LAPORAN KASUS CA MAMAE

43
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering ditemukan pada perempuan baik di negara maju maupun negara berkembang dan merupakan pembunuh nomor satu pada perempuan. Insiden kanker payudara di negara berkembang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya harapan hidup, urbanisasi, dan pola hidup orang barat. Saat ini kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi No.2 di Indonesia, dan dari tahun ketahun insiden ini semakin meningkat. Meski sudah terdapat berbagai strategi untuk mengurangi risiko dan mencegah terjadinya kanker payudara, tetapi hal tersebut masih sulit untuk dkurangi di negara-negara yang pendapatannya rendah dan sedang, sehingga kejadian tersebut lambat terdiagnosis. Oleh deteksi dini sangat penting sebagai dasar untuk mengendalikan kanker payudara, sehingga hasilnya baik, dan angka bertahan hidupnya tinggi. Berdasarkan data Global Burden of Cancer angka kasus kanker mammae di Indonesia 26 per 100.000 perempuan, dan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007 menunjukkan kejadian kanker mammae mencapai 21,69 persen, lebih tinggi dari kanker serviks yang angkanya 17 persen. 1

description

LAPORAN KASUS CA MAMME

Transcript of LAPORAN KASUS CA MAMAE

Page 1: LAPORAN KASUS CA MAMAE

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering ditemukan pada perempuan baik di

negara maju maupun negara berkembang dan merupakan pembunuh nomor satu pada

perempuan. Insiden kanker payudara di negara berkembang semakin meningkat seiring

dengan meningkatnya harapan hidup, urbanisasi, dan pola hidup orang barat. Saat ini kanker

payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi No.2 di Indonesia, dan dari tahun

ketahun insiden ini semakin meningkat.

Meski sudah terdapat berbagai strategi untuk mengurangi risiko dan mencegah terjadinya

kanker payudara, tetapi hal tersebut masih sulit untuk dkurangi di negara-negara yang

pendapatannya rendah dan sedang, sehingga kejadian tersebut lambat terdiagnosis. Oleh

deteksi dini sangat penting sebagai dasar untuk mengendalikan kanker payudara, sehingga

hasilnya baik, dan angka bertahan hidupnya tinggi.

Berdasarkan data Global Burden of Cancer angka kasus kanker mammae di Indonesia 26 per

100.000 perempuan, dan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007

menunjukkan kejadian kanker mammae mencapai 21,69 persen, lebih tinggi dari kanker

serviks yang angkanya 17 persen.

1

Page 2: LAPORAN KASUS CA MAMAE

BAB II

IDENTITAS PASIEN

I. Identitas

Nama : Ny.ER

Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur/ 14 Maret 1970

Usia : 45 tahun

Pekerjaan : PNS

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Tegallega

Tanggal Periksa : 10 Juli 2014

II. Anamnesis

Auto anamnesis pada tanggal 10 Juli 2013

Keluhan Utama

Benjolan pada payudara kiri, diketahui 3 hari lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

Terdapat benjolan pada payudara kiri, pasien pertama kali menyadarinya 3 hari yang

lalu saat mandi. Ketika dipegang massa terasa keras, bisa digerak-gerakan, ukurannya sebesar

telur puyuh, pasien tidak merasa nyeri, tidak ada kelainan pada kulit pada payudara, pada

puting tidak keluar cairan, darah, ataupun nanah. Pasien tidak merasakan adanya benjolan

diketiak, maupun dilokasi lain. Tidak ada sesak, tidak ada nyeri tulang, BAB lancar, BAK

lancar.

Riwayat Menstruasi

Pasien pertama kali mengalami menstruasi pada usia 12 tahun. Haid pasien teratur,

setiap tiap 28 hari. Dulu bila haid suka merasakan nyeri yang hebat. Hingga saat ini pasien

masih mengalami menstruasi

Riwayat Melahirkan

2

Page 3: LAPORAN KASUS CA MAMAE

Pasien menikah pada tahun 1991 pada usia 21 tahun. Pasien mengalami kehamilan

sebanyak 5 kali. Jumlah anak hidup 4 anak, 1 anak tidak ada perkembangan selama

kehamilan, sehingga di kuretase. Pada kehamilan pada anak pertama hingga keempat, pasien

tidak mengalami gangguan selama kehamilan, dan melahirkan secara normal. Anak pertama

pasien lahir pada saat pasien pada tahun 1992, anak ke dua lahir pada tahun 1993, anak ke

tiga pasien lahir pada tahun 2000, anak ke empat pasien lahir pada tahun 2003. Pada

kehamilan ke 5 tahun 2006, terjadi gangguan pada janin, janin tidak berkembang sehingga

harus dikuretase.

Riwayat Menyusui

Semua anak pasien diberikan ASI ekslusif sampai usia 6 bulan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Belum pernah mengalami gangguan dengan gejala yang serupa.

Riwayat tidakan kuretasi pada tahun 2006 dengan indikasi janin tidak berkembang

Riwayat Penggunan KB

Pasien sudah tidak menggunakan KB semenjak 1 tahun terakhir. Sebelumnya pasien

meggunakan KB minum dan suntikan, berganti-gantian.

Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu pasien pernah terdapat bisul, dan keluar nanah pada payudara, dan memiliki

tekanan darah tinggi.

Riwayat Alergi

Pasien menyangkal adanya alergi makanan dan obat-obatan

Riwayat Psikososal

Pasien mengaku tidak merokok, mengkonsumsi alkohol, dan makanan yang

berlemak-lemak

3

Page 4: LAPORAN KASUS CA MAMAE

III. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : E4V5M6 (Compos Mentis)

Tanda Vital

Tekanan Darah : 140/100 mmHg

Frekuensi Nadi : 84 kali/menit

Respiratory Rate : 19 kali/ menit

Suhu : 37,4oC

Status Generalis

Kepala : Normochepale, facialis e.r zygomaticum sinistra tampak hematom

Mata : Refleks pupil +/+ isokhor, konjungtiva anemis -/-

Hidung : septum deviasi (-), secret (-), rhinorage (-)

Telinga : secret (-), nyeri tekan tragus (-)

Leher : KGB di leher tidak ada pembesaran, kelenjar thyroid tidak membesar

Thorax

Inspeksi : bentuk normal, kedua hemithorax bergerak simetris

Palpasi : focal fremitus simetris sinistra-dextra, massa e.r mamme sinistra

superior lateral, tidak ada nyeri tekan

Perkusi : seluruh lapang thorax sonor

Auskultasi : vesikular (+/+) normal, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-), BJ I dan II

murni regular, Murmur (-), gallops (-)

Abdomen

Inspeksi : distensi abdomen (-), luka bekas operasi (-)

Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), spleenomegali (-)

Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen

Auskultasi : Bising usus (+) normal.

