Ujian Psikiatri Wik 5
-
Upload
widyailmiaty -
Category
Documents
-
view
237 -
download
0
description
Transcript of Ujian Psikiatri Wik 5
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA MAHASISWA : Widya Ilmiaty Kamrul
NOMOR INDUK : 030. 10. 083
UNIVERSITAS : Universitas Trisakti
JUDUL :Gangguan depresif berulang episode kini
berat dengan gejala psikotik dan retardasi
mental ringan.
PENGUJI :dr. Lukman Mustar, Sp.KJ
RUMAH SAKIT :Rumah Sakit Dr. Marzoeki Mahdi
PERIODE :6 Juli – 9 Agustus 2015
Bogor, Agustus 2015
Pembimbing
Dr. Lukman Mustar, Sp.KJ
1
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
No. Rekam medis : 0.29.58.42
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : Bogor, 17 Mei 1974
Usia : 41 tahun
Agama : Islam
Status perwakinan : Cerai
Suku bangsa/negara : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan terakhir : SD/SLB (tidak selesai)
Alamat : Perum Bumi Insani Blok B5/13 RT/RW 05/04
Tonjong, Tajur Halang, Bogor, Jawa Barat
Tanggal masuk Ruang
Utari
: 28 Juli 2015
II. RIWAYAT PSKIATRI
- Autoanamnesis dilakukan di Ruang Utari pada tanggal 30 Juli 2015 (17.00), 31 Juli
2015 (13.00),
- Alloanamnesis dilakukan pada bapak pasien (Tn. H, 71 tahun), ibu pasien (Ny. M, 65
tahun) pada saat kunjungan rumah tanggal 2 Agustus 2015 (11.00).
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RS Dr Marzoeki Mahdi dibawa oleh ayah (Tn.H, 71
tahun) dan adik iparnya (Ny.I, 35tahun) dengan keluhan berperilaku aneh seperti
berbicara sendiri, suka teriak-teriak, marah-marah dan menyirami orang lain dengan
air sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Dr Mazoeki Mahdi pada hari Selasa tanggal 28 Juli
2015 diantar oleh ayah dan adik iparnya dengan keluhan berperilaku aneh seperti
2
berbicara sendiri, suka teriak-teriak, marah-marah dan menyirami orang lain dengan
air sejak 1 bulan SMRS. Berdasarkan keterangan keluarga, 2 minggu SMRS ia
menjadi lebih diam, tidak mau makan, tidak mau tidur dan tidak mau melakukan
aktivitas sehari-hari seperti membantu pekerjaan rumah. Hal tersebut terjadi karena
ia merasa sedih ibunya masuk RS akibat stroke. Ia dan ibunya sangat dekat dan
ibunya yang selalu mengingatkannya untuk minum obatnya. Menurut pasien, ia
berperilaku aneh seperti berbicara sendiri, suka teriak-teriak dan marah-marah
karena sakit kepala yang dideritanya tetapi ia tidak mengakui bahwa ia menyirami
orang lain dengan air. ia mengatakan bahwa ia sedih ibunya masuk RS dan juga
sedih karena masih selalu mengingat suaminya yang menceraikannya, ia juga tidak
mau makan, tidak bisa tidur karena tidak minum obat dan tidak mau membantu
melakukan pekerjaan rumah. Ia tidak mau meminum obat karena tidak ada yang
mengingatkannya untuk minum obat. ia juga merasa mendengar suara-suara yang
menyuruhnya untuk bunuh diri, seperti “Ayo Anti bunuh diri”.
Menurut keluarga, ia tidak pernah berperilaku berlebihan seperti banyak
bicara, boros ataupun ingin membeli sesuatu secara berlebihan dan tidak pernah mau
untuk bersenang-senang.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Psikiatrik
Pasien mulai mengalami gangguan pada saat ia berusia 20 tahun (tahun
1994) yaitu 21 tahun yang lalu. Berdasarkan keterangan keluarga, saat itu ia
cerai dengan suaminya sehingga membuat ia tidak mau makan, tidak mau mandi,
tidak mau berbicara, dan hanya berdiam dikamar selama 3 minggu. Ia juga
melakukan tindakan percobaan bunuh diri dengan meminum baygon yang ada
dikamarnya sampai pingsan dan dibawa ke RS Bintaro dirawat selama 5 hari.
