kasus ujian psikiatri

45
PRESENTASI KASUS SKIZOFRENIA PARANOID Disusun Oleh : Ristianti Affandi 1102010248 Pembimbing : Dr. Prasila Darwin, Sp. KJ FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN JIWA RUMAH SAKIT ISLAM JIWA KLENDER

description

psikiatri

Transcript of kasus ujian psikiatri

Page 1: kasus ujian psikiatri

PRESENTASI KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun Oleh :

Ristianti Affandi

1102010248

Pembimbing :

Dr. Prasila Darwin, Sp. KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT ISLAM JIWA KLENDER

PERIODE JUNI-JULI 2015

JAKARTA

Page 2: kasus ujian psikiatri

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS

Nama : Tn. F

TTL : Jakarta, 28 November 1967

Umur : 47 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : BUMN (RNI)

Pendidikan : S1 (Magement)

Agama : Islam

Suku : Madura

Status : Bercerai

No. RMK : 00-59-xx

Alamat : Kabalen

Tanggal Masuk : 20 Juli 2015

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Autoanamnesa : 22 Juli 2015 (pukul 15.00 WIB)

Alloanamnesa : 20Juli 2015 (pukul 16.00 WIB) Adik Pasien

A. KELUHAN UTAMA

Pasien marah-marahhingga membanting barang tanpa sebab sejak ± 7 jamsebelum

masuk rumah sakit (SMRS).

B. KELUHAN TAMBAHAN

- Pasien berteriak-teriak tanpa sebab yang jelas

- Pasien mendengar bisikan-bisikan dan melihat seseorang saat sedang sendiri

C. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

Pasien datang ke Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta di bawa oleh adik

kandung pasien dengan keluhan pasien marah-marah hingga membanting-banting

barang hingga memecahkan kaca tanpa sebab sejak ± 7 jam SMRS.

1

Page 3: kasus ujian psikiatri

Lebih kurang 4bulan SMRS,adik pasien merasakan ada perubahan pada sikap

dan perilaku pasien, yaitu pasientiba-tiba marah tanpa alasan yang jelas dan bicara

sendiri yang tidak dimengerti. Menurut pasien iamerasa yakin bahwa dirinya adalah

tangan kanan Puan Maharani dan Megawati yang sering dimintai penilaian atas

kinerja politik mereka dan mempunyai lawan yaitu Jokowidodo yang juga punya

tangan kanan yaitu teman pasien. Pasien mengaku ia sering terbangun pada malam

hari dan melihat Megawati serta Puan Maharani datang mengunjungi pasien untuk

meminta saran agar mereka bisa menjadi presiden dan meminta penilaian politik yang

dapat menjatuhkan Jokowidodo. Menurut pasien pidato yang Megawati sampaikan di

televisi adalah hasil dari pemikirannya. Pasien juga merasa ketika Megawati dan Puan

Maharani sedang muncul di televisi mereka mengajaknya mengobrol langsung sama

halnya saat pasien sedang mendengarkan radio pasien merasa suara yang keluar dari

radio adalah ajakan kepada pasien untuk mengobrol. Kedatangan Puan dan Megawati

yang menjadi lebih sering membuat pasien menjadi sulit tidur sehingga pasien kesal

danmarah-marah kepada mereka.

Lebih kurang 1 bulan SMRS,perilaku pasien semakin aneh.Ia menjadi

semakin sering mengamuk di rumahnya. Menurut pengakuan pasienia semakin sering

marah karena dikejar-kejar oleh Jokowidodo akibat ia berpihak pada Puan dan

Megawati. Pasien pernah melihat Jokowidodo keluar dari televisi dan menembus

tembok rumahnya untuk menakuti-nakutinya.Pasien merasa terkadang arwah pasien

dapat berpergian saat pasien tidur agar bisa berkomunikasi dengan Megawati dan

Puan.Pasien juga merasa bahwa pasien bisa memasukan isi pikirannya kepada orang

lain sehingga orang tersebut dapat mengetahui isi pikirannya.

Sejak ± 1 pekan SMRS pasien terlihat gelisah dan gaduh.Pada malam hari

pasien tidak bisa tidur, lebih mudah tersinggung dan mudah marah.Adik pasien

mengaku kakaknya juga jadi lebih banyak bicara sendiri dan kacau.Pasien jarang

makan dan jarang membersihkan diri.Pasien merasa ujung keset yang ada di

rumahnya berubah menjadi kalajengking sehingga pasien memukul-mukul keset

tersebut.Sampai akhirnya ± 7 jam SMRS pasien mengamuk sambil memecahkan kaca

dan adik pasien serta suaminya memutuskan pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa

Islam Klender.

2

Page 4: kasus ujian psikiatri

D. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA

- Psikiatrik

Menurut keterangan adik pasien, pada tahun 1992 pasien sudah pernah mendapat

perawatan di RS Abdi Waluyo karena mengamuk dengan alasan yang tidak

jelas. Menurut keterangan adiknya sebelum sakit pasien sempat terlihat sering

melamun dan tidak mau keluar rumah setelah pernikahan adik laki-lakinya saat

itu pasien belum menikah. Pasien sempat menolak minum obat karena menurut

pasien ia tidak sakit sehingga dirawat kembali di RS Mintohardjo ± 1 bulan

kemudian.

Pada tahun 2007 pasien pindah pengobatannya ke RSJIK dan masih rutin minum

obat.Pada tahun 20012 perilaku pasien mulaiberubahmenjadi sering marah-marah

tanpa alasan jelas, gelisah dan sulit tidur setelah sering bertengkar dengan

isterinya sehingga pasien dirawat inap di RSJIK selama ± 3 hari.