Ekstremitas

4

Page 5: LAPORAN KASUS CA MAMAE

Atas : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-)

Bawah : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-)

Status Lokalis et Regio Mammae

Inspeksi : Payudara simetris, tidak ada perubaha bentuk dan ukuran payudara, tidak

tampak perubahan wara pada papilla mammae dan aerola, tidak tampak masssa, tidak

tampak lesi pada kulit sekitar mammae.

Palpasi : Massa et region mammae sinistra superior lateral, berbentuk bulat, ukuran D

= 4,2 cm, konsistensi keras, mobile (+), terfiksir (-), nyeri (-), KGB axilaris (-), KGB

supraklavikularis (-)

IV. Resume

Pasien datang ke poli bedah dengan keluhan adanya benjolan pada payudara. Pasien

menyadari adanya benjolan 3 hari yang lalu ketika mandi. Benjolan keras, dapat

digerakan, berukuran sebesar telur puyuh, tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik, tidak

tampak massa dan lesi pada kulit sekitar mammae, saat palpasi massa teraba pada regio

mammae sinistra superior lateral, berbatas tegas, permukaan rata, konsistensi kenyal,

berbentuk bulat, berukuran 4,2 cm, mobile, dan tidak nyeri.

V. Diferensial Diagnosis

Suspect Ca Mammae T2N0M0

Fibro Adenoma Mammae

VI. Rencana Pemeriksaan

Mammografi

USG

FNAB (Fine Niddle Aspiration)

VII. Rencana Tindakan

Lumpectomy

5

Page 6: LAPORAN KASUS CA MAMAE

Radical Mastectomy

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

6

Page 7: LAPORAN KASUS CA MAMAE

I. EMBRIOLOGI

Mammae terbentuk dari penebalan ectodermal (mammary ridges, milk line) pada

minggu ke-5 atau ke-6 pembentukan fetus. Payudara dibentuk disekitar ridge, yang

terbentang dari dasar forelimb (nantinya axilla) hingga rego hind limb (nantinya inguinal.

Tetapi nantinya ridge ini akan menghilang /atrofi pada akhir trimester, kecuali bagian-bian

kecil yang dapat bertahan disekitar dada seperti putting susu yang muncul disepanjang milk

line. Ektoderma yang tumbuh kedalam membentuk duktus dan lobules susu, sehingg

mammae dapat berkembang menjadi suatu organ. Mamae kembali berkembang pada masa

pubertas, karena adanya pengaruh hormone mammotrophic. Terdapat 5 phase dari

perkembangan payudara pada masa pubertas, yaitu phase satu saat usia 8-10 tahun dimana

putting semakin menonjol tetapi belum ada perkembangan pada kelenjar mammae, phase

kedua pada usia 10-12 tahun dimana mulai terbentuknya kelenjar mammae agau pembentuka

kelenjar subaerolar, phase ketiga terjadi pada usia 11-13 tahun, dimana kelenjar terbentuk,

dan volumenya meningkat serta terjadi pigmentasi areolar, kemudian proses ini berlanjut di

phase empat pada usia 12-14 tahun dimana areola samakin jelas membesar dan pigmentasi

juga semakin jelas. Terakhir, pada fase ke lima pada usia 13-17 tahun, pembentukan dan

perkembangan payudara menjadi sempurna.

II. ANATOMY

7

Page 8: LAPORAN KASUS CA MAMAE

Pada pria, mammae tetap rudimenter dengan komponen kelenjar mammae

berkembang tidak sempurna, dimana acini berkembang tidak sempurna dengan ductus yang

pendek, serta terjadi defisiensi perkembangan papilla mammae, parenkim, dan aerola. Pada

pria aerola berada pada intercostal 4.

Pada wanita, mammae berkembang menjadi susunan yang kompleks. Payudara

perempuan dewasa masing-masing terletak di torak anterior dengan dasarnya terletak dari

kira-kira iga kedua atau ketiga sampai iga keenam atau ketujuh. Kompleks puting-areola

terletak antara costa IV dan V. Medial payudara mencapai pinggir sternum dan di lateral

setentang garis mid aksilaris dan meluas keatas ke aksila melalui suatu ekor aksila berbentuk

piramid. Payudara melekat diantara subcutaneous fat dan fasia otot pektoralis mayor, otot

serratus anterior, oblix entern dan rectus abdo minis.

Mammae terdiri dari kelenjar susu, jaringan ikat dan jaringan lemak. Masing-masing

kelenjar susu terdiri dari 15-20 lobus, dan mempunyai mempunyai ductus lactiferous yang

menutup secara radial sehingga dapat membuka puting. Jaringan lemak membungkus lobus,

jaringan lemak membentuk dan mengisi payudara, memberikan ukuran yang berbeda-beda

pada tiap orang.

8

Page 9: LAPORAN KASUS CA MAMAE

Aerola adalah hiperpigmentasi yang melngkari putting susu, disekeliling aerola

terdapat Montgommery tubercles yang berukuran kecil dan dapat melumasi seluruh daerah

putting-aerola selama laktasi. Epitel aerola adalah sel khusus myoepitelial yang dapat

berkontraksi dibawah pengaturan oxitosin, epitel ini meluas ke seluruh system duktus

Terdapat ligament yang terbentang sepanjang fascia pektoralis profunda sampai

lapisan fascia superfisialis di dalam dermis yang berfungsi menyokong mammae, disebut

sebagai Ligamentum Cooper’s. Oleh karena itu, jika terdapat tumor pada payudara yang

melibatkan ligamentum Cooper dapat menyebabkan penyusutan (penarikan) pada kulit dan

retraksi kulit.

9

Page 10: LAPORAN KASUS CA MAMAE

Payudara mendapat suplai darah utama dari cabang a. mammary interna, cabang

bagian lateral dari a.intercostal posterior, dan cabang dari a.axillary termasuk a.thoracic

lateral, dan cabang-cabang pectoral dari a.thoracoacromial.

Pembuluh darah vena akan mengikuti pembuluh darah arteri dengan drainase vena

menuju axilla. Tiga kelompok vena yang paling berperan adalah v.axilla (yang mempunyai

peran utama dalam drainase), v.torakalis interna dan v.intercostal posterior. Pleksus vertebra

Batson's dari v.paravertebra yang berjalan sepanjang tulang belakang dan memanjang dari

10

Page 11: LAPORAN KASUS CA MAMAE

dasar tengkorak ke sacrum, dapat memberikan rute metastasis kanker payudara ke tulang

belakang, tengkorak, tulang panggul, dan sistem saraf pusat.