Setelah kejadian tersebut, keluarga membawanya berobat ke psikiater dan
dianjurkan untuk ke RSMM. Menurut keterangan pasien, saat itu ia sangat sedih
karena suami menceraikannya dan mengatakan bahwa sudah tidak cinta lagi
terhadap dirinya. Ia mengatakan meminum baygon karena mendengar suara-
suara untuk menyuruhnya mati dengan meminum baygon tersebut. Suara yang
menyuruhnya tersebut mengatakan, “Ayo Anti, minum baygonnya biar kamu
mati”.
3
Pasien kembali dibawa untuk berobat ke RSMM saat ia berusia 40 tahun
(tahun 2014) tepatnya 1 tahun yang lalu. Berdasarkan keterangan keluarga, ia
berperilaku aneh seperti bicara sendiri, teriak-teriak dan marah-marah. Ia juga
menjadi sulit tidur dan selalu mengatakan ingin mati saja. Sebelumnya, selama
20 tahun, ia rutin meminum obat dibawa pengawasan orang tua dan saudara-
saudaranya karena ia tidak dapat mengingat sendiri jadwal minum obatnya. Jika
keluarga lupa mengingatkan, maka ia tidak minum obat dan gejala seperti tidak
bisa tidur akan timbul. Perilaku aneh dan sulit tidur timbul akibat tidak minum
obat selama 1 tahun karena sedang menjalani pengobatan alternatif. Keluarga
kembali membawanya berobat ke RSMM dan dirawat selama 1 bulan. Menurut
pasien, saat itu ia berperilaku aneh dan sulit tidur akibat tidak minum obat. ia
tidak suka dengan pengobatan alternatif karena terasa sakit. Ia juga masih sering
merasa mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri.
4
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT
5
Ibu pasien sakit stroke dan dirawat inap dirumah sakit, membuat pasien sedih.
Pasien berperilaku aneh, seperti bicara sendiri, teriak-teriak, marah-marah bilang “sakit kepala” juga dan menyirami orang dengan air.
Pasien merasa mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri, seperti “Ayo Anti bunuh diri”.
Pasien tidak dapat tidur, tidak mau makan dan tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari seperti membantu pekerjaan rumah.
Pasien tidak minum obat selama 1 tahun, karena berobat alternatif
Pasien berperilaku kacau, seperti bicara sendiri, teriak-teriak dan marah-marah
Pasien tidak dapat tidur.
Pasien minum obat teratur karena selalu diingatkan oleh ibunya.
Pasien berobat alternatif selama 1 tahun dan tidak meminum obatnya.
Setelah cerai dengan suaminya, pasien mulai menarik diri, ia tidak mau makan, tidak mau mandi, tidak mau berbicara, dan hanya berdiam dikamar selama 3 minggu.
Pasien merasa mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri .
Pasien tidak dapat tidur
2014- 1 bulan SMRS
1995 - 2013
1994
1994 - 2015
1 bulan SMRS
Medik
Berdasarkan keterangan keluarga, ia pernah menjalani operasi usus buntu di
RS Fatmawati dirawat selama 1 minggu dengan keluhan awal yaitu mual muntah
dan sakit perut. Operasi tersebut dilakukan sebelum adanya gangguan jiwa.
Keluarga juga mengatakan, ia memang pernah dirawat di RS Bintaro akibat
percobaan bunuh diri.
Berdasarkan keterangan pasien, ia pernah dirawat di rumah sakit akibat
percobaan bunuh diri dengan meminum baygon dikamar sampai pingsan,
kemudian ia dirawat selama 2 hari di RS Bintaro.
Penggunaan zat dan alkohol
Menurut keluarga, ia tidak pernah minum kopi, minuman beralkohol,
merokok, ataupun mengonsumsi obat-obatan terlarang.
