan istri pasien yang buruk dan keinginan menikahi

seorang wanita yang dirasa diluar jangkauan. Stressor jelas, lama penyakit yang tidak terlalu

Page 21: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

lama dan gejala positif tanpa ada gejala negatif merupakan faktor pendukung untuk prognosis

baik. Namun masalah hubungan keluarga yang buruk, dan adanya kecendrungan sikap

menyerang merupakan faktor pendukung untuk prognosis buruk. Sehingga dengan pertimbangan

tersebut maka prognosis berulangnya gangguan pada pasien adalah cenderung baik, prognosis

pada fungsi vital kurang baik karena ada kecendrungan untuk bersikap agresif, dan prognosis

kembalinya fungsi pasien ke taraf normal kemungkinan adalah baik.

Pilihan terapi farmakologis untuk pasien ini yaitu risperidon dengan dosis 2x1 mg. Obat

ini adalah obat antipsikotik atipikal, memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor serotonin dan

aktivitas menengah terhadap reseptor dopamin, alfa-adrenergik, dan histamin. Dengan demikian

obat ini efektif untuk gejala positif (waham, halusinasi) dan tidak memperburuk gejala kognitif

dan tidak menyebabkan gejala negatif. Dosis pemberian dimulai dari dosis awal, karena ini

merupakan episode pertama pasien. Efek samping sedasi, otonomik, dan ekstrapiramidal

minimal dibandingkan obat antipsikotik tipikal.

Untuk mengatasi kemungkinan efek samping penggunaan risperidon dan untuk

mengurangi gejala distonia pada pasien, ini dapat diatasi dengan pemberian Tryhexiphenidile

dosis 2 x 2 mg, dapat dinaikkan sampai 15 mg/hari. Bila pasien kaku sampai tidak bisa menelan,

dapat diberi injeksi difenhidramin 25 – 50 mg/hari secara IM atau IV. Untuk gangguan tidur pada

pasien, diberikan lorazepam 0,5mg pada malam hari. Lorazepam adalah golongan benzodiazepin

yang bekerja menginhibisi neuron GABA sebagai mediator.

Selain terapi medikamentosa, pada pasien gangguan psikotik perlu mendapat psikoterapi

dan sosioterapi. Psikoterapi bertujuan membantu menguatkan pikiran pasien mengenai mana

realita mana bukan realita sehingga dapat melawan gejalanya sendiri, menjelaskan mengenai

penyakitnya secara perlahan, sehingga pasien mengerti pentingnya minum obat secara teratur dan

tidak putus. Psikoedukasi juga perlu diberikan kepada keluarga dan lingkungan sekitar agar tidak

terjadi stigmatisasi terhadap pasien, dan membangun sistem pendukung yang kuat untuk

menunjang perbaikkan pasien.

Sosioedukasi mengajarkan pada pasien bagaimana cara untuk kembali pada masyarakat.

Pada sosioedukasi pasien diajarkan untuk tidak malu dengan penyakitnya, dan cara

bermasyarakat yang benar sehingga dirinya dapat diterima. Sosioedukasi juga seharusnya

dilakukan pada keluarga untuk dapat menerima pasien tanpa stigmatisasi, dan membantu

meningkatkan rasa penghargaan dirinya.

Page 22: Laporan Kasus Ujian Psikiatri

VIII. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien

6 bulan SMRS

Mantan istri minta rujuk dengan pasien, pasien menolak

Pasien menyukai orang lain yang dirasa diluar jangkauan

1 hari SMRS

Pasien mengamuk dirumah, merusak barang dan mencoba memarang ayahnya.

Pasien dirantai kakinya untuk menahan saat mengamuk.

1 minggu SMRS

Pasien tidak bisa tidur malam, mondar-mandir tak menentu.

Sering marah-marah dan tiba-tiba mengamuk merusak barang.

1bulan SMRS

Pasien sering marah-marah dan ngomel sendiri.

Cepat tersinggung dan curiga pada semua orang.

4 bulan SMRS

Pasien sering bicara sendiri.

Mulai bertemu jin Ifrit.

Merasa curuga dengan orang-orang disekitarnya termasuk adiknya yang dirasa iri padanya.

5 bulan SMRS

Pasien mulai membangga-banggakan barag miliknya (cincin, handphone dll)

Merasa diri lebih tampan dan rupawan dibanding orang lain.