Cabang kornu lateral dari nervus intercostal ke 3 sampai ke 6 memberikan persarafan

sensorik pada payudara dan dinding dada anterolateral. Cabang ini keluar dari ruang

intercostal diantara m.serratus anterior. Cabang kutaneus yang timbul dari plexus cervical,

khususnya cabang-cabang n.supraclavicular, mempersarafi kulit bagian atas payudara.

N.interocosobrachial adalah kulit cabang kutaneus lateral n.interkostal kedua, dan dapat

terlihat ketika pembedahan bagian axila. Reseksi n.intercostabrachial menyebabkan

hilangnya sensasi pada lengan atas.

Di bagian dalam dari m.pectoralis mayor terdapat m.pectoralis minor yang

berhubungan dengan letak pembuluh limfe axilla, pembagian pembuluh limfe pada daerah

tersebut dimaksudkan untuk mempermudah pembedahan dan mempermudah menilai stadium

kanker. Tingkat I adalah pembuluh limfe axilla yang terletak dari lateral sampai batas lateral

m.pectoralis minor. Tingkat II terdapat tepat di bagian dalam m.pectoralis minor. Bagian III

adalah pembuluh limfe yang terletak dari medial sampai batas medial dari m.pectoralis minor

dan termasuk pembuluh limfe subclavicular. Rotter’s node atau pembuluh limfe intrapectorial

terletak antara m.pectoralis mayor dan m.pectoralis minor.

III. FISIOLOGI PAYUDARA

Perkembanagan payudara dan fungsi payudara dipengaruhi oleh hormone estogren, progesterone, prolactin, oxytocin, horon tyroid, cortisol dan growth hormone. Hormon

11

Page 12: LAPORAN KASUS CA MAMAE

estogeren, progesterone, dan prolactin memiliki efek trophic yang penting bagi perkembangan payudara dan fungsi payudara normal. Estrogen mempengruhi perkembangan payudara, sedangkat progresteron bertangungjaab terfadap diferensasi epitel dan perkembangan lobus. Prolactin merupakan hormone utama yang menstimulus proses lactogenesis pada periode kehamilan akhir dan postpartum.

Hermon neurotropic dari hipotalamus bertanggung jawab terhadap regulasi dan sekresi hormone yang mempengaruhi jaringan di payudara. Hormon gonadotropin leutinizing dan folicel stimulating mengatur pelepasan estrogen dan progresteron dari ovarium. Hipotalamus melepaskan gonadotrophin–releasing hormone yang merangsang kelenjar hipofisi anterior melepaskan LH dan FSH dari sel basofilik. Disini terdapat umpan balik dari sirkulasi estrogen dan progresteron, terhadap pengaturan sekresi LH, FSH, dan GnRH. Hormon-hormon tersebut berguna sebagai perkembangan, fungsi, dan pemeliharaan jaringan payudara. Setelah lahir, kadar estrogen dan progresteron pada bayi perempuan menurun hal ini masih berlangsung hingga masa kanak-kanak karena sensitivitas umpan balik negatif dari axis hipotalamus-hipofisis dari hormon ini. Kemudian pada masa pubertas terjadi penurunan sensitivitas umpan balik negative axis hipotalamus-hipofisis dan meningkatnya sensitivitas umpan balik positif dari estrogen. Kejadia physiologic meningkatkan sekresi GnRh, FSH, dan LH sehingga terjadi peningkatan sekresi estrogen dan progresteron oleh ovarium, yang nantinya terbentuk siklus menstruasi. Pada awal siklus menstruasi, terjadi penambahan ukuran dan kepadatan payudara, yang diikuti dengan pembesaran jaringan payudara dan proliferasi epital. Timbulnya mentruasi pembengkakan payudara mereda, dan proliferasi epitel berkurang.

12

Page 13: LAPORAN KASUS CA MAMAE

Pada masa kehamilan estrogen dan progrestin di ovarium dan placenta meningkat, yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan subtansi pada payudara. Payudara membesar, bersamaan dengan proliferasi duktus dan lobus, areolar semakin gelap, kelenjar Montgomery semakin menonjol. Pada trimester pertama dan kedua duktus minos bercabang dan berkembang. Pada trimester ketiga lemak mengumouk di epitel alveolar dan rongga ductus. Pada akhir kehamilan, prolactin merangsang sintesis lemak susu dan protein. Setelah plasenta keluar, estrogen dan progresteron yang beredar menjadi berkurang, yang menimbulkan pugeluaran penuh aksi laktogenik dari prolactin. Produksi dan pengeluaran susu diatur oleh reflex saraf yang berasal dari ujung saraf putting-aerola. Proses laktasi membutuhkan stimulasi dari reflex saraf yang kemudian menimbulkan sekresi prolactin dan pengeluaran susu. Oksitosin keluar akibat adanya stimulus dari menyusui baik visual, auditory, dan olfaktori. Oksitosin menyebabkan kontraksi pada sel ioepitelial sehingka terjadi penekanan pada alveioli, kemudian susu masuk ke dalam sinus laktiferus. Setelah menyusui, pelepasan prolactin dan oksitosin berkurang. Ketika proses mnyusui terhenti maka terjadi peningkatan tekanan didalam duktus dan alveoli. Ketika menopause terjadi penurunan sekresi estrogen dan progresteron olih ovarium dan inovulasi duktus dan alveoli mammae. Terjadi peningkatan densitas di sekitar jaringan ikat fibrosa dan jaringan dipayudara diganti dengan jaringan adipose.

IV. ETIOLOGI

13

Page 14: LAPORAN KASUS CA MAMAE

Etiologi Ca mammae masih belum diketahui secara pasti, namun penyebabnya sangat

multi faktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain:

1. Usia

Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Risiko terbesar

ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.

2. Mutasi Gen

Gen-gen tersebut yaitu BRCA-1 pada (17 q 21), p53 pada (17 p 13), BRCA-2 pada

(13) dan pada pria biasanya dihubungkan dengan mutasi androgen-receptor gen pada

(kromosm Y)

BRCA-1

5-10% dari kanker payudara dikarenakan penurunan mutasi germline seperti BRCA1

dan BRCA2, yang diwariskan dengan cara dominan autosomal dengan berbagai

penetrance. BRCA1 terletak di lengan kromosom 17q, meliputi wilayah sekitar 100

kilobases (kb) DNA genom, dan berisi 22 exons pengkodean. Full-length messenger

RNA 7.8 KB dan mengkode protein asam amino 1863. BRCA1 maupun BRCA2

berfungsi sebagai gen supresor tumor, dan untuk setiap gen, hilangnya kedua alel

diperlukan untuk inisiasi dari kanker.