Ia juga mengatakan tidak pernah minum kopi, minuman beralkohol,
merokok ataupun menggunakan obat-obatan terlarang.
D. Riwayat Hidup
Riwayat Pranatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak ke-2 dari 6 bersaudara. Ia dilahirkan di kota
Bandung tepatnya dirumah dibantu oleh paraji (dukun beranak).
Sebelumnya, dokter menyarankan ibu pasien untuk melahirkan di RS karena
adanya tekanan darah tinggi saat itu, yaitu 170/100 tapi ibu pasien memilih
melahirkan dirumah dengan alasan ingin dekat dengan keluarga. Proses
persalinannya lancar dan pasien lahir sehat tanpa kelainan apapun.
Masa Kanak Awal (0 – 3 tahun)
Ibu pasien mengatakan, saat pasien berusia 4 bulan ia mulai buang-
buang air (diare) dan sering demam. Saat dibawa ke klinik Perdata Tebet di
Jakarta, ibu pasien dianjurkan untuk berhenti memberikan ASI dan
mengganti dengan susu formula untuk pasien tapi keluhan diare tersebut
tidak hilang. Kemudian ibu pasien membawa pasien berobat ke dokter anak
6
di RS Cipto Mangunkusumo di Jakarta. Saat itu dokter marah karena pasien
berhenti diberikan ASI dan memberikan terapi suntik pada paha kanan dan
kiri pasien sebanyak 30x suntikan selama 1 bulan, dikatakan oleh dokter kalo
pasien tidak akan sembuh sampai tua kalau tidak disuntik.
Menurut keterangan ayah pasien, pasien sering demam sampai kejang
sejak usia 1 tahun. Pola kejangnya saat itu, pasien diam kaku dan mata naik
keatas tetapi pasien tidak pernah dirawat di RS karena kejangnya. Pasien
juga baru dapat berjalan saat usia 4 tahun dan ada keterlambatan dalam
berbicara.
Masa Kanak Pertengahan (usia 3 – 11 tahun)
Pasien mengatakan bersekolah di SD Ciawi, ia mengatakan berhenti
sekolah saat duduk dibangku kelas 1 akibat tidak dapat mengikuti pelajaran.
Saat itu ia diberitahu oleh gurunya bahwa ia akan tinggal kelas arena tidak
dapat mengikuti pelajaran. Hal itu membuatnya sakit hati dan marah-marah
tidak mau masuk sekolah lagi.
Ayah pasien mengatakan, saat SD kelas 1 ia tidak naik kelas
sebanyak 2x sehingga ia pernah sekelas dengan adeknya yang ke-3 dan
adiknya yang ke-4. Menurut keterangan gurunya, ia tidak dapat mengikuti
pelajaran dan keluarga memutuskan untuk membawanya kedokter. Saat itu
dokter menyarankan untuk tes IQ dan didapatkan hasil IQ-nya rendah.
Akhirnya, keluarga mendaftarkannya di Sekolah Luar Biasa (SLB) di
Tangerang. Pasien bersekolah disana selama 1 tahun dan berhenti akibat
pasien ingin pulang karena rindu dengan keluarganya.
Riwayat Masa Akhir (Pubertas dan Remaja)
o Hubungan Sosial
Pasien mengatakan tidak memiliki banyak teman karena jarang keluar
rumah. Ia hanya keluar rumah apabila diminta oleh ibunya untuk ke warung
berbelanja. Saat berbelanja, ibunya memberikan catatan kecil berisi daftar
belanja karena dirinya tidak mengerti cara berbelanja dan cara menggunakan
uang.
7
Keluarga pasien mengatakan, ia tidak memiliki banyak teman karena
lebih sering dirumah. Saat main diluar rumah, ia hanya main dengan orang-
orang tertentu yang ia suka. Ia memiliki sahabat yaitu tentangganya bernama
Tati, seorang tunawicara.
o Riwayat Sekolah
Pasien tidak bersekolah karena tidak dapat mengikuti pelajaran
saat duduk dibangku SD dan dilakukan tes IQ, didapatkan hasil IQ
pasien rendah.
o Problem Emosi atau Fisik Khusus Remaja
Pasien mengatakan tidak pernah terlibat perkelahian maupun
tindakan yang merugikan orang lain.