Pada tahun 2014, perilaku aneh pasien kembali muncul beberapa lama setelah

pasien bercerai dengan isterinya, awalnya pasien terlihat sedih dan bingung

namun lama kelamaan menjadi gelisah, sulit tidur dan sering mengamuk.Adik

pasien membawa pasien berobat ke RSJIK dirawat inap kembali selama ± 3 hari

dan disarankan untuk tetap kontrol ke RSJIK saat obat habis.Setelah keluar

RSJIK pasien patuh minum obat, namun semakin lama minum obat menjadi

tidak teratur dan tidak makan obat karena merasa bosan.Menurut pengakuan

pasien obat yang diberikan berwarna putih dan kecil, berwarna kuning dan

merah.

- Medik

Pasien mengaku tidak pernah mengalami kecelakaan, terjatuh atau terbentur yang

mengakibatkan luka/cedera pada daerah kepala. Pasien juga mengatakan tidak

pernah mengalami demam tinggi sampai kejang ataupun penyakit berat lainnya

seperti diabetes melitus maupun hipertensi.

- Penggunaan Zat

Pasien merokok sejak usia 18 tahun, sehari dapat menghabiskan 8 batang sampai

1 bungkus rokok. Pasien menyangkal menggunakan obat-obatan seperti shabu,

ganja dan obat-obatan terlarang lainnya. Pasien mengaku pernah meminum

minuman beralkohol yang di beli di warung-warung saat masih remaja bersama

teman-temannya saat sedang nongkrong.

3

Page 5: kasus ujian psikiatri

E. RIWAYAT PRAMORBID1. Masa prenatal

Adik pasien tidak mengetahui kondisi saat pasien dikandung akan tetapi menurut

cerita pasien dan adik-adiknya dilahirkan secara normal, dibantu oleh bidan di

daerah rumahnya. Pasien merupakan anak yang dikehendaki orangtuanya.Pasien

merupakan anak ke 1 dari 9 bersaudara.Adiknya tidak pernah mendapat cerita

tentang kakaknya yang sakit sakit kejang demam atau penyakit lainnya yang

bermakna.

2. Masa kanak-kanak dini/awal (0 s/d 3 tahun)

Menurut keterangan adik pasien, pasien diasuh oleh orang tua kandungnya tetapi

tidak tahu sampai kapan diberikan ASI. Tidak ada cacat bawaan yang ditemukan.

Menurut cerita yang didapatkan adik pasien, tidak ada kebiasaan buruk pasien,

seperti membenturkan kepala atau menghisap jari.

3. Masa kanak-kanak pertengahan (3-7 tahun)

Pasien dapat tumbuh normal, tidak ada riwayat kejadian trauma kepala dan

kecelakaan saat itu, tidak ada riwayat kejang yang muncul tiba-tiba. Pada usia ini

pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit.

Menurut penuturan adik pasien, perkembangan fisik pasien umumnya baik. Secara

keseluruhan pasien adalah anak yang periang, baik dan memiliki banyak teman.

Adik pasien mengatakan pasien tidak masuk taman Kanak-kanak (TK) dan

langsung masuk sekolah dasar (SD) di usia ± 6 tahun. Semasa SD, pasien dinilai

tidak banyak bertingkah laku buruk di sekolah. Menurut adik pasien, pasien tidak

pernah terlibat perkelahian dengan temannya di sekolah.Pasien menyelesaikan

sekolah dasarnya selama enam tahun.

4. Masa Kanak Akhir dan Pubertas (11-18 tahun)

Pasien mulai mengenal merokok dari teman-temannya dan sering keluar malam

untuk nongkrong bersama teman-temannya sambil minum alkoholagar terlihat

gaul. Pasien tidak mengalami ketergantungan alkohol hanya saat bersama

temannya ia minum alkohol. Pasien berhenti minum alkohol saat masuk

universitas karena menganggap perbuatan tersebut salah.

5. Masa dewasa

Setelah adik laki-laki pertamanya menikah pasien terlihat lebih sering melamun

dan jarang keluar rumah.Awalnya pasien mendukung pernikahan tersebut namun,

4

Page 6: kasus ujian psikiatri

setelah mendekati hari pernikahan pasien terlihat tidak senang karena di langkahi

oleh adik laki-lakinya.

Hubungan pasien dan keluarganya menjadi renggang setelah pasien dan adik-

adiknya berkeluarga dan hampir semua adiknya pindah keluar Jakarta.Adik

bungsunya tinggal di Jakarta hanya sedikit jauh dari tempat tinggal pasien dan

keluarganya tapi adiknya sering berkunjung ke rumah pasien.

Pasien bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan BUMN (RNI) di

Jakarta.

Pasien bercerai dengan isterinya pada tahun 2014 dan memiliki 3 orang anak, satu

orang laki-laki dan dua orang perempuan dan usia anak paling tua 13 tahun. Anak-

anak pasien kini dirawat oleh ibu pasien.

F. RIWAYAT KELUARGA

Keterangan :

Pasien merupakan anak pertama dari sembilan bersaudara.Sejak lahir pasien

tinggal bersama orang tua nya.Keluarga pasien memiliki riwayat gangguan yang

serupa yaitu kakak laki-laki ibu pasien.Menurut cerita yang didapatkan oleh adik

pasien uwa pasien sering berbicara dan tertawa sendiri serta pernah hilang dari rumah,

namun tidak pergi ke dokter untuk pengobatan sampai akhirnya meninggal dunia.