BRCA-2

BRCA2 terletak di lengan kromosom 13q dan meliputi wilayah sekitar 70 kb DNA

genom. Daerah pengkode 11,2-kb mengandung 26 pengkodean exons. Fungsi biologis

BRCA-2 kemungkinan beruhubungan denga pengerusakan respon jalur DNA.

Kanker mammae dapat berasal dari mutasi satu atau lebih gen penting dalam tubuh..

3. Pernah menderita kanker payudara.

Harvey dan Brinton mengemukakan wanita dengan riwayat Ca mammae primer

mempunyai resiko 3 sampai 4 kali lebih besar untuk timbulnya Ca mammae

kontralateral. Resiko timbulnya Ca mammae primer kedua pada mammae

kontralateral meninggi pada wanita yang mempunyai riwayat penyakit yang sama

dalam keluarga.

Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki risiko

tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena diangkat,

maka risiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar

0,5-1%/tahun.

4. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.

14

Page 15: LAPORAN KASUS CA MAMAE

Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki risiko

3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.

5. Hormonal

WHO menyatakan bahwa tidak terdapat peningkatan maupun penurunan insidens Ca

mammae yang berhubungan dengan penggunaan kotrasepsi injeksi seperti depot-

medroxyprogesterone acetate (DMPA). Berdasarkan beberapa penelitian, didapatkan

kesimpulan bahwa penggunaan esterogen sebagai terapi penganti hormon (Hormone

Replacement Therapy = HRT) pada wanita perimenopause dan post menopause

sedikit meningkatkan resiko Ca mammae. Resiko meningkat jika pada wanita yang

menerima Estrogen Hormon Replacement Therapy tersebut sebelumnya pernah

menderita kelainan benigna pada mammae-nya

6. Faktor diet

The Committee on Diet, Nutrition, and Cancer of The National Academy of Sciences

menyimpulkan adanya hubungan sebab akibat antara makanan berlemak dan insiden

dari Ca mammae. Makanan yang berlemak tinggi dapat meningkatkan resiko Ca

mammae dua kali lipat.

7. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker

Risiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah

menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah

saluran air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia

atipik).

8. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun.

Semakin dini menarche, semakin besar risiko menderita kanker payudara. Risiko

menderita kanker payudara 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami

menarche sebelum usia 12 tahun.

9. Menyusui dan Menopause

Dahulu dikatakan bahwa wanita yang menyusui untuk waktu lama (lebih dari 6 bulan

selama hidupnya) mempunyai resiko yang lebih rendah untuk menderita Ca mammae

dibandingkan wanita yang tidak menyusui. Namun saat ini pendapat itu tidak lagi

disetujui. Untuk wanita yang mengalami menopause pada usia diatas 55 tahun, resiko

timbulnya Ca mammae 2 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang mulai

menopause sebelum usia 45 tahun. Induksi menopause buatan dapat menurunkan

resiko Ca mammae, misalnya pada wanita-wanita yang mengalami oophorectomy

(pengangkatan ovarium) pada usia kurang dari 35 tahun.

15

Page 16: LAPORAN KASUS CA MAMAE

10. Obesitas

Obesitas sebagai faktor risiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa

penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor risiko kanker payudara kemungkinan

karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obesitas. Penelitian membuktikan

bahwa resiko Ca mammae mempunyai hubungan langsung dengan berat badan.

Resiko untuk Ca mammae pada wanita obese 1,5 sampai 2 kali lebih tinggi daripada

wanita tidak obese.

11. Radiasi

Wanita yang tetap hidup setelah pemboman Hirosima dan Nagasaki dan pernah

menjalani pengobatan dengan radiasi dosis tinggi untuk akut postpartum mastitis, dan

yang pernah menjalani pemeriksaan fluoroscopy thorax untuk pengobatan TBC paru,

mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita Ca mammae. Exposure multiple

dengan dosis yang relative kecil beresiko sama dengan exposure tunggal dosis besar.

12. Alkohol

Penelitian juga menunjukkan bahwa risiko kanker payudara meningkat pada wanita

yang mengkonsumsi alkohol. Konsumsi alkohol dikenal meningkatkan kadar serum

estradiol yang ikut meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh.

13. Paritas dan Fertilitas

Wanita yang infertil dan nullipara mempunyai kemungkinan 30-70 % lebih tinggi

untuk menderita Ca mammae dibandingkan dengan multipara. Wanita yang pernah

hamil dan melahirkan pada usia 18 tahun mempunyai resiko Ca mammae sekitar 1/3

kali dibandingkan dengan wanita yang hamil untuk pertama kalinya pada usia diatas

35 tahun. Hal ini berhubungan dengan adanya rangsangan secara terus menerus oleh

esterogen dan kurangnya konsentrasi progesterone dalam darah, akan tetapi wanita

yang hamil dan melahirkan untuk pertama kalinya pada usia diatas 30 tahun

mempunyai resiko menderita Ca mammae lebih tinggi dibandingkan nullipara.

V. KLASIFIKASI

A. Carcinoma In Situ

Sel-sel kanker dianggap insitu atau invasif tergantung dari apakah dia mengenai dasar

membran. Pada kanker payudara in situ tidak mengenai stroma sekitar, sel kanker hanya

mengenai ductus dan aleveolar. Karena dapat terjadi penjalaran, akurasi diagnosis tentang

karsinoma in situ perlu dilakukan analisis mikrosopoik mulitple. Karsinoma in situ dibagi

16

Page 17: LAPORAN KASUS CA MAMAE

menjadi dua, yaitu lobular carsinoma in situ (LCIS) dan ductal carcinoma in situ, selain itu

karsinoma in situ diketahui dapat berkembang menjadi kanker invasif.

1. Lobular Carcinoma In Situ (LCIS)

Lobular Carcinoma In Situ (LCIS) berasal dari ductus lobular terminal dan hanya

berkembang pada payudara wanita. LCIS dikarakteristik dengan distensi dan distorsi ductus

lobular terminal oleh sel kanker, dimana membesar namun dengan ratio sitoplasmik dan

nukleus yang normal. Ciri khas dari kanker ini adalah sitoplasma berlendir globulus.

Kanker ini rata-rata terjadi pada usia 44-47, paling sering terjadi pada perumpuan ras

putih dibandingkan perumuan Afrika-Amerika. Kanker payudara invasif berkembang dari

25-35% perempuan dengan LCIS. LCIS dianggap sebagai penanda risiko untuk kanker

payudara invansif. Diketahui perempuan dengan riwayat LCIS sebesar 65% berkembang

menjadi kanker invasif ductal.