Menurut keluarga pasien, pasien juga tidak pernah terlibat
perkelahian, hanya saja pasien sering menjadi lebih emosi apabila
keinginannya tidak dituruti.
o Riwayat Psikoseksual
Selama masa remaja pasien mengatakan tidak pernah memiliki
pacar, ia berkenalan dengan pria yang menjadi suaminya diajalan, ia
menegur pria itu dengan berkata, “Hai cowok, kenalan dong, mau
kemana nih”, kemudian pria tersebut menanggapinya dan akhirnya
mereka beruda memutuskan untuk menikah di usia 18 tahun. Keluarga
mengatakan, pasien senang dengan prisa tersebut dan akhirnya
menyetujui hubungan mereka.
o Latar Belakang Agama
Kedua orang tua pasien beragama Islam, pasien juga beragama
Islam. Ia mengatakan bahwa ia tidak bisa sholat dan mengaji sehingga
tidak melaksanakanya. Kedua orangtua selalu mengajarkan cara sholat
dan bacaannya tetapi ia tidak dapat mengikutinya.
8
Masa Dewasa
o Riwayat Pekerjaan
Menurut pasien, ia tidak pernah bekerja karena merasa tidak bisa
bekerja dan mengatakan “Saya mah lulus SD aja ngga, gimana mau
kerja”. Keluarga mengatakan, ia tidak diperbolehkan kerja diluar karena
untuk melakukan perkejaan rumah saja tidak selalu bisa, kadang ia mau
dan kadang tidak.
o Aktivitas Sosial
Pasien mengatakan orang disekitarnya, yaitu orang tua dan
saudaranya semua baik. Keluarga mengatakan, pasien tidak pernah
keluar rumah kecuali untuk membantu ibunya berbelanja dengan catatan
daftar belanja karena ia tidak mengetahui cara berbelanja dan cara
menggunakan uang. Ia juga jarang berinteraksi dengan orang lain karena
jika ada yang salah berbicara terhadap dirinya, maka akan membuatnya
menjadi emosi dan ingin marah.
o Kehidupan Psikoseksual dan Pernikahan
Menurut keluarga, setelah menikah pasien memiliki rumah
sendiri yang dikontrakkan oleh ibunya dekat rumah orang tuanya. Tahun
pertama pernikahan, ia memiliki seorang anak laki-laki. Setelah tahun
kedua, ia hamil anak ke-2 dan saat usia kehamilan 5 bulan, suaminya
mau menggantung dirinya sehingga membuat anaknya berumur 1 tahun
menangis dan terdengar oleh tetangga. Tetangga mengadukan kejadian
tersebut ke bapaknya dan menyuruh mereka untuk bercerai. Setelah
menikah kadang ibunya menemukan bekas sundutan rokok ditubuhnya,
tetapi ia tidak pernah mengadu ke orangtua akan tingkahlaku suaminya
dirumah.
o Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien mengatakan bahwa ia tidak bisa sholat dan mengaji.
9
o Riwayat Pelanggaran Hukum
Menurut keluarga dan pasien, pasien tidak pernah melakukan
tindakan atau perbuatan yang berhubungan dengan hukum.
o Aktivitas sehari-hari
Pasien mampu bangun tidur dan pergi tidur sendiri, ia juga bisa untuk
pergi BAB dan BAK sendiri, bisa makan dan minum sendiri, bisa
mengganti baju sendiri tetapi ia tidak dapat mandi sendiri sehingga
dibantu oleh orang tuanya, tidak dapat menjaga kebersihan dan
keselamatan diri.
E. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke-2 dari 6 bersaudara, ia memiliki 1 kakak
perempuan dan 2 adik laki-laki dan 1 adik perempuan. Menurut pasien, hubungan
keluarga dengannya baik, ayah dan ibu baik tapi kadang suka marah padanya.