5

Perempuan

Laki-Laki

Perempuan Meninggal

Laki-Laki Meninggal

Penderita

Penyakit Psikiatri lainnya

Page 7: kasus ujian psikiatri

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

Pasien seorang laki-laki, berpenampilan fisik sesuai usianya, postur tubuh kurus,

berkulit sawo matang, barambut hitam, pada saat wawancara pasien mengenakan

baju kaos berwarna hijau, memakai celana pendek berwarna cokelatbermotif

loreng dan memakai sandal jepit.

2. Perilaku dan aktivitas motorik

Sebelum wawancara, pasien tampak duduk tenang dan sedang menontontelevisi di

ruang tengah bangsal laki-laki.Selama wawancara, pasien duduk tenang, kesan

normoaktif, Setelah wawancara, pasien masuk kembali ke bangsal laki-laki,

kembali duduk dan berbicara dengan pasien lainnya.

3. Sikap terhadap pemeriksa

Selama wawancara pasien kooperatif dalam menjawab pertanyaan dan membalas

tatapan pemeriksa.

B. MOODDAN AFEK

1. Mood : Eutimia

2. Afek : Luas

3. Keserasian : Serasi

C. PEMBICARAAN

- Intonasi : Jelas

- Artikulasi : Jelas

- Volume : Normal

- Menjawab pertanyaan : Spontan

D. GANGGUAN PERSEPSI

1. Halusinasi

- Auditorik : Ada

- Visual : Ada

- Taktil : Tidak ada

- Olfaktorik : Tidak ada

- Gustatorik : Tidak ada

2. Ilusi : Ada

6

Page 8: kasus ujian psikiatri

3. Depersonalisasi : Tidak ada

4. Derealisasi : Tidak ada

E. GANGGUAN PIKIRAN

1. Proses pikir

a. Produktivitas : Kaya Ide

b. Kontinuitas

- Blocking : Tidak ada

- Asosiasi longgar : Ada

- Inkoheren : Tidak ada

- Flight of idea : Tidak ada

- Sirkumstansia : Tidak ada

- Tangensial : Tidak ada

- Neologisme : Tidak ada

- Word salad : Tidak ada

c. Hendaya bahasa : Tidak ada

2. Isi pikir

1. Preokupasi : TIdak ada

2. Gangguan isi Pikiran

Waham

Waham bizarre : Ada

Waham sistematik : Ada

Waham nihilistic : Tidak ada

Waham paranoid : Ada

- Waham kebesaran : Tidak ada

- Waham kejaran : Ada

- Waham rujukan : Tidak ada

- Waham dikendalikan : Tidak ada

o Thought withdrawal : Tidak ada

o Thought insertion : Tidak ada

o Thought broadcasting : Ada

o Thought control : Tidak ada

Waham cemburu : Tidak ada

7

Page 9: kasus ujian psikiatri

Erotomania : Tidak ada

Obsesi : Tidak ada

Kompulsif : Tidak ada

Fobia

Fobia spesifik : Tidak ada

Fobia sosial : Tidak ada

Akrofobia : Tidak ada

Agoraphobia : Tidak ada

Klaustrofobia : Tidak ada

Aiirufobia : Tidak ada

Zoofobia : Tidak ada

Xenophobia : Tidak ada

F. FUNGSI KOGNITIF

1. Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)

2. Orientasi : Baik

a. Waktu baik (pasien benar menyebutkan hari, bulan, tahun saat di

wawancara).

b. Tempat baik (pasien dapat menyebutkan bahwa saat ini sedang berada di

Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta, Negara Indonesia, kota jakarta, serta

ruangan perawatannya).

c. Orang baik (pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai oleh dokter muda

dan dapat menyebutkan nama pemeriksa dan beberapa pasien).

3. Konsentrasi : Baik

a. Daya ingat.

Daya ingat segera baik (pasien dapat mengingat nama dokter yang

merawatnya saat ini dan juga dapat menyebutkan 3 benda yang

pewawancara ajukan).

Daya ingat yang pendek baik (pasien dapat mengingat menu sarapan

tadi pagi dan sudah di konfirmasi).

Daya ingat sedang baik (pasien mampu mengingat tanggal masuk ke

RSJI-Klender)

Daya ingat jangka panjang baik (pasien dapat mengingat tempat

sekolah pasien ketika SD, SMP, dan SMA)

8

Page 10: kasus ujian psikiatri

b. Intelegensia dan Pengetahuan umum : Luas.

1. Pasien dapat menyebutkan tiga kota besar di Indonesia. Jawaban pasien

yaitu : Semarang, Jakarta, dan Bandung

2. Pikiran abstrak : Baik (dapat mengartikan peribahasa “buah tangan”)

G. Daya Nilai

1. Daya nilai sosial: baik.

o Pasien dapat menyebutkan beberapa nama-nama pasien selama pasien dirawat.

2. Uji daya nilai : Baik.

o Misalnya, jika pasien menemukan dompet yang akan dilakukan oleh pasien

yaitu mengembalikan kepada pemiliknya.

H. Reality Test Ability (RTA)

Terganggu

I. Tilikan

Tilikan derajat 1

J. Taraf dapat Dipercaya

o Dapat dipercaya.

Pada waktu yang berbeda, pasien memberikan kesimpulan jawaban yang

sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh adik kandungnya.