Insidensi Ca lobularis belum pasti. Diduga Ca lobularis in situ merupakan 3 % dari

seluruh tumor mammae, sedangkan jenis infiltratif-nya merupakan 10 % dari semua Ca

mammae.

2. Ductal Carcinoma In Situ (DCIS)

Ductal Carcinoma In Situ paling sering ditemukan pada perempuan, tapi sekitar 5%

terjadi pada laki-laki. DCIS merupakan faktor risiko paling tinggi mberkembang menjadi

kanker invasiv. Secara histologis, DCIS dikarakteristik sebagai proliferasi epitel,

menghasilkan pertumbuhan papilla dari ductus lumina. Pada awal perkembangan, sel kanker

17

Page 18: LAPORAN KASUS CA MAMAE

tidak menunjukkan pleomorphism, mitosis, atau atipia, yang memungkinkan sulitnya

membedakan antara DCIS dengan hiperplasia jinak mammae. Sel-sel mempunyai sifat

mikroskopik keganasan, tetapi tidak menginvasi membrane basalis epitel duktus. Jika

dibiarkan tanpa diterapi, selalu timbul adenokarsinoma invasive, walaupun waktu untuk

perkembangan neoplasma invasive itu bias diukur dalam tahun atau dasawarsa.

B. Carcinoma Mammae Invasive

Secara umum kanker memiliki prognosis yang buruk. Foote dan Stewart membagi

klasifikasi carcinoma mammae invasive, yaitu:

I. Paget's disease of the nipple

II. Invasive ductal carcinoma

A. Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST)

B. Medullary carcinoma 4%

C. Mucinous (colloid) carcinoma 2%

D. Papillary carcinoma 2%

E. Tubular carcinoma (and ICC) 2%

III. Invasive lobular carcinoma 10%

IV. Rare cancers (adenoid cystic, squamous cell, apocrine)

a) Penyakit Paget

Paget disease of the nipple adalah invasi dermis papilla mammae oleh carcinoma

ductal, berupa suatu lesi kronis pada areola dan nipple dengan erupsi eczematoid, krusta,

bersisik, dan hiperemis. Tumor primernya dapat tidak teraba pada palpasi dan erosi atau

krusta sering terkacaukan dengan dermatitis. Angka kejadiannya adalah sekitar 2 % dari

seluruh Ca mammae dan hampir selalu timbul bersama-sama dengan Ca ductal atau invasive.

Gejalanya berupa nyeri, gatal, panas dan kadang berdarah. Penting sekali untuk dilakukan

biopsi papilla mammae. Penyakit paget harus diterapi sebagai carcinoma ductal invasive,

biasanya masih pada stadium 1.

18

Page 19: LAPORAN KASUS CA MAMAE

b) Carcinoma ductus menginfiltrasi dengan fibrosis produktif (Infiltrating

adenocarcinoma with productive fibrosis)

Neoplasma ini mewakili 75-78 % carcinoma mammae invasive dan disertai dengan

desmoplasia dan fibrosis. Tersering timbul pada wanita usia perimenopause atau

postmenopause (decade VI) sebagai suatu massa soliter, tidak nyeri, konsistensi keras,

berbatas tidak tegas. Carcinoma ini menginfiltrasi kulit secara diffuse dengan keterlibatan

ligamentum Cooper yang menghasilkan peau d’orange atau edema kulit yang luas.

c) Carcinoma Medullare

Sekitar 3-5 % keganasan mammae, neoplasma ini dianggap berasal dari ductus yang

besar dan ditandai oleh penampilan makroskopik hemorrhagic yang lunak. Biasanya mobile

dan terletak profunda di dalam mammae. Saat diagnosis, kulit sering tertarik diatas massa

sferis besar yang berdiameter lebih dari 3 cm. Riwayat progresifitas lambat, walaupun tumor

dapat membesar dengan cepat, sekunder terhadap perdarahan atau nekrosis. Hanya kurang

dari 20 % kasus Ca medullare ini yang timbul bilateral dan kurang dari 10 % yang

mengandung esterogen dan progesteron reseptor. Carcinoma ini mempunyai 5 year survival

rate lebih baik dibandingkan Ca ductus atau lobolus invasif. Prognosis terpenting pada Ca

medullare adalah keterlibatan metastase ke KGB axillaris.

d) Comedo carcinoma

Salah satu bentuk Ca invasif yang berasal dari ductus, sekitar 5-10 % dari semua Ca

mammae. Seperti varian in situ nya, ia mempunyai sumbat materi seperti pasta yang dapat

dikeluarkan dari permukaan neoplasma. Pertumbuhannya lambat, dapat meluas dalam waktu

beberapa tahun. Lesinya berukutan sekitar 5 cm, yang pada sepertiga pasien dapat metastase

ke KGB axillaris. Pada terapi dini, survival rate 5 dan 10 tahunnya masing-masing 73 % dan

58 %, setelah mastectomy yang adekuat. Secara makroskopis, tumor ini berbatas tegas,

kenyal, dan berwarna keabu-abuan.

e) Colloid / mucinous carcinoma

Merupakan suatu adenocarcinoma yang secara tipikal membentuk materi gelatin yang

menjadi bagian utama carcinoma ini. Angka kejadiannya sekitar 2 % dari seluruh Ca

mammae. Neoplasma jenis ini mempunyai potensi pertumbuhan yang lambat dengan

metastasis lanjut. Survival rate 5 dan 10 tahunnya masing-masing 73 % dan 59 %. Secara

19

Page 20: LAPORAN KASUS CA MAMAE

makroskopik tumor ini berbatas tegas tetapi tidak berkapsul. Bila dipotong, benang materi

mukoid melekat pada scalpel.

f) Papillary carcinoma

Angka kejadiannya kurang dari 2 % dari seluruh Ca mammae, sering ditemukan pada

usia 70-an, dan mempunyai 5 year survival rate terbaik. Lesi biasanya kecil, jarang melebihi

2-3 cm dan berbatas tegas. Dapat timbul nekrosis, perdarahan sentral, dan menghasilkan

sekret yang keluar dari papilla.

g) Tubular carcinoma

Merupakan suatu lesi yang berasal dari ductus, berdiferensiasi baik, yang

digambarkan membentuk tubulus. Ca ini merupakan 2 % dari semua Ca mammae.