Hubungan dengan saudara juga baik. Ia tidak dekat dengan saudara-saudaranya dan
lebih dekat dengan ibunya.
Meurut keluarga dan pasien, tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang
serupa dengan pasien.
G enogram Keluarga
keterangan :
: laki-laki : cerai
: Wanita : Pasien
10
: Tinggal dirumah : orang yang dibicarakan
F. Situasi Sosial Sekarang
Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya dan anaknya yang ke-2. Ibu dan
ayahnya membuka warung dirumah untuk membiayai kehidupan mereka.
G. Persepsi (tanggapan) Pasien Terhadap Dirinya dan Kehidupannya
Impian
Pasien ingin segera pulang untuk bertemu dengan anaknya.
Fantasi
Pasien ingin menikah lagi agar ada yang mengurus anaknya.
Sistem Nilai
Menurut pasien ia sakit stress dan butuh untuk meminum obat.
Dorongan Kehendak
Pasien ingin segera pulang ke rumah dan bertemu dengan anaknya
Hal yang Menjadi Sumber Kemarahan atau Frustasi dan yang Membuat
Bahagia atau Senang
Pasien sedih bila mengingat suaminya tidak mencintai dirinya lagi. Ia akan
menjadi marah apabila kemauannya tidak diikuti.
III. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
Penampilan umum
Seorang wanita berusia 41 tahun, berpenampilan fisik sesuai dengan usianya.
Kulit sawo matang, rambut hitam, kebersihan dan kerapihan diri cukup
Kesadaran
Neurologis : Compos mentis
Psikologis : Terganggu
Sosial : Terganggu
Perilaku dan aktivitas motorik
o Sebelum wawancara pasien sedang tiduran di tempat tidur.
o Selama wawancara pasien bicara dan bercerita dengan kemampuan
berbicara untuk perluan sehari-hari, ada kontak mata dengan pemeriksa,
11
perilaku hipoaktif dan tidak melakukan gerakan tanpa tujuan. Pasien
tampak nyaman selama melakukan gerakan tanpa wawancara.
o Setelah wawancara pasien berdiri dan bersalaman dengan pemeriksa.
Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan artikulasi yang jelas, terkadang tidak
spontan, volume sedang dan produktivitas cukup.
Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
2. Alam Perasaan
Mood : Euthym. Saat dirumah: Hipothym. Pasien mengatakan
sebelum dirawat ia merasa sedih.
Afek : Tumpul. Pasien tidak dapat mengekspresikan perasaannya
saat ini.
Skala Diferensiasi : Sempit. Pasien mengungkapkan perasaannya dengan kalimat
sederhana
Keserasian : Tidak serasi antara pembicaraan dengan ekspresi wajah.
3. Fungsi intelektual
Taraf pendidikan, pengetahuan, dan kecerdasan
o Taraf pendidikan : SD dan SLB tidak selesai, hanya sampai kelas
1
o Pengetahuan umum : Baik. Pasien dapat mengetahui fungsi uang
untuk berbelanja.
o Kecerdasan : Dibawah rata-rata dengan IQ rendah.
Daya konsentrasi
Baik. Pasien tidak dapat diuji dengan seven serial test, tapi masih dapat
berbicara dan menjawab pertanyaan dengan baik.
Orientasi
Daya orientasi waktu : Baik. Pasien mengetahui pagi, siang, sore dan malam..
Daya orientasi tempat : Baik. Pasien mengetahui dirinya berada di Rumah
Sakit
Daya orientasi personal : Baik. Pasien mengenali pemeriksa sebagai dokter
12
Daya ingat
- Daya Ingat Jangka Panjang
Baik. Pasien dapat mengingat nama SD tempat ia sekolah.
- Daya Ingat Jangka Pendek
Baik. Pasien ingat hari ini sarapan apa dan lauk makan apa saja, serta
aktivitas yang dilakukan selama hari tersebut.
- Daya Ingat Sesaat
Baik. Pasien mengingat 3 objek yang disebutkan (baju, celana, sepatu)
Kemampuan visuospasial
Baik. Pasien dapat menggambar jam.