IV. STATUS FISIK

1. Status generalis

Keadaan umum : Tampak sehat

Kesadaran : Composmentis (E4M6V5)

Tanda vital

- Tekanan darah : 120/80 mmhg

- Suhu : 36,5 °c

- Nadi : 75 x/menit

- Pernafasan : 16 x/menit

Kepala : Normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut

Thorax : Paru : Vesikuler +/+ , Rh-/-, Wh -/-

Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

9

Page 11: kasus ujian psikiatri

Abdomen : Tidak ada kelainan

Ekstermitas : Tidak ada kelainan

2. Status Neurologis

Tanda rangsang meningeal : tidak ada

Mata :

Gerakan baik : Kelumpuhan tidak ada, nistagmus(-)

Persepsi : Baik

Bentuk Pupil : Bentuk bulat (+/+), isokor

Rangsang Cahaya : Reaksi cahaya (+/+)

Motorik

o Tonus : Baik

o Turgor : Baik

o Kekuatan : Baik

o Koordinator : Baik

o Refleksi : Baik

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

1. Riwayat Psikiatri

a. Pasien ia merasa yakin bahwa dirinya adalah tangan kanan Puan Maharani

dan Megawati yang sering dimintai penilaian atas kinerja politik mereka

dan sering didatangi untuk meminta pendapat pasien. (Waham Sistematik)

b. Pasien sering melihat Megawati dan Puan Maharani datang mengunjungi

pasien untuk meminta saran agar mereka bisa menjadi presiden dan

meminta penilaian politik dan menjatuhkan Jokowidodo. (Halusinasi

Auditorik dan Halusinasi Visual)

c. Pasien merasa Megawati dan Puan Maharani sering mengajak bicara lewat

televisi ataupun radio dan pidato yang megawati sampaikan adalah hasil

dari pemikiran pasien. (Thought of broadcasting)

d. Pasien merasa arwah pasien dapat berpergian saat pasien tidur. (Waham

Bizarre)

e. Pasien juga merasa pernah dikejar-kejar oleh Jokowidodo karena pasien

berpihak pada Puan dan Megawati. Pasien pernah melihat Jokowi keluar

10

Page 12: kasus ujian psikiatri

dari televisi dan menembus tembok rumahnya untuk menakuti-nakutinya.

(Waham Kejar)

f. Pasien juga merasa bahwa pasien bisa memasukan isi pikirannya kepada

orang lain. (Thought of broadcasting)

g. Pasien merasa ujung keset yang ada di rumahnya berubah menjadi

kalajengking sehingga pasien memukul-mukul keset tersebut. (Ilusi)

2. Status mental

O Kesadaran : Composmentis

O Mood :Eutimia

O Afek : luas

O Keserasian : Serasi

O Gangguan persepsi :Halusinasi auditorik, Halusinasi

Visual, ilusi

O Gangguan isi pikir : Waham Sistematik, Waham Kejar,

Waham Bizare

O RTA (Reality testing ability) : Terganggu

O Tilikan : Derajat 1

O Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

VI. FORMULASI DIAGNOSIS

Ditemukannya distressantara lain:

1. Mengamuk tiba-tiba setelah mendengar suara bisikan dan melihat Megawati dan

Puan Maharani

2. Melihat ujung keset yang berubah menjadi kalajengking sehingga memukul-

mukulnya

Hal ini disebabkan adanya hendaya yang berat pada jiwa seseorang. Gangguan Isi

pikiran berupa halusinasi dan waham, emosi yang sulit dikontrol dan mudah marah

sehingga mengakibatkan perilaku mengamuk tanpa sebab RTA terganggu. Hal

ini identik dengan gejala Psikotik. Sesuai denganPedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) adanya tanda dan gejala ini

masuk ke dalam Skmizofrenia Paranoid.

11

Page 13: kasus ujian psikiatri

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. Axis I

Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna tersebut maka kasus ini digolongkan ke

dalam Gangguan Jiwa. Gangguan kejiwaan ini di kelompokkan sebagai Gangguan

Mental dan Perilaku. Maka menurut PPDGJ 3, Gangguan Mental dan Perilaku ini

dapat digolongkan Gangguan Schizofrenia Paranoid sesuai dengan tabel kriteria

diagnosis sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Diagnosis Schizofrenia

Kriteria Diagnosis Hasil

1. Harus ada satu gejala berikut yang amat jelas:

a.Thought echo, thought insertion or thought

withdrawal, thought broadcasting.

b.Delusion of control, delusion of influence, delusion of

pasivity, delusional perseption.

c.Halusinasi auditorik

d.Waham-waham menetap jenis lain yang dianggap

penduduk setempat dianggap tidak wajar atau

mustahil.

Ada

Tidak ada

Ada

Ada

2.) Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang

harus selalu ada secara jelas:

Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja.

Arus pikir yang terputus atau mengalami sisipan

yang berakibat inkoherensi atau neologisme.

Perilaku katatonik

Gejala-gejala negatif.

3.) Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas

berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau

lebih.

Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

Ada

Terpenuhi

12

Page 14: kasus ujian psikiatri

4.) Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan

bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa

aspek perilaku pribadi.

Ada

Tabel 2. Kriteria Diagnosis Schizofrenia Paranoid

Kriteria Diagnosis Hasil

1.) Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

2.) Sebagai tambahan :

A. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol.

a.Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau

memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa

bentuk verbal berupa pluit, mendengung, atau bunyi

tawa.

Terpenuhi

Ada

b.Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau

bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh;

halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;

c.Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi

waham dikendalikan (delusion of control),

dipengaruhi (delusion of passivity), dan keyakinan

dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang

paling khas.

B.Gangguan afektif, dorongan kehendak dan

pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak

nyata/tidak menonjol.