Neoplasma jenis ini sering menyerupai Scleroticans adenosis maupun penyakit fibrokistik

mammae dan harus dibedakan dari hyperplasia atipik fokal. Survival rate-nya mendekati 100

%.

VI. FAKTOR RISIKO

A. Faktor Risiko Tinggi

1. Berusia >40 Tahun

2. Riwayat kanker pada salah satu payudara (terutama sebelum menopause)

3. Riwayat Kanker Pada Keluarga

4. Hiperplasia dengan atipia

5. Paritas

a. Wanita yang tidak pernah melahirkan (nullparity)

b. Wanita yang hamil pertama pada usia >31 tahun (3-4 kali berisiko terkena

kanker payudara dibandingkan pada usia <18 tahun)

6. Lobular carcinoma in situ (30% berisiko kanken invasive)

7. Pada laki-laki dengan sindrom klinefelter, gynecomastia, dan riwayat keluarga laki-

laki pernah mengalami kangker payudara

B. Faktor Risiko Sedang

1. Menarche ≤11 tahun

2. Menopause ≥ 55 tahun

3. Riwayat penggunaan terapi hormone pengganti (estrogen oral)

4. Riwayat kanker ovarium, fundus uteri, atu kolon

20

Page 21: LAPORAN KASUS CA MAMAE

5. Diabetes

6. Konsumsi alcohol

C. Faktor Yang Diketahui Menurunkan Risiko

1. Keturunan asia

2. Masa kehamilan usia kurang dari 18 tahun

3. Early Menopause

4. Mensterilkan (Vasektome, Tubektomi) sebelum 37 tahun

VII. TANDA GEJALA

Kanker payudara awal biasanya asimtomatis. Biasanya pasien datang dengan keluhan:

Tonjolan pada dada, atau di ketiak terasa keras, tedak beraturan bentuknya, tidak

nyeri

Payudaraa dan puting mengalami perubahan ukuran, bentuk, atau rasa ketika

diraba (kemerahan, dipling, peant d’orange)

Keluar discharge pada puting (darah, bening, kuning, hijau, pus)

Selain itu ada juga gejala-gejala lain yang dapat menunjang kanker payudara, yaitu

Nyeri tulang

Tidak nyaman atau nyeri di payudara

Pembengkakan pada daerah ketiak (sebelah payudara yang terkena kanker)

Penurunan berat badan

VIII. DIAGNOSIS

A. Inspeksi

Ahli bedah akan melakukan inspeksi pada payudara wanita. Simetri, ukuran dan

bentuk payudara dinilai, adanya edema (peau d’orange), retraksi papilla mammae, eritema.

B. Palpasi

Sebagai bagian dari pemeriksaan fisik, payudara dipalpasi secara hati-hati.

Pemeriksaan pasien dalam posisi berbaring merupakan posisi yang terbaik. Ahli bedah akan

melakukan palpasi secara lembut dari sisi ipsilateral, memeriksa seluruh kuadran payudara

dari sternum bagian lateral sampai m. Latissimus dorsi, dan dari clavicula inferior sampai

rectus bagian atas. Secara sistematis mencari pembesaran KGB.

21

Page 22: LAPORAN KASUS CA MAMAE

C. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pada penyakit yang terlokalisasi tidak didapatkan kelainan hasil pemeriksaan

laboratorium. Kenaikan kadar alkali fosfatase serum dapat menujukkan adanya metastasis

pada hepar. Pada keganasan yang lanjut dapat terjadi hiperkalemia. Pemeriksaan

laboratorium lain meliputi:

Kadar CEA (Carcino Embryonic Antigen)

MCA (Mucinoid-like Carcino Antigen)

CA 15-3 (Carbohydrat Antigen), Antigen dari globulus lemak susu

BRCA1 pada kromosom 17q (tahun 1990 oleh Mary Claire King- didukung ole The

Breast Cancer Linkage Consortium) dari BRCA2 dari kromosom 13.

Gen AM (ataxia-telangiectasia) : ditemukan gen ini pada pasien bias sebagai

predisposisi timbulnya Ca mammae

2. Radiologi

X-foto thorax dapat membantu mengetahui adanya keganasan dan mendeteksi

adanya metastase ke paru-paru

Mammografi

Dapat membantu menegakkan diagnosis apakah lesi tersebut ganas atau tidak.

Dengan mammografi dapat melihat massa yang kecil sekalipun yang secara palpasi

tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening. Adanya proses

keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa

fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan

rontgenologis dan adanya mikrokalsifikasi. Tanda sekunder berupa retraksi,

22

Page 23: LAPORAN KASUS CA MAMAE

penebalan kulit, bertambahnya vascularisasi, perubahan posisi papilla dan areola,

adanya bridge of tumor, keadaan daerah tunika dan jaringan fibroglanduler tidak

teratur, infiltrasi jaringan lunak belakang mammae dan adanya metastasis ke

kelenjar.

USG (Ultrasonografi)

Dengan USG selain dapat membedakan tumor padat atau kistik, juga dapat

membantu untuk membedakan suatu tumor jinak atau ganas. Ca mammae yang

klasik pada USG akan tampak gambaran suatu lesi padat, batas ireguler, tekstur

tidak homogen. Posterior dari tumor ganas mammae terdapat suatu Shadowing.

Selain itu USG juga dapat membantu staging tumor ganas mammae dengan mencari

dan mendeteksi penyebaran lokal (infiltrasi) atau metastasis ke tempat lain, antara

lain ke KGB regional atau ke organ lainnya (misalnya hepar). Ultrasonography juga

digunakan sebagai penuntun untuk melakykan fine-needle aspiration biopsy, core

needle biopsy.

Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)

FNAB dilanjutkan dengan FNAC (Fine Needle Aspiration Cytology) merupakan

teknik pmeriksaan sitologi dimana bahan pemeriksaan diperoleh dari hasil punksi

jarum terhadap lesi dengan maupun tanpa guiding USG. FNAB sekarang lebih

banyak digunakan dibandingkan dengan cutting needle biopsy karena cara ini lebih

tidak nyeri, kurang traumatic, tidak menimbulkan hematoma dan lebih cepat

menghasilkan diagnosis. Cara pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas

yang tinggi, namun tidak dapat memastikan tidak adanya keganasan. Hasil negatif

pada pemeriksaan ini dapat berarti bahwa jarum biopsi tidak mengenai daerah

keganasan sehingga biopsy eksisi tetap diperlukan untuk konfirmasi hasil negative

tersebut.