Pikiran abstrak
Buruk. Pasien tidak dapat menyebutkan persamaan antara jeruk dan bola.
Kemampuan menolong diri
Baik. Pasien mampu makan dan memakai baju sendiri.
4. Persepsi
o Halusinasi :
o Terdapat halusinasi auditorik 2nd order : Ada. Pasien merasa
mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri.
o Terdapat halusinasi visual : tidak ada
o Ilusi : tidak ada
o Depersonalisasi : tidak ada
o Derealisasi : tidak ada
5. Pikiran
Proses / arus pikir
Produktivitas : Ide sedikit.
Kontinuitas pikiran : Pasien terkadang tidak tepat dalam menjawab
pertanyaan pemeriksa karena adanya keterbatasan
pemahaman pertanyaan.
Hendaya berbahasa : Tidak ada. Pasien tidak menggunakan bahasa yang
tidak dapat dimengerti.
13
Isi pikir
o Preokupasi : Tidak ada
o Waham : Tidak ada
6. Pengendalian Impuls
Baik. Selama wawancara pasien tidak melakukan hal-hal yang mengganggu.
Saat dirumah: terganggu, pasien tidak dapat mengontrol dirinya saat sedang marah.
7. Daya Nilai
a. Daya nilai sosial
Baik. Pasien mengatakan tidak boleh menggunakan kekerasan kepada
orang lain.
b. Uji daya nilai
Baik. Pasien mengatakan bahwa apabila menemukan dompet yang jatuh
diberikan kembali ke pemiliknya.
c. Penilaian realita
Terganggu. Terdapat halusinasi auditorik dan perilaku aneh.
8. Tilikan
Tilikan derajat I. Pasien menyangkal atas penyakitnya
9. Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya.
14
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internus
Keadaan Umum : Tidak tampak sakit
Bentuk Badan : Astenikus
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6
Nadi : 88 x/menit
Napas : 18 x/menit
Suhu : Afebris
Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
Tinggi : 150 cm
Berat Badan : 56 kg
IMT : 24,8 (Kesan gizi normal)
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung I-II normal, tidak ada murmur,
tidak ada gallop
Sistem Respiratorik : Simetris saat statis dan dinamis, suara napas
vesikuler, tidak ada wheezing dan ronki di
kedua lapang paru
15
Sistem Gastro-intestinal : Supel, bising usus nomal, tidak ada
hepatomegali
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema.
Kulit : Sawo matang. Tidak terdapat tato. Tidak
terdapat needle track.
B. Status Neurologikus
1. Gejala rangsang selaput otak : Tidak terdapat kaku kuduk
Mata
- Gerakan (kelumpuhan,
nystagmus, dsb)
: Gerakan bola mata ke segala arah
- Persepsi mata : Tidak terdapat diplopia
- Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm/3mm,
RCL +/+, RCTL +/+
- Pemeriksaan funduskopi : Tidak dilakukan
2. Motorik : Kekuatan (5), tonus baik, tidak ada
rigiditas, tidak ada spasme, tidak ada
gangguan keseimbangan dan postural
3. Sensibilitas : Tidak ada gangguan sensibilitas
4. Refleks fisiologis : Normal
5. Refleks patologis : Tidak ada
6. Tremor di kedua tangan : -
7. Stabilitas postur tubuh : Normal
8. Gaya berjalan dan postur tubuh : Normal
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 30 Juli 2015
Hemoglobin : 12,9 gr/dl
Leukosit : 6,350 mm3
Trombosit : 295.000 mm3
Hematokrit : 38%
SGOT : 21 U/l
SGPT : 16 U/l
Ureum : 26,8 mg/dl
Creatinin : 0,61 mg/dl
16
Glukosa Sewaktu : 141 mg/dl
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien perempuan berusia 41 tahun dibawa oleh keluarganya ke IGD RSMM
dengan keluhan berperilaku aneh seperti berbicara sendiri, suka teriak-teriak, marah-
marah dan menyirami orang lain dengan air sejak 1 bulan SMRS.