Tidak Ada

Ada

Terpenuhi

13

Page 15: kasus ujian psikiatri

2. Aksis II (Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental)

Tidak ada diagnosis

3. Aksis III (Kondisi Medik Umum)

Tidak ada diagnosis

4. Aksis IV (Problem psikososial dan lingkungan)

Pasien memiliki masalah perceraian dengan isterinya

5. Aksis V (Penilaian Fungsi secara Global)

GAF current : 50

GAF 1 tahun terakhir : 61

VIII. DAFTAR MASALAH

Organobiologik : Tidak diketemukan kelainan organik atau fisik

Psikologik : Waham sistematik, waham bizarre, waham kejar, gangguan

persepsi (halusinasi auditorik dan visual dan ilusi)

Sosiobudaya : penarikan diri dari sosiobudaya

IX. RENCANA TERAPI

a. Farmakoterapi

Risperidon 3x2mg

Clozapine 1 x 50mg

THP 3x2mg

b. Psikoterapi

Ventilasi : supaya pasien bisa menceritakan masalahnya yang dihadapi

sekarang.

Persuasi : tenangkan pasien secara masuk akal tentang gejala-gelaja

penyakitnya yang timbul sebagai akibat cara berpikir, perasaan dan sikapnya

terhadap masalah.

Sugesti : Menanamkan perasaan percaya kepada pasien bahawa gejala-gejala

itu akan hilang.

14

Page 16: kasus ujian psikiatri

Reassurance : Meyakinkan kembali kemampuan pasien dengan menunjukkan

hasil pencapaian pasien.

Bimbingan : membimbing dengan cara praktis hubungan antar manusia serta

cara berkomunikasi.

Penyuluhan/konseling : membantu pasien mengerti dirinya sendiri secara lebih

baik, supaya dapat mengatasi permasalahannya dan dapat menyesuaikan diri,

menjelaskan kepada pasien tentang akibat yang terjadi bila pasien tidak teratur

minum obat. Konseling juga diberikan kepada keluarga pasien mengenai

kondisi pasien agar keluarga dapat menerima dan tidak dijauhi, dan agar dapat

mendukung kesembuhan pasien.

Terapi kerja : memafaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau

pekerjaan yang bermanfaat, melibatkan pasien secara aktif dalam kegiatan

terapi aktivitas kelompok di RSJI Klender agar ia dapat beraktivitas dan

berinteraksi dengan lingkungannya secara normal.

Religi : Memotivasi pasien agar selalu rajin beribadah, seperti shalat, puasa,

dan berdzikir.

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad malam

15

Page 17: kasus ujian psikiatri

16

Prognosis Baik Prognosis Buruk

·Onset lambat

·Faktor pencetus yang jelas

·Onset akut

·Riwayat sosial, seksual

dan pekerjaan

premorbid yang baik

·Gejala gangguan mood

(terutama gangguan

depresif)

·Menikah

·Riwayat keluarga

gangguan mood

·Sistem pendukung yang

baik

·Gejala positif

·Onset muda

·Tidak ada faktor pencetus

·Onset kronik

·Riwayat sosial dan pekerjaan premorbid

yang buruk

·Prilaku menarik diri atau autistik

·Tidak menikah, bercerai atau janda/

duda

·Sistem pendukung yang buruk

·Gejala negatif

·Tanda dan gejala neurologist

·Riwayat trauma perinatal

·Tidak ada remisi dalam 3 tahun

·Banyak relaps

·Riwayat penyerangan

Page 18: kasus ujian psikiatri

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Skizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang ditandai dengan kekacauan

kepribadian, distorsi terhadap realitas, ketidakmampuan untuk berfungsi dalam kehidupan

sehari-hari, perasaan dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham/delusi, gangguan

persepsi.

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk

di dunia menderita skizofrenia dalam hidup mereka. Gangguan skizoprenia ini terdapat pada

semua kebudayaan dan mengganggu di sepanjang sejarah, bahkan pada kebudayaan-

kebudayaan yang jauh dari tekanan modern sekalipun. Umumnya gangguan ini muncul pada

usia yang sangat muda, dan memuncak pada usia antara 25-35 tahun. Gangguan yang muncul

dapat terjadi secara lambat atau datang secara tiba-tiba pada penderita yang cenderung suka

menyendiri yang mengalami stress.

Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia paranoid. Tipe ini paling stabil

dan paling sering. Gejala terlihat sangat konsisten, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai

wahamnya. Pasien sering tak kooperatif dan sulit untuk kerjasama, mungkin agresif, marah,

atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali memperlihatkan perilaku disorganisasi.

B. Etiologi

Etiologi Skizofrenia paranoid pada umumnya sama seperti etiologi skizofrenia lainnya.

Dibawah ini beberapa etiologi yang sering ditemukan:

1. Faktor Biologis

- Anatomi

Gangguan psikotik dapat terjadi jika terdapat gangguan- gangguan pada otak.

Otak pada manusia terdiri dari empat lobus (lobus frontalis, temporalis, parietalis

dan osipitalis) yang mempunyai fungsinya masing- masing. 4

Adanya gangguan pada lobus frontalis dapat menyebabkan perubahan

aktivitas motorik, gangguan intelektual, perubahan kepribadian, dan emosi yang

tidak stabil dan superficial.4

Fungsi utama dari lobus frontalis adalah bahasa ingatan, dan emosi. Lesi pada

lobus ini akan menyebabkan fungsi terganggu. Contoh afek pada gangguan lobus

17

Page 19: kasus ujian psikiatri

temporalis adalah afasia, amnesia agnosia dan dapat pula terjadi gangguan

psikosensorik seperti halusinasi dan ilusi. 4

Pada lobus parietalis, efek gangguan yang dapat dilihat misalnya afasia,

kesulitan menghitung atau menulis.