IX. PENATALAKSANAAN

Untuk stadium 0 atau Carcinoma in situ, terapi ini bertujuan untuk mencegah atau

sebagai diteksi tahap awal terhadap carcinoma invasi. Untuk LCIS dilakukan tidakan bilateral

masektomi total atau chemoprevention tamofixen. Untuk DCIS masectomi masi merupakan

gold standar dari tindakan, biasanya dilakukan apabila kanker berukuran > 4cm atau berada

di >1 kuadran. Selain itu untuk DCIS bisa dilakukan lumpectomy dengan terapi radiasi, atau

dilakukan lumpectomy saja, atau pemberian tamoxifen

23

Page 24: LAPORAN KASUS CA MAMAE

Stadium I, II, III awal (stadium operable) sifat pengobatan adalah kuratif. Pengobatan

pada stadium I, II dan IIIa adalah operasi primer, terapi lainnya bersifat adjuvant. Untuk

stadium I dan II pengobatannya adalah radikal mastectomy atau modified radikal mastectomy

dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant.

Macam-macam operasi carcinoma mammae

Stadium IIIa terapinya adalah simple mastectomy dengan radiasi dan sitostatika

adjuvant. Stadium IIIb dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif, yaitu terutama untuk

mengurangi penderitaan dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk stadium IIIb atau yang

dinamakan locally advanced pengobatan utama adalah radiasi dan dapat diikuti oleh

modalitas lain yaitu hormonal terapi dan sitostatika. Stadium IV pengobatan primer adalah

yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan khemoterapi.

1. Modified radical mastectomy

Kanker yang besar dan residual setelah adjuvant terapi (khususnya pada payudara

yang kecil), kanker multisentris, dan pasien dengan komplikasi terapi radiasi merupakan

indikasi dilakukannya operasi ini (Zollinger Atlas of Surgical Operation).Prosedur ini paling

banyak digunakan, terdapat 2 bentuk prosedur yang biasa digunakan oleh para ahli bedah.

Prosedur Patey dan modifikasi dari Scanlon

M. pectoralis mayor tetap dipertahankan sedangkan M. pectoralis minor dan kelenjar

limfe level I, II dan III pada axilla diangkat. Scanlon memodifikasi prosedur Patey

dengan memisahkan tetapi tidak mengangkat M. pectoralis minor, sehingga kelenjar

limfe apical (level III) dapat diangkat dan saraf pectoral lateral dari otot mayor

dipertahankan.

Prosedur yang dibuat oleh Auchincloss

Berbeda dari prosedur Patey, yaitu dengan tidak mengangkat atau memisahkan M.

Pectoralis minor. Modifikasi ini membatasi pengangkatan komplit dari kelenjar limfe

24

Page 25: LAPORAN KASUS CA MAMAE

paling atas, Auchincloss menerangkan bahwa hanya 2 % dari pasien yang

memperoleh manfaat dengan adanya pengangkatan kelenjar limfe sampai level

tertinggi. Ini yang membuat prosedur Auchincloss menjadi prosedur yang paling

populer untuk Ca mammae di Amerika Serikat.

2. Total Mastectomy

Total mastectomy kadang disebut juga dengan simple mastectomy yang mencakup

operasi pengangkatan seluruh mammae, axillary tail dan fascia pectoralis. Total mastectomy

tidak mencakup diseksi axilla dan sering dikombinasi dengan terapi radiasi post operasi.

Prosedur ini didasarkan pada teori bahwa KGB merupakan sumber suatu barrier terhadap sel-

sel Ca mammae dan seharusnya tidak diangkat, juga ada alasan bahwa terapi radiasi akan

dapat menahan penyebaran sel-sel ganas sebagai akibat trauma operasi.

3. Hormonal terapi

30-40 % Ca mammae adalah hormon dependen. Hormonal terapi adalah terapi utama

pada stadium IV disamping khemoterapi. Untuk wanita premenopause terapi hormonal

berupa terapi ablasi yaitu bilateral oophorectomy. Untuk post menopause terapinya berupa

pemberian obat anti esterogen, dan untuk 1-5 tahun menopause jenis terapi tergantung dari

aktivitas efek esterogen. Efek esterogen positif dilakukan terapi ablasi, efek esterogen

negative dilakukan pemberian obat-obatan anti esterogen.

4. Chemoterapy

Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan pada Ca

mammae yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat pula diberikan pada Ca mammae yang

sudah dilakukan mastectomy bersifat terapi adjuvant. Biasanya diberikan kombinasi CMF

(Cyclophosphamide, Methotrexate, Fluorouracil).

Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah

pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini menunda

kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita. Pemberian beberapa

jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa

pembedahan maupun penyinaran, obat-obat tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker

payudara.

Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut

yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara. Pada saat ini

25

Page 26: LAPORAN KASUS CA MAMAE

muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa ondansetron, penderita

akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah kemoterapi. Berat dan lamanya

muntah bervariasi, tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan penderita.

Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan.

Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang.

Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi lanjutan

setelah pembedahan. Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan estrogen dan memiliki

beberapa efek yang sama dengan terapisulih hormon (misalnya mengurangi risiko terjadinya

osteoporosis dan penyakit jantung serta meningkatkan risiko terjadinya kanker rahim). Tetapi

tamoxifen tidak mengurangi hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat

menopause.

Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada:

Kanker yang didukung oleh estrogen

Penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2 tahun

setelah terdiagnosis

Kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.

Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40 tahun

dan masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam jumlah besar

atau kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause. Tamoxifen memiliki

sedikit efek samping sehngga merupakan obat pilihan pertama. Selain itu, untuk

menghentikan pembentukan estrogen bisa dilakukan pembedahan untuk mengangkat

ovarium (indung telur) atau terapi penyinaran untuk menghancurkan ovarium.

Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah

pemberian obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat hormon yang lain.

Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan untuk

mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu hormon steroid)

biasanya diberikan pada saat yang bersamaan, karena aminoglutetimid menekan

pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.

5. Neoadjuvant chemotherapy

Kemoterapi yang diberikan sebelum tindakan bedah ataupun terapi radiasi. Dengan

adanya terapi ini, maka ahli bedah dapat melakukan terapi bedah konservatif pada Ca

mammae stadium lanjut. Tujuan dari terapi ini adalah untuk menyusutkan tumor yang besar

sehingga dapat dilakukan bedah konservatif untuk mengangkat tumor Tindakan bedah

26

Page 27: LAPORAN KASUS CA MAMAE

konservatif adalah yang dikenal dengan nama Breast Conserving Treatment yaitu tindakan

bedah dengan hanya mengangkat tumor yang diikuti diseksi axilla dan radiasi kuratif.