Dalam 1 bulan SMRS, pasien berperilaku aneh seperti, berbicara sendiri, suka
teriak-teriak, marah-marah dan menyirami orang lain dengan air. Pasien merasa
mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri. Pasien juga mengatakan
merasa sedih karena ibunya masuk RS dan tidak ada yang mngingatkannya untuk minum
obat. Pasien juga tidak mau makan dan tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari seperti
membantu pekerjaan rumah.
Menurut keluarga, ia tidak pernah berperilaku berlebihan seperti banyak
bicara, boros ataupun ingin membeli sesuatu secara berlebihan dan tidak pernah mau
untuk bersenang-senang.
Pasien mengatakan tidak menggunakan NAPZA, merokok, maupun
mengkonsumsi alkohol.
Pasien mulai mengalami gangguan pada saat ia berusia 20 tahun (tahun
1994) yaitu 21 tahun yang lalu. Pasien bercerai dengan suaminya sehingga membuat
ia tidak mau makan, tidak mau mandi, tidak mau berbicara, dan hanya berdiam
dikamar selama 3 minggu. Pasien juga melakukan tindakan percobaan bunuh diri
dengan meminum baygon yang ada dikamarnya sampai pingsan dan dibawa ke RS
Bintaro dirawat selama 5 hari. Pasien mengatakan meminum baygon karena
mendengar suara-suara untuk menyuruhnya mati dengan meminum baygon tersebut.
Pada tahun 2014, saat pasien berusia 40 tahun (tahun 2014) tepatnya 1 tahun
yang lalu, pasien dirawat di RSMM selama 1 bulan karena pasien berperilaku aneh
seperti bicara sendiri, teriak-teriak dan marah-marah. Ia juga menjadi sulit tidur dan
selalu mengatakan ingin mati saja. Pasien juga masih sering merasa mendengar
suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Diagnosis aksis I
17
Berdasarkan anamnesis terdapat gejala depresif, seperti pasien merasa sedih
karena ibunya masuk RS, tidur terganggu, tidak mau makan dan tidak mau melakukan
aktivitas sehari-hari seperti membantu pekerjaan rumah. Adanya gejala psikotik yaitu,
pasien berperilaku aneh seperti berbicara sendiri, suka teriak-teriak, marah-marah dan
menyirami orang lain dengan air dan terdapat halusinasi auditorik 2nd order, dimana
pasien merasa mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri.
Berdasarkan gejala dan tanda diatas, diagnosa diberatkan pada gangguan depresif
berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik yang termasuk dalam F33.3
berdasarkan PPDGJ III, atas dasar gejala utama yaitu adanya perasaan sedih, tidur
terganggu, makan berkurang dan aktivitas menurun yang berulang setelah episode
depresif berat sebelumnya dan adanya perilaku aneh dan halusinasi auditorik 2nd order.
Diagnosis banding pada pasien adalah skizoafektif tipe depresif yang termasuk dalam
F25.1 berdasarkan PPDGJ III, atas dasar adanya halusinasi auditorik 2nd order, parasaan
sedih, tidur terganggu, makan berkurang dan aktivitas menurun.
Diagnosis aksis II
Retardasi mental ringan dimana pada pasien terdapat penurunan tingkat
kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap
tuntutan lingkungan sosial biasa sehari-hari. Kemampuan dalam mengurus diri juga
mengalami keterlambatan. Awitan terjadi sebelum usia 18 tahun.
Diagnosis aksis III
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, tidak
ditemukan adanya gangguan kondisi medis umum.
Diagnosis aksis IV
Masalah dengan keluarga : Tidak ada. Pasien mengatakan tidak memiliki
masalah dengan orang tua maupun saudaranya.
Masalah dengan lingkungan
sosial
: Tidak ada. Pasien jarang melakukan interaksi
sosial di lingkungannya.
Masalah pendidikan : Ada. Pasien menderita retardasi mental ringan
dengan nilai IQ rendah sehingga tidak bisa
membaca dan menulis.