Lobus osipitalis merupakan lobus sensoris utama untuk input visual, dan lesi

pada lobus tersebut menyebabkan berbagai gejala visual seperti aleksia, agnosia

warna dan halusinasi. 4

- Neurotransmitter

Terdapat hipotesis Dopamin yang menyatakan bahwa gangguan psikotik yang

terjadi pada seseorang diakibatkan oleh karena adanya overaktivitas pada jalur-

jalur tersebut:

a. Mesolimbik dopamine pathways

Jalur ini terdiri dari neuron dopamin dari daerah tegmental ventral di batang

otak yang melepaskan dopamin ke nukleus akumben di daerah limbik. Sistem

ini mengatur jalur imbalan dan proses emosional dan berhubungan dengan

gejala positif skizofrenia. 1

b. Mesokortikal dopamine pathways

Jalur ini terdiri dari neuron dopamin dari daerah tegmental ventral dan

substansia nigra. Neuron daerah ventral tegmental disertakan dalam rilis

sistem dopamin mesocortical ke korteks prefrontal dan mengatur daerah yang

terlibat dalam proses kognitif (yaitu korteks prefrontal dorsal lateral yang

mengatur fungsi eksekutif). Neuron di substansia nigra dopamin dirilis ke

ganglia basal dan mengatur daerah- daerah yang terlibat dengan kontrol

motorik.Sistem mesokortikal dikaitkan dengan gejala- gejala negatif

skizofrenia.5

2. Faktor Genetik

Walaupun sekurangnya gangguan mental yang utama (seperti skizofrenia,

gangguan bipolar dan gangguan panik) mempunyai komponen genetika dalam

penyebabnya, sedikit yang diketahui tentang apa yang terkandung dalam komponen

genetika dan bagaimana komponen genetika berinteraksi dengan faktor lingkungan

untuk menghasilkan perkembangan gangguan mental pada orang tertentu. 1

Menurut Teori Kerentanan Genetika, tidak banyak gangguan psikiatrik yang

kemungkinan disebabkan oleh gen tunggal. Lebih tepat, gen multipel kemungkinan

berperan dalam perkembangan penyakit mental pada diri seseorang. Gen yang rentan

18

Page 20: kasus ujian psikiatri

adalah gen yang meningkatkan resiko di mana seseorang dengan gen tersebut akan

mempunyai gangguan tertentu. Adanya gen rentan tambahan atau kerja variabel

lingkungan mungkin diperlukan untuk perkembangan gangguan. 1

3. Faktor Psikososial

Peranan faktor psikologis dan faktor sosial juga mengambil andil dalam

terbentuknya gangguan psikotik dalam diri seseorang.Contohnya seperti deprivasi

(ketidakperolehan) biologis atau psikologis saat masa pertumbuhan, pola keluarga

yang patogenik, kestabilan keluarga, tingkatan ekonomi, dan diskriminasi pada

kelompok minoritas.1,6

C. Epidemiologi dan Faktor Risiko

Skizofrenia mengenai sekitar 1% populasi pada semua suku dan jenis kelamin.1

Sumber lain mengatakan prevalensi skizofrenia adalah 7,2 kasus setiap 1000 penduduk.

Sebenarnya insidensi skizofrenia relatif rendah, yaitu 15,2 kasus setiap 100.000

penduduk, namun kasus tersebut bersifat kronik sehingga menghasilkan prevalensi yang

tinggi.2 Umumnya laki-laki memiliki onset yang lebih cepat yaitu pada sekitar usia 20

tahun, sedangkan wanita umumnya memiliki onset 20-30 tahun.

D. Patofisiologi

Teori yang muncul berkenaan dengan patofisiologi skizofrenia adalah skizofrenia

muncul akibat aktivitas dopamin yang yang tinggi di dalam otak. Teori ini muncul

melalui dua observasi. Pertama, efektivitas dan potensi dari berbagai obat antipsikotik

(dopamine receptor antagonists) berhubungan dengan aktivitas antagonisnya terhadap

reseptor dopamin tipe 2 (D2). Kedua, obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik

seperti kokain dan amfetamin, bersifat psikotomimetik.1Bagian otak yang terlibat dalam

aktivitas ini adalah jalur mesokortikal dan mesolimbik. Peningkatan aktivitas dopamin

pada jalur mesolimbikakan meningkatkan risiko timbulnya gejala positif dari skizofrenia.

Penurunan aktivitas dopamin pada jalur mesokortikal akan meningkatkan risiko

timbulnya gejala negatif dari skizofrenia.4

Hasil di atas juga didukung oleh temuan-temuan pada penelitian selanjutnya.