6. Sentinel lymph nodes biopsy

Sentinel lymph nodes adalah nodi limfe yang pertama kali dicapai oleh sel kanker

yang bermetastasis pada Ca mammae. Sentinel lymph nodes biopsy adalah prosedur

diagnosis terbaru yang digunakan untuk mengetahui apakah sudah terdapat metastasis Ca

mamme ke kelenjar limfe axilla. sel tumor, maka selanjutnya tidak perlu lagi mengangkat

kelenjar limfe lainnya yang terdapat pada daerah axilla

7. Radiation therapy

Diberikan secara teratur selama beberapa minggu setelah dilakukan lumpectomy atau

partial mastectomy dengan tujuan untuk membunuh sel tumor yang tersisa yang terdapat di

dekat area tumor. Radiasi dilakukan tergantung dari besar tumor, jumlah KGB axilla yang

terkena. Kadang terapi radiasi diberikan sebelum tindakan bedah untuk menyusutkan ukuran

tumor yang besar sehingga mudah untuk diangkat.

Terapi radiasi sangat efektif mengurangi terjadinya rekurensi Ca mammae pada kedua

mammae dan dinding thorax. Tipe terapi radiasi yang paling banyak digunakan untuk Ca

mammae adalah terapi radiasi yang diberikan dari sumber yang berada diluar tubuh yang

dikenal dengan nama external-beam radiation therapy. Terapi radiasi juga dapat diberikan

dengan cara menanamkan pil ke dalam area tumor (internal radiation therapy).

X. SISTEM STADIUM DAN PROGNOSIS

Stadium kanker mammae ditentukan oleh hasil reseksi bedah dan pencitraan. Sistem

yang paling banyak digunakan untuk menentukan stadium kanker berdasarkan American

Joint Community on Cancer (AJCC). Sistem ini didasarkan pada deskripsi dari tumor primer

(T), status kelenjar getah bening regional (N), dan adanya metastasis jauh (M).

Pengelompokan terbaru telah memasukkan penggunaan sentinel node biopsi dan termasuk

klasifikasi ukuran deposit metastasis pada kelenjar sentinel, serta jumlah dan lokasi node

metastasis regional disertai angka harapan hidup 5 tahun.

American Joint Committee on Cancer, Stadium Kanker Mammae, 2002

Tumor Primer (T)

27

Page 28: LAPORAN KASUS CA MAMAE

Tx Tumor pimer tidak dinilai

Tis Carcinoma in situ (LCIS atau DCIS) atau paget’s disease pada puting tanpa

tumor

T1 Tumor ≤2 cm

T1a Tumor ≥0.1 cm, ≤0.5 cm

T1b Tumor >0.5 cm, ≤1 cm

T1c Tumor >1 cm, ≤2 cm

T2 Tumor >2 cm, ≤5 cm

T3 Tumor >5 cm

T4 Tumor dalam berbagai ukuran dengan perluasan sampai ke dinding dada atau

kulit

T4a Tumor meluas sampai dinding dada (termasuk m. pectoralis)

T4b Tumor meluas ke kulit dengan ulserasi, edema dan nodul satelit

T4c Gabungan T4a dan T4b

T4d Karsinoma inflammatory

Pembuluh Limfe/Node (N)

N0 Tidak ada keterlibatan kel.limfe regional, tidak diteliti lebih jauh

N0 (i-) Tidak ada keterlibatan kel.limfe regional, IHC (-)

N0 (i+) Keterlibatan kel.limfe mencakup <0.2 mm

N0

(mol-)

Tidak ada keterlibatan kel.limfe, PCR (-)

N0

(mol+)

Tidak ada keterlibatan kel.limfe, PCR (+)

N1 Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan atau int. mammary (+) dari biopsy

N1(mic) Micrometastasis (>0.2 mm, none >2.0 mm)

N1a Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3

N1b Metastasis ke kel.limfe int. mammary dengan biopsy sentinel

28

Page 29: LAPORAN KASUS CA MAMAE

N1c Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan kel. limfe int. Mammary dengan biopsy

N2 Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 atau int. mammary disertai klinik (+) tanpa

metastasis ke axilla

N2a Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 paling tidak 1 >2.0 mm

N2b Int. mammary klinik nampak, kel.limfe axilla (-)

N3 Metastasis ke ≥10 kel.limfe axilla atau kombinasi metastasis kel.limfe axilla

dan int. mammary metastasis

N3a ≥10 kel.limfe axilla (>2.0 mm), atau kel.limfe infraclavicular

N3b Klinik int. mammary (+) ≥1 kel.limfe (+) atau >3 kel.limfe axilla (+) dengan

int. mammary (+) dari biopsy

N3c Metastasis ke ipsilateral supraclavicular nodes (IAN)

M (Metastasis)

M0 Tidak terdapat metastasi jauh

M1 Terdapat metastasis jauh

XI.

American Joint Committee on Cancer Kelompok Stadium dan Angka Harapn

Hidup

STAGE TNM Angka harapan hidup 5 tahun (%)

0 Tis, N0, M0 100

I T1, N0, M0 100

IIA T0, N1, M0 92

T1, N1, M0

T2, N0, M0

IIB T2, N1, M0 81

T3, N0, M0

IIIA T0, N2, M0 67

T1, N2, M0

29

Page 30: LAPORAN KASUS CA MAMAE

STAGE TNM Angka harapan hidup 5 tahun (%)

T2, N2, M0

T3, N1, M0

T3, N2, M0

IIIB T4, N0, M0 54

T4, N1, M0

T4, N2, M0

IIIC Semua T, N3, M0 [†]

IV Semua T, Semua N, M1 20

DAFTAR PUSTAKA

Norton, Jeffry A, et al. 2000. Surgery: Basic Science and Clinical Evidence Part 2. New York: Springer-Verlag.

Brunicardi, F. Charles, et al. 2010. Schwartz’s Principles of Surgery 9th Edition. Mc Graw Hill: United State of America.

Caslclato, Dennis A. 2000. Manual of Clinical Oncology 4th Edition. Lippincott Williams & Wilkin: Philadelphia

Protokol Penatalaksanaan Kanker Payudara. PERABOI. 2003

Mc.Ninn. 1994. Last Anatomy: Regional and Applied 9th Edition. Longman Group: UK

Kaufmann, Manfred, dkk. 2006. Atlas of Breast Surgery. Frankfurt : Springer

Wright, Mary Jo, et al. SurgicalTreatment of Breast Cancer. Accesed from http://emedicine.medscape.com/article/1276001-overview#aw2aab6b5 [3 April 2014]

Swart, Rachel. 2014. Breast Cancer Screening. Accesed from http://emedicine.medscape.com/article/1945498-overview#aw2aab6b2 [3 April 2014]

30