Masalah pekerjaan : Pasien tidak bekerja dan hanya dirumah untuk
18
membantu ibu melakukan pekerjaan rumah
tangga.
Masalah ekonomi : Tidak ada
Masalah akses ke pelayanan
kesehatan
: Tidak ada
Diagnosis aksis V
Skala GAF
o GAF HLPY : 50 (gejala sedang, disabilitas sedang)
Fungsi psikologi : Pasien memiliki perilaku aneh
dan memiliki halusinasi auditorik.
Fungsi sosial : Pasien jarang berkomunikasi
dengan lingkungan sekitar rumah.
Fungsi perawatan diri : pasien sulit untuk merawat diri.
o GAF (Current) : 40 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi)
Fungsi psikologi : Pasien memiliki perilaku aneh
dan terdapat halusinasi auditorik.
Fungsi sosial : Pasien menjadi sering marah dan
emosi terhadap orang lain.
Fungsi perawatan diri : Pasien tidak bisa tidur, tidak mau
makan dan tidak bisa mandi sendiri.
VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : F33.3 Gangguan depresif berulang episode kini berat dengan gejala
psikotik
Aksis II : F70 Retardasi mental ringan
Aksis III : Tidak terdapat gangguan Aksis III
Aksis IV : Masalah dengan pendidikan, karena pasien menderita retardasi
mental ringan dengan IQ rendah sehingga tidak dapat membaca dan
menulis..
Aksis V : GAF HLPY 70
GAF Current 50
19
IX. DIAGNOSIS BANDING
F25.1 Skizoafektif tipe depresif
X. RENCANA TERAPI
PSIKOFARMAKA
Risperidone 2 x 2 mg
Chlorpromazin 1 x 100 mg
Fluoksetin 1x20mg
PSIKOTERAPI
Kepada pasien
Memberikan edukasi kepada pasien cara untuk menahan emosi
o Tarik napas yang dalam kemudian buang
o Selalu berfikiran hal yang baik
Mengedukasi pasien untuk bercerita bila ada masalah agar orang lain dapat
membantu mencarikan solusi untuk permasalahan yang dihadapi pasien.
Mengedukasi kepada pasien bahwa bunuh diri bukan merupakan suatu penyelesaian
masalah dan hanya merugikan diri sendiri.
Memberikan motivasi kepada pasien bahwa masih banyak orang yang
menyayanginya disekelilingnya.
Mengedukasi pasien agar mau kembali membantu ibu melakukan pekerjaan rumah.
Meyakinkan pasien bahwa pasien pasti bisa dalam mengendalikan emosinya dan
bisa menjadi orang yang baik dan memberikan manfaat bagi keluarga dan orang lain
Kepada keluarga
Mengedukasi keluarga pasien agar memahami kondisi pasien, selalu memberikan
dukungan dan motivasi kepada pasien, dan mengikutsertakan pasien dalam kegiatan
di RS Marzoeki Mahdi.
Mengedukasi keluarga untuk membantu pasien dalam pendalaman agama.
Mambantu pasien untuk selalu mengerjakan hal-hal yang positif.
Membantu pasien untuk menjernihkan pikirannya dan menahan perilaku agresifnya.
20
Meminta keluarga untuk mengawasi pasien bila terjadi efek samping obat seperti
tremor di kedua tangan, air liur berlebihan, jalan seperti robot, harus segera dibawa
ke dokter
Meminta keluarga pasien untuk lebih memperhatikan pasien dalam hal minum obat
secara teratur.
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia
Quo ad sanationam : dubia
Faktor yang memperingan
o Kondisi pasien yang secara umum baik dan dapat melakukan perawatan
diri yang baik
o Pasien mendapat dukungan dari keluarga.
o Keinginan pasien untuk segera pulang dan bertemu dengan anaknya.
o Tidak terdapat faktor herediter
Faktor yang memperberat
o Pasien menderita retardasi mental ringan
o Kesulitan dalam menyampaikan isi hati
o Keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
o Pertama kali mengalami gangguan saat usia 20 tahun
o Tidak memiliki pasangan hidup
21