Osdengan skizofrenia memiliki beberapa kelainan pada otak, yaitu pembesaran ventrikel

yang menyebabkan penurunan volume otak dan substansia grisea korteks. Daerah seperti

lobus frontal, amigdala, dan lobus temporalis medialis, cingulate gyrus, dan superior

temporal gyrus mengalami penurunan volume. Kondisi ini akhirnya menyebabkan

kelainan aktivitas pada daerah tersebut yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala dalam

19

Page 21: kasus ujian psikiatri

skizofrenia. Melalui pemeriksaan positive emission tomography (PET), juga dapat

diketahui penurunan aliran darah pada daerah frontal, talamus, dan serebellum pada

osdengan skizofrenia. Penurunan aktivitas pada daerah prefrontal dihubungkan dengan

penurunan aktivitas dopamin pada daerah tersebut.3

E. Manifestasi klinis

Secara garis besar, manifestasi klinis dari skizofrenia terbagi dalam tiga bagian

besar, yaitu:

1. Gejala positif, terutama berupa delusi dan halusinasi.5 Gejala-gejala positif yang dapat

muncul. Delusi yang muncul dapat berupa delusion of control, delusion of influence,

delusion of passivity, dan delusion of perception. Halusinasi dapat muncul pada

berbagai indera, seperti taktil, olfaktorik, gustatorik, atau visual, namun auditori adalah

halusinasi yang paling sering muncul.2

2. Gangguan dalam berpikir atau disorganisasi yang bermanifestasi dalam hal bicara dan

tingkah laku.5 Dalam bicara, disorganisasi yang timbul dapat berupa asosiasi longgar

sampai bentuk paling parah berupa word salad. Dalam tingkah laku, disorganisasi

muncul sebagai ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari seperti menyiapkan

makanan dan menjaga kebersihan diri, ataupun dapat berupa perilaku seperti anak-anak

dan agitasi yang tidak terduga.1

3. Gejala negatif, berupa menarik diri, apatis, ketidakpedulian terhadap diri sendiri,

kemiskinan dalam bicara, dan lain-lain.5

Kriteria diagnosis skizofrenia yang dipakai di Indonesia umumnya menggunakan

pedoman dari Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia.

Kriteria tersebut adalah sebagai berikut

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala

atau lebih bila gejala itu kurang tajam atau kurang jelas.

a. Thought echo: isi pikiran dirinya sendiri yang bergema atau berulang dalam

kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun kualitasnya

berbeda.

Thought insertion: isi pikiran yang asing dari luar, masuk ke dalam pikirannya

atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya.

Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

mengetahuinya.

20

Page 22: kasus ujian psikiatri

b. Delusion of control : waham tentang dirinya yang dikendalikan oleh sesuatu dari

luar dirinya.

Delusion of influence: waham tentang dirinya yang dipengaruhi oleh suatu

kekuatan dari luar.

Delusion of passivity: waham tentang dirinya yang pasrah dan tidak berdaya

terhadap suatu kekuatan dari luar.

Delusional perception: pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna

sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mujizat.

c. Halusinasi auditorik

d. Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak

wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya berkaitan dengan masalah agama atau

politik tertentu atau kekuatan diatas kemampuan manusia biasa.

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh

waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan

afektif yang jelas, ataupun disertai dengan ide berlebihan yang menetap

b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),

yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau

neologisme.

c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu

(posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, stupor dan mutisme.

d. Gejala negatif : apatis, jarang bicara, respon emosional yang tumpul atau tidak

wajar, menarik diri, tapi harus jelas bahwa hal tersebut tidak disebabkan oleh

depresi.

Gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau

lebih.

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi pada hilangnya

minat, hidup tak bertujuan dan penarikan diri secara sosial.

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal,

fase aktif dan fase residual.Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala  non

spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset

psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial,

fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri.  Perubahan perubahan ini akan

21

Page 23: kasus ujian psikiatri

mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan

“orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase prodromal semakin buruk

prognosisnya.Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku

katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu

datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat

hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan

diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi

gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada

ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa

gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi,

konsentrasi, hubungan sosial).3Pada Skizofrenia Hebefrenik kita dapat melihat tanda dan

gejala yang khas, antara lain;

1. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.

2. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketolol-tololan.

3. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau

senyum yang hanya dihayati sendiri.

4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu

kesatuan.

5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu

kesatuan.

6. Gangguan proses berfikir

7. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh,

berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri

secara ekstrim dari hubungan sosial.

Gejala-gejala pencetus respon biologis :

Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian,

kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan

untuk menjangkau layanan kesehatan.

Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga, kehilangan

kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran

berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan

kerja, stigmatisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan

mendapatkan pekerjaan.

22

Page 24: kasus ujian psikiatri

Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan kendali

diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut, merasa

malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan,

rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan,

ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan gejala.

F. Diferensial diagnosis

Pasien dengan penyalahgunaan zat dapat datang dengan gejala yang mirip dengan

skizofrenia, sehingga diagnosis skizofrenia belum dapat ditegakkan bila pasien sedang

aktif menyalahgunakan zat. Pasien dengan depresi berat atau gangguan bipolar juga dapat

datang dengan gangguan psikotik, namun diagnosis dari gangguan mood selalu

diutamakan daripada diagnosis skizofrenia. Delirium juga memiliki gejala seperti

skizofrenia seperti delusi dan halusinasi. Perbedaan mendasar dari kedua hal tersebut

adalah onset penyakit. Delirium memiliki onset yang lebih cepat daripada skizofrenia.

Selain itu, apabila disertai penyakit penyerta, diagnosis delirium lebih diutamakan

daripada skizofrenia.

G. Penatalaksanaan

1. Terapi Somatik (Medikamentosa)

----Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik.

Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang

terjadi pada Skizofrenia. Osmungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik

sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok

bagi pasien . Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan

terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3

kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu : antipsikotik konvensional,

newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).4

2. Antipsikotik Konvensional

Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik

konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering

menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional

antara lain :

1. Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)

23

Page 25: kasus ujian psikiatri

2. Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)

3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)

4. Prolixin (fluphenazine)

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik

konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical

antipsycotic.

Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada

osyang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik

konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan

untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien

mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan

dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut

juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih

dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistemdepot formulation

ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.5

3. Newer Atypcal Antipsycotic

--- -Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip

kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan

antipsikotik konvensional.

Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :

4. Risperdal (risperidone)

5. Seroquel (quetiapine)

6. Zyprexa (olanzopine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien -

osdengan Skizofrenia.

c. Clozaril

Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal

yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% osyang tidak merespon (berhasil)

dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek

samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%),

Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan

infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel

darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila

paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.

24

Page 26: kasus ujian psikiatri

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

o Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

o Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

o Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

o Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping

(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu

kualitas hidup pasien

Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai

dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila

perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)

diturunkan setiap 2 minggu dosis maintanance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun

(diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4

minggu) stop

Efek Samping Obat-obat Antipsikotik

Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama,

sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin

masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik

konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek

samping Ekstra Piramidal (EEP). Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat

menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang

menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya

dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer

atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.

Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome,

dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat

menimbulkan komplikasi berupa demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini

membutuhkan penanganan yang segera.

4. Terapi Psikososial

a. Terapi perilaku

----Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis,

dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau

25

Page 27: kasus ujian psikiatri

hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa.

Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara

lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

b. Terapi berorientasi-keluarga

----Terapi ini sangat berguna karena osskizofrenia seringkali dipulangkan dalam

keadaan remisi parsial, dimana osskizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat

dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode

pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses

pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam

cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk

melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut

berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang

keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan osmengerti

skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah

menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam

penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan

tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

c. Terapi kelompok

----Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan

hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku,

terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif

dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes

realitas bagi osskizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya

dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi osskizofrenia.

d. Psikoterapi individual

----Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan

skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan menambah efek

terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi osskizofrenia

adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien . Pengalaman

tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli

terapi dan pasien , dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien .

----Hubungan antara dokter dan osadalah berbeda dari yang ditemukan di dalam

pengobatan osnon-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan,

osskizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan

26

Page 28: kasus ujian psikiatri

dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang

mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana,

kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai

daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan

diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalahtidak tepat dan

kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.

H. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

----Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan

medikasi, keamanan oskarena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat

kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

----Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif

antara osdan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang

dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga

mengajarkan osdan pengasuh serta keluarga ostentang skizofrenia.

----Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada osdan membantu mereka

menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari

keparahan penyakit osdan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana

pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan,

perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah

sakit harus diarahkan untuk mengikat osdengan fasilitas perawatan termasuk keluarga

pasien .Pusat perawatan dan kunjungan keluarga oskadang membantu osdalam

memperbaiki kualitas hidup.

I. Prognosis

Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya,

prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25% osdapat

kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal

(sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan

perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya,

ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif

kecuali untuk waktu yang singkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis

skizofrenia

27

Page 29: kasus ujian psikiatri

1. Keluarga 

Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari

keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami

Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami

gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.

2. Inteligensi

Pada umumnya osSkizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi

akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya

rendah.

3. Pengobatan

Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil

os(kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah

fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai

dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun osskkizofrenia

perlu di beri obat Risperidone serta Clozapine.

4. Reaksi Pengobatan

Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap

obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak

bereaksi terhadap pemberian obat.

5. Stressor Psikososial

Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan

mempunayi dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat

diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor

datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir

maka prognosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.

6. Kekambuhan

penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.

7. Gangguan Kepribadian

Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan

sulit disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang

sangat besar terhadap kesembuhan.

8. Onset

28

Page 30: kasus ujian psikiatri

Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang

lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang

lebih baik.

9. Proporsi

Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional)

mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk

tubuhnya tidak proporsional.

10. Perjalanan penyakit

Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal

prognosisnya lebih baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase

residual.

11. Kesadaran

Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih.

Hal inilah yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

29

Prognosis Baik Prognosis Buruk

·Onset lambat

·Faktor pencetus yang jelas

·Onset akut

·Riwayat sosial, seksual dan

pekerjaan premorbid

yang baik

·Gejala gangguan mood

(terutama gangguan

depresif)

·Menikah

·Riwayat keluarga

gangguan mood

·Sistem pendukung yang

baik

·Gejala positif

·Onset muda

·Tidak ada faktor pencetus

·Onset tidak jelas

·Riwayat sosial dan pekerjaan premorbid

yang buruk

·Prilaku menarik diri atau autistik

·Tidak menikah, bercerai atau janda/

duda

·Sistem pendukung yang buruk

·Gejala negatif

·Tanda dan gejala neurologist

·Riwayat trauma perinatal

·Tidak ada remisi dalam 3 tahun

·Banyak relaps

·Riwayat penyerangan

Page 31: kasus ujian psikiatri

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim Rusdi. Skizofrenia, Gangguang Skizotipal dan Gangguan Waham.

DalamDiagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5.

Cetakan kedua. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; PT Nuh

Jaya. 2013. Hal 46-69.

2. Maslim Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III

dan DSM-5. Cetakan kedua. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma

Jaya; PT Nuh Jaya. 2013. Hal 09-11.

3. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007.

4. Sinaga BR. Skizofrenia dan diagnosis banding. Jakarta : FKUI;2007.p.42-51.

5. Saddock,JB, Saddock AC. Kaplan and Saddock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral

Sciences, Clinical Psychiatry. Edisi ke – 10. 2007. Philadelphia : Lippincott Williams

& Wilkins.

30